• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

A. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Gorontalo triwulan I 2019 atas harga berlaku mencapai Rp9.970 miliar dan atas dasar harga konstan sebesar Rp6.959 miliar. Berdasarkan besaran PDRB, perekonomian Gorontalo mengalami pertumbuhan 6,72 persen (y-on-y) dan meningkat 1,52 persen (q-to-q) seperti yang tersaji di dalam

Grafik1.1.

Dari sisi produksi, PDRB Provinsi

Gorontalo didominasi oleh

Lapangan Usaha Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan dengan kontribusi sebesar 38,76 persen,

dengan tingkat pertumbuhan

sebesar 5,35 persen (y-on-y) dan

7,34 persen (q-to-q), yang

disebabkan oleh meningkatnya hasil produksi tanaman pangan (jagung),

hasil perikanan, dan hasil

perkebunan semusim. Namun

pertumbuhan tertinggi q-to-q dicapai oleh lapangan usaha industri pengolahan sebesar 8,18 persen dikarenakan adanya peningkatan produksi industri makanan dan industri percetakan sebagai dampak dari penyelenggaraan Pemilihan Umum.

Sementara dari sisi pengeluaran masih didominasi oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dengan kontribusi sebesar 60,84 persen dan pertumbuhan sebesar 7,50 persen (y-on-y) dan 0,76 persen (q-to-q). Aktivitas partai politik dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum juga berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB sisi pengeluaran, dimana komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 11,36 persen (y-on-y) dan 6,91 persen (q-to-q). Sementara berkurangnya alokasi DAK Fisik tahun 2019 di Provinsi Gorontalo berdampak pada pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang mencapai -8,40 persen (y-on-y).

Melihat capaian pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo Triwulan I 2019 dan perkembangan yang terjadi, pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo pada Triwulan II 2019 diperkirakan akan mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan, hal tersebut didorong oleh beberapa faktor diantaranya, peningkatan permintaan domestik seiring dengan realisasi anggaran pemerintah yang semakin meningkat. Selain itu, konsumsi masyarakat diperkirakan akan meningkat dari triwulan sebelumnya seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat pada saat bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Di sisi eksternal, kinerja ekspor terutama perdagangan antar daerah juga diperkirakan akan mengalami peningkatan sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan meningkat pada triwulan II 2019 dan meningkatnya permintaan komoditas pangan dari luar Provinsi Gorontalo menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri.

B. Inflasi

Pada triwulan I 2019, inflasi Gorontalo menunjukan tren yang fluktuatif dengan tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari 2019 sebesar 0,18 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada kelompok pengeluaran diantaranya kelompok bahan makanan sebesar 0,40 persen, kelompok sandang sebesar 0,19 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,17 persen sesuai data yang tersaji di dalam Grafik 1.2.

G ra fik 1 .1 Pe rtu m bu ha n E ko no m i d an P D R B P ro vin si G oro nta lo pe r T riw ula n T ah un 20 17 -2 01 9

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (data diolah) 7.27% 6.64% 5.29% 6.74% 6.19% 7.45% 5.24% 6.51% 6.72% 5.01% 5.01% 5.06% 5.07% 5.06% 5.27% 5.17% 5.17% 5.07% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2017 2018 2019

(4)

2

Komoditas utama penyumbang inflasi terbesar di

Gorontalo diantaranya ikan ekor kuning (0,1145 persen), ikan selar/tude (0,1011 persen), angkutan udara (0,0605 persen). Kenaikan harga ikan akibat kurangnya pasokan ikan, karena faktor cuaca buruk. Harga angkutan udara masih tetap menjadi penyumbang inflasi akibat kebijakan maskapai penerbangan yang tetap menaikkan harga tiket penerbangan. Pada bulan Februari 2019 Kota Gorontalo mengalami deflasi yang disebabkan adanya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 4,33 persen, dimana penurunan indeks terbesar pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar -1,79 persen dan sub kelompok ikan segar sebesar -12,03 persen (selar/tude, ekor kuning, laying, nike, cakalang). Melimpahnya

pasokan ikan sebagai dampak dari kembali melautnya para nelayan setelah cuaca Gorontalo yang kembali membaik. Di bulan Maret 2019, Gorontalo kembali mengalami inflasi akibat adanya kenaikan indeks pada enam kelompok pengeluaran, dimana kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan menjadi kelompok dengan kenaikan tertinggi sebesar 0,24 persen khususnya pada sub kelompok transport. Sementara komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu cabai rawit (0,1000 persen), cakalang (0,0684 persen), daging ayam ras (0,0587 persen), pisang (0,0536 persen) dan angkutan udara (0,0454 persen). Pada periode triwulan II 2019, Gorontalo diperkirakan akan mengalami peningkatan tekanan inflasi. Peningkatan tekanan inflasi ini diprediksi akan didorong oleh kelompok

volatile food (ikan,ayam, tomat, bawang, sayur dan daging) dan administered prices (pesawat, bus dan rokok)

sebagai dampak dari meningkatnya kebutuhan memasuki bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri.

C. Indikator Kesejahteraan

Sesuai data pada Grafik 1.3, sampai dengan September 2018 jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo telah mengalami penurunan menjadi sebanyak 188,3 ribu jiwa (15,83 persen) dari sebelumnya 198,51 ribu jiwa (16,81 persen) pada bulan Maret 2018. Penurunan penduduk miskin terjadi baik di pedesaan maupun perkotaan seiring semakin gencarnya pelaksanaan program pengentasan kemiskinan baik oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah pusat melalui bantuan sosial pemerintah. Perdesaan masih menjadi pusat konsentrasi penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 88,37 persen. Hal tersebut akibat ketergantungan penduduk pada sektor pertanian serta kurangnya wawasan dan keahlian penduduk terhadap mata pencaharian lain selain pertanian. Meskipun pada tahun 2018 nilai tukar petani (NTP) sebagai indikator proxy kesejahteraan petani mengalami peningkatan namun belum memberikan

dampak yang signifikan terhadap perbaikan tingkat kemiskinan di wilayah perdesaan.

Pada periode triwulan I 2019, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Gorontalo berada di angka 105,63 yang menunjukkan adanya peningkatan kondisi ekonomi konsumen di Provinsi Gorontalo. Hal tersebut sebagai dampak dari panen raya jagung yang mendorong peningkatan nilai indeks pendapatan rumah tangga.

203.186 203.691 205.367 200.913 198.511 188.301 17.72 17.63 17.65 17.14 16.81 15.83 14.5 15 15.5 16 16.5 17 17.5 18 175 180 185 190 195 200 205 210

Maret September Maret September Maret September

2016 2017 2018

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Persentase (%) Penduduk Miskin

Gr af ik 1.3 Tingka t K em iski na n Provinsi Gor on talo T ah un 20 16 -2018

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (data diolah) 0.32 -0.08 0.11 2.82 2.57 2.48 0.18 -0.68 0.09 1.65 1.81 1.56

Januari Februari Maret

Indonesia (mtm) Indonesia (yoy) Gorontalo (mtm) Gorontalo (yoy)

G ra fik 1 .2 In fla si Pro vin si G oro nta lo T riwu lan I 2 01 9

(5)

3

Selain akan adanya panen raya padi pada triwulan II 2019, penyaluran Dana Desa oleh pemerintah pusat ke Desa-desa untuk pembangunan infrastruktur serta integrasi penggunaan Dana Desa dengan sektor-sektor yang bersentuhan dengan pekerjaan masyarakat desa, terutama sektor pertanian diharapkan akan mampu mengurangi tingkat kemiskinan di perdesaan.

Pada periode Februari 2019, jumlah pengangguran di Provinsi Gorontalo berkurang 696 orang, sejalan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi 3,47 persen. Hal ini didorong oleh adanya panen raya jagung dan padi pada akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019. Selain itu program Dana Desa oleh pemerintah yang dilaksanakan dengan metode Padat Karya Tunai sangat berperan dalam menyerap tenaga kerja di wilayah perdesaan.

