• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK

PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT

UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

Gelar Ahli Madya Keperawatan

oleh

Clara Ega Ayu Rutiani

1205791

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

HALAMAN ORISINALITAS

GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT

UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

Oleh

Clara Ega Ayu Rutiani

Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan

pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Clara Ega Ayu Rutiani 2015

Universitas Pendidikan Indonesia 26 Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

KTI ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT

IV SARININGSIH BANDUNG

Oleh

Clara Ega Ayu Rutiani

Prodi Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Penidikan Indonesia

(email : pbellega@gmail.com)

ABSTRAK

Bendungan ASI merupakan salah satu masalah pada masa nifas. Bendungan ASI adalah penyempitan pada saluran ASI yang disebabkan karena air susu mengental sehingga menyumbat lumen saluran. Masa pemulihan pada ibu post seksio sesarea berangsur lebih lambat, karena proses penyembuhan luka insisi. Kondisi ini menyebabkan ibu merasa cemas, sehingga terjadi pelepasan adrenalin yang menghambat letdown refleks. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran bendungan ASI berdasarkan karakteristik pada ibu nifas dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Tingkat IV Sariningsih Bandung. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif, rancangan penelitian cross sectional dan pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Jumlah sampel sebanyak 26 orang ibu nifas dengan seksio sesarea. Alat ukur penelitian ini menggunakan instrument baku yaitu kuesioner six point engorgement scale (SPES). Hasil penelitian menunjukan 19 orang (73,1%) ibu nifas terdapat bendungan ASI. Berdasarkan kelompok usia ibu nifas yang terdapat bendungan ASI terbanyak adalah kelompok usia 20-25 tahun sebanyak 11 orang (42,3%). Berdasarkan kelompok pendidikan ibu nifas yang terdapat bendungan ASI terbanyak adalah kelompok pendidikan SMA yaitu sebesar 13 orang (50%). Berdasarkan kelompok pekerjaan ibu nifas yang terdapat bendungan ASI terbanyak adalah kelompok ibu yang bekerja sebesar 10 orang (38,5%). Berdasarkan kelompok paritas yang terdapat bendungan ASI terbanyak yaitu kelompok primipara sebanyak 11 orang (42,3%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Tingkat IV Sariningsih Bandung terdapat bendungan ASI. Dengan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dilakukannya perawatan payudara dan penyuluhan mengenai bendungan ASI secara rutin di Rumah Sakit Sariningsih Bandung.

(6)

MAMMARY BLOCKED DUCT DESCRIPTION ACCORDING TO THE CHARACTERISTICS OF POSTPARTUM WOMEN WITH CESAREAN

SECTION SARININGSIH GENERAL HOSPITAL BANDUNG

By

Clara Ega Ayu Rutiani

Prodi Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Penidikan Indonesia

(email : pbellega@gmail.com)

ABSTRACT

Mammary blocked duct is one of a problem during postpartum. Mammary blocked duct is a narrowing in the duct of mammary gland caused by condensed milkresulting a blockage of the duct. Recovery time of post cesarean section women is longer compared to normal birth because of the process of incision wound healing. This condition often cause anxiety, which triggers the release of adrenalin that can hamper letdown reflex. The aim of this study is to identify mammary blocked duct description based on the characteristics of postpartum women with cesarean section in Sariningsih General Hospital in Bandung. The method used was descriptive quantitative. The study design was cross sectional, and accidental sampling technique was used for respondent recruitment. The number of sample recruited was 26 postpartum women with cesarean section. Measuring instrument of the study was six point engorgement scale (SPES) standard questionnaire. Results showed that there were 19 patients (73.1%) had mammary blocked duct problem. Based on age group, the problem was commonly found in 20-25 years old group with 11 patients (42.3%). According to education, the problem was mostly experienced by women with high school education with 13 patients (50%). Based on occupation, working mother is the group with the highest proportion of mammary blocked duct which was 10 patients (38.5%). According to parity group, mammary blocked duct was mostly experienced by primiparity with 11 patients (42.3%). It was concluded that a great proportion of postpartum women with cesarean section in Sariningsih General Hospital Bandung experienced mammary blocked duct problem. Recommendation given was to conduct routine breast care and counselling regarding mammary blockage duct in Sariningsih General Hospital, Bandung.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN ORISINALITAS...

