• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Program PelatihanPreseptor Untuk Meningkatkan Efikasi Diri dan Kinerja Preseptor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Program PelatihanPreseptor Untuk Meningkatkan Efikasi Diri dan Kinerja Preseptor"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Program PelatihanPreseptor Untuk Meningkatkan Efikasi Diri dan Kinerja Preseptor

Kurniaty Ulfah,1 Nanan Sekarwana,2 Farid Husin,3 Johanes C. Mose,4 Nurhalim Shahib,5 Dany Hilmanto6 1

Mahasiswi Magister KebidananFakultasKedokteranUniversitasPadjadjaran 2,6

Departemen IlmuKesehatanAnak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 3

Departemen Epidemiologi dan Biotatistik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 4Departemen ObstetridanGinekologiFakultasKedokteranUniversitasPadjadjaran 5

Departemen IlmuKedokteranDasarFakultasKedokteranUniversitasPadjadjaran

Abstrak

Sistem pembelajaran praktik klinik kebidanan yang berjalan di Indonesia selama ini dinilai belum optimal. Salah satu permasalahannya adalah masih rendahnya kualitas pembelajaran praktik klinik karena terbatasnya jumlah preseptor yang dipersiapkan melalui pelatihan. Selanjutnya, belum adanya panduan standar yang digunakan oleh preseptor dalam membimbing praktik klinik mahasiswa mengakibatkan kualitas bimbingan tidak sesuai harapan. Preseptor yang tidak dilatih mengakibatkan rendahnya efikasi diri dalam menjalankan perannya sehingga kinerja preseptor dalam membimbing praktik klinik mahasiswa tidak muncul secara optimal. Oleh karena itu, pengembangan program pelatihan preseptor sesuai dengan kebutuhan program sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengembangan program pelatihan preseptor terhadap efikasi diri dan kinerja preseptor. Metode penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi pre-post-testdesignwith control groups. Sampel penelitian ini adalah seluruh preseptor dan mahasiswa yang berpraktik klinik di ruang bersalin RSUD Majalaya sebagai kelompok perlakuan dan preseptor dan mahasiswa yang berpraktik klinik di ruang bersalin RSUD Soreang sebagai kelompok kontrol mulai dari Bulan September sampai dengan Desember 2015. Pengumpulan data menggunakan instrumen daftar tilik observasi dan kuesioner.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan efikasi diri yang bermakna pada kelompok perlakuan yaitu 10,1% dibandingkan kelompok kontrol (0,8%) (p<0,001).Skor kinerja kelompok perlakuan (68,8) lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (37,1) (p <0,001).Program pelatihan preseptor yang dikembangkan merupakan upaya yang efektif untuk meningkatkan efikasi diri dan kinerja preseptor dalam pembelajaran praktik klinik mahasiswa kebidanan.

Kata kunci: Efikasi diri, kinerja, pelatihan preseptor, pembelajaran praktik klinik kebidanan

Korespondensi: Jalan Perum Bukit Rahmah Permai Blok A No 9 Ds. Cilame Kec. Ngamprah Kab. Bandung Barat, Hp.081220527476. Email:uul14@yahoo.com

(2)

The Development of Preceptor Training Program to improve Self-Efficacy and Preceptor Performance

Abstract

Midwifery clinical education system in Indonesia has not been considered in good condition. One problem is the low quality of clinical education because of the limited amount of preceptor that was prepared through training. Furthermore, the lack of standard guidelines used by preceptor in guiding students clinical practice lead to the quality of guidance did not match expectations. Untrained preceptor will lead to low self-efficacy in their role so that the performance of preceptor in guiding students clinical practice do not appear optimally. Therefore, development of preceptor training program according to the program needs was very nessecary. This study aimed to analyze the effect of the development of preceptor training programs on their self-efficacy and performance.A quasi experimental pre-post-test design with control groups method was used. The sample were included all preceptors and students in the delivery room of Majalaya Hospital as the treatment group, while the preceptors and students in delivery room of Soreang Hospital as a control group. The research was conducted in September until December 2015. The data was collected using an observation checklist and questionnaires.The results showed that there was significantly increase of self-efficacy score in the intervention group, that was 10,1% than the control group (0,8%) (p<0,001). The performance score of the intervention group (68,8) was significantly higher than the control group (37,1) (p<0,001). Preceptor training program is an effective eforts to improve self-efficacy and preceptor performance in midwifery students clinical practice.

