• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO PURO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO PURO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

ANIK NUR HASTUTI

B10 064

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Annisaul Khoiriyah, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Ibu Utami Nugroho Amd.Keb, selaku Pimpinan Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam mengadakan penelitian.

5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

(5)

v

oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2013

(6)

vi

Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013

Anik Nur Hastuti B 10.064

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO

PURO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN 2013

xiv + 52 halaman + 17 lampiran + 5 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Perawatan ibu nifas merupakan bagian integral pada proses melahirkan dan dimanfaatkan untuk perawatan pada ibu dan bayinya. Mengingat pentingnya ASI bagi ibu dan bayi, perlu dilakukan perawatan bagi ibu nifas yang berhubungan dengan perawatan payudara untuk kelancaran pengeluaran ASI. Pemeriksaan payudara dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan pada waktu menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan / payudara bengkak. Jika payudara ibu terdapat tanda-tanda tersebut, maka akan mengganggu produksi ASI. Produksi ASI akan menurun dikarenakan saluran ASI yang tersumbat. Hasil studi pendahuluan yang penulis wawancarai pada 10 ibu nifas di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada bulan November 2012, terdapat 5 orang ibu berpengetahuan kurang, 3 ibu berpengetahuan baik, 2 ibu berpengetahuan cukup dan dari 10 ibu terdapat 2 ibu mengalami bendungan ASI.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tingkat baik, cukup dan kurang.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tanggal 20 Jan 2013 - 20 Feb2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 ibu nifas, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Alat pengumpul data adalah kuesioner, untuk analisis data menggunakan analisis

univariatdengan distribusi frekuensi dengan bantuan program SPSS.

Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen diperoleh hasil pengetahuan baik sebanyak 8 responden (23,5%), pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (58,8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (17,6%).

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (58,8%) dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas atau pengalaman.

Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Nifas, Bendungan ASI.

(7)

vii

(mengerjakan yang berat)” QS. AL-Balad : 10-11

“Jangan pernah kau sia siakan waktumu untuk melakukan pekerjaan yang tidak berarti , sebab waktu merupakan penentu masa depan kita. Apabila kita menggunakan waktu sebaik-baiknya demi pekerjaan yang berarti, Insya Allah kita akan mendapatkan masa depan yang kita inginkan”

Disaat kita jatuh dan menyerah disanalah kita kalah, namun bila kita jatuh dan kita tetap berusaha berdiri dan berlari disitulah jalan kemenanganmu.

PERSEMBAHAN

Sebuah karya tulis yang berwujud dengan perjuangan dan pengorbanan yang saya persembahkan untuk :

Bapak, ibu, kakakku dan keluarga besarku tercinta

yang memberiku kasih sayang, menemaniku, dan mendukungku. Hanya untuk kalianlah aku berjuang dan bertahan menghadapi semua. Ingin ku hapus keluh kesah kalian dengan kebahagiaan dan kebanggaan terhadapku.

Ibu Annisaul Khoiriyah, S.ST terima kasih atas

bimbingannya selama penyusunan Proposal sampai terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

☺ Sayangku terimakasih atas waktunya, semua dukungan, kasih sayang, perhatian dan do’anya.

Semua Sahabatku “Semoga perjalanan dan

kebersamaan yang telah kita tempuh selama ini mampu menjadikan kita lebih bijak dan dewasa”.

(8)
(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 5 E. Keaslian Penelitian... 5 F. Sistematika Penulisan ... 6

(10)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ... 8

1. Pengetahuan... 8

2. Nifas ... 14

3. Laktasi ... 20

4. Bendungan Air Susu Ibu ... 22

B. Kerangka Teori ... 31

C. Kerangka Konsep... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 34

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Variabel Penelitian... 39

G. Definisi Operasional ... 40

H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data... 40

I. Etika Penelitian... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian... 45

B. Hasil Penelitian... 45

C. Pembahasan ... 47

(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio ... 15

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner ... 36

Tabel 3.2 Definisi Operasional... 40

Tabel 4.1 Hasil Pengolahan data ... 46

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI ... 46

(13)

xiii

Gambar. 2.1. Kerangka Teori ...31 Gambar. 2.2. Kerangka Konsep ...32

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Surat Keterangan Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7. Surat Keterangan Penggunaan Lahan Lampiran 8. Surat Permohonan Responden Lampiran 9. Informed Consent

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian Lampiran 11. Kunci Jawaban Lampiran 12. Tabulasi Uji Validitas

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas dan Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 14. Hasil Penelitian dan Karakteristik Responden Lampiran 15. Perhitungan Manual dan Distribusi Frekuensi Lampiran 16. Tabel Nilair Product Moment

(15)

1

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator, salah satu indikator tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Millennium Development

Goals (MDGs) tahun 2015 AKI diharapkan turun menjadi 102 per 100.000

kelahiran hidup (Depkes RI, 2008).

