• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

SUDARYANTO

Surya Raharja, S.E., M.Si.,Akt.

(UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG)

ABSTRACT

The objective of this research is to examine the influence environmental performance on financial performance of companies with Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure as an intervening variable. Environmental performance is measured by the performance of companies in the PROPER. While the Disclosure of Corporate Social Responsibility CSR is measured by the index. Own company's financial performance is measured by calculating the company's annual return for an annual return is then compared with the manufacturing industry.

Samples used in the study was 78 manufacturing companies. Data taken from annual report 2007-2009 period manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and participated in PROPER since 2007. Regression analysis method used descriptive statistic and multiple regression.

The results showed that the environmental performance significantly affect the Corporate Social Responsibility Disclosure. Meanwhile, the second hypothesis indicates that environmental performance does not significantly affect the company's financial performance and results of the third hypothesis suggests that Corporate Social Responsibility Disclosure significant impacts on the company's financial performance.

Keyword: Environmental Performance, Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure, PROPER, Financial Performance.

(2)

I. PENDAHULUAN

Saat ini, tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder merupakan topik yang sangat menarik dan semakin banyak dibahas. Hal ini berkaitan dengan adanya kesadaran suatu perusahaan atau institusi untuk tidak hanya menghasilkan laba setinggi-tingginya, tetapi juga bagaimana laba tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Gencarnya kegiatan perusahaan dalam menghasilkan laba secara otomatis menimbulkan konsekuensi lingkungan hidup di sekitarnya.

Keberadaan perusahaan tidak bisa lepas dari lingkungan mereka berada. Aktivitas perusahaan dapat menimbulkan dampak pada lingkungan hidup sehingga perusahaan diharapkan tidak hanya memikirkan perolehan laba usaha, tetapi juga mempertimbangkan faktor lingkungan hidup dalam melaksanakan kegiatannya. Namun perusahaan seringkali mengabaikan kaitan antara lingkungan dan kegiatan perusahaan walaupun sudah ada peraturan yang mengatur tentang dampak kegiatan usaha terhadap lingkungan.

Selama ini perusahaan dianggap sebagai suatu lembaga yang memberikan berbagai kontribusi bagi masyarakat. Sebuah perusahaan dapat memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan untuk dikonsumsi, memberikan sumbangan, dan membayar pajak kepada pemerintah. Perusahaan seakan mendapat legitimasi bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya untuk memaksimalkan labanya agar dapat memberikan sumbangan yang maksimum kepada masyarakat.

Seiring dengan hal tersebut, perusahaan sering melanggar konsensus dan prinsip-prinsip maksimalisasi laba itu sendiri. Akhirnya disadari bahwa dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat semakin besar dan sulit untuk dikendalikan seperti polusi, keracunan, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan, dan produksi makanan haram. Oleh karena itu, masyarakat menuntut agar perusahaan senantiasa memperhatikan dampak-dampak sosial yang ditimbulkan dan upaya untuk mengatasinya.

Masyarakat menginginkan dampak tersebut untuk dikontrol karena dampak sosial yang ditimbulkan terhadap kehidupan masyarakat sangat besar. Dari sini berkembanglah ilmu akuntansi yang selama ini hanya memberikan

(3)

informasi tentang kegiatan perusahaan kepada pihak ketiga (stockholders dan

bondholders), yang mempunyai kontribusi langsung bagi perusahaan, sedangkan

pihak lain sering diabaikan. Adanya tuntutan ini, maka akuntansi bukan hanya merangkum informasi tentang hubungan perusahaan dengan pihak ketiga, tetapi juga dengan lingkungannya.

Corporate Social Responsibility sebagai konsep akuntansi yang baru

adalah transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Dimana transparansi yang diungkapkan tidak hanya informasi keuangan perusahaan, tetapi juga diharapkan mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan aktivitas perusahaan (Noor Rakhiemah, 2009). Besarnya perhatian para pemegang pancang terhadap kesejahteraan masyarakat serta pemeliharaan lingkungan hidup telah membuat tujuan pengelolaan perusahaan tidak lagi memberikan penekanan pada kinerja keuangan semata namun juga memberikan penekanan terhadap kinerja sosial dan kinerja lingkungannya.

