• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN DAN PEMANFAATAN PENAMPUNG AIR HUJAN SKALA UNIT RUMAH DI PERUMAHAN LABUHAN ALAM RESIDENCE BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERENCANAAN DAN PEMANFAATAN PENAMPUNG AIR HUJAN SKALA UNIT RUMAH DI PERUMAHAN LABUHAN ALAM RESIDENCE BANDAR LAMPUNG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

9

PERENCANAAN DAN PEMANFAATAN PENAMPUNG AIR HUJAN SKALA UNIT RUMAH DI PERUMAHAN LABUHAN ALAM RESIDENCE BANDAR LAMPUNG

Anwar

Fakultas Teknik Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai minakshaka2013@gmail.com

Abstract.Availability of clean water is not comparable with population growth, so that strategies to provide clean water and and needed. One of the strategy is to use a rainwater tank. The purpose of this research was to calculate volume of rainwater tank for home scale and to modify simple filtratiom tool for improving rainwater quality. This research began with teh data collection of maximum daily rainfall data and rainwater quality. Rainfall data was used to determine the dimension of rainwater tank that was simulated using the water balance. Rainwater that has been filtered using a simple filter then its quality was tested.

Rainwater could be utilized if the quality meets tha class II quality standard. Filter materials were sponges, cottons, fibers, gravels, activated carbons, and zeolites. The simulated rainwater tank capacity using water balance were 250lt, 330lt, 500lt, 1,000lt, 1,500lt, 2,000lt, 2,500lt, and 3,000lt. The volume of the selected rainwater tank was 330lt based on the average needs fulfillment. Simple filter modification could increase the physical quality of the rainwater with the arrangement and the specified thickness.

Key words: Domestic needs, Filtration, Rainwater, Rainwater tank.

Abstrak. Ketersedian air bersih tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk, sehingga perlu adanya strategi untuk menyediakan air bersih. Salah satu upaya adalah dengan meggunakan penampung air hujan. Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan volume penampung air hujan untuk skala rumah tangga dan memodifikasi alat filter sederhana untuk memperbaiki kualitas air hujan. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data berupa data curah hujan harian maksimum serta kualitas air hujan. Data curah hujan digunakan untuk menentukan dimensi penampung air hujan yang disimulasika dengan neraca air.

Air hujan yang telah disaring menggunakan filter sederhana, kemudian diuji kualitasnya. Air hujan dimanfaatkan jika kualitasnya sudah memenuhi baku mutu kelas II. Material filter yang digunakan adalah spon, kapas, ijuk, kerikil, karbon aktif, serta zeolit. Kapasitas penampung air hujan yang disimulasikan dengan neraca air adalah 250lt, 330lt, 500lt, 1000lt, 1500lt, 2000lt, 2500lt, dan 3000lt. Volume bak penampung air hujan yang terpilih adalah 330lt berdasarkan rata – rata pemenuhan kebutuhan. Modifikasi filter sederhana mampu meningkatkan kualitas fisika air hujan dengan susunan dan ketebalanyang telah ditentukan.

Kata kunci: Air hujan, Filter, Kebutuhan domestik, Penampung air hujan.

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan air bersih bagi masyarakat di perkotaan merupakan kebutuhan vital dan wajib tersedia. Hal ini merupakan bagian penting dari strategi bagian pemasaran sebuah kawasan perumahan, karena ketersediaan air merupakan bagian yang paling diperhatikan calon pembeli yang nantinya akan tinggal di lokasi tersebut. Kota Bandar Lampung saat ini

masih memiliki permasalahan terkait dengan pengelolaan air bersih. Saat ini belum seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung dapat menikmati pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM Way Rilau). Dengan demikian, sebagian besar masyarakat yang tidak masuk dalam jaringan daerah pelayanan air bersih menjadikan sumur sebagai sumber air untuk kebutuhan sehari – hari.