LEMBAR PENGESAHAN...

LEMBAR PERSETUJUAN...

HALAMAN PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR SINGKATAN... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

1. Tujuan Umum... 4

2. Tujuan Khusus... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

1. Manfaat Teoritis... 4

2. Manfaat Praktis... 5

E. Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA... A. Masa Nifas... 7

1. Pengertian... 7

2. Klasifikasi Masa Nifas... 7

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas... 8

(8)

B. Laktasi... 14

1. Pengertian... 14

2. Anatomi Payudara... 14

3. Fisiologi Laktasi... 15

4. Manfaat Air Susu Ibu... 17

5. Masalah dalam Masa Laktasi... 18

C. Bendungan ASI... 18

1. Pengertian………... 18

2. Bendungan ASI Pada Ibu Nifas dengan Seksio Sesarea... 19

3. Etiologi Bendungan ASI... 20

4. Faktor-Faktor Terjadinya Bendungan ASI... 20

5. Patofisiologi... 23

6. Tanda dan Gejala... 24

7. Pencegahan Bendungan ASI... 24

8. Penatalaksanaan... 24

D. Seksio Sesarea... 25

1. Pengertian... 25

2. Indikasi... 25

3. Jenis-jenis Seksio Sesarea... 26

BAB III METODE PENELITIAN... A. Desain Penelitian... 27

B. Partisipan... 27

C. Lokasi dan Subjek Penelitian... 27

1. Lokasi Penelitian... 27

2. Sampel... 27

D. Definisi Operasional... 28

E. Instrumen Penelitian... 29

F. Prosedur Penelitian... 30

G. Teknik Pengelolaan Data dan Analisis Data... 31

1. Teknik Pengolaan Data... 31

(9)

H. Etika Penelitian... 33

1. Prinsip Manfaat... 33

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia... 34

3. Prinsip Keadilan... 35

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... A. Temuan... 36

1. Karakteristik Partisipan... 36

2. Gambaran Bendungan ASI berdasarkan karakteristik pada Ibu Nifas dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Tingkat IV Sariningsih Bandung... 37

B. Pembahasan... 40

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... A. Simpulan... 45

B. Implikasi dan Rekomendasi... 45

1. Implikasi... 45

2. Rekomendasi... 45

C. Keterbatasan Penelitian... 46

DAFTAR PUSTAKA... 47

LAMPIRAN-LAMPIRAN...

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan (Depkes RI, 2008). Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Jitowiyono, 2010).

Menurut Cunningham dkk (2009), masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut memungkinkan hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun

komplikasi serius juga dapat terjadi. Masalah yang terjadi selama masa nifas antara lain pendarahan persalinan, eklamsia, infeksi, bendungan asi (bengkak pada payudara atau breast engorgement), mastitis dan postpartum blues.

(11)

2

hari kesepuluh postpartum. Sebagian besar keluhan pasien adalah payudara bengkak, keras dan terasa panas (Sarwono, 2005).

Ibu yang melahirkan dengan tindakan seksio sesarea akan menghadapi masalah yang berbeda dengan ibu yang melahirkan secara normal. Pada ibu post seksio sesarea selain menghadapi masa nifas juga harus menjalani masa pemulihan akibat tindakan operasi. Masa pemulihan pun berangsur lebih lambat dibandingkan dengan yang melahirkan secara normal. Beberapa hari setelah tindakan seksio sesarea mungkin ibu masih merasakan nyeri akibat luka insisi, sehingga ibu akan merasakan kesulitan untuk merawat bayinya ataupun melaksanakan aktifitas sehari-harinya. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan ibu measa tidak berdaya dan cemas terhadap kesehatan dirinya dan bayinya (Danuatmadja & Meilasari, 2007).