Penyebab kematian ibu saat kehamilan sebesar 20%, persalinan sebesar 30% dan nifas sebesar 50%. Penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada saat nifas, yaitu karena perdarahan persalinan, eklamsia, infeksi, mastitis dan

postpartum blues. Berdasarkan survei kejadian kematian ibu paling banyak

terjadi pada masa nifas, oleh karena itu masa nifas memerlukan pemantauan yang ketat sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu (Depkes RI, 2009).

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berakhir kira-kira 6 minggu. Perawatan ibu nifas merupakan bagian integral pada proses melahirkan dan harus dimanfaatkan sebagai suatu kesempatan untuk memberikan perawatan pada ibu dan bayinya. Perawatan yang baik pada payudara juga diperlukan karena akan menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ibu dapat menyusui bayinya (Prawirohardjo, 2005).

(16)

2

Manfaat ASI (Air Susu Ibu) bagi bayi antara lain mengandung antibodi atau zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari infeksi dan penyakit, bayi memiliki respon kekebalan tubuh yang sangat baik untuk vaksinasi, dapat merangsang struktur rahang pada bayi dan juga wajahnya, pertumbuhan gigi akan menjadi tegak dan merangsang fungsi penglihatan secara cepat. Pemberian ASI juga dapat menumbuhkan ikatan batin yang sangat kuat antara bayi dan ibunya dan membantu perkembangan mental, emosional dan spiritual pada bayi. Selain bagi bayi, manfaat ASI bagi ibu adalah mengurangi resiko timbulnya penyakit kanker payudara, kanker ovarium, kanker rahim, osteoporosis, membantu mengembalikan berat badan yang ideal serta menjadikan ibu tidak emosional, lebih sabar dan bahagia (Raulina, 2004).

Mengingat pentingnya ASI, Departemen Kesehatan RI mempunyai program yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu meningkatkan perawatan bagi ibu nifas yang berhubungan dengan perawatan payudara untuk kelancaran pengeluaran Air Susu Ibu (ASI). Pada ibu nifas, harus dilakukan pemeriksaan payudara minimal dengan inspeksi dan palpasi, dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan pada payudara waktu menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan atau payudara bengkak. Jika payudara ibu nifas terdapat tanda-tanda tersebut, maka akan mengganggu produksi ASI dan ketidaknyamanan bagi ibu. Produksi ASI akan menurun dikarenakan saluran ASI yang tersumbat (Farrer, 2003).

Bendungan air susu ibu adalah suatu kejadian di mana aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran air susu ibu dan alveoli meningkat. Kejadian ini biasanya disebabkan karena air

(17)

susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras, payudara terasa nyeri saat ditekan, payudara berwarna kemerahan, dan suhu tubuh ibu sampai 38oC. Apabila kejadian ini berkelanjut, dapat mengakibatkan terjadinya mastitis dan abses payudara. Bendungan ASI tersebut dapat dicegah dengan cara perawatan payudara yang dapat dilakukan oleh ibu. Selain perawatan payudara dapat mencegah terjadinya bendungan ASI juga dapat memperlancar proses laktasi. Melalui pengetahuan tentang bendungan ASI, maka ibu nifas akan lebih paham tentang cara pencegahan bendungan ASI, gejala-gejala saat terjadi bendungan ASI dan tindakan yang harus dilakukan jika ibu mengalami bendungan ASI (WHO, 2003).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan November 2012 di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen terdapat 30 ibu nifas. Penulis melakukan wawancara dengan 10 ibu nifas, 5 ibu memiliki pengetahuan kurang baik (50%), 3 ibu memiliki pengetahuan baik (30%), dan 2 ibu memiliki cukup baik (20%). Dari 10 ibu nifas yang penulis wawancarai terdapat 2 ibu yang mengalami kejadian bendungan ASI.

Berdasarkan latar belakang di atas, di mana angka kejadian AKI yang masih tinggi, masih banyaknya kematian ibu yang terjadi pada masa nifas, kejadian bendungan ASI merupakan masalah penting yang perlu diatasi dan didukung dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013”.

(18)

4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tingkat baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tingkat cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tingkat kurang.

(19)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

2. Bagi diri sendiri

Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian.

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat menjadi bahan bacaan dan referensi tambahan bagi mahasiswa kebidanan tentang bendungan ASI.

4. Bagi masyarakat / Ibu nifas

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang bendungan ASI di masyarakat setempat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI antara lain :

1. Bernadeta Tyas Puji Utami (2011), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Post partum tentang Bendungan ASI di RSUD Kota Surakarta menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatancross sectional dan teknik pengambilan sampel dengan

Accidental sampling. Hasil gambaran tingkat pengetahuan ibupost partum

(20)

6

(22,2%), cukup baik 19 responden (52,8%), kurang baik 6 responden (16,7%) dan tidak baik 3 responden (8,3%).

2. Eni Wulandari (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di RB An Nuur Sumber Surakarta menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel dengan

Accidental sampling.Hasil gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang

bendungan ASI yang masuk dalam kriteria baik 6 responden (20%), cukup 19 responden (63,32 %) dan kurang 5 responden (16,67%).

