• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa Sebagai Ujung Tombak Pembela Merah Putih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahasiswa Sebagai Ujung Tombak Pembela Merah Putih"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWA SEBAGAI UJUNG TOMBAK PEMBELA MERAH PUTIH

Membangun(kan) Nasionalisme Pemuda

Sejarah Indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran pemuda sebagai ujung tombak dalam mengantarkan bangsa dan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Di mana pada awal abad ke-20 muncul semangat nasionalisme kaum pemuda terpelajar untuk melawan kolonialisme dan imperialisme. Mereka merasa senasib sepenanggungan sebagai bangsa terjajah dan memiliki tekad merebut kemerdekaan dari penjajahan kolonialisme asing. Mereka menginginkan penentuan nasib sendiri dan pembentukan pemerintahan sendiri. Mereka membayangkan sebuah komunitas politik yang bernama “Indonesia”.

Untuk mencapainya, pemuda menyadari bahwa motor persatuanlah yang bisa mengantarkan “Indonesia” ke gerbang kemerdekaan. Lalu, pada 28 Oktober 1928, para pemuda yang berasal dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda, menyatakan sikap dan komitmennya melalui Sumpah Pemuda, yang isinya: “Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.” Sumpah pemuda tersebut merupakan tonggak sejarah perjuangan bangsa yang mengatasi berbagai kemajemukan.

Nasionalisme Pemuda Kini

Jika kita bandingkan nasionalisme pemuda masa kini dengan pemuda masa perjuangan kemerdekaan, tentu sangat jauh berbeda. Pemuda masa perjuangan kemerdekaan selalu diidentikkan dengan pejuang, pemberontak, dan pemberani. Maka tidak mengherankan ketika pada 1945, Belanda menyebut aktivis-aktivis yang menentang Belanda sebagai “Pemuda”. Namun sekarang, semangat nasionalisme pemuda tampaknya memudar, tertidur dan ditidurkan. Sangat jarang kita temui (kelompok) pemuda yang sungguh-sungguh memikirkan dan memperjuangkan bangsa ini. Tidak sedikit organisasi mahasiswa dan kepemudaan yang

(2)

meskipun memakai simbol-simbol kebangsaan dan selalu mengatasnamakan demi rakyat, namun dalam kenyataannya lebih mementingkan kelompoknya daripada kepentingan bangsanya. Lebih parah lagi ketika organisasi tersebut terkontaminasi oleh kepentingan politik penguasa (seniornya).

Selain itu, di era modern dan serba instan ini, tidak sedikit pemuda yang terikut arus menjadi generasi instan. Generasi hedonis, individualis, dan apatis. Mereka lebih suka nongkrong di pusat perbelanjaan, pusat hiburan, dan dunia maya. Tidak peduli dengan masa depan bangsanya, rakyat miskin, dan persoalan yang ada di sekitarnya. Bagi mereka, yang terpenting adalah kesenangan diri.

Sangat tidak mungkin seseorang yang asyik dengan diri sendiri, bisa mencintai bangsanya. Pemuda yang tidak mengenal bangsa dan segala persolannya, tidak mungkin memiliki kemauan dan kemampuan memperjuangkan bangsanya. Seperti yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer, “tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau tidak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya”.

Pemuda yang apatis dan anasioanlis tersebut tidak bisa disalahkan juga. Karena, hal ini tidak berdiri sendiri, tapi ada hubungan kausilitas. Banyak faktor yang menyebabkan memudarnya semangat nasionalisme generasi muda. Pertama, kurangnya penanaman nilai-nilai kebangsaan. Lembaga pendidikan formal sebagai tempat paling strategis dalam membangun semangat kebangsaan, ternyata belum menemukan jalan terang. Masih kabur. Kita lihat misalnya dalam pelajaran sejarah dan kewarganegaraan, siswa biasanya dibebani dengan berbagai hafalan. Bukan penyadaran. Siswa akhirnya tidak jauh berbeda dengan burung beo yang hanya bisa mengucapkan lima sila Pancasila. Metode pembelajaran yang hanya satu arah, membuat siswa menjadi tidak kreatif dan kritis, sehingga nasionalisme yang terbangun hanyalah palsu.

