• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KETERAMPILAN NEGOSIASI TERHADAP MANAJEMEN KONFLIK MELALUI INTERMEDIASI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN KETERAMPILAN NEGOSIASI TERHADAP MANAJEMEN KONFLIK MELALUI INTERMEDIASI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

113

PERAN KETERAMPILAN NEGOSIASI TERHADAP

MANAJEMEN KONFLIK MELALUI INTERMEDIASI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

Yayan Hendrayana

Universitas Mitra Karya yayanhendrayana@umika.ac.id

Abstract

This study examines the role of negotiation skills on conflict management through intermediation of communication effectiveness, using a saturated sample of 90 respondents and the research method using structural equation analysis and path analysis. The software used is SMART PLS 3.0. The results of this study indicate that there is a significant influence between the role of negotiation skills on conflict management through effective communication intermediation. This role, either partially or simultaneously or through the intermediation process, is proven to have a positive and significant effect. So that if you see these facts, it is hoped that the management must continue to develop the negotiation skills of its employees and also contribute to building an effective communication role so that it will certainly help the conflict management process as an instrument for solving problems in the field.

Keywords: negotiation skills, effective communication and conflict management

1. PENDAHULUAN

Konflik manajemen merupakan kejadian yang sangat mungkin terjadi di dalam keseharian operasional bisnis. Penanganan konflik sering terlihat sangat rumit dan kadang memakan waktu. Sehingga sebagai seorang pemimpin yang efektif tentu haruslah mengarahkan setiap anggota untuk sadar akan pentingnya menangani konflik agar tak berlarut-larut sehingga

bisa berujung kepada pemburukan kinerja. Didalam pra studi era covid 19 sejak awal tahun 2020 yang dilakukan kepada 10 perusahaan UMKM di Jatimulya Bekasi penulis menemukan banyak terjadi dugaan peningkatan potensi Konflik dalam individu yang terjadi ketika seseorang tidak yakin tentang pekerjaan apa yang diharapkan akan dilakukan olehnya, jika ada tuntutan dari pekerjaan yang ada, bentrok dengan tuntutan lain, atau saat

(2)

114

individu diminta melakukan hal-hal yang melebihi kemampuannya. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama terjadi karena perbedaan kepribadian baik antar karyawan maupun atasan bawahan. Sering konflik–konflik semacam itu muncul karena tekanan terkait peran atau dari cara orang mempersonalisasi konflik antar kelompok tersebut, beberapa info yang mirip didapati pada saat pra survey penelitian. Konflik antara individu dan kelompok ini dianggap sebagai sesuatu yang sangat menggangu , konflik itu bahkan sering kali berkaitan dengan bagaimana individu menghadapi tekanan untuk mencapai kesesuaian, yang ditekankan pada mereka oleh kelompok kerja mereka. Ada dugaan dikarenakan masing-masing kelompok dalam organisasi memiliki perbedaan dan kepentingan serta tujuan yang berbeda kelompok itu sendiri ingin semua kepentingan serta tujuannya tercapai dengan baik meski harus bentrok dengan kelompok lain. Konflik antar organisasi ini diduga sering terjadi sektor ekonomi produktivitas tersebut.

Lebih lanjut tujuan dari studi ini adalah ingin mempelajari pengaruh dari

keterampilan negosiasi terhadap manajemen konflik dengan terlebih dulu melewati proses intermediasi efektivitas berkomunikasi. Dugaan awal pra studi penulis menemukan bahwa memang dirasa terdapat pengaruh peran kedua konsep tersebut terhadap dinamika kualitas manajemen konflik dilapangan. Dugaan awal pra studi menemukan indikasi bahwa ada kekurangan dari banyak karyawan yang tidak memiliki kemampuan negosiasi yang baik. Banyak dari mereka gagal untuk memberikan informasi yang mudah dipahami oleh pihak lawan dalam berinteraksi secara verbal saat terjadi konflik.

Manajemen Konflik dalam suatu perusahaan merupakan masalah yang selalu menarik dibahas Konflik dapat diartikan sebagai upaya pihak tertentu membangun suatu sikap beroposisi atau ketidaksetujuan (Lestari, 2016) mendefinisikan konflik sebagai proses yang dimulai ketika seseorang pihak tersebut menganggap pihak lain untuk menggagalkan atau mencoba menggagalkan pentingnya. Situasi konflik dapat diidentifikasikan berdasarkan munculnya asumsi tentang

(3)

115

ketidakcocokan tujuan dan upaya untuk mengontrol pilihan satu sama lain membangkitkan perasaan dan perilaku untuk saling menentang (Lestari, 2016). (Jeong, 2009) kemudian menjelaskan bahwa konflik terjadi pada tiga tingkatan. Konflik tingkat pertama terjadi ketika menangani tuntutan atasan atau masyarakat. Tingkat kedua adalah konflik terjadi dalam diri individu, misalnya antara percaya dan tidak percaya. Tingkat ketiga adalah konflik yang terjadi dalam menentukan cara beradaptasi . Konflik akan berdampak negatif jika tidak dikelola dengan baik. Maka konflik dapat dikelola dengan baik, diperlukan manajemen konflik. (Muspawi, 2014) mendefinisikan manajemen konflik sebagai proses partai terlibat atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengontrol konflik untuk menghasilkan resolusi yang diinginkan. Selanjutnya (Robbins, 1978) menjelaskan tentang manajemen konflik sebagai proses koordinasi menggunakan teknik resolusi dan stimulasi untuk mencapai tingkat konflik yang diinginkan solusi yang tepat diperoleh untuk konflik yang

"merangsang dan menciptakannya juga mengurangi atau menyalurkannya". Sedangkan (Moore et al., 2004) mengatakan bahwa manajemen konflik atau biasa dikenal dengan istilah mengelola konflik adalah kecenderungan seseorang mengatur atau mengelola konflik dalam bentuk sikap dan perilaku. Karena masalah yang lahir dari konflik adalah sesuatu yang menghalangi, menghalangi, atau mempersulit seseorang untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

Keterampilan Negosiasi dalam suatu perusahaan merupakan masalah yang selalu menarik dibahas Menurut (Thompson et al., 2010) negosiasi adalah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang awalnya berpikiran berbeda,

sampai akhirnya tercapai kesepakatan. (Oliver, 1998) Ditambahkan bahwa negosiasi adalah transaksi dimana kedua belah pihak berhak atas hasil akhir. Ini membutuhkan persetujuan dari kedua belah pihak menghasilkan proses saling memberi dan menerima sesuatu untuk mencapai kesepakatan bersama. Negosiasi juga disebut proses interaktif yang dilakukan mencapai kesepakatan.

(4)

116

Proses ini melibatkan dua orang atau lebih memiliki pandangan yang berbeda tetapi ingin mencapai resolusi yang sama (McGuire, 2004). Sedangkan Modul Garuda Sales Institute mendefinisikan Negosiasi adalah proses mencapai kesepakatan dengan meminimalkan perbedaan dan mengembangkan persamaan untuk mencapai tujuan bersama yang saling menguntungkan. Negosiasi juga merupakan komunikasi dua orang arah, yaitu penjual sebagai komunikator dan pembeli sebagai komunikan atau bergiliran.

Efektivitas Komunikasi dalam suatu perusahaan merupakan masalah yang selalu menarik dibahas Efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas pertimbangan umum yaitu keterbukaan (openness), empati, (empati), supportiveness, sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (DeVito et al., 2000). Berikut akan dipaparkan lebih lanjut tentang lima kualitas umum yang harus diperhatikan membina dan memelihara hubungan imterpersonal yang baik:

1. Keterbukaan merupakan keinginan atau kemauan setiap individu

untuk memberi tahu, ceritakan semua informasi tentang dia. Isi pesan dari keterbukaan ini biasanya berupa pernyataan individu tentang diri mereka sendiri yang akan membuat mereka tidak diinginkan bahkan sesuatu yang disembunyikan sehingga tidak diketahui oleh individu tersebut lainnya (Gamble & Gamble, 2013). Yang dimaksud kualitas keterbukaan setidaknya tiga aspek komunikasi interpersonal, termasuk: Komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang berinteraksi dengannya. Ini bukan berarti seseorang harus segera membukanya semua biografinya. Namun, ini mungkin menarik biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, seharusnya demikian ada kemauan untuk terbuka, untuk mengungkapkan informasi yang biasanya tersembunyi, asalkan pengungkapan diri ini pantas.

2. Kesediaan komunikator untuk bereaksi dengan jujur melawan stimulus yang akan datang. Orang yang diam, tidak kritis dan tidak responsif secara umum peserta percakapan yang membosankan.

