• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SINGLE LEG PROPIOCEPTIVE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA MAHASISWA USIA TAHUN DENGAN AKTIVITAS FISIK RENDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SINGLE LEG PROPIOCEPTIVE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA MAHASISWA USIA TAHUN DENGAN AKTIVITAS FISIK RENDAH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SINGLE LEG PROPIOCEPTIVE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA MAHASISWA USIA

18-24 TAHUN DENGAN AKTIVITAS FISIK RENDAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

MAUSHALY ADANI J 120 130 001

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH SINGLE LEG PROPIOCEPTIVE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA MAHASISWA USIA

18-24 TAHUN DENGAN AKTIVITAS FISIK RENDAH

PUBLIKASI ILMIAH Oleh

Maushaly Adani J120 130 001

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing,

Arif Pristianto, SSt. FT., M.Fis NIK : 100. 1672

(3)
(4)
(5)

1

PENGARUH SINGLE LEG PROPIOCEPTIVE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA MAHASISWA USIA

18-24 TAHUN DENGAN AKTIVITAS FISIK RENDAH ABSTRAK

Latar Belakang: Ketersedian fasilitas di era modern mendorong masyarakat memilih hal yang mudah dan praktis. Pola hidup sedentary/aktivitas fisik rendah pun terbentuk di masyarakat, termasuk mahasiswa. Data RISKESDAS (2013), proporsi aktivitas fisik rendah usia 18-24 th cukup tinggi (33,25%) dibanding kelompok usia lain. Akibatnya, penurunan kemampuan fungsional tubuh, salah satunya penurunan keseimbangan statis dan dinamis. Pencegahan dapat dilakukan melalui latihan, salah satunya single leg propioceptive exercise, yang mengirim input aferen propioseptif menuju saraf pusat sehingga mengubah respon eferen untuk mencapai keseimbangan tubuh.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh single leg propioceptive exercise terhadap keseimbangan statis dan dinamis pada mahasiswa usia 18-24 tahun dengan aktivitas fisik rendah.

Metode Penelitian: Jenis penelitian kuantitatif dengan desain pre experimental, menggunakan pre-test and post-test two group design. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 15 orang.

Hasil Penelitian: Berdasarkan uji pengaruh dengan Wilcoxon Signed Ranks Test didapat p-value = 0,012 berarti ada pengaruh peningkatan keseimbangan statis, dan uji pengaruh dengan Paired t-Test didapat p-value = 0,000 yang berarti ada pengaruh peningkatan keseimbangan dinamis. Uji selisih beda pengaruh antar kelompok dengan Mann Whitney p-value = 0,015 sehingga disimpulkan ada perbedaan pengaruh single leg propioceptive exercise terhadap peningkatan keseimbangan statis dan dinamis mahasiswa usia 18-24 tahun dengan aktifitas fisik rendah.

Kesimpulan: Terdapat pengaruh single leg propioceptive exercise terhadap keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis pada mahasiswa usia 18-24 tahun dengan aktivitas fisik rendah, serta adanya perbedaan pengaruh antar kedua kelompok.

Kata Kunci: Single Leg Propioceptive Exercise, Keseimbangan Statis, Keseimbangan Dinamis, Mahasiswa, Usia 18-24 tahun, Aktifitas Fisik Rendah.

ABSTRACT

Background: All facilities modern era make people choose things that easy and simple. Sedentary life style / low physical activity were formed in society, including college students. Based on RISKESDAS (2013), the proportion low physical activity aged 18-24 years old is quite high (33.25%) compared to other age groups. As result, decrease body’s functional ability as static and dynamic balance. The prevention action is doing exercises, either single leg propioceptive

(6)

2

exercise, which sent propioception afferent input to central nervous, can change efferent response to achieve balance.

Research Aims: Determine effect of single leg propioceptive exercise to static and dynamic balance in college students aged 18-24 years old with low physical activity.

Method: Quantitative research with pre-experimental design, using pre and post-test two group design. Use purposive sampling. Total sample are 15 people. Result: Based on Wilcoxon Signed Ranks Test, p-value = 0.012 means influence static balance, and Paired t-test, p-value = 0.000 which is influence dynamic balance. To examine difference influences between groups is used Mann Whitney test, p-value = 0.015 means there’s difference effect of single leg propioceptive exercise to increase static and dynamic balance in college students aged 18-24 years old with low physical activity.

Conclusion: There is effect of single leg propioceptive exercise to static and dynamic balance in college students aged 18-24 years old with low physical activity, and there are differences in effect between two groups.

Keywords: Single Leg Propioceptive Exercise, Static Balance, Dynamics Balance, College Students, Aged 18-24 years old old, Low Physical Activity.