Tanggung jawab sosial memiliki berbagai pengaruh pada kinerja perusahaan. Sebuah pandangan muncul bahwa tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) perusahaan dapat berperan untuk kinerja finansial sebuah perusahaan. Pendekatan ini telah diuraikan sebagai ‘enlightened shareholder approach’, menyatakan bahwa pembuat keputusan perusahaan harus mempertimbangkan berbagai hal mengenai sosial dan lingkungan jika mereka memaksimalkan keuntungan jangka panjang (Brine, et al. N.d dalam Permatasiwi, 2010). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi saja. Melainkan juga harus memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

II. TELAAH TEORI

Penilaian Kinerja Lingkungan Perusahaan melalui PROPER

Menurut Suratno dkk. (2006), kinerja lingkungan perusahaan (environmental performance) adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green). Kinerja lingkungan diukur dari prestasi perusahaan

(4)

mengikuti program PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup). Program ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. PROPER diumumkan secara rutin kepada masyarakat sehingga perusahaan yang dinilai akan memperoleh insentif maupun disinsentif reputasi tergantung pada tingkat ketaatannya.

Peringkat kinerja lingkungan perusahaan dikelompokkan menjadi lima (5) peringkat warna guna memudahkan komunikasi dengan stakeholder dalam menyikapi hasil kinerja penaatan masing-masing perusahaan. Lima peringkat warna yang digunakan mencakup hitam, merah, biru, hijau, dan emas. Peringkat emas dan hijau untuk perusahaan yang telah melakukan upaya lebih dari taat dan patut menjadi contoh, peringkat biru bagi perusahaan yang telah taat, dan peringkat merah dan hitam bagi perusahaan yang belum taat.

Penilaian PROPER mengacu pada persyaratan penaatan lingkungan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah terkait dengan pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, AMDAL, dan pengendalian pencemaran laut. Tingkat penaatan perusahaan dikategorikan “Taat” apabila memenuhi atau menaati seluruh persyaratan dan ketentuan yang diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika perusahaan memenuhi atau menaati seluruh persyaratan dan ketentuan tersebut, maka akan memperoleh peringkat biru, jika tidak maka merah atau hitam tergantung pada aspek ketidaktaatannya.

Teori Legitimasi

Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktivitas perusahaan diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang “sah” (Deegan, 1996). Pendapat yang sama diungkapkan juga oleh Tilt (1994) dalam Haniffa et.al. (2005) yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai

(5)

untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Teori legitimasi kaitannya dengan kinerja sosial dan kinerja keuangan adalah apabila jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994 dalam Haniffa et. al. 2005).

Lindblom (1994) dalam Gray et. al. (1995) menyatakan bahwa teori legitimasi merupakan suatu kondisi atau status yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan kongruen dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan menjadi bagiannya. Ketika suatu perbedaan yang nyata atau yang potensial ada antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi perusahaan.

Teori Stakeholder

Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga harus memberikan manfaat bagi para stakeholder (Ghozali dan Chariri, 2007). Hal ini dikarenakan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan yang diberikan oleh para stakeholdernya. Stakeholder perusahaan tidak hanya terdiri dari shareholder (investor dan kreditur) tetapi juga pelanggan, pemasok, pegawai, pemerintah, badan regulator, masyarakat, termasuk lingkungan hidup sebagai bagian dari kehidupan sosial.

Teori stakeholder juga memberikan gambaran bahwa tanggung jawab sosial perusahaan seyogyanya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stockholder). Kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebenarnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham tetapi juga untuk stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap perusahaan (Untung, 2008). Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan.

Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Ada 2 ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh Bapepam No. Kep. 38/PM/1996. Pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory

(6)

disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh

peraturan pasar modal di suatu negara. Sedangkan yang kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Pengungkapan informasi sosial perusahaan melebihi persyaratan minimal dari peraturan pasar modal yang berlaku. Oleh karenanya, perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi sosialnya dalam laporan tahunan sehingga menyebabkan keragaman hasil atau variasi luas pengungkapan sukarela antar perusahaan.

Kinerja Finansial Perusahaan

Kinerja finansial (keuangan) perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan oleh investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan dividen di masa mendatang dan resiko atas penilaian tersebut.

