Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt, atas rahmat dan
hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul :
“PENGARUH STORE ATSMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI DI
INTAKO TANGGULANGIN”
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Nuruni Ika K. MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan
kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran “Jawa Timur.
6. Kepada kedua orang tuaku beserta adikku yang telah memberikan dukungan
baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan
Surabaya, Oktober 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori... 8
2.2.1. Store Atmosphere. ... 8
2.2.2. Minat Beli ... 15
2.2.3. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat beli ... 18
2.3. Kerangka Konseptual ... 20
2.4. Hipotesis ... 20
3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 23
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 29
4.1.1 Sejarah Perusahaan... 29
4.2. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 32
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 32
4.2.2. Deskriptif Hasil Penelitian ... 33
4.2.3. Inner Model... 38
4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 39
4.4. Pembahasan ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
5.1. Kesimpulan ... 42
5.2. Saran ... 42
Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 32
Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Umur ... 33
Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Store Atsmosphere ... 33
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Minat Beli ... 34
Tabel 4.5. Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) ... 35
Tabel 4.6. Average variance extracted (AVE) ... 36
Tabel 4.7. Composite Reliability ... 37
Tabel 4.8. Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values) ... 38
Tabel 4.9. R-Square ... 39
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
aksesoris yang dihasilkan para pengrajin. Untuk itulah diperlukan strategi pemasaran yang efektif yang berorientasi utama kepada konsumen. Salah satu strategi pemasaran pada toko/gerai ritel adalah pendesainan store atmosphere atau atmosfir toko. Demikian juga dengan Intako Tanggulangin yang mengalami penurunan jumlah pengunjung. Salah satu indikasi penurunan pelanggan dan pendapatan adalah kurang ketertarikan konsumen untuk mengunjungi showroom di INTAKO Tanggulangain Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh store atsmosphere terhadap minat beli.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Intaco Tanggulangin, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu.adalah sebesar 100 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS.
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : Store atsmosphere berpengaruh terhadap minat beli
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
aksesoris yang dihasilkan para pengrajin. Untuk itulah diperlukan strategi pemasaran yang efektif yang berorientasi utama kepada konsumen. Salah satu strategi pemasaran pada toko/gerai ritel adalah pendesainan store atmosphere atau atmosfir toko. Demikian juga dengan Intako Tanggulangin yang mengalami penurunan jumlah pengunjung. Salah satu indikasi penurunan pelanggan dan pendapatan adalah kurang ketertarikan konsumen untuk mengunjungi showroom di INTAKO Tanggulangain Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh store atsmosphere terhadap minat beli.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Intaco Tanggulangin, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu.adalah sebesar 100 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS.
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : Store atsmosphere berpengaruh terhadap minat beli
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tuntutan untuk dapat memahami perilaku konsumen merupakan
konsekwensi logis implementasi konsep pemasaran. Pengetahuan dan
informasi yang luas tentang konsumen merupakan sarana yang sangat
berguna bagi manajemen untuk mengembangkan strategi pemasaran yang
efektif karena dengan demikian manajemen akan semakin jeli melihat
pasar – pasar baru dan segera memanfaatkannya.
Kemunculan teknologi di Indonesia telah membuka peluang di
berbagai bidang industri. Produk yang ditawarkan bisnis pun sebenarnya
tidak jauh berbeda secara fisik. Namun, untuk dapat bersaing dan bertahan
di pasaran, produsen harus kreatif dalam mengkomunikasikan produknya
dengan menanamkan suatu persepsi tertentu kepada konsumen,
seolah-olah produk yang ditawarkan memang berbeda dari produk lain yang
sejenis. Untuk itu dibutuhkan peran komunikasi pemasaran yang tidak
hanya berfungsi untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan
khalayak tetapi juga membedakan suatu produk dengan produk lain yang
Dalam menghadapi persaingan bisnis, banyak upaya yang
dimunculkan produsen untuk menghadapi pesaing dan mendorong minat
beli konsumen terhadap produk tertentu. Salah satunya dengan
meningkatkan kreatifitas iklan secara maksimal dimana memunculkan
iklan secara berbeda dan unik dari iklan-iklan yang sudah ada di pasaran.
Hal ini disebabkan karena iklan merupakan bentuk komunikasi pemasaran
sebagai bentuk dari kegiatan promosi agar terjadi tindakan atau perubahan
sikap dalam mendorong minat beli sesuai keinginan pengiklan.
(Machfoedz, 2005:130).
Store atmosphere mereupakan salah satu bagian yang cukup penting
dalam mempengaruhi minat beli konsumen, karena dalam proses minat beli
konsumen tidak hanya menimbulkan minat beli konsumen terhadap barang
yang ditawarkan tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan store atmosphere adalah
suasana emosional yang diciptakan melalui ciri-ciri fisik dari toko diamana
semuanya berhubungan dengan panca indera konsumen. (Kurniawati, 2009 :
5)
Sejarah industri tas dan koper di Tanggulangin di mulai pada tahun
1960-an ditandai dengan pola pemesanan yang dilakukan buyer/pembeli
koper di Surabaya pada pengrajin di Tanggulangin. Dan industri koper terus
berkembang seiring dengan makin meningkatnya nilai pemesanan dari
buyer. Untuk industri kerajinan tas di Tanggulangin ditandai dengan
Jama’ah Haji. Munculnya sebuah ide dari masyarakat pengerajin atas
ramainya kunjungan konsumen ke INTAKO, yaitu dengan memdirikan
toko-toko/showroom hasil produksi mereka sendiri. Hingga tahun 2000
telah muncul sekitar 250 toko sepanjang 2,5 km jalan sampai menuju
Showroomnya INTAKO.Tumbuhnya sentra industri tas dan koper di
Tanggulangin juga dipengaruhi oleh keberadaan Show Room penjualan
produk tas, koper dan aksesoris yang dihasilkan para pengrajin.
Industri tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo sesungguhnya
merupakan salah satu ikon wisata Sidoarjo. Produk yang dihasilkan antara
lain tas, koper, dompet, ikat pinggang dan sepatu. Produk ini telah
memiliki brand dan mutu yang cukup bagus yang sudah diakui oleh
konsumen. Tetapi setelah terpuruk karena hempasan badai krisis moneter,
dilanjut dengan serbuan barang-barang produk Cina yang harganya sangat
kompetitif, namun kualitasnya buruk. Belum sembuh, muncul bencana
semburan Sidoarjo, yang juga ikut andil dalam keterpurukan tersebut.
Praktis, hampir 2 tahun lamanya sentra industri tas dan koper
Tanggulangin sepi pengujung, sebagian besar memang wisatawan dari luar
daerah yang sedang transit.
Untuk itulah diperlukan strategi pemasaran yang efektif yang
berorientasi utama kepada konsumen. Salah satu strategi pemasaran pada
toko/gerai ritel adalah pendesainan store atmosphere atau atmosfir toko.
Perancangan tersebut dilakukan diantaranya untuk dapat menarik
tertentu yang kemudian dapat mempengaruhi emosi konsumen, dan untuk
dapat mempengaruhi bagaimana konsumen berperilaku. Peter dan Olson
(2000) menyatakan bahwa tiga keputusan utama dalam mendesain
lingkungan fisik suatu usaha adalah lokasi, tata letak, serta rangsangan
atau atmosphere yang ditimbulkannya.
Tabel 1. Data Pendapatan Intako Tanggulangin
Bulan (Tahun)
J umlah
Pelanggan Pendapatan
Januari 20010 – Juni 2010 438 orang Rp. 183,745,200
Juli 2010 – Desember 2010 459 orang Rp. 131,936,400
Januari 2011 – Juni 2011 412 orang Rp. 156,101,000
Juli 2011 – Desember 2011 381 orang Rp. 124,376,000
Januari 2012 – Juni 2012 335 orang Rp. 117,587,000
Juli 2012 – Desember 2012 304 orang Rp. 96,966,000
Sumber : Intako Tanggulangin, 2013
Dari data tersebut diatas, maka dilihat dari pendapatan yang
setiap tahunnya mengalami penurunan yang berturut – turut. Penurunan
tersebut tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup industri tas,
karena hal ini akan berdampak pada penurunan pendapatan. Salah satu
indikasi penurunan pelanggan dan pendapatan adalah kurang ketertarikan
konsumen untuk mengunjungi showroom di INTAKO Tanggulangain. Hal
ini dapat dilihat dari suasana monoton di dalam toko dan kurang
Hal ini yang membuat perlunya atmosphere yang menyenangkan bagi
kosumen pada saat berada di dalam toko, karena konsumen yang merasa
nyaman diharapkan akan melakukan pembelian. Untuk dapat menciptakan
atmosphere yang menyenangkan, maka perlu perencanaan store atmosphere
yang baik yang didesain secara unik dan menarik secara fisik seperti
pemilihan warna dominan ruangan, penataan display, pencahayaan, aroma
dan sebagainya.
Store atmosphere mempunyai hubungan yang erat terhadap minat
beli konsumen. Apabila suasanya tokonya menyenangkan serta melalui
sentuhan atmosphere yang menarik dibangun dengan menggunakan isyarat
yang dapat menarik perasaan konsumen melalui penglihatan, pendengaran,
penciuman sentuhan maka konsumen akan merasa betah dan nyaman
untuk berbelanja karena terpuaskan dan lambat laun akan menjadi
konsumen setianya. (Karmela, 2009 : 99)
Bagi konsumen yang mempunyai niat membeli setidaknya
dengan adanya suasana toko yang menarik dan menyenangkan dapat
mencegah konsumen untuk membatalkan pembeliannya dan membantu
mereka untuk menuntaskan transaksinya. Sebaliknya suasana toko yang
tidak teratur dan penataan produk yang kurang menarik, lantainya kotor
dan pelayanan para karyawan yang kurang memuaskan akan menimbulkan
minat konsumen untuk membeli suatu barang berkurang atau segan untuk
berbelanja di toko yang bersangkutan. (Karmela, 2009 : 99).
Pada umumnya konsumen bersedia untuk membeli apabila produk
dengan pendapat Parasuraman (1991), konsumen mau mengorbankan uang
yang dimilikinya untuk membeli produk tertentu bila produk tersebut
mampu memenuhi harapannya. Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian
ini peneliti mengambil judul “Pengaruh Store Atsmosphere Ter hadap
Minat beli”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
Apakah store atsmosphere berpengaruh terhadap minat beli ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini:
Untuk menganalisis pengaruh store atsmosphere terhadap minat beli.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan akan diperoleh manfaat :
1. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen
Pemasaran terutama bagi akademisi yang ingin menganalisis pengaruh iklan
dan store atmosphere yang bermuara pada pembelian.
2. Bagi perusahaan
Sebagai bahan informasi tambahan untuk penyempurnaan dalam perbaikan
atau peningkatan minat beli, serta penngkatan inovasi di setiap produknya agar
PENGARUH STORE ATSMOSPHERE
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
TANGGULANGIN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 J ur usan Manajemen
Oleh :
ENDIK WAHYUONO 0712010196 / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
USULAN PENELITIAN
PENGARUH STORE ATSMOSPHERE
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
TANGGULANGIN
Ya n g d ia juk a n
ENDIK WAHYUONO 0712010196 / EM
Telah disetujui diseminar kan dan disetujui untuk menyusun skr ipsi
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Nuruni Ika K. MM Tanggal………
Mengetahui Ketua Pr ogr am Studi
Manajemen
SKRIPSI
PENGARUH STORE ATSMOSPHERE
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
TANGGULANGIN
Yang diajukan
ENDIK WAHYUONO 0712010196 / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Nuruni Ika K. MM Tanggal………
Mengetahui Wakil Dekan I
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Junaedi, 2009, Pengaruh Store Athmosphere Terhadap Minat Beli
Konsumen Pada Toserba Griya Kuningan
Keberadaan ritel saat ini tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan masyarakat
yang semakin berkembang dan juga mengalami perubahan. Ritel-ritel yang
ada jelas akan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen, antara lain
menyediakan fasilitas berbelanja yang nyaman dan menyenangkan.
Suasana toko yang nyaman akan mendorong konsumen untuk berbelanja
menyenangkan.
2. Budiastuti, 2011, Analisis Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Proses
Keputusan Pembelian Pelanggan Dan Dampaknya Terhadap Minat Beli
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Store Atmosphere
terhadap Proses Keputusan Pembelian Pelanggan dan dampaknya terhadap
Minat Pembelian Ulang pelanggan Restoran Radja Ketjil Plaza Semanggi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif
dengan teknik analisis jalur, dengan menggunakan data yang diperoleh
dari penyebaran kuesioner kepada 100 sampel pelanggan Restoran Radja
Ketjil Plaza Semanggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa Store
Atmosphere memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Proses
Keputusan Pembelian Pelanggan dan berdampak positif juga terhadap
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Stor e Atmosphere
Pengertian Store Atmosphere menurut Kotler, yang di kutip
oleh Bob Foster (2008:61) adalah:
“Suasana (amosphere) setiap toko mempunyai tata letak fisik yang
memudahkan atau menyulitkan untuk berputar-putar didalamnya”.
Setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik
itu kotor, menarik, megah, dan suram. Suatu toko harus membentuk
suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat
menarik konsumen untuk membeli di toko tersebut.
Pengertian Store Atmosphere menurut Hendri Ma’ruf (2005:201)
adalah:
“Store atmosphere adalah salah satu marketing mix dalam gerai
yang berperan penting dalam memikat pembeli, membuat mereka
nyaman dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka
produk apa yang ingin dimiliki baik untuk keperluan pribadi, maupun
untuk keperluan rumah tangga”.
Store Atmosphere menurut Berman dan Evan (2007:454) adalah:
“Atmospheric refers to the store’s phsycal characteistics that project an
image and draw costumer”.
Pengertian Store Atmosphere menurut levy & Weitz
“Store atmosphere reflects the combination of store phsycal caracteristics,
such as it architecture,layout, sign and display,color, lighting, temperature,
sound and smells, wich together create and image in the costumers mind”.
Dari keempat pengertian diatas, penulis dapat mengambil
keputusan bahwa store atmosphere suatu karakteristik yang sangat
fisik dan sangat penting bagi setiap bisnis hal ini berperan bagi
setiap penciptaan suasana yang nyaman untuk konsumen dan
membuat konsumen ingin berlama-lama berada didalam toko dan
secara tidak langsung merangsang konsumen untuk melakukan
pembelian.
2.2.1.1. Elemen-Elemen Stor e Atmosphere
Store Atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya
berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan.
Elemen-elemen Store Atmosphere terdiri dair exterior, general exterior, store
layout, dan interior display
1. Exterior
Menurut Berman dan Evan (2007-545) mengemukakan penjelasan dari
exterior sebagai berikut: Exterior sebuah toko mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap image toko dan harus direncanakan secara matang.
Konsumen terkadang menilai sebuah toko dari tampilan depannya saja.
sebuah toko, dan konstruksi material lainnya. Yang termasuk exterior
toko ialah pintu masuk toko, pintu masuk toko harus memperlihatkan
tiga hal utama yaitu:
a. Jumlah pintu masuk yang dibutuhkan, sebuah toko diharapkan
harus bisa mengatur antara pntu keluar dan pntu masuk toko,
pintu masuk toko juga harus dapat menghalangi terjadinya potensi
pencurian.
b. Tipe dari pintu masuk yang dipilih, apakah dapat secara otomatis
membuka sendiri atau yang bersifat manual. Lantai jalan masuk
dapat menggunakan keramik, semen atau karpet.
c. Jalan masuknya, jalan yang lebar dan lapang dapat menciptakan
atmosphere yang baik dibanding dengan jalan yang kecil dan sempit.
Etalase toko memilik arti yang sangat penting bagi exterior toko.
Etalase toko mempunyai dua tujuan utama yaitu:
1. Sebagai identifikasi dari sebuah toko
2. Sebagai alat untuk menarik orang agar masuk kedalam toko
Dibutuhkan perencanaan yang lebih matang dalam membuat etalase toko.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat etalase toko adalah
mengenai jumlah, ukuran, warna dan tema yang digunakan serta
frekuensi pergantiannya pertahun.
Dalam beberapa kasus, tercapainya tujuan store atmosphere adalah
yang berbeda, papan nama toko yank menarik, sirkulasi udara yang
menarik, dekorasi etalase yang baik dan bangunan toko yang tidak
biasa adalah merupakan kelengkapan-kelengkapan yang dapay menarik
perhatian karena keunikannya.
Lingkungan disekitar toko perlu diperhatikan. Lingkungan luar toko dapat
berpengaruh terhadap citra mengenai harga produk, level, serta
pelayanan toko menunjukan menunjukan keadan demografi dan gaya
hidup serta orang-orang yang tinggal disekitar toko.
Fasilitas parkir berpengaruh terhadap atmosphere. Tempat parkir yang
dekat dengan toko serta gratis mencitrakan kesan yang lebih positif dari
pada tempat parkir yang memungiut biaya pembeli potensial tidak mau
memasuki toko apabila harus bersusah payah memarkir kendaraannya.
Atmosphere toko dapat berkurang kenyamannya apabila tempat parkir
sempit dan padat.
2. General Exterior
Saat konsumen berada dalam sebuah toko, maka banyak elemen-elemen
yang mempengaruhi persepsi mereka. Lampu yang terang dengan
vibrant colors dapat memberikan dapat memberikan kontribusi terhadap
atmosphere yang berbeda dari pada penerangan dengan lampu yang remang.
Suara dan aroma dapat mempengaruhi perasaan konsumen. Sebuah restoran
dapat merangsang konsumen dengan aroma makanan, toko kosmetik dapat
dapat memainkan musik sesuai dengan permintaan pelangganya. Musik
dengan tempo yang lambat dapat membuat orang berbeda dalam
supermarket yang bergerak lebih lambat.
Perlengkapan toko dapat direncanakan berdasarkan kegunaan dan
estetikanya. Meja, rak barang, merupakan bagian dari dekorasi interior.
Toko untuk kalangan atas akan benar-benar mendandani
perlengkapannya dengan berkelas. Dinding toko juga dapat
mempengaruhi atmosphere. Pemilihan wallpaper pada setiap toko harus
berbeda sesuai dengan keadaani toko. Konsumen juga dapat dipengaruhi
dengan temperatur udara yang ada didalam toko, kurang sejuknya udara
dapat mempercepat keberadaan konsumen didalam toko. Ruangan yang
luas dan tidak padat dapat menciptakan suasana yang berbeda dengan
ruangan yang sempit dan padat, konsumen dapat berlama-lama apabila
mereka tidak terganggu oleh orang lain ketika mereka sedang membeli
dan melihat-lihat produk yang dijual.
Toko dengan bentuk bangunan yang modern serta perlengkapan yang baru
akan mendukung atmosphere. Remodelling bangunan serta penggantian
perlengkapan lama dengan perlengkapan yang baru dapat meningkatkan citra
toko serta meningkatkan penjualan dan keuntungan. Yang perlu
diperhatikan dari semua hal diatas adalah bagaimana perawatannya agar
dapat selalu terlihat bersih. Tidak peduli bagaimana mahalnya interior
sebuah toko tetapi apabila terlihat kotor akan menimbulkan kesan yang
3. Store layout
Dalam poin ini, perencanaan store layout meliputi penataan penempatan
ruang untuk mengisi luas lantai yang tersedia, mengklasifikasikan
produk yang akan ditawarkan, pengaturan lalulintas didalam toko,
pengaturan lebar ruang yang dibutuhkan, pemetaan ruang toko dan
menyusun produk yang ditawarkan secara individu.
Pembagian ruang toko meliputi ruangan-ruangan sebagai berikut:
a. Ruang penjualan yang merupakan tempat produk-produk dipajang
serta merupakan interaksi antara penjual dan pembeli.
b. Rusng merchandise ysng merupakan ruang untuk produk-produk
dengan kategori nondisplay items.
c. Ruang karyawan merupakan ruang khusus unutk karyawan.
d. Ruang untuk konsumen yang meliputi kursi, restroom, restoran dan
lainnya.
Mengklasifikasi produk yang ditawarkan untuk menentukan penempatan
produk, dilakukan berdasarkan karakteristik dari masing-masing produk.
Klasifikasi produk dilakukan berdasarkan pada pembagian sebagai berikut:
a. Produk yang menjadi kebutuhan.
b. Produk yang dapat memotivasi konsumen untuk melakukan pembelian.
c. Produk untuk target pasar tertentu.
d. Produk yang membutuhkan penanganan khusus.
pola yaitu; straight (gridiron) traffic flow dan curving (free-flowing) traffic
flow.
Masing-masing pola memiliki kelebihan sendiri.
Pola straight (gridiron) traffic flow memiliki kelebihan sebagai berikut:
a. Dapat menciptakan atmosphere yang efisien.
b. Menciptakan ruang yang lebih banyak untuk memajang produk.
c. Menghemat waktu belanja.
d. Mempermudah mengtrol barang dan dapat menerapkan self service.
Pola curving (free-flowing) traffic flow memiliki kelebihan sebagai
berikut:
a. Dapat menciptakan atmosphere yang lebih bersahabat.
b. Mengurangi rasa terburu-buru konsumen.
c. Konsumen dapat berjalan-jalan keliling toko dengan pola yangb
berbeda-beda.
d. Merangsang pembelian yang tidak direncanakan.
Pengaturan luas ruangan yang dibutuhkan diatur berdasarkan antara ruang
penjualan dan ruang non penjualan. Pemetaan ruang toko dimaksudkan
untuk mempermudah penempatan produk yang ditawarkan. Hasil terakhir
yang menyangkut store layout adalah menyusun produk-produk yang
ditawarkan sesuai dengan karakteristik produk. Produk dan merk yang
paling menguntungkan harus ditempatkan dilokasi yang paling baik. Produk
harus disusun berdasarkan ukuran, harga, warna, merk dan produk yang
4. Interior Display
Poster, papan petunjuk dan ragam interior display lainnya dapat
mempengaruhi atmosphere toko, karena memberikan petunjuk bagi
konsumen. Selain memberikan petunjuk bagi konsumen, interior display
juga dapat juga dapat merangsang konsumen untuk melakukan
pembelian.
2.2.2. Minat beli
Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar
pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan
seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.
Menurut Sukardi (1994) minat adalah suatu perangkat mental yang
terdiri dari kombinasi perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan,
prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Menurut Aiken (1983) pada umumnya minat beli sebagai salah
satu aspek tingkah laku afektif memiliki ciri-ciri antara lain bersosialisasi
dengan aktivitas, bersifat tetap dan terus menerus, mempunyai intensitas
dan kecenderungannya untuk menerima atau menolak untuk melakukan
suatu aktivitas.
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli
suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan
melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan
minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek
atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang
diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
Pengertian minat beli menurut Howard (1994) (Durianto dan Liana, 2004:
44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak
unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan
bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari dari konsumen yang
merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.
Hal ini sangat diperlukan oleh para pemesar untuk mengetahui minat beli
konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi
menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen
dimasa yang akan datang.
Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali
diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar
dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari
lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai
dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan
pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk
memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah
Menurut Keller (1998), minat konsumen adalah seberapa besar
kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar
kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek
lainnya. Sedangkan Mittal (1999) menemukan bahwa fungsi dari minat
dari minat konsumen merupakan fungsi dari mutu produk dan mutu
layanan.
Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk
bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.
Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian.
Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan
oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk melakukan
pembelian pada kesempatan mendatang. Meskipun merupakan
pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang
namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan
guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri
(Kinnear dan Taylor, 1995). Intention juga didefinisikan sebagai
pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana
dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode
waktu tertentu
Sedangkan definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995)
(Thamrin, 2003: 142) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku
konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk
dan Percy (1998: 126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan
instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu produk,
melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan
seperti mengusulkan (pemrakarsa) merekomendasikan (influencer),
memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari (2002) menyatakan
bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang
memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai
motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong
untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya
rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang
bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan
orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang
ditawarkan pemasaran atau tidak.
2.2.3.Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat beli
Store atmosphere sebagai salah satu sarana komunikasi dapat
berakibat positif dan menguntungkan dibuat sedemikian menarik. Suatu
proses pemasaran yang dilakukan retail karena konsumen akan merasa
nyaman berbelanja, jika store atsmosphere atau suasana tampilan tokonya
mendukung. Minimal konsumen akan merasa betah berlama-lama
berbelanja didalam toko dan semakin memperbesar peluang konsumen
Bagi konsumen yang mempunyai niat membeli setidaknya
dengan adanya suasana toko yang menarik dan menyenangkan dapat
mencegah konsumen untuk membatalkan pembeliannya dan membantu
mereka untuk menuntaskan transaksinya. Sebaliknya suasana toko yang
tidak teratur dan penataan produk yang kurang menarik, lantainya kotor
dan pelayanan para karyawan yang kurang memuaskan akan menimbulkan
minat konsumen untuk membeli suatu barang berkurang atau segan untuk
berbelanja di toko yang bersangkutan. (Karmela, 2009 : 99). Seperti yang
diungkapkan Juhana (1999:36) bahwa para pelanggan meninggalkan
pedagang tetapnya dikarenakan factor kurangnya pelayanan yang baik dan
suasana yang menyenangkan dari pihak pedagang yang dapat membuat
kecewa dan akhirnya tidak mau berbelanja lagi.
Store atmosphere mempunyai hubungan yang erat terhadap minat
beli konsumen. Apabila suasanya tokonya menyenangkan serta melalui
sentuhan atmosphere yang menarik dibangun dengan menggunakan isyarat
yang dapat menarik perasaan konsumen melalui penglihatan, pendengaran,
penciuman sentuhan maka konsumen akan merasa betah dan nyaman
untuk berbelanja karena terpuaskan dan lambat laun akan menjadi
konsumen setianya. (Karmela, 2009 : 99)
Berdasarkan uraian diatas bahwa store atmosphere berpengaruh
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
1. Didiuga bahwa Store Atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli.
Minat Beli (Y)
Store Atmosphere
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:
1. Store Atmposhere (X1)
Store Atmposhere adalah kegiatan mendesain lingkungan fisik toko
sedemikian rupa sehingga membuat nyaman konsumen. . Pengukuran tersebut
dapat dilakukan dengan indicator (Junaedi, 2009 : 101) :
X1.1 = Eksterior adalah bagian depan toko adalah bagian muka yang memiliki pengaruh kuat pada citra toko tersebut, maka hendaknya
memberikan kesan yang menarik dan sebaik mungkin.
X1.2 = Interior adalah penataan display, yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati,
memeriksa dan memilih barang-barang itu dan akhirnya melakukan
pembelian ketika konsumen masuk ke dalam toko.
X1.3 = Store layout adalah merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari peralatan barang dagangan di dalam
toko serta fasilitas toko.
adalah untuk meningkatkan penjualan dan laba toko. Yang termasuk
di dalamnya antara lain : poster, tanda penunjuk lokasi, display
barang
4. Minat Beli (Y) :
Minat pembelian suatu proses perencanaan pembelian suatu
produk yang akan dilakukan oleh konsumen dengan
mempertimbangakan beberapa hal, diantaranya adalah banyak unit
produk yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu, merek, dan sikap
konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut. Ada beberapa indikator
dari minat beli konsumen yaitu (Ferdinand, 2006) :
a. Y1 = Intensitas Pencarian Informasi adalah frekuensi pencarian dan
lamanya pencarian informasi.
b. Y2 = Keinginan Segera Membeli adalah keinginan yang kuat untuk
membeli dengan segera pada saat di dalam toko tanpa adanya suatu pertimbangan untuk konsekuensi yang akan diterimanya
c. Y3 = Keinginan Preferensial dimaksudkan orang berpreferensi bahwa
produk tertentu yang diinginkan maka seseorang bersedia
mengabaikan pilihan lain.
3.1.1. Pengukur an Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang
diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian
ini, setiap pernyataan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung
ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai
berikut:
Sangat Jelek Sangat Bagus
3.2.Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Intaco Tanggulangin.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik
yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative
dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Dalam penelitian ini teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan
untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Dengan kriteria antara lain :
- Merupakan pelanggan Intaco Tanggulangin
- Berusia 18 tahun ke atas
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan
pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :
1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.
2. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi. 7
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila
terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Karena terdapat 7 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
(7X 10 = 70) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 100
responden.
3.3.Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
• Data Primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada pengunjung Intaco Tanggulangin.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung kepada konsumen yang hendak membeli di Intaco Tanggulangin dengan
cara menyebarkan kuesioner.
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara berikut:
a. Observasi
Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti -
b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada konsumen di Intaco Tanggulangin.
c. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip
aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur
manajemen perusahaan.
3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis multivariate dengan PLS.
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. Menurut Ghozali (2006), PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari
pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian. SEM yang
berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan PLS lebih
bersifat predictive model. PLS merupakan metode analisis yang powerfull
(Ghozali, 2006), karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya,
data harus terdistribusi normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk
sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif
dan formatif.
Menurut Ghozali (2006) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk
tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah
linear agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variable laten didapat berdasarkan bagaimana
inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen.
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan
menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variable laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur
(path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel
laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses
iterasi 3 tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap
3.4.2. Model Str uktural atau Inner Model
Inner model (inner relation, structural model dan substantive theory)
menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori
substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square
untuk konstruk dependen, Stone-GeisserQ-square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi.
Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen
apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2006). Di samping
melihat nilai R-square, model PLS jugadievaluasi dengan melihat Q-square prediktif relevansi untuk model konstruktif. Qsquare mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi
parameternya.
3.4.3. Model Pengukuran atau Outer Model
Convergent validity dari model pengukuran dengan model reflektif indicator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score
dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang
pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2006). Discriminant validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading
pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item
pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan
menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang
lebih baik daripada ukuran blok lainnya. Metode lain untuk menilai
discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam
model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur reabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih konservatif dibandingkan dengan
composite reability. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0,50 (Fornnel dan Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2006). Composite reability
yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejerah singkat Perusahaan
Sejarah panjang Sentra Produksi Tas dan Koper Tanggulangin
(selanjutnya disebut "Sentra Tanggulangin") dimulai sejak tahun 60-an,
semenjak beberapa orang menjadi kuli (tenaga lepas) yang membantu
proses pembuatan koper di Surabaya. Selanjutnya munculnya tenaga-
tenaga trampil yang mampu membuat koper sendiri di suatu desa namanya
Kedensari Kecamatan Tanggulangin. Saat itu koper yang dibuat dari bahan
karton tebal dan dilapisi kulit sapi yang diproses sederhana (kulit nabati)
yang dipres menggunakan lem kanji (sumber: Alm. H. Abd. Rochman,
pelopor Sentra Tanggulangin).
Semenjak tumbangnya orde lama oleh orde baru hingga
pertengahan tahun 70-an, beberapa tenaga trampil di desa Kedensari
kebanjiran order dari para Juragan (rata-rata Etnis Tionghoa) di Surabaya.
Munculnya tenaga-tenaga trampil baru sebagai akibat banyaknya order
tersebut. Namun disaat tertentu atau karena situasi politik dan keamanan
saat itu order benar-bener sepi. Munculnya sebuah ide untuk mendirikan
suatu organisasi usaha yang didirikan beberapa orang, dengan usaha baru
ini area penjualan hasil produksi tidak hanya ke Surabaya saja, mulai
organisasi usaha ini mengalami kebangkrutan karena salah kelolah.
Pada tahun 1976 sebagian orang pendiri organisasi yang ambruk tersebut
ditambah orang baru, hingga berkumpul 6 orang orang bersepakat untuk
mendirikan sebuah Koperasi Industri Tas dan Koper (INTAKO). Koperasi
ini adalah cikal bakal Sentra Industri Tas dan Koper di desa Kedensari
Tanggulangin. Tahun 80-an dengan dukungan Pemerintah sejumlah
mesin-mesin produksi, pelan tapi pasti Koperasi INTAKO mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat. Munculnya sebuah ide dari masyarakat
pengerajin atas ramainya kunjungan konsumen ke INTAKO, yaitu dengan
memdirikan toko-toko/showroom hasil produksi mereka sendiri. Hingga
tahun 2000 telah muncul sekitar 250 toko sepanjang 2,5 km jalan sampai
menuju Showroomnya INTAKO.
Diawal-awal krisis ekonomi 1998, Sentra Tanggulangin justru
mendapat keuntungan banyaknya pembeli dari Kalimantan, Sumatra dan
Sulawes manjadi reseller produk Tanggulangin hingga tahun 2001. Tahun
2002 mulai terjadi kontraksi bahkan penurunan daya beli karena mahalnya
bahan baku akibat kenaikan BBM bertahap pada Pemerintahan Megawati.
Hingga pada Rezim SBY-JK kenaikan BBM lebih dari 100% pada tahun
2005, pasar sangat lesu akibat mahalnya bahan baku dan turunnya daya
beli masyarakat. Keadaan jatuh dan banyak yang bangkrut ditambah lagi
kejadian luar biasa dan amat mengejutkan yaitu meluapnya Lumpur
Lapindo dibulan mei akhir tahun 2006. Satu tahun Lumpur Lapindo telah
terputus dan Jalan Arteri Porong setiap hari macet 2 jam lebih. Ibaratkan
Sentra Tanggulangin "HABIS JATUH TERTIMPA TANGGA PULA".
3,5 tahn Lumpur Lapindo dengan semangat dan kerja kerja pengerajin
sudah mulai bangkit walaupun sangat sedikit bantuan dari Pemerintah
Daerah. Hingga saat ini akses Tol belum selesai dibangun dan akses
Porong masih macet. Sebuah pilihan hidup, Sentra Tanggulangin
benar-benar nyata bahwa UKM tahan terhadap krisis dan ketidak perhatian
Pemerintah. Harapan semua atas sejarah panjang Sentra Tanggulangin
menjadi penyemangat bagi stakeholder di Tanggulangin. Perlu upaya yang
serius dari Pemerintah atas banyaknya barang selundupan dan ilegal yang
masuk, sehingga memukul produsen kecil di Sentra Tanggulangin dan
sentra-sentra lain di Indonesia.
Tas wanita produk Industri Tas dan Koper (Intako) Tanggulangin
menjadi sasaran pembeli selama Tanggulangin Fair (TF) 2010 dibuka
sejak 1 Juni lalu. Tidak hanya tas wanita dari bahan sintesis, tetapi bahan
kulit juga menjadi incaran para pembeli.
Harga tas mulai Rp 15 ribu hingga Rp 400 ribu (belum termasuk di
diskon 5-70 persen) dengan variasi dan desain yang berbeda. Koperasi
Intako sendiri telah menyediakan sekitar 1.500 model. Baik itu desain
maupun warna. Ketua 2 Koperasi Intako, Sya’roni Arief mengungkapkan,
banyak diminatinya tas wanita di koperasi Intako, salah satunya
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.2.1. Analisis Statistik Deskr iptif
Gambaran statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
jawaban responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap
unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.
a. Deskr ipsi r esponden berdasar kan jenis kelamin
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 100 responden 10 responden (10%)
adalah laki-laki, 90 responden (90%) perempuan.
Tabel 4.1
Identitas Responden Menur ut J enis Kelamin
J enis Kelamin J umlah Persentase
Laki-Laki 10 10
Perempuan 90 90
Total 100 100
Sumber : Lampiran.
b. Deskr ipsi r esponden berdasar kan kelompok umur
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 36–45 tahun
sejumlah 44 orang (44%) selanjutnya, yang berumur sekitar 25–35 tahun
sejumlah 40 orang (40%), selanjutnya responden yang berusia lebih dari
46-55 tahun sejumlah 11 orang (11%) dan yang terakhir adalah responden yang
Tabel 4.2
Identitas Responden Menur ut Umur
No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 100 orang diperoleh jawaban sebagai
berikut :
Tabel 4.3. Hasil J awaban Responden untuk Pertanyaan Variabel
Store Atsmosphere
No Pertanyaan Skor Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
1 Intako memiliki eksterior
yang sangat menarik
4 Interior Display Intako
sangat lengkap
- - -
3 52 43 2
Jumlah - - - 17 200 179 4
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban
yang diberikan reseponden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 4
hingga 7. Akan tetapi bila dicermati akan terlihat bahwa jawaban
responden yang terbesar berada pada skor 5. Responden cenderung
memberikan pendapat bahwa Store layout Intako cukup bagus.
b. Minat Beli
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 100 orang diperoleh jawaban sebagai
berikut :
Tabel 4.4. Hasil J awaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Minat Beli
No Pertanyaan Skor Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban
yang diberikan reseponden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 4
hingga 7. Akan tetapi bila dicermati akan terlihat bahwa jawaban
responden yang terbesar berada pada skor 5. Responden cenderung
memberikan pendapat bahwa responden mempunyai preferensi yang tinggi
terhadap produk di Intako.
4.2.2. Outer Loadings
Model pengukuran pada variabel Reflektif yaitu variabel Minat
Beli didasarkan pada tabel outer Loading.
Tabel 4.5 . Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)
Indikator Validitas : Nilai Factor Loading lebih besar dari 0,5 dan atau nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 (nilai Z pada α = 0,10). Factor Loading merupakan korelasi antara indikator dengan variabel, jika lebih besar dari 0,5 maka korelasi disebut valid dan jika nilai T-Statistic lebih
besar dari 1,645 maka korelasinya disebut signifikan.
Berdasarkan pada tabel outer loading di atas, maka pada variabel
dengan indikator reflektif Yaitu Minat Beli, dimana indikator Y1 dan
Y2 tersebut memiliki factor loading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ),
sehingga indikator Y1 dan Y2 tersebut adalah menjadi pengukur/indikator
variabel Minat Beli. Secara keseluruahn hasil estimasi telah memenuhi
Convergen vailidity dan validitas baik.
Tabel 4.6 .Aver age var iance extr acted (AVE)
A V E
M i n a t Be l i ( Y) 0,569620 St o r e A t m o sp h e r e ( X )
Model Pengukuran berikutnya adalah nilai Avarage Variance Extracted (AVE) , yaitu nilai menunjukkan besarnya varian indikator yang dikandung oleh variabel latennya. Konvergen Nilai AVE lebih besar 0,5
juga menunjukkan kecukupan validitas yang baik bagi variabel laten.
Pada variabelindikator reflektif dapat dilihat dari nilain Avarage variance
extracted (AVE) untuk setiap konstruk(variabel). Dipersyaratkan model
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai AVE untuk konstruk (variabel)
Minat Beli memiliki nilai lebih besar dari 0,5, sehingga valid. Untuk
variabel dengan indikator For matif yaitu Store Atmosphere tidak
memer lukan ukuran validitas (maka tidak terdapat nilai AVE).
Tabel 4.7 .Composite Reliability
Co m p o si t e
Re l i a b i l i t y M i n a t Be l i ( Y) 0, 721069 St o r e A t m o sp h e r e ( X )
Reliabilitas konstruk yang diukur dengan nilai composite reliability, konstruk reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 maka indikator disebut konsisten dalam mengukur variabel latennya. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa konstruk (variabel) Minat Beli memiliki
nilai composite reliability lebih besar dari 0,7. Sehingga reliabel. Untuk variabel dengan indikator For matif yaitu Store Atmospher e tidak
memer lukan ukuran r eliabilitas (maka tidak terdapat composite reliability)
Variabel dengan indikator formatif tidak dapat dianalisis dengan
melihat convergen validity dan composite reliability. Oleh karena variabel dengan indikator for matif yaitu Store Atmospher e pada dasarnya
merupakan hubungan regresi indikator ke variabel , maka cara menilainya
koefisien regresi tersebut. Jadi dilihat nilai outer weight masing-masing
indikator dan nilai signifikansinya.
Tabel 4.8
Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values)
Hasil pengujian pada tabel outer weight menunjukkann bahwa
hanya indikator X12 dan X14 adalah signifikan karena nilain
T-Statistiknya lebih besar dari 1,645 (pada Z α = 0,10). Jadi dapat
disimpulkan bahwa indikator X12 dan X14 tersebut adalah lebih dominan
berperan menjadi indikator variabel Store Atmosphere.
4.2.3.
Inner Model (Pengujian Model Str uktur al)
Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat
latent. Nilai R2 menjelaskan seberapa besar variabel eksogen
(independen/bebas) pada model mampu menerangkan variabel endogen
(dependen/terikat)
mampu menjelaskan fenomena/masalah Minat beli sebesar 34,42 %.
Sedangkan sisanya (63,58 %) dijelaskan oleh variabel lain (selain Store
Atmosphere) yang belum masuk ke dalam model dan error. Artinya minat beli dipengaruhi oleh Store Atmosphere sebesar 34,42% sedang
sebesar 63,58% dipengaruhi oleh variabel selain Store Atmosphere.
Selanjutnya dalat dilihat koefisien path pada inner model.
4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis
yang menyatakan bahwa :
Tabel 4.10 Results For Inner Weights
Store Atmosphere (X) berpengaruh terhadap Minat Beli (Y)
dengan koefisien path sebesar 0,5867, dapat diterima dimana nilai
T-Statistic =9,1486 lebih besar dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 , maka
Signifikan (positif)
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh
bahwa Store Atmosphere berpengaruh positif terhadap Purchase Intention,
dapat diterima. Hal ini sesuai dengan penelitiaan Karmela, (2009 : 95)
yang menyatakan bahwa Store atmosphere mempunyai hubungan yang erat
terhadap minat beli konsumen. Apabila suasanya tokonya menyenangkan
serta melalui sentuhan atmosphere yang menarik dibangun dengan
menggunakan isyarat yang dapat menarik perasaan konsumen melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman sentuhan maka konsumen akan
merasa betah dan nyaman untuk berbelanja karena terpuaskan dan lambat
laun akan menjadi konsumen setianya..
Hasil ini menunjukkan bahwa Store Atmosphere yang ada di
Intako berupa penataan display, dapat menarik perhatian pengunjung. Bagi
konsumen yang mempunyai niat membeli setidaknya dengan adanya
suasana toko yang menarik dan menyenangkan dapat mencegah konsumen
untuk membatalkan pembeliannya dan membantu mereka untuk
menuntaskan transaksinya. Sebaliknya suasana toko yang tidak teratur dan
karyawan yang kurang memuaskan akan menimbulkan minat konsumen
untuk membeli suatu barang berkurang atau segan untuk berbelanja di toko
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan
pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa :
Store atsmosphere mampu meningkatkan minat beli di Intako, hal ini
disebabkan suasana toko dibuat lebih menyenangkan melalui penataan
display, dapat menarik perhatian pengunjung serta melalui sentuhan
atmosphere yang menarik dibangun sehingga dapat menarik perasaan
konsumen melalui penglihatan, pendengaran, penciuman sentuhan maka
konsumen akan merasa betah dan nyaman untuk berbelanja
5.2. Sar an
Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah
disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
bermanfaat, antara lain :
a. Pihak Intako sebaiknya lebih sering memberikan diskon dan promo
setidaknya mampu mempertahankan harga yang telah ditetapkan,
b. Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar
menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang diduga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan
pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa :
Store atsmosphere mampu meningkatkan minat beli di Intako, hal ini
disebabkan suasana toko dibuat lebih menyenangkan melalui penataan
display, dapat menarik perhatian pengunjung serta melalui sentuhan
atmosphere yang menarik dibangun sehingga dapat menarik perasaan
konsumen melalui penglihatan, pendengaran, penciuman sentuhan maka
konsumen akan merasa betah dan nyaman untuk berbelanja
5.2. Sar an
Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah
disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
bermanfaat, antara lain :
a. Pihak Intako sebaiknya lebih sering memberikan diskon dan promo
setidaknya mampu mempertahankan harga yang telah ditetapkan,
b. Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar
menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang diduga
___________, 1991, Managing Brand Equity; Capitalizing on the Value of Brand Name, Free Press, New York.
Assael, 1993, Consumer Behavior and Marketing Action. 6th ed., Cincinnati OH: South Western College Publishing
Ferdinand, Agusty, 2002, Structural Equation Modeling dalam penelitian Manajemen, Edisi kedua, BP Undip Semarang.
Hair, J.F. et. al. 1998, Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.
Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell, 1996, “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70.
Junaedi, 2009, Pengaruh Store Athmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Toserba Griya Kuningan, Jurnal Ekonomi, Agustus 2009
Keegan, 1995. Access and Aligment of Data in an Array Processor. IEEE Trans. Comput. vol c-24
Keller, K. L. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Third Edition. USA: Pearson International Edition
Kotler, P., ,1997, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jakarta, Prehallindo. ___________,2000, Manajemen Pemasaran, Edisi Revisi, Jakarta, Prehallindo. ___________, & Amstrong, G. 2001. Marketing An Introduction (3rd). Amerika:
Prentice – Hall, inc.
Parasuraman A.; Leonard L. Berry; Valerie Zeithaml, 1991, Delivery Quality Service: Balancing Customer Perseptions and Expectation, The Free Press, Division of Mc. Millan, New York.
Surachman, Arif 2008, Layanan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Perpustakaan Universitas Gadjah Mada,
Swastha, Basu. 2003. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty
___________ dan Handoko, 2006, Manajemen Perusahaan Analisa Perilaku Konsumen, Yogyakarta : Liberty Edisi Pertama.
Tjiptono, Fandi. 2000, Manajemen Jasa, Edisi Pertama, Andi Offset, Yogyakarta. ____________ 1997, Prinsip – Prinsip total Quality service, Edisi pertama,
Penerbit Andi, Jogjakarta.
Wicaksono. 2007. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Bandung