• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : SARNIYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : SARNIYA"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh : SARNIYA 105430011815

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019/2020

(2)
(3)
(4)

ii

kamu mencintai sesuatu namun ia amat buruk bagimu, Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.

(QS.Al-Baqarah: 216)

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk kedua orang tua ku Bapak Kadir dan Ibu Mansinah yang senantiasa memberikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk anakmu ini. Serta kakak-kakak ku tercinta Sulkipli, Salmiah, dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, motivasi serta dukungan.

(5)

iii

VIII A SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. Skripsi Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Dibimbing oleh Nurdin, sebagai pembimbing I dan Rismawati, sebagai pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyatakan pendapat setelah diterapkannya model Inquiry dalam pembelajaran PPKn pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Untuk mengumpulkan data, penelitian menggunakan observasi dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik presentase.

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan menyatakan pendapat siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa, yang melalui model Inquiry dalam pembelajaran PPKn berada pada kategori meningkat. Setiap indikator yang di diteliti mengalami peningkatan yang dimana setelah dilakukan tindakan keaktifan peserta didik menyumbangkan ide dalam diskusi kelompok, kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan pembelajaran, kemampuan peserta didik dalam menyimak materi yang dijelaskan, kemampuan peserta didik dalam menanggapi wacana yang diberikan, kemampuan peserta didik dalam berinteraksi dikelas menunjukkan bahwa pada rentang peningkatan yang terjadi pada siklus I dan siklus II adalah 80% berada dalam kategori meningkat.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Inquiry, Meningkatkan Kemampuan Menyatakan Pendapat.

(6)

iv

Tiada kata yang paling indah dan patut penulis ucapkan kecuali Alhamdulillah dan syukur kepada Iilahi Rabbi Yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Dia yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya berupa nikmat kesehatan, kekuatan dan kemampuan senantiasa tercurah pada diri penulis sehingga usaha untuk menyelesaikan skripsi dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Inquiry dalam meningkatkan Kemampuan Menyatakan Pendapat dalam Prmbelajaran PPKn pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa”. Begitu pula salawat dan taslim kepada Rasulullah Saw, serta para keluarganya dan sahabat yang sama-sama berjuang untuk kejayaan Islam semata.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dialami penulis, tetapi berkat usaha, doa, bantuan serta motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak, maka hambatan itu dapat teratasi. Olehnya itu penghargaan dan ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada:

Kedua orang tua ku bapak Kadir dg Sarro dan ibu Mansinah berserta keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan serta motivasi kepada saya, Prof. Dr. H.Abd Rahman Rahim, S.E.,M.M, Rektor Universitas Muhammad iyah Makassar, Bapak Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Muhajir, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Da n Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Drs. H. Nurdin, M.Pd

(7)

v

penyusunan skripsi, Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang banyak memberikan ilmu di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Makassar, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabat terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan angkatan 2015 atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga karya sederhana ini membawa suatu manfaat bagi perkembangan dunia, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak dan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama dari diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, Januari 2020 Penulis

(8)

x

Lembar Pengesahan... ii

Lembar Persetujuan Pembimbing ...iii

Surat Pernyataan ... iv

Surat Perjanjian ... v

Motto dan Persembahan ... vi

Abstrak... vii

Kata Pengantar ...viii

Daftar Isi ... x Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pikir dan Hipotesis Tindakan A. Kajian Pustaka... 9 1. Model Pembelajaran... 9 2. Inquiry ... 14 3. Partisipasi ... 26 4. Tinjauan pembelajaran PPKn... 28 B. Kerangka Pikir ... 33 C. Hipotesis Tindakan... 35

(9)

xi

c. Factor Yang Di Selidiki ... 37

d. Prosedur Penelitian... 37

e. Instrument Penelitian ... 44

f. Teknik Pengumpulan Data... 44

g. Teknik Analisis Data... 45

h. Indikator Keberhasilan ... 45

Bab IV Penelitian Dan Pembahasan a. Hasil Penelitian ... 47

b. Pembahasan... 68

Bab V Kesimpulan Dan Saran a. Kesimpulan ... 75

b. Saran... 75 Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran Riwayat Hidup

(10)

1

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Perkembangan potensi manusia akan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang diperoleh sehingga hal yang menjadi tantangan bagi pemikir, perencana, dan pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan sistem pendidkan nasional yang relevan dengan tuntutaan masyarakat yang terus berkembang.

Pendidikan merupakan proses yang dinamis, tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga harus ada usaha yang terus menerus berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan terhadap berbagai sistem di dalamnya. Pendidikan menjadi penentu masa depan bangsa yang dapat mengarahkan Sumber Daya Manusia kepada perubahan yang signifikan terhadap peningkatan harkat dan martabat manusia dalam mencapai kesejahteraan.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Hal ini tercermin dalam tujuan pendidikan nasional yang pada dasarnya untuk membebaskan manusia dari kebodohan, kemiskinan, dan kemelaratan. Dengan pendidikan itu pula mampu meningkatkan mutu pendidikan nasional untuk mencapai tujuan sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang RI nomor

(11)

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (yang selanjutnya disingkat dengan UUSPN No. 20 Tahun 2003) Pasal 3 yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Rendahnya mutu dan relevan pendidikan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan melalui perbaikan pembelajaran yang ada di sekolah. Mengacu pada konsep Peraturan Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan pendidikan suatu bangsa memerlukan proses dan waktu secara bertahap.

