• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN. pertimbangan telah diperhitungkan pemerintah dalam menetapka n nilai subsidi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN. pertimbangan telah diperhitungkan pemerintah dalam menetapka n nilai subsidi"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pikir

Proses penetapan besaran subsidi harga listrik melalui proses yang panjang antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI). Berbagai pertimbangan telah diperhitungkan pemerintah dalam menetapka n nilai subsidi listrik baik secara po litik maupun dampak kebijakan subsidi listrik tersebut, dampak positif maupun negatif. Kebijakan penetapan besaran subsidi akan berimplikasi pada besarnya harga jual tenaga listrik. Penetapan harga jual ini selanjutnya akan berpengaruh pada produksi dan konsumsi tenaga listrik. Ini dikarenaka n subsidi yang dikeluarkan pemerintah, selain untuk konsumen tenaga listrik juga disertai margin keuntungan yang diberikan kepada perusahaan penyedia tenaga listrik.

Secara lebih luas, penetapan harga jual tenaga listrik juga akan berdampak pada harga-harga barang di masyarakat karena listrik telah menjadi salah satu sumber energi utama dalam menggerakan roda perekonomian. Sehingga penetapa n harga jual tenaga listrik ini akan berdampak luas pada berbagai aspek perekonomian seperti tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, pengangguran, bahkan perdagangan antar negara.

Berputarnya roda perekonomian, selanjutnya akan meningkatkan kesempatan kerja yang disertai peningkatan pendapatan. Perubahan pendapatan ini, peruba han harga- harga, serta campur tangan pemerintah secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri aka n mempengaruhi tingkat kemiskinan.

(2)

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam disertasi ini adalah:

1. Subsidi harga diduga dapat memperbaiki kinerja perekonomian, diantaranya menekan inflasi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, dan menurunkan tingkat kemiskinan di desa maupun di kota.

2. Kenaikan harga barang input produksi listrik akan meningkatkan biaya produksi perusahaan penyedia tenaga listrik, yang dapat memperburuk kinerja perekonomian serta meningkatkan kemiskinan.

3. Efisiensi di perusahaan penyedia tenaga listrik dapat menurunkan biaya operasi dan daya jual tenaga listrik, serta dapat memperbaiki kinerja pereko nomian.

3.3. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis model ekonometrika. Analisis deskriptif akan digunakan untuk menggambarkan kondisi kelistrikan di Indonesia selama periode 1990-2010, seperti tingkat produksi dan konsumsi tenaga listrik, biaya operasional perusahaan penyedia tenaga listrik, tarif listrik, subsidi listrik, dan tingkat kemiskinan. Sedangkan model ekonometrika digunakan untuk mengidentifikasi faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi nilai subsidi listrik di Indo nesia dan bagaimana dampaknya terhadap tingkat kemiskinan. Selain itu model ekonometrika juga akan digunakan untuk menguji berbagai kejadian atau skenario yang dapat terjadi terkait sektor kelistrikan melalui simulasi-simulasi.

(3)

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Dampak Subsidi Harga Listrik terhadap Kemiskinan

ICP

Kebijakan Fiskal Pengeluaran Pemerintah Penerimaan Pemerintah Subsidi Harga Listrik Pertimbangan: - UU - Politik

- Nilai Tukar Rp/US$ - APBN

- Daya beli masyarakat

terhadap tenaga Penetapan Harga Jual Tenaga Listrik (TDL) Konsumsi Listrik Produksi Tenaga Listrik Dampak Positif: - Meningkatkan daya beli - Stabilisasi harga (inflasi) Dampak Negatif: - Inefisiensi - Kemampuan APBN menurun - Distorsi pasar - Ketidakadilan Inflasi Pertumbuhan Ekonomi Pengangguran Kesempatan

Kerja Upah Tenaga Kerja Kemiskinan Kebijakan Moneter Nilai Tukar Rp/US$

Kinerja Perekonomian

Neraca Pembayaran

(4)

3.3.1. Model Ekonometrika

Menurut Koutsoyiannis (1977), model ekonometrika adalah suatu model yang menggambarkan hubungan antara variabel endo gen (endogenous variables) dengan variabe l pe njelasnya (explanatory variables). Model ekonometrik dapat digunakan untuk: (i) alat analisis, seperti pengujian suatu teori ekonomi, (ii) penetapan kebijakan, berdasar nilai estimasi parameter, dan (iii) peramalan da mpak, yaitu de ngan melakuka n perlakuan tertent u pada suatu variabe l untuk mempredisi eko nomi mendatang.

Suatu model dianggap baik apabila memenuhi kriteria ekonomi (theoritically meaningfull), terutama tanda dan besaran (magnitude and sign) estimasi dari parameter yang dihasilkan. Dari sudut pandang statistik, model yang baik dapat dilihat dari tingkat derajat ketepatan (goodness of fit) dan memuaskan (statistically satisfactory). Sedangkan menurut kriteria ekonometrika model yang baik dapat dilihat apakah estimasi parameter unbiasedness, efficieny, consistency, dan sufficiency.

Model yang dibangun dalam penlitian ini adalah model untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya subsidi listrik di Indo nesia. Banyak faktor yang mempengaruhi subsidi listrik, dalam penelitian ini akan fokus dengan variabel-variabel ekonomi yang dominan yang mempengaruhi besar kecilnya subsidi listrik.

Bentuk umum model ekonometrika secara operasional dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut:

t j t j t t j t t t t Y X X Z Z Y u Y01 *+β23 45 6 + dimana Yt = variabel endogen pada periode t

(5)

Y*t

X

= variabel endogen penjelas pada periode t

t

X

= variabel eksogen pada periode t

t-j

Z

= variabel eksogen pada periode t-j

t

Z

= variabel kebijakan pada periode t

t-j

Y

= variabel kebijakan pada periode t-j

t-j

u

= variabel endogen pada periode t-j

t β = faktor pengganggu 0 β = konstanta 1,., β6

Nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

= parameter

Elastisitas jangka pendek:

j j j j Y X β ε = ˆ

Elastisitas jangka panjang:

) 1 ( β6 ε η − = j j

3.3.1.1. Persamaan Struktural dan Identitas

Model subsidi listrik di Indo nesia yang dibangun dalam penelitian ini terdiri da ri 56 persamaan, dimana 29 persamaan merupakan persamaan struktural dan 27 persamaan adalah persamaan identitas. Semua persamaan dikelompokkan ke dalam 8 blok, yaitu (1) Blok Produksi Tenaga Listrik, (2) Blok Konsumsi Tenaga Listrik, (3) Blok Subsidi, (4) Blok Harga Jual tenaga Listrik, (5) Blok Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah, (6) Blok Pereko nomian, (7) Blok Tenaga Kerja, dan (8) Blok Kemiskinan. Keterkaitan antarblok dapat dilihat pada Gambar 6, sedangkan ringkasan model subsidi listrik dapat dilihat pada Lampiran 2.

(6)

Gambar 6. Keterkaitan Antarblok Model Subsidi Harga Listrik di Indonesia Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa subsidi listrik dipengaruhi oleh ke mampuan pemerintah untuk memba yarnya da n juga besarnya tenaga listrik yang diproduksi. Subsidi listrik yang ditetapkan akan berdampak pada besarnya harga yang akan dikenakan kepada pelanggan. Harga jual ini akan mempengaruhi tingkat ko nsumsi tenaga listrik, dan juga kinerja eko nomi terutama tingkat inflasi. Perubahan harga ini secara langsung akan mempengaruhi proses produksi. Adanya perubahan tingkat produksi akan mempengaruhi tingkat kebutuhan tenaga kerja dan juga tingkat upah. Selanjutnya tingkat kesempatan kerja, upah, inflasi, dan juga campur tangan pemerintah akan mempengaruhi tingkat kemiskinan. Dari Gambar 6 tersebut juga dapat dilihat pentingnya peran serta pemerintah. Sebagaimana negara-negara berkembang yang lain, di Indonesia peranan pemerintah sangat penting baik dalam menggerakkan roda perekonomian maupun program pengentasan kemiskinan.

BLOK PRODUKSI TENAGA BLOK KONSUMSI BLOK HARGA JUAL TENAGA BLOK SUBSIDI HARGA LISTRIK BLOK PEREKONOMIAN BLOK TENAGA KERJA BLOK KEMISKINAN BLOK PENERIMAAN DAN PENGELUARAN

(7)

Adapun penjelasan secara lengkap untuk setiap persamaan akan diuraikan pada bagian di bawah ini.

1. Blok Produksi Tenaga Listrik a. Produksi Tenaga Listrik

Secara keseluruhan prod uksi tenaga listrik berasal dari tenaga listrik yang dibangkitkan sendiri dan pembangkit sewa ditambah tenaga listrik yang dibeli dari listrik swasta (Independent Power Produser). Prod uks i tenaga listrik yang diproduksi sendiri diproksi dengan banyaknya konsumsi bahan bakar minyak (QBBM), ba tubara (QBTB), da n gas alam (QGAS). Persamaan tenaga listrik yang diproduksi sendiri (PRODSDR) dapat dirumuskan sebagai berikut:

PRODSDRt = a0 + a1QBBMt + a2QBTBt + a3QGASt

a

+

4PRODSDRt-1 + u1t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: a

... (3.1)

1, a2, a3 > 0 dan 0 <

a7

Bahan bakar minyak (BBM), batubara, dan gas alam merupakan bahan bakar utama yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Konsumsi bahan bakar tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah atau kuantitas bahan bakar dan harganya. Jumlah konsumsi BBM dipengaruhi oleh harganya (PBBM) dan tenaga listrik yang diproduksi sendiri (PRODSDR). Jumlah konsumsi batubara dipengaruhi oleh harganya (PBTB), tenaga listrik yang diproduksi sendiri (PRODSDR), dan harga BBM. Sedangkan konsumsi gas alam dipengaruhi oleh harga nya (PGAS), tenaga listrik yang diproduksi sendiri (PRODSDR), jumlah konsumsi BBM, dan konsumsi batubara. Lonjakan harga minyak mentah dunia

(8)

tahun 2008 juga diduga mempengaruhi konsumsi bahan bakar-bahan bakar tersebut. Persamaan konsumsi BBM, batubara, dan gas alam dapat dirumuskan sebagai berikut: QBBMt = b0 + b1PBBMt + b2PRODSDRt + b3D08 b + 4QBBMt-1 + u2t QBTB ... (3.2) t = c0 + c1PBTBt + c2PRODSDRt + c3PBBMt c + 4D08 + c5QBTBt-1 + u3t QGAS ... (3.3) t = d0 + d1PGASt + d2PRODSDRt + d3QBBMt d + 4QBTBt + d5D08 + u4t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: b

... (3.4)

1, c1, d1, b3,d3, d4

< 0; b2, c2, d2, c3 > 0; dan 0 < b4, c5

Harga BBM sendiri dipengaruhi oleh harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Oil Price (ICP) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (KURS). Harga batubara dipengaruhi harga dunia batubara (PDBTB) dan nilai tukar rupiah terhadap do lar Amerika Serikat. Sedangkan harga gas alam dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan harga BBM. Melonjaknya harga minyak mentah dunia pada tahun 2008 juga diperkirakan mempengaruhi harga BBM dan batubara dalam negeri. Sedangkan kr isis ekonomi tahun 1998 mempengaruhi harga gas alam. Persamaan harga BBM, batubara, dan gas alam dapat dirumuskan sebagai berikut:

(9)

PBBMt = e0 + e1ICPt + e2KURSt + e3D08 + e4PBBMt-1 + u5t PBTB ... (3.5) t = f0 + f1PDBTBt + f2KURSt + f3PBBMt + f4PBTBt-1 + u6t PGAS ... (3.6) t = g0 + g1KURSt + g2PBBMt + g3D98 + g4PGASt-1 + u7t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: e

... (3.7)

1, f1, g1, e2, f2, g2,

f3 > 0; e3, g3 > 0; dan 0 < e4, f4, g4

Persamaan nilai konsumsi BBM, batubara, dan gas alam adalah persamaan identitas yang merupaka n perka lian jumlah ba han bakar de ngan harganya. Persamaan nilai konsumsi BBM (CBBM), batubara (CBTB), dan gas alam (CGAS) dapat dirumuskan sebagai berikut:

< 1. CBBMt = QBBMt * PBBMt CBTB ... (3.8) t = QBTBt * PBTBt CGAS ... (3.9) t = QGASt * PGASt

Sebagian produksi tenaga listrik adalah tenaga listrik yang dibeli dari perusahaan lain. Besarnya tenaga listrik yang dibeli dari pihak lain dipengaruhi oleh tenaga listrik yang diprod uks i sendiri, tenaga listrik yang terjual, dan besarnya listrik yang hilang atau susut (SUSUT). Melonjaknya harga minyak mentah dunia tahun 2008 dan kebijakan perluasan pelanggan bersubsidi juga

... (3.10)

(10)

diduga mempengaruhi besarnya tenaga listrik yang dibeli. Persamaan tenaga listrik yang dibeli dari pihak lain (TLBELI) dapat dirumuskan sebagai berikut :

TLBELIt = h0 + h1PRODSDRt + h2TLJUALt + h3SUSUTt

h

+

4D08 + h5D05+ h6TLBELIt-1 + u8t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: h

... (3.11)

1, h4, h5 < 0; h2, h3

> 0; dan 0 < h6

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa total prod uksi tenaga listrik adalah penjumlahan tenaga listrik yang diproduksi sendiri dengan tenaga listrik yang dibeli. Sehingga prod uksi tenaga listrik total (PRODTL) dapat dirumuskan sebagai berikut:

< 1.

PRODTLt = PRODSDRt + TLBELIt ...

