• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Media massa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi massa. Pada hakikatnya, media massa adalah perpanjangan tangan dan lidah manusia yang sangat berjasa dalam meningkatkan pengembangan stuktur sosialnya.

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.

Menurut R.Mar’at (dalam Effendy,2002:122) acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton, ini adalah hal yang wajar. Jadi, bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona atau latah, bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah terhanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi.

Pesan dalam komunikasi massa dikirim dari sumber yang melembaga, bersifat massal dan melalui alat – alat mekanis. Jika di masa tradisional komunikasi massa tersampaikan melalui media seperti asap api, kentongan, drama dan bedug, maka di masa sekarang ini komunikasi tampil dalam rupa media seperti surat kabar, radio, televisi, dan film. Saat ini televisi telah menjadi media yang penting dikarenakan kemampuannya merasuk ke dalam pribadi manusia. Tidak sulit menemukan orang yang betah duduk berjam – jam di depan televisi, sekalipun harus melihat sekian banyak iklan yang menyelinginya.

Televisi dengan kemampuannya mengatasi keterbatasan ruang, jarak dan waktu dapat mengirimkan sekian banyak informasi pada massa yang tak sedikit jumlahnya. Disamping itu, informasi yang disampaikan juga dipertegas dengan dukungan gambar , warna yang jelas dan suara sehingga pencapaian tujuan komunikasi semakin besar. Masing – masing stasiun televisi senantiasa menyuguhkan tayangan terbaik mereka, mulai yang dikemas khusus sesuai kelompok untuk anak, remaja, dewasa, bimbingan orangtua, maupun semua umur. Sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, tepatnya di pasal 13 ayat (2) tercantum

(2)

jelas bahwa jasa penyiaran diselenggarakan oleh empat lembaga yakni lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan lembaga penyiaran berlangganan. Dari pengelompokan itu maka di Indonesia sendiri perkembangan industri kini telah ada 12 stasiun televisi swasta yang berskala nasional, yakni TVRI, RCTI, GLOBAL TV, MNC TV,INDOSIAR, ANTEVE, SCTV, TRANS TV, TVONE, TRANS7, dan DAAI TV Indonesia.

Mulai saat itu media massa terus mengalami perkembangan mulai dari media cetak ke media elektronik, hingga sekarang kehadiran internet yang juga diakui sebagai media massa. Dari sejarah perkembangan media massa, televisi merupakan jenis media massa yang paling popular. Televisi merupakan media audio visual yang mampu memberikan informasi secara cepat, lebih murah, dan lebih menarik. Penyatuan gambar dan suara membuat televisi menjadi media massa yang mampu menarik perhatian masyarakat luas. Televisi juga merupakan sumber informasi utama bagi seseorang untuk belajar tentang masyarakat, nilai-nilai budaya dan adat istiadat serta kebiasaan (Purba, 2006:58).

Sejalan dengan perkembangan media massa, televisi di Indonesia juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya stasiun televisi yang meramaikan industri televisi. Selain itu perkembangan televisi juga terlihat dari tayangannya yang semakin beragam. Kebutuhan masyarakat yang beragam terhadap informasi yang didapatnya memicu setiap stasiun televisi berusaha untuk bisa memberikan tayangan terbaik yang dapat memebuhi kebutuhan masyarakat. Mengingat keterbatasan setiap stasiun televisi untuk mencakup seluruh kebutuhan dari setiap lapisan masyarakat, maka TRANS TV sebagai salah stasiun televisi di Indonesia mengkhususkan sasaran khalayaknya pada golongan menengah, dan kaum akademisi. Sejak 15 Desember 2001 mengudara di Indonesia, TRANS TV lebih memfokuskan pada acara hiburan yang juga terdapat edukasi di dalamnya Salah satu contoh Tayangannya adalah Ala Chef yang membahas informasi tentang Kuliner.

Tahun terus berganti Acara kuliner tetap bertahan di layar kaca, penggemar acara kuliner tergolong penggemar yang loyal.. Kepala Departemen PR Marketing Trans TV Hadiansyah, mengatakan, acara kuliner memiliki segmen pasar yang cukup luas dan mampu menarik iklan. ”Dari sisi rating, acara kuliner saat ini tidak besar, paling mentok 2. Tapi, acara ini punya penonton loyal, terutama ibu-ibu,” Salah satu contoh tayangan kuliner adalah Ala Chef yang diasuh Farah Quinn di Di Trans TV.

