• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENCERAP KEHIDUPAN BABI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENCERAP KEHIDUPAN BABI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MENCERAP KEHIDUPAN BABI

DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

Oleh:

I Gede Mahardika

NIM: 200704015 Minat Utama Seni Lukis Program Studi Seni Rupa Murni

Fakultas Seni Rupa Dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar

2013

E-mail Pencipta :dika_jojo@yahoo.co.id

ABSTRAK

MENCERAP KEHIDUPAN BABIDALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

Memahami kehidupan babi dengan melihat dan mengamati dari keunikannya dalam keberadaannya di tengah kehidupan masyarakat, secara tidak langsung menimbulkan pemahaman serta cara pandang tersendiri dalam menilai segala sesuatu yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.Dengan latar belakang dari mengamati kehidupan babi dalam masyarakat Bali pada khususnya, pencipta memiliki ketertarikan mengungkapkannya dalam wujud karya seni lukis.

Dalam mewujudkan ide serta tema-tema pada karya seni lukis, melalui proses penjajagan, percobaan, persiapan, pembentukan dan penyelesaian. Penciptaan karya seni lukis dengan mengorganisir elemen elemen serta unsur-unsur seni rupa pada bidang dua dimensi. Mengenai tema yang ditampilkan bersumber dari alam lingkungan dan pengalaman pribadi yang menarik atau membekas dalam ingatan dan memberikan kenangan sehingga karya yang tercipta sebagai sebuah catatan kehidupan pribadi.Hasil dari penciptaan ini berupa 10 karya seni lukis dengan masing-masing judul yaitu: Keserakahan, Kehidupan Berlimpah Anugerah, Lupa Diri, Pengorbanan, Kaung, Dalam Keterasingan, Dalam Pertempuran, Hidup Terhimpit, Pesan Dari Babi, Introspeksi diri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan mencerap kehidupan babi pencipta dapat memahami, mengekspresikan, memaknai keunikan babi dalam karya seni lukis.

Kata kunci : Mencerap, Babi, Kehidupan, Seni Lukis

ABSTRACT

PERCEIVING PIG’S LIFE WITHIN CREATING THE PAINTING

(2)

To understand the pig’s life by seeing and looking on its uniqueness its existing on the society, indirectly leads into specific understanding and the way of seeing or perspective in assessing to all things which are experienced in the daily life. With the background of observing the pig’s life in the Balinese society specifically, creator is interested to present it into art work of painting.In realizing the idea and those themes on paintingis needed to pass through these several processes namely exploration, experimentation, preparation, forming and finishing.Creating the painting by organizing those elements and parts of visual art on geometrics. In forming the motion of object not its shapes, adjusted to the theme on each work about the presented theme is sourced on the environment and personal experiences which is interesting or lasting on the mind and provides memories till the works have been created as a personal notification.

The results of these creating are 10 paintings which each titled by: Greediness, Life Full of Graces, Self of Forgotten, Sacrifice, Kaung, in Alination, In The Battle, Opppressed Life, Message of Pig, Self Introspection.

Keywords: Perceiving, Pig, Life, Painting.

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Babi dengan cara hidupnya yang khas merupakan salah satu dari sekian banyak hewan yang ada, dimana babi memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan hewan lainnya. Memahami kehidupan babi dengan melihat dan mengamati dari keunikannya di tengah kehidupan masyarakat, secara tidak langsung akan menimbulkan pemahaman serta cara pandang tersendiri dalam menilai segala sesuatu yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.

Babi merupakan hewan berkaki empat yang berkembang biak dengan cara beranak dan menyusui.

Umumnya memiliki anak yang cukup banyak dapat mencapai kurang lebih empat belas ekor, dan semenjak lahir anaknya akan disusui sampai cukup umur. Memiliki moncong hidung yang panjang, digunakan untuk mengeruk tanah ketika mencari makanan.Bentuk badannyapendek dan montok, disekujur tubuh ditumbuhi bulu-bulu kasar, serta memiliki ekor yang kecil. Babi memiliki sifat rakus dan pemakan segala jenis makanan. Gaya hidupnya jorok, biasanya tubuhnya selalu diselimuti lumpur dan kotoran, termasuk makan dari makanan yang bercampur dengan kotorannya sendiri. Kebanyakan babi cenderung memiliki sifat malas, dan memiliki citra sebagai hewan bodoh juga pemalas karena tubuhnya yang gemuk dan kebanyakan tidur.

Babi bergerak lamban namun terkadang dapat menjadi gesit tergantung keadaannya. Misalnya ketika merasa terganggu, sedang tertekan atau terpojok, dapat menjadi agresif dan menyerang dengan taringnya. Dengan ciri khas tersebut, babi baik dari segi anatomi, sifat dan mental memiliki perbedaan yang khas dengan hewan-hewan lainnya. Sehingga babi memiliki sebutan dan makna khusus dalam masyarakat.

Dalam masyarakat Bali,secara umum babi disebut sebagai Celeng. Secara khusus anak babi sebelum menginjak dewasa dinamai kucit, sementara babi betina yang sudah beranak disebut bangkung danpejantan disebut kaung. Dalam istilah Jawaceleng merupakan sebutan untuk babi hutan yang rakus. Dalam pergaulan sehari-hari, perkataan babi merupakan kata makian yang sangat kasar dengan tujuan mengejek, menghina orang yang berkelauan seperti babi, yaitu oreng yang gemuk dan malas diejek dengan sebutan celeng, babi.

