• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KONSERVASI DENGAN KONSEP PENDEKATAN VEGETATIF GUNA MENGATASI KEKRITISAN LAHAN PADA SUB DAS BRANTAS HULU DI WILAYAH KOTA BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KONSERVASI DENGAN KONSEP PENDEKATAN VEGETATIF GUNA MENGATASI KEKRITISAN LAHAN PADA SUB DAS BRANTAS HULU DI WILAYAH KOTA BATU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KONSERVASI DENGAN KONSEP PENDEKATAN

VEGETATIF GUNA MENGATASI KEKRITISAN LAHAN PADA SUB

DAS BRANTAS HULU DI WILAYAH KOTA BATU

Endro Yuwono

Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang

ABSTRAKSI

Wilayah Kota Batu merupakan salah satu daerah tangkapan hujan dari Sub DAS Brantas Hulu dengan luas wilayah sekitar 17.192,84 ha. Meningkatnya kerusakan fisik terjadi akibat adanya perubahan tata guna lahan yang berdampak pada menurunnya fungsi hidrologis, sehingga apabila terjadi hujan secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya erosi. Berdasarkan kondisi tersebut, studi ini menganalisis seberapa besar laju erosi, besaran erosi, dan tingkat bahaya erosi yang terjadi pada daerah tersebut.

Metode yang digunakan dalam menganalisis besarnya laju erosi adalah metode USLE. Pengolahan data menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) karena dapat memudahkan dalam analisis sebaran dan pengelompokan data. Dari hasil analisis akan didapatkan Peta Tingkat Bahaya Erosi. Studi ini juga menganalisis tingkat kekritisan lahan dengan pendekatan metode infiltrasi yang berpedoman pada ketentuan yang ada, khususnya pedoman dari Departemen Kehutanan tahun 1998. Dari hasil analisis tersebut akan didapatkan Peta Kekritisan Lahan yang terjadi di daerah studi.

Setelah dilaksanakannya analisis laju erosi dan kekritisan lahan, selanjutnya dilakukan analisis kesesuaian lahan untuk melaksanakan konservasi vegetatif pada daerah studi. Usaha pendekatan konservasi vegetatif dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) contoh tanaman yang ditinjau dari segi ekonomis, hidrologis, dan sosial budaya, yaitu: tanaman apel, durian, rambutan, dan mangga. Hasil analisis tersebut merupakan rekomendasi untuk konservasi vegetatif, sehingga diharapkan dapat mengatasi kekritisan lahan yang terjadi dan dapat mengurangi nilai laju erosi yang terlalu besar.

Kata Kunci:Erosi, Kekritisan Lahan, Konservasi Vegetatif.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sub DAS Brantas Hulu merupakan sebagian kecil daerah tangkapan hujan dari DAS Brantas yang terletak di wilayah Kota Batu dan sekitarnya dengan luas sekitar 17.192,84 Ha. Perkembangan dan pertumbuhan

(2)

penduduk yang semakin meningkat berdampak pada menyusutnya areal hutan di Sub DAS Brantas Hulu. Perubahan sistem yang semula tertutup (hutan dengan penutupan kanopi yang tinggi) sebagai daerah tangkapan hujan menjadi sistem terbuka (pemukiman dan penggunaan lahan pertanian hortikultura) mengakibatkan perubahan sifat fisik tanah yang berdampak pada menurunnya fungsi hidrologi dari sistem tersebut. Apabila terjadi hujan secara terus-menerus pada kondisi tersebut, maka akan timbul bencana alam baik banjir, tanah longsor, erosi, dan kekeringan di musim kemarau.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka perlu dilakukan upaya konservasi/pemulihan lahan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu untuk mencegah penurunan fungsi DAS secara drastis dengan cara vegetatif. Cara vegetatif didasarkan pada peranan tanaman, dimana tanaman-tanaman tersebut mempunyai peranan penting untuk mengurangi erosi.

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari studi ini adalah menetapkan besar laju erosi yang terjadi dan menyusun konsep konservasi lahan guna mengurangi daerah lahan kritis yang terjadi di daerah studi.

Batasan Masalah

Dalam studi ini untuk mencapai kesempurnaan penyelesaian masalah perlu diadakan pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:

a. Menghitung tinggi curah hujan rata-rata daerah.

b. Melakukan analisis perkiraan erosi lahan untuk penetapan indeks erosi.

c. Menentukan arahan konservasi vegetasi di Sub DAS Brantas Hulu di wilayah Kota Batu.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah yang ada tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah studi, yaitu: berapa besar laju erosi, variasi kekritisan lahan, dan arahan konservasi di wilayah studi?

KEADAAN DAERAH STUDI

Secara geografis Sub DAS Brantas Hulu terletak di 115o17’0’’ -

118o19’0’’ BT dan 7o55’30’’ - 7o

Secara administratif di Kota Batu terdapat 3 wilayah kecamatan dan 24 desa/kelurahan dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

57’30’’LS, dengan luas 17.343,77 ha dan mempunyai luasan DAS (Catchment Area) seluas 17.192,84 ha.