(3)

Tayangan Ala Chef telah ada sejak Februari 2005. Acara Ala Chef setiap hari Sabtu dan Minggu Pukul 10.00 WIB WIB. Dalam setiap tayangannya, tema yang diangkat selalu berbeda. Tayangan ini dikonsep secara menarik, dan selalu membahas tentang Kuliner terbaru. Acara ini juga dipandu seorang koki yaitu Farah Quinn dan selalu mendatangkan bintang tamu.

Program tersebut tidak hanya menghibur para penontonnya tetapi juga mendidik khala yak terutama tentang Kuliner . Dalam tayangan tersebut juga menghadirkan bintang tamu dari berbagai latar belakang yang sesuai dengan tema tayangannya.

Tayangan Ala Chef memberikan informasi dan edukasi cukup baik mengenai dunia kuliner. Tayangan Ala Chef tidak hanya menyajikan tentang cara masak memasak namun juga berusaha memberikan konteks sosial-budaya atas kegiatan kuliner. Farah Queen biasanya mengajak pemirsanya untuk mengunjungi pasar tradisional. Sambil menjelaskan bagaimana memilih bahan-bahan masakan yang baik juga menceritakan keunikan masing-masing pasar yang dia kunjungi. Kelihatannya, ini seperti jalan-jalan biasa. Namun, sebenarnya kita sedang diajak menyelami akar tradisi kuliner di daerah tertentu. Dari sudut pasar tradisional yang semrawut, dia berusaha menemukan makanan khas di sana. Lalu, berbincang-bincang seputar makanan itu dengan pedagangnya. Farah Queen juga mampu menjelaskan pengaruh budaya tertentu yang terkandung dalam sejumlah masakan yang dia cicipi dan kadangkala juga menghitung nilai gizi dan kalorinya.

Meskipun dalam tayangan Ala Chef mengangkat masalah Kuliner, namun konsep acara yang disajikan tidak membuat jenuh penontonnya, seperti yang sering dipikirkan orang awam. Konsep acara yang disajikan tidak seperti konsep berita yang terkesan kaku dan membosankan. Namun dikemas secara ringan sehingga dapat dinikmati penontonnya. Kelebihan lain yang membuat acara ini cukup diminati, juga karena cerita yang mereka angkat dalam setiap tayangannya adalah dari isu-isu yang sedang hangat di kalangan masyarakat.

Bukan hanya kalangan pengamat Kuliner saja yang tertarik dengan tayangan ini, kalangan mahasiswa juga memiliki perhatian khusus terhadap tayangan ini. Terutama mahasiswa yang ingin menambah pengetahuan di bidang Kuliner.

Jurusan Tata Boga Akademi Pariwisata Medan merupakan Akademi yang erat hubungannya dengan dunia kuliner. Informasi Kuliner merupakan hal penting yang dapat mendukung setiap mahasiswa dalam dunia pendidikan yang sedang dijalaninya. meskipun

(4)

ruang lingkupnya masih terbatas yaitu kegiatan yang ada di sekitar kampus. Kegiatan eksternal kampus seperti organisasi menjadi satu wadah pembelajaran bagi mahasiswa tersebut untuk menghadapi tingkatan organisasi selanjutnya seperti dunia kerja. Kehadiran organisasi mahasiswa adalah sebagai sarana mengapresiasikan dunia kerja yang nyata bagi mahasiswa yang ruang lingkupnya masih terbatas. Mahasiswa Akademi Pariwisata juga memiliki perhatian khusus kepada setiap tayangan yang membahas Informasi seputar dunia kuliner yang dapat meningkatkan pengetahuannya di bidang kuliner, yang juga bisa dibawa kedalam dunia kerja yang nyata nantinya. Tidak menutup kemungkinan Mahasiswa Jurusan Tata Boga juga tertarik pada tayangan Ala Chef yang memang disajikan untuk membahas Informasi tentang dunia masak memasak.

Tayangan tersebut bisa menambah pengetahuan mahasiwa Jurusan Tata Boga tentang dunia kuliner di Indonesia khusunya, dan di dunia global pada umumnya. Konsep acaranya yang dikonsep secara ringan membuat acara ini tidak kaku dan membosankan. Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tayangan Ala Chef terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Jurusan Tata Boga Akademi Pariwisata Medan.

(5)

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

Sejauh mana Pengaruh Tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan ?

