VERTIGO PERIFER
LAPORAN KASUS RAWAT INAP
Disusun Oleh :
Ajeng Widyapsari 112021114
Pembimbing
dr. Dian Anggia Sriwijiati, Sp.S
RS BHAYANGKARA H.S SAMSOERI MERTOJOSO DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA PERIODE 23 MEI –25 JUNI 2022
Identitas Pasien
a) Nama : Tn I b) Umur : 74 tahun c) Jenis Kelamin : Laki-laki
d) Alamat : Jln. Bungurasih Utara 64 Waru, Sidoarjo e) Status Pernikahan : Menikah
f) Status Pendidikan : -
g) Pekerjaan : Pensiunan TNI h) Agama : Islam
i) Tanggal Masuk : 2 Juni 2022
j) No RM : 00218896
Pasien datang ke IGD diantar menantunya.
II. SUBJEKTIF
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada hari Kamis, 2 Juni 2022 jam 06.33 di Ruang Flamboyan.
Keluhan Utama
Pasien mengeluh pusing berputar sejak 2 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien di bawa oleh menantunya ke IGD RS Bhayangkara Surabaya pada tanggal 2 Juni 2022 jam 05.34 dengan keluhan pusing berputar disertai mual dan muntah. Pasien mengatakan pusing berputar pertama kali dirasakan saat sedang perjalanan jauh dari Boyolali ke Solo sekitar 1 bulan yang lalu. Selama perjalanan tersebut, pasien terus mual muntah sehingga terpaksa dilarikan ke IGD rumah sakit terdekat. Hal tersebut menyebabkan pasien dirawat selama 3 hari di RS tersebut dan mendapat diagnosis vertigo dari dokter yang menanganinya. Ketika tiba di IGD, didapatkan GCS 4,6,5 dengan TD 150/70, denyut nadi 80x/ menit, nafas 20x/ menit, suhu 36°C. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya rasa nyeri, gatal dan rasa terbakar dibagian kulit abdomennya. Lesi berupa luka lepuh kemerahan dan ada yang sudah mengering sebagian.
Pasien mengaku tidak ada keluhan batuk karena sering merokok namun hasil foto thorax menunjukkan diagnosis PPOK. Pasien alergi terhadap obat efedrin, telur dan seafood.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat vertigo sekitar 1 bulan yang lalu sehingga terpaksa dirawat di RS.
Tidak mempunyai riwayat penyakit kronis namun ada alergi obat efedrin, telur dan seafood.
Riwayat Keluarga
Pada keluarga tidak ada yang memiliki riwayat stroke, hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, TBC atau riwayat operasi. Namun 1 anak laki-laki pasien mengaku ada riwayat vertigo seperti ayahnya.
Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi
Diketahui pasien tinggal bersama anak perempuannya. Saat ini kegiatan pasien lebih banyak di rumah karena sudah tidak bekerja (pensiun TNI). Pasien ada riwayat merokok. Pasien datang ke rumah sakit menggunakan BPJS.
II. OBJEKTIF
A. Status Generalis
i. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
ii. Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6) iii. Tanda-tanda vital :
1. Tekanan Darah : 150/70 mmHg 2. Nadi : 80 kali / menit 3. Pernapasan : 20 kali / menit 4. Suhu : 36°C
5. Sp02 : 98%
iv. Kepala : normocephali, tidak ada lesi, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
v. Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB, tidak tampak adanya lesi maupun benjolan.
vi. Thorax (cor, pulmo) : auskultasi paru suara nafas vesikuler +/+
vii. Abdomen : auskultasi normoperistaltik viii. Ekstremitas : sianosis (-), edema (-)
B. Status Psikis
Cara berpikir : Koheren, spontan
Perasaan hati : Euthymia
Tingkah laku : Tampak tenang
Ingatan : Jangka pendek-panjang baik
Kecerdasan : Tidak dievaluasi
C. Status Neurologis
• Kepala
Bentuk : Normocephali
Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
Simetris : Simetris
• Leher
Sikap : Normal
Pergerakan : Normal
• Rangsang meningeal
Kaku kuduk : Tidak dilakukan
Brudzinski : Tidak dilakukan
Laseque : (-)
Kernig : (-)
N. I
(olfactorius) Kanan Kiri
Subjektif Normal Normal
Dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N II (opticus) Kanan Kiri
Tajam
penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III
(oculomotorius) Kanan Kiri
Pergerakan bulbus Normal Normal
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Exothalmus Tidak ada Tidak ada
Bentuk pupil Bulat, isokor Bulat, isokor
Refleks sinar Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N.IV ( trochlearis) Kanan Kiri Pergerakan
kebawah-keluar Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Sikap bulbus Normal Normal
N.V (Trigeminal) Kanan Kiri
Membuka mulut Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Normal Normal
N.VI (abdusen) Kanan Kiri
Pergerakan ke lateral Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Sikap bulbus Normal Normal
N. VII (facialis) Kanan Kiri
Kerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Memperlihatkan gigi + +
Bersiul Tidak dilakukan Tidak dilakukan Perasa muka lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mencucu bibir Normal Normal
N.VIII (vestibulocochlearis) Kanan Kiri
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara berisik Dengar Dengar
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.IX
(glossofaringeal) Kanan Kiri
Perasa belakang lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan Pharynk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.X (vagus) Kanan kiri
Arcus pharynk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Bicara Normal Normal
Menelan Normal Normal
Nadi Normal Normal
N.XI (aksesorius) Kanan kiri
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan
kepala Normal Normal
N.XII (hipoglossus) Kanan Kiri
Pergerakan lidah Normal Normal
Tremor lidah Tidak ada Tidak ada
Artikulasi Normal Normal
Badan a. Motorik
Respirasi : Spontan
Duduk : Normal
Bentuk Kolumna Vertebralis : Normal Pergerakan Kolumna Vertebralis : Normal b. Sensibilitas
Taktil : Tidak dilakukan
Nyeri : Normal
Thermi : Tidak dilakukan
Lokalisasi : Normal c. Refleks
Refleks dinding perut : Tidak dilakukan Refleks kremaster : Tidak dilakukan
Anggota Gerak Atas
a. Motorik
b. Sensibilitas
c. Refleks
Kanan Kiri
Pergerakan Normal Normal
Kekuatan +5 +5
Tonus Normal Normal
Atrofi Normotrofi Normotrofi
Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Normal Normal
Lokalisasi Normal Normal
Kanan Kiri
Biceps +2 +2
Triceps +2 +2
Brachioradialis +2 +2
Hoffman-trommer Negatif Negatif
Anggota Gerak Bawah a. Motorik
b. Sensibilitas
c. Refleks
Kanan Kiri
Pergerakan Normal Normal
Kekuatan +5 +5
Tonus Normal Normal
Otot Normal Normal
Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Normal Normal
Lokalisasi Normal Normal
Kanan Kiri
Patella +2 +2
Achilles +2 +2
Babinski Negatif Negatif
Chaddock Negatif Negatif
Koordinasi dan Keseimbangan
Gerak Abnormal
Fungsi Luhur Orientasi
Tempat: Normal Waktu: Normal
Orang: Normal Situasi: Normal
Afasia : Negatif
Cara berjalan Tidak dilakukan Tandem gait Tidak dilakukan Tes Romberg Tidak dilakukan
Tremor -
Athetosis -
Miokloni -
Khorea -
Kesimpulan pemeriksaan rontgen thorax:
- Corakan bronkovaskuler meningkat di kedua lapang paru
- Elongasi aorta
Kesimpulan pemeriksaan EKG:
Normal
Resume
Pasien di bawa oleh menantunya ke IGD RS Bhayangkara Surabaya pada tanggal 2 Juni 2022 jam 05.34 dengan keluhan pusing berputar disertai mual dan muntah SMRS. Keluhan diawali karena ada riwayat melakukan perjalanan Boyolali-Solo sekitar 1 bulan yang lalu. Karena keluhan tak kunjung membaik pasien terpaksa dirawat selama 3 hari di RS terdekat dan didiagnosis vertigo oleh dokter yang menanganinya. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya rasa nyeri, gatal dan rasa terbakar dibagian kulit abdomennya. Lesi berupa luka lepuh kemerahan dan ada yang sudah mengering sebagian. Dari kebiasaan merokok dan setelah dilakukan rontgen thorax, pasien juga didiagnosis PPOK karena terdapat gambaran corakan bronkovaskuler meningkat dikedua lapang paru. Pasien alergi terhadap obat efedrin, telur dan seafood.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, GCS E4M6V5, tekanan darah 150/70 mmHg. Pemeriksaan motorik kekuatan otot 5/5/5/5. Refleks fisiologis +2 dan refleks patologis negatif. Pemeriksaan saraf kranialis dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan didapatkan peningkatan pada MCHC, leukosit dan jumlah limfosit. Pemeriksaan EKG normal. Pemeriksaan Foto Thorax AP Lateral: corakan bronkovaskular meningkat.
V. Assesment
Diagnosis
a. Diagnosis Klinis : Pusing berputar, nausea, vomitus b. Diagnosis Topis : Organ vestibularis
c. Diagnosis Etiologis : Vertigo perifer VI. Planning
Terapi :
Non Farmakologi : - Tirah baring
- Kurangi aktivitas fisik berat - Edukasi pasien dan keluarga
Farmakologi : Inf. Futrolit 14 TPM Inj. Dipenhidramin 3x1 Drip vivena 1x1
Inj ondan extra
PO betahistine 2x24 mg Valisanbe 2x2 mg
Acyclovir 5x800 mg/ hari
VII. Prognosis
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad sanationam : Dubia ad malam
c. Ad function : Dubia ad bonam
Tinjauan
Pustaka
Anatomi
Sistem vestibular terletak pada tulang temporal telinga dan terdiri dari:
○ Labirin: terdiri dari utrikulus sakulus dan tiga kanalis semisirkularis yang mempunyai reseptor dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Impuls reseptor labirin
membentuk lengkung reflex yang berfungsi untuk mengkoordinasikan otot ekstrakuler, leher dan tubuh sehingga keseimbangan tersebut tetap terjaga pada segala posisi dan pada
pergerakan kepala.
○ Saraf vestibulokochlearis: berasal dari batang otak yang membawa serabut aferen somatic khusus dari saraf vestibularis untuk keseimbangan dan pendengaran. Impuls ini berjalan pada kedua saraf melalui kanalis auditorius interna kemudian menembus ruang subarachnoid
menuju nuchleus vestibularis di batang otak.
○ Nucleus vestibularis: terletak di batang otak dan akan menghantarkan impuls menuju serebelum sebagai sistem proprioseptif yang mengatur sikap atau posisi tubuh,
keseimbangan dan koordinasi gerakan otot yang disadari.
○ Serebelum (otak kecil): bagian dari sistem saraf pusat yang terletak diatas batang otak yang memiliki fungsi utama sebagai mengontrol gerakan dan keseimbangan serta membantu belajar dan mengingat kemampuan motorik.
Fisiologi
● Vertigo adalah sensasi abnormal berupa gerakan berputar.
● Pada penderita vertigo harus dipikirkan apakah vertigo tersebut tipe sentral (misalnya stroke) atau perifer (BPPV/ Benign Positional
Paroxysmal Vertigo).
2Definisi
Prevalensi angka kejadian vertigo perifer (BPPV) di Amerika Serikat adalah 64 dari 100.000 orang dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%). BPPV diperkirakan sering terjadi pada usia rata-rata 51- 57,2 tahun dan jarang pada usia dibawah 35 tahun tanpa riwayat
trauma kepala.
Epidemiologi
Pada vertigo tipe perifer, etiologinya idiopatik. Biasanya vertigo jenis perifer berhubungan dengan manifestasi patologis di telinga.
2Beberapa penyebab vertigo perifer:
Idiopatik 49%, trauma 18%, labirintitis viral 15%, lain-lain (sindrom Meniere 2%, pasca operasi telinga 2%, pasca operasi non telinga 2%, ototoksisitas 2%,
otitissifilitika 1% dan lainnya 3%).
Beberapa faktor predisposisi lain yang mencetuskan terjadinya vertigo adalah:
● Kurangnya pergerakan aktif, sehingga saat mengalami perubahan posisi mendadak akan timbul sensasi vertigo.
● Alkoholisme akut
● Pasca operasi mayor
Etiologi dan Faktor Risiko
Patofisiologi
Beberapa teori diantaranya:
○ Teori rangsangan berlebihan (overstimulasi)
○ Teori konfiks sensoris
○ Teori Neural mismatch
○ Teori ketidakseimbangan saraf motorik
○ Teori sinaps
Gejala Klinis
• Pada umumnya penderita akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan yang berputar.
• Selain itu biasa terjadi dalam satu menit atau jam, dapat bersifat konstan atau episodik (kadang-kadang).
• Ada pula yang merasakan teling berdenging, gangguan penglihatan, lemah bicara atau sulit berjalan.
Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non
Vestibular
Karakteristik Vertigo vestibular Vertigo non-vestibular
Waktu Episodic Konstan
Sifat Berputar Melayang
Faktor pencetus Gerakan kepala, perubahan posisi
Stress, hipertensi Gejala penyerta Mual, muntah, tuli, tinnitus Gangguan mata, gangguan
somatosensorik
Karakteristik V. Vestibular Perifer V. Vestibular Sentral
Onset Tiba-tiba, onset mendadak Perlahan, onset gradual
Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan
Frekuensi Biasanya hilang timbul Biasana konstan
Intensitas Berat Sedang
Mual muntah Tipikal Seringkali tidak ada
Diperparah perubahan posisi kepala Ya Kadang tidak berkaitan
Usia pasien Berapapun, biasanya muda Usia lanjut
Gangguan status mental Tidak ada atau kadang-kadang Biasanya ada
Defisit nervi cranial atau cerebellum Tidak ada Kadang disertai ataxia
Pendengaran Seringkali berkurang atau dengan tinnitus
Biasanya normal
Nistagmus Nistagms horizontal dan rotatoar;
ada nistagmus fatigue 5-30 detik
Nistagmus horizontal atau vertical;
tidak ada nistagmus fatique
Penyebab Meniere’s disease Labyrinithys Positional vertigo
Massa cerebellar/ stroke Encephalitis/ abscess otak Insufisiensi A. Vertebral
Neuroma akustik Sklerosis multiple
● Apakah terdapat pengaruh perubahan sikap?
● Apakah terdapat kondisi lain selain perubahan posisi yang dapat membuat sensasi vertigo bertambah berat?
● Apakah terdapat disorientasi?
● Apakah gangguan penglihatan hanya terjadi saat bergerak?
● Pencetus
● Awitan
● Apakah terdapat gejala defisit neurologis fokal seperti penglihatan ganda, gangguan menelan, disartri atau kelemahan motorik?
Anamnesis
● Nistagmus
● Pemeriksaan neurologis dengan perhatian khusus ada:
● Posturografi: tes Romberg yang dipertajam, past-pointing test, Manuver Nylen-Barany atau Dix-Hallpike.
● Test kalorik
● Saraf-saraf cranial
● Fungsi motorik dan sensorik
Pemeriksaan Fisik
● Laboratorium: darah lengkap, profil lipid, asam urat dan hemostasis.
● Foto rontgen servikal.
● Neurofisiologi sesuai indikasi: EEC (elektroensefalografi), ENG
(elektronistagmografi), EMC (elektromiografi), BAEP (Brain Auditory Evoked Potential) dan audiometri.
● Neuroimaging: CT scan, MRI, arteriografi.
Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan vertigo dapat berbeda-beda walaupun dengan gejala yang sama, tergantung pada jenis vertigo dan letak lesinya. Terapi vertigo terdiri dari:
○ Terapi kausal
○ Terapi simptomatik
○ Terapi rehabilitatif
Tatalaksana
Pada fase akut dapat diberikan obat golongan antihistamin dicampur dengan diazepam untuk menghilangkan rasa cemas dan vertigo dan untuk mual dan muntah dapat diberikan antiemetic seperti proklorperasin.
Pemilihan obat tergantung pada efek obat bersangkutan, beratnya vertigo dan fasenya.
Obat-obat untuk vertigo:
● Ca-entery blocker : Flunarisin (sibelium) 3x5-10 mg/ hari.
● Antihistamin : Cinnarizine 3x25 mg/ hari, dimenhidrinat (Dramamine) 3x50 mg/hari.
● Histaminik : Betahistine (merislon) 3x8 mg.
● Fenotiaine : Chlorpromazine (largaktil) 3x 25 mg/hari
● Benzodiazepine: Diazepam 3x2-5 mg/hari.
● Antiepileptic: Carbamazepine (tegretol) 3x200 mg/hari, fenitoin (dilantin) 3x100 mg (bila ada tanda kelainan epilepsy dan kelainan EEG)
● Campuran obat-obatan diatas
● Pengobatan simptomatik otonom (muntah): metoclopramide (primperan, raclonid) 3x10 mg/hari
● Untuk mempercepat penyembuhan program rehabilitasi berupa vestibular exercise (metode Brant-Daroff, Latihan visual-vestibular, gait exercise) harus segera diberikan begitu keluhan berkurang.
● Tujuan latihan tersebut adalah untuk melatih mata dan otot tubuh dengan koordinasi dari sentral untuk menggunakan rangsangan visual dan proprioseptif mengkompensasi rangsang vestibular yang hilang.
Terapi Rehabilitatif
Pada pasien yang masih berbaring:
a. Melirik ke atas, ke bawah, ke samping kiri, kanan, selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang digerakkan pada jarak 30 cm, mula-mula lambat makin lama makin cepat
b. Gerakan kepala fleksi dan ekstensi makin lama makin cepat, mata buka dan mata tutup
Pada pasien yang sudah bisa duduk:
c. Gerakan kepala dengan cepat ke atas dan ke bawah sebanyak 5 kali, lalu tunggu 10 detik sampai vertigo hilang, ulangi latihan sebanyak 3 kali
d. Gerakan kepala menatap ke kiri, kanan, atas, bawah selama 30 detik kembali ke posisi biasa selama 30 detik, ulangi latihan sebanyak 3 kali
e. Sambil duduk membungkuk dan mengambil benda yang diletakkan dilantai
B. Latihan Visual Vestibuler
Pada pasien yang sudah bisa berdiri/
berjalan:
a. Sambil berdiri gerakan mata, kepala seperti latihan sebelumnya
b. Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata terbuka dan tertutup
C. Latihan Berjalan
a. Jalan menyebrang ruangan dengan mata terbuka dan mata tertutup
b. Berjalan tandem dengan mata terbuka dan tertutup bergantian. Lali jalan tandem dengan kepala menghadap ke c. Jalan turun naik pada lantai miring atau undakan, mata atas
tertutup dan terbuka bergantian
d. Jalan mengelilingi seseorang sambil melempar bola e. Olahraga bowling, basket dan jogging