(5)

117

3. Empati Menurut (Maulia & Sri Budi Lestari, 2017), empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang orang lain alami saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Simpatik di sisi lain adalah perasaan seperti seseorang mengalaminya. Individu yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, juga harapan dan keinginan mereka untuk masa depan.

Definisi empati ini akan membuat individu lebih mudah beradaptasi komunikasi. Menurut(Truax et al., 1966), masuk Keterampilan komunikasi individu merupakan bagian dari definisi empati. "Empati yang akurat, melibatkan kepekaan terhadap perasaan fasilitas yang ada dan lisan untuk mengkonsumsi pemahaman ini.

4. Dukungan Sikap Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana ada dukungan. Konsep itu perumusannya didasarkan pada karya (Gibb, 1961). Komunikasi keterbukaan dan empati tidak dapat terjadi di atmosfer yang tidak mendukung. Kami menunjukkan sikap suportif dengan menjadi (1) deskriptif,

bukan evaluatif, (2) spontan, tidak strategis, dan (3) sementara, tidak terlalu yakin.

5. Sikap Positif

Kami mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal setidaknya dalam dua cara: (1) mengungkapkan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang-orang yang berteman dengan kita berinteraksi.

Pertama, sikap positif mengacu pada setidaknya dua hal aspek komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi dibina interpersonal jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi dengan menyenangkan dengan situasi atau suasana interaksi. 6. Kesetaraan Dalam setiap situasi, mungkin ada ketidaksetaraan. Salah seseorang mungkin lebih pintar. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis dari yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang seperti itu

(6)

benar-118

benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan diam-diam dari kedua belah pihak sama berharganya dan berharga, dan itu masing-masing pihak memiliki sesuatu yang penting untuk dibagikan.

Hipotesa penelitian ini

dikonstruksikan sebagai berikut:

H1 :Terdapat pengaruh langsung secara parsial negosiasi terhadap manajemen konflik (Greer & Bendersky, 2013)

H2 :Terdapat pengaruh tidak langsung negosiasi terhadap manajemen konflik melalui intermediasi efektivitas komunikasi. (Rahim, 2010)

Penulis juga berupaya memvisualisasikan Kerangka Berpikir Studi seperti gambar 1. Dibawah ini :

Gambar 1. Kerangka Berpikir Gambar 1. tersebut menjelaskan dimana peran negosiasi diduga berperan

dalam mempengaruhi langsung ke manajemen konflik dan juga pengaruh tidak langsung melalui proses intermediasi efektivitas komunikasi.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Rencana Kegiatan penelitian dilakukan di 10 perusahaan UMKM berbasis industri jasa. Wilayah mencakup area sekitar Jatimulya Bekasi. Dimana waktu penelitian dilakukan pada bulan januari 2020. Dan berada pada kondisi PSBB COVID 19.

Ruang Lingkup Penelitian dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup studi hanya pada soal peran negosiasi, efektivitas komunikasi dan juga terhadap manajemen konflik.

Definisi Variabel Operasional

Manajemen konflik dengan

melibatkan beberapa dimensi yang cukup sering diusulkan oleh banyak peneliti seperti

(1) "Bintang Utara", (2) "Peta Evolusi Konflik," (3) kesadaran akan variasi pilihan

respons yang tersedia, dan (4) kesadaran akan gaya resolusi

konflik pribadi

(7)

119 Definisi Variabel Operasional

Keterampilan Negosiasi telah merujuk kepada beberapa dimensi seperti

1. konsesi di tingkat substantif (Carnevale & Pruitt, 1992) 2. komunikasi yang bertujuan

untuk menciptakan nilai (Olekalns & Smith, 2000) 3. emosi positif (Brett et al., 2007) Definisi Variabel Operasional Efektivitas Komunikasi dalam penelitian ini merupakan perwujudan dari hasil skor kuesioner melalui pengukuran jawaban responden. Adapun beberapa dimensi yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah Menurut (Dinnebeil et al., 1998), keempatnya dimensi komunikasi yang efektif adalah:

1. Bangun hubungan - Membangun hubungan penting untuk banyak perbedaan alasan. Setiap orang merespons secara berbeda bentuk dan metode komunikasi dan itu sangat penting untuk memahami aspek-aspek ini agar efektif dalam memberi dan menerima pesan Anda juga umpan balik.

2. Mendengarkan - “Ini tidak adil tentang berbicara dengan atau kepada orang. Terkadang komunikasi membutuhkan lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. "

3. Kontekstualisasi - “Saya

orang visual. aku membutuhkan sebuah kerangka acuan. "

4. Kerendahan hati - “Ini bukan ego

obyek. Kamu harus mencoba tetap objektif, ".