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (data diolah)

G ra fik 1 .4 Pe rs en ta se T in gk at P en ga ng gu ra n Te rb uk a Pr ov in si G or on ta lo Ta hu n 20 16 -2 01 9

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo (data diolah) 3.88 2.76 3.65 4.28 3.62 4.03 3.47 5.5 5.61 5.33 5.5 5.13 5.34 5.01

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

2016 2017 2018 2019

(6)

4

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Realisasi pendapatan negara hingga Triwulan I tahun 2019 mencapai 17,08 persen dari estimasi penerimaan tahun

2019. Realisasi PNBP

mengalami peningkatan sebesar 13.66 persen dibanding periode

yang sama di tahun

sebelumnya, sedangkan

penerimaan pajak tidak

mengalami perubahan. Di sisi

realisasi belanja negara

mencapai 21,42 persen dari pagu tahun 2019. Realisasi belanja negara meliputi belanja

Pemerintah Pusat (13,36

persen) dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (25,95 persen).

A. Pendapatan Negara

1. Penerimaan Perpajakan a. Pajak Penghasilan (PPh)

Realisasi pendapatan PPh sampai dengan triwulan I tahun 2019 paling tinggi berasal dari Kota Gorontalo sebesar Rp36,81 miliar atau 58,19 persen dari total pendapatan PPh

lingkup Provinsi Gorontalo.

Sementara realisasi terkecil berasal dari Kabupaten Boalemo sebesar Rp2,13 miliar atau 3,37 persen dari total pendapatan PPh lingkup Provinsi Gorontalo. Kondisi ini

menggambarkan persebaran

lapangan pekerjaan dan

kemampuan ekonomis penduduk yang cukup timpang antar daerah di Gorontalo. Tabel 2 .1 Pa gu d an R ea lis asi APBN L ing kup P rovi nsi Gor on ta lo s.d . Tr iw ulan I Tah un 20 19 (da lam m iliar rup iah )

Sumber : Simtrada, Web Monev dan KPP Pratama Gorontalo (data diolah, diakses : 08-05-2019) Gr afik 2. 1 Gra fik R ea lis as i P en eri m aa n P Ph K ab up ate n/K ota lin gk up P ro vin si G oro nta lo s.d Tri w ula n I T ah un 2 01 9 ( da lam ju ta an ru pia h)

Sumber : KPP Pratama Gorontalo (data diolah)

422 959 672 1,036 1,283 1,970 2,577 3,256 4,510 1,107 2,249 872 857 2,847 1,830 12,521 11,439 12,845 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

Jan Feb Mar

KAB BOALEMO KAB BONE BOLANGO KAB GORONTALO KAB GORONTALO UTARA KAB POHUWATO KOTA GORONTALO

(7)

5

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Realisasi pendapatan PPN sampai dengan triwulan I tahun 2019 paling tinggi berasal dari Kota Gorontalo sebesar Rp19,20 miliar atau 51,40 persen dari total pendapatan PPN lingkup Provinsi Gorontalo. Sementara realisasi terkecil berasal dari Kabupaten Gorontalo Utara sebesar Rp1,10 miliar atau 2,95 persen dari total pendapatan PPN lingkup Provinsi Gorontalo. Kondisi geografis

bisa menjadi penyebab rendahnya

pendapatan PPN di Kabupaten Gorontalo Utara.

c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Realisasi pendapatan PPnBM sampai dengan triwulan I tahun 2019 paling tinggi berasal dari Kota Gorontalo sebesar Rp45,60 juta atau 49,11 persen dari total pendapatan PPnBM lingkup Provinsi Gorontalo. Sementara realisasi terkecil berasal dari Kabupaten Boalemo sebesar Rp451,4 ribu atau 0,49 persen dari total pendapatan PPnBM lingkup Provinsi Gorontalo. Kondisi ini menggambarkan bahwa masyarakat atau konsumen yang berpenghasilan tinggi masih terpusat di Kota Gorontalo.

d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Realisasi pendapatan PBB sampai dengan triwulan I tahun 2019 hanya berasal dari 2 kabupaten saja, yaitu Kabupaten Gorontalo sebesar Rp25,28 juta atau 36,19 persen dari total pendapatan PBB lingkup Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara sebesar Rp44,57 juta atau 63,81 persen dari total pendapatan PBB lingkup Provinsi Gorontalo. Pendapatan PBB tersebut bersumber dari sektor P3 (Perhutanan, Perkebunan dan Pertambangan).

Gr afi k 2 .2 Gr afik R ea lis as i P en erim aa n P PN K ab up ate n/K ota lin gk up P ro vins i Go ro nta lo s.d Tr iw ulan I Ta hu n 2 01 9 ( da lam jut aa n r up ia h)

Sumber : KPP Pratama Gorontalo (data diolah)

580 766 421 390 1,016 1,848 2,109 2,932 3,507 204 471 428 816 1,245 1,419 6,399 5,321 7,484 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000

Jan Feb Mar

KAB BOALEMO KAB BONE BOLANGO KAB GORONTALO KAB GORONTALO UTARA KAB POHUWATO KOTA GORONTALO

Gr af ik 2 .3 Gr af ik R ea lis as i P en er im aa n PBB K ab up at en /K ot a lin gk up P ro vins i Go ro nt alo s. d Tr iw ulan I Ta hu n 20 19 (d alam ribu an ru piah )

Sumber : KPP Pratama Gorontalo (data diolah)

0 0 451 1,093 273 136 799 19,145 12,033 350 352 295 10,229 505 1,600 0 7,432 38,171 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000

Jan Feb Mar

KAB BOALEMO KAB BONE BOLANGO KAB GORONTALO KAB GORONTALO UTARA KAB POHUWATO KOTA GORONTALO

Gr afik 2. 4 Gra fik R ea lis as i P en eri m aa n P BB K ab up ate n/K ota lin gk up P ro vin si G oro nta lo s.d Tri w ula n I T ah un 2 01 9 ( da lam ju ta an ru pia h)

Sumber : KPP Pratama Gorontalo (data diolah)

0 6,657 18,624 44,574 0 0 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000

Jan Feb Mar

KAB BOALEMO KAB BONE BOLANGO KAB GORONTALO KAB GORONTALO UTARA KAB POHUWATO KOTA GORONTALO

(8)

6

e. Pajak Lainnya

Realisasi pendapatan pajak lainnya sampai dengan triwulan I tahun 2019 paling tinggi berasal dari Kota Gorontalo sebesar Rp4,46 miliar atau 99,34 persen dari total pendapatan pajak lainnya lingkup Provinsi Gorontalo. Sementara realisasi terkecil berasal dari Kabupaten Boalemo sebesar Rp135 ribu atau 0,01 persen dari total pendapatan pajak lainnya lingkup Provinsi Gorontalo.

f. Realisasi penerimaan Cukai sampai dengan triwulan I tahun 2019 sebesar Rp18,96 juta berasal dari pendapatan denda administrasi pabean pada bulan Januari 2019. Kedepannya, diharapkan ekspor di Provinsi Gorontalo dapat memberikan devisa yang besar demi kemajuan Provinsi Gorontalo setelah optimalisasi ekspor membuahkan hasil yang signifikan pada tahun sebelumnya.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) triwulan I tahun 2019 sebesar Rp79,15 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari PNBP Lainnya sebesar Rp45,40 miliar, dan pendapatan BLU sebesar Rp33,75 miliar. Kota Gorontalo menyumbang pendapatan PNBP lainnya paling tinggi sebesar Rp18,23 miliar. Sementara sumber PNBP lainnya terbesar bersumber dari penerimaan kembali belanja modal tahun anggaran yang lalu sebesar Rp21,97 miliar (48,38 persen) diikuti pendapatan biaya pendidikan sebesar Rp9,79 miliar (21,57 persen). Pendapatan BLU terbesar bersumber dari jasa pelayanan pendidikan (88,66 persen) dan jasa Bandar Udara, Kepelabuhan dan Kenavigasian (10,30 persen). Keseluruhannya tercatat penerimaan di Kota Gorontalo.