Informasi keuangan dibutuhkan oleh investor berupa informasi kuantitatif dan kualitatif baik yang bersumber dari pihak internal perusahaan (manajemen) maupun pihak eksternal perusahaan. Informasi keuangan internal merupakan data akuntansi perusahaan yang dapat berupa penjualan, profit margin, pendapatan operasional, aktiva, dan lain-lain. Sedangkan informasi keuangan eksternal berupa kajian dari para analis dan konsultan keuangan yang dipublikasikan. Selain informasi keuangan, informasi non keuangan juga dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja perusahaan, seperti kepuasan pelanggan atas layanan perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007).

Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama periode tertentu. Ada dua kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna. Pertama, terdiri dari manajer yang menggunakannya untuk mengukur dan melacak kinerja perusahaan selama periode tertentu. Kedua, laporan keuangan mencakup para analis yang merupakan pihak eksternal bagi perusahaan.

(7)

Hubungan Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Finansial Perusahan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kinerja lingkungan akan berpengaruh terhadap kinerja finansial perusahaan. Almilia dan Wijayanto (2007) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi (finansial). Hal ini memberikan penjelasan bahwa kinerja lingkungan perusahaan memberikan akibat terhadap kinerja finansial perusahaan yang tercermin pada tingkat return tahunan perusahaan dibandingkan dengan return industri. Dengan demikian, hipotesis pertama penelitian ini adalah :

H1 : Kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja financial perusahaan.

Hubungan Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure

Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure oleh Gray dkk (2001)

didefinisikan sebagai suatu proses penyediaan informasi yang dirancang untuk mengemukakan masalah seputar social accountability, yang mana secara khas tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan dalam media seperti laporan tahunan maupun bentuk iklan-iklan yang berorientasi sosial. Sedangkan Deegan (1996) mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure sebagai suatu metode yang dengannya manajemen akan dapat berinteraksi dengan masyarakat secara luas untuk mempengaruhi persepsi luar masyarakat terhadap suatu organisasi atau perusahaan.

Menurut Verrechia (1983, dalam Suratno dkk., 2006) dengan discretionary

disclosure teorinya mengatakan pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa

dengan mengungkapkan performance mereka berarti menggambarkan good news bagi pelaku pasar. Oleh karena itu, perusahaan dengan environmental performance yang baik perlu mengungkapkan informasi kuantitas dan mutu

lingkungan yang lebih dibandingkan perusahaan dengan environmental performance yang lebih buruk. Penelitian dari Al-Tuwaijri, et al. (2004) yang

menemukan hubungan positif signifikan antara environmental disclosure dengan

environmental performance menunjukkan hasil yang konsisten dengan teori

(8)

yang menemukan hubungan positif dan signifikan secara statistik antara kinerja lingkungan dengan CSR disclosure. Hipotesis kedua penelitian ini dirumuskan :

H2 : Kinerja Lingkungan berpengaruh positif terhadap Corporate Social

Responsibility (CSR) Disclosure

Hubungan Kinerja Lingkungan, Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure terhadap Kinerja Finansial Perusahaan

Pengungkapan performa (kinerja) perusahaan merupakan good news bagi pelaku pasar. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengungkapkan informasi dan mutu lingkungan agar perusahaan dikatakan memiliki environmental performance yang baik. Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia, 1983, dalam Basalamah et al, 2005). Perusahaan diharapkan akan memperoleh legitimasi sosial , dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang dengan menerapkan CSR (Kiroyan, dalam Noor Rakhiemah , 2009). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon secara positif oleh para pelaku pasar.

Investor diharapkan mempertimbangkan informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan sehingga dalam pengambilan keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laba saja. Laporan tahunan merupakan media yang digunakan perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan para investor. Pengungkapan CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain laba akuntansi yang sudah tercakup dalam laporan tahunan perusahaan. Berdasarkan rumusan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

H3a : Kinerja lingkungan yang baik akan berpengaruh terhadap peningkatan Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure. H3b : Peningkatan Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure

(9)

III.

METODE PENELITIAN

Pemilihan Sampel dan Data Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar

(go-public) di Bursa Efek Indonesia periode 2007 – 2009 yang telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) sejak tahun 2007 yang berjumlah 26 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria pemilihan sampel yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007–2009.

b. Perusahaan manufaktur yang telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) tahun 2007–2009.