Perbedaan penelitian yang penulis buat dengan penulis sebelumnya terletak pada tempat, waktu, teknik pengambilan sampel dan hasil penelitian, sedangkan persamaan yang penulis buat dengan penulis sebelumnya terletak pada jenis dan rancangan penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan tentang teori tentang pengetahuan, masa nifas, laktasi, bendungan Air Susu Ibu (ASI), kerangka teori dan kerangka konsep penelitian.

(21)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan data dan analisa data dan etika penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran. DAFTAR PUSTAKA

(22)

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat atau seterusnya sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya

(23)

maka cara ini disebut metodetrial(coba)and error(gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

(24)

10

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan secara umum adalah :

1) Umur

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

2) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

(25)

hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang.

4) Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

5) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

(26)

12

pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.

6) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

d. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berinteraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :

1) Tahu (Knowledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts).

2) Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan

(27)

menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.

3) Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.

e. Cara Pengukuran Pengetahuan

Cara pengukuran pengetahuan yaitu dengan menggunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki oleh individu atau

(28)

14

kelompok. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan pengetahuan. Menurut Riwidikdo (2010), tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3 yaitu :

1) Pengetahuan baik, bila (x) > mean + 1 SD

2) Pengetahuan cukup, bila mean – 1 SD≤x≤mean + 1 SD 3) Pengetahuan kurang, bila (x) < mean−1 SD

2. Nifas (Puerperium) a. Pengertian

Menurut Wulandari & Handayani (2011), masa nifas ataupuerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.

Menurut Saleha (2009), masa nifas atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

b. Klasifikasi masa Nifas

Menurut Suherni dkk (2009), klasifikasi masa nifas terbagi dalam tiga periode yaitu :

1) Puerperium Dini

Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan biasanya 1 hari setelah melahirkan.

(29)

2) Puerperium Intermedial

Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi, biasanya membutuhkan berminggu-minggu, bulan dan tahunan. c. Perubahan Fisiologis masa Nifas

Menurut Wulandari & Handayani (2011), perubahan fisiologis pada masa nifas antara lain :

1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Uterus

Uterus secara berangsur mengecil kembali 2 hari setelah melahirkan. Akhirnya setelah 2 bulan, keadaan akan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio

Involusio TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusar, 2 jari di bawah pusat 1.000 gr 1 minggu Pertengahan pusar simfisis 750 gr 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr

4 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal, sebelum hamil 30 gr Sumber : Saleha, (2009)

(30)

16

b) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat luka kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim dan setelah 8 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

c) Ovarium dan Tuba Falopi

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari siklus menstruasi. Proses ovulasi dimulai kembali sehingga wanita bisa hamil lagi.

d) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, diantaranya :

(1) Lochea Rubra

Lochea ini muncul pada hari ke-1 sampai hari ke-3 masa

setelah melahirkan. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

(31)

(2) Lochea Sangulenta

Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 setelah melahirkan.

(3) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 setelah melahirkan.

(4) Lochea Alba

Lochea ini berwarna putih, mengandung leukosit, sel

desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan.

e) Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum (1) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu setelah melahirkan.

(2) Perubahan pada Perineum

Setelah melahirkan perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

(32)

18

maju. Perenium akan kembali sebagian besar tonusnya pada hari ke-5 setelah melahirkan.

2) Perubahan pada Sistem Pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, maka akan terjadi pula penurunan produksi progesterone, sehingga hal ini dapat menyebabkan konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Konstipasi disebabkan karena waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebihan, kurangnya asupan cairan dan makanan dan kurangnya aktivitas tubuh.

3) Perubahan Sistem Endokrin a) Hormon Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.

b) Hormon Prolaktin

Berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi.

(33)

c) Hormon Estrogen dan Progesteron

Volume darah normal selama kehamilan akan meningkat selama masa nifas. Hormon esterogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang dapat meningkatkan volume darah, sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mempengaruhi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. 4) Perubahan Sistem Hematologi

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 selama persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa setelah melahirkan.

5) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Kardiak output meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 setelah melahirkan.

6) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah melahirkan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

(34)

20

7) Perubahan Tanda-Tanda Vital pada masa Nifas a) Suhu Badan

Pada 24 jam setelah melahirkan suhu badan akan naik sedikit (37°C-38°C) sebagai akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.

b) Nadi

Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah melahirkan kemudian kembali seperti keadaan semula.

c) Tekanan Darah

Tekanan darah pada masa nifas biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan setelah melahirkan. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.

3. Laktasi

a. Pengertian Laktasi

Menurut Wulandari & Handayani (2011), laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.

b. Fisiologi Laktasi

Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan alveoli dan ductus lactiferus di dalam

(35)

payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Penurunan produksi hormon akan terjadi dengan cepat setelah plasenta dilahirkan. Hormon

hipofise anterior yaitu prolaktin yang terjadi dihambat oleh kadar

estrogen dan progesterone yang tinggi dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Setelah pelepasan ASI, akan memberikan rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) sehingga merangsang produksi oksitosin yang mempengaruhi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi

alveoli mammae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan

mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar mammae. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan tersebut dinamakan let down reflect atau pelepasan. Pelepasan akan dipacu tanpa rangsangan hisapan, tapi dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya. (Sulistyawati, 2009).

c. Masalah dalam Laktasi

Menurut Bahiyatun (2009), masalah yang sering terjadi dalam pemberian ASI antara lain :

1) Puting Susu Lecet

Dapat disebabkan oleh karena teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak betul pada payudara. Infeksi monilia dapat mengakibatkan lecet pada puting susu.

(36)

22

2) Payudara Bengkak

Pembengkakan payudara terjadi karena pengeluaran ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem

ductusyang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.

3) Saluran Susu Tersumbat / Bendungan ASI

Disebabkan ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga menimbulkan sumbatan padaductus laktiferus.

4) Mastitis

Mastitis adalah suatu proses infeksi menyebabkan radang payudara yang disebabkan oleh payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis.

5) Abses Payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan / komplikasi dari mastitis yang disebabkan oleh meluasnya peradangan pada payudara.

4. Bendungan Air Susu Ibu a. Pengertian

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.

Bendungan ASI adalah kejadian di mana aliran vena dan limfe tersumbat, aliran susu jadi terhambat dan tertekan pada saluran air susu ibu dan alveoli meningkat (Wulandari & Handayani, 2011).

(37)

b. Etiologi

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), bendungan air susu ibu disebabkan oleh :

1) Pengosonganmammaeyang tidak sempurna

Selama masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI yang berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

2) Hisapan bayi tidak aktif

Pada masa laktasi, jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

3) Posisi menyusui yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

4) Puting susu yang terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola. Akibatnya bayi tidak mau menyusu dan terjadi bendungan ASI.

(38)

24

5) Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

6) Pemakaian BH yang terlalu ketat

BH yang ketat mengakibatkan penekanan pada payudara dan bisa menyumbat saluran ASI. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan BH yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

7) Tekanan jari ibu pada tempat yang sama setiap menyusu

Setiap kali ibu melakukan penekanan di tempat yang sama saat menyusui dapat mengakibatkan pembengkakan yang bisa meningkatkan aliran vena dan limfe, sehingga ibu mengalami bendungan ASI.

8) Kurangnya pengetahuan cara perawatan payudara dan pencegahan bendungan ASI

Kurangnya pengetahuan ibu cara perawatan payudara dan pencegahan bendungan ASI bisa berakibat ibu mengalami bendungan ASI karena ibu tidak mengerti cara pecegahan jika terjadi bendungan ASI dan cara perawatan payudara.

(39)

c. Patofisiologi

Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi

lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol.

Sekresi lacteal terjadi pada 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Jadi bendungan ASI terjadi 3-5 hari pertama setelah melahirkan. Keadaan ini sering menimbulkan rasa nyeri pada payudara dan kadang menimbulkan kenaikan suhu badan. Keadaan tersebut menggambarkan adanya aliran darah vena normal yang berlebihan dan mengembangkan limfatik pada payudara yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi (Suherni dkk, 2009).

d. Tanda dan Gejala

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), ibu dengan pembendungan ASI mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut :

1) Payudara bengkak, panas serta keras pada perabaan 2) Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu

3) Pengeluaran susu kadang terhalang olehductuli laktiferimenyempit 4) Payudara terasa nyeri bila ditekan

5) Payudara berwarna kemerahan 6) Suhu tubuh sampai 38°C

(40)

26

e. Pencegahan

Menurut Bahiyatun (2009), bendungan ASI dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :

1) Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur, untuk menghindari terjadinya statis aliran ASI

Menurut Marmi (2012), perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara dapat dilakukan dengan pengurutan. Pengurutan sebaiknya dilakukan setelah melahirkan sebanyak 2 kali sehari. Langkah-langkah perawatan payudara antara lain :

a) Cuci tangan sebelum massase payudara

b) Mengompres kedua puting susu dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi minyak kelapa / baby oil

c) Tuangkan minyak kelapa / baby oil ke kedua telapak tangan secukupnya

d) Pengurutan pertama dilakukan dengan menggunakan telapak tangan, tangan diposisikan di tengah payudara kemudian dilakukan pengurutan dari arah tengah keatas kemudian kesamping dan kebawah kemudian sangga payudara di mana tangan kanan menyangga payudara kanan dan tangan kiri menyangga payudara kiri kemudian dilepaskan. Lakukan gerakan ini secara teratur minimal 20-30 kali

(41)

e) Pengurutan kedua dengan menggunakan sisi jari kelingking dengan sokong payudara kiri dengan tangan kiri gerakan dimulai dari arah atas kemudian kesamping dan kebawah secara sirkuler atau melingkar dengan tangan kanan. Lakukan gerakan ini secara teratur minimal 20-30 kali secara bergantian payudara kanan dan payudara kiri

f) Pengurutan ketiga dengan menggunakan buku jari tangan dengan sokong payudara kiri dengan tangan kiri gerakan dimulai dari bagian atas kemudian kesamping kebawah secara sirkuler atau melingkar dengan tangan kanan. Lakukan gerakan ini secara terarur minimal 20-30 kali secara bergantian payudara kanan dan payudara kiri

g) Lakukan penyiraman kedua payudara, mula-mula disiram dengan air hangat kemudian dilanjutkan air dingin sebanyak 10 kali secara bergantian payudara kanan dan kiri. Setelah itu keringkan payudara dengan menggunakan handuk.