Upaya membangun semangat nasionalisme yang tidak didasarkan pada sikap kritis, kreatif, dan ilmiah, hanyalah menghambur-hamburkan waktu. Justru hal ini hanya melanggengkan status quo dan penindasan yang semakin masif. Di lembaga pendidikan, sangat jarang siswa mendiskusikan Pasal 33 UUD 1945 dan kaitannya dengan kesejahteraan rakyat. Mereka hanya disuruh

(3)

menghafal isi pasal 33 tersebut, tetapi tidak memahaminya. Jangankan siswa, banyak juga pemuda mahasiswa tidak memahaminya.

Kedua, pengaruh media di tengah-tengah arus globalisasi. Media hari ini (khususnya media elektronik: televisi) ikut berkontribusi dalam menidurkan semangat nasionalisme generasi muda. Lihatlah, seringkali media memuat tayangan-tayangan yang cengeng, mistis, lebay, dan kepentingan politik-ekonomi segelintir elite. Tayangan-tayangan ini membuat penonton lupa “daratan”. Media yang salah satu fungsinya adalah memberikan pendidikan dan pencerahan, justru menyebarkan pembodohan. Memang ada juga tayangan positif yang sifatnya mendidik, hanya saja porsinya tidak sebanding. Hal ini juga tidak terlepas dari persaingan media, dan kepentingan si pemilik media tentunya.

Ketiga, minimnya keteladanan dari pemimpin. Perilaku pemimpin yang korup dan mengkhianati rakyat, telah meracuni pemuda. Pemimpin-pemimpin seperti inilah sebenarnya yang paling bersalah di bangsa ini. Merekalah sesungguhnya yang tidak memiliki semangat nasionalisme karena telah menghancurkan bangsa yang telah diperjuangkan dengan susah payah oleh pejuang-pejuang (khususnya pemuda) dulu. Padahal, pemimpin itu harusnya menjadi cermin bagi generasi muda.

Keempat, minimnya ruang bagi pemuda untuk mengembangkan potensi dan kepemimpinannya. Membangun semangat nasionalisme itu membutuhkan proses. Semangat nasionalisme seseorang bisa muncul dan berkembang ketika dirinya diberi tanggungjawab. Persoalannya adalah ruang bagi pemuda untuk berproses dan mengembangkan potensi kepemimpinannya sangat sempit. Kalaupun pemuda memasuki ruang, katakanlah organisasi kemasyarakatan dan partai politik, pemuda seringkali hanya ditempatkan sebagai pion dalam percaturan politik kekuasaan.

Membangun(kan) Nasionalisme Pemuda

Menghangatnya wacana tentang pemuda dan kebangsaan belakangan ini setidaknya mengandung makna bahwa ada upaya menumbuhkan semangat nasionalisme pemuda demi masa depan bangsa yang lebih baik. Masa depan bangsa ini ada di tangan pemuda. Bangsa Indonesia akan tetap ada selama semangat nasionalisme itu tetap ada. Oleh karena, jika kita masih menginginkan keberadaan bangsa ini, maka nasionalisme pemuda harus dibangun(kan).

(4)

Cara paling strategis dalam membangun(kan) nasionalisme pemuda adalah lewat pendidikan. Pendidikan yang kritis, kreatif, dan mengabdi untuk kepentingan bangsa. Selain itu, nasionalisme harus dibangun dari dalam dan oleh pemuda itu sendiri untuk kepentingan bangsanya. Di sinilah tugas organisasi mahasiswa dan kepemudaan dinantikan. Terakhir, keteladanan pemimpin, pemerintah dan tokoh masyarakat, akan menjadi inspirasi bagi pemuda.

Mahasiswa Ujung Tombak Arah Bangsa

Tentu kita tahu apa itu arti dari mahasiswa. Kata mahasiswa terdiri dari dua suku kata yaitu ‘maha‘ dan ‘siswa’. Maha yang berarti tertinggi sedangkan siswa adalah seseorang yang berkedudukan sebagai pelajar. Bisa diartikan bahwa mahasiswa adalah pelajar yang berada diposisi tertinggi dalam sistem pembelajaran. Tentunya sebagai yang tertinggi, seorang mahasiswa dituntut untuk mampu memberikan contoh yang terbaik di berbagai kalangan, karena kita dinilai sudah memperoleh pembelajaran yang terbaik saat menjadi seorang mahasiswa. Setidaknya kita dituntut untuk bisa melakukan suatu perubahan kecil di lingkungan sekitar kita sebagai seorang mahasiswa. Dan disini saya akan menjelaskan sebuah contoh yang akan saya lakukan yaitu belajar dengan tekun. Saat ini kebanyakan mahasiswa hanya kuliah untuk bermain-main saja. Sedangkan diluaran sana banyak anak yang punya nekat dan niat yang kuat untuk belajar tetapi belum bisa merasakan apa itu bangku perkuliahan. Jadi sebagai seorang mahasiswa yang ingin melakukan perubahan kita tidak boleh menjadi salah satu dari mahasiswa yang hanya main-main saja. Kita harus menjadi mahasiswa yang memanfaatkan berkah dari Tuhan dengan baik atas nikmat-Nya sehingga kita bisa merasakan kuliah. Mengisi kegiatan kuliah dengan hal-hal yang positif, seperti mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang ada di universitas kita masing-masing. Selain kegiatan non akademiknya, kita juga tidak boleh melupakan prestasi akademik kita. Belajar dengan tekun adalah salah satu cara yang termudah yang bisa kita lakukan sebagai seorang mahasiswa. Kenapa saya ambil contoh belajar? Sesuai dengan judul ‘mahasiswa ujung tombak arah bangsa’. Arah bangsa menjadi lebih baik apabila kita mampu memberikan yang terbaik untuk bangsa ini dengan ilmu yang telah kita dapat dari berbagai sumber. Bagaimana mendapatkan ilmu? Yaitu dengan cara belajar. Namun perlu diingat bahwa belajar itu bukan

(5)

hanya dilakukan di sekolah atau kampus, namun yang namanya proses belajar mengajar terjadi dimana saja. Kadang hal yang tidak terduga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran.

Ilmu yang harus kita pelajari bukan hanya akademik maupun non akademik, namun ilmu agama juga harus kita pelajari. Iman yang kuat adalah salah satu kunci kesuksesan yang akan diridhai Allah. Kenapa harus iman yang kuat? Apabila kita ingin merubah Negara ini menjadi lebih baik maka iman memiliki peran yang sangat penting. Misalnya saja apabila kita menjadi seorang presiden. Presiden tidak serta merta membuat peraturan tanpa adanya pertimbangan yang matang. Peran iman masuk dalam hal ini. Apakah peraturan tersebut dapat dilaksanakan untuk triliunan masyarakat atau mungkin peraturan ini hanya dibebankan kepada rakyat jelata. Dengan iman pasti kita akan membuat keputusan dengan seadil adilnya tanpa pandang bulu. Selain itu perlu adanya dukungan dari semua pihak untuk melaksanakan peraturan tersebut. Dan perlu adanya sebuah pengawasan yang ketat dari penegak hukum.

Namun peraturan tinggalah peraturan, banyak pelanggaran disana sini karena kurang ketatnya penindakan hukum. Banyak kasus pelanggaran yang terjadi disekitar kita. Pemerintah membuat aturan tentang pembagian bantuan kepada warga miskin, namun banyak warga yang mampu juga ikut merasakannya. Kurangnya kesadaran diri pada masyarakat kita yang membuat bangsa ini menjadi biasa-biasa saja. Tanpa adanya kemajuan. Tentunya kembali lagi ke iman, kalau kita memiliki iman pastilah kita taat terhadap hukum. Menanamkan kesadaran akan taat hukum memang sulit karena sudah tertanam pada diri sebagian masyarakat kita semboyan “aturan dibuat untuk dilanggar”. Kalimat tersebut sudah tertanam pada banyak jiwa dinegara ini secara tidak langsung saat masih kecil ketika melihat orang tua sering melakukan pelanggaran-pelanggaran. Tanamkan pada diri anda/saya/kita untuk taat dan sadar kepada hukum yang berlaku. Bukan hanya terucap di lisan yang tajam namun juga dilakukan dengan sebuah tindakan nyata. Apabila pada diri kita masih ada semboyan tersebut, buanglah. Kita sebagai mahasiswa adalah contoh untuk generasi selanjutnya. Perlu juga tindakan nyata bukan hanya omong kosong belaka.