(3)

• Sebelah Timur : Kecamatan Karangploso dan Singosari Kabupaten Malang

• Sebelah Selatan : Kecamatan Dau dan Wagir Kabupaten Malang

• Sebelah Barat : Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

METODOLOGI STUDI

Analisis Hidrologi

Analisa curah hujan rerata daerah menggunakan metode Poligon Thiessen, yaitu:

Dimana:

R = Curah hujan daerah (mm)

R1,R2,…Rn

A

= Curah hujan ditiap titik pengamatan dan n adalah jumlah titik pengamatan (mm)

1,A2,…An = Bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan (km2)

Analisis Erosi

Indeks erosivitas hujan dihitung dengan persamaan berikut:

Erosivitas Hujan (R) E . I30 = E . I30 . 10 E = 14,347 . R -2 I 1,075 30 = Dimana: E.I30

E = Energi kinetic curah hujan (ton m/ha cm)

= Indeks erosivitas hujan (ton cm/ha jam)

R = Curah hujan bulanan (mm/bln)

I30

(R

= Intensitas hujan maksimum selama 30 menit

max/24)*(24/Durasi Hujan)

2/3

Dari penelitian-penelitian yang ada, diketahui bahwa proses erosi dapat terjadi pada lahan dengan kemiringan lebih besar dari 2%. Faktor LS dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Faktor Kemiringan Lereng (LS)

Dalam satuan metrik LS =

Untuk kemiringan lereng lebih besar dari 20%:

LS = (L/22,10)0,6 . (S/9) Dimana:

1/4

L = Panjang lereng (m)

(4)

Tabel 1

Nilai Faktor Kemiringan Lereng (LS)

Klas Lereng Kemiringan (%) Rata-rata nilai S I 0 – 3 0,1 II 3 – 8 0,5 III 8 – 15 1,4 IV 15 – 25 3,1 V 25 – 40 6,1 VI 40 – 65 11,9

1. Faktor Indeks Konservasi Tanah (Faktor P)

Faktor Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman (CP)

Nilai indeks konservasi tanah dapat diperoleh dengan membagi kehilangan tanah dari lahan yang diberi perlakuan pengawetan terhadap tanah tanpa pengawetan.

2. Faktor Indeks Pengelolaan Tanaman (Faktor C)

Merupakan angka perbandingan antara erosi dari lahan yang ditanami sesuatu jenis tanaman dan pengelolaan tertentu dengan lahan serupa dalam kondisi dibajak tetapi tidak ditanami.

Metode pendugaan tingkat erosi tanah mengacu pada perhitungan

dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation). Rumus utama

perhitungan laju erosi adalah :

Tingkat Erosi Tanah

A = R x K x LS x CP Dimana :

A = Jumlah tanah yang hilang (ton ha-1 tahun -1

R = erosivitas hujan bulanan

)

K = Faktor erodibilitas tanah (Nomograph)

LS = Faktor lereng

CP = Faktor tanaman dan pengelolaan lahan

Pendugaan Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tabel 2 Kriteria Erosi

Kriteria Erosi Erosi

(ton/ha/tahun) Sangat Ringan < 15 Ringan 15 ≤ 60 Sedang 60 ≤ 180 Berat 180 ≤ 480 Sangat Berat ≥ 480

(5)

Tabel 3

Pedoman penetapan nilai TSL untuk tanah-tanah di Indonesia

Metode Identifikasi Lahan Kritis

Metode identifikasi lahan kritis telah dikembangkan sesuai dengan permasalahan dan tujuan rencana rehabilitasi lahan yang akan dilakukan, antara lain meliputi: perhitungan tingkat bahaya erosi, penilaian lahan kritis, penilaian kemampuan penggunaan lahan, dan penilaian aspek ekonomi.

Dari peta topografi diubah menjadi peta kemiringan lereng dan dapat ditransformasikan berdasarkan pengaruhnya terhadap tingkat infiltrasi dengan pedoman sebagai berikut:

Topografi

Tabel 4.

Klasifikasi Kemiringan Lereng dan Tingkat Infiltrasi

Sumber : Dep.Kehutanan (1998)

Dari pengujian tanah dan geohidrologi selanjutnya dilakukan transformasi berdasarkan hubungannya dengan infiltrasi dan diklasifikasikan pada tabel 5.

Tanah

Tabel 5

Nilai Permeabilitas dan Infiltrasi

Sumber : Dep.Kehutanan (1998)

Klas Kemiringan

lerengan Deskripsi

Transformasi Nilai Faktor

Infiltrasi Notasi I < 8 Datar > 0,80 a II 8 – 15 Landai 0,70 – 0,80 b III 15 – 25 Bergelombang 0,50 – 0,70 c IV 25 – 40 Curam 0,20 – 0,50 d V > 40 Sangat Curam < 0,20 e

Klas Deskripsi Permebilitas

(cm/jam)

Transformasi Nilai Faktor

Infiltrasi Notasi I Cepat > 12,7 > 0,45 a II Agak Cepat 6,3 – 12,7 0,20 – 0,45 b III Sedang 2,0 – 6,3 0,10 – 0,20 c IV Agak Lambat 0,5 - 2,0 0,04 – 0,10 d V Lambat < 0,5 < 0,04 e

(6)

Jika informasi jenis tanah pada suatu daerah tertentu sulit didapat, maka dapat dilakukan pengambilan contoh tanah untuk dianalisa tekstur tanahnya.

