• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH DAN KONDISI KEBENCANAAN DI KABUPATEN PIDIE JAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH DAN KONDISI KEBENCANAAN DI KABUPATEN PIDIE JAYA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

III - 1

BAB III

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH DAN KONDISI

KEBENCANAAN DI KABUPATEN PIDIE JAYA

3.1 Aspek Geografi dan Demografi

Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu Kabupaten yang baru terbentuk berada dalam wilayah Provinsi Aceh, dengan ibukota Kabupaten adalah Kota Meureudu. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007, pada tanggal 2 Januari2007, dengan luas wilayah Kabupaten Pidie Jaya 1.162,84 km2, yang terdiri dari 8 Kecamatan, 34 Mukim, dan 222 desa. Batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka,

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen,  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie (Kecamatan Tangse,

Kecamatan Geumpang dan Kecamatan Mane),

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie (Kecamatan Geulumpang Tiga, Kecamatan Geulumpang Baro, dan Kecamatan Keumbang Tanjong). Wilayah administrasi Kabupaten Pidie Jaya terdiri atas 8 kecamatan, 222 desa dan kemukiman sebanyak 34 kemukiman. Lebih jelasnya tentang wilayah administrasi Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Jumlah Desa, Kelurahan dan Kemukiman di Kabupaten Pidie Jaya

Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008

No Kecamatan Luas Wilayah (km2) Jumlah Desa Kemukiman 1 Bandar Baru 281.24 43 8 2 Pante Raja 40.04 10 2 3 Trienggadeng 128.00 27 5 4 Meureudu 156.74 30 4 5 Meurah Dua 292.2 19 3 6 U l i m 60.73 30 5 7 Jangka Buya 29.64 18 2 8 Bandar Dua 174.26 45 5 TOTAL 1,162.85 222 34

(2)

III - 2

Gambar 3.1

Peta Administrasi Kabupaten Pidie Jaya

Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie Jaya

Secara topografi Kabupaten Pidie Jaya mempunyai kelas ketinggian yang bervariasi antara 0 – 1500 meter dpl dengan tingkat kemiringan lahan 0 s.d 40 %, di mana untuk kota kecamatan seperti: Pante Raja,Trienggadeng, dan Meureudu berada di pesisir pantai selat Malaka. Kabupaten Pidie Jaya juga merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki daerah kelas lereng lebih besar dari 40 % dan daerah pesisir pantai yang memiliki klasifikasi lereng 0 s.d 3 %. Kondisi geologi Kabupaten Pidie Jaya terdiri oleh beberapa bebatuan, dengan jenis batuan sendimen, batuan vulkanis telsis, dan aluvial terakhir. Dominasi batuan sendimen ini hampir merata pada sebelah selatan wilayah Pidie Jaya, yang merupakan dataran tinggi atau berfungsi sebagai kawasan Hutan baik produksi dan atau lindung.

Sendimen ini juga terbagi oleh jenis yag diantaranya, sendimen kapur dan glaukosit dengan material halus, kemudian sendimen sedikit kandungan kapur dan material kasar konglomerat, batu pasir dan mika. Dilihat dari jenis tanah, Kabupaten Pidie Jaya memilki jenis tanah Podzolit merah kuning yang terluas dibandingkan

(3)

III - 3

dengan jenis tanah lainnya. Keadaan tanah efektif di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 94,78 % untuk kedalaman lebih dari 90 cm, sedangkan sisanya 5,22% tersebar di pedalaman lainnya. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Pidie Jaya sangat beragam. Sebagian besar merupakan jenis tanah Kambisol yang bercampur dengan jenis tanah lainnya, seperti: Gleisol, regosol, andosol, alluvial, dan podsolik.

Kabupaten Pidie Jaya termasuk kedalam wilayah beriklim tropis basah, temperatur berkisar dari suhu minimum 19°-22° sampai dengan suhu maksimum 30° -35°. Selama ini curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Januari, sedangkan curah hujan tetap terjadi pada bulan Oktober dan Desember. Walaupun kebiasaan musim hujan di daerah dimulai dari September hingga Desember.

Namun bila di lihat dari rata-rata curah hujan dan hari hujan selama periode September sampai dengan Desember masing-masing 285,25 mm dan 16,55 hh dan selama musim kemarau Januari sampai Agustus rata-rata curah hujan masing-masing 171,62 mm dan 8,5 hh.Curah hujan tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada bulan Januari 569 mm/bulan dan hari hujan 12 hari. Sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli 66 mm/bulan selama hari hujan 4 hari, umumnya diwilayah pesisir seperti ditunjukkan pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Perkembangan Curah Hujan dan Hari Hujan dirinci menurut Bulan Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 - 2010

No Bulan 2005 2006 2007 TAHUN 2008 2009 2010 1 Januari 164 303 305 614 569 394 2 Februari 148 41 87 170 410 29 3 Maret 270 211 64 68 330 307 4 April 243 119 192 104 145 109 5 Mai 160 24 57 149 178 145 6 Juni 44 63 97 134 83 52 7 Juli 127 46 6 85 66 96 8 Agustus 40 26 137 49 81 95 9 September 277 318 166 139 279 182 10 Oktober 111 277 204 317 161 389 11 November 740 524 209 351 274 380 12 Desember 160 399 127 334 381 614 JUMLAH 2484 2.351 1651 2514 2957 2.792 RATA-RATA 207 195,92 137,58 209,50 246,42 232,67 Sumber:Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie Jaya 2011

Penilaian faktor iklim digambarkan dalam bentuk curah hujan, oleh karena curah hujan sangat berpengaruh terhadap kondisi tanah, baik terhadap kesuburan

(4)

III - 4

maupun kerusakan tanah,klasifikasi curah hujan menurut Keputusan Menteri Pertanian No.837/Kpts/UM/II/1980 ditunjukkan pada table 3.3.

