• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VALIDITAS SOAL UJIAN SERTIFIKASI PETUGAS PRODUKSI RADIOISOTOP RADIOFARMAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS VALIDITAS SOAL UJIAN SERTIFIKASI PETUGAS PRODUKSI RADIOISOTOP RADIOFARMAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VALIDITAS SOAL UJIAN SERTIFIKASI PETUGAS PRODUKSI RADIOISOTOP RADIOFARMAKA

Certification Examination Validity Analysis of Radioisotops Radiopharmaceuticals Production Officer

Siswoto1, Ratih Luhuring Tyas2, Alfitri Meliana3 dan Anggraini Ratih Kumaraningrum4

1,2,3,4Pusat Riset Standardisasi dan Mutu Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Riset dan Inovasi Nasional

Kawasan Puspiptek Gedung 71 Lantai 1 Tangerang Selatan

E-mail korespondensi: sis-woto@batan.go.id Abstrak

Dalam memproduksi radioisotop dan radiofarmaka, seorang petugas harus memiliki sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Person (LSP) untuk mendapatkan Surat Izin Bekerja (SIB) dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). LSP BATAN merupakan satu-satunya LSP terakreditasi untuk ruang lingkup sertifikasi personel produksi radioisotop radiofarmaka. Untuk memperoleh sertifikat keahlian, kandidat harus mengikuti ujian sertifikasi, yang terdiri dari ujian tulis dan ujian praktek. Soal ujian merupakan alat utama dalam memverifikasi keahlian petugas produksi radioisotop radiofarmaka, sehingga perlu dilakukan pengujian validitas dan reabilitas terhadap soal ujian. Validitas dan reabilitas soal ujian dihitung menggunakan metode daya pembeda dan tingkat kesulitan. Hasilnya diperoleh bahwa untuk uji daya pembeda, soal ujian umum kategori sedang yang paling dominan sebesar 60% dan untuk soal ujian spesifik kategori kurang baik yang dominan sebesar 43,33%. Tingkat kesulitan soal untuk soal ujian umum maupun spesifik didominasi oleh soal mudah sebesar 82,5% dan 63,33%. Sebagian besar soal berada dalam kategori mudah dengan daya pembeda kurang baik dan sedang. Sebagian besar soal perlu diperbaiki untuk memenuhi rasio 1:2:1 untuk butir soal yang mudah, sedang dan sukar yang disesuaikan dengan materi pelatihan dan bobot soal per materi pelatihan. Untuk menyesuaikan soal dengan tingkat Pendidikan peserta, perlu dibuat soal tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang akan menggali kemampuan analisis, evaluasi, dan penciptaan. Analisis ini juga akan memberi masukan dalam penyusunan bank soal serta sebagai acuan pengembangan model soal ujian tulis sertifikasi personel produksi radioisotop radiofarmaka di LSP BATAN.

Kata kunci: sertifikasi, radioisotop, radiofarmaka, soal ujian, validasi Abstract

In radioisotops and radiopharmaceuticals producing, an officer must have a certificate of expertise issued by the Personnel Certification Body (LSP) to obtain a Work Permit (SIB) from the Nuclear Energy Regulatory Agency (BAPETEN). To obtain this, candidates must attend a certification exam. It is necessary to test the validity and reliability of the exam questions. Using discriminating power and level of difficulty methods, the results for the discriminating power showed that the general exam questions dominated by moderate category at 60% and for the specific exam questions dominated by poor category at 43.33%. The difficulty level for general and specific exam questions is dominated by easy questions at 82.5% and 63.33%. Most of the questions are in the easy category, poor and moderate discriminant and need to be corrected to meet a 1:2:1 ratio for easy, medium, and difficult questions, which are adjusted to the training syllabus. To align with the participants' educational level, it is necessary to arrange the Higher Order Thinking Skills (HOTS) questions which will explore analytically, evaluation, and creative abilities. This analysis also provides input in the preparation of the question bank as well as a reference for the development of a written test question model.

Keywords: certification, radioisotops, radiopharmaceuticals, exam questions, validation

1. PENDAHULUAN

Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang menjadi beban berat bagi masyarakat, baik secara moril maupun materiil. Penatalaksanaan penyakit kanker merupakan sesuatu hal yang komplek, dibutuhkan waktu penyembuhan yang relatif lama dengan biaya yang tidak sedikit.

Sebagian besar penderita kanker belum

sepenuhnya dapat ditangani sehingga diharapkan penggunaan radioisotop dan radiofarmaka mampu mempercepat pengambilan keputusan untuk suatu langkah Tindakan pengobatan ataupun terapi pada pasien penderita kanker sehingga akan lebih banyak lagi pasien yang dapat ditangani.

Radiofarmaka merupakan produk yang lebih hilir dari radioisotop. Radiofarmaka dapat

(2)

didefinisikan sebagai sediaan radioaktif sumber terbuka yang digunakan pada manusia dalam bentuk sediaan farmasi in-vivo, untuk maksud pemakaian diagnostic atau terapi (Soenarjo, 2013). Radioisotop radiofarmaka yang dapat digunakan untuk penegakan diagnosa dan terapi kanker telah banyak digunakan di negara maju, namun di Indonesia belum banyak digunakan.

Sampai saat ini belum banyak tersedia produk radioisotop radiofarmaka lokal. Penggunaan produk radioisotop radiofarmaka impor masih terkendala karena harganya yang mahal dan tidak efisien. Waktu paruh radionuklida yang pendek menyebabkan penggunaan produk import tidak efisien.

Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka Badan Tenaga Nuklir Nasional Badan Riset dan Inovasi Nasional (PTRR- BATAN BRIN) memiliki potensi untuk melakukan pengembangan, penelitian, hingga hilirisasi produk radioisotop radiofarmaka yang digunakan untuk tujuan penegakan diagnosa dan terapi kanker. Produk radioisotop radiofarmaka yang dikembangkan oleh PTRR-BATAN diharapkan mampu memasok kebutuhan di dalam negeri.

Dalam produksi radioisotop radiofarmaka, banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Produk radioisotop radiofarmaka harus memenuhi persyaratan sebagai sediaan farmasi berdasarkan ketentuan dalam farmakope (Soenarjo, 2013). Selain hal tersebut, terdapat pula persyaratan perundang-undangan terkait kompetensi personel yang melakukan pengoperasian dan perawatan fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka. Setiap petugas yang mengoperasikan reaktor nuklir dan

“petugas tertentu” di dalam instalasi nuklir lainnya dan di dalam instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion wajib memiliki izin. Yang dimaksud dengan petugas tertentu adalah: radiografer Tingkat I dan II, petugas keahlian pada iradiator, petugas keahlian pada fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka dan petugas proteksi radiasi. Untuk memiliki izin berupa Surat Izin Bekerja (SIB) yang dikeluarkan oleh BAPETEN, salah satu persyaratannya adalah memiliki sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Person (LSP). Sampai dengan saat ini, LSP BATAN menjadi satu-satunya LSP yang melakukan sertifikasi personel untuk lingkup nuklir.

LSP BATAN yang secara struktur berada di Pusat Standardisasi dan Mutu Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (PSMN BATAN) telah terakreditasi oleh KAN sejak Tahun 2017, dengan ruang lingkup sertifikasi Radiografi dan Aplikasi Teknik Nuklir (ATN). Sertifikasi personel operator dan perawatan fasilitas produksi

radioisotop dan radiofarmaka merupakan bagian dari lingkup ATN.

Seorang kandidat harus memenuhi persyaratan administrasi dan mengikuti ujian sertifikasi, yang terdiri dari ujian tulis (materi umum dan spesifik) dan ujian praktek untuk memperoleh sertifikat keahlian. Soal ujian merupakan tools utama dalam memverifikasi keahlian, sehingga menjadi fokus dan perhatian LSP BATAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas soal ujian sertifikasi petugas radioisotop radiofarmaka melalui uji validitas dan reliabilitas terhadap soal ujian. Dengan mengkaji dan menelaah setiap butir soal, akan diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan, meningkatkan kualitas soal melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta mengetahui informasi diagnostik pada kandidat peserta sertifikasi person apakah mereka telah menguasai materi dan keahlian yang akan diujikan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Undang Undang No 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran menyatakan bahwa setiap petugas yang mengoperasikan reaktor nuklir dan “petugas tertentu” di dalam instalasi nuklir lainnya dan di dalam instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion wajib memiliki izin (Republik Indonesia, 1997).

Persyaratan ini dikuatkan melalui Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, dimana Pemegang Izin wajib menyediakan personel yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan jenis Pemanfaatan Tenaga Nuklir (Presiden Republik Indonesia, 2007). Definisi mengenai petugas tertentu dijabarkan pada Peraturan Kepala BAPETEN No 16 Tahun 2014 pasal 4 dan 5, yang berbunyi “yang dimaksud dengan petugas tertentu adalah: radiografer Tingkat I dan II, petugas keahlian pada iradiator, petugas keahlian pada fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka dan petugas proteksi radiasi”.

Peraturan Kepala BAPETEN No 16 Tahun 2014 juga mengatur terkait penerbitan surat izin bekerja. Salah satu persyaratannya adalah memiliki sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Person (LSP) (BAPETEN, 2014).

Guna mengoptimalkan peran LSP BATAN sebagai Lembaga sertifikasi person, maka perlu dilakukan peningkatan kualitas soal ujian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara uji validitas dan reliabilitas soal ujian melalui tahapan yang

(3)

sistematis dan terstruktur. Proses ujian sendiri merupakan proses sistematis untuk mendapatkan wawasan tentang hasil dari program pelatihan atau pembelajaran tertentu dan seberapa baik program tersebut berjalan.

Oleh karena itu, diperlukan adanya analisis butir soal ujian yang diberikan kepada peserta ujian.

Analisis butir soal dilakukan untuk memilah butir soal yang baik dan yang lemah untuk kemudian diperbaiki guna meningkatkan kualitas soal ujian kedepannya (Hartati & Yogi, 2019).

Di dalam SNI ISO/IEC 17024:2012 Penilaian kesesuaian – Persyaratan umum untuk Lembaga sertifikasi person, dinyatakan bahwa metodologi dan prosedur yang tepat (misalnya pengumpulan dan pemeliharaan data statistik) harus didokumentasikan dan diterapkan guna menegaskan kembali pada interval waktu yang ditetapkan, keadilan, validitas, reliabilitas dan kinerja umum setiap ujian, dan bahwa semua kekurangan yang teridentifikasi telah dikoreksi (BSN, 2012).

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana nilai tes seseorang stabil – atau dapat direproduksi – dan bebas dari kesalahan pengukuran. Jika nilai tidak dapat diandalkan, mereka tidak dapat dinyatakan valid karena tidak akan memberikan perkiraan yang baik dari kemampuan atau sifat yang ingin diukur oleh soal ujian. Oleh karena itu, keandalan diperlukan tetapi bukan syarat yang cukup untuk validitas.

Validasi adalah proses yang terus berlangsung sehingga membuatnya sulit untuk mengetahui kapan seseorang telah mencapai jumlah bukti validitas yang cukup untuk menginterpretasikan nilai ujian dengan tepat. Pertama-tama, validitas bukanlah sifat yang melekat dari karakteristik sebuah ujian. Ini adalah kelayakan dalam menggunakan nilai ujian untuk sebuah tujuan tertentu. Kedua, validitas tidak dapat dirangkum oleh indeks numerik tunggal seperti koefisien reliabilitas atau standar kesalahan pengukuran.

Ketiga, ada banyak aspek dari validitas tergantung pada tujuan penggunaan dan kesimpulan yang dimaksudkan untuk dari nilai ujian (Thompson, 2013).

Perhitungan diskriminan atau daya pembeda soal untuk melihat kemampuan soal dalam membedakan peserta yang masuk kelompok atas dan bawah menggunakan rumus:

DP = 2 (KA – KB) / N ...(1)

Keterangan

DP : Daya pembeda soal

KA : Jumlah peserta kelompok atas

KB : Jumlah peserta kelompok bawah N : Jumlah peserta

Analisis kesulitan butir soal dapat diketahui dari rasio atau persentase siswa yang menjawab soal dengan benar. Sebuah tes yang baik harus memiliki indeks kesukaran yang bervariasi yang terdiri dari mudah, sedang, atau sulit. Sumarsono (2014) mengemukakan bahwa tes yang baik harus memiliki rasio 1:2:1 untuk butir soal yang mudah, sedang dan sukar.

Artinya, tes tersebut harus memiliki 25% butir soal mudah, 50% sedang, dan 25% soal sulit (Hartati & Yogi, 2019).

Untuk menghitung tingkat kesulitan soal dengan menggunakan rumus:

TK = NJB / N ...(2) Keterangan

TK : Tingkat Kesulitan Soal

NJB : Jumlah peserta menjawab benar N : Jumlah peserta

Kategori daya pembeda soal dan kesulitan soal dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Kategori Daya Pembeda Tingkat Daya Pembeda Kategori DP ≤ 0

0 < DP ≤ 0,25 0,25 < DP

Kurang baik Sedang Baik Tabel 2. Kategori Kesulitan Soal Tingkat Kesulitan Soal Kategori TK < 0,3

0,3 < TK ≤ 0,7 0,7 < TK

Sulit Sedang Mudah

Saat merancang satu set soal pilihan ganda, lebih banyak pertanyaan dari pada yang diperlukan harus ditulis untuk memungkinkan penghapusan pertanyaan yang ditemukan berlebihan atau tidak sesuai oleh studi reliabilitas dan validitas (Izard, 2004). Selain itu, jumlah opsi sebagai fitur yang mempengaruhi karakteristik metode tes digunakan untuk memperoleh kinerja tes yang pada gilirannya merupakan indikator kemampuan penguji. Hal ini sangat penting untuk memahami apakah metode pengujian mempengaruhi kinerja peserta ujian dan apa pengujian, yaitu konstruk (Baghaei & Amrahi, 2011). Dikatakan bahwa metode tes tidak boleh mengganggu konstruk yang ingin kita ukur hal yang perlu dipertimbangkan dalam validitas dan reliabilitas soal ujian adalah membandingkan kerangka soal ujian dengan analisis isi silabus pelatihan, dimana hasilnya harus menunjukkan bahwa soal ujian tersebut merupakan sampel

(4)

yang cukup representative tentang silabus (setidaknya sejauh menyangkut isi). Analisis kerangka soal ujian dapat mencakup dimensi lain juga. Misalnya, kerangka dapat menunjukkan keseimbangan yang diinginkan antara pertanyaan ingatan faktual dan pertanyaan yang memerlukan interpretasi atau penerapan pada konteks tertentu ((Przymuszała et al., 2020).

3. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu pembuatan bank data hasil ujian tulis, analisis butir soal, serta pembahasan dan tindak lanjut hasil.

3.1 Pembuatan bank data hasil ujian tulis Pengambilan hasil ujian tulis peserta ujian di setiap Angkatan ujian sertifikasi meliputi ujian umum dan spesifik. Dikarenakan masa berlaku sertifikat 5 tahun, dan kebutuhan akan sertifikasi petugas radioisotop radiofarmaka terbatas, maka data yang digunakan diambil dari ujian yang dilaksanakan di Tahun 2021 dengan total data 30 peserta.

3.2 Analisis butir soal

Pengolahan data untuk mendapatkan bukti empiris tingkat kesukaran, daya pembeda, dan keefektifan pengecoh soal tes sumatif yang dikonstruksikan dalam soal pilihan ganda (Ali et al., 2016; Hartati& Yogi, 2019). Dilakukan analis is untuk soal ujian umum dan soal ujian spesifik dengan metode daya pembeda dan tingkat kesulitan soal, sehingga akan didapatkan 4 diagram hasil.

3.3 Pembahasan dan tindaklanjut hasil Proses pengambilan keputusan dari hasil analisis terhadap uji validitas dan reliabilitas soal ujian untuk menentukan apakah soal dapat digunakan atau perlu diperbaiki. Juga memberi masukan dalam penyusunan bank soal serta sebagai acuan pengembangan model soal ujian tulis sertifikasi personel produksi radioisotop radiofarmaka di LSP BATAN.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ujian materi umum terdiri dari 40 soal dan ujian materi spesifik terdiri dari 30 soal. Berdasarkan perhitungan, didapatkan hasil bahwa untuk uji daya pembeda, untuk soal ujian umum kategori sedang yang paling dominan sebesar 60% dan

untuk soal ujian spesifik kategori kurang baik yang dominan sebesar 43,33%. Diagram daya pembeda soal ujian umum dan spesifik dapat dilihat pada Gambar 1.

Berdasarkan tingkat kesulitan soal untuk soal ujian umum maupun spesifik didominasi oleh soal mudah sebesar 82,5% dan 63,33%.

Nilai kelulusan ujian umum dan spesifik adalah 70 dari skala 100, berdasarkan data hasil ujian dari 30 peserta, semua peserta lulus. Diagram tingkat kesulitan soal ujian umum dan spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.

Jika dilakukan analisis terhadap hasil perhitungan, persentase soal dengan daya pembeda kurang baik dan tingkat kesulitan soal mudah cukup besar. Tingkat pendidikan dan latar belakang peserta ujian sangat mempengaruhi hasil ujian. Sebagian besar peserta ujian berprofesi sebagai peneliti atau dokter di Rumah Sakit, dengan jenjang pendidikan rata rata S1, S2, dokter dan dokter spesialis. Kemampuan akademis peserta lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kesulitan soal.

Gambar 1. Diagram Daya Pembeda Soal Ujian Umum dan Spesifik

Gambar 2. Diagram Tingkat Kesulitan Soal Ujian Umum dan Spesifik

Dari data hasil analisis, akan dipetakan soal-soal yang perlu diperbaiki oleh penguji.

Sebanyak 33 soal ujian umum masuk kategori mudah dan 28 soal masuk kategori daya pembeda kurang baik dan sedang. Untuk soal

(5)

ujian spesifik, 19 soal kategori mudah dan 13 soal kategori daya pembeda kurang baik.

Pemilihan nomor soal akan disesuaikan dengan hasil daya pembeda. Soal-soal yang masuk kategori mudah, dengan daya pembeda kurang baik dan/atau sedang yang akan diperbaiki. Pemetaan soal yang perlu diperbaiki oleh penguji dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Soal UjianUmum yang diperbaiki No Kriteria Nomor Soal Ujian Umum Pemetaan Diperbaiki 1

2

Kesulitan soal:

Mudah (33 soal)

Daya Pembeda:

Kurang baik (4 soal) dan/atau sedang (24 soal)

2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35,

36, 37, 40

2, 9, 14, 29, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 40

2, 9, 14, 29

5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 30, 31, 32,33, 35,

36, 37, 40

Tabel 4. Soal Ujian Spesifik yang diperbaiki No Kriteria Nomor Soal Ujian Spesifik

Pemetaan Diperbaiki 1

2

Kesulitan soal: Mudah (19 soal)

Daya Pembeda:

Kurang baik (13 soal)

2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13,

15, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 28, 29,

30

2, 3, 4, 6, 10, 15, 19, 20, 21, 24, 25,

28, 30

2, 3, 6, 10, 15, 19, 20, 21, 24,

25, 28, 30

Untuk memperoleh proporsi soal yang ideal 1:2:1 perlu dilakukan perbaikan terhadap soal ujian umum dan spesifik. Sebanyak 23 soal umum dari kategori soal mudah harus diperbaiki, yang terbagi menjadi 9 soal sulit dan 14 soal sedang.

Sebanyak 4 soal, yaitu soal nomor 2, 9, 14, dan 29 harus diperbaiki. Sedangkan 19 soal lainnya dapat dipilih dari soal nomor 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 40. Sebanyak 11 soal spesifik dari kategori soal mudah harus diperbaiki, yang terbagi menjadi 7 soal sulit dan 4 soal sedang. 11 soal tersebut dapat dipilih dari soal nomor 2, 3, 6, 10,

15, 19, 20, 21, 24, 25, 28, 30. Atau seluruh soal ini yang berjumlah 12 soal dapat diperbaiki.

Perbaikan soal harus disesuaikan dengan materi pelatihan dan bobot soal per materi pelatihan. Apabila didapati kecenderungan kemampuan akademis yang baik dari peserta ujian sertifikasi produksi radioisotop radiofarmaka, maka dalam mendesain soal ujian dapat dibuat soal dengan tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS). HOTS adalah jenis soal yang dalam pengerjaanya memerlukan kemampuan analisis yang tinggi.

Tahap pembelajaran kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu: Mengingat (Remember), Memahami (Understanding), Menerapkan (Apply), Analisis (Analyze), Evaluasi (Evaluate), Menciptakan (Creating) (Anderson et al., 2001). Soal yang tidak termasuk dalam tingkatan analisis keatas disebut dengan soal LOTS (Lower Order

Thingking Skills). Soal LOTS cenderung

bersifat menggali kemampuan mengingat, memahami, dan menerapkan. Sedangkan soal-soal yang termasuk dalam kategori soal HOTS akan menggali kemampuan analisis, evaluasi, dan penciptaan.

Di era globalisasi seperti sekarang ini sekat-sekat dunia sudah tidak adalagi, dalam konteks pekerjaan. Berbagai orang dari berbagai negara sangat mungkin menjadi pesaing kita.

Sebagai negara yang masih tergolong negara berkembang, Indonesia perlu untuk meningkatkan kualitas SDM agar dalam persaingan global Indonesia tidak semakin tertinggal. Oleh karenanya setiap individu harus mempunyai kemampuan kognitif yang mumpuni dalam hal analisis, evaluasi, dan penciptaan hal- hal baru.

5. KESIMPULAN

Sertifikasi person sangat penting dilakukan untuk memastikan kompetensi petugas radioisotop radiofarmaka. Dalam hal ini, soal ujian sertifikasi menjadi tools utama, sehingga perlu dilakukan validasi. Proses validasi dilakukan dengan metode daya pembeda dan tingkat kesulitan.

Hasilnya diperoleh bahwa tingkat kelulusan yang besar dan Sebagian besar soal mudah dengan daya pembeda kurang baik dan sedang. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh tingkat pendidikan peserta yang terlalu tinggi dibandingkan dengan tingkat kesukaran soal.

Untuk itu, sebagian besar soal perlu diperbaiki untuk memenuhi komposisi 1:2:1. Perbaikan soal

(6)

harus disesuaikan dengan materi pelatihan dan bobot soal per materi pelatihan dengan dibuat soal tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang akan menggali kemampuan analisis, evaluasi, dan penciptaan. Soal-soal akan terkumpul dalam bank soal, lebih lanjut perlu dilakukan analisis kesesuaian dengan silabus pelatihan untuk pengem bangan model soal ujian tulis.

UCAPAN TERIMAKASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada PSMN BATAN atas izin penggunaan data dan dokumen.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. H., Carr, P. A., &Ruit, K. G. (2016).

Validity and Reliability of Scores Obtained on Multiple-Choice Questions: Why Functioning Distractors Matter. Journal of the Scholarship of Teaching and Learning, 16(1), 1–14.

Anderson L.W. (Ed.), Krathwohl, D.R. (Ed.), Airasian P.W., Cruikshank, K.A., Mayer, R.E., Pintrich, P. R., Raths, J., & Wittrock, M.C (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives (Complete edition). New York:

Longman.

Badan Standardisasi Nasional (2012). SNI

ISO/IEC 17024: 2012.

PenilaianKesesuaian – PersyaratanUmum Lembaga Sertifikasi Person [Conformity assessment – General requirements for bodies operating certification of persons].

Jakarta: BSN.BAPETEN. (2014). Surat IzinBekerjaPetugasTertentu yang Bekerja

di Instalasi yang

MemanfaatkanSumberRadiasiPengion.

Baghaei, P., & Amrahi, N. (2011). The effects of the number of options on the psychometric characteristics of multiple choice items.

53(2), 192–211.

BAPETEN. (2014). Surat Izin Bekerja Petugas Tertentu yang Bekerja di Instalasi yang Memanfaatkan Sumber Radiasi Pengion.

Hartati, N., & Yogi, H. P. S. (2019). Item Analysis for a Better Quality Test. English Language in Focus (ELIF), 2(1), 59.

https://doi.org/10.24853/elif.2.1.59-70 Izard, J. (2004). Trial testing and item analysis in

test construction. UNESCO International Institute for Educational Planning., 1–78.

Presiden Republik Indonesia. (2007). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion Dan Keamanan Sumber Radioaktif.

Przymuszała, P., Piotrowska, K., Lipski, D., Marciniak, R., & Cerbin-koczorowska, M.

(2020). Guidelines on Writing Multiple Choice Questions : A Well-Received and Effective Faculty Development Intervention.

https://doi.org/10.1177/215824402094743 2

Republik Indonesia. (1997). Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.

Soenarjo, Sunarhadijoso (2013). Radioisotop dan Radiofarmaka: dariTeori Atom sampai Teknik Produksi dan Pemeriksaan Kualitas. Tangerang Selatan: BATAN.

Thompson, N. A. (2013). Request for Proposal Reliability & Validity. Minnesota, USA:

Assessment System.

Gambar

Gambar  1.  Diagram  Daya  Pembeda  Soal  Ujian  Umum dan Spesifik

Referensi

Dokumen terkait

Arsitektur aplikasi dirancang supaya pengembang dengan mudah menggunakan kembali komponen yang sudah digunakan ( reuse ).Sehingga bisa disimpulkan application

Hasil dari penelitian ini adalah peneliti dapat mengetahui bagaimana rancang bangun website e-commerce yang tepat untuk mebel UD “REJEKI” sehingga dapat membantu dalam melakukan

Sedangkan kompetensi dasarnya meliputi: mengenal chasis dan body, melaksanakan pekerjaan pra perbaikan bodi kendaraan, melaksanakan prosedur pengelasan, pemotongan, dan

Sebagian juga berasal dari divestasi anak usaha Pertengahan Desember kemarin, perseroan melepas kepemilikan saham dalam PT Pertiwi Lenggara Agromas dengan total

90 JAWA TENGAH GROBOGAN KASAN BISRI MTs Tsamrotul Huda Bahasa Inggris BAHASA TAMAN EDEN 2 91 JAWA TENGAH GROBOGAN LINA NURTETA MA Fathul Ulum Bahasa Inggris BAHASA TAMAN EDEN 2 92

Pengertian modal dalam sebuah organisasi perusahaan termasuk badan koperasi adalah sama, yaitu modal yang digunakan untuk menjalankan usaha. Koperasi merupakan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) dapat disalut dengan

Pemilihan media buku pop-up ini selain memiliki pengemasan yang menarik dan informasi yang mendalam, juga jarangnya ditemukan buku mengenai pembuatan keris yang dikemas