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat tertinggi sampai dengan akhir triwulan I tahun 2019 adalah Belanja Bantuan Sosial sebesar 22,17 persen dari pagu, dan realisasi terendah adalah Belanja Modal sebesar 4,15 persen dari pagu. Realisasi Belanja Bantuan Sosial yang tinggi dipengaruhi program pemerintah PKH (Program Keluarga Harapan) di setiap K/L umumnya dan alokasi untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. G ra fik 2.5 Gr afik R ea lis as i P en erim aa n P ajak La in ny a K ab up ate n/K ota lin gk up P ro vins i Go ro nta lo s.d Tr iw ulan I Ta hu n 2 01 9 ( da lam jut aa n r up ia h)

Sumber : KPP Pratama Gorontalo (data diolah) 0 0 0 1 0 0 14 1 0 0 0 11 0 1 1 1,393 1,284 1,785 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000

Jan Feb Mar

KAB BOALEMO KAB BONE BOLANGO KAB GORONTALO KAB GORONTALO UTARA KAB POHUWATO KOTA GORONTALO

Gr af ik 2 .6 Gr af ik R ea lis as i P en er im aa n PN BP K ab up at en /K ot a lin gk up P ro vin si Go ro nt alo s. d Tr iw ulan I Ta hu n 20 19 (d alam jut aa n ru pia h)

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (data diolah) 7,249 16,889 798 923 1,055 261 18,229 0 0 0 0 0 0 33,747 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 Prov

GorontaloGorontaloKab BoalemoKab PohuwatoKab Kab BoneBolango GorontaloKab Utara Kota Gorontalo PNBP Lainnya Pendapatan BLU Gr afi k 2 .7 Tre n Pres en tas e R ea lis as i B elan ja Pem er int ah P us at Ling kup P ro v. Gor on talo s.d Tr iw ulan I Ta hu n 2 01 9

Sumber : pa.perbendaharaan.go.id (data diolah) 5% 12% 19.95% 1% 5% 13.69% 0% 1% 4.15% 0% 17% 22.17% 0% 5% 10% 15% 20% 25%

Jan Feb Mar

BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL BELANJA BANTUAN SOSIAL

(9)

7

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Sampai dengan triwulan I tahun 2019 realisasi Dana Transfer Lainnya masih yang paling besar dibanding pos yang lain, yaitu mencapai 34,20 persen dari pagu. Adapun realisasi DAK Fisik masih nihil disebabkan masih dalam proses lelang dan penyesuaian regulasi terbaru untuk peningkatan akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan kegiatan.

3. Pengelolaan BLU

Badan Layanan Umum di Gorontalo ada 2 (dua), yaitu Universitas Negeri Gorontalo yang dikategorikan sebagai BLU sektor Pendidikan sejak tahun 2009 dan BLU Bandar Udara Djalaluddin ditetapkan sebagai satker BLU sejak tahun 2017.

Jenis Belanja Universitas Negeri Gorontalo Bandar Udara Djalaluddin Pagu Realisasi Pagu Realisasi

RM 125,404.26 46,147.60 51,279.46 6,150.12

RMP 22,800.00 414.90 - -

BLU 90,000.00 20,806.10 16,194.20 3,364.37

Jumlah 238,204.26 67,368.60 67,473.66 9,514.48

Pagu sumber dana BLU tahun 2019 sebesar Rp106,19 miliar atau naik dibandingkan pagu awal tahun 2018 sebesar Rp98,84 miliar. Tahun 2019 tidak terdapat pagu yang bersumber dari PNBP pada kedua satker tersebut. Realisasi belanja yang bersumber dari dana BLU satker Universitas Negeri Gorontalo mencapai 23,12 persen, sedangkan realisasi satker Bandar Udara Djalaluddin mencapai 20,78 persen.

17% 8% 8.28% 1% 0% 11.64% 0% 0% 0.00% 0% 5% 14.38% 0% 16% 34.20% 4% 10% 2.79% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

Jan Feb Mar

Dana Alokasi Umum Dana Bagi Hasil DAK Fisik

DAK Non Fisik Dana Transfer Lainnya Dana Desa

Gr afik 2. 8 Tre n R ea lis as i Tr an sfe r k e D ae ra h d an D an a D es a L ing ku p P ro vin si G oro nta lo s.d Tri w ula n I T ah un 2 01 9 ( da lam ju ta an ru pia h)

Sumber : simtrada.djpk.depkeu.go.id dan pa.perbendaharaan.go.id (data diolah)

G

r

a

f

Tabel 2.2

Pagu dan Realisasi Badan Layanan Umum s.d Triwulan I Tahun 2019 (dalam jutaan rupiah)

Su m be r : pa .pe rb en da ha ra an .go .id (d ata diola h)

(10)

8

4. Manajemen Investasi Pusat

Manajemen Investasi Pusat di lingkup Provinsi Gorontalo hanya berupa Kredit Program (KUR).

NO WILAYAH DEBITUR JML AKAD OUTSTANDING

1 GORONTALO 22 463,500,000 196,392,962

2 KAB. GORONTALO 3,080 66,626,765,000 24,506,754,459

3 KAB. BOALEMO 1,472 26,812,600,000 9,703,235,018

4 KAB. BONE BOLANGO 1,127 23,143,000,000 7,453,625,390

5 KAB. POHUWATO 1,087 20,220,500,000 7,241,433,122

6 KAB. GORONTALO UTARA 772 14,274,450,000 4,522,544,322

7 KOTA GORONTALO 1,321 33,152,000,000 12,312,094,401

JUMLAH 8,881 184,692,815,000 65,936,079,674

Penyaluran terbesar berada di Kabupaten Gorontalo sebesar 36,07 persen dari total realisasi KUR yang sebagian besar disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia. Hal ini karena Bank BRI mempunyai banyak cabang serta unit yang tersebar sampai pelosok daerah. Sektor yang paling besar mendapatkan penyaluran adalah sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 50,39 persen dari total realisasi. Hal ini disebabkan Mayoritas UMKM di wilayah Gorontalo yang bankable adalah para pedagang.

C. Prognosis Realisasi APBN

Berdasarkan data-data realisasi tahun sebelumnya baik pendapatan maupun belanja, dapat disimpulkan bahwa target pendapatan negara sd Triwulan IV tahun 2019 sebesar Rp997,96 miliar (92,41 persen). Sedangkan sektor belanja negara termasuk belanja transfer pemerintah pusat diproyeksikan sd Triwulan IV tahun 2019 mencapai realisasi Rp10.012,79 miliar (94,95 persen). Terjadi proyeksi defisit sebesar Rp9.014,83 miliar, artinya bahwa uang yang di dapat pemerintah pusat dari Provinsi Gorontalo sangat kecil dibandingkan uang yang ditransfer dari Pemerintah Pusat ke Provinsi Gorontalo.

Uraian Pagu

Realisasi s.d. Triwulan I Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Rp Terhadap Pagu % Realisasi Rp % Perkiraan Realisasi Terhadap Pagu

Pendapatan Negara 1,079.93 184.41 17.08% 997.96 92.41%

Belanja Negara 10,545.33 2,259.14 21.42% 10,012.79 94.95%

Surplus/Defisit (9,465.40) (2,074.73) 21.92% (9,014.83) 95.24% Tabel 2.3

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) per Wilayah lingkup Provinsi Gorontalo s.d Triwulan I Tahun 2019

Su m be r : sik p.k em en ke u.g o.id (d ata diola h) Tabel 2.4

Perkiraan Realisasi Belanja Lingkup Provinsi Gorontalo s.d Triwulan I Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Su m be r : OMS PA N da n p erb en da ha ra an .go .id (d ata diola h)

(11)

10

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

URAIAN 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

PENDAPATAN 7,140.62 1,709.42 7,849.32 1,915.18

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 916.43 131.44 1,013.70 141.12

Pendapatan Transfer 6,135.37 1,577.69 6,692.01 1,769.57

Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 88.82 0.29 143.61 4.50

BELANJA 7,579.13 976.90 8,218.15 1,047.66

BELANJA OPERASI 5,180.63 806.95 5,685.29 857.25

Belanja Pegawai 2,912.58 469.49 2,775.32 484.38

Belanja Barang dan Jasa 1,865.90 259.05 2,464.19 312.67

Belanja Bunga 0.94 0.47 0.49 0.00

Belanja Subsidi 2.90 0.00 0.17 0.00

Belanja Hibah 307.65 69.41 349.29 52.12

Belanja Bantuan Sosial 90.67 8.52 95.83 8.08

BELANJA MODAL 1,511.49 32.99 1,549.98 50.66

Belanja Tanah 53.12 9.60 63.24 16.02

Belanja Peralatan dan Mesin 349.93 13.52 382.68 16.12

Belanja Bangunan dan Gedung 308.73 3.14 276.21 3.70

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 764.82 6.66 776.06 14.79

Belanja Aset Tetap Lainnya 34.90 0.06 51.80 0.04

BELANJA TAK TERDUGA 10.62 1.76 11.24 0.39

TRANSFER 876.38 135.21 971.64 139.36

SURPLUS / (DEFISIT) -438.51 732.52 -368.83 867.52

Pada sektor pendapatan, realisasi total pendapatan secara umum mengalami peningkatan. Seluruh komponen pendapatan, baik Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah (L2PYS) mengalami peningkatan. Peningkatan pendapatan pada Triwulan I Tahun 2019 diikuti pula dengan peningkatan realisasi belanja pemerintah. Dari 4 (empat) jenis belanja yang ada, hanya Belanja Tak Terduga yang mengalami penurunan realisasi. Walaupun mengalami peningkatan, realisasi belanja tersebut terhitung masih rendah, yaitu dengan realisasi sebesar 12 persen dari pagu yang ada. Hal itu menggambarkan pemerintah daerah belum dapat mengoptimalkan pendapatan yang diperoleh hingga triwulan I, terutama pendapatan transfer.

