• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STORE ATSMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO TANGGULANGIN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STORE ATSMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO TANGGULANGIN."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt, atas rahmat dan

hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul :

“PENGARUH STORE ATSMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI DI

INTAKO TANGGULANGIN”

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian

Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil

maupun materiil, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Nuruni Ika K. MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan

(4)

kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran “Jawa Timur.

6. Kepada kedua orang tuaku beserta adikku yang telah memberikan dukungan

baik moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan

Surabaya, Oktober 2013

(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori... 8

2.2.1. Store Atmosphere. ... 8

2.2.2. Minat Beli ... 15

2.2.3. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat beli ... 18

2.3. Kerangka Konseptual ... 20

2.4. Hipotesis ... 20

(6)

3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 23

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 29

4.1.1 Sejarah Perusahaan... 29

4.2. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 32

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 32

4.2.2. Deskriptif Hasil Penelitian ... 33

4.2.3. Inner Model... 38

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 39

4.4. Pembahasan ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1. Kesimpulan ... 42

5.2. Saran ... 42

(7)

Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 32

Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Umur ... 33

Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Store Atsmosphere ... 33

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Minat Beli ... 34

Tabel 4.5. Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) ... 35

Tabel 4.6. Average variance extracted (AVE) ... 36

Tabel 4.7. Composite Reliability ... 37

Tabel 4.8. Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values) ... 38

Tabel 4.9. R-Square ... 39

(8)
(9)

TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO

aksesoris yang dihasilkan para pengrajin. Untuk itulah diperlukan strategi pemasaran yang efektif yang berorientasi utama kepada konsumen. Salah satu strategi pemasaran pada toko/gerai ritel adalah pendesainan store atmosphere atau atmosfir toko. Demikian juga dengan Intako Tanggulangin yang mengalami penurunan jumlah pengunjung. Salah satu indikasi penurunan pelanggan dan pendapatan adalah kurang ketertarikan konsumen untuk mengunjungi showroom di INTAKO Tanggulangain Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh store atsmosphere terhadap minat beli.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Intaco Tanggulangin, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu.adalah sebesar 100 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS.

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : Store atsmosphere berpengaruh terhadap minat beli

(10)

TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO

aksesoris yang dihasilkan para pengrajin. Untuk itulah diperlukan strategi pemasaran yang efektif yang berorientasi utama kepada konsumen. Salah satu strategi pemasaran pada toko/gerai ritel adalah pendesainan store atmosphere atau atmosfir toko. Demikian juga dengan Intako Tanggulangin yang mengalami penurunan jumlah pengunjung. Salah satu indikasi penurunan pelanggan dan pendapatan adalah kurang ketertarikan konsumen untuk mengunjungi showroom di INTAKO Tanggulangain Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh store atsmosphere terhadap minat beli.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Intaco Tanggulangin, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu.adalah sebesar 100 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS.

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : Store atsmosphere berpengaruh terhadap minat beli

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tuntutan untuk dapat memahami perilaku konsumen merupakan

konsekwensi logis implementasi konsep pemasaran. Pengetahuan dan

informasi yang luas tentang konsumen merupakan sarana yang sangat

berguna bagi manajemen untuk mengembangkan strategi pemasaran yang

efektif karena dengan demikian manajemen akan semakin jeli melihat

pasar – pasar baru dan segera memanfaatkannya.

Kemunculan teknologi di Indonesia telah membuka peluang di

berbagai bidang industri. Produk yang ditawarkan bisnis pun sebenarnya

tidak jauh berbeda secara fisik. Namun, untuk dapat bersaing dan bertahan

di pasaran, produsen harus kreatif dalam mengkomunikasikan produknya

dengan menanamkan suatu persepsi tertentu kepada konsumen,

seolah-olah produk yang ditawarkan memang berbeda dari produk lain yang

sejenis. Untuk itu dibutuhkan peran komunikasi pemasaran yang tidak

hanya berfungsi untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan

khalayak tetapi juga membedakan suatu produk dengan produk lain yang

(12)

Dalam menghadapi persaingan bisnis, banyak upaya yang

dimunculkan produsen untuk menghadapi pesaing dan mendorong minat

beli konsumen terhadap produk tertentu. Salah satunya dengan

meningkatkan kreatifitas iklan secara maksimal dimana memunculkan

iklan secara berbeda dan unik dari iklan-iklan yang sudah ada di pasaran.

Hal ini disebabkan karena iklan merupakan bentuk komunikasi pemasaran

sebagai bentuk dari kegiatan promosi agar terjadi tindakan atau perubahan

sikap dalam mendorong minat beli sesuai keinginan pengiklan.

(Machfoedz, 2005:130).

Store atmosphere mereupakan salah satu bagian yang cukup penting

dalam mempengaruhi minat beli konsumen, karena dalam proses minat beli

konsumen tidak hanya menimbulkan minat beli konsumen terhadap barang

yang ditawarkan tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan store atmosphere adalah

suasana emosional yang diciptakan melalui ciri-ciri fisik dari toko diamana

semuanya berhubungan dengan panca indera konsumen. (Kurniawati, 2009 :

5)

Sejarah industri tas dan koper di Tanggulangin di mulai pada tahun

1960-an ditandai dengan pola pemesanan yang dilakukan buyer/pembeli

koper di Surabaya pada pengrajin di Tanggulangin. Dan industri koper terus

berkembang seiring dengan makin meningkatnya nilai pemesanan dari

buyer. Untuk industri kerajinan tas di Tanggulangin ditandai dengan

(13)

Jama’ah Haji. Munculnya sebuah ide dari masyarakat pengerajin atas

ramainya kunjungan konsumen ke INTAKO, yaitu dengan memdirikan

toko-toko/showroom hasil produksi mereka sendiri. Hingga tahun 2000

telah muncul sekitar 250 toko sepanjang 2,5 km jalan sampai menuju

Showroomnya INTAKO.Tumbuhnya sentra industri tas dan koper di

Tanggulangin juga dipengaruhi oleh keberadaan Show Room penjualan

produk tas, koper dan aksesoris yang dihasilkan para pengrajin.

Industri tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo sesungguhnya

merupakan salah satu ikon wisata Sidoarjo. Produk yang dihasilkan antara

lain tas, koper, dompet, ikat pinggang dan sepatu. Produk ini telah

memiliki brand dan mutu yang cukup bagus yang sudah diakui oleh

konsumen. Tetapi setelah terpuruk karena hempasan badai krisis moneter,

dilanjut dengan serbuan barang-barang produk Cina yang harganya sangat

kompetitif, namun kualitasnya buruk. Belum sembuh, muncul bencana

semburan Sidoarjo, yang juga ikut andil dalam keterpurukan tersebut.

Praktis, hampir 2 tahun lamanya sentra industri tas dan koper

Tanggulangin sepi pengujung, sebagian besar memang wisatawan dari luar

daerah yang sedang transit.

Untuk itulah diperlukan strategi pemasaran yang efektif yang

berorientasi utama kepada konsumen. Salah satu strategi pemasaran pada

toko/gerai ritel adalah pendesainan store atmosphere atau atmosfir toko.

Perancangan tersebut dilakukan diantaranya untuk dapat menarik

(14)

tertentu yang kemudian dapat mempengaruhi emosi konsumen, dan untuk

dapat mempengaruhi bagaimana konsumen berperilaku. Peter dan Olson

(2000) menyatakan bahwa tiga keputusan utama dalam mendesain

lingkungan fisik suatu usaha adalah lokasi, tata letak, serta rangsangan

atau atmosphere yang ditimbulkannya.

Tabel 1. Data Pendapatan Intako Tanggulangin

Bulan (Tahun)

J umlah

Pelanggan Pendapatan

Januari 20010 – Juni 2010 438 orang Rp. 183,745,200

Juli 2010 – Desember 2010 459 orang Rp. 131,936,400

Januari 2011 – Juni 2011 412 orang Rp. 156,101,000

Juli 2011 – Desember 2011 381 orang Rp. 124,376,000

Januari 2012 – Juni 2012 335 orang Rp. 117,587,000

Juli 2012 – Desember 2012 304 orang Rp. 96,966,000

Sumber : Intako Tanggulangin, 2013

Dari data tersebut diatas, maka dilihat dari pendapatan yang

setiap tahunnya mengalami penurunan yang berturut – turut. Penurunan

tersebut tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup industri tas,

karena hal ini akan berdampak pada penurunan pendapatan. Salah satu

indikasi penurunan pelanggan dan pendapatan adalah kurang ketertarikan

konsumen untuk mengunjungi showroom di INTAKO Tanggulangain. Hal

ini dapat dilihat dari suasana monoton di dalam toko dan kurang

(15)

Hal ini yang membuat perlunya atmosphere yang menyenangkan bagi

kosumen pada saat berada di dalam toko, karena konsumen yang merasa

nyaman diharapkan akan melakukan pembelian. Untuk dapat menciptakan

atmosphere yang menyenangkan, maka perlu perencanaan store atmosphere

yang baik yang didesain secara unik dan menarik secara fisik seperti

pemilihan warna dominan ruangan, penataan display, pencahayaan, aroma

dan sebagainya.

Store atmosphere mempunyai hubungan yang erat terhadap minat

beli konsumen. Apabila suasanya tokonya menyenangkan serta melalui

sentuhan atmosphere yang menarik dibangun dengan menggunakan isyarat

yang dapat menarik perasaan konsumen melalui penglihatan, pendengaran,

penciuman sentuhan maka konsumen akan merasa betah dan nyaman

untuk berbelanja karena terpuaskan dan lambat laun akan menjadi

konsumen setianya. (Karmela, 2009 : 99)

Bagi konsumen yang mempunyai niat membeli setidaknya

dengan adanya suasana toko yang menarik dan menyenangkan dapat

mencegah konsumen untuk membatalkan pembeliannya dan membantu

mereka untuk menuntaskan transaksinya. Sebaliknya suasana toko yang

tidak teratur dan penataan produk yang kurang menarik, lantainya kotor

dan pelayanan para karyawan yang kurang memuaskan akan menimbulkan

minat konsumen untuk membeli suatu barang berkurang atau segan untuk

berbelanja di toko yang bersangkutan. (Karmela, 2009 : 99).

Pada umumnya konsumen bersedia untuk membeli apabila produk

(16)

dengan pendapat Parasuraman (1991), konsumen mau mengorbankan uang

yang dimilikinya untuk membeli produk tertentu bila produk tersebut

mampu memenuhi harapannya. Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian

ini peneliti mengambil judul “Pengaruh Store Atsmosphere Ter hadap

Minat beli”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

Apakah store atsmosphere berpengaruh terhadap minat beli ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini:

Untuk menganalisis pengaruh store atsmosphere terhadap minat beli.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tersebut diharapkan akan diperoleh manfaat :

1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen

Pemasaran terutama bagi akademisi yang ingin menganalisis pengaruh iklan

dan store atmosphere yang bermuara pada pembelian.

2. Bagi perusahaan

Sebagai bahan informasi tambahan untuk penyempurnaan dalam perbaikan

atau peningkatan minat beli, serta penngkatan inovasi di setiap produknya agar

(17)

PENGARUH STORE ATSMOSPHERE

TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO

TANGGULANGIN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 J ur usan Manajemen

Oleh :

ENDIK WAHYUONO 0712010196 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(18)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH STORE ATSMOSPHERE

TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO

TANGGULANGIN

Ya n g d ia juk a n

ENDIK WAHYUONO 0712010196 / EM

Telah disetujui diseminar kan dan disetujui untuk menyusun skr ipsi

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Nuruni Ika K. MM Tanggal………

Mengetahui Ketua Pr ogr am Studi

Manajemen

(19)

SKRIPSI

PENGARUH STORE ATSMOSPHERE

TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO

TANGGULANGIN

Yang diajukan

ENDIK WAHYUONO 0712010196 / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Nuruni Ika K. MM Tanggal………

Mengetahui Wakil Dekan I

(20)
(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Junaedi, 2009, Pengaruh Store Athmosphere Terhadap Minat Beli

Konsumen Pada Toserba Griya Kuningan

Keberadaan ritel saat ini tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan masyarakat

yang semakin berkembang dan juga mengalami perubahan. Ritel-ritel yang

ada jelas akan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen, antara lain

menyediakan fasilitas berbelanja yang nyaman dan menyenangkan.

Suasana toko yang nyaman akan mendorong konsumen untuk berbelanja

menyenangkan.

2. Budiastuti, 2011, Analisis Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Proses

Keputusan Pembelian Pelanggan Dan Dampaknya Terhadap Minat Beli

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Store Atmosphere

terhadap Proses Keputusan Pembelian Pelanggan dan dampaknya terhadap

Minat Pembelian Ulang pelanggan Restoran Radja Ketjil Plaza Semanggi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif

dengan teknik analisis jalur, dengan menggunakan data yang diperoleh

dari penyebaran kuesioner kepada 100 sampel pelanggan Restoran Radja

Ketjil Plaza Semanggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa Store

Atmosphere memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Proses

Keputusan Pembelian Pelanggan dan berdampak positif juga terhadap

(22)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Stor e Atmosphere

Pengertian Store Atmosphere menurut Kotler, yang di kutip

oleh Bob Foster (2008:61) adalah:

“Suasana (amosphere) setiap toko mempunyai tata letak fisik yang

memudahkan atau menyulitkan untuk berputar-putar didalamnya”.

Setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik

itu kotor, menarik, megah, dan suram. Suatu toko harus membentuk

suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat

menarik konsumen untuk membeli di toko tersebut.

Pengertian Store Atmosphere menurut Hendri Ma’ruf (2005:201)

adalah:

“Store atmosphere adalah salah satu marketing mix dalam gerai

yang berperan penting dalam memikat pembeli, membuat mereka

nyaman dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka

produk apa yang ingin dimiliki baik untuk keperluan pribadi, maupun

untuk keperluan rumah tangga”.

Store Atmosphere menurut Berman dan Evan (2007:454) adalah:

“Atmospheric refers to the store’s phsycal characteistics that project an

image and draw costumer”.

Pengertian Store Atmosphere menurut levy & Weitz

(23)

“Store atmosphere reflects the combination of store phsycal caracteristics,

such as it architecture,layout, sign and display,color, lighting, temperature,

sound and smells, wich together create and image in the costumers mind”.

Dari keempat pengertian diatas, penulis dapat mengambil

keputusan bahwa store atmosphere suatu karakteristik yang sangat

fisik dan sangat penting bagi setiap bisnis hal ini berperan bagi

setiap penciptaan suasana yang nyaman untuk konsumen dan

membuat konsumen ingin berlama-lama berada didalam toko dan

secara tidak langsung merangsang konsumen untuk melakukan

pembelian.

2.2.1.1. Elemen-Elemen Stor e Atmosphere

Store Atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya

berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan.

Elemen-elemen Store Atmosphere terdiri dair exterior, general exterior, store

layout, dan interior display

1. Exterior

Menurut Berman dan Evan (2007-545) mengemukakan penjelasan dari

exterior sebagai berikut: Exterior sebuah toko mempunyai pengaruh

yang kuat terhadap image toko dan harus direncanakan secara matang.

Konsumen terkadang menilai sebuah toko dari tampilan depannya saja.

(24)

sebuah toko, dan konstruksi material lainnya. Yang termasuk exterior

toko ialah pintu masuk toko, pintu masuk toko harus memperlihatkan

tiga hal utama yaitu:

a. Jumlah pintu masuk yang dibutuhkan, sebuah toko diharapkan

harus bisa mengatur antara pntu keluar dan pntu masuk toko,

pintu masuk toko juga harus dapat menghalangi terjadinya potensi

pencurian.

b. Tipe dari pintu masuk yang dipilih, apakah dapat secara otomatis

membuka sendiri atau yang bersifat manual. Lantai jalan masuk

dapat menggunakan keramik, semen atau karpet.

c. Jalan masuknya, jalan yang lebar dan lapang dapat menciptakan

atmosphere yang baik dibanding dengan jalan yang kecil dan sempit.

Etalase toko memilik arti yang sangat penting bagi exterior toko.

Etalase toko mempunyai dua tujuan utama yaitu:

1. Sebagai identifikasi dari sebuah toko

2. Sebagai alat untuk menarik orang agar masuk kedalam toko

Dibutuhkan perencanaan yang lebih matang dalam membuat etalase toko.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat etalase toko adalah

mengenai jumlah, ukuran, warna dan tema yang digunakan serta

frekuensi pergantiannya pertahun.

Dalam beberapa kasus, tercapainya tujuan store atmosphere adalah

(25)

yang berbeda, papan nama toko yank menarik, sirkulasi udara yang

menarik, dekorasi etalase yang baik dan bangunan toko yang tidak

biasa adalah merupakan kelengkapan-kelengkapan yang dapay menarik

perhatian karena keunikannya.

Lingkungan disekitar toko perlu diperhatikan. Lingkungan luar toko dapat

berpengaruh terhadap citra mengenai harga produk, level, serta

pelayanan toko menunjukan menunjukan keadan demografi dan gaya

hidup serta orang-orang yang tinggal disekitar toko.

Fasilitas parkir berpengaruh terhadap atmosphere. Tempat parkir yang

dekat dengan toko serta gratis mencitrakan kesan yang lebih positif dari

pada tempat parkir yang memungiut biaya pembeli potensial tidak mau

memasuki toko apabila harus bersusah payah memarkir kendaraannya.

Atmosphere toko dapat berkurang kenyamannya apabila tempat parkir

sempit dan padat.

2. General Exterior

Saat konsumen berada dalam sebuah toko, maka banyak elemen-elemen

yang mempengaruhi persepsi mereka. Lampu yang terang dengan

vibrant colors dapat memberikan dapat memberikan kontribusi terhadap

atmosphere yang berbeda dari pada penerangan dengan lampu yang remang.

Suara dan aroma dapat mempengaruhi perasaan konsumen. Sebuah restoran

dapat merangsang konsumen dengan aroma makanan, toko kosmetik dapat

(26)

dapat memainkan musik sesuai dengan permintaan pelangganya. Musik

dengan tempo yang lambat dapat membuat orang berbeda dalam

supermarket yang bergerak lebih lambat.

Perlengkapan toko dapat direncanakan berdasarkan kegunaan dan

estetikanya. Meja, rak barang, merupakan bagian dari dekorasi interior.

Toko untuk kalangan atas akan benar-benar mendandani

perlengkapannya dengan berkelas. Dinding toko juga dapat

mempengaruhi atmosphere. Pemilihan wallpaper pada setiap toko harus

berbeda sesuai dengan keadaani toko. Konsumen juga dapat dipengaruhi

dengan temperatur udara yang ada didalam toko, kurang sejuknya udara

dapat mempercepat keberadaan konsumen didalam toko. Ruangan yang

luas dan tidak padat dapat menciptakan suasana yang berbeda dengan

ruangan yang sempit dan padat, konsumen dapat berlama-lama apabila

mereka tidak terganggu oleh orang lain ketika mereka sedang membeli

dan melihat-lihat produk yang dijual.

Toko dengan bentuk bangunan yang modern serta perlengkapan yang baru

akan mendukung atmosphere. Remodelling bangunan serta penggantian

perlengkapan lama dengan perlengkapan yang baru dapat meningkatkan citra

toko serta meningkatkan penjualan dan keuntungan. Yang perlu

diperhatikan dari semua hal diatas adalah bagaimana perawatannya agar

dapat selalu terlihat bersih. Tidak peduli bagaimana mahalnya interior

sebuah toko tetapi apabila terlihat kotor akan menimbulkan kesan yang

(27)

3. Store layout

Dalam poin ini, perencanaan store layout meliputi penataan penempatan

ruang untuk mengisi luas lantai yang tersedia, mengklasifikasikan

produk yang akan ditawarkan, pengaturan lalulintas didalam toko,

pengaturan lebar ruang yang dibutuhkan, pemetaan ruang toko dan

menyusun produk yang ditawarkan secara individu.

Pembagian ruang toko meliputi ruangan-ruangan sebagai berikut:

a. Ruang penjualan yang merupakan tempat produk-produk dipajang

serta merupakan interaksi antara penjual dan pembeli.

b. Rusng merchandise ysng merupakan ruang untuk produk-produk

dengan kategori nondisplay items.

c. Ruang karyawan merupakan ruang khusus unutk karyawan.

d. Ruang untuk konsumen yang meliputi kursi, restroom, restoran dan

lainnya.

Mengklasifikasi produk yang ditawarkan untuk menentukan penempatan

produk, dilakukan berdasarkan karakteristik dari masing-masing produk.

Klasifikasi produk dilakukan berdasarkan pada pembagian sebagai berikut:

a. Produk yang menjadi kebutuhan.

b. Produk yang dapat memotivasi konsumen untuk melakukan pembelian.

c. Produk untuk target pasar tertentu.

d. Produk yang membutuhkan penanganan khusus.

(28)

pola yaitu; straight (gridiron) traffic flow dan curving (free-flowing) traffic

flow.

Masing-masing pola memiliki kelebihan sendiri.

Pola straight (gridiron) traffic flow memiliki kelebihan sebagai berikut:

a. Dapat menciptakan atmosphere yang efisien.

b. Menciptakan ruang yang lebih banyak untuk memajang produk.

c. Menghemat waktu belanja.

d. Mempermudah mengtrol barang dan dapat menerapkan self service.

Pola curving (free-flowing) traffic flow memiliki kelebihan sebagai

berikut:

a. Dapat menciptakan atmosphere yang lebih bersahabat.

b. Mengurangi rasa terburu-buru konsumen.

c. Konsumen dapat berjalan-jalan keliling toko dengan pola yangb

berbeda-beda.

d. Merangsang pembelian yang tidak direncanakan.

Pengaturan luas ruangan yang dibutuhkan diatur berdasarkan antara ruang

penjualan dan ruang non penjualan. Pemetaan ruang toko dimaksudkan

untuk mempermudah penempatan produk yang ditawarkan. Hasil terakhir

yang menyangkut store layout adalah menyusun produk-produk yang

ditawarkan sesuai dengan karakteristik produk. Produk dan merk yang

paling menguntungkan harus ditempatkan dilokasi yang paling baik. Produk

harus disusun berdasarkan ukuran, harga, warna, merk dan produk yang

(29)

4. Interior Display

Poster, papan petunjuk dan ragam interior display lainnya dapat

mempengaruhi atmosphere toko, karena memberikan petunjuk bagi

konsumen. Selain memberikan petunjuk bagi konsumen, interior display

juga dapat juga dapat merangsang konsumen untuk melakukan

pembelian.

2.2.2. Minat beli

Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar

pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan

seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.

Menurut Sukardi (1994) minat adalah suatu perangkat mental yang

terdiri dari kombinasi perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan,

prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa

mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.

Menurut Aiken (1983) pada umumnya minat beli sebagai salah

satu aspek tingkah laku afektif memiliki ciri-ciri antara lain bersosialisasi

dengan aktivitas, bersifat tetap dan terus menerus, mempunyai intensitas

dan kecenderungannya untuk menerima atau menolak untuk melakukan

suatu aktivitas.

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli

suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan

(30)

melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan

minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek

atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang

diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.

Pengertian minat beli menurut Howard (1994) (Durianto dan Liana, 2004:

44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan

rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak

unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan

bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari dari konsumen yang

merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.

Hal ini sangat diperlukan oleh para pemesar untuk mengetahui minat beli

konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi

menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen

dimasa yang akan datang.

Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali

diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar

dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari

lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai

dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan

pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk

memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah

(31)

Menurut Keller (1998), minat konsumen adalah seberapa besar

kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar

kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek

lainnya. Sedangkan Mittal (1999) menemukan bahwa fungsi dari minat

dari minat konsumen merupakan fungsi dari mutu produk dan mutu

layanan.

Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk

bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian.

Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan

oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk melakukan

pembelian pada kesempatan mendatang. Meskipun merupakan

pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang

namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan

guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri

(Kinnear dan Taylor, 1995). Intention juga didefinisikan sebagai

pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana

dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode

waktu tertentu

Sedangkan definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995)

(Thamrin, 2003: 142) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku

konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk

(32)

dan Percy (1998: 126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan

instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu produk,

melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan

seperti mengusulkan (pemrakarsa) merekomendasikan (influencer),

memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.

Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari (2002) menyatakan

bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang

memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai

motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong

untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya

rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang

bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan

orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang

ditawarkan pemasaran atau tidak.

2.2.3.Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat beli

Store atmosphere sebagai salah satu sarana komunikasi dapat

berakibat positif dan menguntungkan dibuat sedemikian menarik. Suatu

proses pemasaran yang dilakukan retail karena konsumen akan merasa

nyaman berbelanja, jika store atsmosphere atau suasana tampilan tokonya

mendukung. Minimal konsumen akan merasa betah berlama-lama

berbelanja didalam toko dan semakin memperbesar peluang konsumen

(33)

Bagi konsumen yang mempunyai niat membeli setidaknya

dengan adanya suasana toko yang menarik dan menyenangkan dapat

mencegah konsumen untuk membatalkan pembeliannya dan membantu

mereka untuk menuntaskan transaksinya. Sebaliknya suasana toko yang

tidak teratur dan penataan produk yang kurang menarik, lantainya kotor

dan pelayanan para karyawan yang kurang memuaskan akan menimbulkan

minat konsumen untuk membeli suatu barang berkurang atau segan untuk

berbelanja di toko yang bersangkutan. (Karmela, 2009 : 99). Seperti yang

diungkapkan Juhana (1999:36) bahwa para pelanggan meninggalkan

pedagang tetapnya dikarenakan factor kurangnya pelayanan yang baik dan

suasana yang menyenangkan dari pihak pedagang yang dapat membuat

kecewa dan akhirnya tidak mau berbelanja lagi.

Store atmosphere mempunyai hubungan yang erat terhadap minat

beli konsumen. Apabila suasanya tokonya menyenangkan serta melalui

sentuhan atmosphere yang menarik dibangun dengan menggunakan isyarat

yang dapat menarik perasaan konsumen melalui penglihatan, pendengaran,

penciuman sentuhan maka konsumen akan merasa betah dan nyaman

untuk berbelanja karena terpuaskan dan lambat laun akan menjadi

konsumen setianya. (Karmela, 2009 : 99)

Berdasarkan uraian diatas bahwa store atmosphere berpengaruh

(34)

2.3. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

1. Didiuga bahwa Store Atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli.

Minat Beli (Y)

Store Atmosphere

(35)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang

pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan

satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

1. Store Atmposhere (X1)

Store Atmposhere adalah kegiatan mendesain lingkungan fisik toko

sedemikian rupa sehingga membuat nyaman konsumen. . Pengukuran tersebut

dapat dilakukan dengan indicator (Junaedi, 2009 : 101) :

X1.1 = Eksterior adalah bagian depan toko adalah bagian muka yang memiliki pengaruh kuat pada citra toko tersebut, maka hendaknya

memberikan kesan yang menarik dan sebaik mungkin.

X1.2 = Interior adalah penataan display, yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati,

memeriksa dan memilih barang-barang itu dan akhirnya melakukan

pembelian ketika konsumen masuk ke dalam toko.

X1.3 = Store layout adalah merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari peralatan barang dagangan di dalam

toko serta fasilitas toko.

(36)

adalah untuk meningkatkan penjualan dan laba toko. Yang termasuk

di dalamnya antara lain : poster, tanda penunjuk lokasi, display

barang

4. Minat Beli (Y) :

Minat pembelian suatu proses perencanaan pembelian suatu

produk yang akan dilakukan oleh konsumen dengan

mempertimbangakan beberapa hal, diantaranya adalah banyak unit

produk yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu, merek, dan sikap

konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut. Ada beberapa indikator

dari minat beli konsumen yaitu (Ferdinand, 2006) :

a. Y1 = Intensitas Pencarian Informasi adalah frekuensi pencarian dan

lamanya pencarian informasi.

b. Y2 = Keinginan Segera Membeli adalah keinginan yang kuat untuk

membeli dengan segera pada saat di dalam toko tanpa adanya suatu pertimbangan untuk konsekuensi yang akan diterimanya

c. Y3 = Keinginan Preferensial dimaksudkan orang berpreferensi bahwa

produk tertentu yang diinginkan maka seseorang bersedia

mengabaikan pilihan lain.

3.1.1. Pengukur an Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

(37)

pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang

diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian

ini, setiap pernyataan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung

ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai

berikut:

Sangat Jelek Sangat Bagus

3.2.Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Intaco Tanggulangin.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik

yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative

dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Dalam penelitian ini teknik

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan

untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Dengan kriteria antara lain :

- Merupakan pelanggan Intaco Tanggulangin

- Berusia 18 tahun ke atas

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan

pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi. 7

(38)

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila

terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Karena terdapat 7 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

(7X 10 = 70) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 100

responden.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

• Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner kepada pengunjung Intaco Tanggulangin.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil

langsung kepada konsumen yang hendak membeli di Intaco Tanggulangin dengan

cara menyebarkan kuesioner.

3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa cara berikut:

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti -

(39)

b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada konsumen di Intaco Tanggulangin.

c. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip

aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur

manajemen perusahaan.

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis multivariate dengan PLS.

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. Menurut Ghozali (2006), PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari

pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian. SEM yang

berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan PLS lebih

bersifat predictive model. PLS merupakan metode analisis yang powerfull

(Ghozali, 2006), karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya,

data harus terdistribusi normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat

digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk

(40)

sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif

dan formatif.

Menurut Ghozali (2006) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk

tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah

linear agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variable laten didapat berdasarkan bagaimana

inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen.

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan

menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variable laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur

(path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel

laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses

iterasi 3 tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap

(41)

3.4.2. Model Str uktural atau Inner Model

Inner model (inner relation, structural model dan substantive theory)

menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori

substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square

untuk konstruk dependen, Stone-GeisserQ-square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi.

Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen

apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2006). Di samping

melihat nilai R-square, model PLS jugadievaluasi dengan melihat Q-square prediktif relevansi untuk model konstruktif. Qsquare mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi

parameternya.

3.4.3. Model Pengukuran atau Outer Model

Convergent validity dari model pengukuran dengan model reflektif indicator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score

dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang

(42)

pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2006). Discriminant validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading

pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item

pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan

menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang

lebih baik daripada ukuran blok lainnya. Metode lain untuk menilai

discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam

model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur reabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih konservatif dibandingkan dengan

composite reability. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0,50 (Fornnel dan Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2006). Composite reability

yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejerah singkat Perusahaan

Sejarah panjang Sentra Produksi Tas dan Koper Tanggulangin

(selanjutnya disebut "Sentra Tanggulangin") dimulai sejak tahun 60-an,

semenjak beberapa orang menjadi kuli (tenaga lepas) yang membantu

proses pembuatan koper di Surabaya. Selanjutnya munculnya tenaga-

tenaga trampil yang mampu membuat koper sendiri di suatu desa namanya

Kedensari Kecamatan Tanggulangin. Saat itu koper yang dibuat dari bahan

karton tebal dan dilapisi kulit sapi yang diproses sederhana (kulit nabati)

yang dipres menggunakan lem kanji (sumber: Alm. H. Abd. Rochman,

pelopor Sentra Tanggulangin).

Semenjak tumbangnya orde lama oleh orde baru hingga

pertengahan tahun 70-an, beberapa tenaga trampil di desa Kedensari

kebanjiran order dari para Juragan (rata-rata Etnis Tionghoa) di Surabaya.

Munculnya tenaga-tenaga trampil baru sebagai akibat banyaknya order

tersebut. Namun disaat tertentu atau karena situasi politik dan keamanan

saat itu order benar-bener sepi. Munculnya sebuah ide untuk mendirikan

suatu organisasi usaha yang didirikan beberapa orang, dengan usaha baru

ini area penjualan hasil produksi tidak hanya ke Surabaya saja, mulai

(44)

organisasi usaha ini mengalami kebangkrutan karena salah kelolah.

Pada tahun 1976 sebagian orang pendiri organisasi yang ambruk tersebut

ditambah orang baru, hingga berkumpul 6 orang orang bersepakat untuk

mendirikan sebuah Koperasi Industri Tas dan Koper (INTAKO). Koperasi

ini adalah cikal bakal Sentra Industri Tas dan Koper di desa Kedensari

Tanggulangin. Tahun 80-an dengan dukungan Pemerintah sejumlah

mesin-mesin produksi, pelan tapi pasti Koperasi INTAKO mengalami

pertumbuhan yang sangat pesat. Munculnya sebuah ide dari masyarakat

pengerajin atas ramainya kunjungan konsumen ke INTAKO, yaitu dengan

memdirikan toko-toko/showroom hasil produksi mereka sendiri. Hingga

tahun 2000 telah muncul sekitar 250 toko sepanjang 2,5 km jalan sampai

menuju Showroomnya INTAKO.

Diawal-awal krisis ekonomi 1998, Sentra Tanggulangin justru

mendapat keuntungan banyaknya pembeli dari Kalimantan, Sumatra dan

Sulawes manjadi reseller produk Tanggulangin hingga tahun 2001. Tahun

2002 mulai terjadi kontraksi bahkan penurunan daya beli karena mahalnya

bahan baku akibat kenaikan BBM bertahap pada Pemerintahan Megawati.

Hingga pada Rezim SBY-JK kenaikan BBM lebih dari 100% pada tahun

2005, pasar sangat lesu akibat mahalnya bahan baku dan turunnya daya

beli masyarakat. Keadaan jatuh dan banyak yang bangkrut ditambah lagi

kejadian luar biasa dan amat mengejutkan yaitu meluapnya Lumpur

Lapindo dibulan mei akhir tahun 2006. Satu tahun Lumpur Lapindo telah

(45)

terputus dan Jalan Arteri Porong setiap hari macet 2 jam lebih. Ibaratkan

Sentra Tanggulangin "HABIS JATUH TERTIMPA TANGGA PULA".

3,5 tahn Lumpur Lapindo dengan semangat dan kerja kerja pengerajin

sudah mulai bangkit walaupun sangat sedikit bantuan dari Pemerintah

Daerah. Hingga saat ini akses Tol belum selesai dibangun dan akses

Porong masih macet. Sebuah pilihan hidup, Sentra Tanggulangin

benar-benar nyata bahwa UKM tahan terhadap krisis dan ketidak perhatian

Pemerintah. Harapan semua atas sejarah panjang Sentra Tanggulangin

menjadi penyemangat bagi stakeholder di Tanggulangin. Perlu upaya yang

serius dari Pemerintah atas banyaknya barang selundupan dan ilegal yang

masuk, sehingga memukul produsen kecil di Sentra Tanggulangin dan

sentra-sentra lain di Indonesia.

Tas wanita produk Industri Tas dan Koper (Intako) Tanggulangin

menjadi sasaran pembeli selama Tanggulangin Fair (TF) 2010 dibuka

sejak 1 Juni lalu. Tidak hanya tas wanita dari bahan sintesis, tetapi bahan

kulit juga menjadi incaran para pembeli.

Harga tas mulai Rp 15 ribu hingga Rp 400 ribu (belum termasuk di

diskon 5-70 persen) dengan variasi dan desain yang berbeda. Koperasi

Intako sendiri telah menyediakan sekitar 1.500 model. Baik itu desain

maupun warna. Ketua 2 Koperasi Intako, Sya’roni Arief mengungkapkan,

banyak diminatinya tas wanita di koperasi Intako, salah satunya

(46)

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1. Analisis Statistik Deskr iptif

Gambaran statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran

jawaban responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap

unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.

a. Deskr ipsi r esponden berdasar kan jenis kelamin

Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 100 responden 10 responden (10%)

adalah laki-laki, 90 responden (90%) perempuan.

Tabel 4.1

Identitas Responden Menur ut J enis Kelamin

J enis Kelamin J umlah Persentase

Laki-Laki 10 10

Perempuan 90 90

Total 100 100

Sumber : Lampiran.

b. Deskr ipsi r esponden berdasar kan kelompok umur

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 36–45 tahun

sejumlah 44 orang (44%) selanjutnya, yang berumur sekitar 25–35 tahun

sejumlah 40 orang (40%), selanjutnya responden yang berusia lebih dari

46-55 tahun sejumlah 11 orang (11%) dan yang terakhir adalah responden yang

(47)

Tabel 4.2

Identitas Responden Menur ut Umur

No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 100 orang diperoleh jawaban sebagai

berikut :

Tabel 4.3. Hasil J awaban Responden untuk Pertanyaan Variabel

Store Atsmosphere

No Pertanyaan Skor Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

1 Intako memiliki eksterior

yang sangat menarik

4 Interior Display Intako

sangat lengkap

- - -

3 52 43 2

Jumlah - - - 17 200 179 4

(48)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban

yang diberikan reseponden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan

dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 4

hingga 7. Akan tetapi bila dicermati akan terlihat bahwa jawaban

responden yang terbesar berada pada skor 5. Responden cenderung

memberikan pendapat bahwa Store layout Intako cukup bagus.

b. Minat Beli

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 100 orang diperoleh jawaban sebagai

berikut :

Tabel 4.4. Hasil J awaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Minat Beli

No Pertanyaan Skor Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

(49)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban

yang diberikan reseponden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan

dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 4

hingga 7. Akan tetapi bila dicermati akan terlihat bahwa jawaban

responden yang terbesar berada pada skor 5. Responden cenderung

memberikan pendapat bahwa responden mempunyai preferensi yang tinggi

terhadap produk di Intako.

4.2.2. Outer Loadings

Model pengukuran pada variabel Reflektif yaitu variabel Minat

Beli didasarkan pada tabel outer Loading.

Tabel 4.5 . Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)

(50)

Indikator Validitas : Nilai Factor Loading lebih besar dari 0,5 dan atau nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 (nilai Z pada α = 0,10). Factor Loading merupakan korelasi antara indikator dengan variabel, jika lebih besar dari 0,5 maka korelasi disebut valid dan jika nilai T-Statistic lebih

besar dari 1,645 maka korelasinya disebut signifikan.

Berdasarkan pada tabel outer loading di atas, maka pada variabel

dengan indikator reflektif Yaitu Minat Beli, dimana indikator Y1 dan

Y2 tersebut memiliki factor loading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ),

sehingga indikator Y1 dan Y2 tersebut adalah menjadi pengukur/indikator

variabel Minat Beli. Secara keseluruahn hasil estimasi telah memenuhi

Convergen vailidity dan validitas baik.

Tabel 4.6 .Aver age var iance extr acted (AVE)

A V E

M i n a t Be l i ( Y) 0,569620 St o r e A t m o sp h e r e ( X )

Model Pengukuran berikutnya adalah nilai Avarage Variance Extracted (AVE) , yaitu nilai menunjukkan besarnya varian indikator yang dikandung oleh variabel latennya. Konvergen Nilai AVE lebih besar 0,5

juga menunjukkan kecukupan validitas yang baik bagi variabel laten.

Pada variabelindikator reflektif dapat dilihat dari nilain Avarage variance

extracted (AVE) untuk setiap konstruk(variabel). Dipersyaratkan model

(51)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai AVE untuk konstruk (variabel)

Minat Beli memiliki nilai lebih besar dari 0,5, sehingga valid. Untuk

variabel dengan indikator For matif yaitu Store Atmosphere tidak

memer lukan ukuran validitas (maka tidak terdapat nilai AVE).

Tabel 4.7 .Composite Reliability

Co m p o si t e

Re l i a b i l i t y M i n a t Be l i ( Y) 0, 721069 St o r e A t m o sp h e r e ( X )

Reliabilitas konstruk yang diukur dengan nilai composite reliability, konstruk reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 maka indikator disebut konsisten dalam mengukur variabel latennya. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa konstruk (variabel) Minat Beli memiliki

nilai composite reliability lebih besar dari 0,7. Sehingga reliabel. Untuk variabel dengan indikator For matif yaitu Store Atmospher e tidak

memer lukan ukuran r eliabilitas (maka tidak terdapat composite reliability)

Variabel dengan indikator formatif tidak dapat dianalisis dengan

melihat convergen validity dan composite reliability. Oleh karena variabel dengan indikator for matif yaitu Store Atmospher e pada dasarnya

merupakan hubungan regresi indikator ke variabel , maka cara menilainya

(52)

koefisien regresi tersebut. Jadi dilihat nilai outer weight masing-masing

indikator dan nilai signifikansinya.

Tabel 4.8

Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values)

Hasil pengujian pada tabel outer weight menunjukkann bahwa

hanya indikator X12 dan X14 adalah signifikan karena nilain

T-Statistiknya lebih besar dari 1,645 (pada Z α = 0,10). Jadi dapat

disimpulkan bahwa indikator X12 dan X14 tersebut adalah lebih dominan

berperan menjadi indikator variabel Store Atmosphere.

4.2.3.

Inner Model (Pengujian Model Str uktur al)

Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat

(53)

latent. Nilai R2 menjelaskan seberapa besar variabel eksogen

(independen/bebas) pada model mampu menerangkan variabel endogen

(dependen/terikat)

mampu menjelaskan fenomena/masalah Minat beli sebesar 34,42 %.

Sedangkan sisanya (63,58 %) dijelaskan oleh variabel lain (selain Store

Atmosphere) yang belum masuk ke dalam model dan error. Artinya minat beli dipengaruhi oleh Store Atmosphere sebesar 34,42% sedang

sebesar 63,58% dipengaruhi oleh variabel selain Store Atmosphere.

Selanjutnya dalat dilihat koefisien path pada inner model.

4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis

yang menyatakan bahwa :

Tabel 4.10 Results For Inner Weights

(54)

Store Atmosphere (X) berpengaruh terhadap Minat Beli (Y)

dengan koefisien path sebesar 0,5867, dapat diterima dimana nilai

T-Statistic =9,1486 lebih besar dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 , maka

Signifikan (positif)

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh

bahwa Store Atmosphere berpengaruh positif terhadap Purchase Intention,

dapat diterima. Hal ini sesuai dengan penelitiaan Karmela, (2009 : 95)

yang menyatakan bahwa Store atmosphere mempunyai hubungan yang erat

terhadap minat beli konsumen. Apabila suasanya tokonya menyenangkan

serta melalui sentuhan atmosphere yang menarik dibangun dengan

menggunakan isyarat yang dapat menarik perasaan konsumen melalui

penglihatan, pendengaran, penciuman sentuhan maka konsumen akan

merasa betah dan nyaman untuk berbelanja karena terpuaskan dan lambat

laun akan menjadi konsumen setianya..

Hasil ini menunjukkan bahwa Store Atmosphere yang ada di

Intako berupa penataan display, dapat menarik perhatian pengunjung. Bagi

konsumen yang mempunyai niat membeli setidaknya dengan adanya

suasana toko yang menarik dan menyenangkan dapat mencegah konsumen

untuk membatalkan pembeliannya dan membantu mereka untuk

menuntaskan transaksinya. Sebaliknya suasana toko yang tidak teratur dan

(55)

karyawan yang kurang memuaskan akan menimbulkan minat konsumen

untuk membeli suatu barang berkurang atau segan untuk berbelanja di toko

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan

pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan

bahwa :

Store atsmosphere mampu meningkatkan minat beli di Intako, hal ini

disebabkan suasana toko dibuat lebih menyenangkan melalui penataan

display, dapat menarik perhatian pengunjung serta melalui sentuhan

atmosphere yang menarik dibangun sehingga dapat menarik perasaan

konsumen melalui penglihatan, pendengaran, penciuman sentuhan maka

konsumen akan merasa betah dan nyaman untuk berbelanja

5.2. Sar an

Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah

disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang

bermanfaat, antara lain :

a. Pihak Intako sebaiknya lebih sering memberikan diskon dan promo

setidaknya mampu mempertahankan harga yang telah ditetapkan,

(57)

b. Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar

menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang diduga

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan

pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan

bahwa :

Store atsmosphere mampu meningkatkan minat beli di Intako, hal ini

disebabkan suasana toko dibuat lebih menyenangkan melalui penataan

display, dapat menarik perhatian pengunjung serta melalui sentuhan

atmosphere yang menarik dibangun sehingga dapat menarik perasaan

konsumen melalui penglihatan, pendengaran, penciuman sentuhan maka

konsumen akan merasa betah dan nyaman untuk berbelanja

5.2. Sar an

Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah

disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang

bermanfaat, antara lain :

a. Pihak Intako sebaiknya lebih sering memberikan diskon dan promo

setidaknya mampu mempertahankan harga yang telah ditetapkan,

(59)

b. Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar

menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang diduga

(60)

___________, 1991, Managing Brand Equity; Capitalizing on the Value of Brand Name, Free Press, New York.

Assael, 1993, Consumer Behavior and Marketing Action. 6th ed., Cincinnati OH: South Western College Publishing

Ferdinand, Agusty, 2002, Structural Equation Modeling dalam penelitian Manajemen, Edisi kedua, BP Undip Semarang.

Hair, J.F. et. al. 1998, Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell, 1996, “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70.

Junaedi, 2009, Pengaruh Store Athmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Toserba Griya Kuningan, Jurnal Ekonomi, Agustus 2009

Keegan, 1995. Access and Aligment of Data in an Array Processor. IEEE Trans. Comput. vol c-24

Keller, K. L. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Third Edition. USA: Pearson International Edition

Kotler, P., ,1997, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jakarta, Prehallindo. ___________,2000, Manajemen Pemasaran, Edisi Revisi, Jakarta, Prehallindo. ___________, & Amstrong, G. 2001. Marketing An Introduction (3rd). Amerika:

Prentice – Hall, inc.

(61)

Parasuraman A.; Leonard L. Berry; Valerie Zeithaml, 1991, Delivery Quality Service: Balancing Customer Perseptions and Expectation, The Free Press, Division of Mc. Millan, New York.

Surachman, Arif 2008, Layanan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Perpustakaan Universitas Gadjah Mada,

Swastha, Basu. 2003. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty

___________ dan Handoko, 2006, Manajemen Perusahaan Analisa Perilaku Konsumen, Yogyakarta : Liberty Edisi Pertama.

Tjiptono, Fandi. 2000, Manajemen Jasa, Edisi Pertama, Andi Offset, Yogyakarta. ____________ 1997, Prinsip – Prinsip total Quality service, Edisi pertama,

Penerbit Andi, Jogjakarta.

Wicaksono. 2007. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Gambar

Tabel 1. Data Pendapatan Intako Tanggulangin
Tabel  4.1 Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
Tabel  4.2 Identitas Responden Menurut Umur
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Minat Beli
+6

Referensi

Dokumen terkait

For a large class of equations that we shall study in detail in the present book, we will find a number of “independent” solutions equal to the order of the differential equation..

Menilai hasil penelitian atau hasil pemikiran dosen yang diterbitkan pada Majalah llmiah.. Nasional dan

The conclusion from this research is that the internet utilization has successfully improved the sector of entrepreneurship in Indonesia, using the case of Kampung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hardiness dengan kualitas pelayanan pada Perawat Instalasi Rawat Inap Ruang Kelas III Tipe C di RSUD

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana Iklan Layanan Masyarakat “ TIPS MELAWAN BERITA HOAX ” dapat memberikan informasi, sehingga masyarakat surabaya

Air merupakan penentu kesinambungan hidup dibumi karena air selain di konsumsi juga digunakan dalam berbagai aktivitas. Air Sumur berpotensi besar untuk merusak

“Setelah saya mewawancarai beb erapa subjek yang saya jumpai, mereka mengatakan bahwa mereka ikut kegiatan Rekat (Remaja Katolik) kalau ada yang ngajak saja dari teman

perkembangan yaitu tentang tentang bagaimana tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki seorang remaja perempuan akan kesehatan reproduksi memiliki keterkaitan dengan