SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSB. PERMATA SARANA HUSADA N0. 07/SK-DIR/PPI/RSB-PSH/IX/2015
TENTANG
KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN RSB. PERMATA SARANA HUSADA
Menimbang :
1. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan untuk karyawan Rumah Sakit Bersalin Permata Sarna Husada perlu diadakan pemeriksaan kesehatan karyawan. 2. Bahwa dalam meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan karyawan dilakukan
pemeriksaan kesehatan karyawan sebagaimana acuan standar pelayanan kesehatan kerja. 3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada.
Mengingat :
1. Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan PPI di RS dan FPK lain
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN TENTANG KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN DI RUMAH SAKIT BERSALIN PERMATA SARANA HUSADA.
Kedua : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan Pemeriksaan Kesehatan karyawan Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada disusun oleh Tim K3.
Ketiga : Kebijakan ini mengatur Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Karyawan di Rumah Sakit
Keempat : Rumah Sakit bertanggung jawab atas pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada karyawan Rumah Sakit
Kelima : Keputusan ini dimulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
Ditetapkan : Di Tangerang Selatan Pada tanggal : 1 September 2015
Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada
d
r Novi Gracia , SpOG
Direktur RSB. Permata Sarana Husada
LAMPIRAN
NOMOR : N0. 07/SK-DIR/PPI/RSB-PSH/IX/2015 TANGGAL : 15 OKTOBER 2015
TENTANG : KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN
1. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan sektor yang sangat cepat berkembangnya. Di US terdapat 18 juta pekerja terlibat didalamnya, dan wanita merupakan 80% darinya. Hazard yang terlibat dalam aktifitas ini sangat beragam, seperti needle stick injuries, back injuries, latex allergy, violence, dan stress. Walaupun hal ini sangat mungkin dicegah, namun kejadian injury maupun infeksi tetap saja terjadi. Upaya pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan selama bekerja belum banyak dilakukan. Menurut WHO, dari 35 juta petugas kesehatan, ternyata 3 juta diantaranya terpajan oleh bloodborne pathogen dengan 2 juta dianatanya tertular virus hepatitis B, dan 170.000 diantaranya tertular virus HIV/AIDS. Menurut NIOSH, untuk kasus-kasus yang non-fatal baik injury maupun penyakit akibat kerja, sarana kesehatan sekarang semakin meningkat, berbanding terbalik dengan sektor konstruksi dan agri culture yang dulu paling tinggi, sekarang sudah sangat menurun. Selain itu Infeksi nosokomial masih menjadi isu cukup signifikan dikalangan pelayanan kesehatan, sehingga pengembangan program patient safety sangat relevan dikembangkan. Karena itu pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja di sarana kesehatan seperti rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya perlu dikembangkan dalam upaya melindungi baik tenaga kesehatan sendiri maupun pasien. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Upaya penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit juga “ concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam program patient safety.
2. RUANG LINGKUP
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja, juga dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain. Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis B, bila memungkinkan haemophilus influenza, campak, tetanus, difteri, rubella, mantoux test. Alur pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV, HBV, HCV.
Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah sakit, meliputi :
a. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.
b. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS c. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
d. Menyediakan antivirus profilaksis.
e. surveilens mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia ke manuasia.
f. terapi dan follow up
g. Rencanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila terkena infeksi.
h. upayakan support psikososial. 3. TUJUAN
a. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit. b. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
c. Mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB).
Unsur yang dibutuhkan :
b. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik. c. Koordinasi yang baik antar unit.
d. Penanganan pasca pajanan infeksius. e. Pelayanan konseling dan privasi. 4. PELAKSANAAN
a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B, imunisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
1) tes pada pasien sebagai sumber pajanan. 2) tes HBSAg dan Anti HBs petugas.
3) Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam 5. EVALUASI
a. Dilakukan sebelum dan sesudah pajanan. b. Status imunisasi .
c. Riwayat kesehatan yang lalu. d. Terapi saat ini.
e. Pemeriksaan fisik.
f. Pemerisaan lab dan radiologi. g. Edukasi :
h. SPO PPI
i. Kewaspdaan isolasi j. Kewaspadaan transmisi k. Pelaporan yang meliputi : l. Informasi resiko ekspos.
m. Alur mangemen dan tindak lanjut. n. Penyimpanan data
6. PAJANAN DAN TINDAKAN 1. Virus H5N1
Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari. 2. Virus HIV.
Resiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam pasca pajanan dengan pemberian ARV, AZT, 3TC dan Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologi dan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutan nya.
3. Virus Hepatitis B.
Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan, segera pasca pajanan dilakukan pemeriksaan dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg
7. TATA LAKSANA PENYAKIT MENULAR DAN PENCEGAHANNYA
Penyakit Masa
inkubasi
Menular selama/ virus shedding
Cara transmisi Kewaspadaan
yang perlu dijalankan Masa petugas diliburkan/ tindakan Tindakan
Abses Selama luka
mengeluarkan cairan tubuh
Kontak Kontak konservatif
Acinetobacter baumanii
Luka bakar yang di hydroterapi
Flora N kulit manusia, mukus menbran dan tanah. Bertahan di tempat lembab dan kering sampai berbulan, menular melalui peralatan rawat respirasi, tangan petugas, humidifier, stetoscop, termometer, matras, bantal, prmk TT, mop, gorden, tempat mandi luka terbuka
Standar dan
kontak
Adenovirus type 1-7
6-9 hari Sekret saluran nafas
Droplet, kontak Konservatif
Aspergilosis Infeksi jar luas dengan cairan berlebihan
Inhalasi stadium airbone, conidia
Kontak dan
candidiasis Standar, kontak Chlamidia C trachomatis Standar, kontak, termasuk seksual Congenital rubella Sampai umur 1 tahun
Kontak dengan bahan nasofaring dan urin
Standar, kontak Restriksi 7 hari Conjungtivitis
*adenovirus type 8
5- 12 hari 14 hari stl onset Kontak dengan tangan, alat terkontaminasi
Kontak standar Sampai mata tidak kluar kotoran
Pengobatan
Campak 5-21 hari 3-4 hr stl bercak
timbul mel
nasofaring
Droplet yang besar (kontak dekat) & udara
Transmisi udara Restriksi 7 hari setelah bercak merah timbul (yg imun) 5hr stl ekspos- 21 hr stl ekspos Pengobatan simtomatik Campilobacter Standar Closrtidium difficile kontak Cytomegalo virus Tidak diketahui Tahan di lingkungan dlm wkt pendek
Kontak dg sekresi &eksresi : saliva dan urin
Standar hand hygiene
Tidak perlu
Difteria Sekresi dr mulut
mengandung c difteriae
Droplet, kontak Sampai terapi antibiotika telah lengkap dan sampai 2 kultur berjarak 24 jam dinyatakan Pengobatan simtomatik dan virus. Minum eritromicin 3x
negatif, perlu imunisasi tiap 10 tahun 1 tb sampai 7 hari Gastroenteritis *salmonella *shingella *yenterocolitic a Kontak px, konsumsi makanan/ air terkontaminasi Standar atau kontak Tidak mengolah makanan sp 2x jarak 24jam kultur feses negatif
Glardia lambilia
Feses Kontak
Hepatitis A 15- 50 hari 2 minggu, kadang2 sp 6 bulan (prematur)
Fekal oral melalui feses Standar Libur di area perawatan/
pengolahanmakana n,i minggu setelah
sakit kuning imunisasi paksa ekspos Vaksinasi hepatitis a Hepatitis B,D B:6-24mgg D: 3-7 mgg
Akut atau kronik dg HbsAg positif
Perkutaneus mukosa, kulit yg tdk utuh kontak dgn darah, semen, cairan vagina, cairan tubuh yg lain
Standar Tidak perlu dibatasi
smp HbeAg negatif. -segera periksa HbsAg atau HbeAg,tidak perlu divaksin bila petugas telah mengandung
Anti HBs ≥ 10 mliu/ml
Hepatitis C,F,G
Perkutaneus mukosa kulit yg tdk utuh kontak gdn darah, semen, cairan vagina, cairan tubuh yg lain
Standar Restriksi sampai
kondisi membaik / sampai HceAg negatif Herpes simplex 2-14 hr Asiptomatik dpt mengeluarkan virus
Kontak dgn ludah karier
mengandung virus