Tabel 6

Nilai Kapasitas Infiltrasi

Sumber: (Rawls et al, 1982, dalam Kustamar, 2010)

Nilai RD (hujan infiltrasi) dalam kaitannya dengan potensi infiltrasi dapat diklasifikasikan pada tabel berikut.

Curah Hujan

Tabel 7

Klasifikasi Nilai RD dari Hujan

Sumber : Dep.Kehutanan (1998)

Tipe Penggunaan Lahan

Tabel 8

Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Tingkat Infiltrasi Aktual

Kriteria yang dipakai untuk mengklasifikasi kondisi daerah resapan adalah sebagai berikut (Departemen Kehutanan, 1998):

Klasifikasi Kondisi Daerah Resapan

• Kondisi Baik, jika: nilai “infiltrasi aktual” lebih besar dari nilai

“infiltrasi potensial”.

Klas Tekstur Tanah Laju Infiltrasi

(mm/jam) (mm/hari)

Pasir (Sand) 21.01 505

Pasir berlempung (Loamy sand) 6.12 147 Lempung berpasir (Sandy loam) 2.59 62

Lempung (Loam) 1.32 32

Lempung berdebu (Silt loam) 0.69 16

Lempung liat berpasir (Sandy clay loam) 0.43 10

Lempung berliat (Clay loam) 0.23 5

Lempung liat berdebu (Silty clay loam) 0.15 4

Liat berpasir (Sandy clay) 0.13 3

Liat berdebu (Silty clay) 0.10 2

Liat (Clay) 0.05 1

Klas Deskripsi “Nilai hujan infiltrasi” RD

(Hujan Tahunan x Jumlah hari Hujan/100)

Notasi

I Rendah < 2500 a II Sedang 2500 – 3500 b III Agak Besar 3500 – 4500 c IV Besar 4500 – 5500 d V Sangat Besar > 5500 e

Parameter Klasifikasi Tipe Penggunaan Lahan Klas Deskripsi Notasi

Infiltrasi

I Besar A Hutan Lebat

II Agak besar B Hutan Produksi, Perkebunan III Sedang C Semak, Padang Rumput IV Agak Kecil D Hortikultura (landai)

(7)

• Kondisi Normal Alami, jika: nilai “infiltrasi aktual” sama dengan nilai “infiltrasi potensial”-nya.

• Kondisi Mulai Kritis, jika: nilai “infiltrasi aktual” turun setingkat dari

nilai “infiltrasi potensial”-nya.

• Kondisi Agak Kritis, jika: nilai “infiltrasi aktual” turun dua tingkat dari

nilai “infiltrasi potensial”-nya.

• Kondisi Kritis, jika: nilai “infiltrasi aktual” turun tiga tingkat dari nilai

“infiltrasi potensial”-nya.

• Kondisi Sangat Kritis, jika: nilai “infiltrasi” berubah dari sangat besar

menjadi sangat kecil.

Secara grafis, Model Identifikasi Lahan Kritis versi RLKT tersebut diilustrasikan pada Gambar 1.

Sumber: Departemen Kehutanan (1998).

Gambar 1

Skema Identifikasi Lahan Kritis Model RLKT Konservasi Lahan Metode Vegetatif

Dalam konservasi metode vegetatif, terdapat 2 (dua) mekanisme yang dimanfaatkan yaitu melalui proses intersepsi dan proses infiltrasi.

1. Metode Kesesuaian Lahan

Penilaian kesesuaian lahan dibedakan menurut tingkatan kelas, yaitu: S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal) dan N (tidak sesuai).

2. Padanan Kesesuaian Lahan

Padanan kesesuaian lahan digunakan jika tidak tersedia data/ karakteristik lahan.karena kriteria kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan dan persyaratan tumbuh tanaman, dihubungkan dengan data kualitas/karakterristik lahan dari suatu wilayah yang bersangkutan.

(8)

3. Persyaratan Tumbuh Tanaman

Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas lahan media perakaran. Media perakaran ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah serta kedalaman efektif

.

Gambar 2

Diagram Alir Studi Evaluasi Lahan Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan

Menurut FAO (1976;1983) dan PCAARD (1986) beberapa kualitas lahan yang berhubungan dan/atau berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman, antara lain terdiri dari:

• Kondisi untuk pertumbuhan (tanah, iklim).

• Kondisi sifat fisik tanah untuk diolah.

• Resistensi terhadap erosi.

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur dan diestimasi. Beberapa karateristik lahan, antara lain: kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, dan temperatur.

Dalam metodologi ini dijelaskan mengenai urutan-urutan pengerjaan penelitian yang dimulai dari pengumpulan data, kemudian dihitung besarnya curah hujan rata-rata daerah untuk menghitung indeks erosivitas. Setelah didapatkan nilai indeks erosivitas, dilanjutkan perhitungan laju erosi dengan menggunakan metode USLE melalui proses overlay Peta Tata Guna Lahan, Peta Jenis Tanah, Peta Kemiringan Lereng, dan Peta Administratif pada program Arcview GIS. Keluaran data dari proses overlay metode USLE adalah Peta Tingkat Bahaya Erosi yang sudah dikelaskan berdasarkan nilai laju erosinya.

Analisis kekritisan lahan dilakukan melalui proses overlay antara Peta Kemiringan Lereng, Peta Tata Guna Lahan, Peta Jenis Tanah, dan Data Curah Hujan yang sudah diberi notasi-notasi tertentu berdasarkan pedoman dan ketentuan yang ada. Keluaran data dari proses overlay dengan menggunakan metode infiltrasi adalah Peta Kekritisan Lahan.

(9)

Setelah diadakan perhitungan tyersebut di atas, selanjutnya adalah melakukan analisis kesesuaian lahan untuk melakukan usaha konservasi vegetatif pada daerah studi. Dalam proses overlay ini data yang digunakan antara lain Data Curah Hujan, Syarat Tumbuh Tanaman, Peta Jenis Tanah, Tata Guna Lahan, Kemiringan Lereng, dan Tingkat Bahaya Erosi. Setelah melalui proses overlay, akan didapatkan Peta Kesesuaian Lahan pada tanaman-tanaman tertentu, dimana dalam studi ini digunakan contoh tanaman apel, durian, rambutan, dan manga.

Berdasarkan dari hasil analisis perhitungan tingkat bahaya erosi, kekritisan lahan, serta kesesuaian lahan akan didapatkan rekomendasi hasil untuk dapat melaksanakan konservasi vegetatif pada daerah studi, sehingga dengan harapan dapat mengatasi kekritisan lahan yang terjadi dan dapat mengurangi nilai laju erosi yang terlalu besar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Curah hujan Rerata Daerah

Dalam studi ini digunakan data curah hujan dari 7 stasiun pengamatan hujan dengan rentang waktu 15 tahun, yaitu antara tahun 1993 – 2008. Besarnya curah hujan rerata daerah dihitung dengan menggunakan cara Poligon Thiessen.

Tabel 9

Luas Catchment Area untuk Masing-masing Stasiun Hujan

No Areal Nama Stasiun Luas Catchment (km2)

1 A1 Sta. Pacet 3,49α1 20,31% 2 A2 Sta. Trawas 0,64α2 3,72% 3 A3 Sta. Batu 7,40α3 43,03% 4 A4 Sta. Pujon 4,24α4 24,64% 5 A5 Sta. Kedungrejo 1,34α5 7,80% 6 A6 Sta. Wagir 0,02α6 0,13% 7 A7 Sta. Kayutangan 0,06α7 0,37% 17,19 100,00% % Jumlah Tabel 10

Hasil Perhitungan Hujan Rerata Daerah Metode Thiessen

Rata-rata Pacet Trawas Batu Pujon Kedungrejo Wagir Kayutangan (R mm)

3.49 0.64 7.40 4.24 1.34 0.02 0.06 1993 87 120 48 56 58 65.6 145 61.66 1994 117 100 64 84 77 216 185 82.60 1995 96 95 198 79 104 108 216 136.71 1996 173 154 83 146 84 216 106 119.70 1997 104 79 153 158 150 134 211 141.49 1998 107 135 166 87 100 86 131 127.85 1999 105 114 91 72 95 137 84 90.43 2000 78 97 75 111 94 116 134 87.20 2001 98 255 116 66 119 100 114 105.54 2002 90 96 69 67 83 113 98 75.07 2003 142 165 57 81 111 102 111 88.47 2004 98 102 85 68 157 101 100 89.69 2005 105 147 71 141 99 208 99 100.57 2006 97 144 148 13 129 119 204 102.77 2007 128 109 62 63 102 87 116 80.68 2008 92 90 66 65 124 139 85 76.58 Tahun Stasiun Hujan

(10)