(3.12)

b. Biaya Pokok Penyediaan Ene rgi Listrik

Biaya pokok penyediaan (BPP) adalah biaya penyediaan tenaga listrik mulai dari pembangkitan, penyaluran (transmisi) sampai dengan pendistribusiannya ke pelanggan. Dalam menghitung biaya pokok penyediaan tenaga listrik, PT PLN (persero) menggunakan komponen-komponen yang meliputi: biaya pembelian tenaga listrik termasuk sewa pembangkit, biaya bahan bakar (BBM, gas alam, panas bumi, batubara, minyak pelumas, dan biaya retribusi air permukaan), biaya pemeliharaan, biaya kepegawaian, biaya administrasi, penyusutan aktiva tetap operasional, dan biaya pinjaman yang digunakan untuk penyediaan energi listrik. Berdasarkan data PT PLN (persero),

(11)

lebih dari 50 pe rsen biaya operasional digunakan untuk biaya bahan bakar, diikuti biaya unt uk pembelian listrik dari pihak lain termasuk sewa pembangkit. Dalam penelitian ini biaya operasional perusahaan penyedia tenaga listrik yang akan digunakan untuk menghitung biaya pokok penyediaan (BPP) diproksi dengan besarnya energi listrik yang dibeli dari pihak lain (TLBELI), biaya bahan bakar, dan biaya lainnya (CLAIN). Biaya bahan bakar akan difokuskan pada konsumsi BBM (CBBM), batubara (CBTB), dan gas alam (CGAS). Hal ini dilakukan karena selain ketiga jenis bahan bakar tersebut seperti panas bumi nilainya relatif kecil, sedangkan untuk biaya retribusi air permukaan relatif konstan dan sangat tergantung faktor alam. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 juga diduga sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya operasional perusahaan penyedia tenaga listrik. Ini terjadi karena pada saat krisis harga-harga barang naik tajam da n nilai tukar rupiah terhadap berbagai mata uang asing mengalami koreksi yang cukup dalam, sementara pendapatan riil masyarakat mengalami penurunan. Lonjakan harga minyak dunia tahun 2008 juga dipercaya mempengaruhi biaya operasional perusahaan karena penggunaan BBM oleh perusahaan penyedia tenaga listrik yang masih cukup tinggi . Persamaan total biaya operasi produksi tenaga listrik (BOP) adalah:

BOPt = i0 + i1TLBELIt + i2CBBMt + i3CBTBt + i4CGASt

i

+

5CLAINt + i6D05 + i7BOPt-1 + u9t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: i

...… (3.13)

1, i2, i3, i4, i5> 0 dan

(12)

Biaya pokok penyediaan energi listrik per kWh dihitung berdasar nilai total biaya operasional dibagi dengan total kWh yang terjual. Persamaan biaya pokok penyediaan energi listrik per kWh adalah:

BPPt = BOPt / TLJUALt

2. Blok Kons umsi Tenaga Listrik

…...…………... (3.14)

PT PLN (Persero) membagi pelanggan menjadi enam kelompok yaitu rumah tangga, industri, bisnis, sosial, gedung kantor pemerintahan, dan penerangan jalan umum. Dalam penelitian ini kelompok pelanggan hanya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu rumah tangga, industri, dan lainnya. Pengelompokan ini didasarkan pada besarnya konsumsi listrik oleh setiap kelompok pelanggan, dimana rumah tangga dan industri merupakan pemakai energi listrik utama di Indo nesia.

Pelanggan rumah tangga mengkonsumsi energi listrik sebesar 40.83 persen dari total konsumsi listrik nasional, diikuti pelanggan ind ustri sebesar 34.58 persen, dan sisanya dikonsumsioleh pelanggan bisnis, lembaga- lembaga sos ial, dan kantor pelayanan publik seperti kantor-kantor pemerintah dan penerangan jalan umum. Konsumsi energi listrik untuk rumah tangga diproksi dengan harga jual energi listrik untuk pelanggan rumah tangga (HJTLRT), jumlah pelanggan rumah tangga (PELRT) da n produk domestik bruto (PDB) per kapita (PDBKPT). Konsumsi listrik oleh ka langan industri diprok si de ngan harga jual energi listrik untuk industri (HJTLIND), PDB sektor industri (PDBI), dan jumlah pelanggan industri (PELIND). Sedangkan konsumsi energi listrik untuk pelanggan lainnya diproksi dengan rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTLOTH), PDB selain sektor industri (PDBL), da n jumlah pelanggan lainnya (PELOTH).

(13)

Krisis eko nomi yang melanda Indo nesia dengan puncaknya terjadi pada tahun 1998 menyebabkan penurunan pendapatan riil masyarakat dan banyak perusahaan dan bisnis ba ngkrut. Hal tersebut tentunya aka n berpengaruh terhadap konsumsi energi listrik secara komulatif. Perluasan pe langga n yang mendapatka n subsidi pada tahun 2005 diperkirakanjuga mendorong peningkatan ko nsumsi listrik karena harga listrik menjadi lebih murah da ri yang seharusnya. Krisis keuangan global yang dimulai dari Amerika Serikat sejak pertengahan tahun 2008 (D09

CLISRT

) dan diikuti negara- negara lain sepe rti Jepa ng da n negara- negara ka wasan Eropa mempengaruhi industri dan bisnis dalam negeri terutama yang berorientasi ekspor. Penurunan ekspor ke negara-negara tersebut menyebabkan penurunan produksi dan barang-barang penunjang lainnya seperti kebutuhan energi listrik. Persamaan konsumsi energi listrik untuk pelanggan rumah tangga (CLISRT), industri (CLISIND), dan lainnya (CLISOTH) dapat dirumuskan sebagai berikut:

t = j0 + j1HJTLRTt + j2PELRTt + j3PDBKPTt

j

+

4D98 + j5CLISRTt-1 + u10t ...

(3.15)

CLISINDt = k0 + k1HJTLINDt + k2PDBIt + k3PELINDt

k + 4D98 + k5D09 + k6CLISINDt-1 + u11t CLISOTH ... (3.16) t = l0 + l1HJTLOTHt + l2PDBLt + l3PELOTHt l + 4D05 + l5D08 + u12t ...,,... (3.17)

(14)

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: j1, k1, l1 < 0; j2, k2,

l2, j3, k3, l3 > 0; dan 0 < j6, k6

Jumlah tenaga listrik yang terjual adalah persamaan identitas yang merupakan penjumlahan tenaga listrik yang dikonsumsi rumah tangga, industri, dan pelanggan lainnya. Persamaan jumlah tenaga listrik yang terjual (TLJUAL) dapat dirumuskan sebagai berikut:

< 1.

TLJUALt = CLISRTt + CLISINDt + CLISOTHt

Sementara jumlah tenaga listrik yang hilang atau susut (SUSUT) adalah persamaan identitas yang merupakan selisih dari produksi tenaga listrik dengan tenaga listrik yang terjual dan dipakai sendiri, dan dirumuskan sebagai berikut:

... (3.18)

SUSUTt = PRODTLt – (TLJUALt + CLISDRt

3. Blok Subsidi Listrik

) ... (3.19)

Selain pertimbangan politik, besarnya subsidi listrik juga sangat ditentukan besarnya kemampuan anggaran pemerintah. Anggaran pemerintah tersebut ditentukan penerimaan pemerintah baik dari pajak maupun sumber-sumber penerimaan lainnya. Subsidi harga listrik per kWh baik untuk pelanggan rumah tangga, industri, maupun pelanggan lainnya diproksi dengan jumlah penerimaan pemerintah (PENPEM). Lonjakan harga minyak mentah dunia pada tahun 2008 juga diperkirakan mempengaruhi besarnya subsidi listrik karena tidak adanya kebijakan menaikan tarif listrik. Persamaan subs idi harga listrik pe r kW h untuk pelanggan rumah tangga (SUBPRT), industri (SUBPIND), dan pelanggan lainnya (SUBPOTH) dirumuskan sebagai berikut:

(15)

SUBPRTt = m0 + m1PENPEMt + m2D08 + m3SUBPRTt-1 + u13t SUBPIND ... (3.20) t = n0 + n1PENPEMt + n2D08 + n3SUBPINDt-1 + u14t SUBPOTH ... (3.21) t = o0 + o1PENPEMt + o2D08 + o3SUBPOTHt-1 + u15t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: m

... (3.22)

1, n1, o1 > 0 dan 0

< m3, n3, o3

Nilai subsidi yang harus ditanggung pemerintah adalah persamaan identitas yang merupakan perkalian subsidi harga listrik per kWh dengan jumlah konsumsi tenaga listrik untuk setiap golongan pelanggan. Persamaan besarnya subsidi listrik untuk pelanggan rumah tangga (SUBRT0, industri (SUBIND0 dan pelanggan lainnya (SUBO TH) dapat dirumuskan sebagai berikut:

< 1.

