• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MUSIK TRADISIONAL GONDANG SABANGUNAN DALAM TOR-TOR SIPITU SAWAN PADA SANGGAR BUDAYA LUSIDO KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN SAMOSIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN MUSIK TRADISIONAL GONDANG SABANGUNAN DALAM TOR-TOR SIPITU SAWAN PADA SANGGAR BUDAYA LUSIDO KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN SAMOSIR."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MUSIK TRADISIONAL GONDANG SABANGUNAN

DALAM TOR-TOR SIPITU SAWAN PADA SANGGAR

BUDAYA LUSIDO DI DESA PARDOMUAN

KECAMATAN AJIBATA

KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

REMULUS W. P. HUTAPEA NIM. 209142040

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur dan terimakasih saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang begitu mengasihi,memberikan berkat, kemurahan hati kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Peranan Musik

Tradisional Gondang Sabangunan dalam Mengiringi Tor-tor Sipitu Sawan pada

Sanggar Budaya Lusido Di Desa Padomuan Kec. Ajibata Kab. Samosir” yang bertujuan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Dengan penyelesaian Skripsi ini, banyak sudah dukungan dan bantuan yang didapatkan penulis. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni. 3. Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik.

4. Uyuni Widyastuti M.Pd selaku Sekretaris Sendratasik. 5. Panji Suroso, S.Pd, M.Si selaku Ketua Prodi Seni Musik.

6. Dra. Thedora Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang selalu sabar dan rendah hati dalam membimbing penulis serta memberikan segala arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

7. Lamhot Basani Sihombing, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan membimbing penulis, juga kepada seluruh Dosen di jurusan Sendratasik selama masa perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Raja Rismon Mangatur Sirait/ Sanggar Budaya Lusido yang telah memberi informasi penelitian Skripsi ini.

9. Kedua orang tua yang sangat aku kasihi dan banggakan, Alm. Timbul Hutapea dan terlebih buat ibunda tersayang Sondang Mariana Sitorus S.Pd yang tetap terus mengasihi, membimbing, memotivasi, memberi dukungan moral dan dana selama dalam mengikuti perkuliahan hingga selesainya perkuliahan.

(6)

11. Terimakasih buat teman-teman Solfeggio Choir dan stambuk 2009 terkhusus yang berjuang bersama dalam mengerjakan Skripsi ini Rocky, Herty, Yuliyanti, Maristina, Monica, Eka dan semua teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

12. Terimakasih buat sahabatku Yanti Natalia Lumban Tobing S.Pd yang telah menemani dan membantu dalam perkuliahan maupun menyelesaikan Skripsi ini.

13. Terimakasih buat kakak Clara, sahabatku Mangatur Sipapaga, Anto sitohang, dan Daniel silalahi yang telah membantu penelitian dan menyelesaikan Skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu serta mendukung penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Medan, April 2014 Penulis

(7)

i

ABSTRAK

Remulus Walton Parlindungan Hutapea. NIM 209142040. Peranan Musik Tradisional Gondang Sabangunan dalam Tor-tor Sipitu Sawan pada Sanggar Budaya Lusido Kecamatan Ajibata Kabupaten Samosir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Sanggar Budaya Lusido, untuk mengetahui proses latihan tor-tor sipitu sawan pada sanggar Budaya Lusido, untuk mengetahui alat musik yang digunakan pada ansambel gondang

sabangunan untuk mengiringi tor-tor sipitu sawan pada Sanggar Budaya Lusido,

untuk mengetahui bentuk penyajian ansambel gondang sabangunan dalam tarian

tor-tor sipitu sawan pada Sanggar Budaya Lusido, untuk mengetahui peranan

ansambel gondang sabangunan dalam tarian tor-tor sipitu sawan pada sanggar Budaya Lusido.

Teori yang digunakan mencakup pengertian peranan, pengertian musik, musik tradisional, alat musik, musik dan tari, gondang pada masyarakat Toba, tor-tor, Tor-tor sipitu sawan/ pangurasaon, pengertian bentuk penyajian.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pardomuan Kecamatan Ajibata Kabupaten Samosir pada Sanggar Budaya Lusido dan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013 – Februari 2014. Populasi terdiri dari 1 orang Pembina, 6 pemusik, 8 penari, dan 1 paminta gondang dan sampel terdiri dari jumlah populasi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, serta untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi audiovisual, serta studi kepustakaan.

Sanggar Budaya Lusido berdiri pada tanggal 11 Desember 2007 yang didirikan oleh Bapak Rismon Raja Mangatur Sirait. Sanggar tersebut melaksanakan latihan sebannyak 3 kali dalam 1 minggu. Alat musik yang digunakan dalam mengiringi

tor-tor sipitu sawan adalah sarune, taganing, gordang bolon, ogung ihutan, ogung doal, ogung oloan, dan ogung panggora, dimana alat musik ini memiliki

peranannya masing-masing, Sanggar Budaya Lusido menampilkan gondang

sabangunan dan tor-tor mula-mula serta gondang saniang naga laut dalam

mengiringi tor-tor sipitu sawan, dimana juga terdapat seseorang yang meminta

gondang, serta penyajiannya terdiri dari delapan orang penari, enam orang

pemusik gondang, dan satu orang paminta gondang. Musik gondang sabangunan memiliki peran yang sangat penting dalam tari tor-tor sipitu sawan, dimana

gondang sabangunan/ saniang naga laut berperan sebagai musik pengiring gerak

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Proses Latihan... 49

Gambar 4.2 Taganing ... 51

Gambar 4.3 Gordang Bolon ... 52

Gambar 4.4 Sarune Bolon ... 54

Gambar 4.5 Ogung ... 56

Gambar 4.6 Tor-tor Somba ... 69

Gambar 4.7 Peletakan Cawan ... 70

Gambar 4.8 Manguras ... 71

Gambar 4.9 Mangembas ... 72

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya

adalah, Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Mandailing, Angkola. Suku Batak Toba

memiliki budaya yang diwariskan dari leluhurnya secara turun-temurun. Salah

satu bentuk dari kebudayaan itu adalah kesenian. Suku Batak Toba memiliki

kesenian seperti seni musik, seni tari, seni rupa, seni sastra dan juga seni kerajinan

tangan.

Pada umumnya setiap pelaksanaan upacara ritual orang Batak baik yang

menyangkut religi, adat istiadat, maupun hiburan, biasanya menggunakan musik

tradisional dalam setiap upacara tersebut. Dalam konteks kehidupan tradisional

masyarakat Batak Toba, kegiatan bermain musik merupakan suatu yang menonjol.

Berbagai kegiatan musik dapat dilihat dari dua konteks kegunaan yaitu kegiatan

musik yang dilakukan untuk sesuatu yang sifatnya hiburan dan kegiatan

pertunjukan musik yang dilakukan dalam konteks adat dan ritual keagamaan.

Gondang dalam pengertian ansambel musik terbagi atas dua bagian, yakni

gondang sabangunan (gondang bolon) dan gondang hasapi (uning-uningan). Gondang sabangunan dan gondang hasapi adalah dua jenis ansambel musik yang

terdapat pada tradisi musik Batak Toba. Kedua ansambel inilah yang sering

dipergunakan dalam upacara adat dan ritual serta sering dipergunakan mengiringi

(11)

2

Ansambel gondang sabagunan mempunyai beberapa istilah yang sering

digunakan masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabagunan dan gondang bolon.

Instrumen yag termasuk dalam kelompok gondang sabagunan antara lain

taganing, gordang bolon, sarune bolon, ogung (gong), dan odap

Gondang pada awalnya berperan sebagai media yang menghubungkan

manusia dengan penciptanya yang disembahnya dalam hubungan vertikal juga

sebagai media yang menghubungkan manusia dengan sesamanya dalam hubungan

horizontal. Dalam permainan gondang sabagunan, instrument odap sudah jarang

digunakan karena permainan dari odap tersebut digantikan dengan menggunakan

taganing yang mempunyai suara yang sama. Tangga nada yang ada dalam

instrumen pembawa melodi yakni taganing dan sarune bolon mempunyai tangga

nada yang pentatonis. Namun dalam hal ini istilah pentatonik yang terdapat dalam

gondang sabagunan bukan seperti konsep pentatonik yang ada dalam musik barat

melainkan hanya suatu sebutan terhadap tangga nada yang mempunyai lima nada

dalam konsep gondang sabagunan. Pada dasarnya permainan instrumen taganing

atau sarune terjalin dalam hubungan melodi yang heteroponis dimana kedua

instrumen tersebut membawakan melodi yang sama dalam beberapa repertoar,

namun tangga nada dan tonalitasnya berbeda. Oleh karena itu istilah heteroponis

untuk sarune bolon dan taganing ini terjalin dalam heteroponis polytonal.

Gondang sabagunan pada zaman dahulu digunakan untuk setiap upacara

yang berhubungan dengan upacara adat maupun upacara religius. Namun seiring

perkembangan zaman unsur-unsur budaya Batak Toba belakangan ini mulai luntur

(12)

3

juga kian terlupakan. Pengaruh globalisasi dan individualisme menjadi beberapa

faktor penyebab rendahnya apreasiasi dan penghargaan terhadap budaya itu,

terlihat dari seringnya tor-tor dilakukan hanya dengan bantuan musik modern atau

melalui media kaset. Hal ini tentu mengurangi peran gondang dalam mengiringi

tor-tor dan juga mengalami pergeseran nilai serta fungsinya, dimana musik gondang dan tor-tor hanya bersifat hiburan saja. Dalam perkembangannya

sekarang, setelah masuknya Agama Kristen dalam suku Batak Toba, pada

akhirnya gondang sabangunan dalam upacara adat lebih difokuskan sebagai

pengiring tor-tor dan sarana komunikasi antar partisipan upacara adat Batak Toba.

Dengan derasnya arus globalisasi ini dikhawatirkan budaya bangsa,

khususnya budaya lokal akan mulai terkikis sedikit demi sedikit. Budaya asing

kini kian mewabah dan mulai mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna,

dimana semakin berkurangnya minat kaum muda mempelajari musik Batak Toba,

khususnya dalam mengiringi tor-tor sipitu cawan sehingga banyak tarian tor-tor

ini yang diiringi dengan media kaset (disc).

Tor-tor merupakan tarian seremonial yang disajikan bersamaan dengan

penyajian musik gondang, dimana musik gondang Batak dan tor-tor adalah ibarat

sebuah koin dengan kedua sisinya, tidak dapat dipisahkan. Kendati eksistensi

kadar estetika yang tebal didalam penyajian tor-tor, ia bukanlah dimaksudkan

semata-mata sebagai karya seni.

Dengan kecintaan masyarakat Batak Toba di Kabupaten Samosir terhadap

budaya Batak Toba, Rismon Mangatur Sirait membangun sebuah wadah untuk

(13)

4

bernama Sanggar Budaya Lusido yang menggali dan menampilkan kembali seni

budaya Batak Toba di kawasan Danau Toba seperti Tor-tor,Gondang, Opera

Batak, Andung Batak, dengan menggunakan baju yang terbuat dari ulos.

Berdasarkan pengalamannya, Sanggar Seni Budaya Lusido Ajibata sudah sering

melakukan pertunjukan di hadapan turis lokal, mancanegara, para pejabat , bahkan

sering dianugerahi penghargaan dalam berbagai festival kebudayaan. Berbagai

pengalaman yang sudah dilalui menjadikan motivasi bagi sanggar ini untuk

mengapresiasikan nilai seni budaya demi kepentingan kita bersama dan untuk

kemajuan pariwisata Danau Toba khususnya Kabupaten Toba Samosir.

Salah satu tor-tor yang memberikan daya tarik bagi wisatawan di

Kabupaten Toba Samosir adalah Tor-tor Sipitu Sawan yang dibawakkan oleh

Sanggar Budaya Lusido. Tor-tor Sipitu Sawan atau Pangurason menceritakan

tentang sebuah kejadian dimana Maha Kuasa (Mula Jadi Nabolon) pertama kali

menurunkan orang Batak diPusuk Buhit dan kembali menurunkan tujuh orang

bidadari ke alam semesta yaitu di Pusuk Buhit sambil menari dengan membawa

tujuh cawan yang berisi air dari tujuh sumber mata air yang diperas dengan jeruk

purut bertujuan membersihkan jiwa, raga manusia yang sudah kotor dari

perbuatan–perbuatan dosa. Tarian ini merupakan tarian dari Batak Toba yang

selalu diiringi dengan musik pengiring, yaitu ansambel Gondang Sabangunan

yang dimainkan oleh beberapa pemain musik yang memainkan masing-masing

instrumen yang terdapat pada gondang sabangunan.

(14)

5

Walaupun demikian, perlu dipikirkan secara matang dampak positif dan negatif

dari kegiatan ini. Dampak positif tidak hanya di bidang materi saja, perlu dijaga

kesinambungan dari kegiatan tersebut agar dapat memberi keuntungan bagi semua

unsur yang terlibat. Sebaliknya, diperlukan evaluasi untuk meminimalkan dampak

negatif yang ditimbulkan jangan sampai merugikan sumber daya yang ada. Dalam

hal ini, Tor-tor Sipitu Sawan dan Gondang Sabangunan perlu dikemas atau

dimodifikasi sedemikian rupa agar sesuai dengan selera wisatawan, tetapi

sebaliknya nilai-nilai yang dikandungnya jangan sampai terkikis habis tanpa

identitas lagi. Pengemasan yang baik dengan mempertimbangkan segala aspek

akan menjadikan pertunjukan tor-tor dan gondang sabangunan sebagai atraksi

budaya sekaligus salah satu cara pelestarian budaya itu sendiri. Oleh karena itu,

warisan tersebut harus dijaga agar tidak luntur atau hilang sehingga dapat

dipelajari dan dilestarikan oleh generasi berikutnya.

Berdasarkan fenomena dan keunikan yang terdapat pada kebudayaan

Batak Toba dan untuk mempertahankan kebudayaan Batak Toba khususnya

kehidupan keseniannya membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Peranan Musik Tradisional Gondang Sabangunan dalam Tor-Tor Sipitu

Sawan Pada Sanggar Budaya Lusido Di Desa Pardomuan Kecamatan

(15)

6

A. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berhasil ditarik dari

uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah yang akan diteliti dan

lingkup permasalahan yang lebih luas. Menurut Stonner (dalam Sugiono 2008:52)

mengemukakan bahwa “setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu

berangkat dari masalah”. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian

yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu

luas.

Sesuai latar belakang menimbulkan beberapa masalah yang perlu di

identifikasi. Maka peneliti menyimpulkan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Sanggar Budaya Lusido?

2. Bagaimana proses latihan tor-tor sipitu sawan pada Sanggar Budaya

Lusido?

3. Alat musik apa saja yang digunakan pada ansambel gondang

sabangunan untuk mengiringi tor-tor sipitu sawan pada Sanggar

Budaya Lusido?

4. Bagaimana bentuk penyajian gondang sabangunan pada tarian tor-tor

sipitu sawan yang dibawakan Sanggar Budaya Lusido?

5. Bagaimana peranan gondang sabangunan dalam tor-tor sipitu sawan

pada Sanggar Budaya Lusindo?

6. Bagaimana pengaruh alat musik modern terhadap musik iringan tor-tor

(16)

7

7. Bagaimana tanggapan masyarakat Batak Toba di desa Pardomuan

kecamatan Ajibata Kabupaten Samosir terhadap peranan gondang

sabangunan dalam mengiringi tor-tor sipitu cawan?

B. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah dan untuk mempersingkat

cakupan, keterbatasan waktu, dana, kemampuan penulis, maka penulis membatasi

masalah dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan

pendapat Sugiono (2008:286) mengatakan bahwa “pembatasan dalam penelitian

kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi, serta faktor

keterbatasan tenaga, dana, dan waktu”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup

permasalahan penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Sanggar Budaya Lusido?

2. Bagaimana proses latihan tor-tor sipitu sawan pada Sanggar Budaya

Lusido?

3. Alat musik apa saja yang digunakan pada ansambel gondang

sabangunan untuk mengiringi tor-tor sipitu sawan pada Sanggar

Budaya Lusido?

4. Bagaimana bentuk penyajian ansambel gondang sabangunan pada

tor-tor sipitu sawan pada Sanggar Budaya Lusido?

5. Bagaimana peranan gondang sabangunan dalam tor-tor sipitu sawan

(17)

8

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang

hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk

menemukan jawaban pertanyaan. Hal ini sependapat dengan Sugiono (2008:288)

“Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan

masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data”. Maka

perlu dirumuskan dengan baik sehingga dapat mendukung untuk menemukan

jawaban bagaimana peranan gondang sabangunan dalam tor-tor sipitu sawan

pada Sanggar Budaya Lusido?

D. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan manusia selalu berorientasi kepada tujuan. Salah satu

keberhasilan penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Tujuan penelitian

selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang

akan dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Bungin (2007:75) yang menyatakan,

”tujuan penelitian adalah dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam

suatu penelitian”. Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Sanggar Budaya Lusido.

2. Untuk mengetahui proses latihan tor-tor sipitu sawan pada sanggar

(18)

9

3. Untuk mengetahui alat musik yang digunakan pada ansambel gondang

sabangunan untuk mengiringi tor-tor sipitu sawan pada Sanggar

Budaya Lusido.

4. Untuk mengetahui bentuk penyajian ansambel gondang sabangunan

dalam tarian tor-tor sipitu sawan pada Sanggar Budaya Lusido.

5. Untuk mengetahui peranan ansambel gondang sabangunan dalam

tarian tor-tor sipitu sawan pada sanggar Budaya Lusido.

E. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pastilah hasilnya akan bermanfaat, segala sesuatu yang

dapat digunakan baik oleh peneliti itu sendiri maupun lembaga dan instansi

tertentu ataupun orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Hariwijaya (2008:50)

“manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut,

manfaaat penelitian mencakup dua hal yaitu: kegunaan dalam pengembangan ilmu

atau manfaatdi bidang praktik”. Beberapa manfaat penelitian yang diambil dari

kegiatan penelitian ini yaitu :

1. Bahan informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban

visi dan misi di Desa Pardomuan Kabupaten Samosir.

2. Menambah wawasan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide

kedalam suatu karya tulis.

3. Sebagai bahan acuan, refrensi atau perbandingan bagi peneliti

berikutnya.

(19)

10

5. Menambah sumber kajian bagi kepustakaan Seni Musik UNIMED.

6. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang bermaksud mengadakan

penelitian pada permasalahan yang sama atau berhubungan dengan

(20)

1

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sanggar Budaya Lusido berdiri pada tanggal 11 Desember 2007 yang

didirikan oleh Rismon Raja Mangatur Sirait. Sanggar Budaya Lusido

menampilkan tor-tor sipitu sawan dengan diiringi gondang sabangunan

(gondang si nage laut) secara live (langsung) yang dikemas dengan

semenarik mungkin, tanpa menghilangkan musik atau gerakkan aslinya

yaitu dengan menampilkan gondang sabangunan dan tor-tor mula-mula

serta”gondang saniang naga laut”dalam mengiringi tor-tor sipitu sawan,

dimana juga terdapat seseorang yang meminta gondang yang disebut

dengan Paminta gondang. Inilah yang membedakan Sanggar Budaya

Lusido tersebut dengan sanggar-sanggar lainnya.

2. Sanggar Budaya Lusido mengadakan latihan di halaman depan Mess

Pemerintahan daerah di Kecamatan Ajibata berhubung sanggar tersebut

belum memiliki tempat khusus untuk berlatih. Sanggar Budaya Lusido

mengadakan latihan sebanyak tiga kali dalam seminggu yaitu hari senin,

rabu, dan jumat yang dilatih langsung oleh Pembina Sanggar Budaya

Lusido sendiri yaitu Bapak Rismon Raja Mangatur Sirait selama 2 jam.

Dalam proses latihan Sanggar Budaya Lusido, tor-tor sipitu sawan tidak

(21)

80

3. tape recorder (kaset), yaitu rekaman gondang si nage laut yang diputar

(dimainkan) secara berulang-ulang. Hal ini dikarenakan Sanggar Budaya

Lusido belum memiliki pemusik sendiri juga belum memiliki dana yang

cukup untuk membeli alat-alat musik gondang sabangunan.

4. Alat musik yang digunakan dalam mengiringi tor-tor sipitu sawan yang di

bawakan oleh Sanggar Budaya Lusido adalah sarune, taganing, gordang

bolon, ogung ihutan, ogung doal, ogung oloan, dan ogung panggora,

dimana alat musik ini memiliki peranannya masing-masing.

5. Dalam penyajian tor-tor sipitu sawan yang ditampilkan oleh Sanggar

Budaya Lusido, terdiri dari delapan orang penari, enam orang pemusik

gondang, dan satu orang paminta gondang. Tor-tor sipitu sawan

ditampilkan dengan menggunakan pakaian adat Batak Toba yaitu ulos,

selendang putih yang diikatkan di pingggang, sortali, dan tujuh buah

cawan yang diiringi musik gondang sabangunan/ saniang naga laut secara

berulang-ulang (live) dengan menggunakan alat musik seperti sarune

bolon, taganing, gordang bolon, dan ogung.

6. Musik gondang sabangunan memiliki peran yang sangat penting dalam

tari tor-tor sipitu sawan, dimana gondang sabangunan/ saniang naga laut

berperan sebagai musik pengiring gerak tari tor-tor sipitu sawan yang

membantu mempertegas irama musik, juga merangsang tingkat emosi

pada saat menari, sehingga dapat dirasakan oleh sipenari yang

menghasikan gerak yang lebih ekspresif dan teratur, serta dapat dinikmati

(22)

81

tarian tor-tor tersebut menjadi lebih hidup dan setiap makna yang

terkandung di dalam setiap gerakan menjadi lebih dapat dijiwai/ dirasakan

penari maupun penonton. Dalam pertunjukan tor-tor siptu sawan, musik

gondang saniang naga laut dimainkan secara berulang-ulang sehingga

penari mengikuti pola irama musik gondang tersebut sesuai dengan melodi

dari gondang saniang naga laut. Musik gondang sabangunan juga dapat

merangsang emosi penari, dimana dengan melodi dan ritme yang didengar

secara langsung penari lebih dapat merasakan semangat dalam menari, dan

membantu mengingatkan penari ketika penari lupa akan tahap-tahan

gerakannya, dan mampu melahirkan gerakan improvisasi.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran

diantaranya sebagai berikut:

1. Perlunya donasi/ bantuan dari Pemerintah daerah, seperti; tempat

untuk berlatih, dana untuk keperluan properti dan juga penyediaan alat

musik gondang, agar sanggar tersebut dapat menampilkan yang

terbaik.

2. Perlunya membentuk group musik gondang Batak Toba untuk Sanggar

Budaya Lusido sendiri, agar penerus dalam mengiringi tor-tor tersebut

tetap ada sehingga sanggar tersebut tetap terjaga.

3. Perlunya penerimaan keanggotaan baru setiap tahunnya agar memiliki

(23)

82

4. Diharapkan Sanggar Budaya Lusido Tetap menampilkan tor-tor sipitu

sawan secara live dan tetap mengemas dengan menarik tanpa

menghilangkan musik dan tari aslinya.

5. Diharapkan dapat mengikuti festival di Tingkat Nasional maupun

internasional agar sanggar Budaya Lusido tersebut terlestarikan dan

(24)

83

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian kualitatif. Jakarta : Kencana.

Debora Ester. 2012, Gondang Sabangunan Pada Tor-tor Sigale-gale Di Desa

Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.

Djelantik, A.A.M. 2000. Estetika sebuah pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia

Ferri Erikson Paggabean. 2010, Metode Pengajaran Hasapi dan Sulim dalam

Dunia Akademis.

Hutajulu, Rithaony dan Irwansyah Harahap. 2005. Gondang Batak Toba. Bandung : PAST UPI.

Kamien, Roger. 2004.Music: An AppreciationUSA: Mc Grow Hill, Inc.

Maryaeni, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara

Panggabean, Ferri Erison. 2010. Metode Pengajaran Hasapi dan Sulim dalam

Dunia Akademis.

Pasaribu, Ben (eds). 2004. Pluralitas Musik Etnik. Medan : Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nomensen.

Purba, Mauly. 2007. Musik Tradisional Masyarakat Sumatera utara.Medan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Soedarsono, R. 2002. Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Soeharto, M. 1992. kamus music. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Soekanto, Soerjono.2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Yayasan Penerbitan Universitas Indonesia

Salim, Djohan. 2009. Psikologimusik. Yogyakarta : Best Publisher.

S. Yetty, 2009. Perbedaan Gondang Hasapi dan Gondang Sabangunan Pada

(25)

84

Sirait Putra Adi H. 2012, Peranan Gondang Sabangunan Dalam Upacara

Mardebata Pada Masyarakat Parmalim Huta Tinggi Laguboti Di Desa Siregar Kec. Lumban Julu Kab. Toba Samosir.

Tambunan H. Emil, . Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan

Gambar

Tabel 4.1 Jadwal Latihan Sanggar Budaya Lusido...............................................48
Gambar  4.1 Proses Latihan............................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas

Tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas adalah menstruasi yang pertama kali (menarke) dan tahap perkembangan payudara mencapai Tanner stadium 2

dengan tujuan untuk untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan masyarakat di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal.Dengan adanya program ini, pengusul berharap

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penurunan jumlah bakteri rongga mulut berkumur seduhan teh hitam 80 mg/ml dibandingkan teh hijau 80 mg/ml.. Untuk

• Studi potensi sumber energi hidro adalah penjajakan awal ketersediaan potensi sumber energi hidro untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).. • Digunakan untuk memilih

Selain pada lanskap pertanian, ada juga lanskap jalan yang memiliki nilai kualitas estetik tinggi.. Lanskap tersebut memiliki tegakan pohon yang memberikan kesan pergerakan

[r]

[r]