Sampel dan Tekhnik Pengumpulan Data. Untuk jumlah sampel jenuh sebesar 81 responden atas populasi yang telah ditentukan sesuai area penelitian. Sistem Skala data yang dipergunakan dengan menggunakan skala likert pada sistem wawancara langsung melalui penggunaan kuesioner berupa kumpulan pertanyaan tertutup. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata,. Untuk Keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari penelitian itu dapat diberi skor, misalnya:

(8)

120

2. Setuju diberi skor 4 3. Cukup Setuju diberi skor 3 4. Tidak setuju diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju diberi skor 1 yang kemudian akan dilakukan pengembangan instrument penelitian. (Sugiyono, 2015)

Validasi Pengukuran dilakukan melalui beberapa proses filter statistik inferensial.

Model Persamaan Struktural melalui analisis outer loading, inner loading, penetapan model persamaan struktural . Perangkat lunak yang dipergunakan adalah SMART PLS 3.0.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini menyajikan temuan penelitian.

Tabel 1. Outer Loading

Fakta Analisis Outer loading bisa merujuk kepada data dari tabel diatas maka semuanya telah menunjukkan

indikator yang merefleksikan variabel laten berada diatas >0.7 loading factor -nya sebagai syarat valid sehingga bisa dikatakan bahwa seluruh indikator telah menunjukkan validitas konvergen yang bisa diterima. (Edy, 2014)

Tabel 2. Validitas dan Reliabilitas Konstrak

Cronbach Validitas dan Reliabilitas Konstruksi Pengukuran Ideal adalah ukuran yang umum digunakan untuk mengukur keandalan sekumpulan indikator dari 2 variabel atau lebih. Nilai cronbach alpha berkisar antara 0 dan 1 dimana nilai alpha yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi diantara indikator tersebut. Nilai alfa yang lebih besar dari atau sama dengan 0,80 dapat diterima di sebagian besar aplikasi ilmu sosial. Sedangkan (Zettel, 2005) menyatakan bahwa untuk penelitian perilaku peneliti umumnya dapat menerima alpha Cronbach jika lebih besar dari atau sama dengan 0,60.

(9)

121

(Straub et al., 2004) menyatakan bahwa validitas konstruk merupakan jenis validitas yang berfokus pada sejauh mana instrumen penelitian merupakan ukuran efektif dari suatu konstruk atau variabel teoritis. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur validitas konstruk yaitu pertimbangan korelasi antara data penelitian dengan metode pengukuran yang ada, teknik diskriminan konvergen, analisis faktor. Standar validitas minimum yang digunakan peneliti berdasarkan nilai korelasi Pearson lebih besar atau sama dengan 0,30. Pengukuran model PLS SEM yang pertama pada model luar adalah pengukuran reflektif. Model pengukuran dinilai dengan reliabilitas dan validitas. Untuk reliabilitas, Cronbach's Alpha dapat digunakan. Nilai tersebut mencerminkan reliabilitas semua indikator dalam model. Nilai minimumnya adalah 0,7, sedangkan idealnya 0,8 atau 0,9. Selain Cronbach's Alpha digunakan juga nilai ρc (composite reliability) yang diinterpretasikan sama dengan nilai Cronbach's Alpha.

Setiap variabel laten harus mampu menjelaskan varians setiap indikator

minimal 50%. Oleh karena itu korelasi absolut antara variabel laten dan indikatornya harus> 0,7 (nilai absolut dari pembebanan standar luar atau disebut pembebanan luar). Tabel 2. diatas menunjukkan status data yang reliabel ditunjukkan oleh parameter cronbach alpha lebih besar dari 0.7 begitu juga diperkuat oleh parameter composite >0.7 dan memiliki validitas yang baik dimana status AVE diatas 0.5 untuk bisa dilanjutkan kedalam analisis outer atau inner model. (Dr. Ir. Edy Supriayadi, 2014)

Gambar 2. Analisis Outer Model

Sebenarnya analisis outer model telah ditunjukkan oleh semua loading factor yang telah merefleksikan semua variabel laten dengan baik. Dengan

(10)

122

demikian dapat dikatakan bahwa didalam penelitian ini analisis outer model sudah menyimpulkan dengan baik model yang ditawarkan oleh penulis.