1. PENDAHULUAN

Pada era modern sekarang ini, perkembangan dalam bidang industri serta teknologi semakin meningkat pesat, namun menimbulkan beberapa dampak negative, salah satunya adalah terjadinya penurunan aktivitas fisik pada masyarakat, termasuk mahasiswa. Mahasiswa cenderung memilih segala sesuatu yang lebih instan dan praktis, sehingga membuat beberapa dari mereka malas melakukan segala pekerjaan dengan mandiri. Berdasarkan data RISKESDAS (2013), proporsi aktivitas fisik rendah usia 18-24 th cukup tinggi (33,25%) dibanding kelompok usia lain.

Habut et al. (2015) berpendapat bahwa kalangan usia muda cenderung menyukai kegiatan dalam ruangan yang bersifat sedentary, seperti menonton TV, gaming, atau tidur dalam waktu lama, dimana hal ini akan memberikan dampak terhadap penurunan kemampuan keseimbangan, sebab tingkat massa otot dan kemampuan tonus otot mengalami penurunan, sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan postural kontrol, penurunan keseimbangan, dan meningkatkan resiko jatuh yang disertai cidera pada seseorang. Menurut penelitian Talbot et al. (2005), resiko jatuh pada usia

(7)

3

muda berhubungan dengan olahraga dan tingkat aktivitas yang rendah, dengan prevalensi kejadian sebesar 38% yang diakibatkan karena hilangnya keseimbangan baik saat berolahraga maupun melakukan aktivitas seperti berlari, melakukan gerakan cepat, ataupun tersandung saat berjalan.

Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh dalam mempertahankan posisinya (Dellito, 2003). Tingkat keseimbangan yang baik pada seseorang dapat menghasilkan gerak yang efektif dan efisien, dan sebaliknya, apabila tingkat keseimbangan buruk maka akan menimbulkan resiko jatuh yang lebih besar. Oleh karena itu, diberikannya latihan keseimbangan kepada individu dengan aktivitas fisik yang rendah sangatlah penting, untuk mencegah semakin memburuknya nilai keseimbangan yang dimiliki.

Salah satu jenis latihan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan keseimbangan ialah latihan propioseptif. Propioseptif adalah sistem reseptor sensoris untuk mengirim rasa posisi, menganalisis informasi dan bereaksi (sadar atau tidak sadar) terhadap stimulasi dengan gerakan yang tepat, yang terdapat pada otot, sendi, dan kulit. Dengan memperbaiki proprioseptif seseorang dapat memperoleh keseimbangan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan dapat dengan cepat mengubah arah bila diperlukan (Swandari et al., 2015). Jenis dari latihan propioseptif yang dapat diaplikasikan dalam peningkatan kemampuan keseimbangan ialah single leg propioceptive exercise.

Latihan single leg propioceptive exercise dinilai efektif dalam meningkatkan keseimbangan dinamis, dengan persentasi peningkatan sebesar 58% selama 6 minggu latihan (Swandari et al., 2015). Studi lain juga menunjukkan adanya peningkatan keseimbangan statis sebesar 30% dan dinamis sebesar 10%, dengan latihan yang sama selama 8 minggu, dilakukan dengan mata terbuka dan tertutup (Panwar et al., 2014).

(8)

4 LANDASAN TEORI

Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktivitas otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik terdiri dari aktivitas selama bekerja, ataupun pada waktu senggang (Kristanti, 2002). Kilpatrick et al. (2005) dalam penelitiannya menunjukkan adanya penurunan tingkatan aktivitas fisik mulai dari pendidikan sekolah menengah sampai ke perguruan tinggi, dengan pola aktivitas yang ditunjukkan oleh mahasiswa tingkat akhir, mengalami kegagalan dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran atau memiliki aktivitas fisik yang tergolong rendah. Sebanyak 38% mahasiswa yang berpartisipasi dalam aktivitas fisik sedang secara regular dan hanya 20% mahasiswa berpartisipasi dalam aktivitas fisik berat (Ismahmudi, 2015). Tingkat aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kemampuan keseimbangan, postural stability, resiko jatuh dan cidera (Maryam, 2009).

Keseimbangan berfungsi untuk mengidentifikasi orientasi yang berhubungan dengan gravitasi, menentukan arah dan kecepatan gerakan, serta dapat melakukan penyesuaian postural secara otomatis untuk menjaga postur dan stabilitas tubuh dalam berbagai kondisi dan aktivitas (Watson & Black, 2008). Keseimbangan sendiri terdiri dari dua jenis yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis.

