BAB
BAB II
II
TEORI
TEORI DASAR
DASAR DAERAH
DAERAH RESAPAN
RESAPAN AIR
AIR
2.1
2.1 Daerah Resapan Air Daerah Resapan Air
2.1.1
2.1.1 Pengertian daerah resapan airPengertian daerah resapan air
Daerah resapan air a
Daerah resapan air adalah daerah masuknya air dari permukaan tanahdalah daerah masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air tanah ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air tanah yang mengalir ke daerah yang lebih rendah. Daera
yang mengalir ke daerah yang lebih rendah. Daera h ini memilikih ini memiliki kandungan komposisi mineral dan komposisi garam yang lebih rendah kandungan komposisi mineral dan komposisi garam yang lebih rendah dari daerah luahannya dala
dari daerah luahannya dalam m satu aliran air tanah yang sama dasatu aliran air tanah yang sama dann mengalami penurunan tekanan air
mengalami penurunan tekanan air yang berlawanan dengan kenaikanyang berlawanan dengan kenaikan tekanan air
tekanan air di daerah luahadi daerah luahannya dalam nnya dalam satu aliran air tasatu aliran air tanah yang sama.nah yang sama. daerah resapan
daerah resapan air jugair juga terdapat a terdapat perbedaan distribusi tumbuh-perbedaan distribusi tumbuh-tumbuhan.
tumbuhan.
Pemahaman makna daerah resa
Pemahaman makna daerah resapan pan air di alaair di alam setidaknya ada limam setidaknya ada lima unsur utama sebagai ciri
unsur utama sebagai ciri yang harus dipenuhi yaitu kondisi tanahnyayang harus dipenuhi yaitu kondisi tanahnya poros, kemampuan dalam meresap a
poros, kemampuan dalam meresap a ir yang cukup tinggi, memilikiir yang cukup tinggi, memiliki perbedaan
perbedaan tinggi tinggi air tanah air tanah yang myang mencolokencolok, berada pada , berada pada wilayahwilayah dengan
dengan curah curah hujan hujan cukup cukup tinggi tinggi >2500 mm/tahun,da>2500 mm/tahun,da n n memilikimemiliki vegetasi dengan sistem
vegetasi dengan sistem perakaraperakaran n yang cukup yang cukup dalam serta dalam serta memilikimemiliki pelapisan tajuk.
pelapisan tajuk.
2.1.2
2.1.2 Sifat-sifat daerah resapan airSifat-sifat daerah resapan air
B
Berdasarkan bentang alaerdasarkan bentang ala mnya, daerah resamnya, daerah resapan lebpan lebih ih mendomendominansiminansi wilayah cekungan dan secara ala
wilayah cekungan dan secara ala mi memiliki ciri-ciri komi memiliki ciri-ciri kondisi tanahndisi tanah dengan kemampuan resapan yang cukup tinggi,
dengan kemampuan resapan yang cukup tinggi, curah hujan curah hujan ratarata-rata-rata lebih dari 1.000 mm per tahun, lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran lebih dari 1.000 mm per tahun, lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm, mempunyai kemampua
minimal 1/16 mm, mempunyai kemampua n mn meresap air dengan kecepataneresap air dengan kecepatan lebih dari 1 meter per hari, kedala
permukaan tanah, kemiringan lereng kurang dari 15 %, dan kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.
Kemampuan peresapan air dipengaruhi oleh struktur dan tektur tanahnya yang kandungan pasir dalam tanah tersebut sangat menentukan. Semakin tinggi kandungan pasir dalam tanah, maka kepadatan tanah akan semakin rendah yang berarti akan memicu peresapan air kedalam tanah termasuk mempengaruhi laju peresapan
air tersebut.
Perbedaan tinggi atau rendahnya air tanah pada musim kemarau dan penghujan adalah sebagai bukti adanya sirkulasi air kearah dala m.
Aliran sirkulasi air ke arah dalam berkaitan erat dengan suplai air ke persediaan air bawah tanah atau ground water . Pentingnya daerah
yang memiliki curuh hujan tinggi adalah a gar intensitas air yang dapat masuk ke dalam tanah cukup besar. Sedangkan fungsi penutupan dengan vegetasi yang memiliki sistem perakaran dalam adalah sebagai bio-filter dari sifat-sifat kimia yang dibawa oleh air dan tanah itu
sendiri serta untuk mengendalikan laju limpahan air.