Kecemasan ini menyebabkan pikiran ibu terganggu dan ibu merasa tertekan (stress). Bila ibu mengalami stress maka akan terjadi pelepasan adrenalin yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada alveoli. Akibatnya terjadi hambatan let-down refleks sehingga air susu tidak mengalir

dan mengalami bendungan ASI (Soetjiningsih, 2005).

Menurut Wulandari dan Handayani (2011), bendungan ASI adalah suatu kejadian dimana aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran air susu ibu dan alveoli meningkat. Kejadian ini biasanya disebabkan karena air susu yang terkumpul tidak dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras dan suhu tubuh ibu sampai 38o C. Apabila keadaan ini berlanjut maka dapat mengakibatkan terjadinya mastitis dan abses payudara. Bendungan ASI tersebut dapat dicegah dengan cara perawatan payudara yang dapat dilakukan oleh ibu. Selain perawatan payudara dapat mencegah terjadinya bendungan ASI, perawatan payudara juga dapat memperlancar proses laktasi.

(12)

3

memberikan pelayanan kedokteran umum, kandungan, anak dan gigi. Rumah sakit ini juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. Menurut Kamilah (2011), dalam kehidupan seorang istri prajurit TNI, mereka akan dihadapkan dengan berbagai situasi di lingkungan masing-masing. Dibutuhkan kesiapan dalam mendukung dan setia mendampingi suami dimana pun mereka berada, tetapi beratnya tugas suami terkadang menjadi sebuah ancaman ketakutan bagi istri. Prajurit TNI pun seringkali mendapatkan tugas ke luar daerah tempat tinggal, sehingga mengharuskan untuk meninggalkan istri dan keluarga dalam waktu yang cukup lama. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kecemasan pada istri TNI tersebut. Kecemasan pada istri TNI juga dapat meningkat saat istri TNI sedang hamil dan akan melahirkan namun suaminya sedang ditugaskan keluar kota dan tidak bisa mendampinginya disaat melahirkan, karena dukungan suami juga sangat berpengaruh pada proses persalinan Hal ini bisa menyebabkan bendungan ASI.

Dari hasil penelitian sebelumnya Ratnasari, Wahyuni & Hasifah (2014)

di RSKDIA Siti Fatimah Makassar menunjukan dari 40 responden didapatkan hasil sebagian besar ibu nifas terdapat bendungan ASI sebanyak 28 oran (70%). Sedangkan penelitian terjadinya bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea belum pernah dilakukan.

Berdasarkan data yang diperoleh hasil studi pendahuluan pada bulan April 2015 didapatkan data bahwa dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015 ada sebanyak 170 ibu nifas dengan seksio sesarea yang di rawat di ruang nifas Rumah Sakit Sariningsih Bandung. Dari hasil observasi dan wawancara dengan ibu yang melahirkan dengan SC, ditemukan 3 ibu nifas dengan seksio sesarea yang mengeluh ASI tidak keluar, payudaranya mulai keras, mulai terdapat nyeri dan disertai dengan kenaikan suhu tubuh.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran Bendungan ASI pada Ibu Nifas dengan

(13)

4

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah

gambaran bendungan ASI berdasarkan karakteristik pada ibu nifas dengan

seksio sesarea di Rumah Sakit Sariningsih Bandung?” C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran bendungan ASI berdasarkan karakteristik pada ibu nifas dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Tingkat IV Sariningsih Bandung.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi gambaran bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea berdasarkan usia.