Tabel 3.3

Intensitas Hujan harian Rata-Rata

No Intensitas Hujan Tingkat

Kepekaan

Nilai Bobot 1. < 13,6 mm/hari Tidak peka 15

2. 13.6 – 20.7 mm/hari Agak peka 30

3. 20.7 – 27.7 mm/hari Agak peka 45

4. 27.7 – 34.8 mm/hari Peka 60

5. > 34.8 mm/hari Sangat Peka 75

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie Jaya 2010

Selanjutnya bila ke tiga faktor yaitu : kemiringan lahan, kepekaan tanah, dan intensitas curah hujan dijumlahkan bobotnya. Jika nilai bobot ke tiga faktor tersebut < 124 mempunyai kesesuaian lahan untuk Hutan Produksi Biasa (HPB) atau Hutan Produksi Konversi (HPK), nilai bobot 125 – 174 mempunyai kesesuaian lahan untuk Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan nilai bobot > 175 mempunyai kelas kesesuaian lahan untuk Hutan Lindung. Penggunaan lahan terluas adalah pemukiman dan pertanian/perkebunan, sisanya adalah hutan lindung. Dari seluruh lahan baru sekitar 17,52 % lahan yang telah di gunakan, sedangkan sisanya merupakan hutan lebat dan lainnya.Kawasan non budidaya merupakan hutan lebat.

Pola penggunaan lahan eksisting di kabupaten Pidie Jaya, dilihat dari perkembangan pemanfaatan lahan cenderung berorientasi ke bagian utara, terutama kegiatan budidaya pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan/tambak), permukiman penduduk, pariwisata, serta jasa dan perdagangan. Secara morfologi wilayah Pidie Jaya terbagi dalam tiga bagian yaitu : dataran rendah atau pesisir, daerah perbukitan, dan daerah pegunungan.

(5)

III - 5

Tabel 3.4

Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2010

No Kecamatan Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

Ha % Ha % 1 Bandar Baru 9.869,99 20,03 12.310 27 2 Pante Raja 74,05 0,15 1.267,00 2,76 3 Trienggadeng 765,86 1,55 6.785,00 14,78 4 Meureudu 4.926,88 10,00 8.757,00 19,07 5 Meurah Dua 23.879,69 48,45 3.794,00 8,26 6 Ulim 744,56 1,51 3.102,00 6,76 7 Bandar Dua 7.961,92 16,16 9.697,00 21,12 8 Jangka Buya 1.061,05 2,15 204,00 0,44

Sumber : Profil Pidie Jaya 2011

Status Penguasaan Lahan di wilayah Kabupaten Pidie Jaya saat ini yang terindentifikasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu: Hak Guna tanah (HGU) dan Hak Milik. Penggunaan lahan yang termasuk status HGU diantaranya Hak Penguasaan Hutan (HPH), Perkebunan Besar dan Hutan Tanaman Industri (HTI).

Pemanfaatan lahan juga untuk berbagai kegiatan pemukiman, pertanian, perkebunan, perdagangan dan jasa serta perkantoran. Berdasarkan kondisi eksisting, dengan semangat untuk mempercepat perkembangan Kabupaten Pidie Jaya, khususnya Ibu Kota Kabupaten. Berkurangnya luas lahan yang sebelumnya sebagai sarana pertanian/sawah, ini disebabkan oleh karena pembangunan perkantoran pemerintah dan perumahan.

Pola pemanfaatan ruang kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antara wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, rencana pemanfaatan kawasan lindung adalah :

a. Mengarahkan fungsi kawasan lindung yang meliputi rencana pemanfaatan ruang kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan di bawahnya, kawasan suaka alam, kawasan perlindungan setempat dan kawasan bencana;

(6)

III - 6

b. Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber air;

c. Mengendalikan pemanfatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.

Pengembangan kawasan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya bertujuan untuk menjaga kualitas daya dukung kabupaten Pidie Jaya di lingkungan wilayah perencanaan menciptakan lapangan kerja, terciptanya keserasian dengan rencana struktur ruang yang dikembangkan. Adapun kawasan budidaya meliputi kawasan pemukiman, kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan tanaman tahunan/perkebunan, kawasan peternakan, kawasan perikanan dan kawasan pariwisata.

Pengembangan kawasan rawan bencana merupakan usaha untuk menjaga keseimbangan terhadap kondisi alam yang rawan terjadinya perubahan. Perubahan itu terjadi karena banjir, longsor, abrasi dan gempa bumi serta perubahan lainnya. Kawasan rawan bencana tersebut harus dilindungi dari pemukiman penduduk melalui berbagai perencanaan yaitu membentuk sempadan dan daerah terbuka hijau sehingga dapat meminimalisir terjadinya dampak dari perubahan kondisi tersebut.

Daerah yang rawan bencana yaitu daerah pesisir laut dan pinggiran sungai (DAS) Adapun daerah pesisir yang rawan terjadinya bencana abrasi adalah pesisir Pante Raja, pesisir Meureudu, pesisir Trienggadeng, pesisir Bandar Baru dan pesisir Meurah Dua. Sedang Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan daerah yang paling rawan bencana meliputi krueng Putue Bandar Baru, krueng Ulim, krueng panton Beurasan Trienggadeng, krueng Meureudu dan krueng Jeulangan Bandar Dua.

3.2 Kondisi Kebencanaan di Kabupaten Pidie Jaya 3.2.1 Bencana Alam (Natural Hazard/ Geohazard)

1. Gempa Bumi

Wilayah Propinsi Aceh merupakan salah satu dari 25 Wilayah Rawan Gempabumi Indonesia dapat dilihat pada dibawah ini.

(7)

III - 7

Gambar 3.2

Peta Sesar Aktif dan Sebaran Pusat Gempabumi Merusak di Indonesia

Seluruh wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang terdiri dari 8 kecamatan, 222 desa dan 34 Kemukiman merupakan daerah potensi rawan bencana gempa bumi karena Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar pertemuan 3 lempeng itu sering terjadi gempabumi.

2. Tsunami/ Gelombang Pasang

Wilayah Propinsi Aceh merupakan salah satu dari 21 wilayah rawan bencana tsunami di Indonesia dapat dilihat 3.3.

(8)

III - 8

Gambar 3.3

Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia

Daerah/wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang berada di pesisir pantai merupakan daerah/ wilayah potensi rawan bencana tsunami/ gelombang pasang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Kecamatan Bandar Baru meliputi Desa : Cut Njong, Mns.Baro, Sawang, dan Lancang Paru

2. Kecamatan Penteraja meliputi Desa : Keude Pante Raja, Reudeup, Peurade dan TU.

3. Kecamatan Trienggadeng meliputi Desa : Mns. Keude, Meue dan Cot Lheue Rheng.

4. Kecamatan Meureudu meliputi Desa : Meuraksa dan Mns. Balek 5. Kecamatan Meurah Dua meliputi Desa : Mns Jurong, Lueng Bimbe 6. Kecamatan Ulim meliputi Desa : Tijien Husen, Gelanggang dan Buangan 7. Kecamatan Jangka Buya meliputi Desa : Gampong Cot

Bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2004 menyebabkan banyaknya penduduk yang kehilangan tempat tinggal dan trauma untuk kembali ke tempat tinggal asalnya. akibatnya terjadi pengungsian yang jumlahnya mencapai 59.058

(9)

III - 9

orang tersebar di sekitar 55 titik, baik yang merupakan penduduk Kabupaten Pidie Jaya maupun penduduk yang mengungsi ke Kabupaten Pidie. Jumlah korban dan pengungsi wilayah Kabupaten Pidie Jaya pasca tsunami sebagaimana tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5

Jumlah Korban Jiwa dan Pengungsi Pasca Tsunami di Kabupaten Pidie Jaya No

Kecamatan

Korban (jiwa) Meninggal Hilang

Luka-Luka Pengungsi (jiwa) 1 Bandar Baru 15 0 0 1.080 2 Pante Raja 191 9 0 3.022 3 Trienggadeng 310 35 0 1.668 4 Meureudu 11 0 0 110 5 Meurah Dua 1 0 0 175 6 Ulim 8 0 0 577 7 Jangka Buya 25 27 2 1.534 8 Bandar Dua 0 0 0 0 Jumlah 561 62 2 8.166

Sumber: Dinas Sosia Kab. Pidie Tahun 2006

3. Banjir

Potensi Banjir dipicu oleh keadaan luapan debit air delapan ruas sungai besar yang bermuara di sepanjang garis pantai Pidie Jaya. Kedelapan sungai itu adalah Sungai Lueng Putu, Sungai Cubo, Sungai Trienggadeng, Sungai Beuracan-Pangwa, Sungai Meureudu, sungai Ulim, sungai Jeulanga, dan Sungai Kiran (untuk selanjutnya dalam kearifan lokal Pidie Jaya yang umumnya bersuku Aceh nama sungai dibahasakan sebagai “Krueng”).

(10)

III - 10

Gambar 3.4

Peta delapan ruas sungai yang melintasi Pemukiman Penduduk di Pidie Jaya, yang bermuara di sepanjang garis pantai Pidie Jaya

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Krueng Lueng Putu, adalah sungai yang memilik hulu di daerah kabupaten tetangga Pidie, yang lintasan ruas sungainya sejajar/ di tepi jalan negara yang membelah ibukota Kecamatan Bandar Baru, Lueng Putu, ruasan sungai dilanjutkan pada desa Blang Glong dan berakhir di muara yang umumnya daerah tambak ikan di desa Udeng dan Baroh Lancok. Berdasarkan Rekam Jejak Bencana pada September-Desember 2008, November 2009, November 2010, dan September-Desember 2011 yang berlanjut pada Januari 2013, luapan air sungai ini telah menyebabkan genangan setinggi 0 sd 40 cm di desa Blang Glong, Ara, Udeung, dan memberikan dampak erosi pengikisan yang cukup parah sepanjang jalan negara yang menghancurkan pengaman tebing sungai di beberapa titik Kota Lueng Putu pada tahun 2010 dan 2011.

Penanganan secara alamiah dengan penanaman kembali rumpun bambu dan pembangunan tebing pengaman dinding sungai telah dilakukan pada tahun 2009,

(11)

III - 11

dan dilanjutkan kembali dengan rekonstruksi ulang dinding pengaman tebing sungai pada tahun 2012.

Gambar 3.5

Sungai Lueng Putu yang melintasi pemukiman penduduk di Kecamatan Bandar Baru dan bermuara di garis pantai Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Krueng Cubo, adalah sungai yang memiliki hulu di daerah pegunungan selatan Kabupaten Pidie dan Pidie jaya. Sungai ini pada ruasan terakhirnya merupakan gabungan dua sungai besar yaitu Krueng Inong dan Krueng Agam, yang ruasan sungai melintasi pemukiman penduduk di dua kecamatan, yaitu mengairi ruas sungai di pemukiman Kecamatan Bandar Baru, dan Kecamatan Panteraja. Muara sungai ini berada di garis pantai Kecamatan Panteraja.

Pada Bagian hulu sungai, erosi yang diakibatkan aliran sungai Cubo mengakibatkan ancaman pada fasilitas Irigasi, pengikisan tebing di komplek perumahan/fasilitas militer yang dimiliki kompi C Senapan Bhirawa Yudha, yang terjadi pada musim penghujan tahun 2009, 2010, dan 2011. Pada bagian ruas di sekitar desa Blang Sukon dan Kayee Jatoe, juga terjadi erosi sungai yang luar biasa karena dipicu galian C yang eksplorasinya telah dihentikan pada tahun 2011. Desa

(12)

III - 12

Sarah Panyang, Blang Sukon, Kayee jatoe adalah desa-desa yang mengalami pengikisan tebing sungai terparah selama tiga tahun terakhir (2009 sd 2011) yang mengancam keberadaan perkebunan penduduk, terutama Kakao. Aliran sungai ini juga membawa dampak erosi pada pondasi jembatan rangka Baja yang terdapat di dua titik yaitu titik Blang Krueng dan titik Kaye Jatoe.

Gambar 3.6

Sungai Cubo Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Bandar Baru dan Kecamatan Panteraja dan Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Panteraja

Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Pada daerah kecamatan Panteraja, sungai cubo melalui beberapa desa mulai dari desa Lhok Puuk sampai ke muara sungai di Keude Panteraja. Berdasarkan rekam jejak bencana tahun 2008 sampai dengan 2011, beberapa desa seperti Desa Mesjid, Muka Blang, Meunasah Teungoh, dan Hagu, pada musim penghujan sering terjadi genangan setinggi 50 cm pada badan jalan,Lapangan Bola Desa Mesjid dan pemukiman penduduk. Sementara erosi tebing sungai Cubo di desa Lhok Puuk telah mengancam fasilitas olahraga masyarakat berupa Lapangan Sepakbola Lhok Puuk.

(13)

III - 13

Khusus untuk desa Lhok Puuk, erosi diperparah dengan adanya pengambilan rumpun bambu yang berfungsi menyangga keutuhan tebing sungai.

Sungai Ketiga yang bermuara di garis pantai Pidie Jaya adalah Krueng Trienggadeng. Sungai ini terbentuk seperti alur kecil yang sumber mata airnya adalah embung (daerah tangkapan air) di daerah Tampui dan Panton Raya. Panjang ruas sungai ini relatif pendek (sekitara 4500 meter), namun erosi yang ditimbulkan telah mengakibatkan kerusakan badan jalan kabupaten dan tebing pengaman jalan kabupaten di beberapa desa dalam kecamatan Trienggadeng, seperti Desa Meunasah Sagoe, Mee Peuduk dan Keude Trienggadeng.

Gambar 3.7

Sungai trienggadeng, yang melintasi pemukiman penduduk di Kecamatan Trienggadeng dan bermuara di garis pantai Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Sungai Keempat adalah sungai Beuracan Pangwa, sungai ini berasal dari pegunungan selatan Pidie Jaya dan menjadi tapal batas antara Kecamatan Trienggadeng dan Kecamatan Meureudu.

(14)

III - 14

Gambar 3.8

Sungai Beuracan Pangwa Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu dan Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Trienggadeng dan

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Gerusan erosi yang diakibatkan aliran sungai Beuracan Pangwa in mengancam beberapa fasilitas mulai dari Bangunan Irigasi Alue Demam, Jembatan Gantung di Desa Lampoh Lada dan Buloh, Jembatan Beton di Jalan Negara di perbatasan Beuracan Pangwa. Aliran sungai juga mengancam kebun, pemukiman dan sawah penduduk di dua Kecamatan. Di Kecamatan Trienggadeng Desa Buloh, Meucat Panwa, Deah Pangwa, dan di Kecamatan Meureudu seperti Desa Rumpun, Grong-grong Krueng, Rambong, Kuta Trieng, Teupin Peuraho,sampai dengan Rhing Krueng. Muara sungai ini bersisian dengan tiga desa yaitu desa Rhing Krueng, Meuraksa, dan Rhing Blang di Kecamatan Meureudu.

Sungai Kelima yang melintasi Pidie Jaya adalah Sungai Meureudu. Krueng Meureudu adalah sungai yang termasuk dalam empat sungai beraliran deras dibagian timur Kabupaten Pidie Jaya. Empat sungai di bagian Barat, seperti Putu,

(15)

III - 15

Cubo, Trienggadeng, dan Beuracan, memiliki ferhang (kemiringan aliran) yang lebih rendah dibanding dengan keempat sungai di Bagian Timur Pidie Jaya. Pada 19 Desember 2009, pukul 21.00 WIB, keempat sungai di bagian Timur Pidie Jaya ini pernah mengakibatkan bencana banjir besar yang menggenangi 40 (empat puluh) desa, yang meliputi desa dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Bandar Dua, dan Jangka Buya.

Gambar 3.9

Sungai Meureudu Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua dan Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua

Kabupaten Pidie Jaya.

(16)

III - 16

Gambar 3.10

Sungai Ulim dan Bandar Dua Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Ulim dan Bandar Dua Serta Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Ulim dan Bandar Dua

Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Krueng Jeulanga adalah Sungai yang memiliki hulu di daerahselatan pegunungan Pidie Jaya yang memiliki alur akhir bergabung dengan ruas sungai Ulim, pertemuan ruas sungai Jeulanga dan Ulim ini berimpitan di desa Babah Krueng, untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.11.

(17)

III - 17

Gambar 3.11

Sungai Jeulanga Yang Menjadi Ruas Anakan Dari Sungai Ulim Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Bandar Dua dan Ruas Akhirnya Bergabung

Dengan Ruas Krueng Ulim di Desa Babah Krueng Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Krueng Kiran adalah sungai yang memiliki ruas hulu di pegunungan selatan kecamatan Bandar Dua dan bermuara ke garis pantai Kecamatan Jangka Buya, untuk ebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.12.

(18)

III - 18

Gambar 3.12

Sungai Kiran Yang Memiliki Ruas Hulu di Pegunungan Selatan Kecamatan Bandar Dua dan Bermuara ke Garis Pantai Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

4. Letusan Gunung Berapi

Walaupun Pidie Jaya tidak memiliki gunung berapi yang aktif, namun dengan adanya Gunung Peut Sagoe yang berada 1 km dari perbatasan Kecamatan Meurah Dua (Pidie Jaya) dengan Kecamatan Geumpang (Pidie), telah memberikan ancaman potensi banjir lahar dan debu panas.

Letusan gunung api ini dapat mengeluarkan/ menimbulkan: a. Awan Panas

Campuran gas dan batuan vulkanik dalam berbagai ukuran, bergerak menuruni lereng gunung dengan kecepatan yang sangat tinggi. Aliran awan panas sangat ditakuti karena biasanya bila melanda daerah pemukiman, maka tidak ada kesempatan untuk menghindar dan atau menyelamatkan diri.

(19)

III - 19

b. Aliran Lava

Lelehan batu pijar yang meluncur turun menelusuri lereng gunungapi. Aliran lava ini biasanya bergerak lambat sehingga kita dapat dengan mudah menyelamatkan diri. Namun disisi lain lelehan ini dapat mengakibatkan kerusakan serius bila bangunan yang dilandanya disepanjang perjalanan. c. Lontaran Batu (bombs)

Pecahan batuan vulkanik yang terlempar ketika terjadi letusan. Batuan dengan garis tengah 20 cm atau lebih dapat saja terlempar sejauh beberapa kilometer dari pusat letusan. Batuan kecil bahkan akan mencapai jarak lebih jauh lagi.

d. Abu Vulkanik

Akan menyembur setiap kali terjadi letusan gunungapi. Akibat-akibat yang ditimbulkan Abu Vulkanik: a). Udara tercemar yang bercampur abu dapat menyebabkan sakit pada saluran pernapasan, b). Air minum ikut tercemar dan tidak dapat diminum untuk selang beberapa waktu, c). Jalan raya tertutup abu dan mengganggu lalulintas, d). Membahayakan penerbangan karena dapat merusak sistem mesin pesawat terbang, e). Runtuhnya atap rumah apabila abu menumpuk dengan ketebalan beberapa centimeter.

e. Lahar

Aliran masa berupa campuran air dan material lepas dalam berbagai ukuran yang berasal dari letusan gunungapi. Banjir lumpur akan terjadi sangat cepat dan berkekuatan besar jika lerengnya semakin terjal, meluncur turun ke lembah-lembah dan aliran anak sungai sehingga mengancam pemukiman penduduk dan sarana umum.

f. Longsor

Terjadi di daerah sekitar kawah selama berlangsungnya letusan, biasanya mengancam daerah yang paling dekat dengan pusat letusan.

