• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. Compiled by: Cantika Oktora NPM: Under Guided: Dr. Jajang Badruzaman SE.,M.Si., Ak. CA Rani Rahman SE., M.Ak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. Compiled by: Cantika Oktora NPM: Under Guided: Dr. Jajang Badruzaman SE.,M.Si., Ak. CA Rani Rahman SE., M.Ak"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP HASIL PRODUKSI DAN DAMPAKNYA PADA LABA KOTOR PERUSAHAAN

Alamat : Burujul 3 Rt 01/02 Tasikmalaya Email : oktora_cantika@yahoo.com

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi Tasikmalaya

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF WORKING CAPITAL AND ITS IMPACT ON THE PRODUCTION AND IMPACT TO THE GROSS PROFIT COMPANY

(A Case Study In Corporate Penyerutan KS Tasikmalaya)

Compiled by: Cantika Oktora NPM: 113403126

Under Guided:

Dr. Jajang Badruzaman SE.,M.Si., Ak. CA Rani Rahman SE., M.Ak

The purpose of this study was to determine the effect of working capital for production, the effect of working capital partially on gross profit, partially influence the production of the gross profit, working capital and the effect of the simultaneous production of the gross profit.

Indicator which is used for working capital are cash, accounts receivable and inventories while production is the amount of production as well as for the gross profit indicators used are net sales and cost of sales.

The method used in this research is the case study method, collection techniques: (1) field research include : interviews, observation, and study documentation and (2) the research literature. The data and information obtained from this study were analyzed using path analysis.

(2)

The result of this study show that : working capital significantly influence production, working capital partially insignificant effect on gross profit, partially production no significant effect on gross profit, working capital and output simultaneously significant effect gross profit.

Keywoards : gross profit, production and working capital

ABSTRAK

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP HASIL PRODUKSI DAN DAMPAKNYA PADA LABA KOTOR PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada Penyerutan KS Tasikmalaya)

Oleh :

Cantika Oktora NPM : 113403126

Dibimbing oleh :

Dr. Jajang Badruzaman SE.,M.Si., Ak. CA Rani Rahman SE., M.Ak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap hasil produksi, pengaruh modal kerja secara parsial terhadap laba kotor, pengaruh hasil produksi secara parsial terhadap laba kotor, pengaruh modal kerja dan hasil produksi secara simultan terhadap laba kotor.

Indikator yang digunakan untuk modal kerja adalah kas, piutang dan persediaan, sedangkan untuk hasil produksi yaitu jumlah produksi serta untuk laba kotor indikator yang digunakan adalah penjualan bersih, dan harga pokok penjualan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan : (1) penelitian lapangan yang meliputi wawancara, observasi,

(3)

dan studi dokumentasi serta (2) penelitian kepustakaan. Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis jalur.

Hasil penelitian menunjukan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi, modal kerja secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor, hasil produksi berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor, modal kerja dan hasil produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor.

Kata kunci : Hasil Produksi, Laba Kotor, Dan Modal Kerja

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan ekonomi pada saat ini yang bersifat dinamis berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan kehidupan masyarakat yang sangat kompetitif. Sehingga memaksa para pelaku ekonomi untuk meningkatkan hasil produksinya dalam persaingan yang semakin ketat. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi dituntut untuk bergerak sesuai dengan arah perubahan.

Setiap perusahaan baik perusahaan negara maupun perusahaan swasta harus mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama untuk menghadapi era globalisasi dan persaingan bebas pada saat ini. Setiap perusahaan harus mampu mempertahankan dan mengembangkan kegiatan usahanya untuk mempertahankan komitmen usaha perusahaan.

Perusahaan harus dapat mengikuti arah perekonomian agar mampu bertahan di dunia bisnis, maka manajemen dituntut untuk dapat menyusun kebijakan-kebijakan dan membuat suatu keputusan tepat dalam berbagai bidang kegiatan perusahaan serta mampu melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan akan tercapai.

Salah satu tujuan perusahaan adalah memperoleh laba, karena laba sering dijadikan ukuran keberhasilan perusahaan. Laba merupakan selisih antara pendapatan yang telah diterima dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk memperoleh laba tersebut harus dilakukan berbagai kebijakan dalam pengelolaan keuangannya, salah satunya dalam pengelolaan modal kerja. Dimana dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak terlepas dari kebutuhan akan modal kerja, modal disini memegang peranan yang sangat penting karena modal kerja merupakan suatu dasar untuk melaksanakan kegiatan usaha.

