• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYAPALEMBANG 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYAPALEMBANG 2018"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

WEWENANG JAKSA MELAKUKAN PENYIDIKAN DALAM KASUS TINDAK PIDANA PERUSAKAN HUTAN

(ILLEGAL LOGGING) DI SUMATERA SELATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

MUHAMMAD ILHAM NIM: 02011381419272

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYAPALEMBANG 2018

HALAMAN PERSETUJUANN DAN PENGESAHAN MENGIKUTI UJIAN KOMPREHENSIF SKRIPSI

(2)

ii

PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Muhammad Ilham

Nomor Induk Mahasiswa : 02011381419272

Tempat/ Tanggal Lahir : Palembang/ 21 Juni 1997

Fakultas : Hukum

Strata Pendidikan : S1

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Pidana

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini tidak memuat bahan-bahan yang sebelumnya telah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun tanpa mencantumkan sumbernya. Skripsi ini juga tidak memuat bahan-bahan yang sebelumnya telah dipublikasikan atau ditulis oleh siapapun tanpa mencantumkan sumbernya dalam teks.

Demikianlah pernyataan ini telah saya buat dengan sebenarnya, apabila saya terbukti telah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pernyataan ini, saya bersedia menanggung segala akibat yang timbul dikemudian hari sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Palembang, 2018

Muhammad Ilham NIM. 02011381419272

(3)

iii

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN:

“Jadilah sekeras batu karang yang tak bergeming meski selalu dideru ombak, bukan ia yang hancur oleh ombak tapi ia yang selalu menghancurkan ombak

yang datang”

(Sofran Nurozi)

“A painless lesson is also meaningless”

(Lollita)

Disampaikan dengan hormat untuk:

1. Orangtuaku tercinta.

2. Keluarga yang saya sayangi.

3. Sahabat-sahabat terbaikku.

4. Almamater kebanggaanku.

(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahhirrahmaanirrahiim

Setelah melalui proses yang sangat panjang penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini atas dukungan dan bantuan dari yang terhormat bapak Dr. H.

Syarifuddin Pettanase.,S.H.,M.H. selaku Pembimbing Utama dan Ibu Dr. Hj.

Nashriana. S.H., M.H. selaku Pembimbing Pembantu atas saran, masukan dan kritik bagi penulis dalam melakukan penulisan skripsi. Tentunya tidak luput dari doa dan bantuan dari pihak lainnya, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Allah SWT, karena atas berkat, ridho dan karunia Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

1. Kepada orangtuaku yang tercinta dan tersayang terima kasih atas doa, dukungan dan cinta yang sangat berarti dalam segala aspek kehidupanku.

Kepada Almarhum ayah saya Sofran Nurozi (Alm) yang memberikan kerinduan yang begitu berarti, terimakasih untuk semua pelajaran hidup dan segalanya yang telah engkau berikan semasa hidupmu. Kepada ibu saya Lenda Hasrini yang tak henti-hentinya memberikan support kepada saya, yang selalu memberikan semangat dalam menjalankan kehidupan.

Terima kasih, terima kasih, dan terimakasih atas kerja kerasmu ibu dan ayahku selama ini demi cita-cita anak-anak kalian.

(6)

vi

2. Kepada yang tercinta dan tersayang kakak-kakakku, terima kasih kakakku Brillian Putra Perdana atas dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, terimakasih telah menjadi sosok pengganti dari ayah dirumah

3. Terimakasih Kepada kakak perempuanku Mutiara Anissya yang telah memberikan semangat, dorongan dan selalu mendukung apa yang saya putuskan. Dan terima kasih kepada bayi yang masih didalam kandungan kakak perempuanku, yang memberikan kebahagiaan dalam keluarga kecil kami.

4. Kepada keluarga besarku yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu.

5. Bapak Dr. Febrian, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

6. Bapak Dr. Firman Muntaqo, S.H., M. Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

7. Bapak Dr. Ridwan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

8. Bapak Prof. Dr. H. Abdullah Gofar, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

9. Ibu Indah Febriani S.H., M.H, selaku Pembimbing Akademik.

10. Kepada seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang telah memberikan ilmu.

(7)

vii

11. Kepada seluruh Staff dan Karyawan di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

12. Kepada sahabat-sahabat kosanku Habib Hidayat Kosidi, Bagas Giri Sutomo, Asri Yasin Romadhon, Muhammad Firdaus, dan Ardino Abdul Wahab. Terima kasih atas bantuan, dukungan dan tawa canda selama ini.

13. Kepada sahabat-sahabatku grup superman, M. Syarif Setia, M.Rusandri Prandesta, M. Deny Rinaldi, Teddy Pramana, M. Rizki Wahyu Pratama, Yudha Prasetya dan teman-te,am kelompok I.1 PLKH semester genap 2017/2018 Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

14. Kepada teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Kampus Palembang Angkatan 2014.

15. Kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata terhadap semua doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT dapat menerima kebaikan dan amal saleh dan memberikan pahala yang berlipat ganda. Semoga ilmu yang penulis dapatkan menjadi ilmu yang berkah dan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 2018

Muhammad Ilham

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho Nya lah penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “WEWENANG JAKSA

MELAKUKAN PENYIDIKAN DALAM KASUS TINDAK PIDANA

PERUSAKAN HUTAN (ILLEGAL LOGGING) DI SUMATERA SELATAN yang merupakan syarat yang harus dipernuhi untuk mengikuti ujian komprehensif Sarjana Hukum Universitas Sriwijaya.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidaklah terlepas dari kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah yang dihadapi. Namun, penulis tetap mengusahakan penyelesaian penulisan skripsi ini dengan kemampuan-kemampuan penulis serta bimbingan dari para pembimbing skripsi. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Palembang, 2018

Muhammad Ilham

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Teori... 6

F. Metode Penelitian... 8

(10)

x

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana ... 12

1. Pengertian Tindak Pidana ... 12

2. Unsur- unsur Tindak Pidana ... 13

3. Pertanggungjawaban Pidana ... 14

4. Pidana dan Pemidanaan ... 17

B. Penyidikan, Penyidik, Tugas dan Kewenangannya ... 23

1. Pengertian Penyidikan ... 23

2. Pengertian Penyidik ... 25

3. Tugas dan Kewenangan penyidikan yang ditentukan didalam KUHAP ... 30

C. Tinjauan illegal logging ... 36

1. Pengertian illegal logging ... 36

2. Tindak Pidana dan Ketentuan Hukum illegal logging ... 40

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Bagi Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan Melakukan Penyidikan terhadap Tindak Pidana Perusakan Hutan (illegal logging). 55

(11)

xi

B. Alasan Jaksa Baru Pertama Kali Melakukan Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Perusakan Hutan. ... 68 BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN

(12)

xii

ABSTRAK

JUDUL SKRIPSI : Wewenang Jaksa Melakukan Penyidikan Dalam Kasus Tindak Pidana Perusakan Hutan (Illegal Logging)

NAMA : Muhammad Ilham

NIM : 02011381419272

Skripsi ini berjudul Wewenang Jaksa Melakukan Penyidikan Dalam Kasus Tindak Pidana Perusakan Hutan (Illegal Logging) di Sumatera Selatan, yang dalam penulisannya menggunakan metode penelitian yang bersifat normatif, dengan menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Apa yang menjadi dasar hukum bagi Kejaksaan Tinggi Seumatera Selatan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana perusakan hutan (illegal logging)?, (2) Mengapa Kejaksaan baru pertama kali melakukan penyidikan terhadap tindak pidana perusakan hutan?. Dari hasil pembahasan penelitian mengenai wewenang jaksa melakukan penyidikan dalam kasus tindak pidana perusakan hutan ini, jaksa mempunyai wewenang yang diberikan oleh undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (P3H), yang dijadikan dasar hukum oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana perusakan hutan namun tidak mempunyai aturan lebih lanjut mengenai cara beracara jaksa sebagai penyidik yang membuat ini menjadi faktor mengapa selama ini jaksa tidak melakukan penyidikan terhadap kasus tindak pidana perusakan hutan walaupun undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (P3H) telah memberi wewenang terhadap jaksa.

