• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTHA WIWEKA : JEMBATAN MENUJU GENERASI MELEK FINANSIAL. Diajukan untuk mengikuti lomba Sabha Gotra Essay Competition

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTHA WIWEKA : JEMBATAN MENUJU GENERASI MELEK FINANSIAL. Diajukan untuk mengikuti lomba Sabha Gotra Essay Competition"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARTHA WIWEKA : JEMBATAN MENUJU GENERASI MELEK FINANSIAL

Diajukan untuk mengikuti lomba Sabha Gotra Essay Competition

Diusulkan Oleh : Ni Komang Tri Anjani

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

(2)

1 ARTHA WIWEKA : JEMBATAN MENUJU GENERASI MELEK

FINANSIAL Ni Komang Tri Anjani

Terjadinya proses perubahan di masyarakat saat ini, kerap menyebabkan manusia akan berhadapan dengan sebuah penyakit baru. Penyakit baru yang dimaksud adalah merosotnya nilai-nilai keagamaan. Apakah nilai keagaamaan dapat dipertahankan ditengah perkembangan IPTEK dan globalisasi yang begitu pesat? Pertanyaan tersebut memiliki jawaban tersendiri bagi setiap orang, mengingat setiap insan menganut kepercayaan yang berbeda-beda. Namun harus diakui bahwa nilai-nilai keagaamaan menjadi sangat penting untuk dipertahankan saat ini. Sebab, ajaran agama dapat menjadi acuan dan kompas ketika manusia kehilangan arah dalam melakukan segala aktivitasnya. Inilah yang menyebabkan masyarakat sering menggunakan ajaran agama sebagai pedoman dalam aktivitas tertentu. Salah satunya adalah agama hindu.

Umat hindu biasanya mengimplementasikan ajaran agamanya dalam kegiatan tertentu, seperti dalam menentukan arah kinerja di lembaga pedesaan ataupun sebagai pedoman dalam mengatur organisasi. Pengimplementasian ajaran agama melalui aktivitas tersebut, dapat menjadi cara terampuh agar ajaran agama yang sudah kita pelajari tetap melekat dalam diri kita. Namun, mayoritas masyarakat menggunakan ajaran agama sebagai panduan dalam aktivitas yang sifatnya formal saja. Padahal, ajaran agama dapat dilakukan pada aktivitas kecil sehari-hari, salah contohnya dalam mengatur dan mengelola keuangan pribadi.

Pengelolaan keuangan, menjadi hal utama dan pertama yang sejatinya harus dipelajari dan diimplementasikan dengan baik. Apalagi jika masyarakat berada dalam situasi keuangan dan perekonomian yang buruk, misalnya pandemi Covid-19. Regulasi yang diberikan oleh pemerintah dalam memutus rantai penyebaran Covid-19, memberikan dampak yang signifikan terhadap sektor ekonomi. Konsumen yang tertahan dirumah, pendapatan masyarakat menurun, ataupun masyarakat yang diberhentikan dari pekerjaannya akibat

(3)

2 ketidakmampuan perusahaan dalam memberikan gaji. Tentunya, hal ini mempengaruhi siklus keuangan keuangan di masyarakat.

Namun, pengaruh tersebut ternyata memberikan dampak pada semakin banyaknya masyarakat yang mulai belajar untuk melek akan kesehatan keuangan mereka. Tidak hanya saat pandemi, namun sebelum adanya pandemi masyarakat sudah banyak yang melek terhadap kondisi keuangannya. Berdasarkan data hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK pada 2019, terjadi peningkatan Indeks Literasi Keuangan Indonesia hingga 38%, dan Indeks Inklusi Keuangan hingga 76,19%. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa masyarakat sudah mulai belajar untuk melek akan kondisi finansial dan situasi ekonomi sekitar mereka. Namun, meski mengalami peningkatan, literasi dan inklusi keuangan dinilai masih timpang di beberapa daerah. Dilansir dari Bisnis.com, beberapa kota seperti DKI Jakarta dan Kalimantan Timur memiliki tingkat inklusi keuangan di atas 90%, melebihi Thailand dan Malaysia. Sebaliknya, di beberapa daerah seperti NTT justru berada dibawah rata-rata yakni hanya 60%. Ketimpangan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya masih kurang meratanya penyaluran informasi mengenai literasi keuangan.