Kondisi Lahan

Data Tata Guna Lahan

Tabel 11

Tata Guna Lahan Wilayah Sub DAS Brantas Hulu Wilayah Kota Batu

No Tata Guna Lahan Area (ha) Nilai C Nilai P Nilai CP

1 Hutan 4027.45 0.250 0.300 0.075

2 Kebun 1515.38 0.350 0.150 0.053

3 Padang Rumput/Tanah kosong 320.18 0.400 0.350 0.140

4 Pemukiman 2108.49 0.700 0.150 0.105

5 Sawah Irigasi 2484.31 0.300 0.100 0.030

6 Sawah Tadah Hujan 177.28 0.300 0.100 0.030

7 Semak Belukar 1948.87 0.300 0.300 0.090

8 Tanah Ladang 5675.65 0.500 0.350 0.175

Gambar 4. Tata Guna Lahan di Daerah Studi

Gambar 3

Tata Guna Lahan di Daerah Studi

Data Jenis Tanah

Tabel 12

Jenis Tanah Sub DAS Brantas Hulu di Wilayah Kota Batu Kode

1 Andic dystrudepts (AD) Inceptisol 1804.87 Lempung berliat 0.170 2 Aquic humic dystrudepts (AHD) Inceptisol 2629.34 Lempung berpasir 0.290 4 Aquic Hapludolls (AH) mollisol 4294.54 debu kasar berlempung 0.060 5 Aquic dystrudepts (AD2) Inceptisol 1709.04 lempung berliat 0.170 7 Typic hapludands (TH) Andisol 2493.64 lempung liat berpasir 0.165 8 Typic hydrudands (TH1) Andisol 3084.48 pasir berlempung 0.165 10 Ruptic alfic dystrudepts (RAD) Inceptisol 97.29 Lempung berliat 0.175 11 Humic psammentic dystrudepts (HPD) Inceptisol 493.67 Lempung berliat 0.175 12 Andic hapludolls (AH2) mollisol 579.98 debu halus berliat 0.060

Luas (ha) Tekstur Tanah K Jenis

Legenda Tanah

(11)

Gambar 4

Data Jenis Tanah pada Sub Das Brantas Hulu Wilayah Kota Batu

Dari hasil analisa pada wilayah studi Sub Das Brantas Hulu di Wilayah Kota Batu didapatkan 3 kelas untuk kemiringan lereng, yaitu: >8 – 15%, >15 – 40%, >40 – 80%. Gambar 6 menunjukkan kemiringan lereng yang terjadi pada wilayah studi.

Kemiringan Lereng

Gambar 5

Kemiringan lereng pada wilayah studi Analisis Laju Erosi

Hasil perhitungan Indeks Erosivitas (R), terdapat pada tabel di bawah ini:

(12)

Tabel 13

Indeks Erosivitas Hujan Wilayah Sub DAS Brantas Hulu di wilayah Kota Batu

R Rmax R1.075 Durasi Hujan E I30 EI30

(mm) (mm) (mm) (jam) ton. M/ha.Cm (mm/jam) ton. M/ha.Jam

Januari 405.07 809.07 635.47 0.5 9134.26 445.25 73.90 Pebruari 338.07 483.45 523.21 0.5 7520.61 266.05 36.36 Maret 283.42 605.01 432.88 0.5 6222.26 332.95 37.65 April 202.85 394.46 302.14 0.5 4342.93 217.08 17.13 Mei 68.28 194.46 93.73 0.5 1347.25 107.02 2.62 Juni 41.81 159.29 55.32 0.5 795.14 87.66 1.27 Juli 19.81 116.65 24.78 0.5 356.19 64.20 0.42 Agustus 14.79 50.14 18.10 0.5 260.21 27.59 0.13 September 14.77 102.04 18.07 0.5 259.72 56.15 0.27 Oktober 64.15 193.40 87.65 0.5 1259.94 106.43 2.44 November 184.48 395.53 272.83 0.5 3921.68 217.67 15.51 Desember 278.57 603.97 424.92 0.5 6107.79 332.38 36.89 Rerata 159.67 342.29 240.76 0.50 3460.66 188.37 18.71 Total Tahunan 1916.07 4107.48 2889.10 6.00 41527.96 2260.43 224.57 BULAN

Sumber: Hasil perhitungan

Dengan menggunakan metode USLE, didapatkan hasil perhitungan pada tabel di bawah ini:

Perhitungan Laju Erosi

Tabel 14

Contoh Perhitungan Metode USLE

ID LERENG PJG_M S LS LAND FAKTOR_C FAKTOR_P FAKTOR_CP K R AREA_HA A EROSI JNIS 1 >(15-40) 75.189 25.345 9.386 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.165 18.710 79.306 5.071 402.161 berat 1 >(40-60) 142.083 57.326 18.544 Hutan 0.250 0.300 0.075 0.165 18.710 56.886 4.294 244.268 berat 1 >(40-60) 87.967 57.326 18.544 Hutan 0.250 0.300 0.075 0.170 18.710 85.509 4.424 378.292 berat 1 >(40-60) 60.212 57.326 18.544 Semak Belukar 0.300 0.300 0.090 0.165 18.710 41.366 5.152 213.118 berat 1 >(40-60) 25.580 57.326 18.544 Semak Belukar 0.300 0.300 0.090 0.290 18.710 22.474 9.056 203.525 berat 1 >(40-60) 28.068 57.326 18.544 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.165 18.710 21.404 10.018 214.425 berat 4 >(15-40) 68.319 17.745 6.528 Pemukiman 0.700 0.150 0.105 0.290 18.710 63.600 3.719 236.528 berat 6 >(15-40) 87.857 25.935 8.495 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.170 18.710 54.014 4.729 255.432 berat 6 >(15-40) 43.752 25.935 8.495 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.165 18.710 70.866 4.589 325.204 berat 6 >(8-15)% 62.342 11.485 5.475 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.170 18.710 67.803 3.048 206.664 berat 6 >(8-15)% 76.196 11.485 5.475 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.165 18.710 105.662 2.958 312.548 berat 7 >(15-40) 28.602 18.783 6.953 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.290 18.710 27.684 6.602 182.770 berat 7 >(15-40) 55.185 18.783 6.953 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.170 18.710 59.119 3.870 228.791 berat 7 >(40-60) 108.626 45.273 12.050 Hutan 0.250 0.300 0.075 0.060 18.710 329.567 1.015 334.511 berat 8 >(40-60) 29.817 41.775 9.906 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.290 18.710 24.642 9.406 231.783 berat 9 >(8-15)% 92.759 8.236 4.866 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.165 18.710 79.420 2.629 208.795 berat 10 >(15-40) 31.434 25.836 8.567 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.290 18.710 41.053 8.135 333.966 berat 10 >(15-40) 72.986 25.836 8.567 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.165 18.710 83.767 4.628 387.674 berat 10 >(40-60) 44.718 47.486 12.314 Hutan 0.250 0.300 0.075 0.165 18.710 76.595 2.851 218.372 berat 10 >(8-15)% 80.373 12.548 6.050 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.165 18.710 73.152 3.269 239.134 berat 11 >(15-40) 92.759 33.674 9.037 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.170 18.710 83.890 5.030 421.967 berat 11 >(8-15)% 59.264 12.367 7.061 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.165 18.710 98.883 3.815 377.239 berat 13 >(15-40) 111.083 20.985 10.561 Semak Belukar 0.300 0.300 0.090 0.170 18.710 106.687 3.023 322.515 berat 13 >(15-40) 68.582 20.985 10.561 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.170 18.710 65.580 5.878 385.479 berat 13 >(15-40) 60.058 20.985 10.561 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.165 18.710 82.829 5.706 472.622 berat 13 >(15-40) 63.553 20.985 10.561 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.060 18.710 102.245 2.075 212.158 berat 13 >(15-40) 75.033 20.985 10.561 Tanah Ladang 0.500 0.350 0.175 0.290 18.710 42.237 10.028 423.553 berat 13 >(40-60) 80.762 41.477 13.297 Hutan 0.250 0.300 0.075 0.170 18.710 107.029 3.172 339.496 berat 13 >(40-60) 250.393 41.477 13.297 Hutan 0.250 0.300 0.075 0.060 18.710 408.513 1.120 457.535 berat

(13)

Tabel 15

Rekapitulasi Perhitungan Laju Erosi di Daerah Studi

SR R S B SB 1 Tulungrejo 5739.2 765.41 283.46 1,014.63 1,580.80 2,094.89 2 Torongrejo 339.437 119.99 67.44 152.01 - -3 Beji 240.881 114.09 126.80 - - -4 Kel.Sisir 262.142 37.67 65.64 95.24 63.60 -5 Sidomulyo 250.6 156.47 18.42 75.72 - -6 Bumiaji 835.895 67.61 235.86 234.08 298.35 -7 Bulukerto 993.792 132.15 120.26 153.91 416.37 171.10 8 Punten 244.794 97.02 52.28 15.34 24.64 55.52 9 Kel.Temas 461.293 95.71 40.89 240.81 83.89 -10 Giripurno 964.604 123.68 144.20 422.16 274.57 -11 Pandanrejo 631.038 74.71 101.00 222.00 98.88 134.45 12 Mojorejo 191.663 47.28 144.38 - - -13 Tlekung 93.944 16.17 15.14 22.05 40.59 -14 Sumberejo 318.265 122.73 57.84 104.36 33.33 -15 Sumbergondo 1385.935 256.93 133.36 261.73 156.07 577.83 16 Kel.Songgokerto 624.149 77.48 144.83 137.84 264.01 -17 PERHUTANI 521.337 1.16 112.66 41.21 273.03 93.29 18 Pesanggrahan 815.239 194.18 91.76 238.09 217.38 73.84 19 Pendem 82.078 32.98 49.10 - - -20 Oro-oro Ombo 371.001 79.18 160.97 130.85 - -21 Kel.Ngaglik 297.023 28.15 72.64 19.31 176.93 -22 Junrejo 242.053 75.83 109.09 57.14 - -23 Gunungsari 742.885 99.26 130.57 174.86 59.66 278.54 24 Dadaprejo 75.156 36.64 38.51 - - -ID NAMA_DESA Luas Lahan (Ha) Tingkat Bahaya Erosi (ha)

Ket : SR : Sangat Ringan. R : Ringan, S : Sedang, B : Berat, SB : Sangat Berat

Tabel 16

Prosentase Tingkat Bahaya Erosi di wilayah Kota Batu

Tingkat Luas Lahan Prosentase Bahaya Erosi (ha) (%) Sangat Berat 3,479.47 20.80% Berat 4,062.08 24.29% Sedang 3,813.31 22.80% Ringan 2,517.09 15.05% Sangat Ringan 2,852.45 17.06% Jumlah 16,724.40 100.00% Gambar 6

Peta Kelas Erosi pada Wilayah Studi Analisa Kekritisan Lahan

Berdasarkan hasil analisa kekritisan lahan, beberapa kondisi lahan yang mulai mengalami kerusakan dimana kondisi tersebut sangat mungkin untuk dilakukan usaha konservasi.

Tulungrejo Bumiaji Bulukerto Giripurno Sumbergondo Beji Gunungsari Pandanrejo

Pesanggrahan Kel. Temas PERHUTANI Punten Kel.Songgokerto Junrejo Kel.Sisir Torongrejo Sumberejo Kel.Ngaglik Oro-oro Ombo Sidomulyo Mojorejo Tlekung Dadaprejo Batas Administrasi berat ringan sangat berat sangat ringan sedang STUDI KONSERVASI DENGAN KONSEP PENDEKATAN VEGETATIF GUNA MENGATASI KEKRITISAN LAHAN PADA

SUB DAS BRANTAS HULU DI WILAYAH KOTA BATU

N

(14)

Tabel 17

Besaran Lahan Kritis pada Daerah Studi

AK B MK NA 1 Tulungrejo 5739.2 131.34 3,395.56 846.26 1,366.04 2 Torongrejo 339.437 20.51 45.50 155.90 117.52 3 Beji 240.881 172.13 - 46.12 22.63 4 Kel.Sisir 262.142 86.66 16.49 86.01 72.98 5 Sidomulyo 250.6 3.44 1.07 6.74 239.35 6 Bumiaji 835.895 23.14 397.34 176.53 238.89 7 Bulukerto 993.792 26.51 636.19 100.02 231.07 8 Punten 244.794 28.67 74.14 134.39 7.60 9 Kel.Temas 461.293 46.69 34.19 263.29 117.12 10 Giripurno 964.604 19.85 325.27 339.86 279.62 11 Pandanrejo 631.038 86.67 118.21 258.92 167.24 12 Mojorejo 191.663 101.67 0.09 74.40 15.51 13 Tlekung 93.944 17.79 - 72.14 4.02 14 Sumberejo 318.265 56.66 67.71 83.95 109.94 15 Sumbergondo 1385.935 3.87 1,071.86 66.27 243.95 16 Kel.Songgokerto 624.149 15.09 156.50 170.78 281.79 17 PERHUTANI 521.337 - 366.90 - 154.44 18 Pesanggrahan 815.239 150.34 323.55 66.78 274.57 19 Pendem 82.078 63.20 2.91 7.49 8.49 20 Oro-oro Ombo 371.001 97.70 92.58 103.14 77.46 21 Kel.Ngaglik 297.023 54.09 84.56 32.64 125.73 22 Junrejo 242.053 61.93 36.18 83.63 60.32 23 Gunungsari 742.885 99.33 97.76 375.94 169.85 24 Dadaprejo 75.156 - 0.53 39.42 34.47 ID NAMA_DESA Luas Lahan (Ha) Lahan Kritis (ha)

Ket : AK : Agak Kritis, B : Baik, MK : Mulai Kritis, NA : Normal Alami

Tabel 18

Prosentase Luas Lahan Kritis Lahan Kritis Luas Lahan Prosentase

(ha) (%) Agak Kritis 1,368.13 8.18% Baik 7,345.07 43.92% Mulai Kritis 3,590.62 21.47% Normal Alami 4,420.58 26.43% Jumlah 16,724.40 100.00% Gambar 7

Peta Kekritisan Lahan di wilayah Kota Batu

Agak Kritis Baik

Mulai Kritis Normal Alami

SKALA 1:2000 S N E W

(15)

KESIMPULAN DAN SARAN

Rekomendasi Hasil Studi Untuk Usaha Konservasi Vegetatif

Dari hasil analisis kesesuaian lahan, upaya untuk mengatasi kekritisan lahan yang terjadi, dilakukan dengan pendekatan konservasi vegetatif, yaitu menggunakan 4 jenis contoh tanaman yang didasarkan pada syarat-syarat tumbuh tanaman yang cocok. Tanaman yang dipakai dalam studi ini adalah tanaman apel, durian, rambutan, dan mangga. Pada gambar 9, 10, 11, dan 12 disajikan peta kesesuaian lahan untuk 4 (empat) tanaman tersebut. Hasil studi kesesuaian lahan ini merupakan rekomendasi untuk bisa mengatasi kekritisan lahan yang terjadi pada lokasi studi dan dapat mengurangi laju erosi yang terlalu besar, dimana laju erosi sangat berat terjadi di Desa Tulungrejo dengan variasi kekritisan AK.