Memang pada saat ini kita sebagai calon generasi selanjutnya sulit untuk mencari contoh yang baik yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Kebiasaan melanggar, korupsi, dan lain sebagainya masih banyak dilakukan terutama yang berada dikursi pemerintahan. Bahkan untuk tingkat kelurahan pun masih terjadi hal demikian. untuk membuat sebuah KTP saja kita masih

(6)

mengeluarkan segelintir uang untuk memberikan upah kepada mereka. Bukankah mereka sudah diberi upah oleh Negara? Bukan hanya terjadi di tingkat kelurahan, tingkat pusat pun banyak terjadi hal demikian. Ya mereka membuat proyek untuk membangun bangsa ini. Banyak proyek pembangunan dimana-mana, baik pembangunan jalan, gedung, sarana pembelajaran. Dalam melaksanakan proyek tersebut mereka memang merencanakan dengan matang, bahkan dalam hal keuangan. Mereka dengan sengaja melebihkan anggaran dari apa yang ada pada kenyataan. Untuk apa? Apalagi kalau bukan urusan nafsu mereka. Memang sulit untuk meninggalkan suatu keburukan yang sudah mendarah daging. Dengan landasan iman yang kuatlah yang mampu mencegah kita melakukan hal demikian. Pemimpin kita bukan berasal dari keturunan raja namun berasal dari rakyat. Kalau kebanyakan pemimpin bermasalah berarti memang sudah bermasalah ketika masih menjadi rakyat. Mari perlahan kita ubah kebiasaan buruk untuk menjadi lebih baik, tentunya dengan landasan iman juga agar kita tidak tersesat. Dengan sedikit paksaan pada diri kita untuk merubah dari kebiasaan yang buruk menjadi kebiasaan baik. Karena suatu kebiasaan akan sulit dirubah kalau tidak berasal dari dalam diri kita sendiri. Selain berusaha memperbaiki kita juga sedikit demi sedikit memperbaiki lingkungan sekitar. Berikan prinsip-prinsip kebaikan dan terus ditularkan kepada yang terdekat. Ketika semua sudah sadar maka apabila terjadi pergantian kepemimpinan maka yang akan maju selanjutnya berasal dari rakyat yang sadar akan hukum, rakyat yang bekerja untuk rakyat dengan dilandasi ilmu agama yang kuat. Dan Indonesia akan menjadi lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Ensiklopedia pada materi bangun ruang kelas V Sd/Mi di validasi oleh para validator ahli pengampu di bidangnya, maka tahap selanjutnya memperbaiki desain bahan ajar ensiklopedia

Salah satu permasalahan yang di hadapi oleh Satuan polisi lalu lintas (Satlantas) Polres Rembang sebagai penegak hukum yang terlibat langsung di lapangan adalah meningkatnya

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif  terhadap

Lukisan berjudul Women III adalah merupakan hasil karya yang dibuat oleh seniman yang menganut aliran lukisan abstrak ekspresionis willem de Kooning dan merupakan salah satu

Sehingga dari peran project manager sebagai change agent dapat disimpulkan bahwa project manager harus mampu mengambil kebijakan untuk melakukan perubahan dalam proyek, antara

b) Mendefinisikan masalah dan Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. c) Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah d) Menetapkan

Radiografi kedokteran gigi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan gambaran keadaan atau kelainan yang tidak terlihat secara klinis di rongga mulut, memberikan