Ketimpangan ini merupakan salah satu pekerjaan rumah bagi pemerintah, lembaga jasa keuangan maupun lembaga lainnya dalam penyaluran edukasi mengenai literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Banyak hal yang sudah lembaga tersebut lakukan, mengadakan pelatihan, seminar maupun secara khusus seperti Sekolah Pasar Modal (SPM). Namun, tetap saja kemauan masyarakat yang masih kurang sehingga berimbas pada pelaksanaan edukasi yang kurang optimal. Oleh karena itu, Artha Wiweka hadir untuk menjadi solusi dalam penyaluran edukasi mengenai literasi keuangan dan pengelolaan keuangan yang baik di masyarakat melalui sesuatu yang melekat pada masyarakat yaitu agama untuk mewujudkan generasi muda yang melek akan finansial.

Artha Wiweka: Pengelolaan Keuangan Berbasis Catur Purusa Artha

Artha Wiweka, merupakan sebuah program realistis dalam bentuk pasraman tentang pengelolaan keuangan dengan implementasi nilai keagaamaan, yang ditujukan pada siswa Sekolah Menengah Atas. Artha Wiweka mewajibkan siswa untuk mengatur siklus keuangan yang mereka miliki dalam sebuah buku

(4)

3 manajemen keuangan yang dalam hal ini disebut Lontar Artha Wiweka dengan implementasi ajaran Catur Purusha Artha dalam agama hindu. Program ini dapat dilakukan secara daring maupun luring sehingga sangat mudah untuk diterapkan sesuai kondisi saat ini. Pelaksanaan program ini hampir sama dengan pasraman yang diperuntukkan siswa yang berumat hindu pada umumnya, namun memiliki perbedaan dari segi jenis kegiatan yang dilakukan. Setiap sekolah akan menjalankan program ini jika memiliki jumlah siswa berumat hindu dengan minimal 60% dari seluruh siswa di SMA tersebut. Sedangkan siswa berumat selain hindu akan mendapatkan hal yang sama namun dengan ajaran yang berbeda sesuai agama yang dianutnya.

Program ini berada di bawah naungan Artha Guru (AG) yang dibentuk dari kepanitiaan guru yang memiliki keahlian di bidang tersebut yakni agama dan keuangan. Artha Guru ini merupakan lembaga yang memfasilitasi segala yang dibutuhkan oleh siswa dan menjadi tempat siswa untuk berkonsultasi. Program ini akan berjalan selama 3 tahun dan akan terus diawasi oleh AG. Pengawasan ini, dilakukan setiap akhir semester dalam rangkaian Artha Wiweka yang disebut dengan Kilat. Kegiatan Kilat ini berupa seminar dan pelatihan. Adapun seminar dan pelatihan ini akan bertajuk mengenai ajaran keagaaman dan pengelolaan keuangan. Selain itu, dalam Kilat, Lontar Artha Wiweka juga akan dikumpulkan dan di cek selama 3 hari lalu dikembalikan kepada masing-masing siswa. Teknis pengawasan akan dilakukan secara pasif setiap hari dan aktif pada acara Kilat.

Proses pelaksanaan Artha Wiweka akan dimulai dengan sosialisasi program. Pada awal tahun pelajaran, pihak AG akan melakukan sosialisasi mengenai program ini. Pada sosialisasi, siswa akan diberikan pemahaman mengenai program dan Lontar Artha Wiweka. Setiap siswa yang berumat hindu wajib untuk mengikuti dan melewati program Artha Wiweka ini, sebagai persyaratan untuk mendapatkan tiket agar bisa lulus dan mengikuti acara kelulusan dari SMA tersebut.