I.3. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas, yaitu :

a. Tayangan Ala Chef yang dimaksud adalah dibatasi pada pembawa acara/host, narasumber, perangkat acara, materi acara, dan waktu tayang.

b. Penelitian ini dilakukan pada tayangan Ala Chef di TRANS TV yang dibawakan oleh Farah Queen dan disiarkan setiap hari Sabtu dan Minggu.

c. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret 2011

d. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa stambuk 2008-2010 program Diploma -3 Akademi Pariwisata Medan yang pernah menonton tayangan Ala Chef di TRANS TV. e. Tayangan yang diambil adalah setelah tahun 2011

I.4. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana keaktifan mahasiswa mengikuti perkembangan tayangan Ala Chef di TRANS TV.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai media massa, khususnya dalam pengaruhnya terhadap peningkatan pengetahuan.

(6)

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah penelitian dalam ilmu komunikasi dan dapat menambah wawasan pembacanya.

I.5. KERANGKA TEORI

Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan memberikan pandangan terhadap sebuah permasalahan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

I.5.1. Komunikasi

Secara epistemologis istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin yakni communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa dikatakan dengan pemaknaan yang sama. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan komunikasi tersebut. Komunikasi bukan hanya hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling rumit (Purba dkk,2006:29). Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling memperngaruhi antara yang satu dengan yang lain sengaja atau tidak sengaja, dan tidak terbatas pada komunikasi verbal saja (Cangara,2003:20).

Dalam perkembangannya, banyak ahli komunikasi mendefenisikan komunikasi secara berbeda-beda. Sejak awal abad 20 tepatnya 1930-1960, defenisi-defenisi mengenai komunikasi telah banyak diungkap, ketika itu para ahli di Amerika Serikat mulai merasakan kebutuhan akan “Science Of Communication”, dan diantaranya adalah Carl I. Hovland. Menurutnya, Ilmu Komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by

which information is transmitted and opinions and attitudes are formed) (Purba dkk,

2006:29). Jika Carl I. Hovland mendefenisikan komunikasi sebagai usaha yang sistematis, maka Harold Laswell menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To

Whom With What Effect? Yang berarti “Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran Apa Kepada

(7)

I.5.2. Komunikasi Massa

Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan.

Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media massa, atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa. (http://id.shvoong.com/social-sciences/1877099-definisi-komunikasi-massa/)

Dari defenisi komunikasi massa di atas kita dapat mengetahui bahwa komunikassi massa harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi yang dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah yang disebut disebut dengan media cetak.

Komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, mingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu.

I.5.3. Televisi

Televisi (TV) berasal dari kata tele yang artinya jauh dan vision, artinya tampak. Jadi televisi adalah suatu alat komunikasi yang tampak atau dapat dilihat dari jarak jauh. Televisi juga bisa dikatakan sebagai perangkat elektronik yang dapat disaksikan atau dinikmati. Televisi juga merupakan alat yang dapat menampilkan gambar pada layarnya yang berasal dari gelombang frekuensi tinggi tanpa perantara fisik.

Di Indonesia, Pada tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian Nasional Indonesia dengan berdiri dan beroperasinya TVRI. Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategis pemerintah dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan politik. Selanjutnya televisi terus berkembang ditandai dengan banyaknya stasiun televisi swasta yang bermunculan, seperti Indosiar, RCTI, SCTV, TRANS TV, Tvone, dll. Media

(8)

televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya. (http://duniatv.blogspot.com/2008/02/sejarah-televisi.html)

Menurut Askurifai Baksin, terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi, yaitu (Baksin, 2006-63-68) :

1. Penampilan Penyaji

Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter atau pemandu acara adalah istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara atau program televisi. Seorang presenter televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umumnya terkenal karena menjadi presenter program tertentu. Kecuali presenter untuk program iptek yang merupakan profesional di bidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tapi punya minat di bidang tertentu lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Presenter_televisi)

RM Hartoko dalam Baksin 2006 menyebutkan beberapa prasayarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu (Baksin, 2006:157) :

a. Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman.

b. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian dan daya ingatan yang kuat.

c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar.

d. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap.

2. Narasumber

Narasumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. Menurut R. Fadli yang digolongkan kepada narasumber yang tidak sembarangan atau special adalah (Fadli, 2001:131) :

(9)

Kapabilitas adalah kemampuan yang meliputi kemmapuan dalam bidang akademis maupun pengalaman.

b. Memiliki kredibilitas

Kredibilitas merupakan kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan.

c. Memiliki akseptabilitas yang baik

Akseptabilitas meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber. 3. Bahasa

Bahasa merupakan sistem ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh pita suara manusia yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa kata-kata dan kalimat, yang masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya (Baksin, 2006: 67). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi, dan mengindetifikasi diri Baksin, 2006 : 67).

Menurut Askurifai Baksin, pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun televisi terbagi menjadi dua, yakni siaran karya artistik dan karya jurnalistik (Baksin 2006:79). Siaran karya jurnalistik merupakan produksi acara televisi yang mengutamakan kecepatan penyampaian informasi, realitas atau peristiwa yang terjadi, misalnya berita aktual, berita nonaktual, dan penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya yang tertuang dalam acara monolog, dialog, laporan ataupun siaran langsung. Sedangkan karya artistik merupakan produksi acara televisi yang menekankan aspek artistik dan estetika, sehingga unsur keindahan menjadi unggulan dan daya tarik acara seperti ini.

I.5.4. Model Teori S – O – R

Model teori S-O-R singkatan dari Stimulus organism Respon suatu model klasik komunikasi yang lahir pada tahun 1930-an. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model teori ini merupakan model teori paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh displin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik (Mulyana, 2008:132). Menurut stimulus response ini, efek yang

(10)

ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. unsur-unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan (stimulus, S) adalah tayangan Ala Chef di TRANS TV.

2. Komunikan (organism, O) adalah kalangan mahasiswa yang menonton acara tersebut. 3. Efek (Response, R) adalah pengaruh yang diimbulkan acara tersebut yang terlihat

dalam peningkatan pengetahuan mahasiswa.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Dalam prinsip S-O-R secara gamblang dijelaskan tentang sebuah proses belajar dimana efek adalah suatu reaksi khusus yang timbul akibat stimulus tertentu. Artinya bahwa orang-orang dapat memprediksi keterkaitan yang erat antara pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa terhadap reaksi yang akan muncul dalam diri penerima akibat pesan tersebut.

I.5.5. Efek Media Massa

Berbagai penelitian tentang efek media massa telah menjadi pusat perhatian berbagai pihak, baik para praktisi maupun para teoritisi. Merka berusaha mencari dan menemukan media yang paling efektif untuk mempengaruhi khalayak. Adapun efek media massa menuru (Ardianto, 2004 :51), antara lain:

1. Efek Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini media massa dapat membantu khalayak mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.

2. Efek Afektif, dimana kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Tujuannya dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih

(11)

dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Gambaran berupa suasana atau perasaan yang kita rasakan setelah membaca, mendengar ataupun melihat sesuatu.

I.5.6. Terpaan Media (Media Exposure)

Menurut Prastyono (dalam Rahkmat 2005, p.23) media exposure dapat diartikan sebagai terpaan media. Sedangkan, Shore mengatakan “Exposure is hearing, seeing, reading, or most genneraly, experiencing, with at leasr minimal amount of interest the mass media, the exposure might occure an individual or group level” (Rahkmat 2005, p.23), jadi dapat dikatakan bahwa terpaan adalah mendengar, melihat, membaca pesan pesan media ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individual maupun kelompok.

Rosengen mengemukakan bahwa penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isimedia yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rahkmat 2005, p.23)

Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longevity (dalam Ardianto Erdianaya, 2004). Sedangkan, pengaruh antara khalayak dengan isi media meliputi attention atau perhatian. Kenneth E Andersen mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika stimui atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (dalam Rahkmat 2005, p.23).

1.5.7. Kuliner

Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari. Kuliner merupakan sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, membutuhkan pengolahan yang serba enak.

(12)

I.6. KERANGKA KONSEP

Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemugkinan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 1993: 40).

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang akan digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak diuji (Singarimbun, 1995 : 32).

Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas atau Independent variabel(X)

Variabel bebas adalaha sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan Ala Chef di TRANS TV.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhiatau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan.

3. Karakteristik Responden.

Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang yang membedakannya dengan orang lain, seperti : jenis kelamin, stambuk, lingkungan tempat tinggal.