langsung/ lwt sekresi luka aberasi/ cairan vesikel
Standar, kontak tangan
Retriksi tidak perlu, tp dibatasi kontak dgn px
HIV Perkutaneus mukosa, kulit
yg tdk utuh kontak dgn darah, semen, cairan vagina, cairan yubuh yg lain
Standar Kurang dari 4
jam paska pajanan -diberikan arv, azt dan 3 tc dilakukan pemeriksaan HIVserologi dan menitor setelah 3 bln,9bln,11 bln Helicobacter pylori Standar
(MRSA, VRE, VISA, ESBL, Srep pneumonia Influensa 1-5hr Infeksius pd 3hr pertama sakit.Virus dpt dikeluarkan sblm gejala timbul smp 7hr stlh dimulai sakit, lebih panjang pd anak dan orang
Airbone, kontak langsung/ droplet dgn sekresi saluran napas kontak Vaksinasi pd petugas yg rentan. Amantadin untuk kontak dgn influensa A Hemophilus Influenzae Dewasa Anak Standar droplet Human Metapneumo virus (HMPV) Batuk non produktif, kongesti nasal whezing, bronkhiolitis, pneumonia pada
anak
+ 11,5 tahun
Novirus 12-48 jam Diare, KLB Makanan,air, terkontaminasi feses
Kontak, makanan, air
N meningitis 2-10 hr Kontak dgn sekret saluran napas Transmisi mel droplet Libur spm 24jam stlh terapi paska ekspos. Rifampin2x600mg, 2hr; ciprofloxacin1x500 mg atau ceftriaxon250mg IM -perlu profilaksis dgn Rif2x600 mg selama 2
hari ,dan dosis tunggal cipro1x1,atau ceftriaxone 250 mg IM Parotitis, Mumps 16-18hr (12-25 hr) Community acquired, virus berada dlm saliva 6-7hr sbl parotitis sp 9hr stl onset Px immunokomprom ls
Kontak dengan droplet atau langsung dgn sekret sal napas, yi saliva, hidung dan mulut
Trasmisi droplet Vaksinasi efektif, MMR Restriksi sp 9hr stlh onset parotitis. Petugas renyan : 12hr paska ekspos pertama sp 25 hr stlh ekspos terakhir Parvovirus/B1 9 6-10hr Menular sblm bercak merah sp 7hr stlh onset
Kontak dgn droplet besar, muntahan
Transmisi drolpet Tidak perlu restriksi
Pertusis 7-10 hr F catarrhal sangat menular
Kontak dgn sekresi sal napas, droplet besar kontak dekat Transmisi droplet sp 5 hr menerima antibiotik Vaksin direkomen umur 11-64 th petugas dgn pertusis: restriksi fase catarrhal sp mg 3 stl onst / 5 hr stlh tx antibiotik kontak saja tidak perlu retriksi Pollomyelitis Nonparalit ik: 3-6hr; paralitik 7-12hr Sal napas 1mgg stlh gejala muncul, dlm feses bbrp mgg-bulan stlh gejala muncul
Kontak cairan sal napas, benda terkontaminasi fese
Transmisi kontak Imunisasi direkomendasi Kan Rubella 12-23hr, bintik merah timbul 14-16hr stlh ekspos Sangat menular saat bintik merah keluar, virus lepas 1mgg sblm smp 5-7hr stl onset, congenital rubella bisa melepas virus berbulan-bertahun2 Kontak dgn droplet nasofaring px Transmisi droplet dan kontak dgn cairan sal napas
5hr stlh bintik keluar : petugas rentan 7hr stl ekspos pertama sp 21hr stl ekspos terakhir
RSV (infeksi virus respiratorik) 2-8hr (tersering 4-6hr)
Orang sakit dapat mengeluarkan virus selama 3-8hr. Tp pd bisa anak 3-4mgg
Tangan terkontaminasi saat merawat pasien atau menyentuh benda mati, transmisi RSV bila menyentuh mata atau hidung Transmisi kontak erat dhn droplrt atau aerosol partikel kecil Batasi kontak dgn pasien rawat dan lingkungan bila ada
KLB RSV
Restriksi sampai gejala akut hilang
MRSA Kontak dengan
petugas, mungkn karier nares anterior, tangan, axilla, perineum, nasofaring, orofaring Strandar transmisi kontak, dapat airbone Retriksi perawatan pasien dan pengolahan makanan bila
petugas dengan lesi kulit basah tidak perlu retriksi bila kolonisasi
Streptococ A Kontak sisi
terinfeksi & mensekresi
Kulit, faring rektum, vagina Standar berdasar transmisi Retriksi perawatan pasien & pengolahan makanan sp 24 jam stl mendapat antibiotik Tidak perlu retriksi petugas dg kolonisasi
Salmonella, Shingella
Orang- orang lewat fekal oral air/ makanan terkontaminasi
Sypilis Kontak langsung dg lesi
primer atau sekunder sypilis
Kontak
Tuberkolosis Sp 1 bl minum OAT
Inhalasi droplet nuklei Airbone, kontak (mengeluarkan c tubuh infeksius) Sampai terbukti non infeksius -petugas yg terexpose perlu tes mantoux bila indurasinya> 10 mm perlu profilaksis INH sesuai rekomendasi lokal
Varicella Sp lesi kering & berkusta
Airbone, kontak, standar
8 hari pasca kontak sp 21 hari paska kontak, beri imuno globulin IV paska kontak, imunisasi petugas paska pajanan dalam 4 Vaksinasi varicella
hari
Vibrio kolera Kontak feces
Zoster *lokal
Tutupi lesi, jangan kontak dg pasien rawat
Retriksi sampai lesi mengering dan mengelupas *menyeluruh atau orang immuno kompromais Jangan kontak dg pasien Retriksi sampai semua lesi kering dan mengelupas * paska pajanan (person yang rentan) Jangan kontak dg pasien rawat Dari hr ke 10 paska pajanan pertama sp hari ke 21 atau hr 28 bila di beri lagi atau sampailesi
kering dan
a. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh 1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit. 2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit. 3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau PANITIA PPIatau dokter karyawan
b. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas Orang yang
terkena
Sumber HbsAg (+) Sumber
HbsAg (-)
Sumber tidak diketahui Tidak di vaksin HIBG 1x dan diberikan
vaksin HB
Beri vaksinHB
-Bila sumber merupakan resiko tinggi,dapat diperlakukan sebagai sumber HbsAg
Pernah diberi vaksin tapi tidak diketahui
serokonversinya
Tes untuk HBs:
1.jika titernya cukup tidak perlu perlu terapi.
2.jika tidak cukup titernya beri boosster HB dalam waktu 7 hari.
Tidak ada pengobatan
Tidak ada pengobatan
Diketahui non serokonversinya
HBIG 1x(dalam waktu 72 jam)+ 1x dosis vaksin HB(dalam waktu 7 hari)
Tidak ada pengobatan
Jika sumber merupakan resiko tinggi dapat diperlakukan sebagai sumber HbsAg (+) Tidak diketahui
serokonversinya
Tes untuk HBs :
1.jika (-) obat seperti non serokonversi.
2.jika titer tidak cukup HBIG 1x + booster vaksin HB dan ulangi pemeriksaan setelah 4 minggu.
3.Jika titer cukup,tidak perlu diobati
Tidak ada pengobatan
Tes untuk anti HBs :
1.jika (-) ,obati seperti non serokonversi.
2.jika titer tidak cukup booster vaksin HB.
3.jika tter cukup tidak perlu diobati.
c. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb : Orang yang
terkena
Sumber positif HIV Sumber negatif HIV Sumber tidak
diketahui HIV(-) Rujuk ke dokter internis
aagar mendapatkan nasehat. Setelah kejadian diketahui dari pasien HIV (+) staf harus dirujuk kefasilitas
Tidak ada pengobatan Konsultasi dengan spesilais
mikrobiologi/internist mungkin diobati seperti pasien HIV
HIV (+)
post exposur
propilaksis(PEP) dalam waktu 2 jam setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6 minggu,3,6dan 12 bulan . Saran :
Lakukan pencegahan penularan .
Tunda proses kehamilan selama 3 bulan. Jangan memberikan donor darah . Suntikan zidovudine selama 4 minggu (250 mg 3x/hari) atau 150 mg 2x/hari(untuk tablet) Tidak perlu pemberian
pengobatan propilaksis
Tidak perlu diobati
(+),jika resiko tinggi.
d. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C Orang yang
terkena
Sumber HbsAg (+) Sumber
HbsAg (-)
Sumber tidak diketahui
Hepatitis C negatif
Berikan nasehat untuk melakukan pemeriksaan 0,3,6,12 bln pemeriksaan HVC dengan PCR dan diperiksa LVT untuk mengetahui status infeksinya
Sarankan untuk meminalkan penularan Tidak ada chemopropilaksis tersdia ,rujuk pada dokter penyakit menular
Tidak perlu diobati Tidak perlu diobati konsul dokter internist jika perlu.
8. PETUNJUK PENGGUNAAN ARV
1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.
2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan serebrospinal, semen, vagina, amnion dari pasien dengan positif HIV.
10. STATUS HIV PASIEN
Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Resiko tinggi
Rejimen Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu
PPP -Mukosa/kulit tidak utuh Pertimbangkan rejimen 2 obat Berikan rejimen 2 obat Berikan rejimen 2 obat AZT 300mg/12 jam x 28 hari,3TC 150 mg/12 jam 28 hari - Tusukan benda tajam solid - Tusukan benda tajam berongga Berikan rejimen 2 obat. Berikan rejimen 2 obat Berikan rejimen 2 obat. Berikan rejimen 3 obat Berikan rejimen 3 obat Berikan rejimen 3 obat AZT 300mg/12 jam x 28 hari,3TC 150 mg/12 jam 28 hari,Lop/r 400/100mg/12 jam x28 hari.
11. PELAPORAN INSIDEN KECELAKAAN KERJA
a. Setiap petugas yang mengalami insiden atau kecelakaan kerja karena tertusuk jarum setelah tindakan pada pasien atau tertusuk jarum bekas, jarum infus, pisau bedah dan benda tajam lainnya yang berhubungan dengan pasien segera di bawa ke instalasi gawat darurat untuk diberi pertolongan pertama.
b. Setelah mendapat pertolongan dari IGD, petugas IGD memilah apakah korban perlu di rujuk ke poli teratai atau tidak :
1) Bila korban tertusuk jarum pasien pederita HIV-AIDS maka korban perlu dirujuk ke poli teratai.
2) Bila korban tertusuk jarum dengan pasien hepatitis atau penyakit infeksi lain, maka petugas yang mengalami kecelakaan kerja cukup diberi pertolongan di IGD untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan di poli pegawai.
3) Setelah mendapatkan pertolongan, petugas atau rekan korban melaporkan kejadian kecelakaan kerja tetapi langsung pada atasan.
4) Koordinator Unit korban segera membuat laporan insiden atau kecelakaan kerja dengan formulir laporan insiden pada jam kerja ditanda tangani pelapor dan diketahui oleh Koordinator Unit langsung.
5) Koordinator Unit langsung akan memeriksa laporan dan melakukan investigasi sederhana penyebab terjadinya kecelakaan.
6) Setelah selesai melakukan investigasi, laporan hasil investigasi dan laopran insiden dilaporkan ke ketua Panitia PPIdalam waktu 2x24 jam setelah terjadinya insiden tau kecelakaan kerja.
7) Panitia PPIakan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan.
8) Hasil investigasi lanjutan, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan ke direktur. 9) Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik kepada
unit kerja terkait.
10) Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian insiden atau kecelakaan kerja di unit kerjanya masing-masing setiap 1 bulan 1 kali.
11) Pengelolaan tumpahan darah
12) Sebelum membersihkan tumpahan darah, harus memakai APD. Tumpahan darah seluruhnya harus didesinfeksi dengan klorin atau alternatif yang sesuai. Siapkan spill kits di setiap area berisiko.
13) Alat medis/ peralatan pasien
Alat medis single use tidak boleh dipakai ulang. Alat medis yang dapat dipakai ulang (reuseable equipments) harus didekontaminasi sebelum dipakai untuk pasien lain.
14) Pembersihan dan dekontaminasi lingkungan
Memastikan agar semua permukaan yang kontak dengan pasien dibersihkan secara rutin dengan deterjen, air dan desinfektan bia diperlukan.
15) Pengelolaan sampah dan laundry
Memisahkan sampah berisiko dan non risiko dalam kontainer yang sesuai. 12. DOKUMEN TERKAIT