SUBRTt = SUBPRTt * CLISRTt

SUBIN D / 1000 ... (3.23) t = SUBPINDt * CLISINDt SUBOTH / 1000 ... (3.24) t = SUBPOTHt * CLISOTHt SUBLSTR / 1000 ... (3.25)

t = SUBRTt + SUBINDt + SUBOTHt

4. Blok Harga Jual Tenaga Listrik

... (3.26)

Perusahaan penyedia tenaga listrik tidak dapat menaikka n harga sesuai keinginan sendiri atau sesuai mekanisme pasar karena listrik telah menguasai

(16)

hajat hidup orang banyak. Pemerintah ikut campur tangan dalam menentukan besarnya tarif listrik yang akan dikenakan kepada pelanggan. Dalam Undang-undang nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan dengan jelas disebutkan bahwa yang menetapkan tarif tenaga listrik adalah pemerintah dengan persetujuan DPR-RI.

Besarnya harga jual tenaga listrik untuk setiap golongan pelanggan ditetapkan berbeda-beda dengan mempertimbangkan aspek keadilan, daya beli masyarakat, biaya produksi, dan efisiensi pengusahaan. Dalam penelitian ini, harga jual energi listrik untuk rumah tangga merupakan persamaan identitas yang merupakan selisih antara harga pokok penyediaan tenaga listrik per kWh (termasuk margin) dengan subsidinya. Persamaan rata-rata harga jual energi listrik untuk rumah tangga (HJTLRT), industri (HJTLIND), dan lainnya (HJTLO TH) ada lah: HJTLRTt = (1 + mt) BPPt – SUBPRTt HJTLIND ... (3.27) t = (1 + mt) BPPt – SUBPINDt HJTLOTH ... (3.28) t = (1 + mt) BPPt – SUBPOTHt

Rata-rata harga jual tenaga listrik adalah persamaan identitas yang merupaka n rata-rata tertimbang dari tarif listrik setiap golongan pelanggan yang dirumuskan sebagai berikut:

... (3.29) t t t t t t t t t CLISOTH CLISIND CLISRT CLISOTH HJTLOTH CLISIND HJTLIND CLISRT HJTLRT + + × + × + × = t AVHJTL (3.30)

(17)

Penerimaan pemerintah berasal dari pajak dan non pajak. Besarnya penerimaan pemerintah dari pajak diproksi dengan PDB tahun sebelumnya dan inflasi. Persamaan penerimaan pemerintah dari pajak (PENPJK)dapat dirumuskan sebagai berikut:

PENPJKt = p0 + p1PDBt-1 + p2INFLASIt + p3

p

D98 +

4PENPJKt-1 + u16t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: p

... (3.31)

1, p2 > 0 dan 0 < p4

Total penerimaan pemerintah adalah persamaan identitas yang merupakan penjumlahan penerimaan dari pajak dan penerimaan dari sumber-sumbe r lain. Persamaan total penerimaan pemerintah (PENPEM) dirumuskan sebagai berikut: < 1.

PENPEMt = PENPJKt + PENNPJKt

Sementara dari sisi pengeluaran terbagi menjadi dua, yaitu pengeluaran untuk subsidi listrik dan belanja lainnya. Belanja lainnya dipengaruhi oleh jumlah penerimaan pemerintah dan IHK. Krisis keuangan global juga berpengaruh terhadap belanja selain subsidi. Persamaan belanja selain subsidi (BLJLAIN) dapat dirumuskan sebagai berikut:

... (3.32)

BLJLAINt = q0 + q1PENPEMt + q2IHKt + q3

q

D09 +

4BLJNSUBt-1 + u17t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: q

... (3.33)

1 > 0; q2 < 0; da n 0

(18)

Sedangkan nilai total pengeluaran pemerintah (GOVEXP) adalah persamaan ide ntitas yang merupaka n pe nj umlahan pe ngeluaran untuk subsidi listrik dan belanja lainnya, dan dirumuskan sebagai berikut:

GOVEXPt = SUBLSTRt + BLJLAINt

6. Blok Perekonomian

... (3.34)

Blok ini terdiri dari enam persamaan struktural, yaitu persamaan ko nsumsi rumah tangga selain utuk listrik, persamaan investasi, ekspor, impor, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan persamaan indeks harga konsumen. Selain itu juga ada enam persamaan identitas, yaitu konsumsi rumah tangga untuk listrik, total ko nsumsi rumah tangga, nilai PDB, PDB riil, laju pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi.

i. Konsumsi

Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi terbagi menjadi dua yaitu pengeluaran untuk konsumsi listrik dan pengeluaran untuk konsumsi lainnya. Pengeluaran untuk konsumsi listrik (CONLIS) adalah persamaan identitas yang merupakan perkalian antara harga jual tenaga listrik dengan konsumsi tenaga listriknya, dan dirumuskan sebagai berikut:

CONLISt = HJTLRTt*CLISRTt + HJTLINDt*CLISINDt

HJTLO TH

+

t*CLISOTHt

Total konsumsi selain listrik (CONLAIN) diproksi dengan PDRB per kapita dan tingkat inflasi dan dirumuskan sebagai berikut:

... (3.35)

(19)

r5CONLAINt-1 + u18t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: r

... (3.36)

1, r2 > 0 dan 0 < r5

Total ko nsumsi rumah tangga (CONRT) adalah persamaan identitas yang merupakan penjumlahan total pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi listrik dan total pengeluaran lainnya dan dirumuskan sebagai berikut:

< 1.

CONRTt = CONLISt + CONLAINt

ii. Investasi

... (3.37)

Nilai investasi diproksi dengan PDB dan tingkat suku bunga. Hajatan nasional berupa pemilu yang memilih anggota legislatif dan presiden langsung yang pertama kali tahun 2004 diduga mempengaruhi tingkat investasi di Indo nesia. Persamaan investasi (INV) dapat dirumuskan sebagai berikut:

INVt = s0 + s1PDBt + s2SKBGt + s3D04 + s4INVt-1 + u19t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: s

... (3.38)

1 > 0; s2 < 0; dan 0

< s4

iii. Ekspor dan Impor < 1.

Nilai ekspor Indonesia diproksi dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Sedangkan nilai impor dipengaruhi selain oleh kurs, juga oleh tingkat inflasi da n jumlah pe nduduk (POP). Krisis eko nomi yang melanda Indo nesia juga diduga mempengaruhi ekspor dan impor Indonesia. Persamaan ekspor (EKSPOR) dan impor (IMPOR) dapat dirumuskan sebagai berikut:

(20)

EKSPORt = t0 + t1KURSt + t2D98 + t3EKSPORt-1 + u20t

IMPOR

... (3.39)

t = u0 + u1INFLASIt + u2KURSt + u3POPt + u4

u

D98 +

5IMPORt-1 + u21t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: t

... (3.40)

1, u1, u3 > 0; u2 < 0;

dan 0 < t3, u5

iv. Produk Domestik Bruto < 1.