2. Mengidentifikasi gambaran bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea berdasarkan pendidikan.

3. Mengidentifikasi gambaran bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea berdasarkan pekerjaan.

4. Mengidentifikasi gambaran bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea berdasarkan paritas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(14)

5

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi bahan bacaan dan referensi tambahan bagi mahasiswa keperawatan tentang bendungan ASI.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan mengenai bendungan ASI dan diharapkan dapat melakukan upaya pencegahan terhadap bendungan ASI.

c. Bagi Rumah Sakit Sariningsih Bandung

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan data tambahan untuk tempat penelitian terkait kejadian bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya bendungan ASI.

E. Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah

Untuk mempermudah dalam penyusunan selanjutnya, maka penulis

memberikan rancangan isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Merupakan uraian tentang latar belakang

penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan (Latar Belakang, Identifikasi masalah dan perumusan masalah, Tujuan, Manfaat dan Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah).

BAB II Kajian Pustaka. Merupakan landasan teori yang digunakan

dalam analisis temuan dilapangan (Masa Nifas, Laktasi, Bendungan ASI dan Seksio Sesarea).

BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan lokasi dan

(15)

6

Prosedur Pelaksanaan Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Etika Penelitian).

BAB IV Temuan dan Pembahasan. Pada bab ini membahas mengenai

pengolahan atau analisis data serta pembahasan temuan (Temuan dan Pembahasan).

BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Bab ini membahas

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekataan kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional, dimana pengambilan data dilakukan secara potong lintang atau

sekali datang dalam satu pertemuan.

B. Partisipan

Pengambilan partisipan menggunakan accidental sampling, karena tidak dapat ditentukan berapa banyak jumlah responden. Partisipan adalah ibu nifas dengan seksio sesarea yang dirawat di Ruang Nifas Melati I Rumah Sakit Sariningsih Bandung sebanyak 26 partisipan yang diambil pada tanggal 29 Mei sampai 12 Juni 2015.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Nifas Melati I Rumah Sakit Sariningsih Bandung.

2. Subjek Penelitian

a. Populasi

Pada penelitian ini mengambil semua ibu nifas dengan seksio sesarea di Ruang Nifas Melati I Rumah Sakit Sariningsih Bandung. Data ibu nifas dengan seksio sesarea yang dirawat di Ruang Nifas Melati I Rumah Sakit Sariningsih Bandung pada bulan Januari sampai Maret 2015 sebanyak 170 orang.

b. Sampel

(17)

28

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Partisipan adalah ibu nifas dengan seksio sesarea yang dirawat di Ruang Nifas Rumah Sakit Sariningsih Bandung. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 26 partisipan, yang diambil pada tanggal 29 Mei sampai 12 Juni 2015.

Kriteria Inklusi untuk responden pada penelitian ini yaitu: 1) Ibu nifas pada hari ke-2 sampai hari ke-10

2) Berusia lebih dari 17 tahun 3) Bersedia menjadi responden 4) Bersikap kooperatif

Kriteria eksklusi untuk responden pada penelitian ini yaitu: 1) Memiliki komplikasi yang mempengaruhi proses laktasi,

misalnya kanker payudara.

2) Mengalami pendarahan yang menyebabkan kondisi nifas tidak stabil.

[image:17.595.136.560.427.759.2]

D. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Pengukuran Hasil Ukur Skala Variabel

tunggal: Bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea.

Kejadian pembendungan kelenjar air susu akibat ASI terkumpul pada payudara yang ditandai gejala payudara terasa penuh dan panas, terasa nyeri, merah, tegang dan keras.

Dengan indikator: 1. Terdapat

bendungan ASI.