Sebagian besar pembelajaran di persekolahan di Indonesia masih menampakkan cirri-ciri sistem belajar konvensional. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu

(12)

ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini.

Pengembangan strategi mengajar merupakan hal penting sebagai solusi dari peni ngkatan mutu pendidikan. Pandangan tersebut pada hakikatnya memberi tekanan pada pengoptimalan kegiatan belajar siswa. Dengan perkataan lain, mengajar tidak semata-mata berorientasi pada hasil tetapi juga berorientasi pada proses pembelajaran.

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran, diantaranya faktor guru, siswa, metode belajar, sarana dan prasarana pendidikan maupun materi pembelajaran. Guru memiliki peranan yang sangat strategis dalam proses pembelajaran. Peran strategis guru dalam, proses pembelajaran ini memiliki dampak pada kompetensi yang di capai siswa (pengetahuan, sikap, keterampilan). Kompetensi siswa akan berkembang secara optimal tergantung bagaimana guru memposisikan diri dan menempatkan posisi siswa dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, diharapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sedangkan guru memposisikan diri sebagai fasilitator, motivator dan mediator sehingga siswa dapat mengembangkan kompetensinya.

Metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah diselingi tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi. Penempatana posisi dan pemilihan metode dalam pembelajaran yang kurang tepat ini berpengaruh terhadap iklim kelas. Seringnya menggunakan metode ceramah yang diselingi tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi yang kurang terarah dalam pembelajaran mengakibatkan siswa kurang aktif. Kegiatan yang dilakukan siswa

(13)

hanya mendengar dan kadang-kadang mencatat, itupum hanya dilakukan oleh sebagian kecil siswa. Sedangkan siswa yang lain lebih banyak berbicara dengan teman duduk sebangku.

Pembelajaran yang monoton dan membosankan masih sering terjadi di ruang kelas. Akibatnya siswa kurang bergairah dalam menyerap materi yang disampaikan guru. Hal ini dapat disebabkan kekurangpahaman pada guru terhadap berbagai model pembelajaran yang ada.

Menyadari bahwa tindakan tersebut mengakibatkan situasi dan kondisi yang kurang mendukung untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran diperlukan adanya perubahan dalam strategi pembelajaran khususnya dalam menerapkan model pembelajaran yang ada. Pembelajaran satu arah yang dikembangkan guru selain membosankan dan kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran juga berakibat pada aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Akibat dari penerapan metode cderamah yang diselingi tanya jawab, pemberian tugas antara lain kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, kurang serius dalam mengikuti pembelajaran, serta kurang berminat dan termotivasi dalam belajar.

Oleh karena itu, hal tersebut memerlukan kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran mulai dari menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pengajarapan (RPP) sampai dengan mengaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan megnhasilkan siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, berpikir kreatif, kritis dan rasional, serta memiliki hasil belajar yang baik.

(14)

Dalam Kurikulum 2013 (K-13) proses pembelajaran menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Maka dari itu, guru harus kreatif agar dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan di sukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu di rencanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

Kendala-kendala yang seringkali di jumpai dalam kegiatan belajar mengajar. Begitu pula pada pembelajaran di SMP Negri 1 Bajeng kabupaten Gowa. Sekolah ini dipilih karena masih banyak siswa yang kurang dari 75 atau kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini terlihat dari data siswa, dari 29 siswa yang hanya 13 siswa yang atau sama dengan 44,827% yang nilainya di atas KKM. Rendahnya nilai KKM dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di sebabkan oleh beberapa permasalahan. Permasalahan dalam pembelajaran tersebut yaitu siswa kesulitan dalam mengemukakan pendapatnya dalam pelajaran dan juga siswa kesulitan dalam menerima materi pembelajaran.

Hasil pengamatan awal yang dilakukan di SMP Negeri 1 Bajeng menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih kurang efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran dikarenakan metode yang sering di gunakan dalam pembelajaran adalah ceramah di selingi tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi. Penempatan posisi dan pemilihan metode dalam pembelajaran yang kurang tepat ini berpengaruh terhadap iklim kelas, hal ini berdampak antara lain

(15)

kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran kegiatan yang dilakukan siswa hanya mendengar dan kadang-kadang mencatat, itupun hanya dilakukan sebagian kecil siswa. Sedangkan siswa yang lain lebih banyak berbicara dengan teman duduk sebangkunya. Hal ini diakibatkan oleh pembelajaran satu arah yang dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran diperlukan adanya perubahan dalam strategi pembelajaran khususnya dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kreatitas dan inovatif siswa sehingga akan menghasilkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, berfikir kreatif, kritis dan rasional, serta memiliki hasil belajar yang baik. Dalam hal ini salah satu model pembelajan yang tepat di gunakan yaitu model pembelajaran inquiry dimana model pembelajaran tersebut menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, mampu mennumbuhkan sikap percaya diri mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.. (Observasi, 22 April 2019)

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, penulis ingin meneliti Penelitian Tindakan Kelas tentang “Penerapan Model Inquiry dalam Meningkatkan Kemampuan Menyatakan Pendapat dalam Pembelajaran PPKn pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa”. Melalui model pembelajaran Inquiry diharapkan siswa dapat berpartisipasi secara aktif, siswa berperan sebagai subjek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus

(16)

dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menetapkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

“Apakah penerapan model Inquiry dapat meningkatkan kemampuan menyatakan pendapat dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyatakan pendapat setelah diterapkannya model inquiry dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa”

D. Manfaat Penelitian a. Teoritis

Penelitian ini bermanfaat secara teoritis mengembangkan atau menerapkan konsep-ponsep, teori, prinsip dan prosedur dalam ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan serta dapat menambah khasanah pengetahuan bagi semua pihak yang bersangkutan.

b. Praktis 1. Siswa

(17)

a. Meningkatkan minat siswa dalam memahami materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah melalui penerapan model inquiry.

2. Guru

a. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru. b. Meningkatkan kualitas pembelajaran

3. Sekolah

a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dana efesiensi pembelajaran.

b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan kinerja guru.

4. Peneliti

Sebagai bahan tambahan pengetahuan dan wawancara sehingga dapat menjadi bekal untuk kedepannya sebagai tenaga pendidik.

(18)

9 1. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Sebelum menjelaskan tentang model pembelajaran maka perlu didefinisikan terlebih dahulu mengenai model dan pembelajaran. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.

Menurut Komaruddin model dapat dipahami sebagai:

“(1) suatu tipe atau desain,; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu objek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya”.

Model merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Sedangkan pembelajaran dapat didefinisikan sebagi suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,

(19)

dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran menurut Dimyati dan Mudijono, “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam mendesain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.

Selanjutnya dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 mennyatakan “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Sedangkan yang dimaksud dengan model pembelajaran itu sendiri menurut Joyce adalah:

“suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain”.

Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesai pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Adapun Soekamto, dkk dalam Trianto mengemukakan “maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukisikan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.

Lebih lanjut Joice dan Weil mengatakan, “model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan

(20)

digunakanan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan member petunjuk kepada pengajar dikelasnya”.

b. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda.

Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Menurut hasan, dalam prakteknya, semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik.

2. Semakin sediki waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik.

3. Sesuai dengaan cara belajar siswa yang dilakukan. 4. Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru.

5. Tidak ada satupun metode yang yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada.

c. Manfaat Model Pembelajaran 1. Bagi Guru.

(21)

a. Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab telah jelas langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai denga waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap siswa, serta kesediaan media yang ada..

b. Dapat di jadikan sebagi alat untuk mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran.

c. Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku siswa secara personal maupun kelompok dalam waktu relative singkat.

d. Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran siswa secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan (tidak sekedar mengisi kekosongan).

e. Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan Penelitian Tindakan Kelas dalam rangka memperbaiki atau menyempurnakan kualitas pembelajaran.

2. Bagi Siswa.

a. Kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

b. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran

c. Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh

d. Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi dikelompoknya secara objektif.

(22)

a. Dapat dijadikan bahan kajian pelaksanaan tugas guru dan merumuskan bentuk layanan bantuan supervise.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dalam mengidentifikasi masalah pengajaran dan mendiskripsikan alternative pemecahan masalah yang dapat dilakukan.

Banyak macam dari model pembelajaran tersebut, namun penting untuk diperhatikan guru beberapa pertimbangan sebelum memilih, menentukan dan menetapkan satu model pembelajaran agar keputusannya tepat sesuai dengan maksud dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Hal ini mengingaktikan bahwa Model Pembelajaran tersebut masing-masing memiliki karakteristik yang secara khas menghendaki suatu kondisi tertentu. Hal-hal yang harus dipertimbangkan itu antara lain :

1. Simak dan pahami terlebih dahulu bentuk, sifat, syarat, masing-masing Model tersebut.

2. Perhatikan alat/media yang dibutuhkan oleh Model tersebutdan perhatikan alat/media yang dapat kita sediakan.

3. Sesuaikan bahan (materi pelajaran), tujuan, alokasi waktu, waktu yang dibutuhkan dalam persiapan pelaksanaan kegiatan dengan Model yang akan dipilih.

4. Perhatikan karakteristik umum anak didik agar penggunaan model tertentu tidak malah membingunkan atau kontraproduktif anak didik

5. Ukur juga kemampuan kita dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model tertentu (sebab ada beberapa model pembelajaran

(23)

yang membutuhkan kemampuan peran guru, kreatif guru serta keluasaan dan kedalaman pengalaman seorang guru).

Mepergunakan Model Pelajaran bertujuan untuk mengefesientifkan dan mengefisiensikan pencapaian tujuan pembelajaran. Indikatornya adalah Guru dan Siswa focus pada materi pembelajaran, Guru mudah mentransfer isi pelajaran kepada siswa, siswa juga mudah menangkap isi pelajaran tersebut. Waktu yang tersedia untuk satu materi secara efisien dan efektif dapat dimanfaatkan secara maksimal. Ketertarikan dan Minat Siswa dalam mengikuti pembelajaran cenderung tinggi. Guru dan Siswa tidak mudah bosan membahas isi materi pelajaran.