Kata Kunci : Wewenang Jaksa, Perusakan Hutan, illegal logging.

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu

Dr.H. Syarifuddin Pettanasse, S.H., M.H. Dr. Hj. Nashriana, S.H., M.H.

NIP : 195412141981031002 NIP : 196509181991022001 Mengetahui,

Ketua Bagian Hukum Pidana

Dr. Hj. Nashriana, S.H., M.H.

NIP : 196509181991022001

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada Pasal 1 undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, menegaskan bahwa Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum yang bertugas sebagai penuntut umum. Hingga masa reformasi, undang-undang tentang kejaksaan telah mengalami beberapa kali perubahan hingga yang terakhir adalah undang- undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Undang- undang Kejaksaan ini dipandang lebih kuat dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga negara pemerintah yang melaksanakan kekuasaaan negara di bidang penuntutan,16 karena seperti yang dijelaskan pada Pasal 2 ayat (1) nya yang berisi “Kejaksaan R,I adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntuttan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang”.

Tugas dan dan wewenang Kejaksaan R.I dibidang pidana diatur dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang kejaksaan, kejaksaan mempunyai wewenang (1) melakukan penuntutan, (2) melakukan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, (3) melakukan

16 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

(14)

2

pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, (3) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pengawasan, dan keputusan bersyarat, (4) melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang, (5) melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasi dengan penyidik.

Jelas bahwa tugas utama dari Kejaksaan adalah untuk melakukan penuntutan.

Namun tidak hanya sebatas melakukan penuntutan, Kejaksaan juga mampu melakukan penyidikan. Secara umum, penyidikan adalah upaya oleh polisi dan penyidik untuk mencari dan mengungkap keterangan atau informasi tentang peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana atau peristiwa kejahatan yang diduga dilakukan oleh seseorang yang belum diketahui identitas pelakunya.17 Wewenang Kejaksaan dalam melakukan penyidikan diatur di dalam Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, yang secara tegas menyebutkan kejaksaan sebagai penyidik untuk tindak pidana tertentu. Jaksa mempunyai kewenangan dalam melakukan penyidikan dalam tindak pidana khusus, yaitu penyidikan terhadap tindak pidana korupsi dan pelanggaran HAM berat.

Dalam penelitian ini, penulis bertujuan untuk membahas tentang wewenang Jaksa melakukan penyidikan pada tindak pidana perusakan hutan. Hutan merupakan sumber daya yang sangat penting tidak hanya sebagai sumber daya kayu, tetapi lebih

17 Hartono, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.33

(15)

3

sebagai salah satu bagian komponen lingkungan hidup.18 Potensi keanekaragaman hayati memberikan arti penting bagi kesinambungan kehidupan umat manusia, begitu juga sebaliknya.19 Persoalan lingkungan bukan merupakan persoalan domestik semata, tetapi telah menjadi persoalan global, hal ini terjadi karena konteks lingkungan, antara sumber atau penyebab dan akibat yang ditimbulkan tidak bisa dilokalisasi dengan damarkasi tertentu.20 Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan baru- baru ini melakukan terobosan yang diduga merupakan yang pertama kali terjadi di Indonesia, yaitu lembaga Kejaksaan Tinggi melakukan penyidikan terhadap tindak pidana umum Illegal Logging atau pembalakan liar. Seperti yang kita ketahui bahwasannya. Illegal logging atau pembalakan liar adalah rangkaian kegiatan penebangan dan pengangkutan kayu ketempat pengolahan hingga kegiatan ekspor kayu tidak mempunyai izin dari pihak yang berwenang sehingga tidak sah atau bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku, oleh karena dipandang sebagai suatu perbuatan yang dapat merusak hutan.21

Unsur-unsur yang terdapat dalam kejahatan illegal logging tersebut antara lain : adanya suatu kegiatan, menebang kayu, mengangkut kayu, pengolahan kayu, penjualan kayu, pembelian kayu, dapat merusak hutan, ada aturan hukum yang

18 Siswanto Sunarso, “Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 6

19 Dwi Agustina Rimbawati “Implementasi Kewenangan Penyidikan dan Koordinasi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kehutanan Dengan Penyidik Kepolisian Republik Indonesia Terkain Tindak Pidana Kehutanan Terhadap Satwa Liat yang Dilindungi”. Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Sarjana Ilmu Hukum, Universitas Brawijaya Februari 2013, hlm. 2

20 Bambang Tri Wardono dan Anis Mashdurohatun “Penegakan Hukum Pidana di Bidang Illegal Logging Bagi Kelestarian Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya”. Jurnal Hukum Vol XXVI, No. 2, Agustus 2011, hlm 590.

21 Bambang Tri Wardono dan Anis Mashdurohatun, Op.cit., hlm 592-593.

(16)

4

melarang dan bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku. Illegal logging adalah rangkaian kegiatan dalam bidang kehutanan dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan kayu yang bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku dan atau berpotensi merusak hutan.22 Illegal Logging atau pembalakan liar diatur dalam Pasal 87 Undang-undang No.18 Tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan. Menurut Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan menyebutkan bahwa yang berhak melakukan penyidikan dalam tindak pidana perusakan hutan adalah Polisi Republik Indonesia dan Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengurusan hutan. Pembalakan liar sendiri adalah suatu hal yang sering terjadi di Sumatera Selatan, dan pada awal tahun 2018 adalah kali pertama Kejaksaan Tinggi Sumsel melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pembalakan liar ini.

Seperti yang telah di ketahui bahwa. Peran Penyidik Polri dalam sistem Peradilan Pidana berada pada bagian terdepan dan merupakan tahap awal mekanisme proses peradilan pidana yaitu pemeriksaan pendahuluan23 Dalam Pasal 6 ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa penyidik adalah : (1)Pejabat polisi negara republik Indonesia, (2) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Dalam kasus ini, yang seharusnya diberikan kewenangan pada ayat 2 adalah PPNS kehutanan atau bisa disebut polisi hutan

22 Bambang Tri Wardono dan Anis Mashdurohatun “Penegakan Hukum Pidana di Bidang Illegal Logging Bagi Kelestarian Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya”. Jurnal Hukum Vol XXVI, No. 2, Agustus 2011, hlm 593.

23 Adang, Yesmil Anwar, “Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen dan Pelaksanaan dalam Penegakan Hukum di Indonesia)”,(Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hlm.283

(17)

5

Melihat dari penanganan tindak pidana illegal logging atau pembalakan liar yang dilakukan oleh Kejaksaan Sumatera Selatan. Maka penulis tertarik untuk meneliti dan membahas permasalahan yang berjudul “Wewenang Jaksa Melakukan Penyidikan Dalam Kasus Tindak Pidana Perusakan Hutan (illegal logging) di Sumatera Selatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi dasar hukum bagi Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana perusakan hutan, (illegal logging)?

2. Mengapa Kejaksaan baru pertama kali melakukan penyidikan terhadap tindak pidana perusakan hutan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dasar hukum apa yang yang menjadikan Jaksa dari Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan melakukan Penyidikan terhadap tindak pidana perusakan hutan illegal logging

2. Untuk mengetahui tentang alasan mengapa baru pertama kali penyidikan dilakukan oleh kejaksaan dari sekian banyak kasus perusakan hutan yang terjadi di Sumatera Selatan selama ini.

D. Manfaat Penelitian

(18)

6

1. Manfaat teoritis

Untuk membangun sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmu hukum pidana tentang tugas dan wewenang jaksa baik menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia maupun menurut KUHAP.

2. Kegunaan Praktis

Secara Praktis penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau sumber bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai, tugas dan wewenang jaksa menurut Undang-undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia maupun menurut KUHAP.