Tabel 3. Koefisien Jalur

Jika kita melakukan analisis inner model terlihat bahwa baik koefisien negosiasi dan komunikasi efektif sama-sama terbukti signifikan dan berpengaruh positif. Peran komunikasi efektif sebesar 0.462 menunjukkan loading yang cukup moderat dan berpengaruh signifikan secara parsial dengan nilai t = 2.837 lebih besar dari t tabel sebesar 1.96, sementara Negosiasi dengan koefisien jalur sebesar 0.497 juga demikian. Secara visual bisa disaksikan di gambar 3. Laporan diagram analisis signifikansi model.

Gambar 3.

Analisis Signifikansi Model

Tabel 4. Total Pengaruh

Var Langsung Tidak

Langsung

Total

Nego>MK 0.497 0.393 0.89

KE>MK 0.462 0.462

Note :

Nego = Keterampilan Negosiasi

KE = Komunikasi Efektif

MK = Manajemen Konflik

Pada analisis jalur dapat disimpulkan bahwa pengaruh langsung sebesar 0.497 dan tidak langsung melalui intermediasi komunikasi efektif sebesar 0.393 sehingga total pengaruh sebesar 0.89. Sedangkan pengaruh jalur komunikasi efektif langsung sebesar 0.462.

Persamaan Struktural 1

MK=0.497NEGO+0.462KE+error R square = 0.85

(11)

123

Terlihat persamaan struktural 1 model regresi berganda yang dapat dirumuskan dari metode PLS menjelaskan pengaruh parsial negosiasi sebesar 0.415 dan komunikasi efektif 0.462 parsial tergolong moderat untuk bisa mempengaruhi perbaikan manajemen konflik. Dengan kemampuan menjelaskan secara simultan sebesar 85 persen.

Persamaan Struktural 2

MK=0.462KE+error R square = 0.72

Terlihat bahwa persamaan struktural 2 model regresi sederhana yang dapat dirumuskan dari metode PLS menjelaskan pengaruh parsial komunikasi efektif sebesar 0.415 tergolong moderat untuk bisa mempengaruhi kualitas manajemen konflik. Dengan daya penjelasan model sebesar 72 persen.

Tabel 5. R kuadrat dan Model Fit

Variabilitas laten keterampilan negosiasi dan komunikasi efektif telah secara bersama mampu menjelaskan variasi variabel manajemen konflik sebesar R square 85.1%, dengan demikian model ini cukup bisa dipertanggung jawabkan sebagai usulan model yang baik dalam memprediksi perubahan variabel produktivitas bila ada perubahan pada variabel inputnya. Dengan demikian baik hipotesa pertama dan kedua terbukti diterima. Atau dengan kata lain baik secara parsial maupun secara simultan dan bahkan melalui proses intermediasi seluruh variabel berperan signifikan dan positif

(12)

124

berpengaruh terhadap variasi perubahan kualitas pembenahan manajemen konflik.

Lebih lanjut ditemukan bahwa secara umum parameter yang ditunjukkan oleh informasi model fit Smart PLS dalam keadaan baik dan mampu diterima sebagai prasyarat model yang cukup baik dimana NFI 0.738. (Ghozali & Latan, 2015)

4. KESIMPULAN

Dengan demikian sampailah pada kesimpulan akhir pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara peran keterampilan negosiasi terhadap manajemen konflik melalui intermediasi komunikasi efektif . Peran tersebut baik secara parsial dan simultan maupun melalui proses intermedias terbukti berpengaruh positif dan signifikan. Sehingga bila melihat fakta tersebut diharapkan dalam hal menerjemahkan implikasi manajerialnya adalah untuk senantiasa mengembangkan keahlian negosiasi dan komunikasi yang efektif sehingga manajemen konflik bisa

ditingkatkan kualitas pemecahan masalahnya.

5. REFERENSI

Brett, J. M., Olekalns, M., Friedman, R., Goates, N., Anderson, C., & Lisco, C. C. (2007). Sticks and stones: Language, face, and online dispute resolution. Academy of Management Journal, 50(1), 85– 99.

Carnevale, P. J., & Pruitt, D. G. (1992). Negotiation and mediation. Annual Review of Psychology, 43(1), 531– 582.

DeVito, J. A., O’Rourke, S., & O’Neill, L. (2000). Human communication. Longman New York.

Dinnebeil, L. A., Fox, C. M., & Rule, S. (1998). Influences on Collaborative Relationships: Exploring Dimensions of Effective Communication and Shared Beliefs. Infant-Toddler

Intervention: The

Transdisciplinary Journal, 8(3), 263–278.

Dr. Ir. Edy Supriayadi, M. (2014). spss+amos, statistik data analysis.

(13)

125

Edy, S. (2014). SPSS+ Amos Perangkat Lunak Statistika: Pengolah Data untuk Penelitian. Jakarta: IN Media.

Gamble, T. K., & Gamble, M. W. (2013). Interpersonal communication: Building connections together. Sage Publications.

Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Partial Least Squares, konsep, teknik dan aplikasi menggunakan program Smartpls 3.0 untuk penelitian empiris. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gibb, J. R. (1961). Defensive communication. Journal of Communication, 11(3), 141–148. Greer, L., & Bendersky, C. (2013).

Power and status in conflict and negotiation research: Introduction to the special issue. Negotiation and Conflict Management Research, 6(4), 239–252.

Jeong, H.-W. (2009). Conflict management and resolution: an introduction. Routledge.

Lestari, S. (2016). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanaman Konflik dalam Keluarga. Prenada

Media.

Maulia, P., & Sri Budi Lestari, S. U. (2017). Interpersonal Communication Processes between Students, Caregivers of Boarding School, and Boarding School Environments in Building the Self Concept. Interaksi Online, 5(4), 1– 11.

McGuire, R. (2004). Negotiation: an important life skill. Pharmaceutical Journal, 273(7306), 23–25.

Molla, Y., Berhanu, E., & Demissie, D. (2019). Conflict Management and Its Impact on Teachers’ Performance of Secondary Schools of Wolaita and Dawro Zones, South Ethiopia. Organization, 10(13).

Moore, C. M., Birtwistle, G., & Burt, S. (2004). Channel power, conflict and conflict resolution in international fashion retailing. European Journal of Marketing. Muspawi, M. (2014). Manajemen

konflik (upaya penyelesaian konflik dalam organisasi). Jambi University.

(14)

126

Understanding optimal outcomes. The role of strategy sequences in competitive negotiations. Human Communication Research, 26(4), 527–557.

Oliver, R. (1998). Negotiation of meaning in child interactions. The Modern Language Journal, 82(3), 372–386.

Rahim, M. A. (2010). Managing conflict in organizations. Transaction Publishers.

Robbins, S. P. (1978). “Conflict management” and “conflict resolution” are not synonymous terms. California Management Review, 21(2), 67–75.

Shetach, A. (2009). The four-dimensions model: a tool for effective conflict management. International Studies of Management & Organization, 39(3), 82–106.

Straub, D., Boudreau, M.-C., & Gefen, D. (2004). Validation guidelines for IS positivist research. Communications of the Association for Information Systems, 13(1), 24. Sugiyono, S. (2015). Metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif dan R&D.

ALFABETA Bandung.

Thompson, L. L., Wang, J., & Gunia, B. C. (2010). Negotiation. Annual Review of Psychology, 61, 491– 515.

Ting‐Toomey, S., Oetzel, J. G., & Yee‐Jung, K. (2001).

Self‐construal types and conflict management styles.

Communication Reports, 14(2), 87–104.

Truax, C. B., Wargo, D. G., Frank, J. D., Imber, S. D., Battle, C. C., Hoehn-Saric, R., Nash, E. H., & Stone, A. R. (1966). Therapist empathy, genuineness, and warmth and patient therapeutic outcome. Journal of Consulting Psychology, 30(5), 395.

Zettel, J. (2005). Methodology support in case tools and its impact on individual acceptance and use: A controlled experiment. Empirical Software Engineering, 10(3), 367– 394.

Gambar

Tabel 1. Outer Loading
Tabel 5. R kuadrat dan Model  Fit

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji F-test menunjukkan bahwa ada pengaruh secara simultan sistem pelaporan, konflik peran, kejelasan sasaran anggaran terhadap efektivitas dan efisiensi sistem

Mereka mencoba untuk menghormati nilai-nilai adat dan kepentingan masyarakat sambil menjaga kerjasama dan keharmonisan antara pihak-pihak yang terlibat Cara penyelesaian konflik ini

Dalam budaya Lonto Leok, sistem pengambilan keputusan melalui peran Tu'a Golo, seorang pemimpin yang dihormati dan diakui oleh masyarakat, dapat menjadi pendekatan yang efektif untuk