2. Inquiry

a. Pengertian Inquiry

Inquiry merupakan salah satu model pembelajaran yang menjadi bagian dari pembelajaran berbasis proyek/tugas struktur (Project-based-learning)

Depdiknas menegaskan bahwa “pembelajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-based-learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang membutuhkan suatu pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu materi pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.”

Pendekatan ini memperkenalkan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi/membentuk pembelajarannya, dan mengkulmunikasikanny a dalam produk nyata. Bern dan Erickson menegaskan bahwa:

“pembelajaran berbasis proyek (Project-based-learning) merupakan pendekatan yang memusatkan pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh

(24)

makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata”.

Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inquiry sebagai salah satu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Dalam Standar Nasional Pendidikan Sains di Amerika Serikat, inquiry digunakan dalam dua terminology yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific inquiry) oleh guru dan sebagai materi pelajaran sains (science as inquiry) yang harus dipahami dan mampu di lakukan oleh siswa.

Inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah. Gulo mennyatakan “model pembelajaran inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inquiry adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry.

Inquiry sebagai salah satu model pembelajaran mengutamakan proses penemuan dalam kegiatan pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu di dalam pembelajaran inquiry, guru harus selalu merancang kegiatan

(25)

yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan penemuan di dalam mengajarkan materi pelajaran yang diajarkan.

b. Konsep Dasar Model Pembelajaran Inquiry

Model pembelajaran Inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dpertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Model pembelajaran inquiry berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir kedunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan menggunakan otak dan fikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala di dasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah strategi inquiry dikembangkan. Dalam model pembelajaran inquiry terdapat beberapa hal yang menjadi ciri utama dalam penerapannya diantaranya sebagai berikut.

Pertama, model pembelajaran inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan

(26)

guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, model pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa.

Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inquiry siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang di milikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuannya berfikir secara optimal; namun sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya memakai ia bisa menguasai materi pelajaran.

Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama pembelajaran melalui model pembelajaran inquiry adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan displin intelektual dan keterampilan berfikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa

(27)

ingin tahu mereka. Model pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang beroriontasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam model ini siswa memegang peran penting sangat dominan dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran inquiry akan efektif manakala:

1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inquiry penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.

2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

4. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berfikir. Model pembelajaran inquiry akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurng memiliki kemampuan untuk berfikir.

5. Jika jumlah siswa yang belajar taka terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

6. Jika guru memiliki waktu yang cukuo untuk menggukanakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

(28)

Lebih lanjut Joyce mengemukakan kondisi-kondisi utama yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa yaitu:

1) Aspek sosial dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permitif akan mengundang siswa berdiskusi;

2) Berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan

3) Penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validasi dan rehabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.

c. Prinsip-Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry

Model pembelajaran inquiry merupakan model yang menekankan kepada pengembangan intelektual siswa. Maka dalam penggunaannya terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip penggunaan model pembelajaran inquiry yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berfikir, dan prinsip keterbukaan. Lebih lanjut penjelasan prinsip-prinsip terbuka dibawah ini:

1. Beriorentasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari model pembelajaran inquiry adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian, model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Olehh karena itu, kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran dengan menggunakan model inquiry bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus ditemukan

(29)

oleh siswa melalui proses berpikiran adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditentukan.

2. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interkasi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interkasi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berfikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru utnuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.

3. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan model pembelajaran inquiry adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inquiry sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu pertanyaan hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.

(30)

4. Prinsip Belajar untuk Berfikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung mmanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak berfikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh sebab itu, belajar berfikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsure estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

5. Prinsip Keterbukaan

Belajar adalah susatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang di anjurkannya.

d. Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Inquiry Proses inquiry dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah dimana kemampuan yang dituntu adalah:

(31)

a) Kesadaran terhadap masalah b) Melihat pentingnya masalah dan c) Merumuskan masalah.

2. Mengembangkan hipotesis dimana kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah:

a) Menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh;

b) Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis.

3. Menguji jawaban yang relative dimana kemampuan yang dituntut adalah: a) Merakit peristiwa terdiri dari: mengidentifikasikan peristiwa yang

dibutuhkan, mengumpulkan data dan mengevaluasi data;

b) Menyusun data terdiri dari: menranslasikan data, menginterpretasikan data dan mengklarifikasikan data.;

c) Analisis data terdiri dari; melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan dan mengidentifikasikan trend, sekueni dan keteraturan.

4. Menarik kesimpulan dimana kemampuan yang dituntut adalah: a) Mencari pola dan makna hubungan

b) Merumuskan kesimpulan

5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

Guru dalam mengembangkan sikap inquiry di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, kkonsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.

(32)

Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan iinquiry bagi siswa adalah:

1) Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi;

2) Inquiry berfokus pada hipotesis; dan

3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:

1) Motivator, member rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir. 2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan. 3) Penanya, enyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.

4) Administrator, bertanggung jawab terhadap segala kegiatan kelas. 5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang

diharapkan.