2. Tidak terdapat bendungan ASI Obeservasi (pengamatan langsung secara inspeksi dan palpasi) menggunakan instrument baku yang berisi six

point engorgement scale (SPES)

Dari 6 pertanyaan akan diinterpretasikan dengan kategori:

a. Terdapatnya bendungan ASI jika responden

menjawab “YA” pada pertanyaan nomor 3 sampai 6 dan jika jumlah nilai lebih dari 2

b. Tidak terdapatnya bendungan ASI jika responden

menjawab “YA” pada pertanyaan nomor 1 sampai 2 dan jika jumlah nilai 0-2

SPES : score 1 s/d 6 1 : Halus

2 : Terdapat perubahan pada payudara

(18)

29

keras/tegas dan tidak sakit

4 : Payudara terasa keras/tegas dan mulai terasa nyeri pada payudara

5 : Payudara terasa keras/tegas dan terasa sakit

6 : Payudara terasa sangat keras/tegas dan terasa sangat sakit

E. Instrumen Penelitian

[image:18.595.146.517.523.709.2]

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah instrument baku dengan melakukan penilaian lansung kejadian pembengkakan payudara yaitu menggunakan six point engorgement scale (SPES). Pada bagian awal dari instrumen penelitian ini terdapat data demografi yang meliputi umur, pendidikan terakhir, pekerjaan dan paritas. Dilanjutkan dengan kuesioner six point engorgement scale (SPES) yaitu pengukuran yang menggunakan 6 pertanyaan. Instrumen penelitian ini sudah pernah dilakukan pada penelitian Hill PD, Humenick SS. Instrument ini telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas data. Six Point Engorement Scale (SPES) telah menjadi alat standar untuk menilai terjadinya pembengkakan payudara dari hari kedua sampai hari ke sepuluh dengan nilai reabilitas sebesar (r=0,84) (Whittlestone, 2008).

Tabel 3.2 Kisi- Kisi Kuisioner

Variabel Sub Variabel Pernyataan Nomor Jumlah Butir

Bendungan ASI

Tidak terdapat bendungan

ASI 1, 2 2

Terdapat Bendungan ASI 3 , 4, 5, 6 4

Jumlah 6

Tabel 3.3 Interpretasi Hasil

Skor Interpretasi

0-2, menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 1 dan 2, serta menjawab “Tidak”

pada pertanyaan nomor 3 sampai 6.

Tidak Terdapat Bendungan ASI

3-6, menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 3 sampai 6, menjawab “Tidak” pada

pertanyaan nomor 1 dan 2.

(19)

30

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah – langkah penelitian berguna untuk mempermudah dalam menyelesaikan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Menentukan masalah, rumusan masalah, studi kepustakaan, studi pendahuluan, penyusunan proposal penelitian dan instrumen, mengajukan proposal pada dosen pembimbing, serta permohonan izin penelitian kepada pihak-pihak yang terkait dan izin pengambilan data kepada kepala diklat Rumah Sakit Sariningsih Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kontrak waktu dengan para responden, menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya penelitian, izin persetujuan penelitian, mencari responden sesuai kriteria inklusi dan ekslusi, mengisi lembar informed consent, pembagian kuesioner dan mendampingi dalam pengisian kuesioner bendungan ASI, pengumpulan

kuesioner, pegecekan kelengkapan . 3. Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan data hasil dari butir soal. b. Menganalisis data.

c. Membuat kesimpulan.

(20)

31

[image:20.595.204.446.133.424.2]

Adapun langkah-langkah/prosedur penelitian digambarkan dengan skema pada gambar berikut ini :

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian Sumber : Arikunto (2010)

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2009), dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya :

a. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap data-data yang ada, terutama dalam kelengkapan data yang dikumpulkan. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan di lapangan sehingga sehingga apabila terdapat data yang meragukan atau ataupun salah maka akan dijelaskan lagi ke responden.

Menentukan subjek penelitian (Ibu Nifas di Ruang Nifas Rumah Sakit

Sariningsih Bandung)

Menentukan variabel penelitian (Gambaran Bendungan ASI)

Melakukan pengukuran

Menggambarkan bendungan ASI:  Terdapat bendungan ASI  Tidak terdapat bendungan ASI

Analisis dan Pengolahan data

(21)

32

b. Coding

Coding (pengkodean) data adalah pemberian kode-kode

tertentu pada tiap-tiap data termasuk memberikan kategori untuk jenis data yang sama. Kode adalah simbol tertertu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas data. Kode yang diberikan dapat memiliki makna sebagai data kuantitatif (berbentuk skor). Kuantikasi atau transformasi data menjadi data kuantitatif dapat dilakukan dengan memberikan skor terhadap setiap jenis data dengan mengikuti kaidah-kaidah dalam skala pengukuran.

Kuesioner ini digunakan untuk mengidentifikasi bendungan ASI. Dalam kuesioner ini menggunakan pilihan jawaban ya dan tidak dalam bentuk guttman dengan memberi score 1 pada “ya” dan 0 pada “tidak” dan menggunakan pengkategorian dalam six point engorgement scale (SPES). c. Entri data

Memasukkan data dengan bantuan perangkat lunak komputer sesuai jawaban dari masing masing pertanyaan dan hasil pengolahan pertanyaan kemudian diinterpretasikan dengan mengkatagorikannya.

d. Melakukan teknis analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian angka menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.

2. Analisis data

(22)

33

Rumus yang dipakai untuk menghitung prosentase adalah sebagai berikut pada Arikunto (2009) :

Keterangan :

x = hasil prosentase

f = hasil pencapaian/jumlah jawaban yang benar

n = hasil pencapaian maksimal/jumlah total pertanyaan

100% = bilangan konstanta tetap

Hasil analisis data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan persentase. Adapun data yang ditampilkan adalah tabel distribusi

frekuensi dan persentase karakteristik demografi, tabel distribusi frekuensi

dan persentase kualitas hidup. Dalam penelitian ini tabel distribusi dan

frekuensi menginformasikan hasil penelitian yang didapat, sedangkan

[image:22.595.177.448.389.494.2]

interpretasi tabel menurut Arikunto (2010) sebagai berikut :

Tabel 3.4 Interpretasi Hasil

Skor Interpretasi

100 % Seluruh

76 – 99 % Hampir seluruh

51 – 75 % Sebagian besar

50 % Setengahnya

26 – 49 % Hampir setengahnya

1 – 25 % Sebagian kecil

0 % Tidak satupun

H. Etika Penelitian

Masalah Pada penelitian ilmu keperawatan, hampir 90% subjek penelitian yang digunakan adalah manusia. Oleh karena itu, peneliti harus

memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan (Nursalam, 2008).

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari Penderitaan

(23)

34

pengisian kuesioner dengan cara wawancara dan mengobservasi (pengamatan lansung secara inspeksi dan palpasi).

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi partisipan dalam penelitian tidak merugikan dalam bentuk apapun bagi pihak manapun. Sebelum melakukan wawancara peneliti menjaga privasi partisipan dengan cara menutup ruangan dengan gordein selama melakukan pengisian kuesioner. c. Risiko (Benefits Ratio)

Penelitian ini sudah dipertimbangkan, bahwa tidak ada risiko yang berakibat pada subjek setiap dilakukan pengumpulan data. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko karena sudah dipertimbangkan isi dari tiap kuesioner untuk pengumpulan data. 2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

a. Hak untuk Ikut/Tidak Menjadi Partisipan (Right To Self Determination)

Penelitian ini memperlakukan subjek secara manusiawi.

Sebelum mengisi kuesioner peneliti menanyakan langsung kepada partisipan apakah bersedia menjadi partisipan atau tidak. Jika tidak bersedia peneliti tidak akan memaksa partisipan.

b. Hak untuk Mendapat Jaminan dari Perlakuan yang Diberikan

Peneliti dalam hal ini mendampingi selama pengisian kuesioner, dalam pengisian kuesioner ini semua subjek terjamin kerahasiaannya. Selain itu, peneliti juga menjelaskan tujuan, manfaat dan kerugian yang dialami subjek dalam pengisian kuesioner.

c. Informed Consent

Partisipan mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi partisipan. Pada informed consent tercantum bahwa data yang diperoleh hanya akan