2.1.3 Fungsi daerah resapan air
Sebagai daerah yang memiliki sifat resapan air yang tinggi, daerah resapan air berkemampuan untuk menampung debit air hujan yang turun di daerah tersebut. Daerah resapan air secara tida k langsung juga berdampak pada pengendalian banjir untuk daerah yang berada lebih
rendah darinya karena air hujan tidak turun ke daerah yang lebih
rendah namun diserap sebagai air tanah. Air yang di s erap ini kemudian akan menjadi cadangan air di musim kering serta supply air untuk daerah yang berada di bawahnya.
2.2 Perlindungan Daerah Resapan Air
Perlindungan terhadap daerah resapan air bertujuan untuk memberikan lahan yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tersebut. Peresapan air yang cukup di daerah ini kemudian bertujuan untuk pemenuhan keperluan
penyediaan kebutuhan air tanah baik untuk daerah yang lebih rendah maupun daerah itu sendiri, serta pengendalian banjir pada daerah yang lebih rendah dari daerah tersebut.
2.2.2 Masalah pelindungan daerah resapan air
Permasalahan utama daerah resapan air adalah pembangunan yang sering terjadi di daerah resapan air yang seharusnya merupakan daerah yang dilarang untuk dibangun.
Koefisien dasar bangunan adalah peraturan agar bangunan yang dirancang tidak menyebabkan terganggunya sirkulasi air tanah baik penyerapanya maupun sirkulasi air di dalam aliran air tanah. Penetapan
koefisien dasar bangunan adalah untuk membatasi lahan terbangun agar memberikan kesempatan tanah untuk menyerap air.
Kurang ketatnya kontrol terhadap izin mendirikan bangunan (IMB) banyak menyebabkan menyempitnya daerah resapan air. Hal ini
disebabkan oleh bangunan dengan pondasi dalam selain akan
mengurangi peresapan air oleh tanah juga akan menghalangi aliran air tanah dalam.
Pada perumahan yang telah dibangun di daerah resapan a irpun terjadi kesalahpahaman tentang koefisien dasar ba ngunan tersebut. Menurut pada koefisian dasar bangunan, daerah terbangun untuk suatu wilayah
yang telah memiliki izin mendirikan bangunan adalah 40% untuk lahan terbangun dan 60% untuk lahan terbuka hijau yang pada kenyataannya tidak terealisasi.
Untuk menentukan daerah resapan air diperlukan pemahaman kla sifikasi aliran air tanah. Pertama adalah aliran airtanah regional yaitu aliran air tanah pada umumnya. Aliran ini berlangsung dalam satu siklus yang berada pada satu cekungan air tanah yang sa ma. Kedua adalah aliran airtanah transisi. Dalam cekungan air tanah, ada suatu karakter dimana aliran dapat berfluktuasi
mengikuti aliran regional atau lokal tergantung pada beberapa parameter alam yang ada. Karakter inilah yang disebut sebagai aliran tra nsisi. Ketiga aliran air tanah lokal. Aliran ini terbentuk akibat adanya perbedaan kondisi alam yang bersifat lokal yang mengkibatkan alirannya berbeda dengan pola umum (aliran
airtanah regional).
Berdasar dari pemahaman klasifikasi aliran tanah tersebut maka penentuan daerah resapan air tanah akan lebih detil. Diperlukan konsep yang lebih baik diantaranya adalah penentuan daerah resapan untuk ketiga klasifikasi aliran ini. Untuk menentukan dengan lebih rinci daerah resapan air, perlu untuk mengamati parameter fisika dan kimia yang ada pada pergerakan aliran air tanah tersebut.
2.4 Dasar Hukum Pengelolaan Daerah Resapan Air
Pada tingkat Propinsi Jawa Barat terdapat beberapa peraturan, yaitu:
y SK Gubernur No.181/SK.1624-Bapp/1982 tentang Pengamanan
Wilayah Inti Bandung Raya BagianUtara
Menetapkan batasan Kawasan BandungUtara berdasarkan penggolongan kemiringan lereng yang diperuntukan untuk hutan
lindung, pertanian tanaman keras dan pertanian non tana man keras.
y Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No.640/SK.1625-Bapp/1982
tentang Pemberian Ijin Pembangunan di Wilayah Inti Bandung Raya BagianUtara
dibuat untuk mengambil langkah-langkah pengamanan, pengawasan serta meningkatkan seleksi terhadap ijin pembangunan di Wilayah Bandung BagianUtara.