Single Leg Propioceptive Exercise adalah pendekatan sederhana untuk melatih sensorimotor yang mengontrol stabilitas postural dengan mengurangi luas Based Of Support. Latihan ini akan mengirim input aferen propioseptif menuju sistem saraf pusat sehingga mengubah respon saraf eferen dengan meningkatkan kontrol neuromuskular pada otot dan sendi (Palmer, 2007). Latihan ini terdiri dari 4 jenis gerakan, diantaranya single leg stance, single leg swing, single leg squat, dan single leg heel raises.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain pre experimental, menggunakan pre-test and post-test two group design. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 15

(9)

5

orang, dari populasi mahasiswa jurusan gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sampel terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 8 orang kelompok keseimbangan statis, dan 7 orang kelompok keseimbangan dinamis. Pengukuran keseimbangan statis dengan menggunakan standing stork test, sedangkan untuk keseimbangan dinamis diukur menggunakan modified bass test. Latihan diberikan setiap hari selama 4 minggu dengan durasi latihan per gerakan ditahan selama 30 detik, bergantian antara kaki kanan dan kiri.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 1

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan umur Umur Kelompok keseimbangan statis Kelompok keseimbangan dinamis Jumlah % Jumlah % 20 tahun 1 12,5 3 42,8 21 tahun 5 62,5 2 28,6 22 tahun 2 25,0 2 28,6 Total 8 100,0 7 100,0

Berdasarkan Tabel 1 umur sampel penelitian kelompok keseimbangan statis paling banyak pada umur 21 tahun (62,5%) dan paling sedikit pada umur 20 tahun (12,5%). Kelompok keseimbangan dinamis paling banyak pada umur 20 tahun (42,8%), dan menujukkan jumlah yang sama untuk umur 21 dan 22 tahun (28,6%).

3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan IMT Tabel 2

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan umur

IMT Kelompok keseimbangan statis Kelompok keseimbangan dinamis Jumlah % Jumlah % Kekurangan BB tingkat berat 1 12,5 0 0 Kekurangan BB tingkat ringan 1 12,5 0 0

Normal 6 75,0 7 100,0

(10)

6

Berdasarkan tabel 4.2 IMT pada kelompok keseimbangan statis terdapat sampel dengan kategori kekurangan BB tingkat berat (12,5%) dan kekurangan BB tingkat ringan (12,5%), sedangkan yang paling banyak adalah kategori normal (75,0%). Kelompok keseimbangan dinamis seluruh sampel memiliki IMT kategori normal (100,0%).

3.3 Analisis Data

3.3.1 Uji hipotesis pengaruh single leg propioceptive exercise terhadap keseimbangan statis

Tabel 3

Hasil uji pengaruh keseimbangan statis

Berdasarkan uji pengaruh dengan Wilcoxon Signed Ranks Test (data berdistribusi tidak normal) pada kelompok keseimbangan statis baik sisi kanan maupun kiri diperoleh nilai p=0,012 (p>0,05), sehingga keputusan hipotesis adalah ada pengaruh single leg propioceptive exercise terhadap nilai keseimbangan statis antara sebelum dan sesudah latihan.

3.3.2 Uji hipotesis pengaruh single leg propioceptive exercise terhadap keseimbangan dinamis

Tabel 4

Hasil uji pengaruh keseimbangan dinamis Kelompok Jumlah Rata-rata

keseimbangan dinamis (skor)

Selisih p-value

Pretest Posttest Keseimbangan dinamis 7 73,71 54,71 19,00 0,000 Kelompok keseimbangan statis Jumlah Rata-rata keseimbangan statis

(detik) Selisih value

p-Pretest Posttest

Kanan

8

7,62 13,22 5,60 0,012

(11)

7

Berdasarkan uji pengaruh dengan Paired t-Test (data berdistribusi normal) pada kelompok keseimbangan dinamis diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti ada pengaruh nilai keseimbangan dinamis antara sebelum dan sesudah melakukan single leg propioceptive exercise.

3.3.3 Uji hipotesis beda pengaruh single leg propioceptive exercise terhadap keseimbangan statis dan dinamis

Tabel 5

Hasil uji selisih keseimbangan statis dengan keseimbangan dinamis

Berdasarkan tabel 5 hasil uji selisih beda pengaruh pemberian single leg propioceptive exercise terhadap peningkatan keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis diperoleh nilai p=0,015 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan pengaruh single leg propioceptive exercise terhadap peningkatan keseimbangan statis dan dinamis mahasiswa usia 18-24 tahun dengan aktifitas fisik rendah.