(24)

35

3. Prinsip Keadilan (Right to Justice)

a. Hak untuk Mendapatkan Perlakuan yang Adil (Right in Fair Treathment)

Partisipan penelitian dalam hal ini dilakukan secara adil dan baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia. Partisipan diperlakukan secara adil dengan mengisi kuesioner yang sama.

b. Hak Atas Kerahasiaannya (Right to Privacy)

Partisipan mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dijaga kerahasiaannya, sehingga perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentially) dengan cara menuliskan kode pada lembar observasi tanpa keterangan nama lengkap dan alamat. Kerahasiaannya partisipan terjamin karena dalam pengisian kuesioner subjek tidak perlu mencantumkan nama, namun peneliti hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner dan

(25)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian bendungan ASI di Rumah Sakit Sariningsih Bandung bulan Juni 2015 menunjukan bahwa sebanyak 19 partisipan (73,1%) terdapat bendungan ASI dan sebanyak 7 partisipan (26,9%) tidak terdapat bendungan ASI. Dengan sebagian besar partisipan dari kelompok usia 20-35 tahun, kelompok pendidikan SMA/SMK, kelompok ibu yang bekerja dan kelompok paritas primipara.

B. Implikasi dan Rekomendasi

1. Implikasi

Implikasi dari penelitian ini dilakukannya perawatan payudara (breast care) secara rutin kepada ibu nifas mulai hari pertama dan

dilakukannya penyuluhan kesehatan mengenai bendungan ASI secara berkala supaya meningkatkan pengetahuan ibu nifas mengenai bendungan ASI yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Perawatan payudara (breast care) baik dilakukan untuk mencegah terjadinya bendungan ASI dan dapat memperlancar keluarnya ASI. Perawatan payudara juga baik dilakukan pada ibu nifas mulai hari pertama.

2. Rekomendasi

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi bagi mahasiswa di Proram Studi D3 Keperawatan UPI mengenai gambaran bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

(26)

46

faktor yang mempengaruhi terjadinya bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan lebih intensif melakukan penyuluhan maupun penyebaran informasi tentang bendungan ASI terutama tentang perawatan payudara sehingga pengetahuan ibu tentang bendungan ASI bisa berkembang lebih baik lagi dan kejadian bendungan ASI bisa menurun.

b. Bagi Rumah Sakit Sariningsih Bandung

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan data tambahan untuk Rumah Sakit Sariningsih Bandung terkait kejadian bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya bendungan ASI.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Sedikitnya informasi tentang bendungan ASI yang ditemukan.

2. Jumlah partisipan yang ditemukan sedikit. 3. Kurangnya waktu penelitian.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Aeni, Andayani dan Widodo (2012). Hubungan Cara Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

Bahiyatun, (2009). Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

BKKBN, (2013). Profil Kependudukan dan Pembangunan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: BKKBN.

Bobak.I.M, Lowdermilk,D.L., dan Jensen, M.D. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. (Wijayarini, M.A & Anugerah, P.I). Edisi 4. Jakarta: EGC

Cunningham, G.G., et al. (2009). Obsentri Williams, (Suyono, J&Hartono, A., Penerjemah). Edisi 4., Jakarta:EGC

Danuratmaja.B., Meiliasari.M. (2007). 40 Hari Pasca Persalinan, Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara

Depkes RI, (2005). Kebijakan Depkes Tentang Peningkatan Pemberian (ASI) Pekerja Wanita, Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI, (2006). Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Lokal, Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI, (2008). Profil Kesehatan 2007, Jakarta: Depkes RI.

Dinkes Surakarta, (2009). Angka Kematian Bayi dan Penyebab Angka Kematian Bayi di Surakarta Tahun 2009. Dinkes Surakarta.

Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Analisis Data. Jakarta :Salemba Medika.

Jitowiyono dan kristiyanasari. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Kamilah. (2011) . Hubungan Antara Kecemasan dan Penyesuaian Diri Istri Prajurit TNI AU. (online). (Repository.upi.edu). di peroleh 5 Meai

2015.