Implementasi Catur Purusa Artha dalam Artha Wiweka

Dalam buku manajemen keuangan, terdapat 4 ajaran Catur Purusa Artha yang harus diimplementasikan dalam pengelolaan keuangan. Catur Purusa Artha terdiri dari 3 kata yaitu Catur yang berarti empat, Purusa yang berarti hidup dan

(5)

4 Artha yang berarti tujuan. Secara singkat, Catur Purusa Artha berarti tujuan hidup manusia (Saputra, dkk, 2018). Dalam program ini, 4 bagian dari Catur Purusa Artha akan menjadi indikator yang harus dicapai dalam pengelolaan keuangan. Secara umum 4 indikator tersebut akan tercapai bila siswa mampu melewati beberapa kriteria tertentu dalam indikator tersebut. Kriteria tersebut dapat berupa keikutsertaan dalam seminar, pelatihan, kegiatan dana punia dan lain sebagainya.

Indikator yang pertama adalah Dharma. Dharma merupakan kebenaran absolut yang mengarahkan manusia untuk berbudi luhur sesuai dengan ajaran agama. Dalam aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu harus dilakukan berlandaskan Dharma. Termasuk dalam mengelola keuangan. Maharsi Vararuci dalam Sarasamuccaya (261-276) secara panjang lebar menjelaskan cara-cara memperoleh harta benda yang tidak boleh bertentangan dengan Dharma (kebenaran dan kebajikan). Hal ini juga diterapkan dalam program ini. Dalam program ini, siswa yang mengikuti program ini wajib untuk mengelola keuangannya dengan baik, tidak mencuri, curang ataupun melakukan hal yang tidak baik. Dalam buku manajemen keuangan, siswa akan disuguhkan dengan beberapa rubrik keuangan dan penilaian, seperti darimana sumber uang tersebut, cara mendapatkannya baik dari orang tua, hasil bekerja, atau berbisnis. Penilaian akan dilakukan dengan seksama oleh pihak AG dan sewaktu-waktu akan bekerjasama dengan pihak orang tua dalam melakukan pengawasan pada indikator ini.

Indikator kedua yakni, Artha. Artha dalam agama hindu berarti kekayaan dalam bentuk materi atau benda-benda duniawi yang merupakan penunjang hidup manusia. Dalam hal ini siswa diajarkan untuk mengendalikan hawa nafsu (keserakahan) dalam mengelola uang yang sudah mereka punya. Mereka dituntun menggunakan uang yang mereka punya untuk Dharma. Adapun beberapa kegiatan dalam indikator ini yang harus dicapai yakni berhasil dalam mengelola keuangan sehari-hari tanpa berhutang, tanpa mencuri dan belajar menyisishkan uang untuk beramal atau dana punia. Dalam tahap ini, siswa sangat diharapkan untuk bisa mengendalikan nafsu mereka dari sikap boros dan menyisihkan uang mereka untuk kegiatan amal baik kepada fakir miskin, anak cacat, anak yatim

(6)

5 piatu maupun lainnya. Dana punia ini dilakukan secara tulus iklas, sesuai kondisi keuangan siswa saat itu.

Indikator ketiga yakni Kama. Kama merupakan keinginan untuk memperoleh kenikmatan (wiyasa). Dalam tahap ini siswa diajak untuk berfikir cerdas mengenai keuangan mereka dalam jangka panjang. Mereka akan diajarkan bagaimana caranya untuk memgembangkan harta mereka yang nantinya akan dinikmati di masa depan. Tahap ini adalah tahap yang paling kompleks, dimana terdapat berbagai instrumen yang digunakan seperti uang digital, instrument keuangan di pasar modal maupun tabungan. Siswa akan lulus, jika berhasil melewati tiga sub indikator Kama yakni Tabungan, Pasar Modal dan Bisnis. Tiga indikator ini masing-masing memiliki nilai 100. Nilai akan dihitung berdasarkan frekuensi kegiatan setiap indikator, bukan hanya nominal uang yang mereka investasikan. Dari sub indikator tersebut, siswa dapat memilih satu namun akan menjadi nilai lebih jika siswa memilih lebih atau menyelesaikan semua sub-indikator tersebut.