y Surat Edaran Gubernur Jawa Barat No.593/4535-Bapp/1993 tentang
Pengendalian Penggunaan Lahan di Ka wasanBandungUtara, 30 November 1993
Berisi instruksi gubernur untuk tidak memberikan ijin pembangunan sebelum dilakukan penelitian oleh Bappeda Propinsi.
y Surat Edaran Gubernur Jawa Barat No.593/1221-Bappeda tentang
Pengendalian Lahan di Kawasan BandungUtara, 22 April 1994 Peraturan mengenai kegiatan terbangun di Wilayah Bandung Bagian Utara dapat dikembangkan pada lahan kurang dari 30%.
y Surat Edaran Gubernur Jawa Barat No.593.82/1174-Bapp/1994 tentang
Permohonan Ijin Lokasi dan Pembebasan Tanah di Kawasan Bandung Utara
Berisi prosedur pemberian ijin lokasi, pengesahan site-plan, dan penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
2.5 Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan Hidup
Etika Lingkungan Hidup adalah respon atas etika yang dirasa lebih
mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia selama ini dipandang hanya sebagai subyek sehingga pantas menjadi perhatian manusia. Selanjutnya, etika lingkungan hidup menuntut a danya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia, yaitu dengan memasukkan lingkungan sebagai bagian dari komunitas moral.
ANTROPOSENTRISME
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya
dianggap yang paling menentukan dalam ekosistem dan dalam kebijakan yang diambi, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah
manusia dan kepentingannya. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia.
BIOSENTRISME DAN EKOSENTRISME
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan, yaitu pada pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas etika yang berlaku mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup, seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperlua s untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya.
TEOSENTRISME
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh aga ma dalam
mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di daerahBali, konsep
seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana, yang dibahas hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungan.
2.6 F aktor-F aktor Penyebab Penyempitan Daerah Resapan Air
Penyebab sempitnya daerah resapan air dapat di sebabkan oleh faktor sosial kependudukan terutama penyempitan yang terjadi pada daerah resapan air yang merupakan bagian dari kota metropolitan atau merupakan daerah limpahan urbanisasi kota metropolitan. Di kota-kota besar umumnya terjadi arus urbanisasi yang terus meningkat sedangkan lahan untuk pemukiman penduduk urbanisasi tersebut tidak tertampung pada lahan-lahan yang memang
direncanakan sebagai lahan pemukiman. Oleh sebab itu limpahan urbanisasi dari kota-kota ini kemudian akan secara sporadis mencari lahan sendiri untuk dibuat tempat tinggal yang tidak menutup kemungkinan bahwa warga
urbanisasi ini akan menempati daerah-daerah resapan air yang seharusnya terlarang untuk di bangun.
Faktor lainnya yang menyebabkan resapan a ir menyempit adalah daerah resapan air yang umumnya merupakan dataran tinggi adalah tempat yang cukup sejuk dan nyaman untuk rekreasi warga kota yang selama hari kerja telah penat dengan hari-hari kesibukan di kota-kota besar. Kesempatan seperti inilah yang dimanfaat kan pengembang untuk membuat sarana-sarana rekreasi bagi warga kota-kota besar. Terlihat dengan menjamurnya hotel, resort dan
restoran di dataran-dataran tinggi yang umumnya digunakan sebagai daerah resapan air.
2.7 I nteraksi Manusia dan Lingkungan
Sudah seharusnya pembangunan merupakan aktivitas memanfaatkan
sumberdaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan juga merupakan cara untuk memelihara
keseimbangan antara lingkungan alami dan lingkungan binaan, sehingga interaksi keduanya tetap dalam keharmonisan. Oleh sebab itu eksploitasi
sumberdaya alam untuk pembangunan harus seimbang dengan bahan alam dan pembuangan limbah ke lingkungan. Prinsip dalam pemeliharaan
keseimbangan lingkungan haruslah menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Penggunaan teknologi sebaiknya tidak merusak lingkungan alam serta bersifat ramah lingkungan dan mengutamakan sistem daur ulang. Tujuan untuk
menjadikan produk ramah lingkungan dan menekan biaya akibat produksi tersebut harus menjadi tujuan utama dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat.