PARTISIPASI SWASTA DALAM INVESTASI
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Ir. Akhmad Suraji, MT.,PhD., IPM
Peneliti & Pengajar Manajemen Konstruksi & Infrastruktur
UNAND, UGM dan UII
POKOK BAHASAN
1. RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR 2015 - 2019
2. KEBUTUHAN DAN KAPASITAS PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
3. KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK
MENINGKATKAN PARTISIPASI SEKTOR
SWASTA,
4. TEORI IMPLEMENTASI KERJASAMA
PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)
5. PROSES KERJASAMA PEMERINTAH DAN
BADAN USAHA UNTUK INVESTASI
INFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTUR YANG HARUS DIBANGUN 2015-2019
Jalan baru
2.650 Km
Jalan tol
1.000 Km
Pemeliharaan jalan
46.770
Km
Pembangunan
15 Bandara
baru
Pengadaan
20 Pesawat
Perintis
Pengembangan Bandara
untuk pelayanan
Cargo
Udara di 6 Lokasi
Pembangunan
24
Pelabuhan baru
Pengadaan
26 Kapal
Barang Perintis
Pengadaan
2 Kapal
Ternak
Pengadaan
500 unit kapal
Rakyat
Pembangunan Jalur
KA 3.258
km
di Jawa, Sumatera,
Sulawesi dan Kalimantan
terdiri dari:
- KA Antar kota 2.159 km
- KA Perkotaan 1.099 km
Pembangunan Pelabuhan
Penyeberangan di
60 lokasi
Pengadaan
kapal
penyeberangan (terutama
perintis) sebanyak 50 unit
Pembangunan
BRT di 29 kota
Pembangunan angkutan
massal cepat di kawasan
perkotaan (6 Kota
metropolitan, 17 Kota besar)
INFRASTRUKTUR YANG HARUS DIBANGUN
2015-2019
Pembangunan 49 Waduk Baru dan 33 PLTA
Pembangunan/Peningkatan jaringan irigasi 1 Juta Ha
Rehabilitasi 3 Juta Ha Jaringan Irigasi Jangkauan Pitalebar/broadband di
100% kab/kota
Indeks e-government mencapai 3,4 (skala 4,0)
Pengmbangan e-pengadaan, e-kesehatan, e-pendidikan, dan e-logistik
Pembangunan Rusanawa 5.257
Twinblok (515.711 rumah tangga)
Bantuan stimulan perumahan swadaya 5,5 Juta rumah tangga
Penanganan kawasan kumuh 37.407 Ha Fasilitasi kredit perumahan untuk MBR
2,5 Juta rumah tangga
Pembangunan SPAM di perkotaan 21,4 juta sambungan rumah (268.680
liter/detik)
Pembangunan SPAM di perdesaan 11,1 juta sambungan rumah (22.647 desa)
Pembangunan sistem air limbah
komunal di 227 kota/kab dan terpusat di 430 kota/kab
Pembangunan IPLT untuk pengelolaan lumpur tinja perkotaan di 409 kota/kab Pembangunan TPA sanitary landfill dan
fasilitas 3R di 341 kota/kab dan fasilitas 3R terpusat & komunal di 294 kota/kab Pengurangan genangan seluas 22.500
Perkiraan Kebutuhan Pendanaan Infrastrukur
RPJMN 2015-2019
5
Rp Triliun
1) Dukungan pendanaan APBN yang diharapkan 2) Dukungan pendanaan BUMN yang diharapkan.
3) Kemampuan maksimal swasta melalui percepatan kerjasama pemerintah dan swasta termasuk business to
business
4) Kenaikan karena pertambahan komponen tol laut serta biaya rutin
5) Alokasi tersebut terdiri untuk kegiatan Angkutan Perkotaan Berbasis Rel dan Jalan. 6) Kemampuan PT PLN hanya sekitar 250 T, selebihnya memerlukan PMN
Sektor APBN1 APBD BUMN2 Swasta3 Total
Jalan 340.0 200.0 65.0 200.0 805.0
Kereta Api 150.0 - 11.0 122.0 283.0
Perhubungan Laut4 498.0 - 238.2 163.8 900.0
Udara 85.0 5.0 50.0 25.0 165.0
Darat (termasuk ASDP) 50.0 - 10.0 - 60.0
Transportasi Perkotaan5 90.0 15.0 5.0 5.0 115.0
Ketenagalistrikan6 100.0 - 445.0 435.0 980.0
Energi (Migas) 3.6 - 151.5 351.5 506.6
Teknologi Komunikasi dan Informatika 12.5 15.3 27.0 223.0 277.8
Sumber Daya Air 275.5 68.0 7.0 50.0 400.5
Air Minum dan Limbah 227.0 198.0 44.0 30.0 499.0
Perumahan 384.0 44.0 12.5 87.0 527.5
TOTAL INFRASTRUKTUR 2,215.6 545.3 1,066.2 1,692.3 5,519.4
Perkiraan Sumber Pendanaan untuk Pembangunan Infrastruktur
(2015-2019)
APBN +APBDPendanaan
Non-Pemerintah
BUMN (22.23 %) Swasta ( 36.52%) USD 88.83 milyar USD 145.92 milyar APBN +APBD ( 41.25 % ) USD 164.83 milyarKebijakan untuk Memenuhi Gap Pendanaan
• Percepatan proses pengadaan dengan melakukan revitalisasi dan harmonisasi peraturan perundangan tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS): Perpres 67/2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, Perpres 78/2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur, PP 50/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah
• Percepatan proses & kepastian pengambilan keputusan proyek KPS: championship at the top untuk pelaksanaan KPS melalui pembentukan Pusat KPS dibawah Presiden dalam rangka memperjelas komitmen Pemerintah dan rujukan kebijakan Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan KPS
• Memperkuat jejaring KPS dengan membentuk Pusat KPS dan simpul-simpul KPS (di setiap Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah)
• Kepastian pendanaan melalui penganggaran dana penyiapan, Transaksi serta dukungan dan jaminan proyek KPS pada setiap Kementerian /Lembaga /Pemerintah Daerah
• Percepatan perijinan bagi proyek KPS melalui perijinan terpadu
Meningkatkan Peran Swasta dan Percepatan proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PPP)
• Penugasan BUMN untuk proyek-proyek strategis seperti waduk, PLTA, jalan tol trans sumatera, angkutan pelayaran
• Penyediaan dana Penyertaan Modal Negara untuk BUMN yang ditugaskan dalam percepatan pembangunan infrastruktur
Penugasan kepada BUMN
• Pembentukan Bank Tanah
• Alokasi khusus untuk pengadaan tanah
Jaminan Ketersediaan Tanah
• Availability Payment/PBAS, Dana Penyiapan Proyek (PDF) – Transaksi, Viability Gap Fund (VGF), Bank Infrastruktur
Penyediaan Skema Pembiayaan untuk Mendukung Percepatan Proyek Infrastruktur
Penugasan BUMN (seperti penugasan PT Hutama Karya dalam proyek Trans Sumatera Highway) yang didukung melalui penyertaan modal pemerintah dan direct-lending yang dijamin oleh pemerintah
Infrastruktur swasta (private infrastructure)
Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-based
infrastructure)
Obligasi Daerah yang digunakan untuk membiayai proyek investasi di bidang infrastruktur
yang menghasilkan penerimaan
Obligasi Infrastruktur (Infrastructure Bond) yang penggunaannya dikhususkan hanya untuk
pembiayaan proyek-proyek infrastruktur
Obligasi Negara Syariah (Sukuk Negara) yang digunakan untuk membiayai pembangunan
infrastruktur
Private Finance Initiative (PFI) – multi-year contract 15 hingga 30 tahun
Performance-Based Annuity Scheme (PBAS)
Pembangunan infrastruktur melalui alternatif pendanaan menggunakan metode performance-based annuity scheme (PBAS) didanai oleh pihak swasta yang kemudian nantinya pemerintah akan membayar dengan cara mencicil secara tahunan setelah proyek selesai.
SKEMA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR ALTERNATIF
8
1
4
5
6
7
8
2
3
SKEMA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR ALTERNATIF
10 12 14 13 119
Pengenaan tarif/biaya akses seperti Electronic Road Pricing (ERP)Pungutan untuk jalan di tempat-tempat tertentu dengan cara membayar secara elektronik.
Pembiayaan strategis (strategic funding)
Kombinasi konfifurasi pembiayaan secara terintegrasi antara pemerintah, skema KPS, B2B dan kontrak EPC
Viability Gap Fund (VGF)
Meningkatkan kelayakan finansial potensial Proyek PPP dan membuat tarif pengguna akhir dari Proyek PPP lebih terjangkau
Availability Payment
Pembayaran secara berkala atas tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/ kriteria berdasarkan perjanjian kerjasama
Sale-and-Lease-Back
Penjualan aset untuk membiayai pembangunan atau kontrak sewa jangka panjang untuk meningkatkan pelayanan infrastruktur
Efek Beragun Aset (Asset-Backed Security)
Dana untuk pembangunan infrastruktur bisa diperoleh dengan menciptakan kredit investasi kolektif efek beragun aset (KEK EBA) dengan jaminan (underlying) proyek infrastruktur tersebut
Tujuan menggunakan skema KPBU meliputi:
Menciptakan iklim investasi yang
mendorong partisipasi Badan Usaha
dalam penyediaan infrastruktur.
Memberikan kepastian
pengembalian investasi Badan
Usaha melalui pembayaran secara
berkala oleh pemerintah kepada
Badan Usaha.
Penyediaan Infrastruktur yang
berkualitas, efektif, efisien, tepat
sasaran dan tepat waktu.
Mencukupi kebutuhan pendanaan
penyediaan infrastruktur secara
berkelanjutan melalui pengerahan
dana swasta.
Mendorong prinsip pakai-bayar
oleh pengguna, atau dalam hal
tertentu mempertimbangkan
kemampuan membayar pengguna.
Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha
KEMITRAAN
BERSAING
EFEKTIF
KEMANFAATAN
PENGENDALIAN DAN PENGELOLAANRISIKO
EFISIEN
PRINSIP KPS
Perpres No. 38 / 2015 tentang KPBU
Peraturan Presiden No. 38 / 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur telah
ditanda-tangani oleh Presiden pada 20 Maret 2015 yang menggantikan Perpres
No. 67 / 2005 beserta perubahannya.
Berikut merupakan poin-poin perubahan pada Perpres No. 38 / 2015:
1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama
(PJPK)
2. Jenis Infrastruktur
3. Hybrid Financing
4. Proyek KPBU prakarsa Badan Usaha
5. Penganggaran Penyiapan Proyek oleh PJPK
6. Success Fee Mechanism
7. Pengadaan Tanah
8. Dukungan Pemerintah
9. Pengadaan Badan Usaha
10.Financial Close
11.Bentuk Pengembalian Investasi
12.Simpul KPBU
Jenis Infrastruktur pada
Perpres No. 38 / 2015 tentang KPBU
Slide - 12
Transportasi
Sumber Daya Air dan Irigasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat Sistem Pengelolaan Persampahan Ketenagalistrikkan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Perumahan Rakyat Jalan Air Minum
Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat
Telekomunikasi dan Informatika
Minyak dan Gas Bumi dan Energi Terbarukan
Perkotaan
Sarana dan Prasarana Olahraga serta Kesenian
Pariwisata
Kesehatan Kawasan Konservasi
Tantangan dalam Mencapai Target-Target Pembangunan
Nasional
Percepatan mekanisme ketersediaan (delivery mechanism) proyek
1. Indefinite Delivery Contract (IDC) – kemungkinan dilaksanakannya prakualifikasi di awal untuk menghindari adanya
pengadaan ulang (re-tender).
2. Pembentukan Project Management Office (PMO) dan Project Management Unit (PMU)
Procurement Agent
Enginering Procurement and Construction (EPC) Desain and Built
3. Pembentukan Simpul Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di setiap Kementerian/Lembaga/Daerah
sebagai unit yang bertanggung jawab pada pengembangan kebijakan dan pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.
4. Perkuatan koordinasi dengan Donor untuk mengantisipasi permasalahan tata kelola Proyek PHLN (NOL Proyek , dll) 5. Perkuatan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah baik dalam pendanaan maupun kebijakan
lainnya.
6. Perkuatan DAK infrastruktur (Transportasi Sumber Day Air, Perumahan, Air Minum dan Sanitasi) melalui peningkatan alokasi dan fokus pada upaya mendukung prioritas nasional.
Ketersediaan Sumber Daya Manusia.
1. Outsourcing untuk pengadaan barang melalui Procurement Agent 2. Insinyur
3. Kontraktor; dan
4. Operator (untuk pengoperasian dan pemerliharaan infrastruktur setelah selesai dibangun)
Pembagian Peran pada KPS
Prinsip & Manfaat Kerjasama dalam Penyediaan Proyek
14
Peran Pemerintah
• Visi, Misi, Arah, Tujuan • Penetapan Output
• Kepastian Pengaturan (kerangka hukum, keuangan, tax),
• Komitmen & pembagian risiko
• Komitmen pembayaran • Penyediaan tanah
(konsesi jangka panjang), • Kelayakan proyek (publik
& swasta)
Peran Swasta
• Pengelola risiko • Pendekatan pada pemanfaatan umur Aset • Inovasi dan Kreativitas• Desain yang optimal dan terpadu • Pendanaan • Tambahan pendapatan dengan Optimalisasi pemanfaatn aset • Penyedia layanan
Hasil yang ingin
dicapai
:• Investasi yang layak • Value for Money • Tersedia
infrastruktur publik yang berkualitas dan efisien
• Tersedia tingkat
layanan yang berkualitas tinggi
• Desain & operasional
yang terpadu
Prinsip Utama KPS – Ilustrasi alokasi risiko
15
•
Regulasi/Politik
•
Lingkungan
•
Proses Tender
•
Pembangunan
Ekonomi
Risiko diasumsikan oleh pihak yang lebih baik dalam mengatasi risiko
•
Kerusakan/Damage
•
Force Majeure
•
Inflasi
•
Nilai Tukar
•
Pembangunan
•
Desain
•
Konstruksi
•
Operasi
•
Pemeliharaan
•
Inflasi dan Suku Bunga
•
Nilai Residual
Alokasi risiko setiap proyek menentukan tingkat bankability dan VfM bagi
Pemerintah
ORGANISASI DALAM PELAKSANAAN
TAHAPAN KPBU
JENIS INFRASTRUKTUR PADA
KEMENTERIAN PUPR
TRANSPORTASI
SUMBER DAYA AIR & IRIGASI
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH TERPUSAT SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PERUMAHAN RAKYAT
JALAN
AIR MINUM
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH SETEMPATUTILITAS PERKOTAAN
KERANGKA
IMPLEMENTASI
PEOPLE
PROSES
PROJECT
MODIFIED SINTHYA
ROESLI (2015)
1. PENGETAHUAN
2. PEMAHAMAN
3. PELAKSANAAN
1. PROSEDUR PROCUREMENT
2. PERIZINAN INVESTASI
3. PENGADAAN LAHAN
4. PEMBANGUNAN
1. POLICY
2. PLANNING
3. PRIORITY
4. PREPARATION
5. PENDANAAN
6. POLITICAL SUPPORT
7. PERJANJIAN
8. PERATURAN
COMMITMEN
T
CAPACITY
COORDINATION
18
PROSES BISNIS INVESTASI INFRASTRUKTUR
Gambar 1.1 Diagram IDEF0 Proses Bisnis Pengusahaan Infrastruktur
(Peraturan Menteri Negara PPN No. 4/2015 (disederhanakan)
Identifikasi dan Penetapan KPBU Konsultasi Publik Tahap Perencanaan Penyiapan Kajian Prastudi Kelayakan Konsultasi Publik Tahap Penyiapan Penjajakan Minat Pasar Penetapan Lokasi KPBU Pengadaan Badan Usaha Penandatangan an Perjanjian
Kerja Sama Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama Direktorat Jendral Kementerian PUPR PJPK Badan Penyiapan A n a li s is K e b u tu h a n K ri te ri a k e p a tu h a n V a lu e f o r M o n e y C a s h f lo w a n a ly s is P o te n s i p e n d a p a ta n R e k o m e n d a s i & ti n d a k l a n ju t Penetapan KPBU
Anggaran Respon dan evaluasi
Pengusulan Kepada Menteri
Perencana Daftar Rencana KPBU
Kajian hukum & kelembagaan Kajian teknis
Kajian ekonomi & komersial Kajian lingkungan & sosial Kajian modalitas KPBU Kajian risiko Kajian kebutuhan dukungan Kajian outstanding issues Anggaran
Anggaran
Respon dan evaluasi
D o k u m e n p e re n c a n a a n Iz in l in g k u n g a n
Pemenuhan financial closure Masukan & tanggapan
P e ra tu ra n L K P P Badan Usaha
Badan Usaha Pelaksana
Simpul KPBU Kajian Awal Dampak Lingkungan & Identifikasi Awal Terkait Pengadaan Tanah Usulan Dukungan Pemerintah, Rencana Pengadaan Tanah, Kajian Lingkungan
Hidup etc. Pengaiihan Kembali Aset Kode Proses Input Output Kendali/kontrol Pelaksana Keterangan IDEF0 Diagram D u k u n g a n P e m e ri n ta h ( ji k a a d a ) P e n ja m in a n P e m e ri n ta h ( ji k a a d a )
19
TAHAPAN PELAKSANAAN KPBU
20
TAHAP I:
PERENCANAAN PROYEK KERJA SAMA
TAHAP II:
PENYIAPAN PROYEK KERJA SAMA
TAHAP III:
TRANSAKSI PROYEK KERJA SAMA
Output: Studi Pendahuluan Daftar Prioritas Proyek
Output: Dokumen Perjanjian KPBU Dokumen Pelelangan Umum Dokumen Persetujuan Prinsip Dokumen Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan
Dokumen Perjanjian Penjaminan Dokumen Perjanjian Regres
Output: Prastudi Kelayakan
1. Penyusunan rencana dan anggaran dana KPBU; 2. Identifikasi dan Penyusunan Usulan Rencana KPBU; 3. Penganggaran dana tahap perencanaan; 4. Pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut rencana
KPBU;
5. Penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan 6. Pengkategorian KPBU.
1. Penyiapan Kajian KPBU; 2. Pengajuan Dukungan Pemerintah; 3. Pengajuan Jaminan Pemerintah; dan 4. Pengajuan Penetapan Lokasi.
1. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding); 2. Penetapan lokasi KPBU;
3. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU; 4. Penandatanganan perjanjian KPBU; dan 5. pemenuhan pembiayaan (Financial Close).
TAHAPAN PELAKSANAAN KPBU
atas
Proses Permohonan Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
Pengajuan penetapan lokasi
Konfirmasi/Persetujuan Pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
Penetapan lokasi oleh gubernur
Proses alokasi, pencairan, pengawasan & pemantauan Pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau pemantauan & evaluasi pelaksanaan
Perjanjian Penjaminan & Perjanjian Regres
Kajian Lingkungan Hidup / PJPK Izin Lingkungan PROSES PENGADAAN TANAH
BAPPENAS, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi
BUMN/direksi BUMD
BAPPENAS, PJPK, BKPM, Kemenkeu, BUPI, BPN, KLH
BAPPENAS, PJPK, KEMENKEU, BUPI, BKPM, KEMEN. AGRARIA DAN TATA RUANG, dan
KLH
TAHAP PERENCANAAN KPBU
KERANGKA TAHAPAN PENGEMBANGAN PROYEK
INFRASTRUKTUR PUBLIK
KEPUTUSAN BEKERJASAMA DENGAN BADAN USAHA
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan sumber pendanaan: a. Keterbatasan anggaran pemerintah;
b. Keunggulan swasta dalam hal: disain, konstruksi, atau operasi dan pemeliharaan (efisiensi, kreatifitas, teknologi, manajemen operasional, manajemen keuangan);
c. Tingkat kehandalan dan keandalan pelayanan yang diperlukan (contoh: rumah pompa, pengendalian banjir);
d. Skala Ekonomi
e. Apakah pelaksanaan proyek dengan anggaran pemerintah selalu lebih murah?
Value for Money sebagai aktor penentu partisipasi Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur meliputi beberapa kriteria, yaitu:
a. sektor swasta memiliki keunggulan dalam pelaksanaan KPBU termasuk dalam pengelolaan risiko;
b. terjaminnya efektivitas, akuntabilitas dan pemerataan pelayanan publik dalam jangka panjang;
c. alih pengetahuan dan teknologi; dan
d. terjaminnya persaingan sehat, transparansi, dan efisiensi dalam proses pengadaan.
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KPBU
Identifikasi KPBU yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan
dengan Badan Usaha:
a. dilaksanakan oleh Direktur Jenderal/Deputi atau Direksi BUMN
untuk KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Pusat;
b. dilaksanakan oleh Kepala Perangkat Daerah atau Direksi
BUMD untuk KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah.
Direktur
Jenderal/Deputi/Kepala
Perangkat
Daerah/Direksi
BUMN/Direksi BUMD menyusun Studi Pendahuluan yang memuat
paling kurang:
a. rencana bentuk KPBU;
b. rencana skema pembiayaan KPBU dan sumber dananya; dan
c. rencana penawaran KPBU yang mencakup jadwal, proses,
dan cara penilaian.
STUDI PENDAHULUAN
PADA TAHAP PERENCANAAN
Studi Pendahuluan pada tahap perencanaan
meliputi kajian mengenai:
a. analisis kebutuhan (need analysis);
b. kriteria kepatuhan (compliance criteria);
c. kriteria faktor penentu Nilai Manfaat Uang
(Value for Money) partisipasi badan usaha;
d. analisa potensi pendapatan dan skema
pembiayaan proyek; dan
e. rekomendasi dan rencana tindak lanjut.
PENGANGGARAN KPBU
Anggaran Kebutuhan KPBU
menteri/kepala lembaga/kepala daerah/bumn/bumd
menganggarkan dana perencanaan, penyiapan, transaksi, dan
manajemen KPBU sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Slide - 26
DAFTAR RENCANA KPBU (PPP BOOK)
• Disusun oleh Kementerian PPN/Bappenas
• PPP BOOK disusun berdasarkan:
a.
usulan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan
Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah yang
diindikasikan
membutuhkan
Dukungan
dan/atau
Jaminan
Pemerintah; dan
b.
hasil
identifikasi
Kementerian
PPN/Bappenas
berdasarkan
prioritas pembangunan nasional.
• Kementerian PPN/Bappenas melakukan seleksi dan penilaian
terhadap rencana Penyediaan Infrastuktur yang akan dikerjasamakan
melalui mekanisme KPBU berdasarkan kelengkapan dokumen
pendukung.
• Berdasarkan tingkat kesiapannya, KPBU dalam PPP BOOK dibagi
menjadi 2 kategori yaitu:
1.
KPBU siap ditawarkan
2.
KPBU dalam Proses Penyiapan
TAHAP PENYIAPAN KPBU
PRA STUDI KELAYAKAN PADA TAHAP PENYIAPAN
Kajian awal Prastudi Kelayakan, terdiri dari:
a. kajian hukum dan kelembagaan;
b. kajian teknis;
c. kajian ekonomi dan komersial;
d. kajian lingkungan dan sosial;
e. kajian bentuk KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur
f. kajian risiko;
g. kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan
Pemerintah; dan
h. kajian mengenai masalah yang perlu ditindaklanjuti (out standing
issues).
Kajian akhir Prastudi Kelayakan, terdiri dari penyempurnaan data
dengan kondisi terkini dan pemutakhiran atas kelayakan dan
kesiapan KPBU yang sebelumnya telah tercakup dalam kajian awal
Prastudi Kelayakan, termasuk penyelesaian hal-hal yang perlu
ditindaklanjuti.
1. KAJIAN HUKUM DAN KELEMBAGAAN
Kajian peraturan Perundang-undangan, bertujuan:
1) memastikan bahwa KPBU dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2) menentukan risiko hukum dan strategi mitigasinya;
3) mengkaji kemungkinan penyempurnaan peraturan perundang-undangan, atau penerbitan peraturan perundangundangan yang baru;
4) menentukan jenis-jenis perizinan/persetujuan yang diperlukan; dan
5) menyiapkan rencana dan jadwal untuk memenuhi persyaratan peraturan dan hukum.
Analisa Kelembagaan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) memastikan kewenangan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah sebagai PJPK dalam melaksanakan KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi infrastuktur;
2) melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders mapping) dengan menentukan peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang berkaitan dalam pelaksanaan KPBU;
3) menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan kegiatan penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan, dan penyelesaian kajian akhir
Prastudi Kelayakan, serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada PJPK;
4) menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan; dan
2. KAJIAN TEKNIS
Kajian teknis terdiri atas:
1) Analisis teknis
2) Penyiapan tapak, termasuk jalur (apabila diperlukan)
3) rancang bangun awal, yang memuat rancangan teknis
dasar KPBU termasuk lingkup KPBU yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing
sektor
4) Kajian spesifikasi keluaran (out put)
3. KAJIAN EKONOMI DAN KOMERSIAL
Kajian ekonomi dan komersial mencakup substansi sebagai berikut:
1)
analisis permintaan (demand)
, yang bertujuan untuk memahami
kondisi pengguna layanan.
2)
analisis pasar (market)
, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketertarikan industri dan kompetisi.
3)
Analisis
struktur
pendapatan
KPBU
,
yang
bertujuan
untuk
mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan yang optimal bagi
KPBU dengan mempertimbangkan hasil analisis permintaan,
kemampuan pembiayaan Kementerian/Lembaga/Daerah yang
bersangkutan, serta tingkat kelayakan KPBU selama masa KPBU.
4)
Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS)
, yang bertujuan untuk
memastikan manfaat sosial dan ekonomi serta keberlanjutan KPBU
yang berkaitan dengan efektivitas, ketepatan waktu, penggunaan
dana, dan sumber daya publik selama masa KPBU.
5)
Analisis Keuangan,
bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial
KPBU
4. KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Kajian Lingkungan 1) AMDAL
2) UKL-UPL
Kajian Sosial
1) menentukan dampak sosial KPBU terhadap masyarakat dan menyusun rencana mitigasinya; 2) menentukan lembaga yang bertanggung jawab untuk pembebasan tanah dan pemukiman
kembali;
3) menentukan pihak-pihak yang akan terkena dampak oleh proyek dan kompensasi yang akan diberikan, bila diperlukan;
4) memperkirakan kapasitas lembaga untuk membayar kompensasi dan melaksanakan rencana pemukiman kembali, bila diperlukan; dan
5) menentukan rencana pelatihan dalam rangka melaksanakan program perlindungan sosial untuk meningkatkan kapasitas masyarakat yang terkena dampak.
Rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali (Land Acquisition and Resettlement Action Plan/LARAP)
1) menyiapkan dokumen perencanaan pengadaan tanah terlebih dahulu;
2) PJPK bertanggung jawab untuk menyiapkan dokumen perencanaan pengadaan tanah yang
merupakan persyaratan untuk memperoleh penetapan lokasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3) Izin Lingkungan diperlukan untuk memperoleh surat penetapan lokasi, selain dokumen rencana pengadaan tanah; dan
4) rencana pemukiman kembali, yang merupakan bagian dari rencana pengadaan tanah, disusun
5. KAJIAN BENTUK KPBU DALAM PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR
pemilihan bentuk KPBU dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1) kepastian ketersediaan Infrastruktur tepat pada waktunya; 2) optimalisasi investasi oleh Badan Usaha;
3) maksimalisasi efisiensi yang diharapkan dari pengusahaan Infrastruktur oleh Badan Usaha;
4) kemampuan Badan Usaha untuk melakukan transaksi; 5) alokasi risiko; dan
6) kepastian adanya pengalihan keterampilan manajemen dan teknis dari sektor swasta kepada sektor publik.
Bentuk KPBU harus mencakup sekurang-kurangnya:
1) lingkup KPBU, mencakup sebagian atau seluruh proses kegiatan KPBU, seperti
membiayai, merancang, membangun, merehabilitasi, mengoperasikan, memelihara, dan lainnya;
2) jangka waktu dan penahapan KPBU;
3) identifikasi keterlibatan pihak ketiga, seperti off-taker, penyedia bahan baku, dan lainnya; 4) skema pemanfaatan Barang Milik Negara dan/atau Barang Milik Daerah selama perjanjian
KPBU;
5) status kepemilikan aset KPBU selama jangka waktu perjanjian KPBU dan pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian KPBU; dan
6) bentuk partisipasi pemerintah dalam Badan Usaha Pelaksana KPBU, seperti penyertaan
6. KAJIAN RISIKO
35
Kajian risiko dilakukan dengan memenuhi ketentuan, sebagai berikut:
a.analisis risiko bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para
pemangku kepentingan.
b.analisis risiko dilakukan dengan cara:
1)
melakukan identifikasi risiko;
2)
mengukur besaran risiko;
3)
menentukan alokasi risiko; dan
7. KAJIAN KEBUTUHAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN/ATAU JAMINAN PEMERINTAH
Analisis Dukungan Pemerintah
a. bertujuan untuk mengidentifikasi perlu atau tidaknya Dukungan Pemerintah guna meningkatkan kelayakan keuangan KPBU.
b. dukungan Pemerintah dapat diberikan dalam bentuk:
1) dukungan kelayakan KPBU (Viability Gap Fund) yang diatur lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Keuangan;
2) insentif perpajakan; dan/atau
3) dukungan Pemerintah dalam bentuk lainnya sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Analisa Jaminan Pemerintah
analisis Jaminan Pemerintah yang bertujuan untuk mengidentifikasi perlu atau tidaknya Jaminan Pemerintah untuk mengurangi risiko Badan Usaha yang dapat diberikan oleh Menteri Keuangan melalui BUPI sesuai dengan peraturan perundang-undangan.