2) Posisi menyusui yang di ubah-ubah

Menurut Purwanti (2004), ada beberapa macam posisi menyusui pada bayi sebagai berikut :

a) Ibu dapat mengambil posisi duduk

Punggung ibu bersandar, kaki dapat diangkat dan diluruskan kedepan sejajar dengan bokong, atau ke bawah, tetapi harus di beri penyangga (jangan menggantung). Bayi tidur di pangkuan ibu

(42)

28

dengan dialasi bantal sehingga posisi perut ibu bersentuhan atau berhadapan dengan perut bayi. Leher bayi harus dalam posisi tidak terpelintir. Sebaiknya ibu berhati-hati karena pada saat menyusui, bayi tidak dalam keaadan terlentang atau di bedong

b) Posisi menyusui yang lain adalah ibu tidur miring dengan bantal agak tinggi dan lengan tangan menopang kepala bayi. Posisi perut bayi dan perut ibu sama dengan posisi waktu duduk. Siku bayi harus lurus sejajar dengan telinga bayi bila ditarik garis lurus

c) Bila mengambil posisi telungkup di atas meja, bayi ditidurkan di meja dengan kepala bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan menguntungkan bagi bayi kembar karena kedua bayi memperoleh kesempatan yang sama tanpa harus dibedakan

d) Segera setelah persalinan posisi menyusu yang tebaik untuk bayi adalah ditelungkupkan di perut ibu sehingga proses penghangatan untuk bayi dan sekaligus bayi dapat menghisap puting susu.

3) Menggunakan bra yang menyangga, bukan yang menekan

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), ibu menyusui sebaiknya menggunakan BH yang sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyangga payudara dari bawah suspension bukan menekan dari depan.

4) Melakukan pengosongan payudara

Menurut Marmi (2012), pengosongan payudara perlu dilakukan agar payudara tidak terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI

(43)

serta memperlancar produksi ASI. Pengosongan payudara atau pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a) Pengeluaran ASI dengan tangan (1) Tangan dicuci sampai bersih

(2) Siapkan cangkir gelas bertutup yang telah di cuci dengan air mendidih

(3) Payudara di kompres dengan kain handuk yang hangat dan di massase dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah

areola mammae, ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara

secara merata

(4) Dengan ibu jari disekitar areola mammae bagian atas dan jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah payudara ditekan kearah dada

(5) Daerah areola mammae diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat / menekan puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri / lecet

(6) Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI tidak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar (7) Gerakan ini diulang pada sekitar areola mammae dari semua

sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.

(44)

30

b) Pengeluaran ASI dengan pompa

Pengeluaran ASI dengan pompa jika payudara terbendung, payudara terasa nyeri, dan ASI benar-benar penuh. Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara :

(1) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara

(2) Ujung leher tabung di letakkan pada payudara dengan puting susu tepat di tengah dan tabung benar-benar melekat pada kulit (3) Bola karet dilepas, sehingga puting susu dan areola mammae

tertarik kedalam

(4) Tekan dan lepas beberapa kali, sedangkan ASI akan keluar dan terkumpul pada sisi tabung

(5) Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus dicuci bersih karenanya bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan menggunakan tangan.

f. Penatalaksanaan

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), bila payudara ibu terjadi bendungan ASI dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Menyusui bayi secaraon demand / tanpa di jadwal sesuai kebutuhan bayi

2) Mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek

3) Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI

(45)

4) Mengompres payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian 5) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu

berikan kompres hangat sebelum menyusui

6) Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan payudara / perawatan payudara 7) Bila perlu memberikan parasetamol 500 mg per oral tiap 4 jam

Menurut Suherni dkk (2009), selain penatalaksanaan di atas ada penatalaksanaan lain jika ibu mengalami bendungan ASI antara lain menyangga payudara dengan BH yang menyokong dan memberikan analgetik atau kodein 60 mg per oral.

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Rukiyah & Yulianti (2010) Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : 1. Umur 2. Intelegensi 3. Lingkungan 4. Sosial Budaya 5. Pendidikan 6. Pengalaman

1. Pengertian bendungan ASI 2. Etiologi bendungan ASI 3. Patofisiologi bendungan ASI 4. Tanda dan gejala bendungan ASI 5. Pencegahan bendungan ASI 6. Penatalaksanaan bendungan ASI

(46)

32

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Ibu

Nifas tentang Bendungan ASI

Baik

Cukup

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang hasilnya berbentuk angka atau data yang diangkakan (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi penelitian tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen.