Perusahaan harus dapat menyediakan modal kerja yang cukup dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran sehari-hari, karena modal kerja yang cukup sangat penting

(4)

bagi suatu perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis dan kekacauan keuangan.

Suatu modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya dana yang tidak produktif yang akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena telah menghilangkan kesempatan untuk memperoleh laba, sedangkan modal kerja yang tidak cukup akan menjadi penyebab utama kegagalan suatu perusahaan.

Penyerutan KS Tasikmalaya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha bahan bangunan. Di Kota Tasikmalaya terdapat beberapa perusahaan sejenis sehingga menimbulkan persaingan yang kompetitif.

Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya pada umumnya selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan bidang usahanya, misalnya untuk membayar gaji karyawan, pembayaran hutang lancar dan sebagainya.

Akan tetapi ada permasalahan yang dihadapi pada saat ini adalah banyaknya usaha pesaing, sehingga hal tersebut dapat membuat perusahaan untuk lebih bekerja keras dalam menghasilkan produk dengan mutu yang baik agar dapat diterima dipasaran dan dikalangan masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh laba adalah dengan cara melakukan langkah-langkah kebijaksanaan melalui pengelolaan modal kerja dengan efektif dan efisien agar perusahaan dapat meningkatkan hasil produksinya.

Selain permasalahan diatas, adapun permasalahan lain yang terjadi yaitu kurangnya penanaman modal kerja, kurangnyaa peningkatan hasil produksi dan penurunan laba kotor. Hal ini disebabkan adanya persaingan antar perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Dengan begitu untuk dapat diterima dipasaran, maka perusahaan harus dapat menghasilkan produk dengan mutu yang baik agar dapat memenangkan persaingan terutama dengan perusahaan sejenis.

Berdasarkan fenomena yang ada di lapangan, bahwa perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya selalu menanamkan dan memperoleh modal kerja, hasil produksi dan laba kotor yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perolehan yang didapat oleh perusahaan tersebut disebabkan karena perusahaan Penyerutan KS selalu memasarkan produknya dengan jangkauan yang lebih luas.

Dengan meningkatnya hasil produksi pada perusahaan Penyerutan KS secara terus-menerus merupakan salah satu tujuan utama perusahaan agar laba kotor bisa semakin meningkat serta bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Dengan adanya modal kerja yang besar dan hasil produksi terus ditingkatkan, maka akan berdampak baik pula pada laba kotor perusahaan.

(5)

1. Adi Zulfikar (2012), dengan judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Laba Operasional (Studi kasus pada PT.Aksa Reksa Jaya Tasikmalaya)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap laba operasional.

2. Iin Printiani (2007), dengan judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan Produktivitas Terhadap Volume Penjualan (Studi kasus pada perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara modal kerja dan produktivitas terhadap volume penjualan.

3. Raden Reny Appriliyanty (2003), dengan judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuidtas (Studi kasus pada CV Bintang Tasikmalaya)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara penggunaan modal kerja terhadap tingkat likuiditas.

4. Okta Widara (2012), dengan judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa modal kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pada Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.

5. Euis Fauzi Adawiyah (2005), dengan judul penelitian “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Laba Operasi Perusahaan (Studi kasus pada Perusahaan meubel)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap laba operasi perusahaan.

6. Ati Susanti (2006), dengan judul penelitian “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi kasus pada POKMAS ASRI Tasikmalaya)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.

7. Imelda Yulistri (2009), dengan judul penelitian “Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Laba Bersih (Studi kasus pada Industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara efektivitas dan kebutuhan modal kerja terhadap laba bersih.

8. Rezky Samual (2008), dengan judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan Tenaga Kerja Terhadap Hasil Produksi (Studi kasus pada pengrajin kulit Kerang Mutiara di Desa Batu Merah Ambon)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara modal kerja dan tenaga kerja terhadap hasil produksi.

9. Yeni Jamianti (2004), dengan judul penelitian “Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Pengukuran Efisiensi Laba Kotor (Studi kasus pada PTP Nusantara VIII Jawa Barat)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara biaya produksi terhadap pengukuran efisiensi laba kotor.

(6)

10. Fitri Sukmawati (2011), dengan judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi (Studi kasus pada PT Kalbe Farma Tbk periode tahun 2006-2010)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Mohammad Nazir, 2003:63).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yaitu penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

3.2.1. Operasionalisasi Variabel

Sebagai landasan berfikir teoritis untuk menjawab dan mengungkapkan masalah dan tujuan penelitian, perlu terlebih dahulu mengungkapkan variabel-variabel yang terkandung di dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen), variabel-variabel yang diteliti adalah :

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain, variabel ini justru mempengaruhi variabel yang lain yang ada hubungannya dengan variabel ini. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Modal Kerja (X1) dan Hasil Produksi (X2).

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dalam hubungan sebab akibat, artinya variabel ini sangat tergantung pada variabel lain. Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Laba Kotor (Y).

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk dapat memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka dibutuhkan data dan informasi yang akan mendukung penelitian ini. Untuk itu penulis mengumpulkan data berupa : 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh sendiri secara langsung oleh peneliti untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Adapun data primer tersebut diperoleh dengan cara penelitian lapangan yang dilakukan dengan mengadakan :

(7)

Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung dengan cara merekam kejadian, mengukur, menghitung dan mencatat kegiatan objek yang diteliti.

b. Wawancara (interview)

Yaitu dengan melakukan komunikasi secara langsung dengan pimpinan dan karyawan perusahaan, untuk memperoleh penjelasan yang diperlukan dalam masalah yang diteliti.

c. Studi Dokumentasi

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mencari data berupa catatan-catatan, dokumen-dokumen, formulir-formulir yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung dalam yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan cara membaca dari buku, literatur, dan lain-lain yang berhubungan dengan materi yang diteliti. Kegunaan dari literatur ini adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin dasar-dasar teori yang diharapkan akan menunjang data yang dikumpulkan dalam penelitian ini.

4.1 Pembahasan

4.1.1 Modal Kerja, Hasil Produksi, dan Laba Kotor Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

a. Modal kerja pada perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk membiayai usaha sehari-hari atau rencana yang akan datang, dimana uang atau dana yang dikeluarkan diharapkan akan kembali dalam waktu yang pendek melalui penjualan barang-barang hasil produksinya. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan bahwa modal kerja yang diperoleh perusahaan dari tahun 2008-2014 terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena adanya kenaikan dari biaya yang dikeluarkam dalam proses produksiHasil produksi merupakan total barang atau jasa yang dihasilkan oleh unit usaha atau perusahaan.

Data penelitian berupa modal kerja yang diperoleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya pada tahun 2008-2014 yang diperoleh sebagai berikut :

1. Pada tahun 2008 modal kerja yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 591.698.752.

2. Pada tahun 2009 modal kerja yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 620.691.935 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 28.993.183 atau 2.39%.

3. Pada tahun 2010 modal kerja yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 892.456.140 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 271.764.205 atau 17.96%.

(8)

4. Pada tahun 2011 modal kerja yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 1.008.479.769 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 116.023.629 atau 6.10%.

5. Pada tahun 2012 modal kerja yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 1.185.270.420 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 176.790.651 atau 8.06%.

6. Pada tahun 2013 modal kerja yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 1.200.660.278 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 15.389.858 atau 0.65%.

7. Pada tahun 2014 modal kerja yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 1.224.717.640 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 24.057.362 atau 0.99%.

Berdasarkan uraian diatas bahwa modal kerja dari tahun 2008-2014 mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan dari biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi sehingga akan berpengaruh terhadap modal kerja yang diperoleh oleh perusahaan. Dan dengan meningkatnya modal kerja diharapkan hasil yang didapat dari proses produksi juga meningkat. Jadi besar kecilnya modal kerja yang diperoleh perusahaan tergantung pada berapa biaya yang dikeluarkan dalam operasi perusahaan.

b. Hasil produksi perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

Dari data mengenai hasil produksi yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS dari tahun 2008-2014 mengalami peningkatan yang diakibatkan karena adanya kenaikan dari segi penjualan produk yang dihasilkan sehingga dapat memperoleh keuntungan yang diharapkan.

Data penelitian berupa hasil produksi yang diperoleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya pada tahun 2008-2014 yang diperoleh sebagai berikut :

1. Pada tahun 2008 hasil produksi yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 1.729.235.305.

2. Pada tahun 2009 hasil produksi yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 1.917.824.612 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 188.589.307 atau 5.17%.

3. Pada tahun 2010 hasil produksi yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 2.174.602.843 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 256.778.231 atau 6.27%.

(9)

4. Pada tahun 2011 hasil produksi yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 2.306.468.931 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 131.866.088 atau 2.94%.

5. Pada tahun 2012 hasil produksi yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 2.362.723.890 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 56.254.959 atau 1.20%.

6. Pada tahun 2013 hasil produksi yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 2.374.980.237 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 12.256.347 atau 0.25%.

7. Pada tahun 2014 hasil produksi yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 2.403.235.305 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 28.255.068 atau 0.59%.

Berdasarkan uraian diatas bahwa hasil produksi dari tahun 2008-2014 mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan yang terjadi dari segi penjualan produk yang diproduksi oleh perusahaan, yang disebabkan pula karena adanya kenaikan yang meningkat dari bahan baku yang dikeluarkan untuk proses produksi tersebut sehingga hasil produksi yang diperoleh pun meningkat.

c. Laba kotor perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

Dari data laba kotor yang diperoleh penulis dapat dilihat bahwa laba kotor dari tahun 2008-2014 mengalami fluktuasi. Nilai laba kotor turun dapat dikarenakan adanya perubahan dari penjualan bersih dan perubahan harga pokok penjualan. Penjualan bersih yang diperoleh perusahaan dapat berubah disebabkan oleh hasil produksi yang terjual. Harga pokok penjualan dapat berubah disebabkan perubahan jumlah produk yang diproduksi, biaya produksi dan perubahan harga beli bahan baku.

Data penelitian berupa laba kotor yang diperoleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya pada tahun 2008-2014 yang diperoleh sebagai berikut :

1. Pada tahun 2008 laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 623.880.623.

2. Pada tahun 2009 laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 628.296.774 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 4.416.151 atau 0.35%.

3. Pada tahun 2010 laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 908.244.376 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 279.947.602 atau 18.22%.

(10)

4. Pada tahun 2011 laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 848.883.621 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 59.360.755 atau 3.38%.

5. Pada tahun 2012 laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 845.664.935 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 3.218.686 atau 0.18%.

6. Pada tahun 2013 laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 940.182.825 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 94.517.890 atau 5.29%.

7. Pada tahun 2014 laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya adalah sebesar 966.345.333 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 26.162.508 atau 1.37%.

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh penulis mengenai laba kotor perusahaan yang merupakan selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan terdapat variasi data yaitu perolehan laba kotor dari tahun 2008-2014 mengalami kenaikan dan penurunan. Nilai perubahan laba kotor disebabkan terjadinya perubahan pada penjualan bersih dan harga pokok penjualan. Penjualan bersih berubah akibat adanya perubahan pada kuantitas barang yang terjual sedangkan harga pokok penjualan berubah akibat adanya perubahan pada biaya produksi dan jumlah barang yang diproduksi.

4.1.2 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Hasil Produksi Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

Untuk melihat adanya pengaruh besarnya modal kerja terhadap hasil produksi dapat dilihat pada gambar dibawah ini

0.061 0.969

Gambar 4.1

Nilai Koefisien Jalur Antara Variabel X1 dan Variabel X2

X1 X2

(11)

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS, pengaruh besarnya modal kerja (X1) terhadap hasil produksi (X2) diperlihatkan oleh korelasi yaitu sebesar 0.969 atau mempunyai

pengaruh sebesar 0.939 (93.9%).

Sedangkan koefisien non determinasi atau pengaruh residu sebesar 6.1 %. Faktor residu tersebut bisa berasal dari tenaga kerja dan teknologi. Hal ini menjelaskan bahwa ada pengaruh lain yang mempengaruhi hasil produksi selain modal kerja.

Untuk menguji hipotesis atau signifikansi pengaruh modal kerja terhadap hasil produksi dilakukan dengan uji t. Berdasarkan tabel coefficient dengan menggunakan koefisien standar (Standardized Coefficient), nilai t hitung adalah 8.769. Sedangkan nilai t½α = t0,025(5) adalah 2.571

sehingga dengan kaidah keputusan tolak Ho jika –t < -t½α atau t > t½α terima Ho jika -t½α ≤ t ≤ t½α serta taraf signifikan α sebesar 5%, maka nilai t hitung sebesar 8.769 lebih besar dari nilai t½α

yaitu 2.571. Artinya Ho ditolak atau dengan kata lain modal kerja berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi.

Apabila perusahaan menambah modal kerja, maka hasil produksi akan meningkat. Modal kerja yang bertambah akan memberi peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil produksinya.

4.1.3 Modal kerja, hasil produksi pengaruhnya terhadap laba kotor

a. Pengaruh Modal kerja Secara Parsial Terhadap Laba Kotor Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

Dari hasil perhitungan SPSS versi 16.0 diperoleh mengenai pengaruh langsung dan tidak langsung antara modal kerja terhadap laba kotor. Dimana pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4

Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antara Variabel Penelitian

Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Total Pengaruh

Y X 1 Y = (ρYX1)² Y X1 X2 Y

(ρYX1)(ρYX2)(ρyX2X1)

0.1149 0.1948

(0.339)2 = 0.1149 (0.339)(0.593)(0.969) = 0.1948 0.3097

Berdasarkan pengolahan data, pengaruh secara parsial modal kerja terhadap laba kotor

(12)

tidak langsung anatara X1 terhadap Y melalui X2 yaitu sebesar 0.1948 dan pengaruh secara parsial

antara X1 terhadap Y sebesar 0.3097 atau sebesar 30.97%.

Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam aktiva lancar yang terus-menerus berputar selama perusahaan beroperasi. Mengenai pengertian modal kerja ini telah banyak dikemukakan oleh para sarjana, tetapi pendapat mengenai pengertian modal kerja tersebut belum ada keseragaman antara yang satu dengan yang lainnya.

Untuk menguji hipotesis atau signifikansi pengaruh modal kerja terhadap laba kotor dilakukan dengan uji t. Berdasarkan perhitungan SPSS (tabel coefficient : Lampiran 2) diperoleh nilai thitung sebesar 0.445 sedangkan nilai t½α sebesar 2.571. Sehingga dengan kaidah keputusan

tolak Ho jika –t < -t½α atau t > t½α dan terima Ho jika –t½α ≤ t ≤ t½, dengan mengambil taraf signifikan sebesar 5% maka lebih kecil dari nilai t½α sebesar 2.571. Sehingga thitung < ttabel, artinya

Ho diterima atau dengan kata lain bahwa modal kerja secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya.

Apabila perusahaan menambah modal kerjanya, belum tentu laba kotor yang didapat perusahaan akan meningkat, karena modal kerja dikeluarkan perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan. Hal ini berarti apabila biaya yang dikeluarkan perusahaan tinggi, maka modal kerja yang digunakan perusahaan akan tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa modal kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor pada perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya.

b. Pengaruh Secara Parsial Hasil Produksi Terhadap Laba Kotor Pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

Untuk melihat pengaruh hasil produksi terhadap laba kotor dapat dilihat dari pencapaian hasil produksi yang telah dilaksanakan dengan pencapaian laba kotor perusahaan.Dimana pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antara Variabel Penelitian

Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak

Langsung Total Pengaruh

Y X 2 Y = (ρYX1)²

( 0.593)2 = 0.3516 0.3516

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0, pengaruh hasil produksi (X2) terhadap laba kotor (Y) diperlihatkan oleh koefisien beta ( β ) (Standardized

(13)

Coefficient) setelah dipengaruhi X2 (hasil produksi) sebesar 0.593 sedangkan koefisien determinasi sebesar 0.351 atau sebesar 35.1% yang berarti bahwa hasil produksi mempengaruhi terhadap laba kotor sebesar 35.1%.

Untuk menguji hipotesis atau signifikansi pengaruh hasil produksi terhadap laba kotor dilakukan dengan uji t. Berdasarkan perhitungan SPSS versi 16.0 (tabel coefficient : Lampiran 2) maka diperoleh thitung sebesar 0.777 sedangkan nilai ttabel 2.571. Sehingga dengan kaidah keputusan

tolak Ho jika –t ≤ -t½α atau t > t½α dan terima Ho jika -t½α ≤ t ≤ t½α serta taraf signifikan sebesar 5%, maka thitung sebesar 0.777 lebih kecil dari ttabel sebesar 2.571, artinya Ho diterima atau dengan

kata lain bahwa hasil produksi berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil produksi berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor pada perusahaan Penyerutan KS. Hasil produksi berpengaruh kecil terhadap laba kotor yaitu sebesar 35.1%. Hal tersebut disebabkan karena laba kotor bukan hanya dipengaruhi oleh hasil produksi saja tetapi ada faktor lain yang tidak diteliti berpengaruh terhadap laba kotor, seperti kuantitas volume penjualan dan adanya barang yang tersisa yang masih tersimpan sehingga laba kotor kecil.

c. Pengaruh Secara Simultan Modal Kerja dan Hasil Produksi Terhadap Laba Kotor Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

Pengaruh modal kerja (X1) dan hasil produksi (X2) terhadap laba kotor perusahaan (Y). Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan . Pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara signifikan antara besarnya modal kerja dan hasil produksi terhadap laba kotor.

Pengaruh secara simultan dapat dilihat pada lampiran perhitungan Path Analysis, dimana (r) yaitu sebesar 0.926 dengan nilai pengaruh (koefisien determinasi = 0.858 atau 85.8%), artinya bahwa modal kerja dan hasil produksi bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap laba kotor perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya.

Menurut Soemarsono, SR (2002 : 356) adapun pengaruh variabel lainnya terhadap laba kotor selain modal kerja dan hasil produksi adalah penetapan tingkat penjualan dimana tingkat penjualan tersebut dapat mempengaruhi terhadap kuantitas yang terjual sehingga akan memberikan pengaruh terhadap laba kotor perusahaan, biaya operasi juga dapat mempengaruhi laba kotor karena apabila perusahaan mengeluarkan biaya operasi yang lebih besar daripada pendapatan yang diterima, maka akan mempengaruhi tingkat keuntungan laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan.

(14)

Dari hasil perhitungan SPSS versi 16.0, diperoleh nilai Fhitung sebesar 12.044 dengan kriteria

penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel, dengan mengambil taraf signifikan α sebesar 5%, maka dari tabel

distribusi F- Snedecor diperoleh F α; k; (n-k-1) = 7-2-1 = 4 diperoleh sig F yaitu 0.20 yang artinya dengan α besar dari 5% menunjukan pengaruh signifikan.

Dikarenakan sig F sebesar 0.20, maka Ho ditolak atau dengan kata lain modal kerja (X1) dan hasil produksi (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor perusahaan (Y) dengan besar koefisien determinasi 0.858 atau 85.8%.

Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut yaitu modal kerja dan hasil produksi mempunyai pengaruh signifikan terhadap laba kotor. Semakin besarnya modal kerja yang digunakan, maka hasil produksi pun akan meningkat dan berpengaruh secara signifikan terhadap laba kotor perusahaan.

Secara lengkap pengaruh antara variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y dapat dilihat sebagai

berikut: = 0.339 ρx2x1 -= 0.969 = 0.3387 = 0.59 Gambar 4.2

Nilai Koefisien Jalur Antara Variabel X1, X2 Terhadap Y

Dari gambar 4.2 di atas, dapat dilihat pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel yang disajikan dalam tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.6

Formula Untuk Mencari Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Antara Variabel Penelitian

Pengaruh X1 terhadap Y secara langsung = 0.1149

Pengaruh X1 terhadap Y melalui X2 = 0.1948

Jumlah pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel X1 terhadap Y

= 0.3097

Pengaruh X2 terhadap Y secara langsung = 0.3516

(X2)

X1

Ɛ Y

(15)

Jumlah pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel X2 terhadapY

= 0.3516

Pengaruh X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y = 0.6613

Pengaruh variabel lain = 0.3387

Tabel di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan variabel besarnya modal kerja (X1),

hasil produksi (X2) mempunyai pengaruh terhadap laba kotor (Y) sebesar 0.6613 atau 66.13%.

Adapun pengaruh lain yang tidak penulis teliti yaitu sebesar 0.3387 atau 33.87%,seperti penetapan tingkat penjualan, biaya operasi, perputaran persediaan dan lain-lain.