Ta be l 3 .1 R ea lis as i A PB D Lin gk up P ro vin si G oro nta lo s.d . A kh ir T riwu lan I T ah un 20 18 da n T ah un 20 19 (d ala m m ilia r ru pia h)

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Triwulan I Tahun 2019 Prov. Gorontalo, diolah

(12)

11

A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a) Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Lingkup Provinsi Gorontalo hingga triwulan I 2019 adalah Rp105,93 miliar. Angka tersebut mengalami peningkatan 37,10 persen dibandingkan realisasi periode yang sama pada tahun 2018. Provinsi Gorontalo menjadi Pemda dengan realisasi Penerimaan Pajak Tertinggi dengan realisasi sebesar Rp70,63 miliar. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor menjadi kontributor utama dalam realisasi PAD Lingkup Pemda Provinsi Gorontalo.

b) Penerimaan Retribusi Daerah

Kota Gorontalo memiliki realisasi Pendapatan Retribusi Daerah tertinggi pada Triwulan I 2019, dengan realisasi sebesar Rp3,97 miliar. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, menjadi komponen utama

Gambar 3.1

Realisasi Pendapatan Pemda Lingkup Provinsi Gorontalo s.d. Akhir Triwulan I Tahun 2019

Su m be r: L ap ora n K eu an ga n P em erint ah K on so lid as ian Tr iw ulan I Ta hu n 2 01 9 P ro v. Go ro nta lo, diola h

(13)

12

realisasi retribusi daerah. Realisasi tersebut bersumber dari Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum

Daerah Aloei Saboe.

c) Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Pada triwulan I 2019 terdapat penurunan realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan sebesar 24,69 persen, jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Seluruh realisasi pendapatan ini bersumber dari Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Swasta, yaitu atas Penyertaan Modal di PT. Bank Sulutgo, yang terealisasi pada bulan Maret 2019.

d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Pada triwulan I Tahun 2019, realisasi Lain-Lain PAD Yang Sah mengalami penurunan 53,75 persen dibandingkan realisasi triwulan I 2018. Sebagian besar penerimaan ini bersumber dari Pendapatan Bunga, yaitu sebesar Rp2,75 miliar atau 29,55 persen dari total realisasi pendapatan ini. Hal ini mengindikasikan uang yang mengendap pada rekening pemerintah daerah memiliki jumlah yang signifikan dan belum dibelanjakan hingga triwulan I 2019.

2. Pendapatan Transfer

DAU mendominasi dengan kontribusi sebesar 78,11 persen dari total realisasi transfer pemerintah pusat. Rasio DAU terhadap total pendapatan juga tinggi, yaitu sebesar 72,17 persen. Hal ini menunjukkan kelemahan keuangan dan kemampuan pemerintah daerah lingkup Prov. Gorontalo dalam membiayai pengeluaran daerahnya. Untuk Dana Alokasi Khusus, realisasi pada triwulan I seluruhnya merupakan realisasi DAK Non Fisik, sedangkan untuk DAK Fisik realisasinya masih Rp0 rupiah. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah untuk segera memenuhi persyaratan penyaluran DAK Fisik tahap pertama agar proses pembangunan tidak terlambat.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Hingga Triwulan I 2019, Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah empat belas kali dibandingkan realisasi triwulan I 2018. Realisasi ini disumbangkan oleh Pendapatan lain-lain pada Pemerintah Kota Gorontalo yang memiliki realisasi Rp4,07 miliar. Sedangkan untuk Pendapatan hibah yang besar, hanya memiliki realisasi sebesar Rp0,12 miliar.

B. Belanja Daerah

1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, dan Belanja Bantuan Sosial

Secara keseluruhan, belanja pemerintah daerah di Gorontalo mengalami peningkatan 7,24 persen. Peningkatan tertinggi pada realisasi belanja barang dan jasa, yang mengalami peningkatan realisasi sebesar Rp53,62 miliar pada triwulan I 2019. Hal yang perlu diperhatikan adalah masih tingginya rasio belanja pegawai terhadap total APBD (sebesar 46 persen). Rasio belanja modal secara agregat lingkup Provinsi Gorontalo masih tergolong rendah, yaitu pada angka 2 persen. Dimana angka ideal untuk rasio belanja modal adalah 20-22 persen. Pos Belanja Pegawai tersebut sebaiknya dapat ditekan, sehingga anggaran yang ada dapat digunakan untuk pembangunan, dan program yang memberikan efek langsung kepada masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan program redistribusi pegawai atau rasionalisasi pegawai.

Sekda Ingatkan OPD Pengelola DAK Segera Lengkapi Persyaratan

Kota Gorontalo– Peristiwa yang selalu berulang dari tahun ke tahun tentang pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) di daerah membuat Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo Darda Daraba kembali mengingatkan para pengelola DAK di Organisasi Perangkat Daearah (OPD) untuk segera melengkapi persyaratan yang diperlukan dalam pengelolaan DAK agar penerapannya tidak melampaui batas yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat. “Sejak 8 tahun yang lalu saya duduk di kementerian, permasalahan yang timbul hanya itu-itu terus. Padahal persyaratan ini sudah jelas yang harus dilengkapi. Kita sudah melaksanakan mulai dari musrembang tingkat nasional sampai diskusinya di tingkat regional hingga di masing-masing daerah. Tetap saja masalah yang timbul tentang persyaratan,” ungkap Darda saat membuka pelaksanaan Sosialisasi Mekanisme Transfer ke Daerah Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2019, di Aula Mohuyula Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo, Jumat (25/4/2019).

Darda menyampaikan untuk penyaluran DAK untuk triwulan I tahun 2019, belum disalurkan ke kas daerah. Ini dikarenakan masih adanya persyaratan yang perlu di penuhi oleh masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) terkait persyaratan penyaluran DAK tersebut.

Ia menjelaskan, tidak dapat pungkiri masih banyak keluhan atas laporan dari daerah-daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan DAK tahun-tahun sebelumnya terutama dari sisi laporan, persyaratan pencairan anggaran dan penyerapan yang tidak maksimal. Daerah penerima DAK tidak bisa menggunakan dana tersebut secara keseluruhan, banyak juga penyerapannya hanya sampai 62 persen saja dan yang paling tinggi 92 persen hingga 93 persen.

“DAK tahun 2019, pemerintah pusat akan lebih fokus pada daerah-daerah tertinggal dan terluar. Jangan sampai penyerapan DAK kita kalah dengan daerah-daerah tertinggal,” urai Darda. Su m be r: ht tp s: //h um as .g or on ta lop ro v. go .id (d ia ks es : 1 1/ 05 /2 01 9)

(14)

13

2.

Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Berdasarkan realisasi hingga triwulan I 2019, 5 (lima) urusan yang memiliki pagu tertinggi di Provinsi Gorontalo adalah urusan Pendidikan, Keuangan, Kesehatan, Adminstrasi Pemerintahan, dan Pekerjaan Umum. Sektor Pertanian yang menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan perekonomian di Provinsi Gorontalo, hingga triwulan I 2019, realisasi belanjanya sebesar 3,30 persen dari total realisasi belanja pemerintah. Dan sektor Pariwisata yang menjadi sektor unggulan, hingga triwulan I 2019, memiliki realisasi 0,78 persen dari total realisasi belanja APBD.