2. Waktu

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilakukan pada tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari 2013.

(48)

34

C. Populasi , Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2010). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh ibu nifas yang memeriksakan diri di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari 2013 dengan jumlah 34 ibu nifas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang memeriksakan diri di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari 2013 dengan jumlah 34 ibu nifas.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010). Penelitian ini menggunakan “total sampling”. Menurut Hidayat (2007), total sampling adalah cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.

(49)

D. Instrumen Penelitian

Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, matang, di mana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup di mana sudah terdapat pilihan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Jawaban yang tersedia dalam kuesioner ini ada 2 pilihan jawaban yaitu benar dan salah. Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan pernyataan : Ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2010). Kuesioner pada penelitian ini terdapat 2 pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Untuk penyataan positif jawaban benar mendapat nilai 1 dan jawaban salah mendapat nilai 0. Untuk pernyataan negatif jawaban benar mendapat nilai 0 dan jawaban salah mendapat nilai 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang () pada jawaban yang dianggap benar.

(50)

36

Sebelum membuat kuesioner, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi kuesioner, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan tentang bendungan ASI

Variabel Indikator No Soal

Positif (+) Negatif (-) Jumlah (soal) Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI 1. Pengertian bendungan ASI 2. Penyebab bendungan ASI 3. Tanda dan gejala

bendungan ASI 4. Pencegahan bendungan ASI 5. Penatalaksanaan bendungan ASI 1,2 5,7*,8*,12, 13,14 15,17,18,20 21,22,23,28, 29,30 31,33,34,35*, 36*,37*,38 3,4 6,9,10,11, 16,19 24,25,26, 27 32,39,40 4 10 6 10 10 Jumlah 25 15 40

Keterengan : * (Pernyataan yang tidak valid)

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita gunakan sebagai alat ukur yang sahih atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap karakteristiknya sama yaitu di Klinik Bersalin Syifa Kusuma Kadipiro Sambirejo Sragen dengan jumlah responden 30 orang. Menurut Mahfoedz (2007), alasan jumlah responden 30 orang adalah karena kaidah umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil penelitian mendekati kurva normal.

1. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Riwidikdo, 2010). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi Pearson

(51)

Rumusproduct momentadalah :

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasiproduct moment x : Skor pernyataan

y : Skor total

xy : Skor pernyataan dikalikan skor total

Instrumen dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel dengan taraf signifikansi 5% (Riwidikdo, 2010). Nilai r untuk taraf signifikansi 0,05 dengan data sebanyak 30 yaitu sebesar 0,361. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari 40 pernyataan kuesioner terdapat 5 nomor pernyataan yang memiliki rhitung < rtabel (0,361) sehingga dikategorikan tidak valid yaitu pernyataan nomor 7, 8, 35, 36 dan 37. Dengan demikian kelima pernyataan tersebut dihapus dari kuesioner. 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah keajegan alat ukur, artinya konsistenitas alat ukur, alat ukur digunakan saat ini pada waktu dan tempat tertentu akan sama hasilnya, apabila digunakan pada waktu dan tempat berbeda (Riwidikdo, 2010). Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar

( )

X }{N Y -

( )

Y } X { Y X. -XY . N 2 2 2 2 Σ Σ Σ Σ Σ Σ Σ = N rxy

(52)

38

sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Menurut Riwidikdo (2010), untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program komputerSPSS for Windows.

RumusAlpha Cronbachadalah sebagai berikut :

ri=       Σ − 2 2 1 1 -k t i s s k Keterangan : ri = Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

∑si = Jumlah varian butir St = Varians total

Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai koefisien Alpha Cronbach minimal 0,7 sehingga untuk mengetahui sebuah kuesioner dikatakan reliabel atau tidak dengan melihat besarnya nilai alpha (Riwidikdo, 2010). Uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach’s yaitu sebesar 0,784 dan dinyatakan reliabel karena nilai alpha > 0,7.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2010). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada

(53)

responden, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden dipersilahkan mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2010). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah identitas responden dan data pengetahuan tentang bendungan ASI pada ibu nifas di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. Data ini diperoleh dari kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2010). Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini yaitu jumlah ibu nifas di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. Data ini diperoleh dari data ibu nifas di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen.

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah subjek atau objek yang akan diteliti yang bervariasi antara satu subjek atau objek yang satu dengan yang lain (Riwidikdo, 2010). Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI.