3.4 Pembahasan

Kalma (2015) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa rendahnya nilai keseimbangan tubuh pada usia remaja (18-24 tahun) dikarenakan tidak optimalnya aktivitas keseharian yang menyebabkan kekuatan otot tidak optimal. Menurut Volschenk et al. (2011), kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan gangguan yang signifikan pada kemampuan stabilitas postur dan kontrol keseimbangan. Hal ini dikaitkan dengan hilangnya kekuatan otot, peningkatan massa lemak tubuh, serta atrofi otot yang mempersulit kemampuan kerja dari tonus otot. Selain itu, penelitian yang dilakukan Greve et al. (2007) menyatakan bahwa akumulasi jaringan adiposa dan peningkatan massa tubuh yang berlebih dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan keseimbangan, karena massa otot yang rendah,

Kelompok Selisih (%) p-value

Statis 83,28

0,015

(12)

8

sehingga menghasilkan gangguan respon otot dan hilangnya mekanisme stabilitas tubuh.

Propioceptive merupakan kemampuan sensorik untuk merasakan gerak tubuh, yang juga berkontribusi dalam proses kompleks yang mendasari kontrol keseimbangan. Kemampuan propioceptive ini memiliki sifat dapat beradaptasi dengan kebiasaan postural dan latihan gerak, sehingga peningkatan kemampuan keseimbangan dapat dilakukan dengan pelatihan fungsi proprioceptive (Batson, 2009). Tujuan pemberian latihan single leg proprioceptive exercise terhadap keseimbangan statis yaitu, memberikan latihan stabilisasi tubuh dengan mengontrol pusat masa tubuh (centre of mass), pusat gravitasi (centre of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Saat melakukan stabilisasi kontraksi otot yang terjadi adalah statis atau isometrik, akan merangsang kerja propiceptor, baik pada otot, tendon, ataupun sendi, yang selanjutnya dikirim ke otak melalui spinocerebral tract, informasi yang masuk akan disimpan cerebellum, dan digunakan untuk mengatur koordinasi gerak motorik meliputi postur dan keseimbangan (Ergen & Ulkar, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Batson (2009), propioceptor yang terdapat pada otot, tendon, dan sendi, yang berupa sensoris perifer akan menangkap rangsangan yang datang dari sebuah gerakan, yang dapat berupa tekanan, stretch, muscle length, dan muscle tension. Rangsangan sensoris tersebut nantinya akan digabungkan dengan interaksi visual serta vestibular, sehingga membentuk suatu input sensoris. Input sensoris yang diterima dalam serabut intra dan ekstrafusal akan menambah aktivitas gamma motor, menyebabkan kenaikan sensitifitas dari muscle spindle, sehingga akan meningkatkan ”readiness” atau kesiapan otot, selain itu input propioceptive juga akan meningkatkan representasi dari sendi sebagai bentuk dari “sense of joint”, untuk merespon perubahan gaya yang terjadi saat bergerak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan pengaruh latihan single leg propioceptive exercise terhadap keseimbangan

(13)

9

statis dan dinamis. Latihan yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan keseimbangan statis harus berfokus pada alignment dari komponen biomekanik keseimbangan itu sendiri, yang berarti mengontrol tubuh terhadap pusat masa tubuh (centre of mass), pusat gravitasi (centre of gravity) serta bidang tumpu (base of support), yaitu menjaga posisi latihan dengan berdiri statis baik dengan satu kaki maupun keduanya, disertai dengan perubahan bidang tumpu, atau dengan melibatkan faktor visual. Sedangkan latihan yang bertujuan untuk peningkatan keseimbangan dinamis harus lebih memprioritaskan komponen dari segi kemampuan otot, dimana diperlukan kontraksi otot yang terlatih, karena pada keseimbangan dinamis kontribusi dari otot yang diperlukan lebih besar serta input propioceptive terhadap perubahan posisi tubuh harus lebih banyak, dibandingkan keseimbangan statis (Batra, 2013).

Single leg propioceptive exercise ini dinilai lebih efektif untuk peningkatan keseimbangan statis karena prinsip latihannya lebih terfokus pada posisi statis untuk mempertahankan komponen keseimbangan tubuh terhadap base of support. Untuk peningkatan keseimbangan dinamis, dapat diberikan jenis latihan lain yang sesuai dengan prinsip latihan keseimbangan dinamis, dimana gerakan yang dibutuhkan lebih aktif dan kompleks, agar informasi propioceptive terhadap perubahan posisi dan gerak menjadi lebih banyak.

4. PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diambil adalah ada pengaruh single leg propioceptive exercise terhadap keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis pada mahasiswa usia 18-24 tahun dengan aktivitas fisik rendah, serta adanya perbedaan pengaruh antar kedua kelompok, dimana pengaruh latihan lebih besar pada kelompok keseimbangan statis. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah menambah jumlah responden, menambah variabel penelitian sehingga diharapkan diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam dan variatif.

(14)

10 DAFTAR PUSTAKA

Batra, M. 2013. What are the differences between static balance and dynamic balance training?. https://www.researchgate.net/post/. Diakses pada 7 Februari 2017.

Batson, G. 2009. Update on proprioception: considerations for dance education. Journal of dance medicine & science Vol. 13 no 2.

Delitto, A. 2003. The Link Between Balance Confidence and Falling. Physical Therapy Research That Benefits You, American Physical Therapy Association: 9-11.

Depkes. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Dep-kes RI.

Ergen, E & Ulkar, B. 2008. Proprioception and Ankle Injuries in Soccer. Clinics in sports medicine Vol. 27, 195-217.

Greve, J., Alonso, A., Bordini, A.G., & Camanho, GL. 2007. Correlation between body mass index and postural balance. Clinics Journal 62(6):717-20. Habut, M.Y., Nurmawan, I.P.S., & Wiryanthini, I.A.D. 2015. Hubungan Indeks

Massa Tubuh dan Aktifitas Fisik terhadap Keseimbangan Dinamis pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 2, Nomor 1.

Ismahmudi, R. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam melakukan aktivitas fisik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Kalma, K.L. 2015. Pengaruh Latihan Keseimbangan dengan Trampolin terhadap Peningkataan Keseimbangan Tubuh Pemain Bola Basket Unit Bola Basket Universitas Muhammadyah Surakarta. Surakarta: FIK UMS.

Kilpatrick M., Hebert E. & Bartholomew J. 2005. College student’s motivation for physical activity: differentiating men’s and women motives for sport participation and exercise. Journal of American College Health. Volume 54 Nomor 2.

Kristanti, C.M. 2002. Kondisi Fisik Kurang Gerak dan Instrumen Pengukuran. Media Litbang Kesehatan Volume 12 Nomor 1.

(15)

11

Maryam, S.M. 2009. Pengaruh keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah DKI Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia.

Palmer, G.T. 2007. Single-Leg Balance Training: An Intervention Tool in the Reduction of Injuries. Human Kinetics - Att 12(5), pp. 26-30.

Panwar, N., Kadyan, G., Gupta, A., & Narwal, R. 2014. Effect of Wobble Board Balance Training Program on Static Balance, Dynamics Balance & Triple Hop Distance in Male Collegiate Basketball Athlete. International Journal of Physiotherapy and Research,Vol 2(4):657-62.

Swandari, N.M.L., Nurmawan, I.P.S., & Sundari, L.P.R. 2015. Pelatihan Propioseptif Efektif dalam Meningkatkan Keseimbangan Dinamis pada Pemain Sepak Bola dengan Functional Ankle Instability di SSB Pegok. Bali: Universitas Udayana.

Talbot, L.A., Musiol, R.J., Witham, E.K., & Metter, E.J. 2005. Falls in young, middle-aged, and older community dwelling adults: perceived cause, environmental factors and injury. BMC Public Health 5:86.

Volschenk, A., Bruwer, E.J., & Moss, S.J. 2011. The association between physical activity, functional fitness and balance in senior citizens. African Journal of Physical Health Education, Recreation and Dance.

Watson. M.A. & Black, F.O. 2008. The Human Balance System. Vestibular Disorders Association. www.vestibular.org. Diakses pada 9 Oktober 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian maka akan terbentuk keinginan siswa untuk dapat melakukan permainan sepakbola dengan cara yang telah dimodifikasi, sehingga dapat menghasilkan

Penelitian ini dibatasi pada bagian management proyek dan service yang meliputi tender, spesifikasi teknis, penawaran teknis harga, negosiasi harga, proyek, pemesanan barang

Laporan akhir ini membahas mengenai pelatihan peningkatan pelayanan prima yang dilakukan pada bagian kasir KFC International Plaza, dimana penulis dapat memberikan saran

Hasil yang diperoleh pada penghitungan sebanyak 100 neuron piramidal pada area 4 ( primary motor cortex ) dan somatosensory cortex pada kelompok yang diberi vitamin E 80

mengkoordinasikan para Kepala Bagian sesuai dengan tugas dan fungsinya masing- masing menurut urusan bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, Bina Marga dan Sumber Daya Air, Pertanian

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW atas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi antifungi Chlorhexidine dalam obat kumur terhadap pertumbuhan Candida albicans secara In Vitro.. Metode

KESEMPATAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BERORGANISASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.. SMP