118.8 85.5 52.1 58.1 58.8 38.0 73.1 92.4 59.8 26.0 45.2 36.3 15.8 37.1 14.1 4.8 0.7 2.9 13.6 14.4 0.1 20% 16% 14% 18% 17% 18% 18% 16% 14% 13% 16% 14% 7% 8% 5% 1% 0.32% 2% 6% 11% 0.10%

Prov Gorontalo Kab Gorontalo Kab. Boalemo Kab Pohuwato Kab Bonbol Kab. Gorut Kota Gorontalo

B. Pegawai B. Barang

B. Modal % Realisasi Belanja Pegawai

% Realisasi Belanja Barang % Realisasi Belanja Modal

1,872 1,744 1,328 902 753 184.8 241.9 114.0 194.8 45.0 10% 14% 9% 22% 6%

Pendidikan Keuangan Kesehatan Adm. Pemerintahan PU

Pagu Realisasi % Realisasi Belanja Grafik 3.1

Realisasi Belanja per Pemda Lingkup Provinsi Gorontalo s.d. Akhir Triwulan I Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Su m be r: L ap ora n K eu an ga n P em erint ah K on so lid as ian Tr iw ulan I Ta hu n 2 01 9 P ro v. Go ro nta lo, diola h Grafik 3.2

Realisasi Belanja berdasarkan Klasifikasi Urusan Lingkup Provinsi Gorontalo s.d. Akhir Triwulan I Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Su m be r: L ap ora n K eu an ga n P em erint ah K on so lid as ian Tr iw ulan I Ta hu n 2 01 9 P ro v. Go ro nta lo, diola h

(15)

14

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2019

Uraian Pagu Realisasi s.d Triwulan I

Perkiraan Realisasi s.d Triwulan IV Realisasi % Realisasi % PENDAPATAN 7.849,32 1.915,18 24,40 7.849,32 100,00 BELANJA 8.218,15 1.047,66 12,75 8.218,15 100,00 SURPLUS / (DEFISIT) (368,83) 867,52 - (368,83) -

Hingga akhir tahun 2019, realisasi belanja APBD lingkup Provinsi Gorontalo diperkirakan sesuai dengan pagu anggaran. Begitu juga dengan pendapatan daerah, diperkirakan realisasi di akhir tahun sesuai dengan target yang ditetapkan.

Tabel 3.2

Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Gorontalo s.d. Akhir Triwulan I Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Su m be r: B ad an K eu an ga n D ae ra h L ing ku p P ro v. Go ro nta lo Tr iw ulan I Ta hu n 2 01 9, d iola h

(16)

15

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

URAIAN Q1 2019 Q1 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 183.88 1,877.91 330.78 14.31% 289.36

Pendapatan Perpajakan 104.73 105.93 210.66 11.29% 189.28

Pendapatan Bukan Pajak 79.15 35.19 114.34 14.53% 99.84

Hibah - 0.12 0.12 21.06% 0.10 Transfer - 1,736.67 5.65 0.00% - Belanja Negara 2,259.16 1,003.45 1,531.59 5.61% 1,450.29 Belanja Pemerintah 506.65 896.98 1,403.63 5.14% 1,335.05 Transfer 1,752.51 106.46 127.96 11.03% 115.24 Surplus/Defisit (2,075.28) 874.47 (1,200.81) 3.44% (1,160.93) Pembiayaan - (19.70) (19.70) (38.78%) (32.18)

Penerimaan Pembiayaan Daerah - - - - -

Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 19.70 19.70 -38.78% 32.18

Sisa Lebih Kurang Pembiayaan

Anggaran (2,075.28) 854.77 (1,220.51) 2.30% (1,193.11)

Catatan:

*) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah dari Pemerintah Pusat. Pada Tabel Laporan Realisasi tahun 2019 terjadi defisit Anggaran sebesar Rp1.200,81 miliar Nilai defisit tersebut lebih besar jika dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Salah satu penyebabnya adalah adanya kenaikan pengeluaran belanja sebanyak Rp41,41 miliar atau jumlahnya naik lebih tinggi dibandingkan kenaikan pendapatannya yaitu sebesar Rp81,30 miliar. Dari sisi Pendapatan, seluruh komponen pendapatan mengalami kenaikan. Termasuk pendapatan transfer dari pemerintah daerah lainnya yang tidak memiliki realisasi pada tahun lalu, pada tahun ini terdapat realisasi Rp5,65 miliar. Dari sisi belanja lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang disebabkan belanja transfer pemda sebesar Rp127,96 miliar yang merupakan transfer bantuan keuangan dari pemerintah kabupaten ke desa dan transfer bagi hasil ke desa. Pos pengeluaran pembiayaan sebesar Rp19,70 miliar merupakan penyertaan modal pemerintah.

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Proporsi komposisinya baik tahun 2018 atau 2019, pos dengan kontribusi tertinggi yaitu Penerimaan Perpajakan dengan porsi mencapai 63 persen dari total realisasi Penerimaan Pendapatan. Diikuti dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak dengan kontribusi 34 persen. Sedangkan pos lainnya yaitu hibah dan transfer ke daerah sangat kecil.

Tabel 4.1

Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

Tingkat Wilayah Provinsi Gorontalo s.d Triwulan I Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Su m be r : L KP K Ka nw il D JP b Pr ov . G or on ta lo (d at a diola h)

(17)

16

Terlihat korelasi positif antara realisasi Penerimaan Perpajakan dengan Belanja Pemerintah. Hal ini

dikarenakan sebagian besar realisasi Penerimaan Perpajakan berasal dari potongan pajak atas Belanja Pemerintah yang bersifat final.

Sampai dengan triwulan I tahun 2019, kontribusi terbesar pada pos Realisasi Pendapatan berasal dari APBD yaitu sebesar Rp105,93 miliar atau sebesar 32,02 persen dari total pendapatan konsolidasian triwulan I 2019. Sedangkan untuk pendapatan yang bersumber non-pajak, realisasi pada pemerintah daerah masih rendah, yaitu dengan kontribusi 10,64 persen. Secara total, kontribusi PAD pada pendapatan konsolidasian adalah 42,43 persen. Masih di bawah kontribusi pendapatan yang bersumber pada APBN. PAD sendiri merupakan tolok ukur tingkat kemandirian daerah. Kecilnya kontribusi dari realisasi Penerimaan Pajak Daerah mengindikasikan bahwa Pemerintah Daerah belum optimal dalam menggali potensi pendapatan yang ada di daerahnya.

2. Analisis Perubahan

Pendapatan total konsolidasian Triwulan I 2019 terhadap Triwulan I 2018 mengalami kenaikan sebesar 14,31 persen. Hal ini disebabkan peningkatan kinerja penerimaan perpajakan (11,29 persen) maupun Penerimaan bukan pajak (14,53 persen) sebagai dampak meningkatnya belanja pemerintah sebesar 5,61 persen.

189.28 210.66 99.84 114.34 0.102 0.12 0 5.65 Q1 2018 Q1 2019 Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak 104.73 79.15 0 0 105.93 35.19 0.12 5.65 Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak Hibah Transfer Pusat Daerah G ra fik 4.1 Pe rb an din ga n K om po sis i P en da pa tan K on so lid as ian D i P ro vin si G oro nta lo Q 1 20 18 - Q 1 2 01 9 (d ala m m ilia r ru pia h)

Sumber : LKPK Kanwil DJPb Prov. Gorontalo (data diolah)

G ra fik 4. 2 Pe rb an din ga n P en eri m aa n P em eri nta h P us at da n D ae ra h Te rh ad ap P en eri m aa n K on so lid as ian P ro v. Go ro nta lo s.d. T riw ula n I 20 19 (d ala m m ilia r ru pia h)

(18)

17

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian

Periode triwulan I tahun 2019, Pertumbuhan ekonomi mempunyai korelasi positif terhadap pendapatan baik di tingkat pusat maupun daerah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kegiatan produksi barang dan jasa sehingga memicu meningkatnya pendapatan terutama pajak atas kegiatan produksi tersebut.

C. BELANJA KONSOLIDASIAN 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Porsi terbesar anggaran diperuntukkan guna membiayai Belanja Pegawai baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yaitu sebesar 51,64 persen dari total belanja. Belanja Pegawai Pemerintah Daerah sebesar Rp484,38 miliar atau sebesar 53,98 persen dari total belanja pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa ruang fiskal yang dimiliki Provinsi Gorontalo guna mendorong roda dan pertumbuhan ekonomi masih sangat bertumpu pada pengeluaran yang dibelanjakan oleh para Aparatur Sipil Negara. Pada satu sisi kebijakan fiskal tersebut dapat memberikan efek pertumbuhan ekonomi ada pada kisaran 6.72 persen, tetapi pada sisi lainnya berakibat pada tidak meratanya pertumbuhan ekonomi antar daerah di Provinsi Gorontalo. Dimana tingkat kemiskinan Gorontalo tahun 2018 berada pada level 15,83 persen dan sebagian besar terjadi di tingkat perdesaan. Jadi para penduduk desa tidak menikmati ‘Kue Ekonomi’ yang dibuat dengan Kebijakan ruang fiskal yang bertumpu pada Belanja Pegawai tersebut.