Gambar 8 Gambar 9

Kesesuaian Lahan Tanaman Apel Kesesuaian Lahan Tanaman Durian

Gambar 10 Gambar 11

Kesesuaian Lahan Tanaman Rambutan Kesesuaian Lahan Tanaman Mangga

SKALA 1:2000 N (Tidak Sesuai)

S1 (Sangat Sesuai) S2 (Cukup Sesuai)

S3 (Sesuai Marginal) PETA KESESUAIAN LAHANTANAMAN APEL

S N E W S N E W S3 (Sesuai Marginal) S2 (Cukup Sesuai) S1 (Sangat Sesuai)

N (Tidak Sesuai) SKALA 1:2000 PETA KESESUAIAN LAHAN

TANAMAN DURIAN

PETA KESESUAIAN LAHAN RAMBUTAN N STUDI KONSERVASI DENGAN KONSEP PENDEKATAN

VEGETATIF GUNA MENGATASI KEKRITISAN LAHAN PADA SUB DAS BRANTAS HULU DI WILAYAH KOTA BATU

Tulungrejo Bumiaji Bulukerto Giripurno Sumbergondo Beji Gunungsari Pandanrejo

Pesanggrahan Kel. Temas PERHUTANI Punten Kel.Songgokerto Junrejo Kel.Sisir Torongrejo Sumberejo Kel.Ngaglik Oro-oro Ombo Sidomulyo Mojorejo Tlekung Dadaprejo Tidak Sesuai Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Marginal

Batas Administratif PETA KESESUAIAN LAHAN MANGGA N

STUDI KONSERVASI DENGAN KONSEP PENDEKATAN VEGETATIF GUNA MENGATASI KEKRITISAN LAHAN PADA SUB DAS BRANTAS HULU DI WILAYAH KOTA BATU

Tulungrejo Bumiaji Bulukerto Giripurno Sumbergondo Beji Gunungsari Pandanrejo

Pesanggrahan Kel. Temas PERHUTANI Punten Kel.Songgokerto Junrejo Kel.Sisir Torongrejo Sumberejo Kel.Ngaglik Oro-oro Ombo Sidomulyo Mojorejo Tlekung Dadaprejo Tidak Sesuai Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Marginal Batas Administratif

(16)

Saran

Apabila masyarakat setempat mempunyai masukan untuk mengganti tanaman yang sesuai atau cocok dari hasil analisis kesesuaian lahan pada daerah studi, hendaknya tetap mengacu pada syarat-syarat tumbuh tanaman serta dapat memenuhi unsur-unsur konservasinya.

Beberapa rekomendasi untuk tanaman pengganti yang dapat ditanam antara lain: Duku, Kakao, Anggur, Belimbing, Cempedak, Jambu Biji, Kesemek, Klengkeng, Salak, Sawo, Sirsak, dan Sukun.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan RI. 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik

Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai.

Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta.

Departemen Pertanian, BBSDLP Litbang. (tanpa tahun). Daftar Nama Komoditas. Entry from Pebruari 2011.

Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: CV. Akademika.

Kustamar. 2010. Konservasi Sumber Daya Air di Kota Batu. Jogjakarta: Jejak Kata Kita.

Lordi. 2008. Pembuatan Kelas Lereng (Arcview). Entry from:

2011

Nitiharjo, Ismu Galih. 2009. Kajian Daerah Rawan Erosi pada Sub Daerah Aliran Sungai Lesti. Skripsi. Malang: Tidak Diterbitkan

Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView. Bandung: CV.Informatika.

Syarief, Roestam. 2002. Konservasi Lahan. Bandung: Tidak diterbitkan. Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga.

Sosrodarsono, S. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Utomo, WH. 1994. Erosi dan Konservasi Lahan. Malang: IKIP Malang.

Gambar

Gambar 4. Tata Guna Lahan di Daerah Studi
Gambar 10  Gambar 11

Referensi

Dokumen terkait

Nilai p menunjukkan ≤ 0,05 yang berarti ada hubungan antara beban kerja dan kelelahan kerja pada mahasiswa teknik sipil Undip dalam praktikum Ilmu Ukur

Akan tetapi, untuk penggunaan yang lebih efisien, VoIP server yang dibangun dapat diintegrasikan dengan VoIP server lainnya termasuk di luar negeri dengan pengaturan

Demikian juga, halnya dengan wacana tentang korban, dalam perkembangannya pun, dikenal adanya korban kejahatan di bidang perbankan sebagai akibat dari kejahatan yang

Melihat respon yang baik dari para siswa, guru, serta orang tua yang sangat baik, maka kedepan kami akan buat kompetisi cerdas cermat online secara berkala

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi harga, kualitas layanan dan ketersediaan informasi terhadap kepuasan pelanggan pada Adorable Project 2016.Metode

10 Aprilia Tumbel, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Saksi Tindak Pidana Menurut Sistem Peradilan Pidana Anak” Lex Crime IV, No.. saksi yangdituangkan dalam Undang-Undang

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang berjudul “ Pengaruh

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa variabel produk halal berpengaruh sebesar 18,3% (0,183) terhadap keputusan pembelian, produk