Definisi Operasional Dan Variabel Kinerja Lingkungan

Kinerja lingkungan diukur dari prestasi perusahaan mengikuti program PROPER. Program yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Sistem peringkat kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) warna yaitu :

 Emas : Sangat sangat baik skor = 5

 Hijau : Sangat baik skor = 4

 Biru : Baik skor = 3

 Merah : Buruk skor = 2

(10)

Tabel 3.1

Kriteria Peringkat PROPER

PERINGKAT KETERANGAN

Emas Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dan telah melakukan upaya 3R (Reuse,

Recycle dan Recovery), menerapkan sistem pengelolaan

lingkungan yang berkesinambungan,serta melakukan upaya-upaya yang berguna bagi kepentingan masyarakat pada jangka panjang;

Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, telah mempunyai sistem pengelolaan lingkungan, mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat, termasuk melakukan upaya 3R (Reuse, Recycle

dan Recovery);

Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku;

Merah Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi baru sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dengan peraturan perundang-undangan; Hitam Belum melakukan upaya lingkungan berarti, secara sengaja

tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana yang dipersyaratkan, serta berpotensi mencemari lingkungan.

Sumber : Laporan PROPER periode 2006–2007 Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure

Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure diukur dengan menggunakan CSR index yang merupakan luas pengungkapan relatif setiap perusahaan sampel atas pengungkapan sosial yang dilakukannya (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Dimana instrumen pengukuran dalam checklist yang akan

(11)

digunakan dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang digunakan Sembiring (2005), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam 7 kategori yakni : lingkungan, energi, kesehatan, dan keselamatan tenaga kerja, lain- lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996). Ke tujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan.

Berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 (1996) tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia maka dilakukan penyesuaian (Sembiring, 2005) sehingga tersisa 78 item pengungkapan. Tujuh puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda. Total item CSR berkisar antara 63 sampai 78, tergantung dari jenis industri perusahaan.

Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Haniffa et al, 2005 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Selanjutnya skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut : (Haniffa et al, 2005 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007)

CSRIj= Σ

Keterangan :

CSRIj = Corporate Social Responsibility Disclosure index perusahaan j

nj = jumlah item untuk perusahaan j, nj 78

Xij = dummy variabel: 1 : jika item i diungkapkan; 0 : jika item i tidak

diungkapkan Dengan demikian, 0≤CSRIj 1

Kinerja Finansial Perusahaan

Kinerja finansial perusahaan diukur dengan menghitung return tahunan perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan return tahunan industri

(12)

manufaktur. Return tahunan perusahaan diukur dengan membagi median harga saham perusahaan pada tahun tersebut setelah ditambah dengan dividen dengan harga saham di awal tahun kemudian dikurangkan dengan median return industri manufaktur pada tahun tersebut. Menurut Al-Tuwaijri, et al. (2004) kinerja finansial dinyatakan dalam skala yang dihitung :

(P1–P0) + Div P0 Dimana : P1 = harga saham akhir tahun

P0 = harga saham awal tahun Div = pembagian dividen MeRI= median return industri

Return industri diukur dari indeks industri yang diperoleh dari laporan Indonesia Stock Exchange (IDX).

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi peserta PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) dengan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam

purposive sampling. Berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan pada bab

sebelumnya, diperoleh sampel akhir sebanyak 26 perusahaan manufaktur yang menjual sahamnya di BEI dan masuk dalam peserta PROPER KLH selama 3 tahun berturut-turut sejak tahun 2007 hingga 2009. Dengan menggabungkan data penelitian diperoleh 26 x 3 = 78 data observasi.

Statistik Deskriptif

Kinerja lingkungan yang diukur berdasarkan pengukuran dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) yang disajikan dalam laporan PROPER tahunan menunjukkan rata-rata sampel berada pada skor 2,859 atau jika dikonversi berdasarkan kategori PROPER berada pada kriteria Biru Minus. Skor terendah adalah 1 yang berarti ada perusahaan sampel yang berada pada kriteria Hitam dalam masalah lingkungan yang berarti sangat kurang memperhatikan masalah

(13)

lingkungan. Sedangkan nilai tertinggi adalah 5 yang berarti memiliki kriteria “Emas” dalam penanganan lingkungan.