(2)

10

Menurut Fewkes (2012), kemampuan perlindungan sumber air secara global harus segera dilakukan untuk kebutuhan generasi mendatang. Kebutuhan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dari berbagai sumber perolehan baik yang ada di permukaan maupun di bawah permukaan bumi. Senanda dengan hal tersebut, Undang – Undang RI No. 7 tahun 2004 menjelaskan bahwa sumber daya air adalah semua air yang terdapat pada di atas , ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian air permukaan, air tanah, air hujan,dan air laut yang berada di darat.

Beberapa sumber air di bumi yang sulit mengaksesnya bahkan kualitasnya belum memenuhi standat diperlukan penanganan secara khusus.

Banyak upaya yang dapat dilakukan agar ketersediaan air bersih senantiasa terjaga, salah satunya melalui konservasi air. Prinisip utama konservasi yaitu menjaga ketersediaan air baik di musim penghujan maupun kemarau. Pada saat musim penghujan, air tidak terbuang begitu saja, sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. Usaha sederhana dapat dilakukan dalam kegiatan konservasi air.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkaji desain penampungan air hujan sebagai alternatif cadangan air yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau tentunya dengan kualitas air yang baik.

Kualitas air hujan yang jatuh tergantung dengan lokasi jatuhnya air hujan tersebut.

Pada umunya, hujan yang jatuh di daerah perkotaan cenderung akan menarik partikel debu hasil bahan bakar fosil.

Teknologi modern untuk mendapatkan air bersih dan air minum sebagai bahan baku utama yakni menggunakan air permukaan seperti air sungai, waduk, danau dan air bawah permukaan biasanya sumur.

Sumber-sumber tersebut hanya mencakup 40 % dari total air hujan (Pangestu 2014).

Hal ini menunjukkan bahwa pengumpulan air hujan memiliki potensi besar untuk

persediaan air ketika jatuh sebelum kehilangan terjadi karena penguapan, transpirasi, dan sebelum terkontaminasi secara alami atau karena kegiatan manusia (Despins 2012). Air hujan dapat lebih bermanfaat jika ditangani dengan cara dan metode yang tepat (Karolita dan Koesmartadi 2013). Perancangan penampung air hujan yang yang efektif dan efisien diperlukan sesuai dengan volume air hujan yang akan ditampung.

Kelebihan air pada bak penampungan air hujan juga dapat disalurkan menuju sumur resapan sebagai cadangan air di waktu kemarau. Atap bangunan biasanya dijadikan alat pemanenan air hujan atau rainwater harvesting (RWH) yang kemudian air dialirkan menuju bak penampungan air hujan. Hasil penampungan air hujan biasanya diaplikasikan untuk penyiraman water closet (WC) atau penyiraman tanaman, metode sederhana dalam pengurangan kebutuhan air secara public (Despins 2012). Curah hujan wilayah Kota Bandar Lampung yang tinggi dengan rata- rata curah hujan tahunan sebesar 900 - 1200 mm sehingga berpotensi untuk penerapan pemanenan air hujan.

Penampungan air hujan dapat juga sebagai upaya dalam implementasi low impact development (LID) yang dapat diterapkan pada perumahan. Selain itu Sutrisno et.al (2016) menjelaskan bahwa, pemanenan air hujan juga ikut membantu pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya yang terdapat di alam, serta mengurangi ketergantungan akan air tanah.

Perumahan Labuhan Alam Residence merupakan kawasan perumahan baru yang akan mencoba menerapkan beberapa rumah contoh untuk konsep penampungan air hujan sebagai salah satu terobosan usaha konservasi air. Diharapkan dengan awal skala rumah nantinya dapat dikembangkan menjadi skala kawasan terpadu sehingga

(3)

11

memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan lingkungan.

II. KAJIAN TEORI Pemanenan Air Hujan

Air hujan terbentuk dari hasil penguapan air di bumi yang terkondensasi menjadi butiran-butiran air dalam awan (Hamonangan 2011). Proses penguapan terjadi bersamaan dengan proses trasportasi.