Produk domestik bruto (PDB), PDB riil, dan laju pertumbuhan eko nomi adalah persamaan identitas dan dirumuskan sebagai berikut:

PDBt = CONRTt + INVt + GOVEXPt + EKSt - IMPt

RPDB ... (3.41) t = PDBt * 100/IHKt GROWTH ... (3.42) t = (RPDBt – RPDBt-1)/RPDBt-1 PDBKPT * 100 ... (3.43) t = PDBt/POPt

v. Nilai Tukar dan Tingkat Inflasi

... (3.44)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diproksi dengan indeks harga konsumen (IHK) dan cadangan devisa yang dimiliki pemerintah (CADEV). Sedangkan IHK dipengaruhi oleh suku bunga tabungan rata-rata (SKBG) dan banyaknya uang yang beredar di tengah masyarakat (UANGBR), rata-rata harga jual tenaga listrik (AVHJTL), harga BBM (PBBM), dan nilai tukar (KURS).

(21)

Krisis eko nomi yang melanda Indo nesia pada tahun 1997-1999 juga sangat berpengaruh terhadap merosotnya nilai tukar rupiah da n meningkatnya inflasi. Persamaan nilai tukar (KURS), da n indeks harga konsumen (IHK) adalah:

KURSt = v0 + v1IHKt + v2CADEVt + v3D9799 + v4KURSt-1 + u22t

IHK ... (3.45) t = w0 + w1SKBGt + w2UANGBRt + w3AVHJTLt + w4PBBMt w + 5KURSt + w6D98 + w7D02 + w8 w D05 + 9IHKt-1 + u23t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: v

... (3.46)

1, w2,w3,w4,w5 >

0; v2, w1 < 0; dan 0 < v4, w9

Sedangkan persamaan tingkat inflasi (INFLASI) dirumuskan sebagai berikut:

< 1.

INFLASIt = ( IHKt – IHKt-1 ) / IHKt-1 *

Sementara suku bunga (SKBG) dipengaruhi oleh tingkat inflasi dan dirumuskan sebagai berikut:

100 % ...... (3.47)

SKBGt = x0 + x1INFLASIt + x2D9799 + x3SKBGt-1 + u24t

Tanda da n besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: x

... (3.48)

1 > 0 dan 0 < x3

7. Blok Tenaga Kerja

< 1.

Blok ini terdiri dari tiga persamaan struktural, yaitu jumlah penawaran tenaga kerja, jumlah permintaan tenaga kerja, dan upah riil, serta satu persamaan identitas yaitu jumlah pengangguran. Jumlah penawaran tenaga kerja diproksi

(22)

dengan upah riil tenaga kerja (RUPH), jumlah penduduk (POP), dan perubahan belanja lain per tahun. Pemilu tahun 2004 dan krisis keuangan global tahun 2009 juga diduga mempengaruhi jumlah penawaran tenaga kerja. Sedangkan permintaan tenaga kerja diproksi dengan tingkat upah riil dan PDB. Krisis ekonomi tahun 1997-1999 juga diduga mempengaruhi tingkat permintaan tenaga kerja. Sementara upah riil dipengaruhi oleh tingkat penawaran dan permintaan tenaga kerja. Persamaan penawaran tenaga kerja (STK), perintaan tenaga kerja (DTK), dan upah riil (RUPH) dirumuskan sebagai berikut:

STKt = y0 + y1RUPHt + y2POPt + y3DBLJLAINt + y4

y D04 + 5D09 + y6STKt-1 + u25t DTK ... (3.49) t = z0 + z1RUPHt + z2PDBt + z3D9799 + u26t UNEMPL ... (3.50) t = STKt – DTKt RUPH ... (3.51) t = aa0 + aa1STKt-1 + aa2DDTKt + aa3 aa D98 + 4RUPHt-1 + u27t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: y

... (3.52) 1, y2, y3, z2, aa2 > 0; z1, aa1 < 0; dan 0 < y6, aa4 8. Blok Kemiskinan < 1.

Kemiskinan menjadi permasalahan mendasar di dunia terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Oleh karena itu sangat penting mengetahui dampak suatu kebijakan terhadap kemiskinan. Dalam penelitian ini, jumlah

(23)

penduduk miskin dibedakan menjadi dua yaitu penduduk miskin daerah perkotaan dan penduduk miskin daerah pedesaan.

Jumlah penduduk miskin baik di daerah perkotaan diproksi dengan tingkat inflasi, upah riil, da n jumlah pengangguran. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 – 1999 diperkirakan telah menyebabkan banyak rakyat Indonesia terjatuh dalam lembah kemiskinan. Sedangkan jumlah pe nduduk miskin di

(24)

Gambar 7. M odel Subsidi Harga Listrik

Variabel endogen Variabel eksogen

PRODSDRt PRODTLt TLBELIt QBBMt QBTBt QGASt PBBMt PBTBt CBBMt PGASt CBTBt BPPt CLISOTHt CGASt SUSUTt BOPt IHKt CLISRTt MISKOTAt PMISKINt AVHJTLt CLISINDt HJTLRTt HJTLINDt HJTLOTHt TLJUALt SUBRTt SUBND t SUBOTHt SUBLSTRt SUBPRTt SUBPNDt SUBPOTHt PDBt KURSt MISDESAt TMISKINt BLOK PRODUKSI TEN AGA LISTRIK

BLOK KONSUMSI TEN AGA LISTRIK

BLOK HARGA JUAL TEN AGA LISTRIK

BLOK SUBSIDI LISTR IK BL OK PER EK O -N O M IA N BLOK KEMISKIN AN PRODSDRt-1 QBBMt-1 QBTBt-1 PBBMt-1 PGASt-1 TLBELIt-1 BOPt-1 ICPt CLISINDt-1 CLISRTt-1 KURSt-1 UANGBRt IMPORt-1 SKBGt IHKt-1 MISDESAt-1 CADEVt INFLASIt D08 D05 D98 D04 D09 STKt DTKt UNEMPLt RUPHt D9799 RUPHt-1 STKt-1 BLOK TK PENPJKt PENPEMt BLJLAINt GOVEXPt BLOK PEN & PENG PEM PENPJKt-1 BLJLAINt-1 SKBGt EKSPORt IMPORt INVt EKSPORt-1 INVt-1 POPt-1 PENNPJKt mt CLISDRt

(25)

pedesaan dipengaruhi oleh tingkat inflasi, total pengeluaran pemerintah, dan jumlah pengangguran. Persamaan jumlah penduduk miskin kota (MISKOTA) dan miskin desa (MISDESA) dirumuskan sebagai berikut:

MISKOTAt = ab0 + ab1INFLASIt + ab2RUPHt +ab3UNEMPLt

ab + 4D9799 + u28t MISDESA ... (3.53)

t = ac0 + ac1INFLASIt + ac2GOVEXPt + ac3UNEMPLt

ac

+

5D9799 + ac6MISDESAt-1 + u29t

Tanda dan besaran yang diharapkan dari estimasi parameter: ab

... (3.54)

1, ac1,ab3, ac3> 0;

s2ab, ac2 < 0; dan 0 < ac5

Total penduduk miskin (PMISKIN) merupakan penjumlahan pe nduduk miskin di daerah perkotaan dengan penduduk miskin daerah pedesaan yang dirumuskan sebagai berikut:

< 1.