240.70 224.31 38.78 2.86 0 484.38 312.67 50.66 1.13 47.75

B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bantuan

Sosial

B. Hibah

Pusat

Daerah

Uraian Realisasi Kenaikan

2018 2019 Penerimaan Perpajakan 189,27 210,66 13,6 % PNBP 99,98 114,34 50 % Hibah - 0,12 - Transfer - 5,65 - Total 289,26 330,78 14.31% PDRB/Pert. Ekonomi 5.534,27 6.065,18 6,72 % Grafik 4.3

Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Gorontalo Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Su m be r : L KP K Ka nw il D JP b Pr ov . Go ro nt alo (d at a diola h) Tabel 4.2

Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di wilayah Provinsi Gorontalo

Triwulan I 2018 dan 2019 (dalam miliar rupiah)

Su m be r : L KP K Ka nw il D JP b Pr ov . Go ro nt alo (d at a diola h)

(19)

18

Realisasi belanja modal belanja pemerintah daerah baru 3,27 persen, hal ini dimungkinkan karena baru

memasuki awal tahun anggaran dan masih diwarnai dengan kegiatan lelang dan tender proyek. Biasanya realisasi kegiatan pembangunan akan menumpuk pada akhir-akhir tahun terkait dengan umur proyek tersebut.

2. Analisis Perubahan

Jika melihat perbandingan komposisi struktur Belanja Pemerintah Konsolidasi antara triwulan I tahun 2018 dan 2019, sebesar 51 persen belanja pemerintah dialokasikan guna membiayai Belanja Pegawai. Terjadi penurunan pada Belanja Modal serta Belanja Bantuan Sosial, sedangkan sebaliknya ada kenaikkan pada belanja pegawai dan belanja barang.

Perubahan struktur komposisi Belanja Pemerintah Konsolidasi dari tahun 2018 ke 2019 berdampak untuk mengentaskan kemiskinan. Dimana periode yang sama, tingkat kemiskinan tahun 2017 sebesar 17,14 persen turun menjadi 15,83 persen.

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Tabel 4.3 menjelaskan penurunan rasio belanja barang dan belanja pegawai mempunyai hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka dan angka kemiskinan. Artinya, bahwa peningkatan realisasi belanja barang dan belanja pegawa diiringi dengan naiknya pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat pengangguran terbuka dan penurunan angka kemiskinan. Sebaliknya terjadi pada belanja pegawai dan belanja modal, dimana realisasi kedua jenis belanja tersebut mengalami penurunan.

670.46 449.88 132.13 0.47 69.41 10.94 0 725.08 536.98 89.44 0.00 47.75 3.99 0.39

B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bunga B. Hibah B. Bansos B. Tak

Terduga 2018 2019

Grafik 4.4

Perbandingan Realisasi Belanja Konsolidasian Provinsi Gorontalo Triwulan I Tahun 2018 – Triwulan I 2019 (dalam miliar rupiah)

Sum be r : LK PK K an w il D JP b Pr ov . Gor on talo (da ta diolah )

(20)

19

Jenis Belanja Rasio Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat Pengangguran Terbuka Kenaikan Kemiskinan 2017 2018 2019 6.72 (-0,15%) (-0,98%) B. Pegawai 52,4 % 50,2 % 51.7% + - - B. Barang 26,6 % 32,7% 38,3% + - - B. Modal 16,1 % 9,9 % 6,4% - + + B. Bansos 0,2 % 0.8 % 0,3% - + +

D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

PDRB (ADHB) provinsi Gorontalo Triwulan I tahun 2019 sebesar Rp9.970 miliar. Laporan Operasional Konsolidasian Triwulan I tahun 2019 besaran Konsumsi Pemerintah (G) sebesar Rp1.531 miliar dengan penggunaan terbesar untuk membiayai Kompensasi Pegawai yaitu Rp725 miliar. Maka dapat diperoleh Kontribusi Belanja Pemerintah terhadap PDRB sebesar 15,4%. Dari besarnya kontribusi tersebut sebagian besar disumbangkan oleh pengeluaran rumah tangga Aparatur Sipil Negara. Sedangkan anggaran Pemerintah yang dialokasikan untuk Investasi (I) sebesar Rp89,44 miliar sehingga Kontribusi Investasi Pemerintah terhadap PDRB sebesar 8,9 persen. Dari besaran kontribusi Belanja Pemerintah terhadap PDRB dapat membuktikan bahwa Kebijakan Fiskal Pemerintah Gorontalo masih memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap APBN yang sebagian besar digunakan untuk membayar Kompensasi Pegawai.

Permasalahan yang paling mendasar adalah garis kemiskinan yang masih tinggi dan berada di atas angka kemiskinan nasional. Dan sebagian besar masyarakat miskin ada di perdesaan yang mayoritas bekerja di sektor pertanian. Ironisnya pertanian masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Gorontalo. Sebesar 38,76 persen kontribusi sektor ini terhadap PDRB triwulan I 2019. Diperlukan pemberian ruang fiskal yang lainnya seperti Investasi Daerah guna mendorong roda ekonomi unit-unit bisnis daerah yang menyebar pada Provinsi Gorontalo. Investasi yang dimaksud yaitu pembelian Aset Tetap yang menjadi Barang Modal seperti mesin-mesin produksi yang diharapkan akan mampu meningkatkan produktivitas unit-unit bisnis, terutama mesin produksi pertanian. Selain itu dapat meningkatkan produksi pertanian dan menurunkan angka kemiskinan tepat pada sasaran, yaitu masyarakat miskin di perdesaan.

Tabel 4.3

Realisasi Belanja Provinsi Gorontalo Triwulan I 2019 Dan Capaian Indikator Ekonomi Regional (dalam miliar rupiah)

Su m be r : L KP K Ka nw il D JP b Pr ov . Go ro nt alo (d at a diola h)

(21)

20

V. BERITA FISKAL TERPILIH

Pemanfaatan Business Plan yang Optimal dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes)

Pada tahun 2018, Jumlah Dana Desa yang digulirkan pada desa-desa di seluruh wilayah Provinsi Gorontalo mencapai Rp537,04 miliar, bukan nilai yang sedikit. Selaras dengan nominal yang diguyurkan, tentunya pemerintah mengharapkan adanya output atau manfaat yang dirasakan langsung oleh masyarakat desa yang selama ini termarjinalkan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kemiskinan Provinsi Gorontalo sebesar 15,83 persen yang 88,37 persennya berada di perdesaan, data ini merujuk pada Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. Kembali ke Dana Desa, berdasarkan data Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Tahun 2018, sebesar 65,23 persen Dana Desa diperuntukkan untuk membiayai pelaksanaan Bidang Pembangunan dengan output antara lain pembangunan dan pemeliharaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 1.305 unit, pembangunan dan renovasi Rumah Tidak Layak Huni sebanyak 1.571 unit, Jalan Desa sepanjang 273.497 meter, Gorong-gorong sepanjang 10.406 meter, pembangunan dan renovasi Jembatan Desa sebanyak 260 unit, serta pembangunan fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) sebanyak 738 unit. Selain itu, Dana Desa juga difokuskan untuk membiayai belanja di Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa. Di bidang tersebut, desa-desa membentuk unit usaha dengan jenis usaha yang cukup beraneka ragam sebanyak 316 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan total permodalan sebesar 34,87 miliar atau 6,5 persen dari total Dana Desa. Pembentukan BUMDes ini sejatinya merupakan fitur dalam Dana Desa yang disediakan oleh pemerintah guna percepatan Pengarus Utamaan Gender (PUG), dimana ini merupakan strategi penyetaraan gender pada 4 (empat) hal yaitu perolehan akses, kesempatan mengontrol, ikut berpartisipasi, serta merasakan manfaat yang sama dalam hal pembangunan ekonomi. Akan tetapi, jika berhubungan dengan dana yang berasal dari pemerintah ada kalanya beberapa kelompok masyarakat memiliki kebiasaan jelek (moral hazard) yang menganggap bahwa BUMDes yang telah disuntik modal dari pemerintah tidak ada kewajban untuk dikelola dengan baik, kalaupun bangkrut nantinya bisa meminta modal kembali. Untuk meminimalisir risiko tersebut, ada baiknya dalam upaya pembentukan ataupun permintaan permodalan bagi BUMDes harus dipersyarati dengan rencana bisnis (business plan) yang matang.