(54)

40

G. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati / diteliti, juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (Notoatmodjo, 2010). Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Indikator Alat

ukur Skala Kategori 1 Variabel tunggal: Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu nifas tentang bendungan ASI antara lain : 1. Pengertian 2. Penyebab

3. Tanda dan gejala 4. Pencegahan 5. Penatalaksanaan

Kuesioner Ordinal 1. Baik

(x)>mean + 1SD 2. Cukup Mean−1 SD≤x≤ mean + 1SD 3. Kurang (x) < mean−1 SD Riwidikdo (2010)

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2010), proses pengolahan data adalah :

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

(55)

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

c. Entry Data

Kegiatan ini memasukan data dalam program komputer untuk dilakukan analisis lanjutan.

d. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukan ke dalam tabel.

e. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai di masukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat. Analisis univariat yaitu menganalisis tiap variabel penelitian

untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

(56)

42

Menurut Riwidikdo (2010), hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas ditunjukan pada skala pengukuran sebagai berikut : a. Pengetahuan baik : (x) > mean + 1SD

b. Pengetahuan cukup : Mean – 1SD≤x≤mean +1SD c. Pengetahuan kurang : (x) < mean – 1SD

Sebelum menentukan tingkat pengetahuan ibu nifas terlebih dahulu peneliti menghitung nilai mean dan simpangan baku. Rumus untuk menghitung nilai mean dan simpangan baku menurut Riwidikdo (2010), yaitu : a. Mean X= n Σi 1 1 n x = Keterangan : X : Mean n : Jumlah responden xi : Nilai responden b. Simpangan Baku SD =

( )

1 2 2 − Σ − Σ n n xi xi Keterangan : SD : Simpangan baku xi : Nilai responden n : Jumlah responden

(57)

Setelah didapatkan hasil nilai mean dan simpangan baku tiap responden kemudian hasil tersebut dimasukan dalam skala pengetahuan yang sudah tercantum di atas.

Menurut Riwidikdo (2010), rumus untuk mengetahui skor prosentase tiap responden adalah sebagai berikut:

Skor Prosentase = diperoleh seharusnya yang maksimal skor Total responden diperoleh yang Skor x 100%

Menurut Riwidikdo (2010), sedangkan rumus prosentase untuk mengetahui jumlah ibu nifas tentang bendungan ASI menurut tingkat pengetahuan yaitu :

ΣIbu menurut Tingkat Pengetahuan

Skor Prosentase = ––––––––––––––––––––––––––––––––––––x 100% ΣResponden

I. Etika Penelitian

Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan peneliti, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari STIKes Kusuma Husada Surakarta, Pimpinan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dan dari responden sendiri melalui informed consent yang terjamin kerahasiaannya.

(58)

44

Menurut Hidayat (2010), masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed consentmerupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Anonimity(tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

(59)

45

A. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari 2013 di Klinik Bersalin Utami Nugroho yang beralamat di Puro Karangmalang Sragen. Secara umum jenis pelayanan yang diberikan di Klinik Bersalin Utami Nugroho antara lain pelayanan kesehatan yang meliputi ANC

(Ante Natal Care), persalinan normal, KB, Imunisasi dan penyakit umum.

Tenaga kesehatan yang tersedia di Klinik Bersalin Utami Nugroho yaitu terdiri dari 4 bidan, 3 perawat, 1 fisioterapi, 1 dokter umum. Sarana dan prasarana cukup memadai antara lain 1 ruang IGD dengan 2 tempat tidur, 1 ruang periksa, 1 ruang bersalin, 6 ruang nifas, 8 kamar rawat inap. Jam buka pelayanan umum dimulai pada pukul 07.00 WIB – 11.00 WIB dan pada pukul 16.00 WIB – 20.00 WIB, sedangkan pelayanan bersalin melayani 24 jam.

B. Hasil Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang datang ke Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberi kuesioner kepada responden dan kemudian kuesioner dikembalikan kepada peneliti untuk diolah, dengan menggunakan bantuan SPSS.

(60)

46

Berdasarkan perhitungan diperoleh sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Pengolahan data

N Minimum Maximum Mean Standar

Deviation Pengetahuan ibu

nifas tentang bendungan ASI

34 11 32 22,4 5,8

Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel di atas pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu :

1. Baik : bila nilai responden (x)> mean + 1 SD (x)> 22,4 + 5,8 (x)> 28,2

2. Cukup : bila nilai responden mean – 1 SD≤x≤mean + 1SD 22,4 – 5,8≤x≤22,4 + 5,8 16,6≤x≤28,2

3. Kurang: bila nilai responden (x) < mean – 1SD (x) < 22,4 – 5,8 (x) < 16,6

Dari data yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel pengetahuan responden berdasarkan 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang yang disajikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

No Pengetahuan Jumlah Prosentase (%)

1 2 3 Baik Cukup Kurang 8 20 6 23,5 58,8 17,6 Jumlah 34 100

(61)

Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013 dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 8 responden (23,5%), pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (58,8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (17,6%). Jadi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013 dapat dikategorikan dalam pengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (58,8%).