PMISKINt = MISKOTAt + MISDESAt

Sedangkan tingkat kemiskinan menunjukkan persentase total pe nduduk miskin terhadap seluruh penduduk Indonesia yang dirumuskan sebagai berikut:

... (3.55)

TMISKINt = (MISKOTAt + MISDESAt)/POPt

3.3.1.2. Uji Identifikasi

* 100 ... (3.56)

Langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan proses penaksiran parameter adalah uji identifikasi pada tiap-tiap persamaan struktural. Uji identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui dapat atau tidaknya mendapatkan nilai

(26)

parameter pada persamaan struktural melalui penaksiran parameter persamaan reduced form. Disamping itu juga untuk mengetahui pendekatan apa yang terbaik untuk mengestimasi mode l tersebut.

Pada penelitian ini uji identifikasi dilakukan dengan pengujian kondisi ordo (order condition) dan kondisi tingkat identifikasi (rank condition ofidentification). Menurut Koutsoyiannis (1977), rumusan uj i identifika si tersebut adalah sebagai berikut:

(K – M) > (G – 1) dimana:

K = banyaknya variabel dalam model (variabel endogen dan predetermined)

G = banyaknya persamaan dalam model (jumlah variabel endogen) M = banyaknya variabel endo gen dan eksogen da lam suatu persamaan

yang diidentifikasi

Prinsip umum dalam mengidentifikasi suatu persamaan struktural da lam suatu persamaan simultan adalah sebagai berikut:

(a). Apabila K – M > G – 1, maka persamaan tersebut adalah teridentifikasi secara berlebih (over identified).

(b). Apabila K – M = G – 1, maka persamaan tersebut tepat teridentifikasi (exactly identified).

(c). Apabila K – M < G – 1, maka persamaan tersebut tidak teridentifikasi (unidentified).

(27)

Berdasarkan hasil uji identifikasi hanya persamaan yang teridentifikasi secara tepat (exactly identified) da n teridentifikasi secara berlebih (overidentified) yang dapat diestimasi.

Model subsidi listrik yang disusun terdiri dari 56 variabe l endo gen (G) yang terdiri dari 29 persamaan struktural dan 27 persamaan identitas. Jumlah variabel pre-determined adalah 41 variabel yang terdiri dari 16 variabel eksogen dan 25 variabe l lag endogenous. Sehingga jumlah variabel yang digunakan dalam model seluruhnya berjumlah 97 variabel (K). Persamaan yang mempunyai jumlah variabel terbanyak adalah persamaan dengan 10 variabel (M) dan persamaan tersebut adalah over identified. Berdasarkan kriteria order condition, maka model adalah over identified karena seluruh persamaan struktural yang ada dalam mode l adalah over identified.

Karena model adalah overidentified maka two-stage least squares (2SLS) merupakan prosedur estimasi yang sangat bermanfaat untuk memperoleh nilai parameter struktural (Pyndyck dan Rubinfeld, 1998). O leh karena itu, dalam penelitian ini digunakan metode estimasi parameter 2 SLS (two stage least squares).

3.3.1.3. Pengujian Parameter Model

Pengujian terhadap hasil estimasi parameter dilakukan untuk mengetahui apakah variabel- variabel penjelas yang digunakan dalam model berpengaruh secara nyata terhadap variabel endogennya atau tidak, baik secara individu maupun bersama-sama.

(28)

Uji terhadap hubungan antara variabel tak bebas dengan sekelompok variabel bebas dilakukan untuk mengetahui apakah model layak digunakan atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0: β1 = β2=…= βk

artinya tidak ada pengaruh peubah bebas terhadap Y =0 ; i = 1, 2, …, k

HA: tidak semua βk

artinya ada minimal satu peubah bebas yang mempengaruhi Y = 0

Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah uji F di mana:

• Jika Fstat < Ftabel (1–α, k-1, n-k) maka HA ditolak, artinya secara

bersama-sama (simultan) variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas.

• Jika Fstat>Ftabel (1–α, k-1,n-k) maka HA tidak dapat ditolak, artinya secara

bersama-sama variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tak bebas.

2. Uji Individual Parameter

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel tertentu dengan variabel tak bebas. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : βi

HA : β

= 0 ; i = 1, 2, …, k i≠ 0

Pengambilan keputusannya yaitu:

• Jika |tstat| > ttabel (1-α/2;n-k-1) maka H0 ditolak yang berarti bahwa pengaruh

(29)

• Jika |tstat| < ttabel (1-α/2;n-k-1) maka H0 tidak dapat ditolak berarti bahwa

pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel bebas secara statistik tidak signifikan.

3.3.1.4. Uji D urbin-h

Beberapa persamaan struktural dalam model yang disusun terdapat variabel lag (beda waktu) maka uji Durbin-Watson tidak dapat digunakan untuk mendeteksi adanya korelasi serial atau tidak (Gujarati, 2003). Durbin mengembangkan suatu uji untuk mendeteksi model yang mengandung variabel lag tersebut de ngan h-statistics yang dirumuska n seba gai berikut :

)) ˆ (var( 1 ˆ t n n h

β

ρ

− =

dimana n adalah jumlah sampel, var (βˆ ) adalah varians dari variabel beda waktu t dan ρˆ adalah estimasi first-order correlation yang dirumuskan dengan:

− = 2 1 ˆ ˆ ˆ ˆ t t t

µ

µ

µ

ρ

dimana adalah µˆ selisih antara nilai taksiran dengan nilai sebenarnya. Jika jumlah t sampel besar maka h statistik mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varians 1, h ~ N(0, 1).

3.3.1.5. Metode Estimasi Model

Metode Two Stage Least Square/2SLS (Metode Kuadrat Terkecil Dua Tahap) aka n digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter dalam model yang disusun dalam penelitian ini. Secara statistik, metode 2SLS ini menghasilkan penaksir yang konsisten apabila persamaan teridentifikasi secara berlebih (overidentified). Metode ini dikembangkan oleh Henri Theil (1953) dan Robert

(30)

Basman (1957). Metode ini meliputi dua penerapan metode OLS (Ordinary Least Square) secara berturut-turut, yaitu:

Tahap 1

Masing- masing variabel Yj (variabel endogen yang bertindak sebagai variabel bebas) diregresikan dengan X(semua variabel yang ada dalam seluruh sistem persamaan), tidak hanya yang ada dalam persamaannya sendiri.

Misal mode l fungsi pendapatan (3.57) dan fungsi “money supply” (3.58) dalam Gujarati (2003): t t t t t Y X X Y1 =β10 +β11 2 +γ11 1 +γ12 2 +ε1 ... (3.57) t t t Y Y2 =β20 +β21 1 +ε2 ... (3.58) dimana Y1t = pendapatan = t Y2 stock uang = 1 X pengeluaran investasi = 2

X belanja pemerintah untuk barang dan jasa

Dari persamaan (3.21) da n (3.22), maka didapat persamaan :

t t t t X X e Y =Π +Π +Π2 2 + ^ 1 1 ^ 0 ^ 1 ^ ... (3.59) dimana etadalah kesalahan penganggu ,dari persamaan (3.59) kita peroleh persamaan regresi sebagai berikut:

t t t X X Y 2 2 ^ 1 1 ^ 0 ^ 1 ^ Π + Π + Π = ... (3.60)

(31)

t Y1

^

merupakan perkiraan Y1t. Persamaan (3.60) merupaka n bentuk sede rhana

(reduced form), sebab yang ada disebelah kanan tanda persamaan hanya predetermined variables atau variabel eksogen saja.