Dalam pelaksanaan Kama, pihak sekolah wajib menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk mewujudkan tercapainya indikator ini. Dalam sub indikator yang pertama yakni Tabungan, pihak sekolah wajib menyediakan platform khusus yang memudahkan siswa untuk melakukan transaksi tabungan tanpa harus bingung. Pada sub indikator pertama yakni Tabungan, pihak sekolah dapat membuat Bank Mini untuk memudahkan transaksi dan pengawasan siswa. Bank Mini merupakan sebuah Bank dengan lingkup kecil (mini) yang dibangun, dibentuk dan diawasi oleh internal sekolah. Bank Mini memiliki kesamaan dengan program tabungan biasa yang dilakukan di masa Sekolah Dasar, namun perbedaannya adalah pada aktivitas registrasi dan transaksi. Pada Bank Mini, terdapat sistem bunga, teller, dan beberapa komponen bank pada umumnya namun dilakukan oleh pihak AG dan beberapa siswa tertentu. Hal ini bertujuan agar dapat merasakan simulasi menabung dengan mudah di sekolah.

Pada sub indikator kedua, yakni Pasar Modal, pihak sekolah wajib menyediakan seminar dan pelatihan mengenai penggunaan instrumen keuangan di Pasar Modal. Kegiatan ini wajib diberikan secara formal pada akhir semester (di acara Kilat) ataupun di sela-sela istirahat. Seminar tersebut mencakup bagaimana

(7)

6 cara memilih instrumen keuangan yang tepat sesuai profil resiko, cara menggunakannya hingga cara untuk menganalisis situasi pada instrument keuangan tersebut. Banyak sedikitnya uang yang diinvestasikan di pasar modal tidak akan mempengaruhi penilaian, yang terpenting adalah konsisten, ketekunan, dan hasil yang dicapai oleh siswa tersebut sesuai dengan tujuan keuangannya

Sub Indikator yang ketiga yakni bisnis. Dalam hal ini siswa akan diajarkan untuk bagaimana cara berinvestasi melalui bisnis. Pihak sekolah wajib menyediakan platform berupa grup diskusi maupun club yang nantinya akan memudahkan siswa untuk lulus dalam indikator ini. Bisnis tersebut tidak harus besar, yang terpenting adalah siswa dapat belajar menyisihkan uangnya sebagai modal dalam bisnis kecil yang mereka rintis baik secara individu maupun kelompok. Segala kegiatan bisnis mulai dari modal, jenis bisnis, jangka waktu berbisnis sepenuhnya akan ditentukan oleh siswa yang melakukannya namun tetap dengan pengawasan penuh dari AG. Pihak AG akan memberikan sebuah logbook agar dapat mengawasi siswa dengan baik. Pada sub indikator ini, siswa tidak hanya akan belajar menyisihkan uang untuk bisnis, namun juga dalam berinovasi, mengembangkan strategi bisnis dan melatih skill berwirausaha mereka.

Indikator terakhir adalah Moksa. Moksa berarti kelepasan, kebebasan atau kemerdekaan (kadyatmikan atau nirwana), dan bersatunya atma dengan pencipta (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam program ini, tahap Moksa akan terlewati jika siswa dapat berhasil mengelola keuangannya, mencapai tujuan keuangan mereka dalam jangka pendek maupun financial freedom dalam skala kecil. Setelah mereka melewati berbagai semua indikator tersebut dan dinyatakan lulus, mereka akan mengikuti upacara kelulusan setelah melewati masa probation dalam Artha Wiweka. Mereka akan diberikan apresiasi karena sudah menjadi tunas muda yang berhasil mengatur keuangan mereka dengan baik berdasarkan ajaran agama hindu. Apresiasi tersebut berupa piagam penghargaan dan hadiah untuk siswa dengan skema pengelolaan keuangan terbaik. Sedangkan bagi siswa yang tidak dapat menyelesaikan program, akan diberikan penugasan berupa proyek khusus yang lebih berat, sebelum mereka diluluskan dari sekolah tersebut.

(8)

7 Artha Wiweka: Jembatan Menuju Generasi Muda Melek Finansial

Artha Wiweka akan menjadi solusi untuk menghadapi kemerosotan agama sebagai dampak dari globalisasi dan perkembangan IPTEK melalui kegiatan pengelolaan keuangan. Tidak hanya menjadi sarana peningkatan nilai keagamaan di masyarakat, namun program ini akan membantu siswa yang masih belum paham cara mengelola keuangan mereka dengan baik dan lebih melek terhadap kondisi keuangan mereka. Dengan adanya Artha Wiweka, siswa akan terbiasa sejak dini untuk mulai mengatur siklus keuangannya, menyisihkan uangnya untuk beramal dan melakukan investasi untuk masa depan. Penyaluran edukasi literasi keuangan yang semakin baik, dapat menjadi kontribusi penting dalam peningkatan indeks literasi keuangan nasional di Indonesia.

“Kebiasaan biasanya lahir dari sebuah keterpaksaan”. Program ini memaksa siswa untuk taat dan menyelesaikan segala indikator tersebut serta bersikap sesuai dengan yang telah ditetapkan. Keterpaksaan inilah yang nantinya akan membuat siswa terbiasa. Melalui pemaksaan ini, mari kita tumbuhkan sikap melek finansial dan menjunjung tinggi nilai keagamaan sehingga dapat menjadi tunas-tunas muda yang dapat mendukung pembangunan di Indonesia.

(9)

8 DAFTAR PUSTAKA

Alfi, A. Nur. 2020. Literasi dan Inklusi Keuangan tapi Masih Timpang. URL: https://finansial.bisnis.com/read/20201203/90/1326117/literasi-dan-inklusi-keuangan-meningkat-tapi-masih-timpang. Diakses tanggal 5 Juli 2021 Devi, Sunitha, dkk. 2019. Strategi Contextual Teaching and Learning Pengelolaan

Keuangan Berbasis Tri Hita Karana dan Catur Purusa Artha melalui Program Kerja Sekaa di Bali. JAA. 3 (2): 1-38

OJK. 2020. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019. URL:

https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Survei-Nasional-Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-2019.aspx. Diakses tanggal 5 Juli 2021.

Sudarma, Wayan. 2014. Management Keuangan dalam Hindu. URL: https://Dharmadana.id/management-keuangan-dalam-hindu/. Diakses tanggal 5 Juli 2021

(10)

9 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

BIODATA PESERTA

Nama : Ni Komang Tri Anjani

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

NPM : 1907511165

Tempat, Tanggal Lahir : Pohsanten, 27 September 2001

Alamat Asal : Br. Rangdu, Desa Pohsanten, Kec. Mendoyo, Jembrana, Bali

No. Telepon : 085738346817

Prestasi : a. Juara 1Business Plan Competition Micro Macro Competition 2020

b. Juara 3 National Case Competition Mission 3 Undiksha

Referensi

Dokumen terkait

Biaya Operasional dan Biaya Pendukung dibebankan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) satuan kerja yang memerlukan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

Setiap perusahaan industri otomotif menetapkan harga sedemikian rendah untuk menarik para pelanggan, persaingan yang ada masih dalam ruang lingkup harga, produk, serta layanan

Berdasarkan kondisi terjadi serta dalam rangka meningkatkan aktivitas pasar modal di Indonesia dan untuk mengetahui pengaruh faktor makro ekonomi terhadap harga

(13) Penempatan kawasan atau lokasi tempat pemasangan reklame sesuai masing-masing Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Berdasarkan analisis di atas, disimpulkan bahwa penurunan suhu antara eksterior dan interior di Kota Semarang untuk rumah dengan kondisi dinding tidak diwarna

Segala pelaporan dalam Sistem tersebut akan dianggap telah disetujui apabila PT Mentari Mulia Berjangka tidak menerima pemberitahuan melalui telepon dan disusul pada

• Interval atau selang adalah suatu himpunan bagian tidak kosong dari himpunan bilangan riil R yang memenuhi suatu ketidaksamaan

Menurut beliau menjadi makelar gabah adalah di tengah-tengah atau perantara antara penjual dan pembeli serta mengambil keuntungan dari penjual gabah, Misalkan