(28)

48

(Breast Care) di Rumah Bersalin Nur Hikmah Kwaron Gubug. (online)

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98420&val=422). 7 Mei 2015.

Notoadmodjo, S. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta : Nusa Medika.

Nurliawati, E. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Produksi Air Susu Ibu Pasca Seksio Sesarea di Wilayah Kota dan Kabupaten

Tasikmalaya. Thesis.

Oxorn (2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medika.

Qonitum. (2012). Gambaran Perilaku Ibu dalam Menyusui Terhadap Bendungan ASI pada Ibu Nifas di Polindes Barokah Kecamatan Jatirogo

Kabupaten Tuban. (online).

(http://lppm.stikesnu.com/wp-content/uploads/2014/02/3-Umu-Qonitun.pdf) 17 April 2015

Ratnasari, Wahyuni & Hasifah. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Terjadinya Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di RSKDIA Siti

Fatimah Makasar. Volume 4 nomor 3. 12 April 2015

Roesli, U., (2005). Panduan PraktisMenyusui. Jakarta: Puspaswara.

Rukiyah, A. Y., Yulianti, L. (2010). Asuhan Kebidanan IV (patologi). Jakarta: CV Trans Info Medika

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Soetjiningsih. (2005). ASI, Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: EGC Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherni, dkk. (2009). Perawatan Masa Nifas. Edisi 3. Yogyakarta: Fitramaya. Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: CV

Andi Offset.

(29)

49

Kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri. Volume 4 Nomor 1 (Juni

2014).

Wulandari, S. R, Handayani, S. (2011). Asuhan kebidanan ibu masa nifas. Yogyakarta : Gosyen Publising

Widia. (2008). Informasi Tentang Inisiasi Menyusui Dini, http://kumpulan.info diperoleh tanggal 7 April 2015

Winknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Whittlestone. (2008). Efficacy Report of the Breast Expresser as a Treatment Fost Breast Engorgement, (whittlestone.com/breastengorement) diperoleh

tanggal 1 April 2015

Wulandari, E. (2012). Gambaran Bendungan ASI di Rumah Bersalin An Nuur Sumber Surakarta. Volume 2 Nomor 5. Diperoleh 11 April 2015

Yulianti, Astuti & Wahyuni. (2009). Pengaruh Pemberian Tersruktur Tentang Engorgement pada Masa Nifas Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang

Engorgement di BPS RIS Setyowati Desa Cepirin Kabupaten Kendal.

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi
Tabel 3.2 Kisi- Kisi Kuisioner Pernyataan Nomor
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
Tabel 3.4 Interpretasi Hasil Interpretasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian di RSU Sundari Medan tahun ada 35 kasus yang indikasi seksio sesarea dari faktor janin berdasarkan plasenta dan tali pusat, dapat digambarkan dengan grafik

Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan berdasarkan indikasi

b. Memperoleh gambaran paritas ibu bersalin dengan seksio sesarea di.. RSIA Siti Fatimah Makassar tahun 2009... c. Memperoleh gambaran indikasi ibu bersalin dengan seksio

Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2015 dilakukan penelitian bersifat deskriptif dengan metode total

Diagnosa dini yang dilakukan jika persalinan dengan seksio sesarea adalah. jalan satu-satuya untuk keselamatan ibu dan janin yaitu

diatas diperoleh hasil tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan saluran ASI berdasarkan pekerjaan, responden berpengetahuan baik mempunyai pekerjaan swasta

Hasil penelitian menjelaskan bahwa proporsi ibu post seksio sesarea yang produksi ASI nya lancar pada kelompok intervensi yang diberikan intervensi kombinasi

Menurut peneliti kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di wilayah Puskesmas Wuryantoro terjadi karena disebabkan kondisi puting yang tenggelam karena kurangnya perawatan payudara pada