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tahun 2013 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (58,8%). Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan dan pengalaman (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki rentang umur antara 21-30 tahun sebanyak 23 responden (67,6%). Ibu nifas dengan rentang umur tersebut sudah cukup untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri termasuk pengetahuan tentang bendungan ASI seharusnya pengetahuannya dalam kategori baik seperti pendapat Notoatmodjo (2010), usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

(62)

48

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, tetapi dalam penelitian ini ibu nifas hanya mampu mengembangkan pengetahuannya dalam kategori cukup sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 19 responden (55,9%). Ibu nifas dengan pendidikan SMA mampu menyerap pengetahuannya dengan baik sehingga mempengaruhi banyak atau tidaknya informasi yang didapat seharusnya pengetahuannya dalam kategori baik seperti pendapat Notoatmodjo (2010), tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya, tetapi dalam penelitian ini ibu nifas hanya mampu mengembangkan pengetahuaanya dalam kategori cukup sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden dengan pekerjaan swasta sebanyak 16 responden (47%). Ibu nifas dengan pekerjaan swasta status ekonominya baik tingkat pendidikannya juga akan tinggi diiringi oleh peningkatan pengetahuan seharusnya pengetahuannya dalam kategori baik seperti pendapat Notoatmodjo (2010), pekerjaan berhubungan dengan sosial ekonomi. Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi berkaitan dengan pendidikan, tetapi dalam penelitian ini ibu nifas hanya mampu mampu mangembangkan pengetahuannya dalam kategori cukup sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada.

(63)

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden pernah melahirkan 2-4 kali sebanyak 19 responden (55,9%). Jumlah anak yang dilahirkan dapat berhubungan dengan pengalaman, pengalaman akan mempengaruhi pengetahuan seharusnya pengetahuannya dalam kategori baik seperti pendapat Notoatmodjo (2010), sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal, seseorang yang memiliki pengalaman sebelumnya maka pengetahuannya lebih baik, tetapi dalam penelitian ini ibu nifas hanya mampu mengembangkan pengetahuannya dalam kategori cukup sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagian besar ibu nifas berpengetahuan cukup dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas atau pengalaman.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih ada keterbatasan, antara lain :

1. Kendala penelitian

Dalam penelitian ini penulis tidak bisa mengumpulkan responden dalam satu waktu, sehingga penulis membutuhkan waktu untuk datang ke rumah ibu nifas untuk melakukan pengumpulan data.

2. Kelemahan / keterbatasan a. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.

(64)

50

b. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab benar atau salah sehingga tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia dan jawaban mereka belum bisa mengukur pengetahuan secara mendalam.

c. Lokasi penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan.

(65)

51

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diambil dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI Di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen termasuk dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 8 responden (23,5%).

2. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen termasuk dalam kategori pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (58,8%).

3. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen termasuk dalam kategori pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (17,6%).

B. Saran

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013 “, maka saran yang

(66)

52

dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi responden

Diharapakan bagi ibu nifas lebih meningkatkan wawasan dan informasi baik dari media massa, media cetak maupun media elektronik dan mengembangkan pengetahuan khususnya tentang bendungan ASI.

2. Bagi Institusi a. Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi pengetahuan khususnya tentang bendungan ASI sehingga dapat untuk memperluas pengetahuan mahasiswa tentang bendungan ASI.

b. Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi bidan dapat meningkatkan dalam memberikan informasi atau penyuluhan pada ibu nifas dan dijadikan masukan serta pengetahuan khususnya tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan cara mengembangkan variabel penelitian.

(67)

Rineka Cipta.

Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2008. Angka Kematian Ibu. http:// depkes.co.id/aspirasi-anda/angka-kematian-ibu-di-indonesia-masih-tinggi. Diakses 5 Oktober 2012.

–––––––––––––. 2009. Angka Kematian Ibu. http://www.infodokterku.com/index.php? option.com:indikator-angka-kematian-maternal-atau-AKI-dan-penyebab. Diakses 7 Oktober 2012.

Farer, H. 2003.Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. 2007.Metode Peneelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Surabaya : Salemba Medika.

–––––––––––––. 2010. Metode Penelitian Kebidanan & Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Mahfoedz, I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan dan

Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas Puerperium. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Notoatmodjo, S. 2010.Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. ––––––––––––––––––––.2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka

Cipta.

Prawirohardjo, S. 2005.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Purwanti. 2004.Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : EGC.

Raulina, S. 2004.Manajemen Laktasi. Jakarta : Perinasia.

Riwidikdo, H. 2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Rukiyah, A. Y., Yulianti, L. 2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi).Jakarta : CV Trans Info Medika.

(68)

Saleha, S. 2009.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Suherni, dkk. 2009.Perawatan Masa Nifas. Edisi 3. Yogyakarta : Fitramaya. Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta : CV

Andi Offset.

Utami, B. T. P. 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum tentang Bendungan

ASI di RSUD Surakarta. Surakarta. STIKes Kusuma Husada Surakarta.

KaryaTulis Ilmiah.

WHO. 2003. Perawatan Ibu dan Bayi. Jakarta: EGC.

Wulandari, E. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di

RB An-Nuur Sumber Surakarta. Surakarta. STIKes Kusuma Husada

Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.

Wulandari, S. R., Handayani, S. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : Gosyen Publising.

Gambar

Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan tentang bendungan ASI
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

Referensi

Dokumen terkait