• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT TENTANG TINDAK PIDANA TAWURAN ANTARA WARGA DESA BARU DAN WARGA DESA RANTAU SULI (Studi Kasus di Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYELESAIAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT TENTANG TINDAK PIDANA TAWURAN ANTARA WARGA DESA BARU DAN WARGA DESA RANTAU SULI (Studi Kasus di Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starta Satu (S1)

Dalam Hukum Pidana Islam

Oleh :

ANDES ZAPUTRA NIM:SHP.162147

PEMBIMBING Dr.Hj. Ramlah, M.Pd.I,M.Sy

Muhammad Aiman,SH.,MH

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

1441 H / 2020 M

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

MOTTO

ِىي ِح هشنٱ ٍِ ًََٰ ۡح هشنٱ ِ هللَّٱ ِى ۡسِث

ۥََُُّؼَن َٔ ِّۡيَهَػ ُ هللَّٱ َت ِضَغ َٔ بَٓيِف اٗذِه ََٰخ ُىهََُٓج ۥُُِؤٓا َزَجَف اٗذًَِّؼَتُّي بُِٗي ۡإُي ۡمُتۡمَي ٍَي َٔ

ب ًٗيِظَػ بًثاَزَػ ۥَُّنهذَػَأ َٔ

Artinya: Dan barang siapa yang membunuh seseorang mukmin denga sengaja Maka balasannya ialah jahannam, kekal iya didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan Azab yang besar baginya.1 ( QS. An-Niss 93)

1 ( QS. An-Nissa 93).

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan, skripsi ini kepada yang mulia Ayahanda dan Ibunda Ayahanda H. Ma’in (Alm), nasehatmu adalah penuntunku, kesabaran dan kearifamu merupakan semangatku. Engkau ingatkan ketika aku lupa, kau bangunkan ketika aku tertidur (lalai), kau tuntun ketika aku tersesat, ketenanganmu buahkan damai disanubariku.

Ibunda Juna, terbentang telaga kasih dihatimu, bagai sang surya menyinari bumi. Engkau wanita paling tegar yang pernah aku jumpai seumur hidupku, ketabahanmu adalah nafasku, keuletan dan kegigihanmu merupakan keyakinan dalam mencapai impianku.

Untuk adinda sekalian yang kusayangi, tawa dan canda kalian membuatku tegar dan yakin dalam mencapai impianku, dengan kehadiran kalian perjalanan menuju cita-cita terasa lebih ringan, terimakasihku atas segala pengertian, pengorbanan dan motivasinya selama ini. Ya Allah terimakasih engkau telah anugrahkan keluarga yang sempurna kepadaku.

Buat teman-teman yang selalu menemai, suka maupun duka selama perjuanganku, terimakasih untuk semuanya.

Tak luput pula buat sahabat seperjuangan, terimakasih atas kritik dan sarannya dalam pembuatan skripsi ini. Semoga pengorbanan orang-orang tercinta mendapat balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT.

(7)

vii ABSTRAK Nama : Andes Zaputra

Nim : SHP.162147

Judul: penyelesaian Hukum Islam dan hukum adat tentang Tindak Pidana tawuran antara Warga Desa Baru dan Warga Desa Rantau Suli, Studi kasus di Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin.

Latar Belakang masalah; bagaimana proses penyelesaian tindak pidana dan hukum adat tentang tawuran antar Desa Baru dan Rantau Suli, menurut hukum adat dan bagaimana pula tinjauan dari hukum Islam serta permasalahan apa yang ditemukan dalam kedua penyelesaian tersebut.

Metode Penelitian; dalam mengumpulkan data penulis menggunakan penelitian lapangan, untuk memudahkan menghimpun data-data dan fakta dilapangan maka penulis menggunakan teknis, antara lain, observasi, wawancara, dalam wawancara yang menjadi respondennya penulis pilih antara lain wawancara dengan kutua lembaga Adat, kades, pihak yang bersengketa, teknis yang terakhir dokumentasi. Temuan penelitian;, kesimpulan; penyelesaian dengan Adat, dilakukan dengan proses; penentuan hari penyelesaian antar lembaga Adat , menetapkan hukuman, jangka waktu pembayaran, permasalahan dalam hukum Islam dan permasalahan dalam hukum Positif, mengingat negara kita bukan negara yang menerapkan sistem hukum Islam hukum pidana seperti qishash maka negara kita menerapkan hukum pidana Positif seperti pidana penjara, maka untuk kasus tersebut diatas diselesaikan dalam bentuk penyelesaian menurut hukum adat, kasus ini tidak diselesaikan menurut hukum Islam, dan hukum positif

Kata kunci : Tawuran, hukum Adat, hukum Islam, hukum Positif.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulid persembahkan ke hadirat Allah SWT. Yang mana dalam penyelesaian skrips ini penulis selalu berikan peteunjuk, kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selanjutnya sholawat beserta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, dengan lafaz Allahumma sholli „ala sayyidina Muhammad wa‟ala alisayyidina Muhammad.

Skripsi ini diberi judul Penyelesaian Hukum Islam dan Hukum Adat Tentang Tindak Pidana Tawuran Antara Warga Desa Baru dan Warga Rantau Suli ( Studi Kasus di Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin) merupakan suatu kajian mengenai proses penegakan hukum terhadap pelaku tawuran yang terjadi di Desa Baru kec. Jangkat, Kab, Merangin, serta penyelesaian dalam hukum Adat dan tinjauan menurut hukum Islam dan Hukum Positif.

kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof Dr. H. Suaidi Asyari MA,Ph.D selaku Rektor UIN STS Jambi 2. Bapak Dr.Sayuti Una,S.Ag,MH, Dekan Fakultas Syari’ah

3. Ibu Dr. Robiatul Adawiyah, S.HI.,M.HI Selaku ketua jurusan dan Bapak Devrian Ali Putra, Selaku Sekretaris Jurusan Hukum Pidana Islam di Fakultas Syari’ah UIN STS Jambi

4. Ibu Dr.Hj. Ramlah,M.Pd.I,M.Sy, Selaku Pembimbing I dan Bapak Muhammad Aiman, SH.,MH, Selaku Pembimbing II Dalam Skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Syari’ah UIN STS Jambi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

6. Ibu Siti Shafura, S.HI.,MH,Selaku motivasi yang memberikan ilmunya 7. Bapak dan Ibu Karyawan dan Karyawati di Lingkungan Fakultas

Syari’ah UIN STS Jambi

(9)

8. Sahabat Jurusan Hukum Pidana Islam Angkatan 2016, dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas segala hal yang menjadi pembelajaran berharga dalam kehidupan penulis.

Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini.

Kepada Allah SWT kita memohon ampunan-nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya. Semoga amal kebajikan kita bernilai pahala disisi Allah SWT.

Jambi, 13 Januari 2020 Penulis

Andes Zaputra NIM.SHP.162147

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

PERNYATAAN KEASLIAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... I B. Rumusan Masalah... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian... 7

E. Kerangka Teori... 8

F. Tujuan Penelitian... 21

BAB II: METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Pendekatan Penelitian... 24

C. Jenis dan Sumber Data... 25

D. Instrumen Pengumpulan Data... 27

E. Teknik Analisis Data... 30

F. Sistematika Penulisan... 34

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa... 34

B. Lokasi Penelitian... 35

C. Letak Geografis... 35

D. Topografi... 35

E. Demografi... 36

F. Keadaan Ekonomi... 37 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

(11)

A. Proses Penyelesaian Hukum Islam dan Hukum Adat Tentang Tindak Pidana Tawuran Antara Desa Baru dan Desa Rantau Suli... 45 B. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Tawuran ... 46 C. Tindak Pidana Tawuran Dalam Presfektif Hukum Pidana

Indonesia... 62 D. Permasalahan Yang Ditemukan Dalam Ketiga Penyelesaian Diatas

... 69 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 73 B. Saran-saran... 76 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tawuran antar masyarakat di negara kita memang menjadi hal yang biasa kita ketahui dari berbagai media massa. Maklum saja jumlah warga Negara Indonesia memang sangat banyak sekali jumlahnya, sehingga memungkinkan banyak terjadi kasus tawuran. Tawuran tidak hanya terjadi di Kota saja namun hingga sampai ke masyarakat di perkampungan sehingga dapat menimbulkan tawuran yang sering terjadi2.

Secara garis besar tawuran merupakan suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.

Kata tawuran sepertinya bagi masyarakat Indonesia ini sudah tidak asing lagi di telinga. Pada umumnya, tawuran diamati sebagai suatu tindakan yang tidak dibenarkan. Tawuran antar Desa maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng sekelompok anak muda. Mereka sudah tidak merasa bahwa perbuatan tawuran yang dilakukan sangatlah tidak terpuji dan bias mengganggu ketenangan dan ketertiban masyarakat.

Tidak hanya antar warga saja, namun juga antar sekolah, antar kampus, antar genk, dan lain-lain. Ada banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya tawuran antar warga yang harus kita waspadai bersama-sama.

Dalam kehidupan bermasyarakat terjadi interaksi antara individu dengan

2 Abdoel Djamali, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada), 2010), Hlm. 1

(13)

individu lainnya, kelompok dengan kelompok lainnya dan seterusnya.

Hubungan tersebut dapat menimbulkan hak dan kewajiban itu telah diatur dalam peraturan hukum yaitu yang disebut dengan hukum. Abdul kadir Muhammad mengatakan bahwa “Hubungan hokum adalah hubungan yang di atur oleh hukum dan menjadi objek hukum”.

Kewajiban, Hal-hal semacam itu sebenarnya merupakan akibat dari tingkah laku manusia yang ingin bebas. Suatu kebebasan dalam tingkah-laku seseorang tidak dapat diterima oleh kelompok sosialnya Maka akan banyak menimbulkan banyak kejahatan. Kejahatan yang merupakan suatu phenomena yang kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda.

Ada suatu model hukum yang dikenal dengan nama “hukum adat”

yaitu suatu model hukum yang timbul dari masyarakat, seperti suku bangsa Melayu sebagai pernyataan hukum dari budaya suku bangsa itu. Dari model hokum tersebut dapat bertahan dan berpengaruh karena tetap dipertahankan sebab hal tersebut merupakan budaya suatu bangsa. Salah satu dasar hukum yang menjelaskan berlakunya hukum adat di Indonesia diatur dalam UUD 19453 pada Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi:

Dalam kitab Simbur Cahaya dan kuntara Radjaniti atau Cephalo 12 dan Cephalo 80, yang berlaku di lampung, disebutkan bahwa mekanisme penyelesaian perkara dapat dilakukan melalui mediasi, yang meliputi:

1) Penyelesaian antara pribadi, keluarga atau lingkungan;

3 .UUD 1945 Pasal 18 B. Ayat (2)

(14)

2) Penyelesaian dengan mediator kepala kerabat/kepala adat;dan 3) Penyelesaian oleh kepala adat4

Negara mengakui dan menghormati ketentuan-ketentuan masyarakat hokum adat beserta hak-hak tradisional sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam undang-undang.5 Dalam praktik hokum adat, tidak ada suatu permasalahan yang tidak dapat diselesaikan. Bagi hokum adat cukup dengan adanya asas- asas pokok yang umum, yang tujuannya diarahkan kepada sasarannya demi untuk mencapai suasana masyarakat yang aman, tentram dan sejahtera, baik anatara pihak yang bersangkutan maupun masyarakat secara keseluruhan.

Dalam mempertahankan hukum adat, di mana setiap permasalahan yang ada dan yang mungkin ada, karena hukum adat lebih mengutamakan tercapainya tujuan, yaitu kebersamaan dari pada memegang teguh suatu ketentuan yang telah ditentukan oleh Negara.

Hukum adat sebagai hukum yang mengatur perilaku masyarakat, dilaksanakan melalalui keputusan-keputusan terhadap penyelesaian- penyelesaian yang dikeluarkan oleh penguasa masyarakat melalui musyawarah. Dalam hal itu , setiap perkembangan yang terjadi selalu diusahakan mendapatkan tempatnya di dalam tata hukum. Dari uraian tersebut, hukum adat tidak hanya mengatur hal-hal sewa menyewa, warisan atau

4 Abidin,A.Z, Bunga Rampaian Hukum Pidana Bagian III, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1983), Hlm. 84

5 Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18B ayat (2)

(15)

kebiasaan lainnya, tetapi juga mengatur tentang segala perilaku masyarakat termasuk dalam hal perkelahian masyarakat.

Seperti konflik tawuran yang terjadi di Provinsi Jambi, Kabupaten Merangin Kecamatan Jangkat terjadi antar Desa Baru dan Rantau Suli di Kabupaten Merangin pada Tahun 2016 .Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019- Maret 2020, dan pengambilan datanya dilakukan melalui wawancara dengan kades Desa Baru bapak, Yahya Sarmid6. Adapun faktor penyebab terjadinya tawuran di Provinsi Jambi khususnya di Kabupaten Merangin Kecamatan Jangkat. Berawal dari perkumpulan sekelompok genk anak-anak remaja pada malam takbiran antara warga Desa Baru dan Rantau Suli di Kecamatan Jangkat, telah terang-terangan dan dengan Bersama-sama melakukan kekerasaan terhadap warga setempat. Sehingga warga setempat mulai resah dengan terjadinya tawuran antar Desa. Tawuran ini terjadi adanya unsur kesengajaan dari salah satu pihak setempat yang menimbulkan terjadinya tawuran berawal dari sekelompok warga Desa Rantau Suli yang mengadakan takbir keliling dan dengan sengaja memanasi suasana masyarakat Desa Baru, ketika berada di desa baru dengan menggunakan sepeda motor beramai-ramai sihingga warga Desa Baru mulai terganggu dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh warga Desa Rantau Suli. Sihingga menimbulkan terjadinya tawuran beramai-ramai. Adapun bentuk penyelesaian tawuran ini, diselasaikan dengan secara Hukum Adat.

6 .Yahya Sarmid, Kades Desa Baru

(16)

Penyelesaian dengan adat, dalam penyelesaian adat ini dilakukan dengan cara pertemuan antara warga Desa Baru dan warga Rantau Suli Yang dihadiri oleh kepala desa dan tokoh adat masing- masing. Penyelesaian dilaksanakan dilembaga adat Desa Rantau Suli dalam pertemuan tersebut menghasilkan kesepatan damai antara kedua belah pihak dengan syarat pihak yang dinyatakan bersalah ( pelaku ) membayar denda kepada pihak korban dengan denda sebesar 15.000 Rupiah per-orangan (lima Belas Ribu Rupiah), yang mana pelakunya berjumlah lebih dari 20 orang. Berdasarkan kasus diatas, saat ini kondisi warga desa sangat mengkhawatirkan karena banyaknya penyimpangan yang mengakibatkan adanya pelanggaran hukum. Oleh karena itu perlu adanya penyelesaian terhadap tindak pidana tawuran antar desa. Dari kasus diatas adalah bukti dari efek buruk yang ditimbulkan dari tawuran tidak hanya merugikan diri sendiri bagi pelaku tawuran tetapi juga dapat merugikan semua pihak. Dampak-dampak negatif akibat tawuran diantaranya yaitu:7

1. Kerugian fisik, warga yang ikut tawuran seperti luka-luka baik ringan maupun luka berat karena lemparan benda tumpul atau batu dan adu fisik dengan tangan kosong.

2. Masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran, contohnya rusaknya rumah warga akibat tawuran melempari batu dan mengenai rumah warga.

7Septian Bayu Rismanto. Model Penyelesaian Tawuran Pelajar Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Degradasi Moral Pelajar Studi Kasus Di Kota Blitar Jawa Timur, Vol 2,No.1,2013,Hlm.9.

(17)

3. Mengganggu kenyamanan pengendara jalan, karena tawuran banyak terjadi di pusat kota maupun di perkampungan.

4. Terganggunya proses ngajar mengajar karena dengan adanya tawuran ini para pelajar tidak nyaman dalam mengikuti pelajaran, ini diakibatkan rasa yang berkecamuk dalam dirinya seperti rasa takut, gelisah dan rasa ingin balas dendam yang mendorong diri mereka yang terlibat tawuran untuk mengabaikan proses pembelajaran atau membolos memilih untuk menyelesaikan perkara dengan jalan tawuran.

Untuk itu dari kasus di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang kasus tersebut bagaimana proses penyelesaian menurut hukum adat. Dan bagaimana pandangan hukum pidana Islam terhadap kasus diatas, dalam bentuk skripsi dengan mengangkat judul “Penyelesaian Tindak Pidana Islam Tentang Tawuran Antar Desa Baru Dan Ratau Suli Studi Kasus Di Kabupaten Meragin Kecamatan Jangkat.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut agar tidak menjadi kerancuan dalam proposal skripsi ini, maka peniliti membatasi permasalahannya dengan rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Penyelesaian Tawuran Menurt Hukum Adat di Desa Baru?

2. Apa Yang Menjadi Penyebab Tawuran Antara Desa Baru dan Desa Rantau Suli ?

3. Apa Kendala, Hambatan dan Solusi dalam Penyelesaian Kasus Tawuran Antara Desa Baru dan Rantau Suli ?

(18)

4. Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif Tentang Tindak Pidana Tawuran Antara Desa Baru dan Rantau Suli?

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah yang akan yang akan dibahas , penulis merasa dari judul tersebut sudah jelas tentang batasan masalahnya, menghindari perluasan dalam bahasan ini penelitian dibatasi hanya sebatas menganalisis mengetahui bagaimana penyelesaian tawuran yang menyebabkan kematian dan luka- luka yang terjadi antara warga Desa baru dan Rantau suli Kecamatan jangkat Kabupaten Merangin.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian pada dasarnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Menemukan berarti memperoleh pengetahuan yang baru, mengembangkan maksudnya memperluas dan menggali lebih dalam realitas yang sudah ada. Sedangkan tujuan penelitian hukum menurut Soerjono Soekanto, adalah untuk:

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian tawuran menurut hukum adat di DesaBaru

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tawuran di Desa Baru

3. Untuk mengetahui kendala, solusi dan hambatan dalam penyelesaian kasus tawuran antara Desa Baru dan Rantau Suli

(19)

4. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan dalam hukum Pidana Islam dan hukum Pidana Positif tentang tindak tawuran

b. Kegunaan Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan maka keguanaan dari pada penelitian ini adalah :

1. Dari sisi akademis hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pidana dan dapat dijadikan titk tolak penelitian lebih lanjut.

2. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi strata strata satu ( S1 ) pada jurusan Hukum Pidana Islam UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Untuk mengetahui perbandingan hokum adat dengan hukum pidana islam dan hukum positif tentang penyelesaian tindak pidana tawuran.

F. Kerangka Teoritis dan Konseptual a. Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil penelitian atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti.8

a) Teori Penegakan Hukum

Hamis MC.Rae mengatakan bahwa penegakan hukum dilakukan dengan pendayagunaan kemampuan berupa penegakan hukum

8Soerjono Soekanto. Metode Penelitian Hukum, (Rineka : Jakarta. 2005) Hlm.123.

(20)

dilakukan oleh orang yang beyul-betul ahli dibidangnya dan dalam penegakan hukum akan lebih baik jika penegakan hukum mempunyai pengalaman praktek berkaitan dengan bidang yang ditanganinya.9Joseph Goldstein membedakan penegakan hukum menjadi tiga yaitu total enforcement, full enforcement dan actual enforcement.10

1) Total enforcement adalah penegakan hukum sebagaimana yang dirumuskan atau dituliskan oleh hukum pidana materil atau hukum pidana substantive atau substantive of crimes.

2) Full enforcement adalah penegakan hukum yang dilakukan secara maksimal oleh aparat penegakan hukum.

3) Actual enfocement adalah melakukan penegakan hukum yang tersisa dan belum dilakukan oleh dua tahap terseut diatas.

b) Teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Teori yang digunakan dalam membahas faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah teori efektivitas hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto mengenai penghambat penegakan hukum11, yaitu:

1) Faktor hukumnya sendiri. Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya, agar undang-undang tersebut mencapai tujuannya secara efektif didalam kehidupan masyarakat.

.

10 Muladi. 1995. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Hlm.5.

11 Ibid, Hlm.5

(21)

2) Faktor penegak hukum. Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peran (role occupant). Suatu hak sebenarnya wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.

3) Faktor masyarakat. Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian didalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.

4) Faktor kebudayaan. Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari).

b. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menghubungkan antar konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang ingin atau akan diteliti.12 Adapun kerangka konseptual dalam penulisan skripsi ini akan mempergunakan istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang akan dibahas, yaitu:

12 Ibid, Hlm. 132.

(22)

a) Penegakan hukum menurut Satjipto Rahardjo13 penegakan hukum adalah penegakan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak, dan merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan.

b) Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh atauran hukum pidana dinyataka n sebagai perbuatan yang dilarang.14

c) Tawuran warga desa adalah perkelahian massal yang dilakukan oleh sekelo mpok masyarakat terhadap sekelompok genk-genk anak muda.

Maka ini dari penyelesaian hukum terletak pada kegiatan yang menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah- kaidah yang baik dan sepantasnya, serta sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran terhadap nilai akhir yang tujuannya untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan perdamaian dalam pergaulan hidup.15 Selain itu juga dalam pelaksanaan penyelesaian tawuran dapat dilakukan.

1. Tawuran

Sedangkan tawuran adalah merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana tawuran menunjukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan Tawuran sering terjadi baik itu perorangan atau antar desa maka

13 Satjipto Rahardjo. 1994. Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis.

Bandung: Sinar Baru. Hlm. 15.

14 Moeljanto, dikutip dari Prof MR. Roeslan Saleh, 1983. Hlm. 9.

15Soerjono Soekanto. 2012. Hlm. 5.

(23)

diperlukan penyelesaianya melalui hukum, apalagi Indonesia adalah sebuah Negara hukum (rechtsaat), dimana seiap ketentuan yang berlaku selalu berpedoman kepada sistem hukum yang berlaku secara nasional.

Menurut consensus model, anggota-anggota masyarakat pada umumnya sepakat apa yang benar dan apa yang salah , dan bahwa intisari dari hukum merupakan kondifikasi nilai-nilai sosial yang disepakati tersebut. Hukum merupakan mekanisme untuk meyelesaian perselisihan yang muncul jika siindividu bertindak terlalu jauh dari tingkah laku yang diperbolehkan atau diterima masyarakat. Fungsi hukum adalah untuk mendamaikan dan mengharmonisasi banyak kepentingan – kepentingan yang oleh kebanyakan anggota masyarakat dihargai dengan pengorbanan yang sedikit mungkin.16

Dalam rangka penyelesaian perkelahian khususnya perkelahian yang terjadi antar Desa baru dan Rantau suli Kecamatan jangkat Kabupaten Merangin. Dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu : penyelesaian hukum adat di tempuh melalui penyelesaian di Desa baru, yang kedua non hukum, dapat dilakukan dengan melalui penyelesaian hukum adat melalui mediasi untuk menentukan sanksi hukum yang akan dijatuhkan sesuai dengan kejadian perkara yang telah dilakukan.

16 Topo Santoso, krimi, Hlm. 104

(24)

2. Penyelesaian

Menurut Soerjono Soekanto, atas perbuatan pidana tidak hanya terhadap pelakau semata-mata, tetapi tuntutan pertanggungjawaban dapat dibebankan kepada anggota keluarga pelaku lainnya, kepada masyarakat hukum yang bersangkutan, tetapi juga pengembalian keseimbangan dengan mengadakan upacara adat dan lain-lain.

Dalam hal ini orang yang dikenai sanksi diberikan pembatasan haknya sebagai anggota masyarakat adat,17

Restorative justice merupakan salah satu upaya penyelesaian sengeketa (alternative dispute resolution) restorative justice sebagai Alternative Dispute Resolution (ADR) dalam perkara pidana hanya dapat diterapkan pada pekaku yang benar-bperbuatan pelaku. Dengan demikian korban atau keluarganya harus dilibatkan untuk menentukan apakah terpidana dapat dibebaskan dari hukuman karena telah mendapatkan pengampunan pengampunan dari korban.

Bila korban atau keluarganya hendak memberikan ampunan kepada pelaku, maka syarat apa yang harus dipenuhi agar yang bersangkutan dapat mendapatkan maaf tersebut.Hal ini harus ditanyakan kepada korban dan keluarganya serta kepada pelaku mengenai kesanggupannya, sehingga akan muncul negosiasi diantara kedua belah pihak.18 Benar pasti diketahui pelakunya dan keluarga korban

17 Ibid Hlm.288.

18 Darmono, Penyampingan Perkara Pidana Seponering dalam Penegakan Hukum: Studi Kasus Ketetapan Mengesampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum (Depok: Solusi Publishing.2013 ), Hlm. 66-67.

(25)

akan memaafkan diantara pelaku dan keluarganya disatu sisi dengan korban dan keluarganya disisi lain tidak menyimpan dendam. Oleh karena itu, berbagai – bagai arti seperti pemberesan, pemecahan ). Al – qur’an menjelaskan bahwa konflik dan sengketa yang terjadi di kalangan umat manusia adalah realitas, manusia sebagai khalifah – Nya dibumi dituntut untuk menyelesaikan sengketa, karena manusia diberi akal dan Wahyu dalam menata kehidupannya. Manusia harus mencari dan menemukan pola penyelesaian sengketa sehingga penegakan keadilan dapat terwujud. Pola penyelesaian sengketa dapat dirumuskan manusia dengan merujuk pada sejumlah ayat Al – quran, hadist Nabi, praktek Adat, dan berbagai kearipan lokal. Kolaborasi dari sumber ini akan memudahkan manusia mewujudkan perdamaian dan keadilan.

3. Hukum Adat

Secara etimologis istilah hukum adat terdiri dari dua kata, yaitu hukum dan adat. Hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma – norma dan sanksi yang bertujuan mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara, sedangkan adat merupakan pencerminan dari kepribadian suatu bangsa, merupakan salah satu penjelmaan dari jiwa yang bersangkutan dari abad ke abad.19

19 Artikel tensis hukum adat pdf akses Tanggal 3-01-2020

(26)

Sadarkah anda bahwa kita hidup dikelilingi oleh hukum yang berkembang dilingkungan kita. Hukum tersebut sering di sebut dengan hukum adat. Hukum adat merupakan serangkaian hukum yang lahir dan hidup dalam masyarakat adat itu sendiri karena sebenarnya hukum tersebut sudah menjadi dinamika masyarakat dan tidak dipisahkan.

Adat adalah peraturan yang baik, yang dipakai oleh nenek kita adam dan Nabi- nabi seluruhnya yang turun temurun sampai sekarang ini. Pegangan hidup bermasyarakat, serta untuk pembela jalan dari Dunia menuju Akhirat.

Agama adalah peraturan hidup yang baik yang diwahyukan kepada Nabi – nabi dan di sampaikan kepada umat manusia, untuk menuju jalan yang benar dan l urus dalam kehidupan bermasyarakat, bertetangga, bernegeri di dunian untuk menikmati kehidupan dan kesejahteraan diakhirat kampung yang kekal abadi. Jikalau hidup tidak beradat seakan manusia tidak berpakaian dan bermalu, tidak sopan dan tidak berbudi pekerti yang baik.

Perbedaan yang dapat dilihat secara sederhana antara hukum adat dan adat istiadat ialah terletak pada sanksi. Hukum adat memiliki sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar sedangkan adat istiadat tidak memiliki sanksi.

Kalau kita hidup tidak beragama, seakan-akan bola ditengah lautan yang luas, kalau tidak beradat tidak bermalu, jika tidak

(27)

bermalu tidak beriman. Jika tidak beriman tentu saja tidak beragama.

Hukum adat itu secara langsung membawa kita pada dua keadaan : tertulis atau tidak tertulsi, pasti dan tidak pasti, hukum raja dan hukum rakyat, dasar membawa kita pada dua keadaan itu adalah justru sifat dan pembawaan hukum adat sendiri. Namun beberapa pandangan tentang pengertian “hukum adat itu perlu, sebab istilah “ hukum adat ” seringkali menimbulkan salah faham20. Terlepas dari bagian hukum adat yang tidak penting, yang terdiri dari peraturan desa dan surat perintah raja, maka hukum adat itu adalah seluruh peraturan, yang dalam kelahiannya dinyatakan mengikat sama sekali.

Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa hukum adat yang berlaku itu, hanyalah diketahui dan dikenal dari keputusan-keputusan para funksionaris hukum dalam masyaraka t itu21. selalu membawa kita ini mengikuti jalan (Peraturan Agama), jika norma adat, melanggar peraturan agama maka hukumnya jatuh kepada adat yang dikatakan adat yang jahiliyah (istiadat) yaitu tidak terpakai didalam yang sebenar adat, atau dilarang oleh yang sebenar Adat. Di Indonesia sekarang ini sedang ramai-ramainya membicarakan hukum adat yang di eksistensinya mulai terlihat kembali serta beragam mamfaatnya bagi kehidupan bermasyrakat.

Poin-poin dalam hukum adat sendiri dapat dikatakan lisan atau abstrak karena tidak semua hukum adat tertulis dan tersurat akan

20Soepomo, Kedudukan Hukum Adat dikemudian Hari, (Pidato Jogjakarta, 1947), Hlm.1951

21 Utrecht Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: 1960),Hlm, 259-260.

(28)

tetapi selalu tersirat dalam suatu pergaulan hidup tertentu. Hukum adat merupakan hukum yang aslanya dari adat istiadat yaitu kaidah sosial yang dibuat oleh seseorang yang berwibawa dan seseorang dapat dikatakan sebagai penguasa dan berlaku dalam mengatur hubungan hukum tiap-tiap individu.

Dari pernyataan di atas turut mengundang beberapa ahli untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian hukum adat, meliputi:

1. Van Vollenhoven menjelaskan bahwa hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku positif yang disatu pihak mempunyai sanksi.

2. Bushar Muhammad menjelaskan bahwa untuk memberikan definisi hukum adat sulit sekali dilakukan karena, hukum adat masih dalam pertumbuhan; sifat dan pembawaan hukum adat.

3. Terhar berpendapat bahwa hukum adat lahir dari & dipelihara oleh keputusan-keputusan, Keputusan berwibawa dan berkuasa dari kepala rakyat (para warga masyarakat hukum).

4. Van den Berg datang dengan teori receptio in comolexu.22menurut teori ini, maka adat isti adat dan hukum sesuatu golongan (hukum) masyarakat adalah resepsi seluruhnya dari agama yang dianut oleh golongan masyarakat itu. Lebih jelas: hukum (adat) sesuatu golongan (masyarakat) adalah hasil penerimaan bulat-bulat dari

22Mr.L.W.C Van den Berg Pengantar Dalam Hukum Indonesia,(Ichtiar, Jakarta, 1960).

Hlm. 251

(29)

(hukum) agama yang dianut oleh golongan masyarakat itu. Jadi, hukum yang dari yang beragama Islam adalah hukum Islam, hukum yang dari beragama hindu adalah hukum hindu. Pendapat Van den Berg ini mendapat tantangan keras, dari antara Supomo

& Hazairin mengambil kesimpulan bahwa hukum adat adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungan satu sama lain, baik yang merupakan keseluruhan kelaziman, kebiasaan dan kesusilaan yang benar-benar hidup di masyarakat adat karena di anut dan dipertahankan oleh angota- anggota masyarakat itu, maupun yang merupakan keseluruhan peraturan yang mengenal sanksi atas pelanggaran dan yang ditetapkan dalam keputusan-keputusan para penguasa adat.

Dari pengertian diatas, dapat dirumuskan ciri-ciri hukum adat meliputi:

a. Lisan artinya tidak tertulis dalam bentuk perndangan dan tidak dikodifikasi, tidak sistematis.

b. Tidak berbentuk kitab perundangan.

c. Tidak teratur.

d. Keputusan tidak memakai konsideran ( pertimbangan).

e. Pasal-pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan.

Tiga dimensi hukum adat yang mengatur gerak hidup manusia dimuka bumi ini yaitu:

(30)

a. Perkembangan Hukum Dalam Masyarakat

Menurut Roscoe Pound, gagasan mengenai untuk apa hukum itu diadakan tidak dapa t dilepaskan dari gagasan mengenai apa sebenarnya hukum itu.23 Untuk mengetahui tujuan hukum tersebut, Roscoe Pound mengelaborisasi secara kronologis gagasan mengenai apa sebenarnya hokum itu. Dalam hal ini Roscoe Pound mengemukakan terdapat beberapa gagasan mengenai apa yang dimaksud dengan hukum. Kiranya dari beberapa gagasan tentang hukum itu perlu dikemukakan untuk mengetahui gagasan mengenai untuk apa hukum itu diadakan. Dengan memahami dari gagasan itu dapat dipahami perkembangan makna hukum dalam hidup bermasyarakat.

Pertama , hukum dipandang sebagai aturan atau seperangkat aturan tentang tingkah laku manusia yang ditetapkan oleh kekuasaan yang bersifat Ilahi. Sebagai contoh adalah kode Hammurabi yang dipercaya sebagai diwahyukan oleh Dewa Manu dan hukum Musa yang diwahyukan Allah SWT di gunung Sinai. Di sini hukum dimaknai sebagai wujud campur tangan langsung kekuasaan yang bersifat Ilahi terhadap kehidupan bermasyarakat. Adanya pemaknaan demikian menunjukkan bahwa status naturalis yang menggambarkan

23Roscoe Pound, An Introduction to the Philosophy of Law, New Haven: (Yale University Press, 1975), ( Roscoe Pound III), Hlm. 25.

(31)

keadaan otomistis manusi yang digambarkan baik oleh Thomas Hobbes maupuun Jhon Locke24 tidak pernah ada.

Kedua, hukum dimaknai sebagai suatu tradisi masa lalu yang terbukti berkenan bagi para dewa sehingga menuntun manusia untuk mengarungi kehidupan dengan selamat.25 Bagi masyarakat primitif yang dikelilingi oleh kekuatan yang menyeramkan dan dapat mengamuk sewaktu-waktu, manusia selalu dibayangi ketakutan yang terus-menerus sehingga tidak berani melanggar kekuatan itu. Secara individual maupun berkelompok, orang-orang ini berusaha meredakan jangan sampai kekuatan yang dahsyat itu murka. Caranya adalah menetapkan apa saja yang boleh dilakukan oleh mereka dengan mengacu kepada kebiasaan masa lalu mengenai segala sesuatu yang tidak diperkenankan para dewa. Hukum dengan demikian, dipandang sebagai seperangkat aturan moral (precept) yang dicatat dan dipelihara. Bilamana pun dijumpai seperangkat hukum primitive yang dikuasai oleh sekelompok orang yang bahwa kelompok itu mempunyai kelas dalam oligarki politik, hukum itu dipandang seperti layaknya Firman Allah dalam tradisi imamah orang Yahudi, tetapi bukan dipandang sebagai wahyu Ilahi seperti pada gagasan sebelumnya. Namun demikian, pandangan transendetal tetap menguasai masyarakat primitive dalam memaknai hukum karena

24Meskipun gambaran yang dilukiskan oleh keduanya saling bertentangan.

25Roscoe Pound III, Loc. Cit.

(32)

hukum dikaitkan dengan kedahsyatan alam yang menakutkan yang dianggap sebagai perbuatan para dewa.

Ketiga, hukum dimaknai sebagai catatan kearifan para orang tua yang telah banyak makan garam atau pedoman tingkah laku manusia yang telah ditetapkan secara Ilahi. Kearifan dan pedoman tingkah laku itu lalu dituangkan ke dalam kitab undang-undang primitive. Dalam hal ini pun hubungan yang bersifat transcendental masih terasa sehingga bisa dipikirkan bahwa kearifan para orang tua tersebut merupakan sesuatu yang didapat dari suatu kuasa yang mereka anggap Ilahi.

Keempat, hukum dipandang sebagai sistem prinsip yang ditemukan secara filosofis dan prinsip-prinsip itu mengungkapkan hakikat hal-hal yang merupakan pedoman bagi tingkah laku manusia26. Dalam gagasan ini pandangan yang bersifat transendental mulai dilepaskan digantikan oleh pandangan yang bersifat metafisis.

Akan tetapi sebenarnya menurut Roscoe Pound, gagasan keempat ini merupakan penggabungan gagasan kedua dan ketiga yang dilakukan oleh para yuriskonsul. 27 karya para yuriskonsul adalah pendapat hukum yang ditujukan kepada para hakim kekaisaran Romawi barat.

Pada masa itu. Yaitu dari abad II sampai abad VI, nasihat-nasihat hukum

26Ibid.

27Yuriskonsul adalah seorang penasihat hukum professional pada masa kekaisaran Romawi abad kedua sampai abad keempat. Kode Yustinianus yang ditulis pada masa Byzantium (kekaisaran Romawi Timur) sebenarnya merupakan kompilasi dari karya para yuriskonsul.

(33)

tersebut dikompilasi dalam buku-buku teks. Dalam buku-buku teks semacam ini dapat ditemukan prinsip-prinsip keadilan.

G. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-penelitian lain) yang terkait dengan penelitian ini pada aspek focus/tema yang diteliti. Dalam kajian pustaka ini, peneliti akan memaparkan tentang beberapa penelitian mengenai penyelesaian perkelahian antar desa yang sebelumnya pernah diteliti. Diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Prana Perdana mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum dan kewarganegaraan Universitas Negeri Semarang, dan skripsinya yang berjudul “Perkelahian Antar Warga” Desa Penelitian ini dilakukan pada tahun 2005. Dalam penelitiannya tersebut ia memaparkan tentang upaya-upaya yang dilakukan pemerintah desa dan kepolisian dalam penanganan untuk mengatasi perkelahian antar warga desa.

Sementara perbedaan dan persamaan dalam penelitian ini yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini yakni persamaannya adalah mengenai Penyelesaian Tindak Pidana dan perbedaanya adalah penulis menyelesaikan dengan hukum adata sementara Prana Perdana adalah menyelesaikan dalam Hukum Positif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni Thamrin mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Ilmu Hukum. Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Yuridis

(34)

Dan Sosiologis Perkelahian Antar Mahasiswa dilingkup kampus di Kota Makasar. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016.28 Dalam penelitiannya tersebut ia memaparkan tentang tinjauan yuridis dan sosiologis. Sementara Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini yakni mengenai Penyelesaian Tindak Pidana Islam tentang Tawuran Antar Desa Baru Dan Rantau Suli.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni Thamrin mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Pidana Islam. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, dalam skripsinya yang berjudul

“Sanksi Adat Terhadap Kasus Pembunuhan Di Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. 29 Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016, Dalam penelitiannya tersebut ia memaparkan tentang tinjauan hukum islam terhadap sanksi adat bagi pelaku pembunuhan. Sementara Perbedaan yang dilakukan oleh penulis Penyelesaian Tindak Pidana Tawuran Antar Desa.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Regina Amelia mahasiswa Fakultas Hukum Jurusan Ilmu Hukum Universitas Hasanudin Makasar dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Kriminologi Terhadap Tawuran Antar Sekolah Yang Di Lakukan Oleh Pelajar Di Kota Palopo.30 Penelitian ini Di lakukan pada tahun 2012-2014. Dalam skripsinya iamemaparkan tentang Tinjaun Kriminologi Terhadap Tawuran.

28Sri Wahyuni Thamrin, Tinjauan Yuridis Dan Sosiologis Perkelahian Antar Mahasiswa dilingkup kampus di Kota makasar, 2016.

29Sri Wahyuni Thamrin, “Sanksi Adat Terhadap Kasus Pembunuhan Di Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar, 2016.

30Regina Amelia, “Tinjauan Kriminologi Terhadap Tawuran Antar Sekolah Yang Di Lakukan Oleh Pelajar Di Kota Palopo, 2012-2014.

(35)

Adapun persamaan dan perbedaannya, Regina Amelia hanya meninjau dari segi hukumannya sementara penulis langsung turun kelapangan untuk mengetahui hukuman dan pengambilan datanya.

(36)

25 BAB II

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Baru Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, serta lembaga-lembaga terkait lainnya. Alasan penulis memilih lokasi penelitian di Desa Baru Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin tersebut karena masyarakat jangkat masih menghargai adat istiadat.

Di kecamatan Jangkat banyaknya masyarakat yang belum terlalu heterogen, artinya belum banyak pendatangan, yang berbeda adat istiadatnya dengan masyarakat setempat. Mengingat dan menimbang segala kekurangan dan keterbatasan waktu, tenaga, pikiran, moril dan materil, maka penelitian ini di lakukan selama 3 bulan yaitu mulai dari Desember 2019 sampai maret 2020.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu unit sosia tertentu selama kurung waktu tertentu. Secara mendalam studi kas5us merupakan suatu model yang bersifat komprehansif, intens, terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang bersifat kontenporer.31

31Haris Hardiansyah, Metododologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika, 2010),hal.76.

(37)

C. Jenis Dan Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, jenis data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari langsung dari sumbernya dan dicatat untuk pertama kali. Data sekunder adalah data hasil pengumpulan orang lain dengan maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan mereka.32 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data primer dan sekunder. Adapaun sumber data primer dan sekunder yang digunakan dalam pennelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer, adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi penelitian atau keseluruhan dan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan.33 Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan mengguakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observassi, dan dokumentasi. Data primer yang peneliti maksud adalah informasi-informasi yang berkenaan dengan kasus terjadinya tawuran di jangkat.

b. Data Sekunder

Bahan penelitian sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen- dokumen resmi, buku yang berhubungan dengan penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan undang- undangan.34 Data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa dokumen, buku, internet dan dan sumber data lainnya yang telah disusun menjadi

32Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),Hal.143.

33 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, ( Jambi: Syariahpres, 2014), Hlm.195

34 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hlm. 106

(38)

dokumen yang berkenaan dengan kasus tawuran yang merupakan hasil dari wawancara, ini menghasilkan data sekunder yang diperoleh dari dua bahan hukum. Baik merupaka bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder.

c. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu bahan yang mengikat, penelitian yang berasal dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang dirumuskan. Terdiri dari : Kitab undang-undang hukum pidana.

d. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang terdiri dari: Buku yang membahas tentang hukum adat, Artikel dan tulisan yang berkaitan dengan masalah tawuran yang terjadi di Kecamatan Jangkat,

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui dokumen, yaitu mempelajari bahan-bahan yang berupa data sekunder.

Pertama dengan mempelajari aturan-aturan dibagian hukum yang menjadi objek penelitian, dipilih dan dihimpun kemudian dari bahan itu dipilih asas- asas hukum, kaidah-kaidah hukum dan ketentuan-ketentuan yang mempunyai kaitan erat dengan masalah yang diteliti. Selanjutnya disusun berdasarkan kerangka yang sistematis guna memperrmudah dan menganalisisnya.

(39)

D. Instrumen Pengumpulan Data

Di dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Teknik Wawancara

Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan- keterangan.35 Metode wawancara yang dilakukan, digunakan untuk memperoleh informasi hal-hal yang tidak dapat diperoleh lewat pengamatan.Wawancara yang digunakan oleh penulis berbentuk kerangka pertanyaan maupun wawancara informal. Wawancara yang digunakan oleh penulis berbentuk wawancara terbuka yaitu responden diajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga responden tidak terbatas dalam memberikan jawaban serta memberikan keterangan secara bebas. Pengumpulan data yang diperoleh melalui informasi atau hasil wawancara terhadap kepala adat dan kepala Desa Desa Baru.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data tertulis yang sudah ada sebelumnya. Teknik pengambilan data secara tertulis bersumber pada catatan-catatan, arsip-arsip, gambar atau foto pada acara- acara tertentu yang ada dilokasi penelitian yang berkaitan dengan

35 Ibid., Hlm. 83.

(40)

penelitian dan bertujuan untuk memperjelas dan mendukung proses penelitian. Dokumentasi hanyalah nama lain dari analisis tulisan atau analisis visual dari suatu dokumen. Buku, teks, essay, surat kabar, artikel, majalah, gambar dan sebagainya. Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data.36

Dari ketiga metode diatas penulis gunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan kasus terjadinya tindak pidana tawuran antar desa di kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin. Seperti data mengenai gambaran umum lokasi dan objek penelitian serta data mengenai informasi tentang kondisi, upaya dan kendala dalam mengoptimalkan pariwisata tersebut.

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersimpan dalam bentuk file-file yang tersimpan di Desa Baru. Sifat utama dari data ini tidak terbatas sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk melihat data yang terjadi beberapa waktu silam. Secara detail beberapa macam documenter terbagi beberapa buku, atau memorial, dan lain-lain.

Dokumentasi dalam pengertian luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan maupun, lisan gambaran atau arkeologis.37

36 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta : Pt Bumi Aksara, 2015), Hlm. 177.

37Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya ,2007), Hal.

186.

(41)

Pada metode ini peneliti akan mengambil dokumentasi lapaangan yaitu tempat dimana terjadinya perkara di Kecamatan Jangkat.

c. Observasi ( Pengamatan)

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan, cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.38 Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh gambaran spesifikasi tentang masalah yang akan diteliti, dan dalam penelitian ini penulis mengadakan observasi langsung terhadap tempat penelitian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung kelapangan , dimana peneliti melakukan interaksi secara langsung dalam situasi sosial dengan tempat lokasi penelitian. Teknik ini digunakan untuk megamati dan memahami peristiwa yang terjadi dilapangan tentang tindak pidana tawuran di kecamatan Jangkat. Kabupaten Merangin. Pencatatan secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu dari teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang direncanakan dan dicatatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reabilitasi) dan kesahihannya (validitasinya).

Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari pross-proses psikologi dan biologis. Dalam menggunakan teknik observasi,

38 Cholid Narbuko Dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian , cet. Ke-7 (Jakarta; Bumi Aksara, 2007), Hlm. 70.

(42)

hal terpenting yang harus diperhatikan ialah mengendalikan pengamatan dan ingatan si peneliti.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelolah, mencari dan menemukan pola, dan memutuskan apa yang dapat kepada orang lain.39 Metode ini dilakukann dengan cara melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh gambaran spesifikasi tentang masalah yang akan diteliti, dan dalam penelitian ini penulis mengadakan observasi langsung terhadap tempat penelitian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung kelapangan , dimana peneliti melakukan interaksi secara langsung dalam situasi sosial dengan tempat lokasi penelitian. Teknik ini digunakan untuk megamati dan memahami peristiwa yang terjadi dilapangan tentang tindak pidana tawuran di kecamatan Jangkat. Kabupaten Merangin.Tujuan peneliti melakukan analisis data adalah untuk menyederhanakan data sehingga mudah untuk membaca data yang diolah. Data yang berhasil diperoleh atau yang telah berhasil dikumpulkan selama proses penelitian baik itu data primer dan data sekunder kemudian dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriktif yaitu menguraikan, menggambarkan dan menjelaskan guna memperoleh gambaran yang dapat dipahami secara jelas dan terarah untuk menjawab permasalahan yang telah diteliti.

39Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Hal.46.

(43)

a. Reduksi Data ( Data Reduction )

Reduksi data adalah proses berfikir yang memerlukan kecerdasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Dengan demikian data yang sudah di reduksikan memberikan gambaran yang luas tentang objek yang diteliti.

Selanjutnya penulis merangkum, melih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan hal-hal yang penting. Data reduksi dapat dibantu dengan menggunakan peralatan elektronik.

b. Penyajian Data ( Data Display )

Setelah data diperoleh dilapangan, maka data yang masih berupa gambaran umum yang belum bisa dipahami. Maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data yang telah diperoleh dari lapangan tersebut untuk diolah menjadi data yang telah terstruktur sehingga mudah dipahami. Jadi menyajikan data adalah memilih data untuk di jadikan dalam bentuk uraian singkat dan memfokuskan permasalahan.

c. Penarikan Kesimpulan ( Verifikasi )

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan diakhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai kepada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitia itu dilaksanakan.

(44)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan penyusunan serta pemahaman tentang skripsi ini, Penulisan membuat susunan dan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan Pada bab ini berisi tentang beberapa sub bab seperti, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan kegiatan penelitian, Kerangak Teori dan Tinjauan Pustaka

BAB II Metedologi Penelitian Bab ini berisi tentang Metodologi Penelitian yang terdiri dari sub bab sebagai berikut, Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Instrumen Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.

BAB III Gambaran Umum Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum penelitian di Desa Baru Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian Pada bab ini akan membahas tentang isi dari skripsi ini yang membahas tentang “ Penyelesaian Tindak Pidana Tawuran Antar Desa Baru dan Rantau Suli (Studi Kasus Kabupaten Merangin)”.

BAB V Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan dan saran G. Jadwal Penelitian

Untuk memudahkan penelitian dalam melakukan penelitian di lapangan, maka penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal penelitian sebagai berikut :

(45)

No Kegiatan

Tahun 2019/2020

Desember Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengajuan

judul

x  j X X x

2. Pembuatan Proposal

X  x x

3. Perbaikan dan seminar

X X

4. Surat izin Riset

x x

5. Pengumpula n data

X

6. Pengolahan Data

X

7. Pembuatan laporan

8. Bimbingan Dan Perbaikan

9. Agenda dan Ujian skripsi

10. Penjilidan

(46)

35 BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah

Desa Baru adalah pemekaran dari Dusun Tanggo Batu pada tahun 1977 dengan jumlah penduduk lebih kurang Laki –laki 100 Org, perempuan 95 Org, dusun tanggo batu yang merupakan Desa induk sebelum pemecahan termasuk Desa Baru dibawah naungan unit pemukiman transmigrasi kecamatan jangkat timur, Kabupaten merangin.

Pada tahun 1982 terpecahlah menjadi Desa Baru yang di pimpin oleh M suif selaku rajo pati selama kurang lebih 15 tahun dan pada tahun 1994 diganti oleh Ali Badron selaku kepala desa beliau menjabat kurang lebih 8 tahun dan sesusah masa jabatan ali badron lalu diganti oleh Asron Marzuki selama satu preode pada tahun 2009 terpilih Yahya Sarmid sebagai kades satu priode dan setelah itu di PJS kan kepada Dosentron.

Pada tahun 2016 Desa Baru dipimpin oleh Bapak Mardiansyah, sebagai kepala desa sampai dengan saat ini, Jabatan Kades yang dipegang oleh bapak mardiyansah ini sedikit banyak memberikan warna baru dalam pemerintahan baik ditingkat Desa maupun Kecamatan.40

40Dokumen Desa Baru Tahun 2018

(47)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Desa Baru Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin.

C. Letak Geografis

Secara geografis Desa Baru terletak 1030 25’52,1”- 1030 28’27,1” BT dan 10 59’11,9”- 10 59’51,8” LS dengan memiliki luas wilayah + 900 Ha. Dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Timur dengan Desa Talang Tembago, Sebelah Utara dengan Desa Tanjung Alam, Sebelah Selatan dengan Kec. Rejang Lebong, Sebelah Barat dengan Desa Koto Teguh

Tabel 1 : Jarak antar ibu Kota41

D. Topografi

Wilayah Desa Baru dengan jumlah dusun 3 dan memiliki 6 RT, terdiri dari :

Kebun Kopi : 748,2 ha, Lahan pemukiman: 27,96 ha, Perkantoran : 0,42 ha, Pemakaman : 0,63 ha, Lapangan bola: 1,07 ha, Sawah: 100 ha, Lain- lain.

41Ibid.

Jarak(KM)

Desa Muara Madras

Ibu Kota Kec.

Ibu Kota Kab.

Ibu Kota Prov.

Desa Baru 0 4 121 74

(48)

Keadaan Topografi Desa Baru dilihat secara umum merupakan daerah dataran. Yang beriklim sebagaimana desa-desa lain di Kabupaten Merangin dan mempunyai iklim kemarau, panca robah dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pertanian yang ada di Desa Baru.

Dengan mata pencaharian penduduk Desa Baru adalah : Petani: 416 KK, Nelayan, Peternak: 9 KK, Pedagang: 98 KK, Pengusaha: 4 KK, PNS: 35 KK , Pegawai Swasta: 61 KK, Seniman: 3KK.

E. Demografi a. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Baru adalah 2621 Jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 1103 KK. 42

Table 243

Laki-Laki Perempuan Jumlah Total

1368 Jiwa 1253 Jiwa 2621 Jiwa

a) Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Baru cenderung menurun karena tingkat penduduk yang pindah cukup besar dari pada penduduk yang datang.

dengan tingkat pertumbuhan 1,25%.

b) Kepadatan dan Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk di Desa Baru relatif merata, secara absolut jumlah penduduk pada tiap-tiap Rukun Tetangga (RT) terlihat relatif

42Profil Desa Baru Tahun 2018 .

43 Ibid 2017.

(49)

berimbang, namun karena luas wilayah masing-masing RT berbeda maka tingkat kepadatan penduduknya terlihat beda pada tahun 2018.

c) Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan struktur umur, penduduk Desa Baru tergolong penduduk usia muda. Indikasi ini tergambar dari rasio penduduk usia kelompok umur 21-25 merupakan yang terbanyak jumlahnya yakni 745 jiwa. Kemudian disusul kelompok umur 25 - 30 yaitu 478 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk Desa Baru menunjukkan bahwa penduduk perempuan relatif lebih sedikit dibandingkan laki-laki.44

b. Keadaan Sosial

a. Sumber Daya Manusia

Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Pada saat ini SDM di Desa Baru cukup baik dibandingkan pada masa - masa sebelumnya.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan

44 Ibid 2018 .

(50)

mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan. Dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistimatika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih maju. Dibawah ini tabel yang menunjukan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa Baru.45

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Bedasarkan Tingkat Pendidikan Desa Baru Tahun 2017 – 201846

No Keterangan 2017 2018

1 Tamat SD 624

2 Tamat SMP 996

3 Tamat SMA 824

4 Tamat

Universitas/PT

100

5 Tidak tamat SD -

6 Buta Huruf -

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa di Desa Baru kebanyakan penduduk adalah adalah warga yang mempunyai SDM yang berpendidikan yang merupakan aset sumber daya manusia yang perlu di kembangkan.

c. Kesehatan

Peningkatan derajat kesehatan masyaraka t di Desa Baru antara lain dapat dilihat dari status kesehatan, serta pola penyakit. Status kesehatan

45Ibid .

46 Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan observasi (pengamatan), peneliti/guru menggunakan observasi terstruktur, guna mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran pada bidang

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu variasi komposisi tepung kedelai dan fillet ikan

Dari hasil perencanaan dan perhitungan biaya didapatkan alternatif yang paling optimum yaitu, pada STA 30+100 dipasang PVD sampai dengan 2/3 kedalaman tanah

program pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang. PERAN MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN Peran

Petugas penguji emisi kendaraan bermotor roda 4 (empat) di Unit pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas perhubungan komunikasi, dan informatika Kota Banda Aceh mempunyai tugas

Abu Hassan Ali Al- Mawardi (1960), dalam al-Ahkam al Sultaniyyah, telah menyentuh aspek ketenteraan dan dihubungkan dengan aspek kepimpinan. Al-Mawardi menyebut

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa penerapan reward dan punishment itu sangat penting untuk membentuk karakter siswa, karena dengan adanya reward dan