• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Konsentrasi Sel Dengan Counting Chamber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penentuan Konsentrasi Sel Dengan Counting Chamber"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

PERHITUNGAN KONSENTRASI SEL MIKROBA DENGAN

MENGGUNAKAN RUANG HITUNG (COUNTING CHAMBER)

Dosen Pembimbing: Dra.Bevi Lidya ,MS.Apt

Kelompok / Kelas : VIII / 1C

Nama : 1.Vieirsa Putri H. NIM. 151411093

2. Wulan Suci R. NIM. 151411094

3. Zaki Maulana A . NIM. 151411095

4. Zaviera Meika C. NIM. 151411096

Tanggal Praktikum : 23 November 2016

Tanggal Pengumpulan Laporan : 30 November 2016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TAHUN 2016

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN

1.1.1 Menetukan letak ruang hitung di bawah mikroskop

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

Counting chamber merupakan suatu kaca obyek tebal, diatasnya diasahkan suatu dataran yang dalamnya 0,1 mm. Pada dataran ini di buat garis-garis berbentuk 16 persegi besar, pada setiap persegi besar di bagi lagi menjadi 16 persegi kecil. Panjang sisi persegi kecil 0,05 mm. Jika di atas bagian yang diasah ini di letakan sebuah kaca tutup, maka terbentuk suatu ruang yang tingginya adalah 0,1 mm.

Tiap-tiap persegi kecil dibawah kaca tutup tersebut merupakan suatu ruang dengan isi 0,05 x 0,05 x 0,1 mm3 = 25. 10 -5 mm3. Jika di bawah kaca tutup tersebut dimasukan setetes suspensi, maka dengan mikroskop dapat di hitung jumlah sel dalam tiap-tiap persegi tersebut, sehingga dapat di hitung pula jumlah sel per ml dari suspensi tersebut.

Untuk menghitung konsentrasi sel dilakukan pengamatan terhadap 5 (lima) persegi besar atau 80 (delapan puluh) persegi kecil. Jumlah sel dalam setiap persegi kecil dihitung kemudian jumlahkan seluruh hasil perhitungan untuk ke-80 persegi kecil.

Karena letak mikroorganisme hidup tidak teratur, maka dalam menghitung dibuat kesepakatan agar sel yang terletak pada garis tidak dihitung dua kali, yaitu :

 Sel-sel yang terletak pada garis sebelah kanan dan bawah tidak termasuk dalam persegi kecil yang sedang dihitung selnya. Contoh pada persegi nomor 1 jumlah selnya adalah 6.

 Sel-sel yang terletak pada garis sebelah kiri dan atas termasuk dalam persegi kecil yang sedang dihitung selnya. Contoh pada persegi nomor 2 jumlah selnya adalah 3, pada persegi nomor 6 jumlah selnya 5.

(4)

Dari hasil penentuan tersebut dapat ditentukan konsentrasi sel dengan rumus :

Jumlah sel dalam setiap persegi kecil harus berisi sekitar 10 sel. Bila pada saat pengamatan diperoleh jumlah sel lebih besar dari 10 (sepuluh) sel dalam setiap persegi kecil, maka perlu dilakukan pengenceran. Pengenceran harus dilakukan dengan sangat teliti. Konsentrasi sel sesungguhnya bila dilakukan pengenceran adalah :

Counting chamber memiliki dua saluran yang dalam pada kedua sisi ruang hitungnya yang berfungsi untuk menampung kelebihan cairan. Kaca tutup yang diletakkan di atas ruang hitung harus kering agar ketinggian dari ruang hitung tetap terjaga.

Pada counting chamber model baru, diatas satu kaca objek dibuat 2 ruang hitung yang satu sama lain dipisahkan dengan saluran. Dalam hal ini, counting chamber yang digunakan adalah hemasitometer.

Hemasitometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan untukkonsentrasi sel yang rendah Hemasitometer pada mulanya diperuntukkan untuk menghitung sel darah, yang ditemukan oleh Louis-Charles Malassez.Bentuknya terdiri dari 2 counting chamber dan tiap chamber-nya memiliki garis-garis mikroskopis pada permukaan

(5)

kaca. Luas total dari chamber adalah 9 mm2.Chamber tersebut nantinya akan ditutup dengan coverslip dengan ketinggian 0.1 mm di atas chamber floor.

Penghitungan konsentrasi sel pada hemasitometer ini bergantung padavolume dibawah coverslip.Pada chamber terdapat 9 kotak besar berukuran 1 mm2 dan kotak-kotak kecil, di mana satu kotak besar sama dengan 25 kotak kecil sehingga satu kotak besar tersebut memiliki volume sebesar 0.0001 ml. Adapaun kotak yang paling kecil berfungsi untuk mempermudah perhitungan sel

(6)

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan Alat :  Counting chamber  Counter  Tabung Reaksi  Pipet tetes  Pipet ukur  Mikroskop

 Kaca preparat dan tutupnya

Bahan :

 Suspensi mikroorganisme (ragi, jamur, ragi).

 Air steril

Gambar Alat Utama

(7)
(8)

Kocok suspensi baik-baik agar sel dapat tersebar sama rata dalam cairan

Tutup ruang hitung dengan kaca tutup dan teteskan dengan pipet kecil setetes suspensi pada pinggir kaca tutup. Tetesan akan mengalir ke bawah kaca tutup dan mengisi

ruang hitung.

Pasang counting chamber pada mikroskop, amati jumlah sel pada setiap persegi kecil. Jika jumlah sel lebih dari 10 sel, lakukan pengenceran.

Hitung jumlah sel dalam lima persegi besar (80 persegi kecil) dengan menghitung sel-sel yang berada dalam persegi kecil.

Tentukan konsentrasi sel dalam setiap ml-nya

Pekerjaan tersebut (mengisi ruang hitung dan menghitung jumlah sel) dilakukan tiga kali.

Hitung jumlah rata-rata dari tiga penetapan yang dilakukan.

Prosedur Pengenceran:

3.3 Keselamatan Kerja

1. Mikroskop counting chamber adalah alat yang mudah rusak/pecah bila tidak digunakan dengan hati-hati.

2. Wajib mengenakan jas-lab

3. Jangan sampai suspensi mikroorganisme tumpah. Bila tumpah segera bersihkan. Cuci tangan dan semua yang kontak dengan mikroorganisme tersebut.

(9)

BAB IV DATA PENGAMATAN 4.1 Data pengamatan 34 30 25 15 18 24 18 21 23 32 12 11 28 21 23 22 = 357 sel 8 26 13 11 10 21 33 42 11 14 38 25 19 18 25 14 = 328 sel 32 36 13 23 13 23 21 16 15 21 23 11 17 18 23 26 = 331 sel 13 28 13 29 16 23 30 35 12 28 44 22 21 23 22 20 = 379 sel 15 21 35 31 13 17 25 32 11 7 34 31

(10)

18 16 18 32 = 356 sel

Jumlah sel pada pengamatan 1 = 1751 sel/1mm2 28 15 17 10 23 21 14 3 18 19 29 7 22 14 23 11 = 274 sel 22 13 24 7 10 17 29 24 31 21 10 19 23 18 8 11 = 287 sel 31 28 33 15 20 19 21 28 19 23 24 15 17 21 19 11 = 344 sel 26 30 25 15 20 24 18 29 16 18 12 11 12 25 26 9 = 316 sel 34 30 25 15 18 24 18 21 23 32 12 11 28 21 23 22 = 357 sel

Jumlah sel pada pengamatan 1 = 1578 sel/1mm2

(11)

34 30 25 15 18 24 18 21 23 32 12 11 28 21 23 22 = 357 sel 8 26 13 11 10 21 23 42 11 14 38 25 19 18 25 14 = 318 sel 32 36 13 23 13 23 21 16 15 21 23 11 17 18 23 26 = 331 sel 13 28 13 29 16 23 30 35 12 28 44 42 21 23 22 20 = 379 sel 15 21 35 31 32 25 17 13 31 34 7 11 18 32 16 18 =356 sel

Jumlah sel pada pengamatan 1 = 1741 sel/ 1mm2

(12)

4.1.1 Menghitung konsentrasi sel dalam 1 mL cuplikan menggunakan persamaan 1 konsentrasi sel dalam 1 mL =

1

80 x 25.10−5x 10−3 Σ sel yang diamati

konsentrasi sel = ……….. / ml a. Pengamatan 1

konsentrasi sel dalam 1 mL = 80 x 25.101−5x 10−3

x

1751

konsentrasi sel = 8,76 x 107 ml-1

b. Pengamatan 2

konsentrasi sel dalam 1 mL = 80 x 25.101−5x 10−3

x

1578

konsentrasi sel = 7,9 x 107 ml-1

c. Pengamatan 3

konsentrasi sel dalam 1 mL = 80 x 25.101−5

x 10−3

x

1741

konsentrasi sel = 8,7 x 107 ml-1

4.1.2 Menghitung rata-rata konsentrasi sampel dengan menggunakan persamaan 2 Konsentrasi sel 1+konsentrasi sel 2+konsentrasi sel 3

3

= 8,76+7,9+8,73 = 8,453 x 107 ml-1

BAB V

(13)

Zaviera Meika Chandra (151411096)

Pada praktikum kali ini adalah penentuan konsentrasi sel dengan menggunakan metoda counting chamber. Pada metoda ini digunakan alat hemasitometer. Alat ini adalah tipe khusus dari microscope slide yang terdiri dari dua chamber , dimana terbagi atas 9 area (1,0 mm x 1,0 mm) satuan luas yang terpisahkan oleh 3 garis dengan luas area masing-masing 1 mm2. Sampel yang digunakan

merupakan suspensi dari saccharomyces cereviceae dengan media yang digunakan adalah air steril.

Sebelum digunakan, alangkah baiknya sampel dikocok terlebih dahulu agar mikroba yang terdapat didalamnya menjadi homogen. Selain itu, suspensi harus dipastikan tidak terlalu pekat atau kental, karena counting chamber dengan menggunakan hemasitometer tidak cocok untuk suspensi dengan jenis cairan tersebut. Untuk membuat larutan encer dan dengan kandungan mikroba yang tidak terlalu banyak dapat dilakukan pengenceran. Tetapi dikarenakan larutan yang kami gunakan sudah encer, maka tidak dilakukan pengenceran. Pengamatan yang kami lakukan adalah sebanyak 3 kali karena tidak dilakukan seri pengenceran. Pertama mengambil suspensi dengan pipet tetes, lalu teteskan pada hemasitometer dengan jumlah tertentu ke setiap chamber ditutup dengan gelas penutup dan menganalisanya dengan mikroskop. Antara penutup gelas dengan ruang hitung diberikan jarak sebanyak 1 mm sehingga sel ragi yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah ragi per satuan volume dapat diketahui. Perbesaran lensa objektif dari mikroskop yang digunakan adalah 40x. Untuk menemukan letak ruang hitung dibawah mikroskop dengan jelas, lensa objektif harus tepat sejajar dengan salah satu bagian dari ruang hitung pada hemasitometer. Selain itu harus memiliki jarak dan fokus lensa mikroskop yang sesuai.

Setelah mendapatkan jarak dan fokus yang tepat, maka akan terdapat ruang-ruang dengan sekat berupa garis baik yang 1 garis ataupun 3 garis. Garis-garis tersebut membatasi 9 persegi besar dengan 4 persegi besar di bagian sudut terdiri dari 64 persegi kecil berukuran 0,25 mm2 dan 1 persegi besar di bagian tengah terdiri dari

25 persegi sedang yang didalamnya terdapat 16 persegi kecil. Sehingga terdapat 400 kotak kecil berukuran 0,05 mm2. Ragi dihitung pada 5 kotak besar di bagian tengah

sebanyak 3 kali pengamatan pada ruang hitung yang berbeda. Pada setiap kotak kecil tersebut terdapat jumlah ragi yang berbeda-beda. Beberapa ragi membentuk koloni yang berkumpul dan menumpuk. Hal tersebut dikarenakan suspensi yang digunakan

(14)

kurang homogen. Setelah ragi tersebut dihitung, diperoleh banyaknya sel dan konsentrasi sel dari setiap pengamatan adalah sebagai berikut.

No. Jumlah Sel(sel) Konsentrasi Sel(ml-1)

1 1751 8,76 x 107

2 1578 7,9 x 107

3 1741 8,7 x 107 Konsentrasi sel rata-rata 8,453 x 107

Dari data pengamatan didapatkan rata-rata konsentrasi sel adalah 8,453 x 107

ml -1. Konsentrasi sel pada suspensi sangat bergantung terhadap seri pengenceran.

Dikarenakan pengenceran yang digunakan adalah 100 maka didapatkan hasil

percobaan konsentrasi sel yang cukup besar. Sedangkan menurut literatur bahwa semakin besar pengenceran semakin sedikit sel yang dapat ditentukan.

Adapun beberapa faktor lain yang mempengaruhi perhitungan mikroba yakni pengaruh lingkungan seperti temperatur dan pH optimum dari mikroba tersebut, komposisi medium yang digunakan, dan ketelitian praktikan dalam menghitung mikroba.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Santika, Sri Sumesti. 1987. “ Metode Penelitian Air:, 246-248, 253-268. Usaha Nasional. Surabaya.

(15)

Gumbira Sa’id, E. 1987. “Bioindustri, Penerapan Teknologi Fermentasi” 89,95-106. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Maria Widyanti, Emmanuela, Ir, dkk, “Praktikum Dasar Bioproses”, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung, 2002

Sastramihardja, Ibrahim, “Petunjuk praktikum Mikrobiologi Dasar”, Jurusan Teknik Kimia, ITB, 1993

Suriawiria, Unus. 1995. “Pengantar Mikrobiologi Umum”, 91-95. Angkasa. Bandung.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, auditor dapat 15 mempertimbangkan apakah penarikan diri dari perikatan, 16 jika penarikan diri diperbolehkan oleh peraturan perundang-

Makalah ini membahas blue print yang terkait dengan pengembangan sarana TIK untuk PT, yaitu kebijakan, rencana strategis, program kerja tahunan TIK, pengembangan

Laporan ini berasumsi bahwa pengguna memiliki pengetahuan yang cukup tentang pekerjaan dan persyaratan kerja untuk membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi dalam

Djadjang Sukarna (2018) [10], menjelaskan, konsumsi energi yang tinggi ini menimbulkan masalah dan ketimpangan, yaitu terjadinya pengurasan sumber daya fosil

Siswa yang sudah mengikuti evaluasi kompetensi 1-3 komprehensip dengan skor kurang dari 70% diberi tugas untuk mempelajari materi sambil dibantu guru atau siswa yang telah/lebih

Penelitian analisis kelayakan usahatani salak di Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember bertujuan untuk mengetahui aspek pasar, teknologi dan teknis, manajemen usahatani

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam upaya mengembangkan religiusitas remaja dan menekan atau mengontrol kenakalan remaja

Hasil dari penelitian ini adalah struktur Serat Wedatama tersusun atas pupuh-pupuh atau tembang macapat yaitu pangkur 14 pada, sinom 18 pada , pucung 16 pada, gambuh 34