Tercatat pada tahun 1974 Gunung Berapi Peut Sagoe yang berada pada Kabupaten tetangga Pidie Jaya (Kabupaten Pidie) pernah meletus dan mengirimkan lahar sampai memasuki kawasan Pidie Jaya sejauh 35 Km, mengakibatkan banyaknya endapan lahar yang menggenangi lembah Blang Raweu, sehingga

(20)

III - 20

menimbulkan endapan komposit mineral andesit yang cukup banyak. Sementara debu dan awan panas yang ditimbulkan menyebabkan gangguan kenyamanan pada penduduk yang berada di beberapa desa seperti Sarah Mane, Lhok Sandeng di Kecamatan Meurah Dua, dan Lhok Gajah di Kecamatan Ulim.

5. Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Gejala Umum Terjadi:

 Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada permukaan tanah atau pada konstruksi bangunan.

 Terjadi penggelumbungan pada lereng atau tembok penahan.

 Secara tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya perubahan permukaan bangunan yang terdorong oleh masa tanah yang mulai bergerak.

 Tiba-tiba muncul rembesan air atau mata air pada lereng bukit.

 Apabila sebelumnya sudah ada rembesan air atau mata air di lereng, air tersebut berubah menjadi keruh bercampur Lumpur.

 Pohon-pohon atau tiang pancang (listrik dan lainnya) miring searah dengan kemiringan lereng.

 Terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas suatu bukit.

 Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/ kerikil secara mendadak dari atas bukit.

Daerah berpotensi hampir diseluruh Kecamatan Kabupeten Pidie Jaya, terutama pada desa yang beradadi daerah perbukitan dan pegunungan.

(21)

III - 21

6. Kekeringan / Kemarau

Pada musim kemarau yang melanda pidie Jaya sejak bulan maret sampai dengan Juli, BPBD Pidie Jaya melakukan pendataan titik desa yang dilanda kemarau pada delapan kecamatan. Dampak kemarau dirasakan cukup beragam, mulai dari mengeringnya sumur penduduk, kematian ternak, sampai dengan kegagalan panen. Berikut gambar desa-desa di tiap Kecamatan Kabupaten Pidie Jaya yang mengalami bencana kekeringan/kemarau.

Gambar 3.13

Desa-Desa di Kecamatan Bandar Baru yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

(22)

III - 22

Gambar 3.14

Desa-Desa di Kecamatan Panteraja yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Gambar 3.15

Desa-Desa di Kecamatan Trienggadeng yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

(23)

III - 23

Gambar 3.16

Desa-Desa di Kecamatan Meureudu yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Gambar 3.17

Desa-Desa di Kecamatan Meurah Dua yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

(24)

III - 24

Gambar 3.18

Desa-Desa di Kecamatan Ulim yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Gambar 3.19

Desa-Desa di Kecamatan Jangka Buya yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

(25)

III - 25

Gambar 3.20

Desa-Desa di Kecamatan Bandar Dua yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

7. Angin Kencang/Puting Beliung

Kondisi kebencanaan angin puting beliung dipicu oleh kondisi pertemuan kondisi udara kering di pesisir lautan utara Pidie Jaya dengan kondisi kelembaban udara di daerah pegunungan bagian selatan. Catatan menunjukkan angin puting beliung tercatat pernah melanda daerah Ujong Leubat, Paru di Kecamatan Bandar Baru, kemudian daerah Peulandok Tengoh Kecamatan Trienggadeng. Kemudian daerah Jangka Buya, di Keudai Jangka Buya dan Jurong tengoh.

8. Kebakaran

Pidie Jaya sebagai kabupaten pemekaran yang PDRBnya 68% tergantung dari Sektor Pertanian, umumnya memiliki pemukiman penduduk yang terbuat dari bahan bangunan yang mudah terbakar. Kota-kota di Kecamatan yang menjadi pasar lokal bagi penduduk sekitar juga memiliki bangunan pertokoan yang berbahan kayu (semi permanen). Kebakaran besar yang terjadi dalam PB di Pidie Jaya adalah pada tanggal 8 Agusutus 2012 yang menghanguskan 21 rumah penduduk di Kecamatan Panteraja

(26)

III - 26

3.2.2 Bencana Non Alam

1. Penyakit/ Kejadian Luar Biasa (KLB) a. Demam Berdarah

Demam berdarah adalah demam akut yang disebabkan oleh virus, disebarkan/ ditularkan melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi.

Ada dua jenis demam berdarah:

 Demam Dengue

 Demam Berdarah Dengue

Keduanya merupakan penyakit global, tetapi paling lazim dijumpai di Asia Tenggara & Pasifik Barat. Di Indonesia, pada bulan Januari–Februari 2007 tercatat ada 27.000 kasus yang dilaporkan, 380 di antaranya meninggal dunia. Gejala awal penyakit ini muncul 5–7 hari setelah digigit nyamuk yang telah terinfeksi. Kebanyakan infeksi menunjukkan gejala sakit yang ringan, tetapi dapat berkembang menjadi demam berdarah.

Gejala Demam Dengue:

1) Tiba-tiba terserang demam tinggi,

2) Sakit kepala yang hebat (biasanya di kening), 3) Sakit di bagian belakang mata,

4) Nyeri otot dan sendi, 5) Mual dan muntah.

Gejala Demam Berdarah Dengue:

Gejalanya sama dengan demam dengue, tetapi lebih parah, biasanya diiringi dengan perdarahan dan kadang-kadang terjadi shock yang bisa berakibat kematian.

Gejala lain adalah:

 Sakit perut yang parah dan terus-menerus,

 mimisan (perdarahan hidung), mulut dan gusi, atau kulit yang memerah (biasanya setelah demam 3–5 hari),

 sering muntah (berdarah ataupun tidak),

(27)

III - 27  asa haus yang berlebihan,

 kulit pucat dan dingin,

 sulit istirahat/tidur,

 shock,

 ruam merah–muncul setelah terserang demam beberapa hari.

Pada anak, penyakit ini akan menjadi lebih serius. Gejala perdarahan biasanya muncul setelah demam selama 3–5 hari. Panas tinggi terus berlangsung selama 5 sampai 6 hari. Panas akan turun pada hari ke 3 atau 4, lalu meningkat lagi. Pasien biasanya merasa sangat lemah setelah sakit.

Tidak ada obat khusus untuk mengobati penyakit ini. Namun, pengobatan yang cepat dan tepat dapat meringkankan gejala serta mencegah komplikasi dan kematian. JANGAN berikan obat jenis apapun kepada penderita karena akan menyembunyikan gejala yang ada. Jika ditemukan satu/ lebih gejala demam berdarah, SEGERA bawa penderita ke dokter/ puskesmas. Berikan cairan untuk minum selama perjalanan ke rumah sakit.

Nyamuk dengue berkembang biak di tempat-tempat penampungan air yang tidak memiliki kontak langsung dengan tanah, antara lain :

 kuras tangki air, gentong, drum, ember,dll.

 kosongkan pot tanaman.

 kosongkan wadah penampungan air di belakang kulkas setiap dua hari.

 tutup wadah penampungan air.

 kubur benda-benda yang dapat menampung air, misalnya ban bekas, botol, kaleng, dll.

Setiap tahunnya insidens DBD di beberapa kecamatan masih merupakan masalah. Selain kondisi geografis dan musim yang tidak menentu juga sumber perindukan yang tidak dimusnahkan secara cepat oleh penduduk maupun petugas. Angka insidens DBD menurut Kecamatan yang dilaporkan Kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(28)

III - 28

TABEL 3.6

KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

MENURUT KECAMATAN TAHUN 2010 DAN TAHUN 2011

NO Kabupaten Puskesmas 2010 JUMLAH KASUS 2011

1 Meureudu Meureudu 21 3

2 Trienggadeng Trienggadeng 9 1 3 Jangka Buya Jangka Buya 1 1 4 Bandar Baru Bandar Baru 5 3 5 Meurah Dua Meurah Dua 7 3 6 Pante Raja Pante Raja - - 7 Bandar Dua Bandar Dua 9 6

8 Kuta Krueng 6 -

9 Blang Kuta - -

10 Ulim Ulim 2 2

Jumlah 60 19

Sumber : Dinas Kesehatan Pidie Jaya 2011

Dari Tabel diatas terlihat Setiap tahunnya insidens DBD di beberapa kecamatan masih merupakan masalah. Selain kondisi geografis dan musim yang tidak menentu juga sumber perindukan yang tidak dimusnahkan secara cepat oleh penduduk maupun petugas. Angka insidens DBD menurut Kecamatan yang dilaporkan Kecamatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.21

KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PER KECAMATAN DI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010 DAN TAHUN 2011

(29)

III - 29

b. Malaria

Malaria adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (dari jenis plasmodium), menyebar dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Ada empat jenis parsit Plasmodium yang menyebabkan timbulnya malaria - Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium falciparum. Penyakit malaria dapat dicegah dan dapat diobati.

Kasus secara global:

 300–650 juta orang terinfeksi setiap tahunnya; 40% dari populasi dunia berisiko terinfeksi.

 1–3 juta orang meninggal karena malaria setiap tahunnya, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita hamil, & sebagian besar terjadi di Afrika, tetapi juga di Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan sebagian wilayah Eropa.

Indonesia – diperkirakan 42.000 orang meninggal akibat malaria setiap tahunnya..

Penularan:Terkena gigitan nyamuk yang telah terinfeksi malaria. Intensitas penularan bergantung pada faktor-faktor lokal seperti pola curah hujan, jarak tempat berkembang biak (sarang) nyamuk, dan jenis nyamuk.

Gejala: Pada tahap awal – 10 sampai 15 hari setelah terinfeksi – serangan malaria muncul 4 -6 jam disertai gejala-gejala sebagai berikut:

 Menggigil

 demam tinggi

 berkeringat

(30)

III - 30  tubuh terasa sakit

 batuk kering

 muntah dan anemia

Serangan bisa terjadi setiap hari atau setiap 3 hari. Jika infeksi disebabkan oleh Plasmodium falciparum, dapat menyebabkan malaria otak dan kematian. Kadang gejalanya tidak terasa selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi.

Pengobatan:

Diagnosa awal dan pengobatan yang efektif dengan segera dapat memperpendek jangka waktu dan mencegah terjadinya komplikasi. Diagnosa harus didasarkan pada pemeriksaan selaput darah tipis dan tebal untuk mengidentifikasi spesies apa yang membawa penyakit tersebut. Ada berbagai obat anti malaria untuk jenis parasit yang berbeda & tahapan siklus hidup parasit yang berbeda. Dokter yang menangani harus menentukan rencana penanganan yang paling tepat.

Mencegah perkembangbiakan nyamuk (Yang menjadi tempat

perkembangbiakan malaria adalah tempat-tempat yang biasa digenangi air dan bersentuhan langsung dengan tanah) :

 kuras air dari pendingin air, tangki air, tong, drom, ember dsb

 mengosongkan pot tanaman

 mengosongkan wadah penampungan air kulkas setap 2 hari

 menutup semua tempat penampungan air

 membuang benda-benda yang dapat menjadi tempat genangan air, misalnya, ban bekas, botol, kaleng, dsb.

Malaria masih merupakan penyakit endemic di Kabupaten Pidie Jaya. Pada tahun 2011 Malaria Klinis 1,615 kasus klinis dan yang positif 18 kasus, dapat dilihat pada tabel berikut:

(31)

III - 31

TABEL 3.7

KASUS MALARIA POSITIF DAN MALARIA KLINIS MENURUT KECAMATAN TAHUN 2011

NO Kabupaten Puskesmas Malaria Positif Malaria Klinis

2011 2011

1 Meureudu Meureudu 5 242 2 Trienggadeng Trienggadeng 3 175 3 Jangka Buya Jangka Buya 0 151 4 Bandar Baru Bandar Baru 0 242 5 Meurah Dua Meurah Dua 3 88 6 Pante Raja Pante Raja 0 175 7 Bandar Dua Bandar Dua 5 392

8 Kuta Krueng 0 0

9 Blang Kuta 0 0

10 Ulim Ulim 2 150

Jumlah 18 1.615

Sumber : Dinas Kesehatan Pidie Jaya 2011

Dari Tabel diatas menunjukan kasus malaria positif tertinggi berada di

Kecamatan Bandar Dua dan Meureudu sebesar 5 malaria positif pada Tahun 2011, sedangkan malaria klinis tertinggi pada Kecamatan Bandar Dua sebnyak 392 kasus. Untuk Kecamatan yang menunjukkan peningkatan kasus positif malaria mengambil tindakan antisipasi pada tahun-tahun berikutnya.

c. Diare/ Muntaber

Secara operasional, diare akut adalah buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari ) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangam ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Penyakit diare adalah penyakit yang banyak menyerang golongan umur anak-anak terutama balita. Dimana hal ini dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan dan status gizi anak. Upaya program pemberantasan melalui pendidikan kesehatan pada masyarakat dan peningkatan kemampuan penanggulangan kasus oleh petugas lapangan tarus dilakukan. Berikut persentase kasus diare pada balita di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(32)

III - 32

TABEL 3.8

PERSENTASE KASUS DIARE PER KECAMATAN DI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2011 NO KABUPATEN PUSKESMAS DIARE JUMLAH PERKIRAAN KASUS DIARE DITANGANI 1 Meureudu Meureudu 783 48 2 Trienggadeng Trienggadeng 841 52 3 Jangka Buya Jangka Buya 395 23 4 Bandar Baru Bandar Baru 1.369 82 5 Meurah Dua Meurah Dua 434 27 6 Pante Raja Pante Raja 327 26 7 Bandar Dua Bandar Dua 428 25

8 Kuta Krueng 337 20

9 Blang Kuta 275 16

10 Ulim Ulim 563 35

Jumlah 5.753 354

Sumber : Dinas Kesehatan Pidie Jaya 2011

d. Gizi Buruk/ Busung Lapar

Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.

Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah.

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

(33)

III - 33

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Program perbaikan gizi makro diarahkan untuk menurunkan masalah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu, dan meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.

e. Flu Burung

Flu burung (Avian Influenza) diakibatkan oleh sejenis virus. Virus ini terkandung dalam kotoran, sekresi saluran pernafasan, dan darah dari burung/ unggas yang terinfeksi.

Penularan:

Manusia biasanya tertular secara tidak sengaja. Pada orang dewasa, sebagian besar penularan terjadi pada mereka yang membului atau menyembelih ayam yang terinfeksi, atau pada anak yang bermain di antara ayam yang sedang sakit atau sekarat.

Gejala:

Penyakit ini muncul dengan gejala seperti flu biasa antara lain demam yang disertai batuk, tenggorokan sakit, atau kesulitan bernafas, dan bisa berlanjut pada pneumonia parah serta kematian.

(34)

III - 34

Tindakan Pencegahan Flu Burung:

1. Jangan menyentuh atau menangani burung/unggas yang sakit, atau yang mati mendadak.

2. Jangan membului atau menyembelih atau menangani burung/unggas yang terinfeksi di rumah.

3. Anak-anak sebaiknya tidak diperbolehkan menangani, membawa, atau bermain dengan burung/unggas karena bisa saja burung tersebut membawa virus.

4. Selalu mencuci tangan dengan air dan sabun sesudah menangani burung. 5. Pakailah masker atau tutupi hidung dan mulut dengan kain tebal saat

menangani burung/ unggas, khususnya ayam.

6. Masaklah daging unggas dan telur hingga matang sebelum dimakan. Produk unggas mentahan sebaiknya tidak dimakan.

7. Jika Anda tinggal di daerah penyebaran flu burung, hindari pergi ke tempat-tempat penjualan atau penyembelihan burung/ unggas. Catatan: Bangkai burung dan

8. unggas harus dibakar & dikubur, JANGAN diberikan sebagai makanan pada hewan peliharaan lainnya.

9. Kotoran ayam tidak boleh dipakai sebagai pupuk.

10. Laporkan kepada pemerintah setempat jika ada kematian burung yang mencurigakan/ tidak biasa. Tindakan pencegahan harus dilakukan saat membuang bangkai burung.

11. Segera kunjungi dokter bila Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala penyakit seperti flu setelah melakukan kontak dengan burung. Kunjungi puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk pemeriksaan dan pengobatan.

12. Informasikan kepada mereka jika Anda pernah melakukan kontak dengan burung yang sedang sakit, sekarat, atau mati.

(35)

III - 35

2. Penyakit/Hama Tanaman a. Hama Pengisap Daun Kelapa

Aspidiotus destructor Gejala serangan:

Nampak anak daun kelapa muncul bercak-bercak warna coklat kemudian menyatu menjadi satu membentuk garis bujur searah anak daun menjadi warna kuning dan coklat kemudian mati. Awal serangan dari anak daun yang sudah tua. Hama ini memiliki metamorfosa tidak sempurna yaitu fase telur, nimfa dan imago. Keunikan hama ini yaitu perkembangbiakan kutu betinanya tanpa melalui perkawinan (parthenogenesis). Kutu betina meletakkan telur dibawah perisainya selama 8 hari dengan sekali bertelur 3 – 4 butir, Setiap induk dapat bertelur 40 – 100 butir.

Siklus hidup: Stadium telur selama 6 – 8 hari telur menetas dan keluar nimpha dan membentuk perisai warna putih kemudian berangsur-angsur menjadi kuning, mempunyai 3 pasang kaki. Kutu betina berwarna kuning cerah, ada yang hijau dan merah berdiameter 1,5 – 2 mm, panjang 5 mm, perisai berbentuk lonjong warna kemerahan.

 Brontispa longisimma

Hama pengisap daun kelapa ini merupakan hama utama kelapa yang menyebar pada berbagai daerah di Indonesia. Hama ini memiliki metamorfosa sempurna yaitu dari fase Telur, Larva, Pupa dan Imago.

 Telur: berbentuk pipih lonjong, panjang 1,4 mm diletakkan secara berkepompong pada lipata janur, umur 4 – 7 hari menetas menjadi Larva (ulat).

 Larva (Ulat): pada stadium 23 – 40 hari berwarna merah dengan panjang 1,5 – 2 mm.

 Pupa: berwarna putih kekuningan dan menjadi coklat muda pada umur 7 – 9 hari.

 Imago (dewasa): berwarna coklat muda kemerahan, panjang 5,5 – 10 mm berbentuk pipih panjang dan umur 75 – 90 hari.

(36)

III - 36

lipatan anak daun yang belum membuka (janur) melakukan kegiatan mengetam dan mengeriting anak daun secara memanjang setelah daun terbuka nampak jaringan bercak-bercak dan daun menjadi keriput, cepat kering dan mati.

b. Hama Tanaman Kakao

 Penggerek Buah Kakao/ PBK (Conopomorpha cramerella).

Penggerek Buah Kakao/ PBK (Conopomorpha cramerella) merupaan salah satu hama utama tanaman kakao yang paling berbahaya. Serangan hama ini menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi petani kakao di Indonesia umumnya dan Kabupaten Ende khususnya mencapai 80%.

Gejala serangan Penggerek Buah Kakao/ PBK (Conopomorpha cramerella):  Buah yang terserang akan masak muda dan warna kuning tidak merata.  Bila buah dibelah akan terlihat zat lendir yang sudah menyatu bersama

plasenta dan biji, mengakibatkan buah menjadi keras dan berwarna hitam kecoklatan.

 Buah kakao bila digoyang tidak berbunyi.

Daur hidup Penggerek Buah Kakao/ PBK (Conopomorpha cramerella) dari telur sampai imago adalah 26 – 33 hari. Imago serangga betina dewasa meletakkan telur pada permukaan buah kakao 2 – 6 minggu sebelum buah tersebut matang dimana pada saat itu ukurang buah 6 – 8 cm. Telur berwarna kuning hingga oranye kemerahan berukuran sangat kecil yaitu 0,45 – 05 mm sehingga tidak terlihat jelas secara kasatmata. Selama hidupnya imago betina mampu menghasilkan telur sebanyak 100 – 200 butir. Larva yang baru menetas langsung menggerek masuk ke dalam buah kakao dan membuat lubang gerek dipermukaan kulit buah. Larva yang baru menetas berwarna putih transparan dengan panjang 1 mm. Larva dewasa akan keluar dari buah kakao untuk berpupa sekitar jam 18.00 – 19.00 wst. Larva dewasa menggerek keluar kulit buah menghasilkan lubang gerekan berdiameter 1 mm. Imago dewasa berwarna dasar coklat dengan warna putih berpola zigzag sepanjang sayap depan dan pada ujung sayap terdapat titik warna oranye bercoklat batik. Imago aktif pada malam hari dan meletakkan telur pada jam 20.00 – 21.00 WIB. Imago betina dapat terbang dengan jarak sejauh 153 m.

(37)

III - 37

Pengendalian Penggerek Buah Kakao/ PBK (Conopomorpha cramerella) dilakukan dengan penerapan Pengendalian Hama Terpadu yaitu secara mekanis dengan sebutan PSPSP (Panen Sering, Pemangkasan, Sanitasi dan Pemupukan). Berdasarkan analisis ancaman, kecamatan dengan ancaman serangan Penggerek Buah Kakao (PBK) terjadi di Kecamatan Bandar Baru, Trienggadeng, Panteraja, Meureudu, Meurah Dua, Bandar Dua.

3.2.3 Bencana Sosial

 Kerusuhan/ Konflik Sosial

Heterogenitas penduduk Kabupaten Pidie Jaya yang terbentuk dari berbagai suku, merupakan suatu ancaman dan sangat berpotensi menimbulkan bencana sosial jika kerukunan hidup bersama tidak dijaga, dibina dan dipelihara dengan baik. Namun kerusuhan/Konflik sosial tidak terdapat lagi di Kabupaten Pidie Jaya seiring dengan perdamaian antara Pemerintah dan GAM pada Tahun 2005.

3.3 Kerentanan

Kerentanan merupakan suatu kumpulan maupun rentetan keadaan yang melekat pada masyarakat yang mengarah dan menimbulkan konsekuensi (fisik, sosial, ekonomi dan perilaku) pada menurunnya daya tangkal dan daya tahan masyarakat sehingga berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.

Indikator kerentanan di Kabupaten Pidie Jaya yang digunakan dalam menganalisis resiko bencana yaitu:

1. Penduduk (jumlah penduduk, jumlah penduduk perempuan, jumlah penduduk anak-anak, jumlah penduduk lanjut usia). Semakin banyak jumlah penduduk, jumlah penduduk perempuan, jumlah penduduk anak- anak, jumlah penduduk lanjut usia maka semakin tinggi kerentanan.

2. Ekonomi (jumlah penduduk miskin). Semakin banyak jumlah penduduk miskin maka semakin tinggi kerentanan.

(38)

III - 38

3. Sarana Prasarana Fisik:

a. Sarana Prasarana Dasar (Jalan, Jembatan, Jaringan Air, Jaringan Telekomunikasi.

b. Sarana Ekonomi (Pasar dan Bank). c. Sarana Pendidikan (Sekolah).

d. Kesehatan (Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Polindes, Posyandu, Apotik).

3.4 Kapasitas

Kapasitas merupakan suatu gabungan semua sumberdaya, cara, kekuatan yang tersedia di masyarakat dan organisasi yang memungkinkan masyarakat memiliki daya tangkal dan daya tahan untuk mengurangi tingkat risiko atau akibat dari bencana. Berdasarkan analisis kapasitas, 8 kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya dapat diklasifikasikan menjadi:

 Kecamatan dengan klasifikasi Kapasitas Tinggi yaitu: Panteraja, Trienggadeng, Meureudu, Meurah Dua dan Ulim.

 Kecamatan dengan klasifikasi Kapasitas Sedang yaitu: Bandar Baru, Bandar Dua.

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen usaha KUD Berkat kurang berjalan baik karena pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya profesional, baik itu dalam kelola usahanya dari

Meningkatkan capacity building and quality management menuju daya saing yang tinggi melalui penerapan “ good governance ” pada tingkat fakultas maupun program studi,

Menurut Galaway dan Joe Hudson, yaitu definisi keadilan restoratif mencakup unsur-unsur dasar berikut: Pertama, Kejahatan dipandang terutama sebagai konflik antara

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa dan menguji instrumen tiap item soal yang nantinya akan digunakan untuk

Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka diperlukan adanya perencanaan suatu konstruksi pengendali sedimen ( check dam ) untuk mengurangi sedimentasi yang terjadi di

Komik Mice edisi 14 April 2013 berkaitan dengan konteks sosial yang sedang dialami oleh sebagian besar pelajar Indonesia dalam menghadapi UN.. Komik Mice edisi

- Selama periode Oktober 2016 – September 2017, CV Graha Papan Lestari melakukan pembelian bahan baku kayu gergajian yang seluruhnya berasal dari hutan rakyat dengan

Pada penelitian ini, bioinsektisida yang diuji toksisitasnya terhadap ulat grayak adalah ekstrak metanol daun mustajab ( Rhinacanthus nasutus L.Kurz.) konsentrasi 1%, 2%,