Seperti yang dijelaskan oleh Hadibroto (1995 : 29) menyatakan bahwa pengertian laba kotor adalah merupakan selisih dari penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Laba kotor ini disebut laba kotor karena dari hasil penjualan bersih belum dikurangkan beban operasi lainnya untuk periode itu.

Hal ini menunjukan bahwa laba kotor tidak hanya dipengaruhi oleh modal kerja maupun hasil produksi, laba kotor juga dipengaruhi oleh tingkat penjualan, biaya operasi, perputaran persediaan dan lain-lain.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Hasil analisis serta pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh modal kerja dan hasil produksi terhadap laba kotor perusahaan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Modal Kerja, Hasil Produksi, dan Laba Kotor Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

a. Modal kerja di perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya mengalami kenaikan setiap tahunnya. Oleh karena itu, penulis memandang bahwa modal kerja yang digunakan sama dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Apabila perusahaan meningkatkan modal kerja, maka biaya yang dikeluarkan perusahaan akan meningkat pula. Adanya kenaikan modal kerja ini disebabkan oleh biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi yang semakin meningkat.

b. Hasil produksi mengalami kenaikan setiap tahunnya dikarenakan adanya modal kerja yang meningkat setiap tahunnya.

c. Laba kotor mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena adanya hasil produksi yang tersimpan dan tidak terjual.

(16)

2. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Hasil Produksi

Modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi. Hal ini menunjukan bahwa setiap terjadi perubahan, baik peningkatan maupun penurunan modal kerja yang berpengaruh terhadap hasil produksi.

3. Pengaruh Modal Kerja dan Hasil Produksi secara parsial dan simultan terhadap Laba Kotor Perusahaan

a. Modal kerja terhadap laba kotor berpengaruh tidak signifikan yang disebabkan thitung lebih

kecil dari ttabel karena modal kerja dikeluarkan untuk biaya operasional.

b. Hasil produksi terhadap laba kotor berpengaruh tidak signifikan karena thitung lebih kecil

dari ttabel, karena yang mempengaruhi laba kotor tidak hanya hasil produksi melainkan

kuantitas volume penjualan.

c. Secara simultan menyatakan bahwa pengaruh antara modal kerja dan hasil produksi berpengaruh secara signifikan terhadap laba kotor.

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terdapat kelemahan pada perusahaan dalam meningkatkan kuantitas volume penjualan. Dimana volume penjualan tersebut merupakan total penjualan yang dinilai dengan unit oleh perusahaan dalam periode tertentu untuk mencapai laba yang maksimal.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis pada kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi kemajuan perusahaan yaitu Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya maupun bagi peneliti selanjutnya. Adapun saran tersebut sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya

Apabila dilihat dari pengaruh modal kerja terhadap hasil produksi dan dampaknya pada laba kotor, ditemukan kelemahan yang ada pada perusahaan tersebut yaitu lemahnya kuantitas volume penjualan. Dimana volume penjualan merupakan total penjualan yang dinilai dengan unit oleh perusahaan dalam periode tertentu untuk mencapai laba yang maksimal sehiungga dapat menunjang pertumbuhan perusahaan.

Dengan adanya kelemahan tersebut, penulis memberikan saran pada perusahaan untuk dapat meningkatkan kuantitas volume penjualan dengan cara melakukan pendekatan kepada para konsumen melalui strategi promosi barang atau jasa yang dihasilkan, sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan menggunakan kemampuan yang lebih besar agar dapat

(17)

memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan dan dapat meningkatkan keuntungan yang lebih besar. 2. Bagi Peneliti selanjutnya

Penulis mengharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti lebih lanjut lagi permasalahan mengenai hasil produksi yang diukur dengan jumlah produk yang dikeluarkan dan juga laba kotor yang diperoleh dari hasil penjualan.

DAFTAR PUSTAKA

Abas Kartadinata. 1999. Akuntansi dan Analisis Biaya. Edisi yang diperbaharui. Jakarta : Bina Aksara.

Agnes Sawir. 2003. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Agus Achyani. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta. Universitas Terbuka.

Agus Sartono. Manajemen Keuangan, Edisi ke-4. Yogyakarta : BPFE.

Ahman, Eeng. 2004. Ekonomi. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Anthony, Robert. 2005. Manajemen Control System. Jakarta : Salemba Empat.

Asep Suryana Natawiria dan Riduwan. 2010. Statistika Bisnis, Cetakan ke-1. Bandung : Alfabeta.

Bambang Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.

Basri dan Indriyo Gitosudarmo. 2002. Manajemen Keuangan, Edisi ke-4. Yogyakarta : BPFE.

Beattie, Bruce R, 1994. Ekonomi Produksi. Yogyakarta : Gajahmada University Press.

Djarwanto. 2004. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi kedua. Yogyakarta : BPFE.

(18)

Hani Handoko, T. 2000. Dasar- dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi kesatu. Yogyakarta : BPFE.

Hansen Don R. Dan Maryanne M. 2001. Manajemen Biaya Akuntansi Dan Pengendalian. Buku II. Terjemahan Benyamin Molan. Jakarta : Salemba Empat.

Henry Simmamora. 2002. Akuntansi Manajemen. Cetakan Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

Imas Masriah. 2009. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Produktivitas dan Dampaknya Pada Laba

Kotor Perusahaan. UNSIL : Tasikmalaya.

J. Fred Weston & Thomas E Copeland. 1992. Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta : Erlangga.

Jazuli Akhmad, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : STIE Widya Wihana.

Jhon N Myer. 1993. Analisa Neraca dan Laba Rugi. Cetakan ke Empat. Jakarta : Rineka Cipta.

Mirwan, Sitepu. 1994. Path Analisis. Galua Indonesia.

Moehar, Daniel J.P. 1990. Pengantar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Muchdarsyah Sinungan. 2003. Produksi Apa dan Bagaimana. Cetakan kelima. Jakarta : Bumi Aksara.

Mulyadi. 1992. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : STIE YKPN.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Empat.

Munawir, S, Analisa Lapora Keuangan, Cetakan Ketiga Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1992.

Niswonger, Rllin C. Fees, E. Philip, warren, S. Carl. Diterjemahkan oleh Hyginus Ruswinarto. 2000. Prinsip- prinsip akuntansi. Jilid 2. Edisi keenambelas. Jakarta : Erlangga.

(19)

Rolin C Niswonger. 1999. Prinsip-prinsip Akuntansi, diterjemahkan oleh Hyginus. Jakarta : Erlangga.

Smith dan Skousen. 2000. Akuntansi Intermedite, Jilid 1, Edisi ke-9. Alih Bahasa: Tim Penterjemah Erlangga. Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Soemarso, SR. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Empat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sriyadi. 1995. Pengantar Ilmu Perusahaan Modern. Jakarta : Dirjen Dikti.

Suad Husnan. 2005. Manajemen Keuangan, Edisi ketujuh. Yogyakarta : BPFE.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Cetakan Ketujuhbelas. Bandung : CV.Alfabeta.

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Edisi ke-10. Bandung : CV.Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta : PT Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Seberang Gunung (265 Ha) 476.605.000,00 RANGKING PENAWAR BESAR PENAWARAN BUKA SAMPUL (Rp) BESAR PENAWARAN SETELAH ARITMATIK (Rp) % PENAWARAN TERHADAP HPS

Hasil penelitian telah mengungkapkan bahwa budaya kerja birokrasi di Kantor Walikota Tidore Kepulauan, utamanya disiplin pegawai dan budaya kerja paternalistik masih

Dari hasil penelitian, metode Promethee dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada pemilihan siswa terbaik untuk kelas unggulan di SMP Negeri

(6) Dalam hal Pegawai Perumda BPR Bank Daerah Kabupaten Madiun sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak dapat membuktikan bahwa ia bebas dari

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu mengenai bagaimana pengaturan mekanisme penebangan pohon perindang di kota denpasar yang dilakukan Pemerintah kota dan

Kepemilikan asset adalah jumlah asset yang dimiliki oleh responden yang diukur dengan kepemilikian lahan/sawah/ tanah, kendaraan, dan barang elektronik. Sebagian besar yaitu

Kepemilikan asset adalah jumlah asset yang dimiliki oleh responden yang diukur dengan kepemilikian lahan/sawah/tanah, kendaraan, dan barang elektronik. Sebagian besar yaitu

Seperti juga pada model keputusan perempuan untuk berpartisipasi di pasar kerja, pada rencana awal penelitian ini beberapa variabel yang diduga mempengaruhi keputusan laki-laki