Keywords : Self-efficacy, performance, preceptor training, midwifery clinical education

Pendahuluan Proses

pembelajaranpraktikklinikmerupakanbagianesens ialdalampendidikankebidanan.1Sistempembelajar anpraktikklinik kebidanan di Indonesia yang ada saat ini masih perlu peningkatan.SurveiKemkes RI tahun 2011-2012 memperlihatkanbahwa proses pengajaranklinikhanyasekitar 20%

beradaadakategoribaikdan 80%

beradapadakategoriperluditingkatkan.2Hasilstudi pendahuluan yang dilaksanakan oleh penulis dan tim (tidak dipublikasikan) menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran praktik hanya 2,7% preseptor yang mengidentifikasi kebutuhan belajar mahasiswa, 5,3% yang melaksanakan pertemuan pra klinik, 22,7 % yang memberikan umpan balik, 12% yang memfasilitasi diskusi, dan 13,3% yang melaksanakan orientasi lingkungan klinik. Selain itu, berbedanya panduan pembelajaran praktik klinik antar institusi pendidikan kebidanan menyebabkan menerapkan proses bimbingan yang terstandar pada

mahasiswasesuaiharapandarisetiapinstitusipendid ikan.3

Dalam pembelajaran praktik klinik, preseptor memegang peranan yang krusial untuk memfasilitasi pengalaman belajar klinik dan perkembangan profesionalisme mahasiswa.4, 5 Selain memiliki keahlian dan pengalaman klinis, seorang preseptor harus memiliki kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menciptakan pembelajaranklinik yang efektifdanefisien.4Kenyataannya, proses tersebutbelumdapatdilaksanakan secara optimal karena masih terbatasnya program pelatihan preseptor yang dilaksanakan baik oleh institusi pendidikan maupun lahan praktik.3Di Indonesia, kegiatan ini belum dilaksanakan secara komprehensif baik oleh institusi pendidikan maupun rumah sakit. Preseptor yang dipersiapkanmelaluipelatihanhanyaterbataspadas atuataudua orang stafbidan yang ditunjuksebagaiclinical instructor, padahal proses bimbinganpraktikklinikmahasiswamelibatkansel uruhstafbidan yang bertugas.3Kurangadekuatnyapersiapanpreseptorm elalui program pelatihandapatmemengaruhiefikasidiripreseptor yang

(3)

Kurniaty Pembelajaran Praktik Klinik Kebidanan menjadisalahsatuindikatorkualitaskinerjadariseor angpreseptor.6Selainitu, tidakada data yang mendukung apakah pelatihan yang dilaksanakan dapat meningkatkan efikasi diri dan kinerja preseptor dalam kegiatan pembelajaran praktik klinik mahasiswa kebidanan.3

Oleh karena itu, pengembangan program pelatihan diperlukan dalam rangka meningkatkan jumlah preseptor yang siap menjalankan peran dan fungsinya. Pengembangan pelatihan yang dimaksud adalah materi latih berbasis modul pembelajaran praktik klinik kebidanan sesuai kebutuhan mahasiswa dan preseptor di lahan praktik dengan mengintegrasikan langkah-langkah peranpreseptor, penggunaan metode pelatihan dengan praktik langsung bedside teachingdalam situasi nyata, serta sasaran peserta latih adalah tim bidan yang menjadi tim preseptor di suatu unit lahan praktik.Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh program pelatihan preseptor terhadap peningkatan efikasi diri dan kinerja preseptor. Metode

Penelitianinimerupakanquasi

eksperimendenganpre-post-test control group design. Sampel penelitian adalah seluruh preseptor dan mahasiswa yang berpraktik klinik di rumah sakit umum daerah (RSUD) Majalaya sebagai kelompok perlakuan dan RSUD Soreang sebagai kelompok kontrol mulai dari bulan September sampai dengan Desember 2015 (total sampling). Kriteria inklusi preseptor adalah pengalaman kerja sebagai bidan minimal 1 tahun, pendidikan minimal D3 kebidanan, terlibat dalam membimbing mahasiswa saat penelitian, dan bersedia menjadi responden.Kriteria ekslusi preseptor adalah cuti selama mahasiswa praktik klinik, dan mutasi.Kriteria inklusi mahasiswa adalah mahasiswa kebidanan semester IV ke atas, dan bersedia menjadi responden.Kriteria ekslusinya adalah mahasiswa magang dan praktik klinik kebidanan (PKK) III.

Program pelatihan yang dikembangkan dilaksanakan dalam dua hari dengan jumlah 16 jam pelatihan. Modul pelatihan yang dikembangkan dalam penelitian ini disusun untuk melatihkan peran preseptor yang diintegrasikan ke dalam modul pembelajaran praktik klinik kebidanan yang berisi pedoman bimbingan dan evaluasi berbasis tingkat kompetensi mahasiswa kebidanan untuk kompetensi asuhan persalinan. Adapun gambaran

umum modul pelatihan terdiri daritujuh unit, yaitu:

Unit 1 : Peran dan Tanggung Jawab Preseptor Unit 2 : Membangun Hubungan dan Suasana

Pembelajaran yang Efektif Unit 3 : Merencanakan Pengalaman Belajar

klinik

Unit 4 : Membimbing dan Melatih Berbasis Level Kompetensi/Kinerja

Unit 5 : Menumbuhkan dan Mengembangkan Kemampuan Clinical Reasoning Unit 6 : Memberikan Umpan Balik (Feedback)

Preseptor Sebagai Evaluator

Unit 7: Melakukan Evaluasi Berbasis Kinerja Pengukuran efikasi diri preseptor dilakukan sebelum dan setelah program pelatihan melalui penilaian diri menggunakan instrumen kuesioner skala efikasi diri preseptor (SEDP).Pengukuran kinerja preseptor dilakukan melalui observasi langsung oleh peneliti dan enumerator, serta evaluasi oleh mahasiswa terhadap preseptor selama praktik klinik mahasiswa menggunakan instrumen lembar observasi kinerja preseptor (LOKP).

Pengumpulan data dilaksanakan mulai dari Bulan September sampai dengan Desember 2015.Data yang sudah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis menggunakan perangkat lunak SPSS.UjistatistikmenggunakanujiT berpasangandan tidak berpasangan untuk data numerik yang berdistribusi normal atau Mann Whitney jika tidak normal.Untuk data kategorik digunakan uji Chi-Squareatau Fisher Exact jika tidak memenuhi syarat.

Hasil

Sampel awal yang diperoleh untuk penentuan eligibilitas adalah 33 orang preseptor (n=33) dan 83 orang mahasiswa (n=83). Selanjutnya sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 31 orang preseptor karena 2 orang yang menjabat sebagai kepala ruangan diekslusi, sedangkan mahasiswa yang diekslusi adalah 21 orang karena sedang PKK III. Seluruh partisipan dialokasikan menjadi dua kelompok tanpa randomisasi. Satu orang preseptor drop out karena cuti sakit selama 14 hari, dan 4 orang mahasiswa tidak melengkapi kuesioner, sehingga pada akhirnya terdapat 30 preseptor dan 58 mahasiswa yang datanya dimasukkan dalam proses pengolahan data (Gambar 1).

(4)

Keduakelompokpenelitianmenunjukkan karakteristik yang samapada aspek demografi dan skor awal efikasi diri sesuai Tabel 1.

