• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI GAMBARAN STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, AKTIVITAS FISIK, PENGETAHUANDAN PRAKTIK GIZI SEIMBANG PADA REMAJA DI PULAU BARRANG LOMPOMAKASSAR TRI SOFIATUN K211 13 311

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI GAMBARAN STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, AKTIVITAS FISIK, PENGETAHUANDAN PRAKTIK GIZI SEIMBANG PADA REMAJA DI PULAU BARRANG LOMPOMAKASSAR TRI SOFIATUN K211 13 311"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

GAMBARAN STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, AKTIVITAS FISIK, PENGETAHUANDAN PRAKTIK GIZI SEIMBANG PADA REMAJA

DI PULAU BARRANG LOMPOMAKASSAR

TRI SOFIATUN K211 13 311

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU GIZI MAKASSAR, OKTOBER 2017 TRI SOFIATUN

„„GAMBARAN STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, AKTIVITAS FISIK, PENGETAHUAN DAN PRAKTIK GIZI SEIMBANG PADA REMAJA DI PULAU BARRANG LOMPO MAKASSAR”

Dibimbing oleh Aminuddin Syam dan Rahayu Indriasari (ixv + 95 Halaman + 8 Tabel + 6 Lampiran)

Remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Status gizi remaja sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang. Status gizi yang optimal akan membentuk remaja yang sehat dan produktif. Status gizi remaja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor (multifaktoral) diantaranya pengetahuan, pola konsumsi, aktivitas fisik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi, asupan zat gizi makro, aktifitas fisik, pengetahuan dan praktik gizi seimbang pada remaja.

Lokasi penelitian di pulau Barrang Lompo Kota Makassar dengan responden adalah remaja yang berusia 12-18 tahun sebanyak 232 responden, sampel dalam penelitian ini sebanyak 82 orang yang dipilih secara acak. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan survei deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yakni questioner personal activity, Food frequency quessioneari dan food recall 24 jam untuk memperoleh data asupan energi. Pengolahan data mengguakan program Software Package for Social Science (SPSS). Analisis data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi disertai dengan narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang menderita status gizi kurang sebanyak 18 orang (22,0%) dan status normal sebanyak 64 orang (78,0%).

Siswa dengan asupan energi kurang sebanyak 80 orang (97,6%) asupan protein kategori kurang sebanyak 72 orang (87,8%), asupan lemak kategori kurang sebanyak 48 orang (58,5%), asupan karbohidrat kategori kurang sebanyak 81 (98,8%).

Kebiasaan aktivitas fisik kategori berat sebanyak 50 orang (61,0%). Pengetahuan gizi seimbang kategori kurang sebanyak 64 orang (78,0%). Praktik gizi seimbang kategori kurang sebanyak 63 orang siswa (76,8%). Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan agar pihak pemerintah kota Makassar khususnya puskesmas melakukan sosialisasi terkait pentingnya gizi seimbang.

Kata kunci : Status gizi, gizi seimbang, remaja Daftar pustaka : 60 (1996-2015)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala keridhaan dan cinta-Nya kepada penulis dalam penulisaan skripsi ini, puja dan puji senantiasa kita kirimkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberi rahmat dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan karunia yang tak terhingga dari Allah SWT dan rasa syukur yang berlimpah ketika skripsi ini berjudul “Gambaran Status Gizi, Asupan Zat Gizi Makro, Aktivitas Fisik, Pengetahuan Dan Praktik Gizi Seimbang Pada Remaja Di Pulau Barrang Lompo Makassar” merupakan salah persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Dengan sepenuh rasa cinta dan kasih sayang serta rasa hormat terdalam, skripsi ini untuk dipersembahkan kepada kepada orang tua Muhammad Ali, S.Pd, SD dan Mahdalena BA, atas segala Doa, Harapan dan Tenaga yang telah di berikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih terdalam penulis sampaikan kepada saudara Wawan Wisudawan dan Fitrah Jauhari S.Farm.,Apt, yang sudah begitu banyak membantu, menjadi penyemangat dan

(6)

vi

pendorong dalam belajar serta menyelesaikan studi semoga apa yang kita cita-citakan sama-sama tercapai Aamiin.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis khaturkan kepada dr. Devintha Virani, M.Kes.,Sp.GK sebagai pembimbing akademik atas segala motivasi dan dukungannya untuk terus meningkatkan prestasi akademik dari awal semester perkulihan hingga sekarang sampai penulis bisa menyelesaikan studinya. Rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Aminuddin Syam, SKM.,M.ed.,ED sebagai Pembimbing I dan Ibu Rahayu Indriasari, SKM, MPHCN, Ph.D sebagai II Pembimbing yang selalu memberikan masukan, bimbingan dan arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada tim penguji Ibu Dr.

Healthy Hidayanti, SKM.,M.Kes dan Ibu Indra Fajarwati, SKM.,MA atas segala masukan, kritik dan sarannya serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Drg. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta jajaran dan seluruh staf atas bantuannya selama menempuh pendidikan.

2. Dr. Aminuddin Syam, SKM, M.Kes, M.Med.,Ed selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

(7)

vii

3. DR. dr. Citrakesumasari, M.Kes.,Sp.GK selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

4. Para Dosen dan Staff Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga dan bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan perkuliahan di FKM Unhas.

5. Bapak Jamal selaku Guru di SMPN 28 Makassar dan Pak Sardi yang telah banyak membantu penulis saat melakukan penelitian

6. Kepada seluruh adik-adik di SMPN 28 Makassar dan SMA Pulau Barrang Lompo yang telah bersedia menjadi responden yang telah memberikan waktunya selama penelitian ini berlangsung, terkhusus buat Kak Laksmi, Kak Ahlan dan Kak Nisa yang telah menjadi saudara, teman dan senior saat penelitian.

7. Kepada teman-teman, junior-junior dan senior-senior di KM FKM Unhas atas cerita yang telah dihadirkan selama penulis berproses di KM FKM Unhas.

8. Kepada teman-teman REMPONG 2013 (Revolusioner Muda Penerus Estafet Organisasi Kampus Ungu) yang selalu memberikan keceriaan selama di kampus.

9. Kepada teman-teman GU13RAK yang telah begitu banyak melukis cerita dan berbagi suka duka. Dari awal Praktikum dan Kerja laporan sama-sama hingga sarjana walaupun tidak bersamaan. Khususnya buat Retno inten dan Syahruni Fadilah yang telah banyak memberikan motivasi buat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

10. Kepada teman, sahabat, yang sudah saya anggap saudara sendiri “Sang Pemimpi” Ulfa Kurniati, Nur Istiqomah, Lia Nurmilatun, Suryanti Konna, Maysuri, Nurhikmaway dan yang terakhir Yunita.

11. Kepada saudara laki-lakiku, Sandy Pratama Aksan, Jordan Tirto Sumule, Muh.

Aryadipa, Muh. Fahril, Muh. Iffah, Khalis Muliamar, Chandra AB, Muh. Iqbal, Feri Irawan, Tresna Baso yang telah bersedia direpotkan dan banyak membantu penulis.

12. Kepada BEM FKM Unhas periode 2016-2017, tempat menempa diri dan mngajarkan banyak hal untuk penulis, sudah memaksa membuka mata penulis untuk melihat lebih jelas keadaan disekitar. Kepada teman-teman pengurus khususnya Dept. Kajian Strategi dan Advokasi (Atin, Uzdah, Feri, Irabuana, Fenny, dan Cakra) untuk segala motivasi dan pengalaman yang telah dihadirkan.

13. Kepada Maperwa FKM Unhas periode 2017-2018 (kak Ikram, Chandra, Bat, Fitri, Cakra, Irman, Wilda, Ain, Linda, Nissa, Husnul, Asma, dan Anca) terimakasih telah memberikan begitu banyak pelajaran dan goresan cerita yang takkan pernah bisa dilupakan oleh penulis selama berada di Maperwa, tetaplah kuat dan semakin kompak hingga akhir periode kepengurusan.

14. Kepada manusia-manusia hebat yang telah memberikan cerita terbaik buat penulis. Kak A. Fiar Malayadi, Kak M. Fiqri Saad, Kak Mario Hikmat, Kak Firnas, Kak Muh. Akbar, Kak Fadly Kaimuddin, Kak Arif serta Kak Ilo.

Terimakasih Ya Rabb telah menghadirkan mereka untuk turut ada dalam cerita hidup penulis selama menyelesaikan studinya.

(9)

ix

15. Kepada kak Mohammad Anugerah yang telah bersedia mendengar cerita tentang segala hal dan keluh kesah penulis selama mengerjakan skripsi ini, telah mengajarkan banyak nilai buat penulis dan bersedia menjadi tabungan keresahan untuk masalah-masalah yang di hadapi penulis. Terimakasih untuk banyak waktu yang dihabiskan untuk penulis.

16. Kepada Mutiah Dewi Astuti yang telah menemani hari-hari penulis, teman tidur dan teman berkeluh kesah, yang disetiap harinya selalu menanyakan tentang kapan penulis menyelesaikan skripsinya.

17. Serta teman-teman yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak karena telah hadir menggoreskan tinta di kehidupan penulis selama menempuh bangku kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Wassalamu‘alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Makassar, 15 November 2017

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

RINGKASAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian. ... 7

D. Manfaat Penelitian. ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Latar Belakang.Tinjauan Umum tentang Remaja. ... 9

B. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi. ... 15

C. Tinjauan Umum Tentang Asupan Zat Gizi Makro. ... 32

D. Tinjauan Umum Tentang Aktivitas Fisik. ... 39

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan dan Praktik Gizi Seimbang. ... 43

C. Kerangka Teori. ... 48

BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikirian Variabel Penelitian. ... 50

B. Kerangka Konsep ... 50

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif. ... 51

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 54

B. Waktu dan Lokasi Penelitian. ... 54

C. Populasi dan Sampel. ... 54

(11)

xi

D. Pengumpulan Data ... 55 E. Pengolahan dan Analisis Data. ... 56 F. Penyajian Data ... 57 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ... 58 B. Hasil Penelitian... 60 C. Pembahasan. ... 68 BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan. ... 94 B. Saran. ... 95 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Kategori IMT Ambang batas Z score 24 Tabel 2.2 Tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2013 33 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Pulau Barrang Lompo 59

Kecamatan Sangkarrang Kota Makassar 2017

Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi Pada Remaja di Pulau Barrang 61 Lompo Kota Makassar 2017

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik dan Status Gizi Remaja di Pulau 62 Barrang Lompo Makassar 2017

Tabel 5.4 Distribusi Asupan Zat Gizi Makro pada Remaja di Pulau 63 Barrang Lompo Makassar 2017

Tabel 5.5 Distribusi Aktivitas Fisik Pada Remaja di Pulau Barrang 64 Lompo Makassar 2017

Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Gizi Seimbang pada Remaja di Pulau 65 Barrang Lompo Makassar 2017

Tabel 5.7 Distribusi Praktik Gizi Seimbang pada Remaja di Pulau 65 Barrang Lompo Makassar 2017

Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan dan Praktik Gizi Seimbang dan 66 Status Gizi pada Remaja Di pulau Barrang Lompo Makassar

2017 Kota Makassar

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 47

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 48

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Kuesioner Penelitin ... 1

Output Hasil Analisis SPSS ... 2

Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 3

Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal ... 4

Surat Izin Penelitian dari Walikota Makassar ... 5

Dokumentasi Penelitian ... 6

(15)

xv

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN Istilah/ Singkatan Kepanjangan/ Pengertian

AKG Angka Kecukupan Gizi

ASI Air Susu Ibu

BB Berat Badan

DEPKES Departemen Kesehatan

IMT Indeks Massa Tubuh

KEP Kurang Energi Protein

TB Tinggi Badan

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan 17.480 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Sembilan puluh dua pulau kecil diantaranya adalah pulau-pulau kecil terluar.Pulau-pulau kecil dan segala permasalahannya tidak hanya berada pada permasalahan lingkungan dan pembangunan. Secara ekologis pulau-pulau kecil rapuh dan rentan. Ukuran yang kecil, tantangan dari zona pesisir terkonsentrasi di lahan terbatas, sumber daya yang terbatas, penyebaran geografis dan isolasi dari pasar, menempatkan pulau- pulau kecil pada posisi yang kurang menguntungkan (Kusumo, 2010).

Masyarakat yang hidup di pulau-pulau kecil dan terisolir, kehidupan sehari- hari akan terpapar dengan risiko kesehatan antara lain kurangnya ketersediaan air bersih yang berkualitas, minimnya ketersediaan makanan yang bergizi dan terbatasnya pelayanan kesehatan dari sektor publik terutama pada saat musim badai. Kondisi perumahan yang padat dan kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga mudah terinfeksi dengan vektor dan agen penyakit yang berkembang, juga mendukung terciptanya sanitasi yang buruk (Massie, 2013).

Selain itu, karakteristik masyarakat pulau kecil terisolir, kurang memahami pentingnya sanitasi bagi kesehatan, yang salah satunya disebabkan rendahnya pengetahuan. Sehingga perilaku-perilaku berisiko yang berhubungan dengan

(17)

2

kesehatan memungkinkan untuk terjadi.Penyakit yang paling sering menyerang saat ketersediaan air bersih kurang adalah diare, cholera, hepatitis, malria, penyakit cacing.Begitupun dengan minimnya makanan bergizi yang dapat menyebabkan KEP serta penyakit malnutrisi lainnya (Massie, 2013).

Saat ini, Indonesia sedang menghadapi beban ganda masalah gizi (double barden malnutrition). Di satu sisi, masalah gizi buruk atau kurang belum terselesaikan, di sisi lain masalah gizi lebih mulai menunwajukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Prevalensi kekurusan pada remaja umur 16-18 tahun mengalami kenaikan. Riskesdas 2010 sebesar 8,9% (1,8% sangat kurus dan 7,1%

kurus) dan mengalami kenaikan pada Riskesdas 2013 menjadi 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus). Sedangkan prevalensi kegemukan berdasarkan Riskesdas 2010 pada anak 16-18 tahun secara nasional masih kecil yaitu 1,4%. Namun mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 7,3% (5,7% gemuk dan 1,6%

obesitas).

Berdasarkan laporan dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi kurus (IMT < SD Rerata standar WHO 2007) pada anak usia sekolah (6-14 tahun) sebesar 12,1% (2007), dimana prevalensinya lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Masalah gizi buruk atau kurang (Underweight) dan pendek (Stunting) pada anak usia sekolah, juga menunjukkan angka yang cukup tingi masing-masing 11,1% dan 35,1%.

Kondisi kurang gizi di atas diperparah dengan peningkatan prevalensi gizi lebih pada usia ini. Terlihat dengan peningkatan angka prevalensi gizi lebih (IMT

(18)

3

> 2SD Rerata standar WHO 2007) sebesar 15,9% (Kemenkes RI, 2008) menjadi 18,8% (Kemenkes RI, 2013). Beberapa kota di Indonesia menunjukkan prevalensi gizi lebih pada anak usia sekolah yang cukup tinggi. Salah satunya adalah Kota Makassar. Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi kurus pada anak usia sekolah di kota ini sebesar 15,6%, angka yang kurang lebih sama dengan prevalensi kelebihan berat badan sebesar 15%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kota/kabupaten lain di Sulawesi Selatan (Kemenkes RI, 2008). Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Hidayanty, dkk, menunjukkan prevalensi gizi lebih pada usia 10–15 tahun di Kota Makassar sebesar 17,1%

(Hidayanty dkk, 2014). Pada penelitian yang sama menunjukkan prevalensi gizi kurang pada umur ini yaitu 12,8%, dengan proporsi 2,9% remaja sangat kurus dan 9,9% remaja kurus.

Remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Masa ini, remaja masuk ke dalam fase pertumbuhan cepat kedua dan selanjutnya pertumbuhan fisik menurun saat masuknya usia dewasa muda. Oleh karena itu, remaja membutuhkan makanan yang adekuat tidak hanya dari segi kuantitas tapi juga dari segi kualitas. Semakin bervariasi atau beraneka ragam makanan yang dikonsumsi remaja akan dijamin terpenuhinya kecukupan zat gizi yang selanjutnya akan berdampak pada status gizi dan kesehatannya (Purnakarya dan Azrimaidaliza, 2011).

Status gizi remaja sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang.

Statusgizi yang optimal akan membentuk remaja yang sehat dan

(19)

4

produktif.Permasalahan yang muncul adalah gizi kurang dan lebih. Gizi kurang dapatmengakibatkan penurunan prestasi akademik dan mengakibatkan gangguan sistem reproduksi yang berdampak buruk di kemudian hari (Zuhdy, 2015).

Status gizi remaja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor (multifaktoral).Salah satu yang berhubungan dengan status gizi adalah pengetahuan.Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan (Maulana, dkk., 2012). Pengetahuan gizi seimbang memegang peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan Asmini 2008, pada remaja Madrasah Tsanawiyah ditemukan bahwa yang mempunyai pengetahuan gizi baik 54,2% dan status gizi baik 57,3%.

Faktor lain yang berhubungan dengan status gizi adalah pola konsumsi.

Konsumsi pangan remaja perlu diperhatikan karena pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga kebutuhan untuk pertumbuhan dan aktivitas juga meningkat. Jika berbagai aktivitas dan pertumbuhan meningat tidak diimbangi dengan masukan zat gizi yang cukup maka tubuh akan mengalami masalah gizi (malnutrisi) (Arisman, 2010). Hasil penelitian Masdrawati dan Hidayati S (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dan protein denga status gizi.Sama halnya denga penelitian Sumardillah dkk (2010) yang menyebutkan ada hubungan antara konsumsi energi dan protein dengan status gizi.

(20)

5

Faktor lain yang berhubungan adalah aktivitas fisik. WHO (2010) mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.Aktivitas fisik (kurang aktivitas fisik) telah diidentifikasi sebagai factor risiko utama keempat untuk kematian global (6% dari kematian global).Berdasarkan penelitian diketehui bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan risiko kejadian gizi lebih pada remaja (Aini, 2013).

Beberapa kota di Indonesia menunjukkan prevalensi gizi kurang pada anak usia sekolah yang cukup tinggi. Salah satunya adalah Kota Makassar.

Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi kurus pada anak usia sekolah di kita ini sebesar 15,6%, angka yang kurang lebih sama dengan prevalensi kelebihan berat badan sebesar 15%. Angka ini lebih tinggi di bandingkan dengan kota/kabupaten lain di Sulawesi Selatan (Kemenkes RI, 2008). Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan Hidayanty, dkk menunjukkan prevalensi gizi lebih pada usia 10-15 tahun di Kota Makassar sebesar 17,1% (Hidayanty, dkk., 2014).

Kota Makassar sebagai salah satu kota di Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang sangat cepat dan telah menunjukkan tingginya angka prevalensi gizi kurang maupun gizi lebih pada anak-anak termasuk usia remaja.

Dengan tersedianya data yang komperensif memberikan peluang untuk melakukan upaya preventif dan kuratif terhadap masalah ini.Akan tetapi, data mengenai prevalensi status gizi khususnya pada anak dan remaja di beberapa pulau kecil di sekitar 11 pulau-pulau kecil yang berada di Kota ini. Pulau-pulau

(21)

6

kecil ini dilengkapi dengan akses transportasi yang memudahkan masyarakat untuk menjangkau daratan Kota Makassar (Hidayanti, dkk., 2017).

Berdasarkan uraian di atas yang kemudian banyak sekali penelitian yang dilakukan pada remaja terkait dengan status gizinya, namun masih sangat kurang penelitian tentang status gizi pada remaja yang bermukim di pulau-pulau kecil yang ada di Kota Makassar, maka dari itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian status gizi pada remaja yang ada di pulau Barrang Lompo Makassar.

Praktik perilaku makan dan aktifitas fisik dipraktikkan oleh masyarakat di daerah ini dapat menjadi faktor protektif ataupun faktor pendukung terjadinya malnutrisi pada remaja, mengingat mudahnya akses transportasi masyarakat untuk menjangkau daratan Kota Makassar.Untuk membuktikan hal tersebut perlu dilakukan penelitian di daerah pulau, khususnya di pulau kecil BarrangLompo.

(22)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa angka gizi kurang dan gizi pada remaja di Kota Makassar tinggi, namun angka ini belum mencakup secara spesifik data pada pulau-pulau kecil yang ada di wilayah kota Makassar.

Oleh karena itu perlu di lakukan penelitian pada lokasi tersebut. Penelitian ini akan dilaksanakan di pulau Barrang Lompo sebagai salah satu pulau kecil di wilayah kota Makassar, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran keterkaitan antara pola asupan, aktivitas fisik, pengetahuan dan praktik gizi seimbang pada remaja di pulau Barrang Lompo.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi, aktifitas fisik, pengetahuan dan praktik gizi seimbang dan status gizi pada remaja di pulau Barrang Lompo Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui status gizi remaja di pulau Barrang Lompo.

b. Untuk mengetahui asupan zat gizi makro pada remaja yang ada di pulau Barrang Lompo.

c. Untuk mengetahui kebiasaan aktivitas pada remaja di pulau Barrang Lompo.

d. Untuk mengetahui pengetahuan gizi seimbang pada remaja di pulau Barrang Lompo.

(23)

8

e. Untuk mengetahui praktik gizi seimbang pada remaja yang ada di pulau Barrang Lompo.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Peneliti

Merupakan bentuk dari pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan memperoleh pengetahuan serta wawasan mengenai Gizi.Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti melalui kegiatan penyusunan proposal penelitian, kegiatan penelitian, dan penulisan hasil penelitian.

2. Manfaat Bagi Institusi

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pengembangan ilmu yang dapat menjadi suatu proses pendidikan dalam pemanfaatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang lebih lanjut dan akan membaca bahan bacaan yang akan di simpan di perpustakan.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat semoga dapat menambah wawasan terkait status gizi dan pentingnya status gizi untuk masyarakat kedepannya.

(24)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Remaja 1. Definisi

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2013), remaja adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Berdasarkan World Health Organization (WHO), remaja adalah orang-orang yang berusia antara 10- 19 tahun. Sedangkan berdasarkan UNICEF (2010), remaja adalah masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan untuk menelusuri risiko dan kerentanan, serta menuntun potensi yang ada dalam diri mereka (Brown, 2013).

Remaja adalah masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan (UNICEF, 2010).Usia remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang membutuhkan asupan gizi yang adekuat. Remaja merupakan salah satu periode dalam kehidupan antara pubertas dan maturitas penuh (10-21 tahun), juga suatu proses pematangan fisik dan perkembangan dari anak-anak sampai dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga periode, yaitu remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun) (Kusuma, dkk., 2012).

(25)

10

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan fisik dan psikologi.Usia ini dikenal sebagai usia produktif, yang ditandai dengan pencapaian tingkat pendidikan, sukses dalam karier, mapan dan lain-lain. Menurut Wirahkusumah (1994) yang dikutip oleh Amelia (2009), kelompok ini rentan terhadap pergeseran perilaku dan gaya hidup antara lain adanya perubahan pada pola makan yang lebih cenderung mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mudah didapat, harga terjangkau dan makanan ini banyak mengandung gula dan lemak (Zahra, 2012).

Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004).

2. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri–ciri tertentu yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja

(26)

11

sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai periode bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Remaja merupakan kelompok rentan dalam masalah gizi hal ini dikarenakan (1) percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak, (2) perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi, (3) kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi (Arisman, 2010).

Masa remaja sangat penting diperhatikan Karenamerupakan masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Gizi Seimbang pada masa ini akan sangat menentukan kematangan mereka dimasa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja perempuan agar status gizi dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya remaja perempuan akanmenjadi seorang ibu yang akan melahirkan generasi penerus yang lebih baik (Kurniasih, dkk.,2010).

Masa Pertumbuhan Anak Remaja Usia 13 Tahun merupakan tahap terunik dari keseluruhan perkembangan dan pertumbuhan dari semenjak ia dilahirkan. Pembentukan dan pertumbuhan baik yang di lihat dari segi fisiologis maupun dari segi psikologisakan selalu terjadi dan bersifat kontinyu. Sebenarnya masa perkembangan sang anak bisa di lihat dari beberapa fase, dan fase anak remaja atau masa remaja merupakan salah

(27)

12

satunya. Pertumbuhan di masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang memasuki tahap setengah dewasa dimana pertumbuhan secara fisik akan berkembang dengan pesat, juga pembentukan kepribadian akan dimulai disini baik itu merupakan pola pikir, cara bicara maupun tingkah laku yang akan dibawanya kedalam kehidupan sosialnya (Zahra, 2012).

Secara fisiologis maka remaja usia ini akan mengalami perubahan dari tinggi badan, berat badan dan perubahan-perubahan lainnya yang bersifat fisik, selain itu perkembangan motorik usia 13-18 tahun akan di mulai pada usia ini, dimana semua otot akan bergerak menjadi lebih baik pada usia ini. Pertumbuhan anak remaja menempatkannya pada keadaan tidak stabil dan lebih cenderung emosi, karena pada usia inilah “pencarian jati diri” di mulai. Banyak yang mengatakan jika perkembangan psikologis sang anak tidak sepesat pertumbuhan fisik dari sang anak pada usia ini.

Pada usia ini mereka cenderung mengalami peristiwa yang dikenal dengan istilah „storm and stress”, dimana mereka akan mulai merasakan tekanan- tekanan yang berasal dari diri mereka sendiri maupun dari lingkungan mereka, dan dimulainya proses pengambilan keputusan, adaptasi, dan bagaimana harus menyikapi setiap tekanan yang terjadi dalam hidup mereka. Oleh karena itu remaja pada usia ini akan cenderung lebih labil karena ketidakstabilan emosi dalam diri mereka (Zahra, 2012).

Masa remaja adalah masa yang menyenangkan namun juga merupakan masa yang kritis karena merupakan masa peralihan dari kanak- kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek

(28)

13

fisik, psikis dan psikososial.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik tersebut maka bentuk tubuh yang ideal dan wajah yang menarik merupakan hal yang diidamkan oleh hampir semua remaja apalagi bagi mereka yang mulai mengembangkan konsep diri dan juga hubungan heteroseksual.Untuk itu kecenderungan menjadi gemuk atau obesitas dapat mengganggu sebagian anak pada masa puber dan menjadi sumber keprihatinan selama bertahun- tahun pada awal masa remaja (Hurlock, 2004).

3. Perkembangan Fisik

Menurut Zigler dan Sevenson (dalam Desmita, 2008) secara garis besar perubahan fisik pada masa remaja dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik seksual. Beberapa dimensi perkembangan fisik pada masa remaja akan diuraikan dalam ulasan berikut:

a. Perubahan tinggi dan berat badan

Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci (± 150cm). Pada usia 18 tahun, tinggi rata- rata remaja laki-laki adalah 69 inci, secangkan tinggi rata-rata remaja perempuan hanya 64 inci. Untuk anak perempuan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 tahun dan 13 dan 14 tahun untuk anak laki-laki. Dalam tahun itu tinggi kebanyakan anak perempuan bertambah sekitar 3 inci dan tinggi kebanyakan anak lelaki bertambah lebih dari 4 inci (Zigler dan Sevenson, dalam Desmita, 2008).

(29)

14

Faktor yang menyebabkan laki-laki rata-rata lebih tinggi dari perempuan adalah karena laki-laki memulai pertumbuhan mereka dua tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak perempuan.Dengan demikian anak laki-laki mengalami penambahan pertumbuhan selama dua tahun pada masa anak-anak. Tinggi rata-rata anak perempuan terjadi pada saat ia memulai masa percepatan pertumbuhan, yakni sekitar 54 atau 55 inci, secangkan bagi laki-laki sekitar 59 atau 60 inci. Karena penambahan tinggi anak laki-laki dan perempuan selama masa remaja sekitar 9 atau 10 inci maka perempuan pada akhirnya lebih pendek dibanding dengan rata-rata laki-laki.(Seifert dan Hoffnung, dalam Desmita, 2008).

b. Perubahan Proporsi Tubuh

Pertambahan tinggi dan berat badan berhubungan juga dengan proporsi tubuh.Misalnya bagian-bagian tubuh tertentu yang dulunya kecil saat masa anak-anak, pada masa remaja berubah menjadi besar.Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang kadang tidak proporsional.

Perubahan lain dalam proporsi tubuh juga terlihat pada perubahan ciri-ciri wajah, di mana wajah anak-anak mulai menghilang. Terjadi perubahan struktur kerangka, pertumbuhan otot.Pertumbuhan otot ini perkembang seiring dengan bertambahnya tinggi badan.Pertumbuhan otot laki-laki lebih cepat karena mereka memiliki lebih banyak jaringan otot.

(30)

15 c. Kematangan Seksual

Kematangan seksual terjadi dengan pesat pada awal masa remaja.Periode ini disebut masa pubertas. Kematangan seksual sebagai suatu rangkaian perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan perubahan ciri-ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics).

B. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi 1. Definisi

Pengertian Status Gizi Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang di indikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000).

Almatsier (2000) mengatakan bahwa pengertian status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih. Supariasa, dkk., (2001) mengatakan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Menurut Almatsier (2001) secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh.

(31)

16

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk mengetahui apakah seseorang tersebut itu normal atau bermasalah (gizi salah).Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan dan atau keseimbangan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, kecerdasan dan aktivitas atau produktivitas (Siswanto, 2001). Status gizi juga dapat merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh (nutrien input) dengan kebutuhan tubuh (nutrien output) akan zat gizi tersebut (Supariasa, dkk., 2001).

Status gizi remaja berhubungan dengan berbagai macam factor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah asupan energi dan zat gizi, jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan konsumsi serat (sayur dan buah), aktivitas fisik, perilaku merokok dan faktor genetik yaitu status gizi dari orang tua remaja (Brown, 2013).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Faktor penyebab status gizi buruk dapat berupa penyebab tak langsung seperti kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor- faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan

(32)

17

dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor (Ambarwati, 2012).

Menurut Paryanto (1996) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi status gizi adalah faktor langsung seperti asupan makan dan penyakit infeksi.Latar belakang terjadinya faktor tersebut adalah ekonomi keluarga, produksi pangan, kondisi perumahan, ketidaktahuan dan pelayanan kesehatan yang kurang baik. Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lengkar kepala, lengkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit (Supariasa, dkk, 2001):

a. Faktor penyebab langsung a) Asupan zat gizi

Status gizi dipengaruhi asupan gizi makronutrien dan mikronutrien yang seimbang.Angka kecukupan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat (Almatsier, 2009).

Pada masa remaja kebutuhan nutrisi/gizi perlu mendapat perhatian lebih, kebutuhan nutrisi yang meningkat dikarenakan adanya peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan.

Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pada masa ini berpengaruh pada kebutuhan dan asupan gizi. Kebutuhan khusus nutrient perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang mempunyai aktifitas olahraga, mengalami kehamilan, gangguan perilaku makan,

(33)

18

restriksi asupan makanan: konsumsi alkohol, obat-obatan maupun hal-hal lain yang biasa terjadi pada remaja (Sayogo, 2006).

Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan untuk deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan rentan usia sebelum dan sesudahnya. Apalagi masa remaja merupakan masa transisi penting pertumbuhan dari anak-anak menuju dewasa. Gizi seimbang pada masa tersebut akan sangat menentukan kematangan mereka dimasa depan. Intinya masa remaja adalah saat terjadinya perubahan-perubahan cepat, sehingga asupan zat gizi remaja harus diperhatikan benar agar mereka dapat tumbuh optimal. Apalagi dimasa ini aktifitas fisik remaja pada umumnya lebih banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas disekolah, umumnya mereka mulai pula menekuni berbagai kegiatan seperti olah raga, hobi, kursus.

Semua itu tentu akan menguras energi, yang berujung pada keharusan menyesuaikan dengan asupan zat gizi seimbang (Kurniasih, dkk., 2010).

Usia reproduksi, tingkat aktivitas, dan status nutrisi mempengaruhikebutuhan energi dan nutrisi pada remaja, sehingga dibutuhkan nutrisi yangsedikit lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya tersebut. Remaja rentan mengalami defisiensi zat besi, karena kebutuhan remaja yang meningkat

(34)

19

seiring pertumbuhannya, namun seorang remaja sering terlalu memperhatikan penambahan berat badannya. Remaja dengan berat badan kurang dan anemia beresiko melahirkan bayi BBLR jika dibandingkan dengan wanita usia reproduksi yang aman untuk hamil (Ambarwati, 2012). Gizi atau makanan tidak sajadiperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan fisik dan mental serta kesehatan,tetapi diperlukan juga untuk fertilitas atau kesuburan seseorang agar mendapatkan keturunan yang selalu didambakan dalam kehidupan berkeluarga.

b) Penyakit infeksi

Infeksi adalah masuknya dan berkembangnnya serta bergandanya agen penyakit menular dalam badan manusia atau binatang terasuk juga bagaimana badan pejamu bereaksi terhadap agen penyakit terhadap agen tadi meskipun hal ini terlalu tampak secara nyata.

Menurut Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit Infeksi

(35)

20

disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman, 2000).

Penyakt infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat.Penyakit infeksi dapat memperburuk status gizi dan mempermudah infeksi.Ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi.

Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi (Supariasi, dkk 2002).

b. Faktor penyebab tidak langsung a) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan yang terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berarti kalau penentuan umur yang salah (Supariasa, dkk., 2001).

Pada masa remaja kebutuhan tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, karena remaja lebih

(36)

21

banyak melakukan aktivitas fisik. Memasuki usia remaja kecepatan pertumbuhan fisik sangat dipengaruhi oleh keadaan hormonal tubuh, perilaku dan emosi sehingga kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi harus tetap terpenuhi dengan baik. Kebutuhan tenaga pada remaja sangat bergantung pada tingkat kematangan fisik dan aktivitas yang dilakukan.

b) Jenis kelamin

Pada masa remaja, selain terjadi pertumbuhan terjadi juga pertambahan berat badan.Pertambahan berat badan ini sekitar 13 kg untuk anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan.

Meskipun berat badan ikut bertambah seiring proses pertumbuhan namun ia dapat lebih mudah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya pola hidup, asupan nutrisi, diet dan latihan.Obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, hal ini disebabkan faktor endokrin dan perubahan hormonal (Arisman, 2004).

Pertumbuhan yang cepat (growth spurt) baik tinggi maupun berat badan merupakan salah satu tanda periode adolensia.

Kebutuhan zat gizi sangat berhubungan dengan besarnya tubuh hingga kebutuhan yang tinggi terdapat padaperiode pertumbuhan yang cepat.Growth spurt pada anak perempuan sudah dimulai pada umur antara 10-12 tahun sedangkan pada laki-laki pada umur 12-14tahun. Permulaan growth spurt pada setiap anak tidak

(37)

22

selalu pada umur yangsama, terdapat perbedaan antara individual. Pengingkatan aktivitas fisik yangmengiringi pertumbuhan yang cepat ini sehigga kebutuhan zat gizi akanbertambah. Nafsu makan anak laki-laki sangat bertambah sehingga tidak akanmenemukan kesukaran untuk memenuhi kebutuhannya. Anak perempuanbiasanya lebih mementingkan penampilan, mereka enggan menjadi gemuksehingga membatasi diri dengan memilih makanan yang tidak mengandungbanyak energi dan tidak mau makan pagi. Mereka harus diyakinkan bahwamasukan zat gizi yang kurang dari yang dibutuhkan akan berakibat buruk baikbagi pertumbuhan maupun kesehatannya (Ambarwati, 2012).

c) Tingkat ekonomi dan status tinggal

Peningkatan pendapatan juga dapat mempengaruhi pemilihan jenis danjumlah makanan yang dikonsumsi.

Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makandari pola makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yangdapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan praktis dan siapsaji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia, dan jika dikonsumsi secaratidak rasional akan menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akanmenimbulkan obesitas (Virgianto dan Purwaningsih, 2006).

(38)

23

Makanan sering digunakan untuk prestise atau status ekonomi.Semuabudaya memiliki makanan yang dianggap berprestasi (Almatsier, 2009). Saat inimakanan dianggap sebagai gaya hidup. Remaja sering makan di tempat-tempatbergengsi dan mengunggah foto-foto makanannya di situs jejaring sosial.

Status tinggal merupakan status bersama siapa remaja tinggal, baik bersama orang tua maupun tidak bersama orang tua (kos atau tinggal bersama keluarga lainnya). Ibu memegang peranan penting dalam menyediakan makanan yang bergizi bagi keluarga, sehingga memiliki pengaruh terhadap status gizi anak(Lazzeri et al., 2006; Rina dan Oktia, 2008).

d) Faktor lingkungan

Remaja belum sepenuhnya matang dan cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan.Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau menyantap kudapan (jajanan).Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan terutama iklan di televisi.Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya terkucil dan akan merusak kepercayaandirinya (Arisman, 2010).

e) Aktivitas fisik

Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak remaja dan orang dewasa seharusnya digunakan untuk

(39)

24

aktivitas fisik.Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga orang orang yang kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk.Studi kasus yang dilakukan di SMU Semarang menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik remaja, semakin rendah kejadian obesitas.Hal ini menjelaskan bahwa tingkat aktivitas fisik juga berkontribusi terhadap kejadian obesitas terutama kebiasaan duduk terus-menerus, menonton televisi, penggunaan komputer dan alat-alat berteknologi tinggi lainnya (Virgianto dan Purwaningsih, 2006).

Pola makan dengan kalori berlebih dan kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor yang dominan untuk terjadinya obesitas.

Orang yang banyak makan akan memiliki gejala cenderung untuk menderita kegemukan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang serat merupakan factor penunjang timbulnya masalah kegemukan. Berdasarkan hasil penelitian pada remaja di Yogyakarta dan Bantul terlihat bahwa semakin tinggi asupan energi dan lemak semakin tinggi kemungkinan terjadinya obesitas. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan kontribusi lemak terhadap total energi dengan terjadinya obesitas (Medawati et al., 2005).

(40)

25 3. Indikator Status Gizi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar Atropometri Penilaian Status Gizi Anak, diketahui bahwa penilaian status gizi remaja didasarkan pada Indeks IMT/U (Kemenkes, 2011). IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan hasil dari pembagian antara berat badan dengan tinggi badan yang di kuadratkan seperti pada rumus:

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (cm) x Tinggi Badan (cm)

Indeks IMT/U di atas, dikategorikan menjadi 5 kategori, yaitu (Kemenkes, 2011):

Tabel 2.1 Kategori IMT/U

Ambang Batas (Z score) Kategori Status Gizi

< -3 SD Sangat kurus

-3 SD sampai dengan < -2 SD Kurus

<-2 SD sampai dengan 1 SD Normal

>1 SD sampai dengan 2 SD Gemuk

>2 SD Obesitas

Sumber: Kemenkes, 2011.

Indeks yang dipakai yaitu:

1) Berat badan Menurut Umur (BB/U)

Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, berat badan menurut umur tidak sensitif untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan gizi masa lalu atau masa kini. Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu maupun masa kini.

(41)

26 2) Tinggi badan menurut Umur (TB/U)

Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.Beaton dan bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.

3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

4) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur

IMT/U adalah indikator yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur seperti yang terjadi pada berat badan dan tinggi badan, tetapi pada bayi peningkatan IMT naik secara tajam karena terjadi peningkatan berat badan secara cepat relative terhadap panjang badan pada 6 bulan pertama kehidupan.IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan dan tetap stabil pada umur 2–5 tahun.

(42)

27

Sifat-sifat indikator status gizi (Kemenkes RI, 2013):

1) Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah secara umum, masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.

2) Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut).

3) Indikator status gizi berdasarkan indeks TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian mkan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.

4) Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama.

5) Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada resiko berbagai penyakit degenerativ pada saat dewasa (Teori Barker)

4. Pengukuran Status Gizi

Penilaian status gizi dengan pengukuran langsung berupa:

antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik; dan pengukuran tidak langsung berupa survey konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi.

(43)

28

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Penilaian Langsung a. Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang (Supariasa, 2001).Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat- zat gizi yang spesifik (Gibson, 2005).

b. Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.

Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

(44)

29 c. Biokimia

Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium.

Pemeriksaan biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis (Baliwati, 2004).

d. Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa, 2002).

2. Penilaian Tidak Langsung a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2004).

(45)

30 b. Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c. Faktor Ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2002).

Penggunaan antropometri untuk menilai status gizi merupakan pengukuran yang paling sering dipakai.Antropometri dilakukan dengan mengukur beberapa parameter sebagai salah satu indikator status gizi diantaranya umur, tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit.Pada penelitian ini menggunakan pengukuran dengan antropometri untuk menghitung status gizi (Supariasa, 2014). Namun hanya ada empat parameter dalam pembahasan ini, yaitu:

(46)

31 1) Berat Badan

Antropometri paling sering digunakan adalah berat badan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Berat badan dijadikan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain: pengukuran atau standar yang paling baik, kemudahan dalam melihat perubahan dan dalam waktu yang relatif singkat yang disebabkan perubahan kesehatan dan pola konsumsi;

dapat mengecek status gizi saat ini dan bila dilakukan secara berkala dapat memberikan gambaran pertumbuhan; berat badan juga merupakan ukuran antropometri yang sudah digunakan secara luas dan umum di Indonesia; keterampilan pengukur tidak banyak mempengaruhi ketelitian pengukuran. Faktor penting lainnya untuk penilaian status gizi adalah umur, maka perhitungan berat badan terhadap tinggi badan merupakan parameter yang tidak tergantung pada umur.Pengukuran berat badan dilakukan dengan menimbang.

Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan yaitu: mudah dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain dan mudah digunakan; harganya relatif murah dan mudah diperoleh; skalanya mudah dibaca dan ketelitian penimbanganmaksimum 0,1 kg (Supariasa, 2014).

2) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang.Selain itu, faktor umur dapat

(47)

32

dikesampingkan dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick). Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise) dengan ketelitian 0,1 cm (Supariasa, 2014).

3) Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran LILA merupakan suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Protein (KEP) pada wanita usia subur (WUS). Pemantauan LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LILA pada kelompok WUS adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) (Supariasa, 2014).

4) Lingkar Perut (LP)

LP lebih banyak digunakan secara klinis untuk menilai obesitas abdominal, dengan mengukur lemak yang terpusat di perut.Beberapa hasil penelitian menunjukkan, LP merupakan prediktor terbaik untuk risiko penyakit degeneratif (Triwinarto et al., 2012).

C. Tinjauan Umum Tentang Asupan Zat Gizi Makro

Ada beberapa definisi mengenai pola makan menurut beberapa pakar, yaitu Yayuk Farida Baliwati, dkk (2004) mengatakan pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Sedangkan Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti (2004) mengungkapkan bahwa pola makan

(48)

33

merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Hudha, 2006).

Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungandengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan:

makanan pokok,sumber protein,sayur,buah, dan berdasarkan frekuensi:harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam halpemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia,selera pribadi, kebiasaan, budaya dan sosialekonomi (Almatsier,2002).

Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya di mana mereka hidup (Hudha, 2006).

Timbulnya masalah gizi remaja pada dasarnya dikarenakan perilaku nutrisi yang salah, yaitu ketidakseimbangan konsumsi dan kebutuhan nutrisi.Selain itu, polaaktivitas fisik yang tidak seimbang dengan asupan makanan menyebabkan ketidakseimbangan antara penggunaan dan masuknya energi dari makanan.Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya penumpukan atau kekurangan kalori. Remaja perkotaan dinegara maju cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurang aktivitas (sedentary) yang memicu obesitas.Sementara itu, praktik pengontrolan berat badan yang

(49)

34

tidak sehat juga berkembang di kalangan remaja perkotaan utamanya pada remaja putri (Brown, 2013).

Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan.Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat dan tinggi badan, serta genetic.Kecukupan gizi yang dianjurkan berbeda sesuai dengan kebutuhan gizi (Arisman, 2010).

Kebutuhan akan zat gizi remaja berdasarkan AKG 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2

Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2013 No Kelompok

Umur

Energi (Kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g) Laki-laki

1 13-15 tahun 2475 72 83 340

2 16-18 tahun 2675 66 89 368

Perempuan

1 13-15 tahun 2125 69 71 292

2 16-18 tahun 2125 59 71 292

Sumber: Kemenkes, 2013

Zat gizi menyediakan tenaga tubuh, mengatur proses dalam tubuh, dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Agar dapat menjalankan berbagai fungsi tubuh dan untuk aktivitas sehari-hari diperlukan sejumlah tenaga atau energi.Kebutuhan energi dapat dipenuhi

(50)

35

dengan mengonsumsi makanan sumber karbohirat, protein, dan lemak.

Kecukupan energi dapat terpenuhi maka pemanfaatan zat gizi yang lain akan optimal (Sulistyoningsih, 2011).

a. Energi

Beberapa studi menunjukkan ada hubungan antara pertumbuhan dengan asupan kalori. Kebutuhan energi pada pria umumnya cenderung meningkat terus menerus dengan cepat hingga 3.470 kkal per hari sampai mereka mencapai usia 16 tahun. Akan tetapi mulai usia 16 sampai 19 tahun kebutuhan energi tersebut berkurang hingga 2.900 Kkal per hari.

Kebutuhan energi remaja putri memuncak pada usia 12 tahun yaitu hingga 2550 Kkal per hari dan kemudian menurun menjadi 2.200 Kkal pada usia 18 tahun. Kebutuhan energi didasarkan pada tahap-tahap perkembangan fisiologis bukan usia kronologis (Sugoyo, 2006).

WHO menganjurkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak dan 55-57% dari karbohidrat (Almatsier, 2011).

b. Protein

Sumber protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan badan, pembentukan jaringan-jaringan baru dan pemeliharaan tubuh.Protein juga berguna untuk menjernihkan pikiran dan meningkatkan konsentrasi kecerdasan. Sumber protein diperoleh dari sumber hewani (daging, ayam, ikan dan telur) dan nabati (tumbuh-

(51)

36

tumbuhan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, tahu dan tempe) (Suyogo, 2006).

Makanan yang tinggi protein biasanya jugan tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas.Kelebihan protein memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen.Maka dari itu, batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi IV (WKNPG) tahun 2004 menganjurkan AKG remaja 1,5-2,0 gr/kgBB/hari (Sagoyo, 2006).

Protein diperlukan untuk sebagian besar proses metabolik, teutama pertumbuhan, perkembangan dan merawat jaringan tubuh. Asam amino merupakan elemen struktur otot, jaringan ikat, tulang, enzim, hormone dan antibodi, protein juga mensuplai sekitar12-14% asupan selama masa anak- anak dan remaja (Husaini, 2006).

c. Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang terdiri dari molekul karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O²).yang mempunyai sifat dapat larut pada zat pelarut tertentu. Beberapa jenis bahan makanan yang mengandung lemak, seperti : mentega, margarine, minyak ( minyak kelapa atau minyak jagung ), susu, keju, daging dll. Satu gram lemak setara dengan 9 kalori, AKG (Angka Kebutuhan Gizi) harian untuk lemak sebesar 62 gram.Adapun konsumsi kolesterol dibatasi agar tidak melebihi 300 mg per hari (Husaini, 2006).

Lemak berguna sebagai cadangan energi, pelarut vitamin A, D, E, dan K, pelumas persendian, pertumbuhan dan pencegahan peradangan kulit dan

(52)

37

memberi cita rasa pada makanan. Lemak dapat diperoleh dari minyak goreng, mentega, susu, daging, dan ikan. Makanan berlemak yang berlebihan seperti gajih, daging berlemak, kulit ayam, susu berlemak, keju dan mentega tidak disarankan karena bisa mengganggu kesehatan (Husaini, 2006).

Asupan lemak yang kurang, akan terjadi gambaran klinis defisiensi asam lemak esensial dan nutria yang larut dalam lemak, serta pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya kelebihan asupan berisiko kelebihan berat badan, obesitas, meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular dikemudian hari.

Sumber berbagai lemak tertentu misalnya: lemak jenuh (mentega, lemak babi), asam lemak tidak jenuh tunggal (minyak olive), asam lemak jenuh ganda (minyak kacang kedelai), kolesterol (hati, ginjal, otak, kuning telur, daging, unggas, ikan dan keju) (Husaini, 2006).

WHO menganjur mengonsumsi lemak sebanyak 15-30% dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang makanan sumber lemak, seperti yang telah diuraikan diatas, diletakan pada puncak Tumpeng Gizi Seimbang karena penggunaanya dianjurkan seperlunya (Achadi, 2007).

d. Karbohidrat

Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber “bahan bakar”

(energi) utama bagi tubuh.Sumber karbohidrat utama dalam pola makanan

(53)

38

Indonesia adalah beras.Di beberapa daerah, selain beras digunakan juga jagung, ubi, sagu, sukun, dan lain-lain.Sebagian masyarakat terutama di Kota, juga menggunakan mie dan roti yang dibuat dari tepung tergu, kerana sebagian besar energi berasal dari karbohidrat, maka bahan makanan sunber karbohidrat diletakkan sebagai dasar tumpeng (Achadi, 2007).

Untuk mengetahui atau mengukur asupan makanan individu atau populasi dapat di gunakan beberapa cara:

1. Metode Food Recall 24 jam

Dalam metode recall 24 jam, subyek dan orang tua atau pengasuh mereka diminta oleh ahli gizi, yang telah dilatih dalam teknik wawancara, mengingat asupan makanan yang tepat subyek dalam 24 jam atau hari sebelumnya. Untuk membantu mengingat banyaknya makanan, maka digunaan food model atau ukuran porsi. Asupan nutrisi dapat dihitung dengan data komposisi bahan makanan. Recall 24 jam yang telah berlalu, pencatatan di deskripsikan secara mendetail, dan sebaiknya dilakukan berulang pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari (Gibson, 2005).

2. Metode Estimasi Pencatatan Makan (Estimated Record Food)

Metode ini adalah metode mencatat semua makanan dan minuman termasuk snack yang telah di makan dari periode 1 sampai 7 hari, digunakan untuk mengukur asupan di rumah tangga dan asupan makan individu sehari- hari. Asupan nutrisi dapat diukur degan menggunakan data komposisi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian adalah : “ Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dan asupan zat gizi makro

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan zat gizi makro (Protein, Lemak, Karbohidrat) dan status gizi pada penderita Tuberkulosis Paru di RSUD Dr.. Berdasarkan

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikatnya adalah Rasio

Analisis bivariate menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan zat gizi dengan status gizi pada remaja.. Disimpulka n bahwa remaja putri masih mengkosumsi zat gizi

PERBEDAAN TINGKAT ASUPAN MAKAN ZAT GIZI MAKRO (KARBOHIDRAT, LEMAK DAN PROTEIN) DAN KESEGARAN JASMANI ANTARA REMAJA PUTRI YANG OVERWEIGHT DAN.. NON OVERWEIGHT DI SMP

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN SERAT SERTA STATUS GIZI PADA SISWA MADRASAHALIYAH NEGERI 1 MEDAN TAHUN 2016” ini beserta seluruh

Sesudah terapi intensif dengan konseling gizi, asupan zat gizi makro dan mikro diketahui berbeda dibandingkan sebelum terapi (p&lt;0,05) begitu juga kadar retinol, selenium,

stres kerja, asupan energi dan zat gizi makro terhadap status gizi karyawan Air..