(13)

I.7. MODEL TEORITIS

Variabel – variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk dalam suatu model teoritis sebagai berikut :

Tayangan Ala Chef di TRANS TV

Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa

(14)

I.8. VARIABEL OPERASIONAL

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dibuat variabel operasional yang berfungsi untuk kesesuaian dalam penelitian, yaitu :

Tabel 1. Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel bebas (X)

Tayangan Ala Chef di TRANS TV

1. Host/pembawa acara a. penampilan

b. Suara dan artilukasi c. Penguasaan materi 2. Narasumber

a. Latar belakang Narasumber b. Penguasaan topik

3. Perangkat Acara

a. Kerjasama tim Stimulus b. Komunikasi antara perangkat acara

4. Materi Acara a. Topik pembahasan b. Aktualisasi topik 5. Waktu tayang a. Frekuensi penayangan b. Durasi penayangan Variabel Terikat (Y)

Pengetahuan Mahasiswa

1. Frekuensi 2. Tanggapan

3. Kesukaan Organism, 4. Peningkatan Pengetahuan Response 5. Dukungan 6. Peneguhan Variabel Antara Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin 2. Jurusan

(15)

I.9. DEFENISI OPERASIONAL

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel (Singarimbun:46). Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : Variabel bebas (Ala Chef di TRANS TV)

1. Host/Pemandu acara : Seseorang yang membawakan acara dalam program acara Ala Chef di TRANS TV.

a. Penampilan merupakan cermin atau gambaran kepribadian seorang pemandu acara yang telihat dari berpenampilan yang rapi dalam berpakaian.

b. Suara dan Artikulasi, yaitu kejelasan suara dan artikulasi host/pemandu acara Ala Chef di TRANS TV.

c. Penguasaan materi, yaitu kemampuan host/pemandu acara mengusai topik pembahasan dalam acara Ala Chef di TRANS TV.

2. Narasumber, yaitu pakar atau ahli yang hadir dalam setiap tayangan Ala Chef.

a. Latar belakang narasumber, meliputi latar belakang pendidikan atau keahlian yang dimiliki narasumber.

b. Pengusaan topik, meliputi kemampuan narasumber menguasai topik yang dibahas. 3. Perangkat acara, yaitu seluruh komponen yang terlibat dalam tayangan Ala Chef di

TRANS TV.

a. Kerja sama tim, yaitu keselarasan komunikasi semua pelaku yang terlibat dalam penayangan Ala Chef di TRANS TV.

b. Komunikasi antara perangkat acara yaitu kekompakan antara semua pelaku terutama dalam penggunaan humor.

4. Materi acara, yaitu materi-materi acara yang dibawakan dalam setiap penayangan Ala Chef di TRANS TV.

a. Topik pembahasan, yaitu hal yang menjadi pokok masalah yang akan dibahas dalam tayangan Ala Chef di TRANS TV.

b. Akuratisasi topik, yaitu keakuratan topik yang dibahas.

5. Waktu tayang, yaitu waktu penayangan Ala Chef di TRANS TV.

a. Frekuensi penayangan, yaitu seringnya penayangan Ala Chef dalam satu minggu. b. Durasi penayangan, yaitu lamanya waktu penayanangan acara Ala Chef di TRANS

(16)

2. Variabel Terikat (Peningkatan Pengetahuan) a. Frekuensi

Sering atau tidaknya Mahasiswa Menyaksikan Tayangan Ala Chef di TRANS TV b. Tanggapan

Opini, Pendapat atau Reaksi Responden terhadap suatu masalah. c. Kesukaan

Adanya Minat atu Kegemaran Responden Menyaksikan tayangan tentang Kuliner d. Peningkatan Pengetahuan :

Menginformasikan kepada Responden tentang suatu hal, yang pada awalnya tidak tau menjadi tau, dan yang tau menjadi lebih tau.

e. Dukungan

Memberikan nilai positif dan berusaha memberikan motivasi agar yang diharapkan terlaksana.

f. Peneguhan

Meyakinkan kembali suatu perkara yang masih diragukan. 3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)

a. Jenis kelamin : Dilihat dari jenis kelamin pria atau wanita.

b. Stambuk/Angkatan : tahun masuk atau aktif kuliah sebagai mahasiswa jurusan Tata Boga Akademi Pariwisata yaitu stambuk 2008 sampai 2010.

I.10. HIPOTESIS

Hipotesis secara sederhana merupakan dugaan sementara yang diharapkan terjadi dalam penelitian. Hipotesis memfokuskan kita untuk berpikir lebih dalam tentang kemungkinan sebagai pengganti hipotesis membimbing peneliti ke arah pemahaman yang lebih luas tentang implikasi pertanyaan dan variabel yang terlibat. Dengan menentukan hipotesis, peneliti harus berpikir lebih hati-hati.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005: 43).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan.

Ha : Terdapat pengaruh antara tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan.

(17)

I.11. METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode yang digunakan untuk meneliti sejauh mana pengaruh Penayangan Tayangan Ala Chef di televisi terhadap Peningkatan Pengetahuan Kuliner. Penelitian ini bertujuan menemukan hubungan antara variabel tersebut.

Metode korelasional meneliti hubungan antara variabel-variabel . Metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat. Keuntungan metode ini adalah kemampuannya memberikan bukti nyata mengenai hubungan sebab akibat yang langsung bisa dilihat ( Kriyantono, 2006:62).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Akademi Pariwisata Negeri Medan Jl. Rumah Sakit Haji No. 12 Medan 20371 Sumatera Utara Telp. (061) 77152218 | Fax. 061 - 6629441

3. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, benda, tumbuh-tumbuhan, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang lebih memiliki karakteristik tertentu dalam suatu persitiwa (Nawawi, 1991:141). Dalam penelitian ini populasinya adalah Mahasiswa program D -III stambuk 2008 sampai 2010 Akademi Pariwisata Medan yang pernah menonton tayangan Ala Chef minimal 3 kali.

4. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1991:144).

I.12. TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

Teknik penarikan sampel adalah teknik penarikan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Adapun teknik penarikan sampel yang dilakukan peneliti adalah : 1. Purposive sampling

Yaitu teknik penarikan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006:154). Kriteria sampel adalah:

(18)

1. Mahasiswa Program D - 3 stambuk 2008 sampai 2010 yang ada di Akademi Pariwisata Medan.

2. Responden yang pernah menonton tayangan Ala Chef di TRANS TV minimal tiga kali.

I.13. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Data Premier

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

I.14. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995 : 263). Pada penelitian ini teknik analisis data yang dilakukan adalah :

1. Analisis Tabel tunggal

Analisis table tunggal merupakan analisa yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan presentase (Singarimbun, 1995 : 266).

2. Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai hubungan dengan variabel yang lainnya (Singarimbun, 1995 : 271).

(19)

3. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis ialah salah satu fungsi statistic untuk menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan, juga dipakai untuk menguji hipotesis.

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur terdapat dalam skala ordinal. Sesuai dengan pedoman penggunaan test statistic yang berlaku, pengujian hipotesa yanag berskala ordinal dapat dilakukan dengan test statistic “Korelasi Rank Spearmen” (Kriyantono,2006:174) :

Keterangan :

Rho = koefisien korelasi rank-order d = perbedaan antara pasangan jenjang N = jumlah invidu dalam sampel ∑ = sigma atau jumlah

1 = bilangan konstan 6 = bilangan konstan

Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rho < 0, maka hipotesis ditolak Jika rho > 0, maka hipotesis diterima

Untuk meguji tingkat signifikansi korelasi, maka digunakan rumus pada tingkat signifikan 0,05 sebagai berikut :

Keterangan : t = nilai

(20)

r = nilai koefisien korelasi n = jumlah sampel

Jika > , maka hubungan signifikan Jika > , maka hubungan tidak signifikan

Selanjutnya, untuk mengatur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefisien korelasi sebagai berikut (Kriyantono, 2006: 168-169).

< 0,20 = hubungan rendah sekali ; lemah sekali 0,20-0,39 = hubungan rendah tapi pasti

0,40-0,70 = hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 = hubungan yang tinggi; kuat

Gambar

Tabel 1. Variabel Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan kombinasi metode pembelajaran discovery learning dan brain storming, kemampuan pemecahan masalah

Oleh karena itu dirasa perlu untuk memberikan hasil pengamatan yang sama antara peserta didik berkebutuhan khusus dengan peserta didik normal tetapi dengan cara yang berbeda,

Termasuk menjadi kewenangan Komisi Informasi Provinsi adalah sengketa dimana yang menjadi Termohon adalah Badan Publik yang tidak memiliki kantor pusat dan

[r]

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) nilai rata-rata postes keterampilan komu- nikasi siswa pada kelas yang diterap- kan model pembelajaran berbasis

Syekh Jamal Faruq el-Daqaq Jumat, 10 Pebruari 2017 08.00-10.30 Stadium General Tema Kajian: تاعماجلا ةيملاسلإا ضحو اةر دغلا. “Perguruan Tinggi Islam dan

 Flexural behavior : terjadi pada dinding akibat gaya luar yang dibentuk oleh mekanisme kelelehan tulangan menahan lentur.. Keruntuhan