• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP A. Kesimpulan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan dalam penulisan skripsi ini, yang berkaitan dengan pokok permasalahan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Dalam hal ini hakim Pengadilan Negeri Meulaboh telah sesuai memutus sesuai dengan Pasal 351 ayat (3) KUHP karena Terdakwa telah memenuhi unsur-unsur dari Pasal tersebut yaitu, setiap orang yang disebut subjek hukum, dengan sengaja, adanya akibat perbuatan (yang dituju) yaitu luka pada tubuh, mengakibatkan kematian orang. Terdakwa terbukti secara meyakinkan dan secara sah telah melakukan penganiayaan yang mengakibatkan kematian, hal ini dapat dilihat dari perbuatan Terdakwa yang membacokkan parang yang ada ditangan kanan terdakwa ke arah tubuh korban Zubir sekuat-kuatnya secara bertubi-tubi kearah telinga kanan, kepala, leher, pinggang, bahu kiri, lengan kiri, dada kiri, tangan, lengan kanan, tangan kanan, dan kaki korban Zubir yang mengakibatkan perlukaan yang hebat sehingga perlukaan tersebut mengakibatkan korban Zubir meninggal dunia. Berdasarkan Visum Et Repertum tanggal 02 Juni Nomor: 357/39/VI/2010 An. Zubir yang ditanda tangani oleh dr. M. Ridha yang hasilnya yaitu: Telinga kanan putus, tapi masih menempel dikulit leher dengan ukuran 7 cm x 7 cm x 10 cm, luka robek di kepala dengan ukuran 8 cm x 6 cm x, luka robek dipinggang 1.10 cm, 2.13 cm, 3.7 cm, luka robek dibahu kiri 16 cm dan 7 cm, luka robek lengan kiri 14 cm, luka robek didada kiri 8 cm,

(2)

luka sayat/robek ditangan 6 cm, luka robek lengan kanan 6 cm, luka robek ditangan kanan 16 cm x 8 cm dan 6 cm, luka robek kaki kiri 7 cm x 4 cm, dengan kesimpulan seorang Jenazah ditemukan luka-luka dibeberapa bagian tubuhnya yang diduga kuat akibat benda tajam dan menjadi meninggal dunia. Berdasarkan uraian kasus diatas, telah terbuktinya unsur-unsur yang didakwakan kepada Terdakwa Utoh Minin telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP.

2. Dalam hal ini alasan hakim Pengadilan Negeri Meulaboh menjatuhkan putusan lepas terhadap Terdakwa dengan alasan adanya dasar penghapus pidana umum yang terletak dalam bathin pelaku dengan alasan pemaaf yang menghapuskan kesalahannya akan tetapi perbuatannya tetap merupakan perbuatan melawan hukum karena memenuhi unsur-unsur Pasal 351 ayat (3) KUHP, yang terdapat dalam Pasal 49 ayat (2) KUHP yang berbunyi:

“Tidak dipidana seseorang yang melampaui batas pembelaan yang diperlukan, jika perbuatan itu merupakan akibat langsung dari suatu kegoncangan jiwa yang hebat yang disebabkan oleh serangan itu” Berdasarkan Pasal 49 ayat (2) KUHP, maka terdapat beberapa unsur-unsur yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Adanya Serangan

Serangan dalam Pasal 49 ayat (2) KUHP, adalah serangan yang memenuhi syarat:

1) Seketika

Terdakwa melakukan pembelaan terhadap diri sehingga menimbulkan perbuatan melawan hukum yang dikarenakan Korban melakukan serangan secara seketika, yang menyebabkan Terdakwa mengalami 2 (dua) luka dikepala dan jarak antara Korban dengan Terdakwa dekat sekali pada saat itu.

(3)

2) Langsung mengancam

Terdakwa yang mendapat serangan bacokan oleh Korban secara reflek atau spontan berusaha mengelak dengan menundukkan badan, akan tetapi pedang yang diayunkan oleh Korban kearah kepala Terdakwa masih mengenai bagian kepala Terdakwa, dan pada saat itu Korban menyerang kembali untuk yang kedua kali dengan cara mengayunkan pedang korban kembali untuk membacok Terdakwa yang mengenai kepala bagian atas.

3) Melawan hukum

Dalam hal ini Terdakwa menerima perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Korban dengan membacokkan parang kearah kepala Korban dan mengakibatkan Korban mendapat 2 (dua) bacokan dikepala Korban.

b. Ada pembelaan yang perlu diadakan terhadap serangan itu. Pembelaan harus memenuhi syarat:

1) Pembelaan harus dan perlu diadakan

Terdakwa membalas serangan bacokan dari Korban dengan cara bertubi-tubi dan membabi buta membacok Korban, karena Terdakwa merasa takut dan jarak antara Korban dengan Terdakwa dekat sekali sehingga menurut Terdakwa hanya dengan cara itulah Terdakwa dapat menghentikan perbuatan Korban yang telah menyerang Terdakwa dengan cara membacok dibagian kepala, dengan maksud agar Korban menghentikan serangan bacokkan terhadap diri Terdakwa.

2) Pembelaan harus menyangkut kepentingan-kepentingan yang disebut dalam undang-undang yakni serangan pada badan (lijf)

Terdakwa dibacok oleh Korban kearah kepala Terdakwa masih mengenai bagian kepala Terdakwa, yang pertama

(4)

mengenai mengenai bagian samping kanan kepala Terdakwa hingga luka dan setelah bacokkan pertama yang melukai kepala bagian samping, kemudian Terdakwa berusaha berdiri, namun pada saat itu Korban menyerang kembali untuk yang kedua kali dengan cara mengayunkan pedang yang mengenai kepala bagian atas Terdakwa.

3) Pembelaan dilakukan sebagai akibat yang langsung dari kegoncangan jiwa yang hebat (suatu perasaan hati yang panas)

Pelampauan batas ini oleh undang-undang diperkenankan karena perasaan tergoncang hebat yang timbul karena serangan itu, perasaan tergoncang hebat menurut undang-undang ini misalnya jengkel atau marah sekali yang dikatakan “mata gelap”. Mengenai istilah “kegoncangan jiwa yang hebat” menurut Hazewinkel Suringa contohnya adalah adanya rasa takut (angst) rasa bingung (radeloosheid), dan yang kedua misalnya marah, heran sekali (verontwaardiging).

Menurut pendapat dr. Zulhamsar Syamsu, SpF., S.H, rasa takut yang dimaksud ini adalah adanya gangguan psikis yang mengganggu bathinnya sehingga karena ada tekanan dari luar itu fungsi bathinnya menjadi tidak normal lagi..

Dalam kasus ini Terdakwa mengalami ketakutan yang teramat sangat yang diakibatkan oleh serangan seketika yang dilakukan oleh Korban, dimana pelampauan batas tersebut telah ditetapkan oleh undang-undang yang salah satunya adalah rasa takut (angst).

Hal ini dapat dilihat dari keterangan dr. M. Ridha dalam Visum Et Repertum An. Terdakwa Utoh Minin Nomor: 357/40/VI/2010 yang pada pokoknya pemeriksaan ditemukan luka robek di kepala lebar 7cm dan 5,5 cm dengan kesimpulan diduga akibat benda tajam. Luka robek dari kepala Terdakwa

(5)

tersebut mengeluarkan darah yang mengalir kebawah arah wajah bagian mata sehingga membuat pandangan/penglihatan Terdakwa kabur atau tidak jelas akibat luka bacokkan tersebut dan pada saat itu Terdakwa merasa takut sekali, sehingga Terdakwa merasa dirinya dalam keadaan tergoncang dan terancam, karena serangan Korban tersebut menyebabkan fungsi bathinnya menjadi tidak normal lagi dan menyebabkan Terdakwa tidak mampu mengetahui/menyadari bahwa perbuatannya bertentangan dengan hukum atau tidak, dan juga tidak mampu menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tadi sehingga pembelaan yang Ia lakukan menjadi berlebihan.

B. Saran

Setelah mengambil beberapa kesimpulan dari bab-bab sebelumnya maka, dalam bab penutup ini penulis mencoba untuk memberikan atau mengemukakan beberapa saran-saran antara lain sebagai berikut: 1. Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam memutus perkara ini

yang dilakukan oleh seseorang yang mengalami keguncangan jiwa yang hebat, harus mempunyai keyakinan bahwa pelaku benar-benar mengalami keguncangan jiwa yang hebat dan dibuktikan dalam surat keterangan kejiwaan atau Visum et Repertum psikiatris.

2. Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh harus membuktikan terlebih dahulu kondisi kejiwaan pelaku pada saat pelaku melakukan suatu tindak pidana, apakah pelaku sadar atau memang berada dalam keadaan jiwa yang tidak normal, sehingga mencegah Hakim menjatuhkan pidana terhadap pelaku dalam memutus suatu perkara seperti tersebut diatas dengan tidak memperhatikan kondisi kejiwaan pelaku pada saat melakukan tindak pidana maupun sebelum melakukan tindak pidana.

Referensi

Dokumen terkait

sisanya (46,8%) ditentukan oleh variabel lain yang tidak dibahas di dalam penelitian ini. Paulina Ari Widiastuti. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Dengan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan akan terbengkalai dan pengarahan terhadap pegawai akan menjadi tidak jelas, dimana hal

Penelitian analisis perbandingan penerapan virtual lab versus reality lab terhadap 15 sampel mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang memberikan kesimpulan bahwa: Penerapan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru sekolah dasar tentang perkembangan emosi dan sosial anak usia sekolah kelas 1 di kecamatan

Defisit waduk dan DAS terjadi pada musim hujan ketika suplai air dari waduk lebih rendah dari kebutuhan air irigasi. Sedangkan defisit DAS terjadi ketika hasil air DAS lebih

(30) Pemerintahan Nagari Persiapan Sungai Buluh Selatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf h berasal dari sebagian wilayah Nagari Sungai Buluh yaitu Korong

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong arus investasi teknologi pada PMA dan PMDN dalam implementasi AEC adalah peningkatan kualitas pendidikan,

Lebih jauh setiap sambungan dari logam yang berbeda yang dibuat dengan loop termokopel entuk perangakat pengukuran, perluasan, dan sebagainya akan memberikan kontribusi