Menurut Waluyo (2005) dan Lee et.al (2010), Uap air yang terkumpul akan melarutkan oksigen, nitrogen, karbondioksida, debu, dan senyawa lainnya pada proses transportasi. Air hujan yang turun biasanya mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara, hal ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (McBroom dan Beasley 2004).

Air hujan yang mencapai permukaan bumi akan masuk ke dalam pori tanah dan sebagian berubah menjadi aliran permukaan (surface runoff). Aliran permukaan terjadi jika tanah sudah tidak mampu melakukan infiltrasi karena keadaannya sudah jenuh, sehingga air hujan yang mencapai permukaan akan mengalir membentuk suatu aliran. Sebelum berubah menjadi aliran permukaan, air hujan terlebih dahulu memenuhi kebutuhan penguapan, intersepsi, dan infiltrasi.

Setiap rumah dapat membuat resapan air hujan sendiri jika halaman rumah ditunjang dengan jenis lapisan tanah yang porus. Sumur resapan dapat meresapkan air hujan ke dalam lapisan tanah dapat digunakan sebagai media pembantu untuk tanah meresap air lebih banyak. Namun perlu beberapa pertimbangan lainnya seperti penentuan lokasi yang tidak terlalu dekat dengan septik tank. Awalnya air hujan yang jatuh di atas atap disalurkan oleh talang air, kemudian turun melalui pipa mengalir ke dalam saluran khusus air

hujan. Saluran khusus air hujan ini diarahkan menuju sumur resapan, sehingga drainase di depan rumah tidak menerima limpasan air hujan dari rumah dan mengurangi beban sistem drainase perkotaan yang ada.

Pemanenan hujan yang telah dilakukan di Indonesia adalah sebagai penadah air hujan untuk memperoleh air tawar bagi kehidupan sehari-hari, terutama untuk minum. Mula-mula air hujan yang jatuh ditampung menggunakan peralatan seadanya. Kemudian seiring pertambahan waktu, pemanenan air hujan dikembangkan dengan cara mengumpulkan air hujan dari atap rumah yang kemudian dialirkan menuju bak -bak penampungan. Air yang telah ditampung digunakan secara hemat sampai hujan tiba berikutnya.

Penyediaan seperti ini lazim digunakan di daerah pantai dan pulau-pulau kecil, dengan air permukaan dan air tanah yang payau dan asin (Notodoharjo 2006). Seiring perkembangan zaman, muncul kreasi-kreasi untuk memanen air hujan secara lebih modern. Air hujan dalam bak penampungan digunakan untuk keperluan domestik yang dialirkan dengan bantuan pompa atau dialirkan secara gravitasi.

Pemanenan hujan adalah proses memanfaatkan air hujan dengan cara ditampung dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Menurut Asdak (2007) secara garis besar cara pemanenan hujan dapat dibagi kedalam dua cara, yakni dengan mengumpulkan air hujan di atas atap bangunan (roof catchment) dan dilakukan dengan mengumpulkan air hujan di atas permukaan tanah (ground catchment). Sistem pemanenan air hujan di atas permukaan tanah (land surface catchment areas) pada dasarnya merupakan metode untuk mengumpulkan air hujan (Fachrudin et.al 2015). Jumlah air hujan yang dapat dipanen di atas permukaan tanah dipengaruhi oleh

(4)

12

topografi bidang tangkapan serta kemampuan lapisan tanah dalam menahan air (Lee et. al 2010). Metode pemanenan air hujan dari atap bangunan yaitu dengan mengalirkan dan mengumpulkan air hujan dari atap bangunan.

Penampung Air Hujan

Penampung air hujan (PAH) adalah wadah untuk menampung air hujan yang digunakan sebagai air baku, yang dapat diaplikasikan serta dimanfaatkan hasilnya secara individu atau dalam skala komunal (Pangestu, 2014). Komponen penampung air hujan terdiri atas bidang penangkap air, talang, saringan, bak penampung, pipa inlet, pipa pelimpah, kran pengambil air, kran penguras, saluran pembuangan, pipa lantai, dan lantai. Namun menurut Hamonangan (2011) secara garis besar alat pemanenan hujan dari atap bangunan memiliki tiga komponen diantaranya collector, conveyor, dan storage.

Collector merupakan area tangkapan berupa atap bangunan, conveyor merupakan saluran air baik talang maupun pipa, dan storage berupa bak penyimpanan air hujan.

Bak penampung air hujan dapat diletakkan di atas tanah (Gambar 1), di bawah tanah (Gambar 2), atau dikubur setengahnya pada tanah. Bahan material atap menggunakan bahan yang tidak berpotensi menurunkan kualitas air hujan seperti penggunaan asbes serta pengecatan yang mengandung unsur yang mungkin mencemari air seperti chrome, besi atau metal.

Posisi atap tidak terhalang oleh pepohonan, sehingga tidak ada dedaunan atau kotoran hewan yang ikut mengalir melalui talang. Menurut Gould dan Nissen (1999) dalam Fewkes (2012), teknologi PAH sudah digunakan tahun 2000 sebelum Masehi di Israel, Afrika, dan India.

Terdapat bukti peninggalan sistem PAH yang digunakan di Istana Knossos di wilayah Mediteraia pada tahun 1700 SM.

Gambar 1. Konsep Penampungan Air Hujan Untuk Perumahan

(Sumber : Hayu Prabowo)

Gambar 2. Konsep Penampungan Air Hujan Untuk Perkantoran

(Sumber : Puskim.Pu.go.id)

Keuntungan dari pemanenan air hujan adalah bahan yang relatif murah dapat digunakan untuk konstruksi pembawa dan mengumpulkan air permukaan, metode konstruksi yang relatif mudah, biaya pemeliharaan rendah, air hujan yang dikumpulkan dapat langsung digunakan, dapat digunakan sebagai pasokan air bersih yang dekat dengan rumah, sekolah atau klinik, dan untuk daerah-daerah yang kekeringan dapat mengurangi waktu wanita dan anak-anak menghabiskan mengumpulkan air, mengurangi kembali strain atau cedera dari membawa berat wadah air (Despins 2012). Pemanenan hujan sangat membantu mengurangi air larian permukaan (runoff) yang berasal dari hujan (Helmreich dan Horn 2008).

(5)

13

Filtrasi Sederhana

Air hujan memiliki pH 5-7 dan konsentrasi mineral serta logam berat rendah (Untari dan Kusnandi 2015).

Filtrasi sederhana adalah teknologi penyaringan dengan berbagai macam media (multi-filter) seperti seperti kerikil, pasir, ijuk. Konsep dasar dari pengolahan air dengan filtrasi adalah memisahkan padatan dan koloid dari air dengan alat penyaring atau saringan. Alat filtrasi dapat dimodifikasi agar hasil lebih optimal menggunakan media adsorpsi seperti granular activated carbon (GAC) dan zeolit.

Padatan terlarut, mikroorganisme, mineral, dan logam berat dalam air hujan akan teradsorpsi dalam GAC dan zeolit (Cheremisinoff dan Moressi 1978).

Faktor yang mempengaruhi filtrasi salah satunya diameter media. Diameter butiran yang digunakan semakin kecil, maka semakin baik air yang dihasilkan.

Semakin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan adsorbsinya. Semakin luas permukaan adsorben (zat penyerap), maka semakin banyak adsorbat (zat terserap) yang dapat diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter media maka semakin luas permukaan adsorben. Distribusi ukuran pori mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang masuk ke dalam pertikel adsorben (Cheremisinoff dan Moressi 1978).

Penggunaan Air Untuk Rumah Tangga

Air hujan yang bisa dipanen adalah air hujan yang jatuh dan diterima oleh atap yang dihitung dengan mengalikan curah hujan harian maksimum dengan luas atap. Penentuan dimensi penampungan air hujan dapat dilakukan setelah jumlah air hujan yang diterima oleh atap diketahui.

Analisis frekuensi data hidrologi bertujuan mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas (Suripin 2004).

Analisis frekuensi diperkirakan dengan interval kejadian tertentu seperti 10 tahunan atau 100 tahunan. Beberapa persamaan yang digunakan dalam analisis distribusi frekuensi antara lain distribusi normal, distribusi Log normal, distribusi Log- Pearson III, dan distribusi Gumbel untuk periode ulang 1.25, 2, 5, 10, 20, 25, dan 50 tahun. Data curah hujan harian maksimum setiap tahun diperlukan dalam analisis frekuensi.

III. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Tempat penelitian berada di perumahan Labuhan Alam Residence Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung yang ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lokasi Rencana Penelitian (Sumber : Google Earth)

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder. Pada kajian ini adalah data curah hujan, data luas tanah dan luas bangunan perumahan. Sedangkan data literatur diperoleh dari hasil kajian pustaka, studi literatur terdahulu, wawancara dengan pihak developer.

(6)

14

Metode Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini meliputi penentuan volume air hujan berdasarkan analisis data curah hujan.

Selanjutnya dilakukan perhitungan dimensi PAH dengan menggunakan rumus pada persamaan 7 sampai dengan persamaan 10. Hasil perhitungan dimensi penampungan air hujan selanjutnya digunakan untuk simulasi neraca air.

Selanjutnya dilakukan modifikasi alat filtrasi sederhana berdasarkan data fisika air hujan sebelum dan sesudah difilter. Hasil dari kajian ini akan disimpulkan air tersebut memenuhi atau tidak untuk mutu air kelas II, jika memenuhi maka dapat dilakukan pemanenan air hujan, dan jika tidak memenuhi, maka dilakukan modifikasi filter sederhana.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Iklim tahunan dan antar tahunan di wilayah Indinesaia pada umumnya memiliki varibiltas yang cukup unik karena tidak sama untuk setiap daerah dan hal ini akan mempengaruhi pola cuaca serta curah hujannya. Secara statistik curah hujan di wilayah beriklim tropis seperti di Indonesia meruapakan salah satu parameter yang dapat menggambarkan kondisi cuaca secara umum baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Terdapat 3 pola iklim utama di wilayah Indonesia, yaitu : pola monsunal, pola ekuatorial, dan pola lokal (Tjasyono,2004). Pola curah hujan monsunal ditandai curah hujan yang bersifat unimodial (memiliki satu puncak musim hujan).

Bulan Desember, Januari dan Februari merupakan bulan basah, Bulan Juni, Juli dan Agustus merupakan bulan kering, sementara enam bulan sisanya merupakan periode peralihan pada pola curah hujan pola monsunal. Daerah yang didominasi curah hujan pola monsunal ini

diantaranya Sumatera bagian selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Hujan rerata merupakan wilayah yang dihitung dari hujan titik dari beberapa stasiun penakar hujan yang berpengaruh terhadap daerah aliran sungai (Bambang Triatmodjo, 1997). Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung hujan wilayah/daerah adalah metode Thiessen. Dalam Penelitian ini, data curah hujan adalah data hujan yang diperoleh dari pos stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Pos Hujan Labuhan Ratu, Bumi Sari, dan Stasiun Hujan Natar.

Gambar 4. Peta Stasiun Hujan yang Digunakan dalam Penelitian

Cara yang digunakan dalam perhitungan ini dengan Metode Polygon Thiessen. Stasiun-stasiun yang ada dihubungkan dengan garis lurus sehingga membentuk segitiga-segitiga, yang sebaiknya mempunyai sisi dengan panjang yang tidak terlalu berbeda. Garis berat dibuat pada sisi-sisi segitiga dengan membuat garis tegak lurus tepat di tengah- tengah sisi-sisi segitiga tersebut. Garis-garis berat tersebut membentuk poligon yang mengelilingi tiap stasiun. Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun yang berada di dekat batas DAS, garis batas DAS menjadi batas poligon.

Efisiensi bak penampungan air hujan tergantung pada volume bak penampungan

(7)

15

yang harus disediakan. Volume bak penampungan yang semakin besar akan meningkatkan nilai efisiensi pemanenan air hujan. Semakin besar kapasitas bak penampungan air hujan, maka semakin kecil volume air hujan yang menjadi limpasan akibat tidak tertampung oleh bak.

Kapasitas penampungan air hujan ditentukan dari volume rencana air hujan yang digunakan.

Terdapat enam komponen dasar yang digunakan dalam sistem pemanenan air hujan diantaranya collector (atap) yang merupakan area tangkapan air hujan, conveyor (saluran) dapat berupa talang maupun pipa, saringan daun, saluran penggelontor air hujan pertama, strorage (penyimpanan), dan komponen pemurnian atau penyaringan air (komponen ini digunakan pada sistem pemanenan air hujan sebagai sumber air minum) (Susana 2012).

Adapun perbandingan beberapa kapasitas penampung air untuk pemenuhan 50 % kebutuhan air domestik disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perhitungan Kapasitas Tampung Air dan Pemenuhan Air

Dari tabel di atas terlihat bahwa kapasitas mininum penampung air hujan yang paling optimum dalam memenuhi 50% kebutuhan domestrik untuk rumah tangga adalah 330 liter. Hal ini ditunjukkan dengan persentase rata – rata pemenuhan kebutuhan selama satu tahun mencapai 30,9 persen. Nilai ini juga sama dengan kapasitas penampungan yang lebih besar,

sehingga diputuskan untuk menggunakan tangki dengan kapasitas 330 liter.

Selanjutnya dilakukan analisis simulasi neraca air dengan menggunakan data total curah hujan tahunan.

Jika Perumahan Labuhan Alam Residence memiliki konfigurasi perumahan sebagai berikut : Tipe 45 sebanyak 30 Unit, Tipe 54 sebanyak 25 Unit, Tipe 60 sebanyak 15 Unit, dan Tipe 70 sebanyak 3 Unit, maka volume tampungan air yang dapat ditampung oleh 1 kawasan perumahan adalah sebesar 320.122 liter/tahun, kebutuhan air + tampungan sebesar 99.770 liter, serta limpasan sebesar 220.352 liter. Dengan demikian, dengan adanya tampungan air hujan dapat mereduksi limpasan rata – rata sebesar 31,16% .

V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan analisa data diperoleh bahwa

1. Curah hujan rancangan kala ulang 5 tahunan di lokasi kajian adalah sebesar 91,338 mm.

2. Kapasitas mininum penampung air hujan yang paling optimum dalam memenuhi 50% kebutuhan domestrik untuk rumah tangga adalah 330 liter.

3. Volume tampungan air yang dapat ditampung oleh 1 kawasan perumahan adalah sebesar 320.122 liter/tahun, dengan demikian, dengan adanya tampungan air hujan dapat mereduksi limpasan rata – rata sebesar 31,16%.

4. Biaya pelaksanaan dan instalasi peralatan sebesar Rp.1562.000. Biaya ini dapat dimasukkan ke dalam anggaran biaya perumahan sehingga konservasi dapat dilakukan secara nyata bagi penduduk yang akan tinggal di kawasan perumahan tersebut.

(8)

16

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah :

1. Dibutuhkan kajian lebih lanjut untuk membandingkan konsep tampungan air dengan penghematan jika menggunakan sumber air PDAM 2. Perlu dikaji lebih lanjut dimensi

tampungan air sesuai dengan luas tanah dan tipe bangunan sehingga hasilnya bisa lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah S. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air untuk Rumah Tangga.

Jakarta: Kawan Pustaka.

Daulay N, Terunajaya. 2016. Pemanenan air hujan (rain water harvesting) sebagai alternatif pengelolaan sumber daya air di rumah tangga. Jurnal Teknik Sipil.

1(1). Pp 1-8.

Fachrudin, Setiawan BI, Prastowo, Mustafril.

2015. Pemanenan air hujan menggunakan konsep zero runoff system (ZROS) dalam pengelolaan lahan pala berkelanjutan. Jurnal Teknik Sipil. 22(2). Pp 127-136.

Harsoyo B. 2010. Teknik pemanenan air hujan (rain water harvesting) sebagai alternatif upaya penyelamatan sumberdaya air di wilayah DKI Jakarta. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca. 11(2). Pp 29-39.

Hermawan E. 2010. Pengelompokan pola curah hujan yang terjadi di beberapa kawasan Pulau Sumatera berbasis hasil analisis teknik spektral. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 11(2). Pp 75-85.

Karolita M, Koesmartadi Ch. 2013.

Teknologi pemanenan air hujan pada perancangan arsitektur rumah tinggal Heinz Frick. Jurnal Tesa Arsitektur. 11(2). Pp 108-116.

Nugroho W, Purwoto S. 2013. Removal klorida TDS, dan besi pada air payau melalui penukaran ion dan filtrasi campuran zeolit aktif dengan karbon aktif. Jurnal Teknik Waktu.11(1). Pp 47-59.

Sutrisno E, Siregar YI, Nofrizal. 2016.

Pengembangan sistem pemanenan air hujan untuk penyediaan air bersih di Selatpanjang Riau.

Dinamika Lingkungan Indonesia.

3(1). Pp 1-8.

Untari T, Kusnandi J. 2015. Pemanfaatan air hujan sebagai air layak konsumsi di Kota Malang dengan metode modifikasi filtrasi sederhana. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(4). Pp 1492-1502.

Wijaya HK, Prastowo, Sapei A. Pandjaitan NH. 2014. Analisis kriteria rancangan hidraulika pada pemanfaatan air limpasan untuk air baku di kawasan perumahan. Jurnal Teknik Hidraulik. 5(1). Pp 1-98.

Yang JS, Han M, Choi J. 2010. Comparison of the microbiological and chemical characterization of harvested rainwater and reservoir water as alternative water resources. Science of the Total Environment. 408(4).

Pp 896-905.

Yulistyorini A. 2011. Pemanenan air hujan sebagai alternatif pengelolaan sumber daya air di perkotaan.

Teknologi dan Kejuruan. 34(1). Pp 105-114.

Referensi

Dokumen terkait

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.. Departemen Kesehatan

Menurut Agrios (1996), tanaman yang terserang penyakit akan melakukan perlawanan terhadap serangan patogen dan mengubah struktur anatomi, termasuk menambah

Perheen rakenteessa (lasten itsenäistyminen ja muutto kotoa) ja perhedynamiikassa tapah- tuneet muutokset olivat myös omiaan lisäämään alkoholin kulutusta haastateltavien

Pandangan hukum Islam terkait penyalahgunaan obat Tramadhol sudah sangat jelas melarang akan sesuatu yang memabukkan apalagi penyalah gunaanya secara berlebihan

Darii uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian penyandang disabilitas tubuh secara keseluruhan setelah menerima program pelayanan dan rehabilitasi sosial

kenapa laki-laki mendapatkan bagian lebih besar dari pada perempuan, pertama, semua kebutuhan perempuan dipenuhi oleh laki- laki, karena mereka berkewajiban memberi nafkah

Aspek yang diamati sesuai dengan lembar observasi meliputi (1) aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (2) interaksi mahasiswa dengan dosen

Oleh sebab itu dibuat perancangan aplikasi berbasis web pengelolaan gaji dan peminjaman kas dengan harapan dapat membantu perhitungan gaji dan angsuran peminjaman kas