Soichiro Honda (pendiri perusahaan Jepang Honda Motor) berkata bahwa “Vision without action is a daydream,

when action without vision is a nightmare” dengan kata lain strategi tanpa tindakan hanyalah sebuah

angan-angan belaka, tapi tindakan tanpa strategi adalah sebuah mimpi buruk yang bisa jadi berakibat fatal bagi para pelakunya. Berangkat dari sini, peranan sebuah perencanaan yang matang merupakan faktor utama dalam menentukan berhasil atau tidaknya sebuah tindakan, pun demikian dengan pembentukan unit usaha desa atau BUMDes. Penerapan rencana bisnis (business plan) yang matang sejatinya memiliki dua tujuan utama yaitu: 1) Menyediakan pembiayaan demi keberlangsungan dan keberkembangan usaha di masa yang akan datang, serta 2) Sebagai pendukung guna pelaksanaan strategi dalam mengembangkan usaha (Oyewole, 2018). Kedua tujuan utama ini menggambarkan bahwa rencana bisnis merupakan sebuah pondasi guna membangun usaha bisnis, tanpa itu semua yang dibangun akanlah sia-sia.

Di dalam paper dengan judul “Business Plan Guideline for Small and Medium Scale Enterprises” yang dipaparkan pada seminar yang diselenggarakan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 2018, Dr. Babafemi Oyewole menyebutkan bahwa sebuah rencana bisnis yang baik dan matang juga menyediakan kerangka operasional bagi unit bisnis yang dalam hal ini dapat memberikan keunggulan daya saing (competitive advantage) bagi produk usahanya sehingga dapat bersaing di pasar. Hal ini dikarenakan, rencana bisnis setidaknya terdiri dari:

a) Rencana Aksi (Action Plan) dalam jangka pendek yaitu dengan cara membagi tugas yang berkaitan dengan kompleksnya pendirian sebuah unit bisnis ke dalam tugas yang lebih kecil dan tidak rumit, masing-masing orang diberi tanggungjawab dengan diberikan batas waktu untuk menyelesaikannya beserta rencana aksi yang lebih terperinci guna menyelesaikan tugas tersebut. Sedangkan untuk bisnis yang sudah berjalan mungkin bisa lebih fokus pada hal-hal yang lebih besar bagaimana cara menanganinya

(22)

21

secara terorganisir, koheren, dan sistematis. Misalnya, permasalahan bagaimana meningkatkan

pendapatan bersih pada tahun yang akan datang.

b) Roadmap untuk jangka menengah hingga panjang karena begitu bisnis telah dimulai, sebuah rencana bisnis dapat menjadi alat yang tak ternilai untuk membantu seorang manajer melacak dan bergerak ke arah yang ditetapkan sesuai visi dan misi organisasi. Tanpa rencana, orang akan sangat mudah kehilangan fokus dalam menjalankan operasi bisnis sehari-hari dan juga membantu orang lain untuk memahami visi perusahaan. Dengan kata lain, roadmap itu sendiri merupakan pemandu yang berfungsi sebagai penunjuk jalan untuk mencapai tujuan organisasi.

c) Alat Kinerja (Performance Tool), rencana bisnis berfungsi sebagai alat pengukur kinerja karena merupakan instrumen operasional yang jika digunakan dengan benar akan membantu manajemen perusahaan untuk menetapkan tujuan yang realistis, sasaran kinerja, serta memberikan dasar untuk mengevaluasi dan mengendalikan kinerja organisasi di masa depan.

d) Alat Promosi Bisnis (Business Promotional Tool), rencana bisnis adalah alat promosi dan pemasaran bisnis yang sering membantu manajemen perusahaan untuk membujuk investor dan pemberi pinjaman untuk menyediakan dana untuk mendukung kegiatannya. Rencana bisnis memungkinkan mereka untuk memahami kegiatan saat ini, arah masa depan organisasi, serta tujuan, sasaran dan strategi yang dikembangkan untuk mencapainya.

Jadi, penyusunan sebuah rencana bisnis oleh unit bisnis seperti BUMDes adalah mandatory karena bertujuan untuk, Pertama, hal ini akan membantu dalam menjalankan organisasi dengan visi, misi dan tujuan yang jelas atau dengan kata lain berfungsi seperti roadmap. Ini akan memungkinkan para pemangku kepentingan, pemegang saham, manajemen, staf, dan bahkan pelanggan memahami bisnis yang ada. Kedua, lembaga keuangan, pemberi pinjaman, serta pemberi modal (dalam hal ini desa) tidak akan mau berinvestasi pada unit usaha tanpa kemampuan untuk menunjukkan rencana bisnis yang matang dengan tingkat kesuksesan yang baik. Bank mencari cara untuk mengurangi risiko mereka, sementara yang diinginkan oleh para investor (Desa) adalah perkiraan yang realistis tentang bagaimana mereka dapat pengembalian modal mereka beserta keuntungannya. Mengingat pentingnya rencana bisnis dalam pengelolaan unit bisnis seperti BUMDes, ada perlunya pemerintah daerah melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMDes) memberikan sosialisasi secara gratis kepada masyarakat desa yang terlibat dalam pengelolaan BUMDes mengenai penyusunan rencana bisnis (business plan) yang terperinci dan matang. Sosialisasi ini mungkin bisa bekerjasama dengan fakultas ekonomi dan bisnis universitas-universitas baik negeri maupun swasta yang tentu memiliki pakar ahli di bidang tersebut. Sehingga, dana permodalan BUMDes dapat memberikan manfaat yang lebih luas jika dikelola dengan baik sesuai rencana bisnis yang telah dikembangkan secara terperinci dan matang.

(23)

22

Sinkronkah Pengelolaan Dana Desa?

Undang-Undang Nomor 32 Pasal 1 Ayat (12) Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa menyebutkan, Desa merupakan wilayah pada sebuah negara yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang juga memiliki batas wilayah tertentu. Seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin majunya teknologi, maka tantangan yang dihadapi Pemerintah untuk mengelola banyaknya daerah administratif di Indonesia semakin menantang dengan semakin tinggi keberagaman masyarakatnya pula. Oleh karena itu, pada Peraturan Perundang-undangan telah dijelaskan tentang pemberian kewenangan kepada desa yang kini dapat mengurus rumah tangganya sendiri. Peraturan tersebut telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi di era yang sudah modern ini untuk mempermudah pekerjaan Pemerintah Pusat dalam mengelola dan mengawasi setiap wilayah di Indonesia. Seiring dengan kebijakan tersebut, muncul pertanyaan “Apakah pengelolaan yang diwenangkan kepada desa dapat sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat?”

Semenjak tertuang di dalam APBN 2015, pemerintahan desa memasuki babak baru dalam sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dana yang langsung mengucur ke desa membuat pemerintah desa mempunyai otonomi melakukan pembangunan di wilayah masing-masing. Dana tersebut sejatinya bukan anggaran baru karena diambilkan dari jatah desa yang selama ini dikucurkan lewat nomenklatur lain seperti pada pos sosial berupa Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang berada di Kementerian Dalam Negeri; dan anggaran Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) yang dikelola Kementerian Pekerjaan Umum.

Selama ini anggaran desa yang dialokasikan melalui kementerian tidak tepat sasaran. Alokasi dana tersendiri memang langkah strategis untuk mewujudkan pembangunan desa. Dengan mengelola dana sendiri, desa telah ditempatkan sebagai subjek sesungguhnya dari pembangunan karena mendorong perangkat desa dan masyarakat aktif memegang peranan pembangunan karena merekalah yang memahami secara utuh persoalan dan kebutuhan desa. Selama ini, walau sudah otonomi daerah, implementasinya harus diakui baru berhenti pada level kabupaten. Semua anggaran pembangunan, baik dana alokasi umum (DAU) maupun dana alokasi khusus (DAK) mengucur lewat kabupaten. Dengan demikian, posisi desa masih termarginalkan karena masih sebatas menjadi objek dan pemanfaatan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban sepenuhnya bergantung pada pemerintah kabupaten atau bupati. Selain mematikan daya inisiatif desa, pengelolaan dana juga berpotensi tidak tepat sasaran. Akibat panjang rantai birokrasi yang harus dilewati, dana yang cair ke desa seringkali mengalami penyusutan. Imbasnya sudah barang tentu kualitas dari program atau proyek semakin menurun. Dalam banyak kasus, dana pembangunan desa yang dilewatkan kabupaten sering dimanfaatkan sebagai alat politik untuk memenangkan pemilihan kepala daerah. Keberadaan dana yang langsung mengucur ke desa secara teoritis semestinya bisa menyelesaikan problem yang ada sebelumnya. Namun, harus diantisipasi, jangan-jangan dana desa justru menciptakan problem baru, terutama terkait kapasitas manajerial dan kesiapan mental, khususnya kepala desa. Sisi manajemen terkait erat dengan kesiapan kepala desa mengelola dana dan menentukan pembangunan sehingga dana yang menjadi kewenanganya tidak sia-sia.