Pengungkapan sosial menunjukkan rata-rata sebesar 0,1234. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel telah mengungkapkan sebesar 12,34% dari pengungkapan sosial. Pengungkapan terendah adalah sebesar 0,0128 dan pengungkapan terbesar mencapai 0,3974.

Kinerja ekonomi perusahaan dari 26 perusahaan selama 3 tahun yang diukur dengan menggunakan return saham tahunan menunjukkan rata-rata sebesar -0,2169. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel selama tahun 2007 hingga 2009 cenderung mengalami kenaikan harga saham. Return saham terendah adalah sebesar -2,1365 atau terjadi penurunan harga saham dan return

Pengujian Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan konsep analisa jalur dengan menggunakan pendekatan 2 buah analisis regresi linier berganda dalam penyelesaiannya. Namun demikian untuk menghasilkan model yang baik dari regresi linier, akan terlebih dahulu diuji terhadap penyimpangan asumsi klasik.

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov. Uji asumsi klasik terdiri dari uji multikoliniearitas, heterokedastisitas,

dan autokorelasi. Uji multikoliniearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF dan TOL (tolerance). Sedangkan uji heterokedastisitas menggunakan scatterplot dan uji autokorelasi menggunakan Durbin-Watson.

Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Analisis uji-t digunakan untuk mengui apakah variabel bebas secara parsial atau individual berpengaruh terhadap kinerja ekonomi. Dengan dilakukan uji-t dapat diketahui bahwa kinerja lingkungan perusahaan dan CSR perusahaan berpengaruh terhadap kinerja ekonominya.

Pengaruh Kinerja lingkungan perusahaan memiliki nilai t hitung -1,066 dengan signifikansi sebesar 0,290. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa kinerja lingkungan tidak

(14)

berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekonomi. Hal ini berarti Hipotesis 1 ditolak.

Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure

Dari hasil análisis diatas konstanta dan koefisien regresi yang diperoleh apabila dimasukkan pada persamaan umum regresi adalah sebagai berikut:

CSR = -0,060 + 0,064 KL + e

Hasil persamaan tersebut selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kinerja lingkungan menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,064 yang berarti peningkatan kinerja lingkungan akan meningkatkan pengungkapan sosial oleh perusahaan (CSR).

Analisis uji-t digunakan untuk mengui apakah variabel bebas kinerja lingkungan terhadap CSR Disclosure. Hasil pengujian pengaruh Kinerja lingkungan perusahaan terhadap CSR Disclosure memiliki nilai t hitung 7,571 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa Kinerja Lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CSR Disclosure. Dengan demikian Hipotesis 2 diterima pada taraf 5% Pengaruh Kinerja Lingkungan, Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure terhadap Kinerja Finansial Persusahaan

Dari hasil análisis diatas konstanta dan koefisien regresi yang diperoleh apabila dimasukkan pada persamaan umum regresi adalah sebagai berikut:

KF = -0,190–0,140 KL + 3,016 CSR + e

Hasil persamaan tersebut selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Kinerja lingkungan (KL) menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,140 dengan arah negatif yang berarti peningkatan kinerja lingkungan akan menurunkan kinerja ekonomi perusahaan.

b. Pengungkapan sosial (CSR) menunjukkan nilai koefisien sebesar 3,016 yang berarti peningkatan pengungkapan sosial akan meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan.

Pengungkapan sosial (CSR) perusahaan memiliki nilai t hitung 2,475 dengan signifikansi sebesar 0,027. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan

(15)

demikian disimpulkan bahwa CSR memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja ekonomi. Hal ini berarti bahwa peningkatan kinerja lingkungan akan berpengaruh terhadap peningkatan Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure.

Peningkatan CSR Disclosure juga berpengaruh terhadap peningkatan kinerja finansial perusahaan. Dengan demikian Hipotesis 3 penelitian ini diterima.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut ini :

1. Kinerja lingkungan perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap CSR, yang berarti bahwa penilaian kinerja lingkungan oleh KLH akan memberikan pengungkapan sosial yang lebih luas pada perusahaan.

2. Kinerja lingkungan perusahaan tidak berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kinerja ekonomi, yang berarti bahwa penilaian kinerja lingkungan oleh KLH belum memberikan arti yang lebih pada investor di pasar saham. 3. Pengungkapan sosial berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja

ekonomi, yang berarti bahwa pengungkapan sosial yang lebih luas oleh manajemen akan memberikan peningkatan pada harga saham di bursa saham. Saran

Berdasarkan penelitian tersebut, saran yang bisa diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Disarankan untuk melakukan penelitian ulang pada masa mendatang dengan menambah sampel penelitian, seperti contoh perusahaan industri pertambangam dan migas yang pengungkapan lingkungannya juga diatur dalam PSAK,

2. Pada penelitian masa mendatang disarankan untuk memperhatikan data-data lain yang bisa digunakan untuk dasar penilaian environmental performance, seperti contoh biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan, dan data mengenai AMDAL

3. Pada penelitian mendatang disarankan untuk melakukan pengujian ulang dengan menggunakan variabel rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan

(16)

kategori investasi apakah merupakan penanaman modal asing (PMA) atau penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagai variabel kontrol. Perusahaan dengan kategori investasi penanaman modal asing (PMA) diduga lebih memperhatikan mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan hidup sekitar dibandingkan dengan perusahaan dengan kategori investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN). Di beberapa negara asing seperti di negara Jepang misalnya pengungkapan mengenai tanggung jawab lingkungan menjadi sesuatu yang diwajibkan bagi setiap perusahaan, namun di Indonesia hal tersebut masih bersifat voluntary.

4. Bagi peneliti yang akan mereplikasi penelitian asing disarankan untuk memperhatikan perbedaan budaya dan kondisi perekonomian di berbagai negara. Di beberapa negara maju dengan kondisi perekonomian yang lebih stabil, perusahaan mempunyai kemampuan pendanaan yang lebih untuk dialokasikan pada kegiatan yang terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan dibandingkan dengan perusahaan di negara yang sedang berkembang dengan kondisi perekonomian yang relatif stabil dan kemampuan pendanaan yang terbatas.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Al Tuwajiri, dan Sulaiman A. 2003. The Relation Among Environmental Disclosure, Environmental Performance, dan Economic Performance : A Simultaneous Equation Approach. Accounting Environment Journal. USA. 5-10.

Almilia, Luciana Spica dan Dwi Wijayanto. 2007. Pengaruh Environmental Performance dan Environmental Disclosure terhadap Economic Performance. The 1st Accounting Conference, Faculty of Economic Universitas Indonesia. Depok, (November).

Basalamah, Anies. S dan Jonny Jermias. 2005. “Social and Environmental Reporting and Auditing Indonesia”. Gadjah Mada Internasional Journal of Business.

Deegan, Craig dan Michaela Rankin. 1996. Do a Australian Companies Report Environmental News Objectively? An Analysis of Environmental Disclosures Firms Prosecuted Successfully by the Environmental Protection Authority. Accounting Auditing and Accountability Journal: 50-68.

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gray, R.H., Kouhy R., dan Lavers S. 1995. “Corporate Social and Environmental Reporting”.Accounting , Auditing, and Accountability Journal.

Hackston, D. and Milne, M., J. 1996. “Some Determinants Of Social And Environmental Disclosuresin New Zealand Companies”. Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 9 No. 1, pp. 77-108

Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Culture and Governance on Corporate Social Reporting”. Jounal of Accounting and Public Policy 24.

pp. 391-430.

Rakhiemah, Aldilla Noor dan Dian Agustia. 2009. “Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.Simposium Nasional Akuntansi XII, IAI, Palembang, 2009.

(18)

Sayekti, Yoseva dan Ludovicus S. Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”. Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, Makasar, 2007.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, (15 – 16 September).

Suratno, Ignatius Bondan, dkk. 2006. “Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004)”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang,

(23-26 Agustus).

Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta : Sinar Grafika

Zuhroh, Diana dan I Putu Pande Heri Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus Pada Perusahaan – Perusahaan High Profile di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, (16-17 Oktober).

(19)

Lampiran 1

Variabel-variabel Penelitian (Data Diolah)

No. Perusahaan Kinerja CSR Kinerja

Lingkungan Disclosure Finansial

1 Argo Pantes 2 0,0256 -0,5208

2 Budi Acid 3 0,1154 0,4921

3 CENTEX 3 0,0897 -0,7636

4 CPIN 1 0,0385 0,3389

5 Citra Tubindo 3 0,1410 0,2439

6 Fajar Surya Wisesa 3 0,2821 0,0270

7 FPNI 3 0,1667 -0,0114

8 Indorama 3 0,1538 0,0000

9 Indah Kiat Pulp & Paper 3 0,1667 -0,6272

10 Indocement TP 4 0,1538 -0,0877

11 Kimia Farma 3 0,1923 0,3277

12 Kalbe Farma 3 0,0897 -0,4620

13 MYRX 3 0,1154 -0,1958

14 Prasidha 2 0,0256 -1,0108

15 Surabaya Agung Industri 2 0,0385 -0,6833

16 SMART 3 0,2564 0,1244

17 Semen Cibinong 4 0,3077 1,0911

18 Semen Gresik 4 0,1026 -1,3624

19 Suparma 1 0,0128 -0,2351

20 Sumalindo Lestari Jaya 2 0,0513 -0,3373

21 Tunas Baru Lampung 3 0,2564 1,1042

22 Tifico 3 0,1410 -0,4708

23 Titan 3 0,1154 -0,9646

24 Surya Toto 3 0,1282 -0,3087

25 Unggul Incah Can 3 0,1667 -0,4933

26 Unilever 4 0,0641 -0,4981 27 Argo Pantes 2 0,0385 0,5064 28 Budi Acid 3 0,0513 -0,0743 29 CENTEX 3 0,0769 0,5064 30 CPIN 1 0,0256 0,3554 31 Citra Tubindo 3 0,1538 0,5397

32 Fajar Surya Wisesa 3 0,1795 0,3603

(20)

34 Indorama 3 0,1282 0,1913

35 Indah Kiat Pulp & Paper 3 0,1667 0,8159

36 Indocement TP 4 0,1667 0,0673

37 Kimia Farma 3 0,1154 -0,0182

38 Kalbe Farma 3 0,0897 -0,1762

39 MYRX 3 0,1026 0,2894

40 Prasidha 2 0,1667 1,4672

41 Surabaya Agung Industri 2 0,0385 0,0735

42 SMART 3 0,1795 -0,1803

43 Semen Cibinong 4 0,3974 -0,1336

44 Semen Gresik 4 0,1026 0,2903

45 Suparma 1 0,0128 -0,1714

46 Sumalindo Lestari Jaya 2 0,0256 -0,4363

47 Tunas Baru Lampung 3 0,1154 -0,1920

48 Tifico 3 0,1410 0,4270

49 Titan 3 0,0897 0,5670

50 Surya Toto 3 0,1282 0,5064

51 Unggul Incah Can 3 0,1667 0,4974

52 Unilever 4 0,0641 0,6619 53 Argo Pantes 2 0,0256 -1,2365 54 Budi Acid 3 0,0641 -0,5442 55 CENTEX 3 0,0897 -1,2365 56 CPIN 1 0,0256 0,2635 57 Citra Tubindo 3 0,1795 -1,2365

58 Fajar Surya Wisesa 3 0,1667 -1,1839

59 FPNI 4 0,2949 0,2326

60 Indorama 3 0,1282 -1,2965

61 Indah Kiat Pulp & Paper 3 0,1667 -0,6547

62 Indocement TP 5 0,2821 0,7418

63 Kimia Farma 3 0,1923 -1,3606

64 Kalbe Farma 3 0,0897 1,0135

65 MYRX 3 0,1154 -1,2365

66 Prasidha 2 0,0256 -1,2365

67 Surabaya Agung Industri 2 0,0385 -1,2365

68 SMART 3 0,1154 -2,1365

69 Semen Cibinong 4 0,2949 0,2238

70 Semen Gresik 4 0,1026 -0,4281

71 Suparma 1 0,0128 0,1198

(21)

73 Tunas Baru Lampung 3 0,1154 -0,4470

74 Tifico 3 0,1410 -1,1675

75 Titan 3 0,0897 -0,5222

76 Surya Toto 3 0,1282 -1,2365

77 Unggul Incah Can 3 0,1667 -1,2545

(22)

Lampiran 2

Descriptives

Descriptive Statistics 78 1.0000 5.0000 2.858974 .8013683 78 .0128 .3974 .123603 .0785987 78 -2.1365 1.4672 -.216919 .7117461 78 Kinerja Lingkungan CSR Kinerja Financial Valid N (listwise)

(23)

Lampiran 2

Uji Asumsi Klasik Regresi Kinerja Lingkungan terhadap CSR Disclousre Uji Normalitas

Uji Heteroskedastisitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

78 .0000000 .05934413 .131 .114 -.131 1.156 .138 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b. 3 2 1 0 -1 -2 -3

Regression Standardized Predicted Value

4 3 2 1 0 -1 -2 -3 R egressi on S tudent iz ed R esi dual Dependent Variable: CSR Scatterplot

(24)

Lampiran 3

Regresi Kinerja Lingkungan terhadap CSR Disclosure

Variables Entered/Removed b Kinerja Lingkunga na . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a. Dependent Variable: CSR b. Model Summaryb .656a .430 .422 .0597333 2.047 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan

a. Dependent Variable: CSR b. ANOVAb .205 1 .205 57.318 .000a .271 76 .004 .476 77 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan a. Dependent Variable: CSR b. Coefficientsa -.060 .025 -2.390 .019 .064 .008 .656 7.571 .000 (Constant) Kinerja Lingkungan Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Dependent Variable: CSR a.

(25)

Lampiran 4

Uji Asumsi Klasik Kinerja Lingkungan dan CSR Discosure terhadap Kinerja Finansial Perusahaan

Uji Normalitas

Uji Heterokedastisitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

78 .0000000 .68750753 .080 .070 -.080 .704 .704 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b. 4 3 2 1 0 -1 -2

R eg ressio n S tan d ard ized P red icted V alu e 3 2 1 0 -1 -2 -3 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l

D ep en d en t V ariab le: K in erja F in an cial S catterp lo t

(26)

Lampiran 5

Regresi Kinerja Lingkungan dan CSR Disclosure terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Variables Entered/Removedb CSR, Kinerja Lingkunga na . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Kinerja Financial b. Model Summaryb .259a .067 .042 .6966140 1.883 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan, CSR

a.

Dependent Variable: Kinerja Financial b. ANOVAb 2.612 2 1.306 2.691 .074a 36.395 75 .485 39.007 77 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan, CSR a.

Dependent Variable: Kinerja Financial b. Coefficientsa -.190 .305 -.622 .536 3.016 1.338 .333 2.255 .027 .570 1.754 -.140 .131 -.158 -1.066 .290 .570 1.754 (Constant) CSR Kinerja Lingkungan Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Kinerja Financial a.

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang dihadapi oleh Partai Keadilan Sejahtera tersebut tentunya sesuatu yang alami karena dalam jamaah (PKS) adalah sekelompok manusia yang tidak terlepas dari

Penelitian ini berjudul Analisis Pengaruh Indikator Jingle Iklan Mizone terhadap Brand Awareness (Studi Iklan Mizone Versi Great DJ pada Mahasiswa Program Studi Manajemen

Dalam perkembangan sejarah keilmuan, ada anggapan bahwa ilmu yang paling “benar” adalah ilmu alam sehingga semua ilmu pengetahuan sepertinya diarahkan sama dengan ilmu pengetahuan

Kepesertaan BPJS Kesehatan adalah wajib bagi seluruh penduduk atau masyarakat Indonesia, meskipun demikian ditemukan banyak masyarakat yang tidak ikutserta dalam

Pembahasan mengenai unsur intrinsik karya sastra yang diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMP dan SMA dijadikan acuan oleh peneliti untuk menganalisis penokohan,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran imajinatif dapat meningkatkan keterampilan mengarang dalam bahasa indonesia siswa kelas V

Jadi, aljabar lintasan

Pada Gambar 4.39 merupakan rancangan tampilan dari menu Data Penanganan, pada halaman ini terdapat data penanganan dari keluhan, admin dapat mengedit data penanganan