Gambar 1 Diagram AlurSeleksiPartisipandanEvaluasi

Tabel 1 Perbandingankarakteristik responden dan skor efikasi pre test kedua kelompok

Variabel Kelompok perlakuan (n=10) Kelompok kontrol (n=20) Nilai p* IK 95% Umur <30 ≥30 7 3 10 10 0,440 - Tingkat pendidikan DIII Kebidanan 10 20 - - Lama kerja <2 ≥2 0 10 2 18 0,540 - Lama membimbing <5 ≥5

Pengalaman pelatihan preseptor Pernah Tidak pernah 6 4 0 10 7 13 4 16 0,255 0,272 - -

Skor efikasi awal 75,3 (3,0) 75,2 (6,3) 0,968** -4,3 – 4,4

Keterangan : * Uji Fisher exact ** Uji t tidak berpasangan

Hasilpenelitianinimenunjukkan bahwa skor efikasi pada kelompok perlakuan meningkat lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol

yaitu sebesar 10,1%.

Kemampuanvariabelpelatihanuntukmenjelask anvariabelkinerjaadalah

ditunjukkanolehnilaikoefisien deterninasi (adjusted R2) sebesar 39,2% yang berarti bahwa sebesar 39,2% efikasi diri ditentukan oleh program pelatihan dan sisanya ditentukan oleh variabel lain (Tabel 2).

Skrining sampel untuk eligibilitas

Preseptor yang diekslusi :Kepala ruangan (n=2) Mahasiswa yang diekslusi:PKK III (n=21) Diberi informed consent dan dilibatkan dalam penelitian (preseptor n=31, mahasiswa n=62)

Tanpa randomisasi(preseptor n=31, mahasiswa n=62)

Menerima program pelatihan preseptor Preseptor n=10, Mahasiswa n=32

Tanpa program pelatihan preseptor Preseptor n=2, Mahasiswa n=30 Alokasi

Lost to follow up:Mahasiswa mengembalikan

kuesioner tidak lengkap n=4 (0,07%)

Lost to follow up:Preseptor cuti sakit 14 hari n=1 (0,03%)

Follow up

Sampel penelitian yang diolah: preseptor n=10 mahasiswa n=28

Sampel penelitian yang diolah: preseptor n=20 mahasiswa n=30

(5)

Kurniaty Pembelajaran Praktik Klinik Kebidanan

Tabel 2 Perbandingan peningkatan skor efikasi diri antara kedua kelompok Aspek

Kelompok

Perlakuan (n=10) Kontrol (n=20)

Pre test Post test Pre test Post test

Beda pre-pos Rerata (s.b) 75,3 (3,0) 82,9 (8,1) 75,2 (6,3) 75,5 (7,6) Nilai p* 0,006 0,746 Peningkatan nilai Rerata (s.b) % peningkatan (s.b) 7,6 (6,7) 10,1 (8,7) 1,4 (1,1) 0,8 (2,5) Nilai p** 0,009 Adjusted R2*** 0,392

Keterangan : *Uji t berpasangan **Uji t tidak berpasangan***Uji Anova

Selanjutnya, hasil analisis skor kinerja preseptor berdasarkan hasil observasi langsung maupun observasi mahasiswa yang memperlihatkan skor kinerja lebih tinggi secara bermakna pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Rerata skor kinerja hasil observasi mahasiswa lebih tinggi dibandingkan hasil observasi langsung dengan selisih skor adalah 3,4 pada

kelompok perlakuan dan 11,6 pada kelompok kontrol. Kemampuan variabel pelatihan untuk menjelaskan variabel kinerja ditunjukkan oleh nilai koefisien deterninasi (adjusted R2) sebesar 61,2% dan 72,2% yang berarti bahwa sebesar 61,2% dan 72,2% kinerja ditentukan

oleh program pelatihan dan

sisanyaditentukanolehvariabel lain (Tabel3).

Tabel3 Perbandinganskor kinerja preseptor antara kedua kelompok setelah pelatihan berdasarkan hasil observasi langsung dan hasil observasi mahasiswa

Kelompok Rerata (s.b) Selisih (IK

95%)

Nilai p*

Adjusted R2**

Hasil observasi langsung

Perlakuan Kontrol 68,0 (12,9) 37,1 (6,5) 30,9 (21,4 – 40,4) <0,001 (0,722)

Hasil observasi mahasiswa

Perlakuan Kontrol 73,1 (11,8) 47,8 (8,3) 25,3 (17,7 – 32,9) <0,001 (0,612)

*Uji t tidak berpasangan; UjiAnova **Uji Anova

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor kinerja berdasarkan peran preseptor sebagai model peran, fasilitator, pendidik, dan penilai pada kelompok perlakuan lebih tinggi

secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05).

Tabel 4 Perbandinganskor kinerja berdasarkan peran preseptor antara kedua kelompok setelah pelatihan berdasarkan hasil observasi langsung

Aspek kinerja Kelompok perlakuan Median (rentang)

Kelompok kontrol Median (rentang)

Nilai p*

Model peran (role model) Fasilitator (facilitator) Pendidik (educator) Penilai (evaluator) 63,4 (40,0-93,3) 63,3 (40,0-80,0) 75,7 (48,7-97,4) 66,7 (48,1-88,9) 53,3 (26,7-66,7) 26,7 (20,0-46,7) 43,6 (28,2-64,1) 22,2 (11,1-29,6) 0,013 <0,001 <0,001 <0,001 *Uji Mann-Whitney

(6)

Pembahasan

Penelitian ini menunjukkan bahwa program pelatihan preseptor yang dikembangkan merupakan suatu upaya yang efektif untuk meningkatkan efikasi diri dan kinerja preseptor dalam pembelajaran praktik klinik kebidanan.Program pelatihan preseptor yang dilaksanakan berupa penerapan modul pembelajaran praktik klinik kebidanan dengan mengintegrasikan peran dan langkah-langkah preseptor dalam membimbing mahasiswa sesuai dengan tingkat kompetensi mahasiswa.

Program pelatihan preseptor yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini memiliki peranan yang cukup berarti dalam meningkatkan efikasi diri preseptor. Hal ini menunjukkan bahwa program pelatihan menjadi salah satu sumber efikasi diri preseptor (mastery experience).7, 8 Pada penelitian ini, efikasi diri preseptor yang dilatih mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan kelompok yang tidak dilatih. Persentase peningkatan skor efikasi pada kelompok perlakuan cukup kecil.Kondisi ini dimungkinkan karena data skor efikasi diri awal (pre-test) kedua kelompoksudah cukup tinggi yang disebabkanpre-test tradisional yang dilakukan pada penelitian ini memiliki keterbatasan.Pemahaman subjek penelitian yang tidak memadai, sebelum intervensi, terhadap istilah dan dan konsep yang harus dijawab dalam pernyataan/pertanyaan pre-test, akan membuat pre-test tradisional menjadi tidak efektif. Subjek penelitian dapat memberikan jawaban yang terlalu tinggi (overestimate) atau terlalu rendah (underestimate) terhadap kemampuan yang mereka miliki sehingga pre-test dapat menjadi bias. Perubahan nilai dalam kerangka acuan seseorang tersebut dikenal dengan “response shift”/ pergeseran/perubahanrespon.9

Pada penelitian ini, kelompok perlakuan mengalami peningkatan efikasi diri yang tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol.Interpretasi hasil penelitian ini konsisten dengan berbagai hasil penelitian lainnya.Penelitian eksperimen kuasi Parsons, Larsen dan Zahner, serta eksperimen kuasi Bolton menunjukkan bahwa preseptor memiliki

efikasi diri yang lebih

tinggisetelahmenerimapembekalanmelaluiweb.9,

10,11

Pada penelitian ini, preseptor yang dilatih mampu menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik dalam pembelajaran praktik klinik kebidanan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang lain. Vos dan Trewet dalam penelitiannya melaporkan bahwa program pengembanganpreseptordapatmeningkatkankinerj apreseptor.12

Kinerja preseptor berdasarkan Develop a Curriculum (DACUM) job analysis meliputi empat aspek peran preseptor yaitu fasilitator,

pendidik, model peran, dan

penilai/evaluator.13Kinerja model peran (role model)yang ditunjukkan oleh preseptor yang dilatih secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan preseptor yang tidak dilatih.Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa refleksi praktik yang dilakukan oleh klinisi dalam menjalankan praktik kliniknya, dapat meningkatkan kinerja praktik kliniknya sehingga dapat memfasilitasi pembelajaran praktikklinik yang lebihpositifbagimahasiswa.14

Kinerja fasilitator(facilitator) pada kelompok yang dilatih lebih tinggi secara signifikan

dibandingkan kelompok kontrol.Peranfasilitatorditunjukkandengankemam puanpreseptordalammengorientasikanpesertadidi kkedalamlingkunganklinikdanmemfasilitasiberba gaikesempatanbagimahasiswauntukmengaplikasi kanpraktikkliniknya.13Kehadiranpreseptorsebagai fasilitator yang peduli dan perhatian akan mengurangi tingkatkecemasanmahasiswadan proses belajarmeningkat.15

Kinerja pendidik(educator) secara signifikan lebih tinggi pada kelompok yang dilatih dibandingkan kelompok kontrol.Seorang preseptor yang mampu memahami kebutuhan belajar dan memfasilitasi tujuan pembelajaran klinik sesuai dengan tingkat kompetensi mahasiswa akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran praktik klinik mahasiswa. Sebaliknya, apabila hal ini tidak dilakukan, maka mahasiswa akan kehilangan kesempatan untuk mencapai tujuan pembelajaran praktik kliniknya.4, 16

Terakhir, kinerja penilai (evaluator) secara bermakna lebih tinggi pada kelompok yang dilatih dibandingkan kelompok kontrol.Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa peran penilai memberikan pengaruh yang besar

(7)

Kurniaty Pembelajaran Praktik Klinik Kebidanan

terhadap efektifitas pembelajaran klinik. Preseptor yang mampu memberikan umpan balik (feedback) dan melakukan evaluasi secara kontinyu akan dapat meningkatkan hasil belajar/kinerja mahasiswa.15, 17

Faktor lain yang

mungkinberperanterhadapkinerjapreseptordalamp enelitianiniadalahiklimkerja yang meliputidukungandariatasan,

adanyasistemrewarddansanksi,

sertaumpanbalikterhadapkinerja.18Berdasarkanha silwawancaraterhadap kepala ruangan dan beberapa preseptor menunjukkan bahwa seluruh partisipan tidak mendapat dukungan secara resmi baik dari pimpinan rumah sakit maupun institusi pendidikan kebidanan berupa surat tugas atau surat keputusan sebagai preseptor, tidak mendapat kompensasi/sanksi, dan tidak menerima umpan balik terkait kinerja mereka sebagai preseptor. Selain itu, seorang preseptor harus memiliki kriteria berminat untuk mengajar dan berperan sebagai preseptor, serta memiliki komitmen.1,4,19Seleksi responden penelitian ini adalah meliputi seluruh staf bidan yang bertugas di ruang bersalin yang sebelumnya terlibat membimbing praktik klinik mahasiswa tanpa memperhitungkan apakah responden berminat dan berkomitmen untuk berperan sebagai preseptor.

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain waktu pelaksanakan pelatihan di sela-sela jam kerja peserta latih, pengukuran efikasi diri berdasarkan penilaian diri dengan pre-testtradisional dan tidak diketahui aspek-aspek apa saja dari program pelatihan yang dapat meningkatkan efikasi diri dan kinerja preseptor, serta faktor lain yang mungkin berpengaruhterhadapefikasidiridankinerjapresept or.

Simpulan

Pengembangan program

pelatihanpreseptorberbasis modul pembelajaran praktik klinik merupakan upaya yang cukup efektif untuk meningkatkan efikasi diri dan kinerjapreseptordalampembelajaranpraktikklinik kebidanan.

DaftarPustaka

1. Firoozehchian F, Ezbarmi ZT, Dadgaran I. Nursing-Midwifery Students and Teachers’ Views of Effective Factors in Clinical Education. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 2012;47(0):1832-7.

2. Kementerian Kesehatan RI. Survei Kualitas Pendidikan Keperawatan dan Kebidanan di Indonesia (WHO) Tahun 2011-2012. In: Kementerian Kesehatan RI, editor. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013. 3. Ulfah K, Fajrin AM, Rochmawati A, Bestari AD,

Fitria, Aswitami GAP, et al. Survei Pembelajaran Praktik Klinik Kebidanan. 2015.

4. Smedley AMBGFETM. Becoming and Being a Preceptor: A Phenomenological Study. The Journal of Continuing Education in Nursing. 2008;39(4):185-91. 5. McClure EMSNRNC, Black LPRNCNE. The Role of

the Clinical Preceptor: An Integrative Literature Review. Journal of Nursing Education. 2013;52(6):335-41.

6. Rebholz M, Baumgartner LM. Attributes and qualifications of successful rural nurse preceptors: preceptors' perspectives. Qualitative Report. 2015;20(2):93-119.

7. Zulkosky K. Self-Efficacy: A Concept Analysis. Nursing Forum. 2009;44(2):93-102.

8. Schunk DH. Learning Theories, An Educational Perspective. Fifth ed. Kenoyer SN, editor. New Jersey: Kevin M. Davis; 2009.

9. Bolton KM. Effects of an onliner education program on self-efficacy and knowledge of the clinical teacher role: a study with nursing clinical instructors. Canada: Queen's University; 2011.

10. Larsen R, Zahner SJ. The impact of Web-delivered education on preceptor role self-efficacy and knowledge in public health nurses. Public health nursing (Boston, Mass). 2011;28(4):349-56.

11. Parsons R. Improving preceptor self-efficacy using an on-line educational program [Ph.D.]. Ann Arbor: University of Minnesota; 2006.

12. Vos SS, Trewet CB. A comprehensive approach to preceptor development. Am J Pharm Educ. 2012;76(3):47.

13. Patel S, Peterson D, Lopez M, Pate GA, Gottlieb K, Greico L, et al. DACUM competency profile for the preceptor. California: Regional Health Occupations Resource Center Saddleback College, , 2001.

14. Mann K, Gordon J, MacLeod A. Reflection and reflective practice in health professions education: a systematic review. Adv Health Sci Educ Theory Pract. 2009;14(4):595-621.

15. Kube ML. The relationship of nursing faculty clinical teaching behaviors to student learning. Nebraska: College of Saint Mary; 2010.

16. Burns C, Beauchesne M, Ryan-Krause P, Sawin K. Mastering the Preceptor Role: Challenges of Clinical Teaching. Journal of Pediatric Health Care.20(3):172-83.

17. Cant RP, Cooper SJ. The benefits of debriefing as formative feedback innurse education. Australian Journal of Advanced Nursing. 2011;29(1 (Sep/Nov 2011)):37-47.

18. Velada R, Caetano A, Michel JW, Lyons BD, Kavanagh MJ. The effects of training design, individual characteritics and work environment on transfer of training. International Journal of Training and Development. 2007;11(4).

19. Nabolsi M, Zumot A, Wardam L, Abu-Moghli F. The Experience of Jordanian Nursing Students in their

(8)

Gambar

Tabel 1 Perbandingankarakteristik responden dan skor efikasi pre test kedua kelompok
Tabel 4  Perbandinganskor  kinerja  berdasarkan  peran  preseptor  antara  kedua  kelompok  setelah pelatihan berdasarkan hasil observasi langsung

Referensi

Dokumen terkait

Tabel A.1 menjelaskan aktivitas dalang dalam adegan jejer 1 dalang melakukan aktivitas tidak terlalu berat atau dapat digolongkan dengan intensitas ringan, karena

Jadi yang membuat penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan menambahkan variabel baru tax authorities services dan system performance

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara sikap terhadap diskriminasi gender dengan pelecehan seksual.. Semakin positif sikap

Apabila unit pemotongan perlu dijongketkan untuk mendedahkan bilah dasar/gelendong, angkat bahagian belakang unit pemotongan menggunakan tongkat (dibekalkan bersama unit

a) Sistem Bantu Pemilihan Dosen Pembimbing Tugas Akhir Berdasarkan Kategori Pilihan dan Keahlian Dosen Menggunakan Naïve Bayes telah berhasil dibuat dan berjalan

Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang