• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERBANKAN SYARIAH. (Studi Pada Bank BNI SyariahKCU Makassar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERBANKAN SYARIAH. (Studi Pada Bank BNI SyariahKCU Makassar)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERBANKAN SYARIAH

(Studi Pada Bank BNI SyariahKCU Makassar)

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E) Jurusan Perbankan Syariah Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

UIN Alaudin Makassar

Oleh :

A . Indri Nur Wahyuni NIM. 90500116029

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2020

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : A. Indri Nur Wahyuni

Nim : 90500116029

Tempat/ tanggal lahir : Bulukumba, 20 Agustus 1999

Jurusan : Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Judul :Analisis Penerapan Good Corporate Governance Pada Perbankan Syariah (Studi Pada Bank BNI Syariah KCU Makassar)

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal.

Gowa , Juli 2021

A. Indri Nur Wahyuni

90500116029

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR ِميِحهرلا ِن َٰ مْحهرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

Assalamualaikum.wr.wb

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemampuan yang telah diberikan untuk berpikir sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salam serta sholawat semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi kita semua, menjadi panutan penyempurna agama dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat.

Skripsi ini berjudul “Analisis Penerapan Good Corporate Governance Pada Perbankan Syariah (Studi Pada Bank BNI Syariah KCU Makassar).

Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Penulis menyadari bahwa proses pembuatan skripsi ini bukanlah hal yang mudah, banyak rintangan, hambatan dan cobaan yang selalu menghampiri. Hanya dengan ketekunan dan kerja keras yang menjadi penggerak penulis dalam menyelesaikan segala proses tersebut, dan juga adanya bantuan baik berupa moril dan materil dari berbagai pihak yang membantu memudahkan langkah penulis.

Secara khusus, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Orangtua tercinta Ibunda Rahmayanti, S.Ag dan Ayahanda Drs. Firman Hamsir yang telah mempertaruhkan seluruh jiwa dan raganya demi kesuksesan anaknya, yang telah melahirkan, membesarkan, merawat dan mendidik dengan

(5)

v

sepenuh hati dibaluti dengan kasih sayang yang melimpah dan begitu tulus kepada penulis. Terimaksih yang tak terhingga kepada ayah dan ibu yang senantiasa merangkul segala usaha penulis dengan do’a yang tak henti-hentinya.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak diantaranya:

1. Bapak Prof. H. Hamdan Juhannis, MA., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar dan para pembantu rektor serta seluruh jajaran yang senantiasa mencurahkan dedikasinya dengan penuh keihkhlasan dalam rangka pengembangan mutu dan kualitas kampus peradaban.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

3. Ibunda Ismawati, SE., M. Si, selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

4. Bapak Sudirman, SE., M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Perbankan Syariah Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

5. Bapak Prof. Dr. H. Muslimin Kara, S.Ag, M.Ag, selaku Pembimbing I yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan serta nasihat yang baik dalam penyusunan skripsi ini hingga pada tahap penyelesaian.

6. Bapak Dr. Saiful Muchlis, SE., M.SA,. Ak, selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan serta nasihat yang baik dalam penyusunan skripsi ini hingga pada tahap penyelesaian.

(6)

vi

7. Dosen dan Staf dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

8. Pihak PT BNI Syariah KCU Makassar yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian dan bersedia memberikan data-data terkait penelitian penulis.

9. Terimakasih kepada saudaraku, A. Muh. Ihsan Nur dan Andi Islahwati Nur Rezky yang telah memberikan semangat dan do’a atas penyelesain skripsi ini.

10. Terimakasih kepada Keluarga besar H.A.Lukman&Hj.Marhumah dan Mahmuddin&HJ.Saleha memberikan semangat dan doa’a sehingga penulis diberikan kemudahan oleh Allah SWT dalam penyusunan skripsi ini.

11. Terimakasih kepada Sahabatku, teman seperjuanganku Sitti Marhamah, Novi Arista, Wahyuni Samsuriati, Ummu Kalsum,Reski Amalia dan Nurfadilla senanttiasa memberi semangat dan membersamai sejak maba dan menjadi saksi drama skripsi ini, terimakasih telah menyemangati dalam setiap kondisi dan selalu ada.

12. Terimaksih Kepada seniorku Muh Reza Eka Saputra S.Ak yang sesibuk apapun tetap meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan terkait penelitian penulis.

13. Teman – teman angkatan 2016 terimakasih tak terhingga telah menjadi penyemangat, terkhusus Perbankan Syariah A yang senantiasa memberi motivasi dan merangkul dalam segala keadaan.

(7)

vii

14. Teman-teman KKN Angkatan 62 Kecamatan Baranti Desa Tonronge Kab Sidrap, yang selalu memberikan motivasi, arahan serta dukungan bagi penulis.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan kontribusi selama penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya dengan segala keterbukaan dan ketulusan, penulis persembahkan skripsi ini sebagai upaya pemenuhan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Perbankan Syariah pada UIN Alauddin Makassar, dan semoga skripsi yang penulis persembahkan ini bermanfaat adanya. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata dan kekurangan tentu datangnya dari penulis.

Kiranya dengan semakin bertambahnya wawasan dan pengetahuan, kita semakin menyadari bahwa Allah adalah sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Penulis,

A . Indri Nur Wahyuni 90500116029

(8)

viii DAFTAR ISI

SAMPUL...i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……….ii

PENGESAHAN………...………...…….iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR………...x

DAFTAR TABEL………..xi

ABSTRAK ... xii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 5

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Penelitian Terdahulu ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Enterprise Theory ... 12

B. Shariah Enterprise Theory ... 13

C. Good Corpoate governance………..…………..14

D. Good Corporate Governance dalam Islam ... 23

E. Perbedaan Good Corporate Governance Pada Bank Konvensional Dan Bank syariah ... 30

F. Perbankan Syariah………..32

G. Prinsip-Prinsip Tentang Perbankan syariah………...33

H. Kerangka Fikir………...37

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 38

B. Pendekatan Penelitian ... 38

C. Jenis dan Sumber Data ... 39

D. Metode Pengumpulan Data ... 39

E. Instrument Penelitian ... 41

(9)

ix

F. Metode Analisis Data ... 41

G. Uji Keabsahana Data ... 42

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

1. Sejarah Bank BNI Syariah………....44

2. Letak dan Lokasi………...45

3. Visi dan Misi Bank BNI Syariah………..45

4. Struktur Organisasi Bank BNI Syariah……….46

5. Letak Geografis Bank BNI Syariah………..…51

6. Status Pegawai………..51

7. Jam Kerja Kayawan………..51

8. Fasilitas Perusahaan………..53

9.Kegiatan Perusahaan………..53

10. Produk-Produk Bank BNI Syariah……….53

B. Hasil dan Pembahasan ... 56

1. Penerapan Good Corporate Governance Pada Bank BNI Syariah KCU Makassar……….56

2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Penerapan Good Corporate Governance Pada Bank BNI Syariah KCU Makassar………...70

BAB VPENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Keterbatasan dan Saran Penelitian... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...92

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka fikir ………37

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ………..5

Tabel 4.1 Jam Kerja Karyawan………..51

(12)

xii ABSTRAK

Nama : A. Indri Nur Wahyuni Nim : 90500116029

Judul : Analisis Penerapan Good Corporate Governance Pada Perbankan Syariah (Studi Pada Bank BNI Syariah KCU Makassar)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perusahaan melakukan, mengetahui serta memahami bagaimana penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara umum maupun berdasarkan prinsip syariah pada setiap kegiatannya, dan juga untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan Good Coporate Governance (GCG) pada Bank BNI Syariah KCU Makassar.

Guna mewujudkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, penelitian ini mendayagunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan ditunjang data-data sekunder yang diperoleh dari website BNI Syariah. Data yang diperoleh kemudian diuji keabsahannya menggunakan metode triangulasi.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya peranan penting antara penerapan Good Corporate Governance (GCG) dengan faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan praktik Good Corporate Governance (GCG), dimana dengan penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) sesuai dengan prinsip syariah maka implementasinya terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) menjadi terarah dan bisa menjadi lebih baik dari tahun ke tahun sehingga menjadi motivasi perusahaan dalam melakukan penerapan dan pemahaman mengenai Good Corporate Governance (GCG) secara umum serta berdasarkan prinsip syariah juga sangat penting di terapkan pada setiap individu yang bertanggung jawab terhadap tugas yang telah amannahkan oleh BNI Syariah KCU Makassar agar tercapainya visi, misi, budaya dan kode etik perusahaan menurut Islam, serta lembaga yang mengawasinya.

Kata kunci: Transparansi, Pertanggungjawaban, Akuntabilitas, Profesional, Kewajaran.

(13)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan adalah segala sesuatu yang mencakup aktivitas bank, kelembagaan bank, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melakukan usahanya. Sedangkan perbankan syariah adalah segala sesuatu yang mencakup aktivitas bank, kelembagaan bank, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melakukan usahanya yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Bank merupakan suatu badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit (UU No.10 Tahun 1998).

Bank merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa, kepercayaan dari semua pihak yang terkait adalah hal yang sangat penting, baik bagi pemilik dan pengelola bank maupun masyarakat sebagai pengguna jasa bank.

Mengkaji peranan bank yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana ke masyarakat, terdapat hubungan antara bank dan nasabah yang didasarkan pada unsur kepercayaan dan hukum.

Suatu bank hanya dapat melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya apabila masyarakat percaya untuk memanfaatkan produk-produk perbankan yang

(14)

ditawarkan. Kepercayaan dari masyarakat tersebut merupakan modal utama bagi bank untuk dapat memobilisasi dana dari masyarakat (Sitti dan Trihantana, 2015).

Krisis moneter tahun 1998 yang melumpuhkan sendi-sendi perekonomian nasional yang pada proses berikutnya membawa krisis multidimensi yang berkepanjangan. Pada krisis tahun 1998 pula tercatat 16 bank terpaksa dilikuidasi oleh Pemerintah. Nilai tukar rupiah terhadap US dollar menembus angka Rp.

16.000, PHK dan pengangguran terjadi dimana-mana serta angka kemiskinan meningkat akibat daya beli dan pendapatan masyarakat menurun. Krisis serupa kembali mengancam perbankan nasional sekitar pada tahun 2007 akibat kondisi makro ekonomi yang tidak kondusif seperti naiknya suku bunga perbankan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, tingginya angka inflasi.

Keadaan tersebut tidak lepas pengaruhnya dari krisis yang terjadi di Amerika Serikat yang kemudian berpengaruh di sebagian besar di dunia. Di Indonesia walaupun terkena imbas dari krisis tersebut namun pertumbuhan ekonominya masih mengalami pertumbuhan yang positif, sehingga secara ekonomi cukup tahan terhadap goncangan krisis ekonomi dunia (Romdhoni, 2015).

Lemahnya implementasi tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) menjadi penyebab terjadinya ketidakstabilan ekonomi yang berdampak pada penurunan kinerja keuangan perbankan. Menurut laporan World Bank, krisis ekonomi yang menimpa negara-negara ASEAN dan menyebabkan penurunan kinerja perbankan terjadi karena kegagalan penerapan Good Corporate Governance (GCG). Kegagalan penerapan GCG ini berasal dari sistem kerangka hukum yang masih lemah, kurangnya pengawasan dari dewan komisaris dan

(15)

auditor, dan juga praktik perbankan yang buruk sehingga bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat(Aprianingsih, 2016).

Perkembangan industri keuangan syariah khususnya sektor perbankan tentunya membutuhkan sistem tata kelola perusahaan yang dapat menjamin tercapainya tujuan-tujuan perusahaan. sistem tata kelolalembaga keuangan syariah memiliki pendekatan yang berbeda dengan sistem perbankan pada umumnya. Hal ini disebabkan adanya keharusan bagi lembaga keuangan syariah untuk memastikan terlaksananya prinsip-prinsip syariah pada seluruh produk, instrumen operasi, praktik dan manajemen perbankan syariah. Perbankan syariah sebagai salah satu lembaga keuangan juga di tuntut untuk melaksanakan good corporate governance dalam operasionalnya(Susetyonini, 2019).

Good corporate governance menurut Tim Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan (hard definition), maupun ditinjau dari nilai-nilai yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/12/PBI/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum yang menjadi dasar hukum good corporate governance dalam sektor perbankan, mendefinisikan good corporate governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness) (Arbaina, 2016).

(16)

Perbankan Syariah sebagai lembaga dengan aransemen profit dan loss sharing di mana dalam semua aktivitasnya harus mentaati hukum syariah. Maka penerapan GCG di lembaga perbankan syariah menjadi sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Pelaksanaan GCG pada industri perbankan syariah harus berlandaskan lima prinsip dasar, pertama transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. Kedua akuntanbilitas (Accountability) yaitu kejelasan fungsi dalam pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Ketiga pertanggungjawaban (Responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat Profesioal (Professional) yaitu memiliki kompetensi, mampu bersifat objektif dan bebas dari pengaruh dan tekanan dari pihak manapun serta memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank syariah. Kelima kewajaran (Fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (PBI No.11/33/PBI/2009).

Penerapan kelima prinsip dasar tersebut maka bank syariah wajib berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan pelaksanaan GCG. Selain itu dalam pelaksanakan GCG, industri perbankan syariah juga harus memenuhi prinsip syariah . Ketidaksesuaian tata kelola bank dengan prinsip syariah akan menimbulkan berbagai risiko terutama risiko reputasi bagi industri perbankan syariah.

(17)

Pelaksanaan GCG perbankan syariah tidak hanya dimaksudkan untuk memperoleh pengelolaan bank yang sesuai dengan lima prinsip dasar dan sesuai dengan prinsip syariah, akan tetapi ditujukan untuk kepentingan yang lebih luas.

Kepentingan ini antara lain adalah untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yangberlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah (Sitti dan Trihantana, 2015).

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus penelitian ini merupakan batasan penelitian agar jelas ruang liagkup yang akan diteliti. Penulis memfokuskan penelitian ini berjudul “ Anaisis Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syariah”

Berdasarkan fokus penelitian ini terdiri dari beberapa indicator indicator yang menjadi tolak ukur atau pedoman penelitian, maka penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada beberapa aspek. Aspek pertamaShariah Enterprise Theory pada dasarnya mendekatkan agar segala bentuk putusan dan tindakan yang diambil dapat diselaraskan dengan nilai-nilai keislaman yang kaffah. Secara umum Syariah Enterprise Theory ini berisi dua nilai penting, yaitu pertanggungjawaban secara vertikal kepada Allah Swt., pertanggungjwaban kepada manusia dan lingkungan.

Aspek yang kedua, penelitian memfokuskan pada Pengertian Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder (Elli dan Bagun, 2014).Menurut Bank Indonesia dalam

(18)

PBI nomor 11/33/PBI/2009, Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkanPrinsip-prinsip dalam GCG yaitu Fairness (Berkeadilan), Transparency (Transparan), Accountability (Akuntabilitas) dan Responsibility (Pertanggungjawaban), Profesional (professional) (Nur dan Hidayatur, 2012). Dijabarkan deskripsi fokus Pengertian Perbankan adalah segala sesuatu yang mencakup aktivitas bank, kelembagaan bank, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melakukan usahanya. Sedangkan perbankan syariah adalah bank yang kegiatannya mencakup pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankanbunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur daalam syariah islam (Ismail, 2011, h 32-33).

TABEL 1.1

Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus

Fokus Deskripsi Fokus

Sahariah Enterprice Theory - Pertanggungjawaban Pertikal - Pertanggungjawaban Horizontal

Good Corporate Governance - Transparansi (Transparency)

- Pertanggungjawaban (Responsibility) - Akuntabilitas (Accountability)

(19)

- Profesional (Professional) - Kewajaran (Fairness)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penerapan Good Corporate Governance pada Bank BNI Syariah KCU Makassar?

2. Apasaja Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Penerapan Good Corporate Governance pada Bank BNI Syariah KCU Makassar?

D. Penelitian Tedahulu

1. Chapra and Ahmed (2002) kegagalan dalam penerapan prinsip syariah akan membuat nasabah pindah ke bank lain sebesar 85%. Oleh karena itu penerapan Good Corporate Governance dan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam upaya memperbaiki reputasi dan kepercayaan pada perbankan syariah, serta melindungi kepentingan stakeholders dalam rangka mencitrakan system perbankan syariah yangehat dan terpercaya.

2. Jumansyah dan Syafei (2013) melakukan penelitian mengenai analisis penerapan good governance business syariah dan pencapaian maqashid shariah bank syariah di indonesia. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan good corporate governance (GCG) Bisnis Syariah pada bank Syariah Indonesia periode 2009-2011 berfluktuatif dari tahun ke tahun.

Pencapaian Maqashid Shariah oleh Bank Muammalat Indonesia dan Bank

(20)

Syariah Mandiri di Indonesia dalam periode 2009-2011, pada umumnya terlihat cukup baik walaupun masih sangat berfluktuatif.

3. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Good Corporate Governance ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Ridhani Akbar (2014), NIM 0901160166, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin yang berjudul Implementasi Good Corporate Governance (GCG) dalam Mengelola Risiko Perbankan pada Bank Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pada bank syariah (Bank Muamalat Cabang Banjarmasin, Bank BTN Syariah Banjarmasin dan Bank Kalsel Syariah Banjarmasin). Untuk mengetahui keseimbangan antara pesatnya pertumbuhan perbankan dengan kebijakan serta ketentuan pemerintah melalui Bank Indonesia dalam pengawasan terhadap dunia perbankan di Indonesia. Perbedaannya dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah terletak pada objeknya, dan isi dari penelitian. Penelitian terdahulu lebih fokus pada 2 variabel yaitu pada implementasi dan manajemen risiko.

Sedangkan penulis lebih fokus pada Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Syariah. Persamaan yaitu mengunakan metode kualitatif deskriptif.

4. Hasil surveyMcBCinsey & Co (2002) yang menunjukkan bahwa para investor cenderung menghindari perusahaan-perusahaan dengan predikat GCG yang buruk. Perhatian yang diberikan investor terhadap GCG sama besamya dengan perhatian terhadap kineija keuangan perusahaan. Para

(21)

investor yakin bahwa perusahaan yang menerapkan praktek GCG telah berupaya meminimalkan risiko keputusan yang salah atau yang menguntungkan diri sendiri, sehingga meningkatkan kineija perusahaan yang pada akhimyamemaksimalkan nilai perusahaan. Oleh sebab itu tujuan GCG bukan hanya diterapkannya praktek-praktek GCG tetapi juga meningkatkan nilai perusahaan.(TimBPKP, 2003):

5. Ridhani Akbar (2014), NIM 0901160166, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam,Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin yang berjudul Implementasi Good Corporate Governance (GCG) dalam Mengelola Risiko Perbankan padaBank Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pada bank syariah(Bank Muamalat Cabang Banjarmasin, Bank BTN Syariah Banjarmasin dan BankKalsel Syariah Banjarmasin). Untuk mengetahui keseimbangan antara pesatnyapertumbuhan perbankan dengan kebijakan serta ketentuan pemerintah melaluiBank Indonesia dalam pengawasan terhadap dunia perbankan di Indonesia.Perbedaannya dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah terletak pada objeknya, dan isi dari penelitian. Penelitian terdahulu lebih fokus pada 2 variabelyaitu pada implementasi dan manajemen risiko. Sedangkan penulis lebih focus pada Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Syariah. Persamaan yaitu mengunakan metode kualitatif deskriptif.

(22)

E. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui apakah Good Corporate Governance (GCG) sudah diterapkan sesuai prinsip syariah pada BankBNI Syariah KCU Makassarr.

2. Untuk mengetahui apa saja factor pendorong dan penghambat dalam penerapan Good Corporate Governance pada Bank BNI Syariah KCU Makassar.

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini terbagi 2, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis yang diharapkan dari penelitian ini untuk mengimplementasikan prinsip tujuan Good Corporate Governance yang terdiri dai lima prinsip utama itu Transparansi (Transparancy), Pertanggungjawaban (Responsibility), Akuntabilitas (Accountability), Profesional (Professional), dan Kewajaran (Fairness).Kelima prinsip tersebut merpakan bentuk integrasi atau perwujudan dari Shariah enterprise theoryyang dicetuskan oleh Iwan Triyuwono pada tahun 1999.Teori ini memuat dua pertanggungjawaban utama yaitu pertanggungjawaban vertical kepada Allah Swt., dan pertanggungjawaban Horizontal kepada manusia dan lingkungan. Dari dua pertanggungjawaban tersebut pihak entitas (perusahaan) dituntut untuk merefresentasikan kedalam kerangka konseptual yang bias menunjang yang bias menunjang operasional entitas (perusahaan). Lebih lanjut, entitas (perusahaan) diharapkan mampu melaksanakan suatu pengelolaan, yang sifatnya Transparansi, Responsibility, Accontability, Prpfesional, dan Fairness sesuai dengan konsep tata kelola

(23)

perusahaan yang baik. Hal ini relevan dengan apa yang dijelaskan oleh AllahSwt.dalam Surah Al-Baqarah Ayat 30 yang menjelaskan “Peran manusia sebagai khalifah dimuka bumi yang bertugas mengelola bumi dengan sebaik- baiknya.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak bank sebagai bahan evaluasi dan pengembangan pengetahuan dalam penerapan GoodCorporate Governance dan prinsip-prinsip syariah pada semua pihak yang terkait pada Bank SulSelbar Syariah Makassar.

(24)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Enterprise theory

Konsep Enterprise theory adalah teori yang menganggap bahwperusahaan berfungsi sebagai intitusi sosial yang mempunyai pengaruh ekonomis luas dankompleks sehingga dalam penyajian informasi keuangan harus jugamemperhatikan pihak-pihak di luar perusahaan.(Inten Meutia: 2010)

Enterprise theory lebih bercirikan sebagai teori sosial daripada akuntansi, dimana orientasinya lebih tertuju pada aspek-aspek sosiologis yang berciri kualitatif dari suatu perusahaan. Dalam Enterprise theory, perusahaan dipandang sebagai suatu institusi sosial yang beroperasi di dalam interaksi kepentingan banyak kelompok.(Hendry Y. Setiabudi dan Iwan triyuwono: 2002)

Enterprise Theory Sejalan dengan kemajuan sosial dan meningkatnya pertanggungjawaban publik oleh perusahaan. Perusahaan besar harus memperhatikan berbagai kepentingan seluruh stakeholder. Stakeholders dalam konsep teori ini yang menjadi pusat perhatian adalah keseluruhan pihak atau kontestan yang terlibat atau memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan atau entity. Misalnya pemilik, manajemen, masyarakat, pemerintah, kreditur, fiskus, regulator, pegawai, langganan, dan pihak yang berkepentingan lainnya. Dalam teori ini pihak-pihak ini harus diperhatikan dalam penyajian informasi keuangannya.

(25)

B. Shariah Enterprise Theory

Shariah enterprise theory merupakan teori yang pertama kali dicetuskan oleh Iwan Triyuwono pada tahun 1999. Shariah enterprise theory merupakan nilai pengembangan yang didalamnya mengandung nialai-nilai keislaman. Enterprise theory pada mulanya hanya melingkupi aspek sosial dan pertanggungjawaban (Triyuwono, 2019). Kemudian dilakukan pengembangan guna lebih mendekatkan lagi dengan syariah, hingga akhirnya diperoleh bentuk teori yang dikenal dengan istilah Shariah Enterprise Theory (SET) (Triyuwono, 2019).

Dalam teori Shariah Enterprise Theory pada dasarnya mendekatkan agar segala bentuk putusan dan tindakan yang diambil dapat diselaraskan dengan nilai- nilai keislaman yang kaffah. Secara umum Syariah Enterprise Theory ini berisi tiga nilai penting, yaitu pertanggungjawaban secara vertikal kepada Allah SWT, pertanggungjwaban kepada manusia dan pertanggungjawaban kepada institusi atau lembaga.

Dalam shariah enterprise theory (SET), aksioma terpenting yang harus mendasari dalam setiap penetapan konsepnya adalah Allah sebagai pencipta dan pemilik tunggal dari seluruh sumber daya yang ada di dunia ini. Maka yang berlaku dalam shariah enterprise theory adalah Allah sebagai sumber amanah utama, karena Dia adalah pemilik yang tunggal dan mutlak. Sedangkan sumber daya yang dimiliki oleh para stakeholders pada prinsipnya adalah amanah dari Allah yang didalamnya melekat sebuah tanggung jawab untuk menggunakan dengan cara dan tujuan yang ditetapkan oleh Sang Pemberi Amanah.(Iwan Triyuwono dalam Slamet: 2001, h 56)

(26)

Dapat dilihat pada prinsipnya shariah enterprise theory memberikan bentuk pertanggungjawaban utamanya kepada Allah (vertikal) yang kemudian dijabarkan lagi pada bentuk pertanggungjawaban horizontal pada ummat manusia dan lingkungan alam. Konsep pertanggungjawaban yang ditawarkan oleh teori ini tidak sekedar pengembangan konsep pertanggungjawaban enterprise theory, namun lebih dari itu sebagai hasil dari premis yang dipakai oleh shariah enterprise theory yang memiliki karekter transendental dan teleologikal. Dalam pandangan shariah enterprise theory, stakeholders sebagai khalifah Allah diberi amanah untuk mengolah sumber daya dan mendistribusikannya pada seluruh makhluk dimuka bumi ini secara adil.(Iwan Triyuwono : 2006 , h 350)

C. Good Corpoate Governance

Corporate Governance merupakan serangkaian keterkaitan antara dewan komisaris, direksi, pihak-pihak yang berkepentingan, serta pemegang saham perusahaan dalam menetapkan sasaran, menjalankan kegiatan usaha sehari-hari, memerhatikan kebutuhan stakeholder, memastikan perusahaan beroerasi secara aman dan sehat, mematuhi huku dan peraturan lain, serta melindungi kepentingan nasabah (Bambang, 2018, h 294) .

Brown dan Caylor 2006 bahwa corvorate governance merupakan suatu siste yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat membeikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham.

Lanjut Laksana (2015) corporate governance juga di definisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kredito,

(27)

pemerinta, karyawan dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggungjawabnya (FCGI 2003).

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI 2000) bahwa Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengerahkan dan mengendalikan perusahaan.

Corporate Governance merupakan proses dan struktur pengelolaan bisnis dan urusan-urusan perusahaan lainnya dalam rangka meningkatkan kemakmuran korporasi dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham yang optimmal dalam jangka panjang dan dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholders yang lain (Rusdiyanto,Susetyorini, dan Umi, 2019, h 73-74).

Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentinganstakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai- secara umum nilai etika yang berlaku (Kusmayadi, Dedi, dan Jajang, 2015, h 11) .Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency),akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), Profesional (professional), dan kewajaran (fairness).

Pelaksanaan Good Corporate Governance di Indonesia harus berlandaskan pada

(28)

lima prinsip dasar yang dirilis oleh Organisation for Economic Coorporation and Development (OECD) dengan penjelasan berikut (Rustam, 2018, h 294).

1. Transparansi (transparency)

Transparansi (transparency),Pengertian prinsip transparansi menurut peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009 adalah keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. Menurut OECD (2004) konsep corporate governance harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan ini meliputi informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan. Disamping itu, informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi.

Manajemen juga diharuskan meminta auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan. Kesesuaian prinsip transparansi dengan Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 116 yang berbunyi:















































Terjemahannya:

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada- adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung (Q.S.

An-Nahl:116).

(29)

Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu, kepada segenap stakeholdernya.Informasi yang diungkapkan yaitu keadaan keuangan, kinerja keuanngan, kepemilkan dan pengelolaan atas perusahaan.Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan atas informasi dilakukan secara independen.

Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahuan keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan (Amman dkk, 2010).

Prinsip transparasi meliputi pengungkapan informasi yang bersifat penting, informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas, penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien. Sehingga para pengelola perbankan syariah harus meletakkan tanggung jawab yang sebesar-besarnya terhadap keselamatan dana yang telah dipercayakan oleh nasabah kepada mereka (Wibowo, 2009).

2. Pertanggungjawaban (responsibility)

Pertanggungjawaban (responsibility),Peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009, pertanggungjawaban adalah kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. Sedangkan menurut OECD (2004) responsibilitas adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini tercermin dalam kerangka corporate governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders, seperti yang telah ditentukan dalam undangundang, dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan para stakeholders tersebut dalam rangka menciptakan

(30)

lapangan kerja, kesejahteraan masyarakat dan kesinambungan usaha. Kesesuaian prinsip pertanggungjawaban dengan surah Az-Zukhruf ayat 19 yang berbunyi:



























Terjemahannya:

Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba Allah yang maha pemurah sebagai orang-orang perempuan.

apakah mereka menyaksikan penciptanya malaikat-malaikat itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (Q.S. Az-Zukhruf:19).

Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada stakeholder.

Prinsip pertanggungjawaban ini meliputi antara lain, menjamin hak pihak- pihak berkepentinggan, para pihak yang berkepentingan hasrus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka, dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan pihak yang berkepentingan, dan jika perlu, para pihak yang berkepentingan harus memiliki akses terhadap informasi yang relevan (Wibowo, 2009).

3. Akuntabilitas (accountability

Akuntabilitas (accountability),Peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009, akuntabilitas adalah kejelasan fungsi dan pelaksanaan

(31)

pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif.

Menurut OECD (2004) prinsip ini dapat dijalankan dengan cara adanya kejelasan fungsi pelaksanaan dan pertanggungjwaban dari organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif. Konsepsi corporate governance harus menjamin adanya pedoman stategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen perusahaan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, dan akuntabilitasnya terhadap perusahaan dan pemegang saham dan anggota direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan pemegang saham.Kesesuaian prinsip akuntabilitas dengan Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 84 yang berbunyi:

























Terjemahannya:

Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaaanya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Q.S. Al- Israa:84).

Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka aka nada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

Prinsip akuntabilitas ini meliputi perngetian bahwa anggota Dewan Direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang

(32)

saham, penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen, dan adanya akses terhadap informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.

Dalam prakteknya perbankan syariah juga harus benar-benar dijalankan sesuai dengan prinsip syariah. Dalam hal ini terdapat peran penting Dewan Pengawas syariah dalam mengawasi operasional perbankan syariah agar tetap berjalan sesuai dengan ketentuan syariah (Wibowo, 2009).

4. Profesional (professional)

Profesional (professional), Peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009, profesional adalah memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun (independen) serta memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank syariah.

Prinsip ini menekankan agar pengelolaan perbankan syariah sebaiknya dikelola secara profesional ataupun tanpa adnya tekanan atau pengaruh dari pihak lain sehingga conflict of interest dapat dihindari sejauh mungkin. Jadi sikap seluruh jajaran bank sebagai entitas ekonomi yang mandiri, bebas dari kepentingan sepihak terutama yang berpotensi merugikan stakeholders dan mampu mengambil keputusan secara obkektif.Kesesuaian prinsip ini dengan Al- Qur’an surah Qashash ayat 26 yang berbunyi:























(33)

Terjemahannya:

Salah seorang dari wanita itu berkata:”Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita). Karena sesungguhnya oranh yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Q.S. AlQashash: 26).

Prinsip ini juga mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, prinsip ini menuntut bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakukan terhadap hak-hak stakeholder yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan.

5. Kewajaran (fairness)

Kewajaran (fairness), Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009, kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak- hak stakeholders berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut FCGI prinsip kewajaran ini meliputi, Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, perilaku perusahaan (corporate conduct) dan atau kebijakan-terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi yang

(34)

melindungi kepentingan minoritas; membuat pedoman kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam, self-dealing, dan konflik kepentingan; menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi, dan Komite, termasuk sistem remunerasi, menyajikan informasi secara wajar atau pengungkapan penuh material apa pun, mengedepankan Equal Job Opportunity.

Prinsip kewajaran menurut Linan dalam Hastuti (2005) diungkapkan dalam adanya perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham dan perlakuan yang sama bagi para pemegang saham (Hasamuddin dan Yayang, 2016).Kesesuaian prinsip kewajaran sesuai dengan Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 90 yang berbunyi:



































Terjemahannya:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran danpermusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar dapat mengambil pelajaran. (Q.S. An- Nahl:90).

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan

(35)

jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.

Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain.

D. Good Corporate Governance Dalam Islam

Good Corporate Governance Dalam Prespektif Islam secara umum bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai kesejahteraan pemegang saham. Dalam konteks Good Corporate Governance dalam Islam, terdapat beberapa studi yang telah dilakukan khususnya pada lembaga keuangan islam dan ditemukan model tata kelola perusahaan alternaif. Studi tersebut mengacu pada model tata kelola perusahaaan berdasarkan prinsip konsultasi yang menegaskan bahwa semua stakeholder memiliki tujuan yang sama yaitu tauhid atau keesaan Allah (Choundry dan Hoque,2004). Pendekatan good corporate governance dalamIslam di dasarkan pada model epistemologis tauhid yang peran fungsional perusahaannya bekerja melalui aturan syariah. Prinsip tauhid menurunkan konsep penting Khifalah dan Keadilan atau Keseimbangan (al-‘adl wal ihsan). Para stakeholder sebagai khalifah Allah mempunyai tugas untuk menegakkan prinsip keadilan distributif melalui proses permusyawaratan. Unsur musyawarah memberikan seluas mungkin partisipasi stakeholder dalam urusan negara, termasuk juga perusahaan baik secara langsung atau melalui wakil- wakilnya (Najmuddin, 2011, h 54-56).

Tauhid dalam ajaran Islam merupakan suatu yang sangat fundamental dan bahkan misi utama para Rasul Allah kepada umat manusia adalah dalam rangka penyampaian (tabliq) ajaran tauhid, yaitu menghimbau manusia untuk mengakui

(36)

kedaulatan tuhan serta berserah diri kepada-Nya. Prinsip tauhid dalam ekonomi syariah sangat esensial sebab prinsip ini mengajarkan kepada manusia agar dalam hubungan kemanusiaannya (hubungan horisontal), sama pentingnya dengan hubungan dengan Allah (hubungan vertikal). Dalam arti manusia dalam melakukan aktivitas ekonominya didasarkan pada keadilan sosial yang bersumber kepada Al-qur’an (Amiruddin, 2014, h 38-39).Sebagaimana firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 38:







Terjemahannya:

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah".

Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang bertawakal berserah diri.”

Sementara itu beberapa prinip islam yang mendukung bagi terlaksananya GCG atau tata kelola di dunia perbankan adalah prinsip-prinsip syariah. Prinsip- prinsip tersebut merupakan bagian dari sistem syariah. Pelaksanaan sistem syariah

(37)

pada perbankan syariah dapat diliha dari 2 (dua) prespektif yaitu prespektif mikro daan makro. Nilai-nilai syariah dalam prespektif maikro menghendaki bahwa semua dana yang diperoleh dalam sistem perbankan syariah dikelolah dengan integritas tinggi dan sangat hati-hati, nilai-nilai itu meliputi:

1. Shiddiq

Memastikan bahwa pengelolaan Bank Syariah dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Nilai ini mencerminkan bahwa pengelolaan dana masyarakat akan dilakukan dengan mengedepankan cara-cara yang diperkenankan (halal) serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat)terlebih lagi yang bersifat dilarang (haram).

2. Tabligh

Secara berkesinambungan melakukan sosialisai dan mengedukasimasyarakat mengenai rinsip-prnsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam melakukan sosial sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah.

3. Amanah

Menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelolah dana yang diperoleh dari pemilik dana (sahibul maal) sehingga timbul rasa saling percaya antara pihak pemilik dana dan pihak pengelolah dana investasi (mudharib).

4. Fatanah

(38)

Memastikan bahwa pengelolaan bank dilakukan secara profesional dan kompetitif sehinga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat risiko yang ditetapkan oleh bank. Termasuk didalamnya dalah pelayanan yang penuh dengan kecermatan dan kesantunan serta penuh rasa tanggung jawab (mas’uliyah).

Dalam prespektif makro, milai-nilai syariah menghendaki perbankan syariah harus berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dengan memenuhi hal- hal sebagai berikut:

a. Kaidah Zakat, mengkondisian perilaku masyarakat yang lebih menyukai berinvestasi dibandingkan hanya menyimpan hartanya. Hal ini dimungkinkan karena zakat untuk investasi dikenakan hanya pada hasil investasi sedangkan zakat bagi harta simpanan dikenakan atas pokoknya.

b. Kaidah pelarangan riba, meganjurkan pembiayaan bersifat bagi hasil (equity based financing) dan melarang riba. Diharapkan produk-produk non riba ini akan mendorong terbentuknya kecenderungan maasyarakat untuk tidak bersikap memastikan dan bergeser kearah sikap berani menghadapi risiko.

c. Kaidah pelarangan judi atau maisir tercermin dari kegiatan bank yang melarang investasi yang tidak memiliki kaitan dengan sektor rill. Kondisi ini akan membentuk kecenderungan masyarakat untuk menghindari spekulasi disalam aktivitas investasinya.

(39)

d. Kaidah pelarangan gharar (uncertainty), mengutamakan transparansi dalam bertransaksi dan kegiatan operasi lainnya dan menghindari ketidakjelasan.

Kedua prespektif tersebut mencerminkan nilai-nilai syariah pada Perbankan Syariah. Nilai-nilai tersebut juga mnejadi karakteristik yang khas pada Bank Syariah (Umam, 2016, h 191-192).

Peran dewan pengawas syariah dalam mewujudkan tata kelola yang baik.

Dewan pengawas syariah (DPS) adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan prinsip syariah. Hasil pengawasan DPS disampaikan kepada Otoritas jasa keuangan setiap semester.

Sesuai dengan Otoritas Jasa Keuangan No. 30/POJK.05/2014 tentang Tata kelola Perusahaan yang baik bagi perusahaan pembiayaan, ada beberapa ketentuan tentang Dewan Pengawas Syariah.

1. DPS adalah orang yang ahli di bidang syariah, diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan dituangkan dalam akta notaris setelah lulus penilaian kemampuan dan kepatuan.

2. DPS memiliki tugas dan wewenang untuk memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi aspek syariah kegiatan operasional perusahaan perbankan syariah atau UUS serta sebagai wakil perusahaan pembiayaan syariah atau UUS pada Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

(40)

3. DPS tidak diperkenankan melakukan rangkap jabatan sebagai anggota Direksi atau Dewan Komisaris pada perusahaan pembiayaan yang sama.

Serta dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai anggota direksi, anggota Dewan Komisaris, atau anggota DPS pada lebih dari 4 (empat) lembaga keuangan syariah lainnya.

4. Memiliki etika untuk bertindak dengan itikad baik, jujur dan profesional serta mampu bertindak untuk kepentingan perusahaan pembiayaan syariah, UUS dan/ atau pemangku kepentingan lainnya.

5. Melaksanakan tugas pengawasan dan pemberian nasihat serta saran kepada direksi agar kegiatan perusahaan syariah atau UUS sesuai dengan prinsip syariah yang meliputi kegiatan pembiayaan syariah, akad pembiayaan syariah yang dipasarkan, praktik pemasaran pembiayaan syariah yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan syariah dan UUS.

6. DPS wajib meneyelenggarakan rapat DPS secara berkala paling sedikit 6 (enam) kali dalam 1 (satu) tahun, kemudian hasil rapat DPS sebagaimana dimaksud pada ayat wajib dituangkan dalam rrisalah rapat DPS dan didokumentasikan dengan baik. Jumlah rapat DPS yang telah diselenggarakan dan jumlah kehadiran masing-masing anggota DPS harus dimuat dalam laporan penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik.

7. Anggota DPS dilarang melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dengan kegiatan perusahaan pembiayaan syariah dan UUS tempat anggota Dewan Pengawas Syariah dimaksud menjabat;

memanfaatkan jabatannya pada DPS dan UUS tempat anggota DPS

(41)

dimaksud menjabat untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan perusahaan pembiayaan syariah dan UUS tempat anggota DPS dimaksud menjabat, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

8. Dalam hal DPS menilai terdapat kebijakan atau gindakan anggota Direksi yang terkait dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, DPS wajib meminta penjelasan kepada anggota Direksi atas kebijakan atau tindakan anggota direksi yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Ketika direksi menolah hasil penilaian DPS wajib melaporkan secara lengkap dan komprensif kepada OJK dan ditembuskan kepada direksi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak penjelasan anggota direksi diterima oleh DPS. Ketika direksi menerima hasil penilaian, DPS meminta direksi untuk melakukan perbaikan terhadap kebijakan atau tindakan anggota direksi tersebut agar sesuai dengan prinsip syariah.

(Rusdiyanto,Susetyorini dan Umi, 2019: h. 6-7)

E. Perbedaan Good Corporate Governance Pada Bank Konvensoional dan Bank Syariah

Perbedaan GCG Bank Konvensional dan Bank Syariah ebagai berikut:

(Jamilah Nasution : 2010, h 36) 1. Kovensional

(42)

a. Pada bank Konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah memperoleh imbalan berupa bungan simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman.

Dilain pihak kepentingan pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bungan yang rendah. Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi antagonisme yang sulit di harmoniskan. Dalam hal ini Bank Konvensional berfungsi sebagai perantara saja

b. Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan bertolak belakang

c. Sistem Bunga

1) Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank.

2) Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang yang dipinjamkan.

3) Jumlah bayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik.

4) Eksistensi bungan diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama islam.

5) Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

2. Bank Syariah

(43)

a. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran islam.

b. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah sesuai ajaran islam.

c. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank d. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan pada prinsip

keadilan, kesedrajatan, dan prinsip ketentraman antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabah atas jalannya usaha bank syariah.

e. Prinsip bagi hasil

1) Penentuan besarnya rseiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

2) Besarnya nisbah bagi hasil didasarkan kepada jumlah keuntungan yang diperoleh.

3) Jumlah pembagian hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

4) Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.

5) Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

(44)

F. Perbankan Syariah

Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 bahwa bank syariah adalah bank umum yang melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah islam, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bagi bank asing yang melakukan usahanya berdasarkan prinsip syariat islam (Rivail dan Alvian, 2010, h 30).

Penerapan prinsip syariah dalam kegiatan keuangan awalnya dilaksanakan di sektor perbankan yang ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991, sebagai bank umum pertama kali yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsipbagi hasil. Introduksi bank berdasarkan prinsip bagi hasil dalam hukum positif adalah melalui Undang-Undang Nomor7 tahun 1992 tentang perbankan dan peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Penerapan prinsip syariah dalam perbankan semakin dipertegas dengan terbitnya Unang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Undang-Udang ini mempertegas, bahwa bank beerdasarkan pengelolaanya terdiri dari bank konvensional dan bank berdasarkan prinsip syariah. Berbeda dengan undang-undang sebelumnya, UU No.10/998 menganut sistem perbankan ganda (dual banking system), yaitu suatu sistem yang memperbolehkan bank umum konvensional memberikan layanan syariah melalui melali mekanisme Islamic Window dengan terlebih dahulu memberentuk Unit Usaha Syariah (UUS).

(45)

Pemberian layanan syariah juga semakin dipermudah dengan diperkenalkannya konsep office channelin, yakni semacam counter layanan syariah yang terdapa di Kantor Cabang/ Kantor Cabang Pembantu Bank Konvensional yang sudah memiliki UUS. Hal demikian dapat kita temukan dalam PBI No. 8//3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan kegiatan usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Oleh Bank Umum Konvensional.

Produk bank syariah terdiri dari produk penghimpun dana (funding), prroduk penyaluran dana (lending/financing), jasa (service), dan produk di bidang sosial. Di era UU No. 10/1998 secara teknis mengeai produk mengacu pada PBI N. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah (Muhammad, 2019, h 230-231)

G. Prinsip-prinsip Tentang Perbankan Syariah

Di dalam mengoperasionalkan perbankan syariah dikenal beberapa prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan usaha perbankan syariah. Adapun prinsip- prinsip tersebut pada garis besarnya sebagai berikut:

1. Prinsip kepercayaan dan prinsip kehati-hatian pengelolaan kegiatan usaha perbankan syariah

Salah satu misi perbankan adalah menerima simpanan baik berupa giro, tabungan, dan deposito. Dana ini dibutuhkan bank dalam menjalankan usahanya, yang tindak mungkin hanya diandalkan dan modal bank sendiri. Untuk itu, dalam

(46)

rangka menarik dana segar dari masyarakat, bank pun terus melakukan pembaharuan dalam menawarkan jasa perbankan. Selain itu bank sebagai salah satu komponen dalam menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional dalam menjalankan usahanya memerlukan kepercayaan masyarakat.

(Abdul Ghofur Anshori: 2008, h 190 )

Kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank. Oleh sebab itu baik pemilik dan pengelola bank maupun otoritas yang terlibat dalam pengaturan pengawasan bank harus dapat mewujudkan kepercayaan masyarakat dengan penjaminan seluruh kewajiban bank.

Menurut Nindyo Pramono, bank wajib mempunyai keyakinan berarti bank wajib secara hati-hati memutuskan untuk memberikan kredit kepada nasabah debitur karena dana yang disalurkan melalui kredit tersebut adalah dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya. Menerapkan prinsip-prinsip kehati- hatian secara tidak langsung berarti memelihara kepercayaan yang diberikan oleh nasabah kepada bank (MenurutNindyoPramono: 2005,h 162)

Meskipun pengaturan dalam peraturan perundang-undangan mengenai prinsip kepercayaan ini ditunjukkan secara khusus kepada perbankan, akan tetapi secara mutatismutandis juga dapat diterapkan dalam operasional lembaga keuangan bukan bank atau lembaga pembiayaan. Tidak adanya jaminan dalam produk yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan misalnya, menunjukkan

(47)

bahwa pada hakikatnya lembaga tersebut juga telah menerapkan prinsip kepercayaan ini disisi penyaluran dana.( Agustina Erlina : 2010, h 210)

2. Prinsip-Prinsip Akad Pengelolaan Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Implementasi prinsip akad pada kegiatan usaha atau operasional perbankan syariah sebagai berikut:

Kegiatan penghimpunan dana.

a) Kegiatan penghimpunan dana dapat ditempuh oleh perbankan melalui mekanisme tabungan, giro, serta deposito. Khusus untuk perbankan syariah, tabungan dan giro dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tabungan dan giro didasarkan pada akad wadiah, serta tabungan dan giro yang didasarkan pada akad mudharabah.

Sedangkan khusus deposito hanya memakai akad mudharabah, karena deposito memang ditujukan untuk kepentingan investasi.

b) Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat (lending) dapat:

ditempuh oleh bank dalam bentuk murabahah, mudharabah, [musyarakah, ataupun qard. Bank sebagai penyedia dana akan mendapatkan imbalan dalam bentuk margin keuntungan untuk murabahah, bagi hasil untuk mudharabah dan musyarakah, serta biaya administrasi untuk qard.

c) Jasa bank Kegiatan usaha bank dibidang jasa dapat berupa penyediaan bank garansi (kafalah), Letterof Credit (L/C), Hiwalah, Wakalah, dan jual beli valuta asing.

(48)

Berdasarkan pada ketentuan Pasa l3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, operasionalisasi maupun produk bank syariah dalam kegiatan penghimpunan dana, penyaluran, dan pelayanan jasa terdiri dari:

a) Dalam kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan akad Wadi[ah dan Mudharabah

b) Dalam kegiatan penyaluran dana berupa Pembiayaan dengan menggunakan akad Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna[, Ijarah, Ijarah Muntahiya Bitamlik dan Qard c) Dalam kegiatan pelayanan jasa dengan mempergunakan antaralain

akad Kafalah, Hawalah, dan Sharf. ( Mardani: 2008, h 36 )

(49)

H. Kerangka Fikir

`

Bank BNI Syariah

Good Corporate Governance

Professional Accountability

Responsibility Transparancy

Shariah Enterprise Theory

Pertanggungjawaban Vertikal VerJawaban

Pertanggungjawaban Horisontal

Fairness

Pengelolaan Perusahaan Berdasarkan Konsep Good

Corporate Governance

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka fikir  …………………………………37
Tabel  1.1  Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ……………………..5

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa pola komunikasi yang ada dalam proses belajar mengajar. terdiri dari tiga jenis,

Data Kategori pada halaman ini berfungsi untuk menentukan barang sesuai dengan kategori mobilnya, didalamnya terdapat tombol aksi upload untuk menambah data

Umumnya microcontroller pada papan Arduino telah memuat sebuah program kecil yang akan menyalakan LED tersebut berkedip-kedip dalam jeda satu detik.. Jadi sangat mudah

(4) Tim Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memiliki tugas melakukan penilaian kinerja dengan cara melakukan evaluasi hasil kerja, capaian kinerja

C-Organik penting untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik agregat dan air

Hubungan penurunan berat badan dalam gram ( X ) selama masa pemulihan dengan produksi telur sesudah program luruh bulu dalam % hen-day (HD), ( Y ), digambarkan oleh persamaan

[r]

Dari identifikasi ketiga karakteristik, yaitu: motif koloni, bentuk, dan ukuran sporangium, serta gejala fisik pada tanaman, menunjukkan bahwa keempat spesies cendawan patogen