6) Manajer, mengelola sumber beajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Rewarder, member penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Gulo menyatakan bahwa “inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

(33)

e. Kesulitan-kesulitan Implementasi Model Pembelajaran Inquiry

Model pembelajaran inquiry merupakan salah satu model pembelajaran yang dianggap baru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu model baru, dalam penerapannya terdapat beberapa kesulitan, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada proses berfikir yang berdasarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang lebih menekankan kepada hasil belajar, banyak yang merasa keberatan untuk mengubah pola mengajarnya. Bahkan ada guru yang menganggap model pembelajaran inquiry sebagai model yang tidak mungkin dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia. Memang, untuk mengubah suatu kebiasaan bukanlah pekerjaan mudah, apalagi sifat guru yang cenderung konvensional, sulit untuk menerima pembaruan-pembaruan. Kedua, sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir. Mereka akan sulit manakala disuruh untuk bertanya. Demikian juga dalam menjawab pertanyaan. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menjawab setiap pertanyaan, walaupun

(34)

pertanyaan itu sangat sederhana. Biasanya siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk meremuskan jawab dari suatu pertanyaan.

Ketiga, berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten, misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir melalui pendekatan student active learning atau yang kita kenal dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis computer (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) beriorentasi pada pengembangan aspek kognitif. Tentu saja hal ini bisa menambah kebingungan guru sebagai pelaksanaan di lapangan. Guru akan mendua hati, apakah ia akan melaksanakan pola pembelajaran dengan menggunakan inquiry sebagai model pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, atau akan mengembangkan pola pembelajaran yang diarahkan agar siswa dapat mengerjakan atau menjawab soal-soal hafalan.

f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry 1. Keunggulan Model Pembelajaran Inquiry

Beberapa keunggulan inquiry, yaitu:

a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif;

b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya;

(35)

c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi;

d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing;

e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

2. Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry Beberapa kelemahan model inquiry, yaitu:

a. Siswa harus memiliki kesiapan dan tantangan mental, siswa harus berani dan berkeingan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik;

b. Keadaan kelas di kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka tidak akan mencapai hasil yang memuaskan;

c. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan Praktek Belajar Mengajar (PBM) gaya lama maka model inquiry ini akan mengecewakan; d. Ada kritik, bahwa proses dalam inquiry terlalu mementingkan proses

pengertian saja, kurang memerhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa.

3. Partisipasi

John F. Echols mengemukakan bahwa “partisiasi berasal dari basa inggris yaitu “participation”yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan”.

Pengertian partisipasi menurut Moelyanto Tjokrowinoto adalah “penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang

(36)

mendorong mereka untuk mengembangkan daya fikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.”

Sejalan dengan itu, Keith Davis mendefinisikan partisipasi sebagai berikt: ”participation is defined as a mental and emotional involed at a person in a group situation which encourager then contribut to group goal and share responsibility

in then”. Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam definisi ini kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi.

Adapun konsep partisipasi menurut Ensiklopedi pendidikan adalah “suatu segala demokratis di mana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan”. Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi siswa yaitu keikutsertaan atau keterlibatan dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta pisik peserta didik dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas keterlibstannya.

Berdasarkan pengerian di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut;

(37)

1) Keterlibatan peserta didik dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

2) Kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin.

Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berppartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan mengajar.

4. Tinjauan Pembelajaran PPKn

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tarsus un meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik,2003: 57). Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran merupakan mata pelajaran penyempurnaan dari mata pelajaran Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(38)

(PKn) yang semula dikenal dalam Kurikulum 2006 (Permendikbud No.58 tahun 2014).

Berdasarkan naskah penguatan Kurikulum Mata Pelajaran PPKn terbitan Kurikulum dan Perbukuan, Kemdikbud 2012, dinyatakan bahwa Pelajaran PKn disesuaikan menjadi mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Perubahan atau disebut sebagai penyesuaian ini dimaksudkan agar dapat mengakomodasi perkembangan dan persoalan yang berkembang dimasyarakat. Penyesuaian menuju mata pelajaran PPKn ini dilakukan untuk mengakomodasi substansi 4 pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatauan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika sebagai ruang lingkup baru.

Bagaimanakah jati diri atau karakter dari PPKn sebagai Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia ke depan ini? Menurut naskah Penguatan Kurikulum Mata Pelajaran PPKn 2012, adalah sebagai berikut:

a. Eksistensi PPKn dinyatakan dalam pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 37 dinyatakan bahwa: “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Untuk mengakomodasikan perkembangan baru dan mewujudkan pendidikan sebagai bagian utuh dari proses pencerdasan kehidupan bangsa, maka nama mata pelajaran PKn beserta ruang lingkup dan proses pembelajarannya disesuaikan menjadi PPKn, yang bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dikenal

(39)

dengan “empat pilar kebangsaan”. Dalam PPKn, Pancasila ditempatkan sebagai entitas inti yang menjadi sumber rujukan dan ukuran kebahasilan dari seruruh ruang lingkup mata pelajaran.

b. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari seluruh ketatanan penyelenggaraan Negara yang berdasarkan atas dan bermuara pada sistem nilai dan moral Pancasila.

c. Masing - masing ruang lingkup dijabarkan kedalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang secara konseptual membangun keutuhanmasing-masing ruang lingkup dan mencerminkan koherensi PPKn dengan empat Pilar.

d. Dalam setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, mata pelajaran PPKn memuat secara utuh ruang lingkup tersebut.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sebagai mata pelajaran yang memiliki misi mengembangkan keadaban pancasila, diharapkan mampu membudayakan dan memberdayakan peserta didik agar menjadi warga Negara yang cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa dan Negara Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab (Permendikbud No.58 tahun 2014).