Selanjutnya persamaan (3.59) dapat ditulis sebagai berikut:

t t t Y e Y = 1 + ^ 1 ... (3.61)

Persamaan (3.61) menunjukk an ba hwa Y1t terdiri atas Y1t ^

yang merupakan kombinasi linear dari X1 dan X2 serta kesalahan penganggu et. Berdasarkan

teori O LS antara Y1t ^

dan et tidak berkorelasi. Tahap 2

Substitusikan persamaan (3.61) pada persamaan (3.58), sehingga sekarang dapat ditulis sebagai berikut:

t Y2 Y1t et 2t ^ 21 20 β ε β +      + + =

(

t t

)

t e Y1 2 21 ^ 21 20 β ε β β + + + = * 1 ^ 21 20 β Y t εt β + + = ... (3.62) dimana * t ε =ε +2t β21et

Bentuk persamaan (3.58) da n (3.62) adalah sama, perbedaannya hanya terletak

pada Y1tuntuk persamaan (3.58) da n Y1t ^

untuk persamaan (3.62). Pada persamaan (3.58) Y1t berkorelasi dengan ε2t sehingga menyebabkan penggunaan O LS tidak

tepat. Namun pada persamaan (3.62) Y1t ^

tidak berkorelasi dengan * t

ε secara

(32)

Dengan persamaan (3.62) metode OLS dapat digunakan dan akan menghasilkan suatu perkiraan parameter untuk fungsi money-supply yang ko nsisten.

3.3.1.6. Validasi Model

Sebelum melakukan simulasi alternatif kebijakan, maka validitas mode l harus diuji dahulu. Ketepatannya dalam menjelaskan keadaan sebenarnya menjadi kriteria uji validitas model yang digunakan. Suatu model dikatakan baik apabila mengikuti perkembangan dari nilai- nilai aktual variabel endogennya. Apabila model yang valid telah ditemukan, maka persamaan model tersebut dapat digunakan untuk melakukan simulasi maupun peramalan nilai-nilai variabel endo gen de ngan nilai variabe l eksogen tertentu. Uji validitas mode l yang sering digunakan adalah kesalahan rataan kuadrat terkecil (Root Mean Square Percent Error, RMSPE) dan koefisien ketidaksamaan Theil (Theil Inequality Coefficient, U) (Pindyck dan Rubinfeld, 1998).

Root Mean Square Error, RMSE, adalah rata-rata kuadrat dari selisih nilai estimasi dengan nilai sebenarnya dari suatu variabel endogen. Semakin kecil nilai RMSE maka estimasi variabel endogennya semakin valid. N ilai statistik RMSE dirumuskan sebagai berikut:

(

)

= − = T t a t s t Y Y T RMSE 1 2 1

dimana T adalah jumlah periode pengamatan, s t

Y dan a

t

Y masing- masing nilai estimasi dan nilai pengamatan variabe l endo gen.

RMSPE merupaka n rata-rata kuadrat dari propo rsi perbedaan nilai estimasi dengan nilai aktual suatu valiabel endogen. Sebagaimana RMSE, semakin kecil

(33)

nilai RMSPE semakin valid estimasi variabel endo gennya. Nilai statistik RMSPE dirumuskan dengan: 100 1 1 2 ×       − =

T= t a t a t s t Y Y Y T RMSPE

Sedangkan U adalah rasio antara RMSE dengan rata-rata kuadrat nilai pengamatan variabe l endo gen. N ilai U berkisar antara nol da n satu. Jika U=0, maka model secara historis adalah sempurna. Jika U=1, maka model adalah naif. Nilai statistik U didefinisikan dengan formula:

(

)

( )

= = ∆ ∆ − ∆ = T t a t T t a t s t Y T Y Y T U 1 2 1 2 1 1 Dimana s t Y

∆ adalah perubahan nilai estimasi variabel endogen dan a t Y

∆ adalah perubahan nilai pengamatan variabel endogen.

Nilai U didekomposisikan menjadi tiga komponen yaitu bias (UM), keragaman atau variance (US), da n covariance (UC). UM mengukur sejauh mana nilai rata-rata estimasi menyimpang dari nilai sebenarnya. Model dikatakan valid jika UM < 0.20. Pidyck da n Rubinfeld (1998) menyatakan bahwa jika UM lebih besar dari 0.20 mengindikasikan adanya bias sistematik dan model tersebut memerluka n revisi atau respesifikasi mode l. US menguk ur sejauh mana nilai keragaman estimasi menyimpang dari nilai keragaman pengamatan. UM dan US mengindikasikan kesalahan sistematis yang harus dihindari. Semakin kecil nilai US, semakin valid estimasi variabel endogennya. Komponen terakhir UC yang menggambarkan penyimpangan kovarian estimasi terhadap kovarian observasi. Berbeda dengan UM dan US, semakin besar nilai UC, maka estimasi variabel

(34)

endo gennya semakin valid. Jumlah dari UM, US dan UC sama dengan satu. Nilai statistik UM, US dan UC adalah:

(

)

= ∆ −∆ − = T t a t s t a s Y Y T Y Y UM 1 2 2 1 ) (

(

)

= ∆ −∆ − = T t a t s t a s Y Y T US 1 2 2 1 ) (σ σ

(

)

= ∆ −∆ − = T t a t s t a s Y Y T UC 1 2 1 ) 1 ( 2 ρ σ σ dimana s Y , a Y , σs, σa 3.3.1.7. Skenario Simulasi

, dan ρ berturut-tur ut adalah rata-rata nilai estimasi variabel endo gen, rata-rata nilai pengamatan variabel endogen, simpanga n baku nilai estimasi variabel, simpangan baku nilai pengamatan variabel endogen, dan koefisien korelasi antara nilai estimasi dengan nilai pengamatan variabel endogen.

Skenario simulasi peramalan yang dilakukan dalam penelitian iniditentukan sesuai dengan kecenderungan data dan rencana kebijakan pemerintah. Skenario simulasi yang dilakukan ada lah:

1. Simulasi 1a: menaikka n subsidi harga listrik sebesar 10 persen. Jumlah subsidi listrik setiap tahun meningkat. Sejak tahun 2005 nilainya melonjak dan selalu melebihi nilai anggaran yang telah disiapka n. Untuk itu perlu dievaluasi bagaimana sebenarnya dampak penambahan subsidi ini.

2. Simulasi 1b: menurunkan subsidi harga listrik sebear 10 persen. Konsekuensi dari kebijakan ini adalah harga jual tenaga listrik mengalami kenaikan. Cara ini dianggap paling efektif untuk mengurangi jumlah subsidi yang terus membebani APBN. Berbagai penelitian yang dilakukan, seperti Lembaga

(35)

Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, IPB (2005) dan Purwoko (2003) mengisyaratkan untuk melakukan penyesuaian tarif secara bertahap pada pelanggan kaya. Seberapa besar pengaruh kenaikan tarif listrik terhadap pengurangan subsidi menjadi salah satu pertimba ngan yang dapa t diambil pemerintah di tengah-tengah beba n angga ran yang semakin besar.

3. Simulasi 1c: mengurangi subsidi harga listrik sebesar 10 persen dan dialihkan ke belanja lain. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif kebijakan pemberian subsidi listrik terhadap kinerja perekonomian dan pengurangan tingkat kemiskinan dibandingkan jika uang untuk subsidi tersebut dialihkan ke belanja lainnya.

4. Simulasi 1d: menaikkan harga jual tenaga listrik sebesar 10 persen. Sebagaimana telah dijelaskan pada Simulasi 1b, bahwa beberapa penelitian menyaranka n unt uk dilakukan pe nyesuaian tarif untuk pe langgan yang dianggap mampu. Untuk itu perlu diketahui berapa besar dampak kenaikan tarif listrik tersebut, baik terhadap kinerja pereko nomian, penga ngguran, maupun ke miskinan.

5. Simulasi 2a: kenaikan harga minyak mentah Indo nesia (ICP) sebesar 10 persen. Beberapa tahun belakangan ini harga minyak mentah mengalami kenaikan yang sangat tajam, padahal ketergantungan perusahaan-perusahaan penyedia tenaga listrik terhadap BBM masih cukup tinggi. Misalnya pada tahun 2010, konsumsi BBM masih sebesar 16 persen (PT PLN Persero, 2010). Hal ini tentu sangat membebani perusahaan-perusahaan penyedia tenaga listrik, sementara mereka tidak bisa menaikkan harga jual tenaga listrik karena terbentur perundang- undangan dan juga masih rendahnya daya

(36)

beli masyarakat. Sebagai imbasnya pemerintah harus membayar ke perusahaan-perusahaan tersebut berupa pemberian subsidi agar tidak merugi dan dapat berproduksi sebagaimana mestinya.

6. Simulasi 2b: kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar 10 persen dan harga jual tenaga listrik tidak berubah. Simulasi ini dilakukan untuk mengetahui berapa nilai subsidi yang harus ditanggung pemerintah apabila terjadi kenaikan harga minyak, sementara pemerintah tidak mengambil kebijakan menaikan tarif listrik.

7. Simulasi 2c: kenaikan harga minyak mentah Indo nesia (ICP) sebesar 10 persen dan subsidi harga listrik tetap. Simulasi ini dilakukan untuk mengetahui berapa nilai tarif harus dinaikan apabila terjadi kenaikan harga minyak, sementara pemerintah tidak mengambil kebijakan menaikan subsidi harga listrik.

8. Simulasi 2d: menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebesar 10 persen. N ilai tukar memegang peranan yang penting karena ketergantungan perusahaan penyedia tenaga listrik terhadap BBM yang masih cukup tinggi, sementara Indonesia sekarang telah menjadi negara pengimpor minyak. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir dollar Amerika Serikat cenderung mengalami depresiasi terhadap berbagai mata uang negara lain, termasuk terhadap rupiah, namun kondisi seperti ini dapat berubah cepat tergantung kondisi perekonomian dunia, khususnya di Amerika Serikat. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap ongkos yang harus dikeluarkan untuk mengimpor BBM atau barang lainnya. Untuk itu perlu diketahui dampak

(37)

pelemahan ini terhadap beban biaya perusahaan penyedia energi listrik yang berimbas pada besarnya subsidi listrik yang harus ditanggung pemerintah. 9. Simulasi 3a: mengurangi tenaga listrik yang hilang atau susut (losses).

Kebijakan ini bersifat mengevaluasi efisiensi perusahaan penyedia tenaga listrik dalam mendistribusikan tenaga listrik. Semakin kecil tenaga listrik yang hilang, maka pendapatan perusahaan akan bertambah yang juga berarti mengurangi subsidi yang harus dibayarkan. Untuk itu perlu disimulasikan seberapa besar dampak pengurangan tenaga listrik yang hilang terhadap subs idi yang harus diba yarka n pe merintah. PLN menargetka n susut listrik sebesar 8.55 persen pada tahun 2014.

10. Simulasi 3b: menurunkan margin usaha PT PLN (Persero) sebesar 1 persen. Simulasi ini dilakukan berkaitan wacana DPR-RI menurunkan margin usaha PLN dari 8 persen menjadi 7 persen. Sehingga perlu disimulasikan bagaimana dampaknya jika wacana tersebut dilaksanakan.

11. Simulasi 3c: ko mbinasi Simulasi 3a dan Simulasi 3b, yaitu susut tenaga listrik dapat ditekan sebesar 10 persen dan margin usaha PLN dikurangi 1 persen. Kombinasi simulasi ini merupaka n salah satu langkah efisiensi PLN untuk mengurangi biaya pokok penyediaan tenaga listrik yang cenderung terus naik setiap tahun.

3.3.2. Jenis dan Sumbe r Data yang Digunakan

Dalam penelitian disertasi ini menggunakan data sekunder yang berasal dari berbagai sumber seperti PT PLN, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan BPS. PT PLN (Persero) yaitu data tentang produksi listrik, konsumsi listrik menurut golongan pelanggan, jumlah pelanggan

(38)

menurut golongan pe langgan, da n biaya ope rasional PLN. Kementerian ESDM mengenai data energi secara umum dan data-data kelistrikan. Kementerian Keuangan mengenai aloka si anggaran untuk subs idi terutama subs idi listrik. Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu data kemiskinan, PDB, inflasi dan lain- lain. Bank Indonesia (BI), yaitu tentang nilai tukar, uang beredar, dan suku bunga.

Gambar

Gambar 5.   Kerangka Pemikiran Dampak Subsidi  Harga  Listrik terhadap  Kemiskinan
Gambar 6. Keterkaitan Antarblok Model Subsidi Harga Listrik di Indonesia  Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa subsidi listrik dipengaruhi oleh  ke mampuan pemerintah untuk memba yarnya da n juga besarnya tenaga listrik  yang diproduksi
Gambar 7. M odel Subsidi Harga Listrik

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pada itu ketika Ki Go-thian harus menghindarkan diri lagi dari suatu serangan si orang aneh yang dipandangnya paling tangguh diantaranya tiga lawan itu, diluar dugaan

Dari hasil analisis diketahui bahwa pola arus di perairan Kartini sangat dipengaruhi oleh arus nir pasutnya (63 %) jika dibandingkan dengan pengaruh dari kondisi arus

Oleh karena itu, Artha Wiweka hadir untuk menjadi solusi dalam penyaluran edukasi mengenai literasi keuangan dan pengelolaan keuangan yang baik di masyarakat

dan keselamatan Pelayanan diberikan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan Evaluasi pelayanan Evaluasi penyelenggaraan palayanan secara keseluruhan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dari penilaian kinerja terhadap komitmen organisasi, terdapat pengaruh positif dari pemberdayaan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, dengan ketua GAMAIS ITB yang biasa di panggil kang Reka bahwasanya mahasiswa muslim ITB yang mengikuti

Tujuan dari pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksplanasi ini yaitu untuk mengetahui, menguji, menjelaskan dan menerangkan hubungan dan pengaruh antara

BOGOR TIMUR, KOTAMAUYA BOGOR, PROPLNSI.