Jika kita lihat Data Penyaluran Dana Desa TA 2018 di Provinsi Gorontalo yang tersebar pada 5 pemerintah Kabupaten pada tabel berikut, total Dana Desa yang diperoleh sebesar Rp537,04 miliar yang dibagikan pada 657 desa sehingga rata-rata desa mendapatkan jatah Dana Desa sebesar Rp107,41 juta dengan pagu terbesar terdapat pada Kabupten Gorontalo.

(24)

23

Tabel 5.1

Penyaluran Dana Desa per Kabupaten se Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2018

Pemda Pagu DIPA

(dalam Rp) Jumlah Desa Penyaluran dari RKUN ke RKUD (dalam Rp) Penyaluran dari RKUD ke RKD (dalam Rp) Selisih 1 2 3 4 5 6 = 5 - 4 Kab. Gorontalo 170.949.169.000 191 170.949.169.000 170.949.169.000 0

Kab. Bone Bolango 125.177.663.000 160 124.875.215.400 124.601.234.200 273.981.200

Kab. Gorontalo Utara 88.869.533.000 123 88.869.533.000 53.321.719.800 35.547.813.200

Kab. Pohuwato 79.073.314.000 101 79.073.314.000 79.073.314.000 0

Kab. Boalemo 72.967.579.000 82 72.967.579.000 72.967.579.000 0

Total 537.037.258.000 657 536.734.810.400 500.913.016.000 35.821.794.400

Sumber: OM SPAN, data diolah

Penggunaan dana desa didasarkan pada skala prioritas yang ditetapkan pada tingkat desa. Penggunaan dana desa dibagi menjadi 2 (dua) yaitu untuk Belanja Aparatur dan Operasional Pemerintahan Desa serta untuk biaya pemberdayaan masyarakat. Belanja Aparatur dan Operasional Pemerintahan desa sebesar 30%. Dari total keseluruhan dana desa yang digunakan sebagai berikut:

1. Operasional Pemerintah Desa sebesar 50 % dari belanja Aparatur dan Operasional Pemerintahan desa yang digunakan untuk Belanja barang dan jasa Pembelian/ pengadaan barang, belanja pemeliharaan sarana Pemerintah Desa, belanja perjalanan dinas kepala desa dan perangkat desa sebesar 40% dari Operasional Pemerintah Desa dan,

2. Belanja pegawai sebesar 60% dari Operasional Pemerintah Desa untuk honor tim pelaksana desa. 3. Operasional BPD sebesar 25% dari Belanja pemerintahan desa dengan perincian sebagai berikut

a) Belanja Barang dan Jasa sebesar 40 % dari total operasional BPD yang digunakan untuk pembelian / pengadaan barang, belanja pemeliharaan sarana sekretariat BPD, belanja perjalanan dinas Ketua dan Anggota BPD.

b) Belanja pegawai sebesar 60% dari Operasional BPD yang digunakan untuk tunjangan Pimpinan dan Anggota BPD. Universitas Sumatera Utara

c) Tunjangan Kesejahteraan Aparatur Pemerintah Desa sebesar 25% dari belanja Pemerintah Desa. 4. Pemberdayaan masyarakat 70 % dari total keseluruhan ADD dengan perincian sebagai berikut:

Belanja modal (publik) sebesar 70% dari belanja Pemberdayaan Masyarakat dengan perincian sebagai berikut : a) Biaya perbaikan prasarana dan sarana publik.

b) Penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDes. c) Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan.

d) Perbaikan lingkungan dan pemukiman. e) Tekhnologi tepat guna.

f) Perbaikan kesehatan dan pendidikan. g) Pengembangan sosial budaya.

h) Kegiatan lainnya yang dianggap penting.

Otonomi desa menuntut peran serta masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat. Dari data monitoring dan evaluasi Dit. PA, untuk wilayah Provinsi Gorontalo sampai dengan semester II 2018 telah tersalur Dana Desa sebesar Rp537,04 miliar. Hanya sebesar 15,91 persen atau sekitar Rp85,44 miliar yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat sangat erat hubungannya dengan pembangunan yang bersifat fisik seperti pada data tabel berikut.

(25)

24

Tabel 5.2

Pembiayaan Dana Desa berdasarkan Output Kegiatan Tahun Anggaran 2018

No. Pembiayaan Berdasarkan Output Kegiatan Jumlah

1. Air Bersih Rp6.484.444.268 2. Drainase Rp344.781.000 3. Irigasi Rp7.133.195.714 4. Jalan Desa Rp66.459.065.711 5. MCK Rp2.796.477.426 6. Pasar Desa Rp523.795.050

7. Rumah Layak Huni Rp1.697.271.178

Total Rp85.439.030.347

Sumber: Monev Dit. PA 2018

Dari kecilnya besaran presentase Dana Desa yang tersalur guna membiayai kegiatan yang bersifat fisik tersebut, membuktikan bahwa sinkronisasi antara pembangunan yang dibiayai pemerintah daerah dan pemerintah pusat masih kurang optimal. Masih diperlukan beberapa langkah guna mengatasinya, antara lain: 1) Diperlukan adanya informasi yang mudah diakses oleh seluruh aparat desa mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) masing-masing Kabupaten. Sehingga, jajaran aparatur Desa dapat mengalokasikan Dana Desa nya seiring program yang telah direncanakan oleh Pemerintah Daerah. 2) Selain itu, dibutuhkan peran serta seluruh jajaran pemerintah daerah di Kecamatan untuk memonitor dan mengevaluasi seluruh rencana kegiatan yang telah direncanakan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Sehingga, program kegiatan yang dianggarkan telah tersinkronisasi dengan optimal tanpa adanya tumpeng tindih kewenangan dalam pelaksanaannya. Selanjutnya, Dana Desa yang diharapkan mampu mengawal pembangunan Indonesia dari pinggiran seperti yang dicitakan di dalam Nawacita dapat terlaksana. 3) Proses penyusunan kebijakan dana desa, diprakarsai oleh pemerintah Kabupaten/Kota bersama DPRD dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap kemandirian desa, seperti wakil dari pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, lembaga kemasyarakatan di desa, lembaga swadaya masyarakat dan perguruan tinggi. 4) Dalam rangka menyiapkan kebijakan daerah tentang dana desa, pemerintah Kabupaten/Kota membentuk suatu tim yang keanggotaannya berasal dari aparat pemerintah daerah, kecamatan dan desa perwakilan DPRD dan BPD, serta organisasi kemasyarakatan yang memiliki pengalaman dalam pemberdayaan masyarakat dan desa.

(26)
(27)

Gambar

Grafik 1.4 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Gorontalo Tahun 2016-2019
Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Gorontalo s.d. Triwulan I Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)
Grafik 2.3 Grafik Realisasi Penerimaan PBB Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Gorontalo s.d Triwulan I Tahun 2019 (dalam ribuan rupiah)
Grafik 2.6 Grafik Realisasi Penerimaan PNBP Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Gorontalo s.d Triwulan I Tahun 2019 (dalam jutaan rupiah)
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mendapatkaninformasimengenai data yang diperoleh.Pengumpulanjenis data yang digunakanadalahdengancarastudikepustakaansertadidukungolehwawancaradanpengumpal an data dari PT.

Yang dimaksud dengan “asas ilmu pengetahuan dan teknologi” adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal

Revised English Version.

keperluan penyidikan atau proses acara yang berkaitan dengan masalah pidana di

3) Do not sit to the left of the dealer. Ensure that there are at least two players between the dealer and the players to the left. Why? Only the first 2 players seated on the left

pembelajaran IPA Oi SeXotafr Dasar 1Sb;, fami mohon kesediaan Saudara untuk dapat menugaskan staf yang namanya tercantum dalam daftar terlampir sebagai " Tim

Tananan Cassia occident,alis