Model penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar PPKn menggunakan penilaian otentik (authentic assessment). Penilaian otentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,

(40)

memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang otentik (Permendikbud No.58 Tahun 2014).

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan Pancasila, dan UUD 1945 (Depdiknas 2003:2). Pembelajaran PPKn merupakan proses dan upaya menjabarkan dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga Negara Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang berkualitas sesuai visi, misi, dan tujuan sekolah, maka yang harus diperhatikan guru PPKn dalam Pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan Pembelajaran PPKn

Perencanaan pembelajaran PPKn hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan pembelajaran yang matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan persiapan pembelajaran guru wajib melakukan persiapan pembelajaran. Persiapan tersebut bertujuan agar guru sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) mengetahui apa yang diajarkan kepada peserta didiknya. Persiapan yang harus dilakukan oleh guru PPKn sebagai berikut:

a. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran,

(41)

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dasar dalam materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penialaian (Mulyasa, 2003: 190).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dari pembelajaran PPKn, yang pengembangannya dilakukan secara profesional.

c. Model Pembelajaran

Dalam Peraturan Menteri Nomor 103 Tahun 2014 ayat 2 bahwa Model Pembelajaran merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.

2) Pelaksanaan Pembelajaran PPKn

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Tugas guru PPKn yang paling utama pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang perubahan perilaku bagi peserta didk.

(42)

Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 penjelasan pasal 77 ayat (1) ditegaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, Kesadaran berkonstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia (Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014).

B. Kerangka Berfikir

Proses belajar mengejar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Seorang guru mempunyai peranan yang sangat penting dlam menyampaikan bahan pelajaran. Menyampaikan bahan pelajaran berarti melaksanakan beberapa kegiatan, tetapi kegiatan itu tidak aka nada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan tertentu.

Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Penilaian model-model pembelajaran yang tepat oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan yang sangat penting, seorang guru harus berani mencoba berbagai model pembelajaran dalam proses belajar mengajar agar guru dapat membandingkan model pembelajaran mana yang tepat digunakan dalam suatu mata pelajaran.

Inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran

(43)

ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah. Melalui penerapan model pembelajaran tersebut dapat memberikan peningkatan terhadap kemampuan menyatakan pendapat siswa dalam pembelajaran PPKn. Kemampuan menyampaikan pendapat siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin.

Untuk lebih jelasnya, hubungan model Inquiry dengan peningkatan kemampuan menyatakan pendapat siswa dalam pembelajaran PPKn digambarkan dalam bentuk skema berikut:

(44)

Gambar 1: Skema Kerangka Pikir

C. Hipotesis Tindakan

“Dengan diterapkan modelpembelajara Inquiry dapat meningkatkan kemampuan menyatakan pendapat siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”.

Guru: Dalam proses pembelajaran guru lebih cenderung menyampaikan materi di depan kelas dengan tidak melibatkan siswa dan guru hanya mengandalkan satu metode yang monoton dalam pembelajaran yakni hanya metode ceramah yang tidak bervariasi.

Siswa: Dalam pembelajaran PPKn siswa lebih cenderung duduk, diam dan mendengarkan materi yang di berikan oleh guru sehingga siswa tidak aktif dalam kelas.

Kondisi Awal

Tindakan Dengan menggunakan Model Pembelajaran Inquiry.

Kondisi Akhir Dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan kemampuan menyatakan pendapat siswa.

(45)

36

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2006:3).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa untuk mata pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Sekolah SMP Negeri 1 Bajeng berdiri sejak tahun 1965 yang berada di Jl. Batang Banoa No. 3 Pada Kecamatan Bajeng. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah SMP Negeri 1 Bajeng.

2. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa yang berjumlah 29 orang, siswa yang terdiri dari 8 laiki-laki dan 21 perempuan. Dengan melihat kondisi yang ada bahwa pentingnya meningkatkan minat belajar siswa, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan adanya masalah yang terjadi pada kelas VIII A SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa pada saat pembelajaran berlangsung.

(46)

C. Faktor Yang Di Selidiki

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action resech) yang di lakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan (PTK) berfokus pada kelas/ pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry. D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil dengan menggunakan dua siklus, dimana setiap siklus sebanyak empat kali pertemuan, tiap siklus dilaksanakan dengan perubahan yang ingin di capai, seperti apa yang didesain dalam faktor yang akan di selidiki setiap di akhir siklus akan di beri evaluasi untuk melihat peningkatan .kemampuan menyatakan pendapat siswa dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran Inquiry. Setiap siklus ada empat tahap, yaitu:

Gambaran Umum Tiap Siklus.

Pengamatan Siklus I Siklus II Pengamatan Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Refleksi Pelaksanaan Kemampuan menyampaikan pendapat siswa meningkat Meningkat Gambar 2. Siklus PTK (Arikunto, 2010:16)

(47)

Untuk lebih jelasnya prosedur penelitian yang akan di gunakan peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pembelajaran yang terjadi dikelas, kemudian peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam kelas dan menyusun hipotesis tindakan. Dalam penyusunan hipotesis tidakan, peneliti menggunakan model pembelajaran Inquiry untuk meningkatkan kemampuan menyatakan pendapat siswa.