E. Kerangka Teori 1. Teori Kewenangan

Dalam literatur ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan ilmu hukum sering ditemukan istilah kekuasaan, kewenangan, dan wewenang. Kekuasaan sering disamakan begitu saja dengan kewenangan, dan kekuasaan sering dipertukarkan dengan istilah kewenangan, demikian pula sebaliknya. Bahkan kewenangan sering disamakan juga dengan wewenang. Kekuasaan biasanya

(19)

7

berbentuk hubungan dalam arti bahwa “ada satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah” (the rule and the ruled).24

Ferrazi mendefinisikan kewenangan sebagai hak untuk menjalankan satu atau lebih fungsi manajemen, yang meliputi pengaturan (regulasi dan standarisasi), pengurusan (administrasi) dan pengawasan (supervisi) atau suatu urusan tertentu.25

2. Teori Kepastian Hukum

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar.

Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiologi.26

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-

24 Miriam Budiarjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998) hlm.35- 36

25 Ganjong, “Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hlm.93

26 Dominikus Rato, “Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum”. (Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010), hlm. 59

(20)

8

norma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.27

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.28

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif untuk mengkaji hukum positifnya, dalam arti menghimpun, memaparkan, mensistematisasi, menganalisis, menafsirkan dan menilai norma-norma hukum dan hukum

27 Peter Muhammad Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Kencana, Jakarta, 2008), hlm.158 28 Riduan Syahrani, “Rangkuman Instansi Ilmu Hukum, (Citra Aditya Bakti, Bandung 1999), hlm,23

(21)

9

positif29 yang mengatur tentang kewenangan Kejaksaan dalam melakukan penyidikan.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Perundang-undangan. Yaitu menelaah undang-undang nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan dan semua peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan permasalahan (isu hukum) yang sedang dihadapi.

3. Sumber Bahan Hukum

Sumber hukum yang utama digunakan dalam penulisan penelitian digunakan berupa dari :

a. Bahan hukum primer yang digunakan adalah berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peraturan kewenangan jaksa dan peraturan tentang tindak pidana perusakan hutan, yang terdiri dari :

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

29 Depri Liber Sonata“Metode : Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Karakteristik Khas Dari Metode Meneliti Hukum”. Jurnal Ilmu Hukum Volume VIII No. 1 Januari-Maret 2014, hlm. 2

(22)

10

4. Undang-Undang No.18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan b. Bahan hukum sekunder berupa konsep dan teori hukum

c. Bahan hukum tersier, berupa kamus hukum, ensiklopedia.

4. Teknik Pengumpulan bahan Hukum

Penelitian Kepustakaan Pengumpulan bahan hukum berupa bahan- bahan hukkum normatif dilakukan dengan cara penelusuran dan pengumpulan serta studi dokumen baik secara konvensional maupun dengan menggunakan teknologi informasi (internet).

5. Analisis Bahan Hukum dan Pengambilan Kesimpulan

Bahan hukum yang diperoleh diolah secara content analysis30 yang kemudian diolah berdasarkan asas-asas atau konsep-konsep hukum, dan peraturan yang berlaku.

30 Jhoni Ibrahim, “Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif”, (Malang: Banyumedia, 2006) hlm.47

(23)

77

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Jakarta, Grafindo, 2007.

---, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di In donesia , Malang: Bayumedia Publishing, 2005

Adang, Yesmil Anwar, Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen dan Pelaksanaan dalam Penegakan Hukum di Indonesia), Bandung: Widya Padjadjaran, 2009

Alam setia zein, Kamus Kehutanan, Jakarta, PT. Renika Cipta, 2003.

Andi Hamzah , Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 1994.

--- dan Siti Rahayu, Suatu Tujuan Ringkas Sistem Pemidanaan di Indoenesia, Jakarta, Akademika Pressindo, 1983

Darwan Prinst,Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Jakarta: Djambatan, 1989.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1997.

Guse Prayudi, Tindak Pidana Korupsi, Dipandang Dalam Berbagai Aspek, Yogyakarta, Pustaka Pena, 2010.

Hartono, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana ,Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

IGM. Nurdjana dkk, korupsi dan Illegal Logging dalam Desentralisasi Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

(24)

78

Jhoni Ibrahim, “Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif”, Malang, Banyumedia, 2006.

Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Jakarta Sinar Grafika, 2005.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta,2000.

---, Membangun Hukum Pidana, Jakarta, Bina Aksara, 1985

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan KebijakanPidana, Bandung Alumni, 1998

Nico Ngani, I Nyoman Budi Jaya; Hasan Madani, Mengenal Hukum Acara Pidana, Bagian Umum Dan Penyidikan . Yogyakarta: Liberty, 2008

Peter Muhammad Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta , Kencana, 2008.

R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor, Poleteia, 1996

Riduan Syahrani, “Rangkuman Instansi Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999.

Risa Suarga, Pemberantasan Illegal Logging,Optimisme di Tengah Praktek Premanisme Global, Tangerang, Wana Aksara, 2005.

Siswanto Sunarso, “Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa”, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang Fakultas Hukum Undip, 1987

Supriadi, Hukum Kehutanan & Hukum Perkebunan di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2010

Suriansyah Murhaini, Hukum Kehutanan, Cetakan Kedua, Jakarta Laksbang Grafika, 2011.

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2011.

Wirdjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidan di Indonesi, Bandung, PT. Eresco, 1967

(25)

79

Peraturan Undang-undang:

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, Tentang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Sebagaimana Diubah Dengan Undang- Undang Nomor. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013, Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (P3H)

Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, Tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

Jurnal Hukum

Dwi Agustina Rimbawati “Implementasi Kewenangan Penyidikan dan Koordinasi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kehutanan Dengan Penyidik

Kepolisian Republik Indonesia Terkain Tindak Pidana Kehutanan Terhadap Satwa Liat yang Dilindungi”. Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Sarjana Ilmu Hukum, Universitas Brawijaya, Februari 2013

(26)

80

Bambang Tri Wardono dan Anis Mashdurohatun “Penegakan Hukum Pidana di Bidang Illegal Logging Bagi Kelestarian Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya”. Jurnal Hukum Vol XXVI, No. 2, Agustus 2011.

Depri Liber Sonata“Metode : Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Karakteristik Khas Dari Metode Meneliti Hukum”. Jurnal Ilmu Hukum Volume VIII No. 1 Januari-Maret 2014.

Mohammad Ridwan Saripi, “Jaksa Selaku Penyidik Tindak Pidana Korupsi” , Jurnal Fakultas Hukum Unsrat Vol 22, agustus 2016.

Internet

Admin, 2018 Kejati Sumsel Fokus Tangani Kasus Pengrusakan Hutan, diakses dari http://www.sumateradeadline.co.id/28/12/2017/palembang/2018-kejati- sumsel-fokustangani-kasus-pengrusakan-hutan/, 6 Juli 2018 pukul 09.21.

Alwi Alim, “Kasus Pidana Perusakan Hutan di Sumsel Meningkat, diakses dari http://www.jawapos.com/jpg-today/03/05/2018/kasus-pidana-perusakan- hutan-di-sumsel-meningkat, 6 Juli 2018 pukul 07.49.

Referensi

Dokumen terkait

Mereka berdua melakukan gerakan yang rampak dan saling mengisi tetapi sedang melakukan gerak berdua, muncul salah satu penari kelompok perempuan dari balik pintu

Menurut Gus Nadir dengan fenomena seperti ini jika dilihat dengan cermat, ternyata umat islam tidak statis, budaya juga begitu dinamis, karena ternyata perubahan agen dan

[r]

Beberapa dokumen yang perlu dibawa ketika melakukan pembimbingan dalam rangka perencanaan akademik adalah kartu rencana studi, kartu hasil studi, format/ buku

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan Di SMA Quraniah Palembang mengenai permasalahan dalam sistem penggajian pada tenaga pendidik pemberian gaji setiap bulannya

Titik Setiawati, A.210 090 098 Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. Untuk mengetahui pengaruh

In this research, the researcher used error analysis as design of this research, based on Corder (1967) in Agustina (2016) that was determining the data, identifying the

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)