Merancang alat penilaian sesuai dengan soal tes formatif yang telas dibuat. Adapun alat penilaian yang digunakan yaitu dengan mengacu pada setiap indikator dengan keterangan kategori:

A = Sangat Baik B = Baik

C = Cukup D = Kurang

Dengan Pedoman skor:

Skor maksimum : jumlah indikator x jumlah kategori

presentase: × 100%

2. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti menerapkan model pembelajaran Inquiry dalam proses pembelajaran PPKn kelas VIII A SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. Dalam proses pembelajaran siswa akan dibagi beberapa kelompok dan

(48)

akan melakukan diskusi dan membahas masalah (kasus) yang sudah di persiapkan oleh guru sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Inquiry.

3. Observasi

Selama proses pelaksanaan tindakan berlangsung, peneliti mengamati segala sesuatu yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, termasuk mengamati aktivitas belajar siswa. Pengamatan terhadap performance guru dalam menagajar di lakukan oleh guru mitra. Hasil pengamatan yang akurat, baik dilakukan peneliti maupun guru mitra, akan digunakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

4. Refleksi

Refleksi dijadikan sebagai bahan evaluasi serta untuk menetapkan simpulan dari penelitian ini. Simpulan yang dimaksud itu untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat berhasil atau belum selain itu refleksi juga dimaksudkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang muncul dalam proses pembelajaran dikelas selama penelitian berlangsung.

Hasil refleksi digunakan oleh peneliti sebagai acuan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Apabila masih ditemukan kekuarangan, maka hasil refleksi ini akan di gunakan sebagai acuan menyusun perencanaan pada siklus berikutnya, namun apabila hasil refleksi menunjukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Siklus Penelitian 1. Siklus I

(49)

a. Perencanaan

1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan memilih model pembelajaran Inquiry sebagai model pembelajaran yang akan di terapkan dalam proses belajar mengajar.

2) Menyiapkan materi yang akan diajarkan pada siklus I melalui pembelajaran Inquiry.

3) Membagi siswa dalam ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari ±5 siswa. 4) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

5) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang akan di gunakan saat proses pembelajaran berlangsung.

6) Mengembangkan format observasi pembelajaran 7) Membuat soal tes hasil pembelajaran

b. Pelaksanaan tindakan

1) Guru menulis topik pembelajaran yang hendak di pelajari.

2) Guru menyampaikan kepada peserta didik tentang model pembelajaran yang akan digunakan.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator yang hendak dicapai. 4) Sebagai apersepsi (memfokuskan perhatian siswa) dengan cara tanya jawab

yang berkaitan dengan materi pelajaran.

5) Guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari.

6) Setiap siswa dibagi dalam beberapa kelompok, kelompok yang dibentuk tersebut anggotanya heterogen yang jumlahnya 4-5 orang.

(50)

7) Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah di persiapkan oleh guru.

8) Kemudian setiap kelompok mencari dan menemukan jawaban atas permasalahan yang di berikan melalui buku paket elektronik Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran.

9) Guru memanggil salah satu kelompok secara acak, dan menjawab hasil tugas yang dikerjakan terhadap permasalahan yang di ajukan oleh guru.

10) Kelompok yang di tunjuk mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman kelas, guru, atau audiens lainnya.

11) Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok. 12) Memberikan kesempatan kepada siswa mencatat jawaban yang betul.

13) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.

14) Memberikan ulangan harian untuk melihat kecenderungan yang terjadi terhadap hasil belajar siswa.

c. Observasi

Observasi adalah mengamati tingkah laku siswa dan kegiatan yang di lakukan dalam proses pembelajaran selama penelitian berlangsung. Observasi di lakukan untuk melihat dan mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung melalui model pembelajaran Inquiry dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan catatan anekdot untuk mengumpulkan data. .

Adapun format observasi dapat di lihat pada lampiran.(Terlampir) d. Refleksi

(51)

Setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry selesai selanjutnya di adakan evaluasi siklus I, hasil dari evaluasi ini akan dianalisis dan disimpulkan. Hasil analisa dan refleksi pada siklus I di gunakan sebagai tindak lanjut dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry pada siklus II.

Pada kegiatan siklus I, apabila masih ditemukan masalah atau kendala-kendala saat proses pembelajaran dan perlu ditingkatkan. Hasil refleksi ini kemudian digunakan untuk melakukan revisi terhadap rencana pada siklus II, kekuarangan-kekuarangan pada siklus I ini mejadi pertimbangan rencana pada siklus II.

2. Siklus II a. Perencanaan

Berdasarkan refleksi pada siklus I diatas, yang perlu direncanakan pada siklus II yaitu:

1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penerapan alternatif pemecahan masalah.

2) Menyiapkan materi yang mudah dimana siswa mampu memahami dan menyelesaikannya dalam bentuk kerja kelompok.

3) Pengembangan program tindakan II. b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan masalah yang sudah di tentukan yaitu:

(52)

1) Guru melakukan apersepsi.

2) Guru memberitahukan materi yang akan dibahas serta tujuan yang hendak di capai dalam pembelajaran.

3) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari kemudian siswa memperhatikan dan menyimak uraian materi tersebut dengan menggunakan media pembelajaran.

4) Siswa bertanya jawab tentang materi yang belum di pahami.

5) Siswa mengumpulkan bacaan yang terkait dengan materi tersebut dari berbagai sumber, kemudian melakukan kerja kelompok dan memahami materi tersebut kemudian melaporkan hasil kerja kelompoknya.

6) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelomponya. c. Observasi

Observasi di lakukan dalam proses pembelajaran dan tetap mengamati kegiatan siswa. Pengamatan pembelajaran pada siklus II di lakukan untuk melihat perubahan yang di lakukan pada siklus I. yang akan di amati yaitu peningkatan kemampuan menyampaikan pendapat siswa serta keaktifan dan partisipasi dalam kerja kelompok.

d. Refleksi

Berdasarkan pembelajaran yang telah berlangsung pada siklus II maka:

1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.

(53)

E. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa instrument non tes.

a. Instrument non tes yang digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif adalah lembar observasi aktivitas siswa yaitu digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada kelas dengan menggunakan metode Inquiry. Adapun lembar observasi aktivitas siswa pada penelitian ini adalah. (terlampir)

b. Tes

Instrument tes yang digunakan untuk mengetahui data tentang prestasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan yaitu tes hasil belajar siswa untuk mengukur hasil belajar PPKn dengan menggunakan metode Inquiry. Bentuk tes yang digunakan yaitu essay. (terlampir)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa instrument sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Dalam penelitian ini, observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi model inquiry. Dalam hal ini yang akan diobservasi yaitu kemampuan menyatakan pendapat siswa dalam kegiatan belajar mengajar. (Terlampir)

(54)

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dalam proses pembelajaran. Adapun yang di jadikan bahan dokumentasi adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), daftar guru-guru SMP Negeri 1 Bajeng, dan daftar nama-nama siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa dan berupa foto saat pelaksanaan penelitian di kelas VIII SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa.

G. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpul pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini adalah indikator peningkatan partisipasi kemampuan menyampaikan pendapat siswa dalam penelitian yang meliputi beberapa indikator sebagai berikut:

1. Keaktifan setiap peserta didik menyumbangkan ide dalam diskusi kelompok dikatakan meningkat apabila diperoleh minimal skor 50% dari skor ideal.

2. Kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan pembelajaran dikatakan meningkat apabila diperoleh minimal skor 52% dari skor ideal.

3. Kemampuan peserta didik dalam berbicara dikatakan meningkat apabila diperoleh minimal skor 50% dari skor ideal.

(55)

4. Kemampuan peserta didik dalam menyimak materi yang dijelaskan dikatakan meningkat apabila diperoleh minimal skor 51% dari skor ideal. 5. Kemampuan peserta didik dalam menanggapi wacana yang diberikan

dikatakan meningkat apabila diperoleh minimal skor 61% dari skor ideal. 6. Kemampuan peserta didik dalam berinteraksi di kelas dikatakan

Gambar

Gambar 1:  Skema Kerangka Pikir
Tabel 1: Indikator pertemuan siklus I No Indikator Pertemuan Hasil Observasi JumlahSiswa I II III IV A B C D  ×  ×  ×  × 1 Keaktifan peserta didik menyumbangkan
Tabel 2: Hasil observasi siswa pada siklus 1 No Hasil Observasi Jumlah Siswa PersentaseSangat Baik(%) (A) Baik(B) Cukup(C) Kurang(D) 1 7 (24%) 6 (21%) 11 (38%) 5 (17%) 29 100% 2 4 (14%) 12 (41%) 13 (45%) - 29 100% 3 3 (10%) 5 (17%) 17 (59%) 4 (14%) 29 100%
Tabel 3: Nilai hasil belajar siswa pada tes awal (pre test)
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan siklus I bahwa dari penilaian RPP diperoleh skor nilai 71, dari aspek guru diperoleh skor 63,5, dari aspek siswa diperoleh skor 50, hasil

lainnya yang berhubungan aktivitas keagamaan. Beberapa konflik sosial yang tergolong besar di Kota Cilegon yang dapat dipetakan antara lain: Aksi Karyawan PT Krakatau Steel

Bata-ri Toja Daeng Talaga Arung Timurung Datu-ri Chitta Sultana Zainab Zakiat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE-ri Tipuluna] (1741- 1749) (masa

Hasil penilitian berupa tingkat kerentanan gerakan tanah dipengaruhi 5 faktor yaitu curah hujan, jenis tanah, geologi, tataguna lahan, kemiringan lereng dan faktor yang

Skor Angket untuk Variabel X1 (Layout toko) Alternatif Jawaban No. Store sudah menunjukkan ciri khas dari perusahaan tersebut, mayoritas responden menjawab setuju

Fakta lain yang muncul dalam persidangan ataupun dengan alat- alat bukti yang diajukan oleh para pihak yang berperkara, dikarenakan pemeriksaan setempat itu

tunggakan angsuran Kreasi adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari tipe kepemimpinan demokratis, autokratis, dan tipe kendali bebas, yang dilakukan untuk

- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata TAHUN ANGGARAN