Dalam keberadaannya di tengah masyarakat, babi banyak dipelihara didasari banyak faktor untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan konsumsi, upacara, juga untuk diperdagangkan,serta ada yang menyayanginya dengan merawat sebagai hewan peliharaan.

Masyarakat Bali pada umumnya memelihara babi, karena erat kaitannya dengan upacara (agama Hindu di Bali). Berkaitan dengan pemaknaannya, babi dianggap sebagai simbol kemalasan, kerakusan, ketamakan, kemaksiatan (hawa nafsu), kebodohan dan lain sebagainya. Sehingga pada saat pelaksanaan hari raya galungan dan kuningan disimbolkan dengan menyembelih hewan babi yang maknanya kemenangan diri melawan sifat-sifat yang tidak baik tersebut. Dari segi upacara yadnya babi dijadikan hewan kurban untuk persembahan dalam suatu upacara adat keagamaan.Misalnya pada suatu rangkaian upacara di tempat-tempat suci (Pura), dilakukan upacara nyambleh yaitu menyembelih dengan memotong kepala anak babi sehingga

(3)

darahnya keluar. Selain itu, babi juga menjadi bagian dari kesenian masyarakat. Dalam sebuah Pura misalnya terdapat Barong Bangkung atau Barong Bangkalsebagai salah satu wujud karya seni dalam masyarakat, yaitu suatu wujud barong yang disucikan dan disakralkan umat hindu di Bali yang berbentuk babi. Dalam beberapa prosesi upacara, Barong Bangkung ditarikan oleh dua orang serta diiringi musik gamelan tradisional masyarakat setempat. Adanya upacara yang datang setiap periode, serta bertambahnya kebutuhan masyarakat akan daging babi, hewan ini seperti mendapat posisi penting di tengah-tengah masyarakat Bali.

Maka kebanyakan masyarakat memelihara babi dengan memanfaatkan halaman belakang rumah sebagai lahan untuk berternak. Cara beternak masyarakat sangat tradisional, baik dari segi kandangnya maupun pakannya. Umumnya babi dipelihara dengan kandang seadanya, ada yang diikat lehernya dengan tali karena tidak memiliki kandang atau dibiarkan bebas begitu saja dan diberi pakan seadanya berupa campuran sisa- sisa dapur dengan dedaunan. Cara pengembangbiakkan babi nampak masih tradisional dengan cara babi jantan digiring menuju ke tempat-tempat babi betina untuk mengawininya. Sehingga sering dijumpai pemilik babi jantan yang menggiring babinya dengan berjalan kaki di sepanjang jalan raya sambil membawa pecut (cambuk) yang digunakan untuk memaksa babi berjalan.

Dengan latar belakang dari mengamati kehidupan babi dalam masyarakat Bali pada khususnya, pencipta tertarik mengungkapkannyake dalam wujud karya seni dengan mengangkat tema “Mencerap Kehidupan Babi Dalam Penciptaan Karya Seni Lukis”. Mencerap kehidupan babi berarti memahami kehidupan babi secara mendalam, sehingga diperoleh suatu makna atau intisari dari berbagai pengalaman- pengalaman tersebut. Mengingat dalam suatu pengamatan bukan hanya objek (babi) yang diamati saja dapat mempengaruhi persepsi, namun juga dipengaruhi oleh berbagai hal yang terkait di dalamnya, termasuk situasi kondisi dalam kehidupan bermasyarakat juga turut mempengaruhi perubahan persepsi dalam pengamatan tersebut. Persepsi inilah yang menjadi pijakan dalam olah rasa untuk dapat menganalisa segala sesuatu dan dikaitkan pengalaman-pengalaman sendiri.

Secara pribadi pencipta melihat berbagai hal unik dan menarik yang dicermati dapat diungkapkan lewat penggambaran karakteristik babi, baik hal-hal tentang lingkungan maupun masalah tentang kehidupan pribadi pencipta. Dengan menarik hubungan dari hal ini, maka babi merupakan penggambaran dari suatu hal atau maksud yang diungkapkan dalam karya seni lukis. Dengan ini babi sebagai perantara penyampaian ide dan gagasan pada sebuah kondisi lingkungan dari sudut pandang pencipta, dimana lingkungan saat ini dirasakan semakin rusak akibat kerakusan, ketamakan, kebuasan, kemalasan, kebodohan, nafsu dan lain sebagainya. Kerakusan dan ketamakan dimaknai nafsu yang besar.Kebuasan orang nampak dari berbagai tindak kekerasan terhadap sesama cenderung terhadap kaum yang lebih lemah. Seperti penganiayaan, penyiksaan, pembodohan, termasuk pemerkosaan hak seseorang. Dengan demikian babi menjadi sebuah penggambaran dari keburukan tingkah laku orang-orang saat ini yang semakin tidak memperdulikan kepentingan bersama dan kelestarian lingkungan.

Fenomena tersebut diatas menjadi sumber inspirasi atau pijakan dalam mewujudkan ide serta tema- tema pada karya seni lukis, diungkapkan dengan mengorganisir elemen elemen serta unsur-unsur seni rupa dipadukan dengan teknik dan cita rasa yang dimiliki. Seperti warna untuk menciptakan kesesuaian yang mendukung suasana pada karya. Seperti kesan panas atau dingin, kesan keruangan serta tekstur sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing karya. Diterapkan dengan teknik cat akrilik memakai kuas dilakukan secara teratur dan spontan namun tetap terkontrol dengan kecenderungan menciptakan objek-objek babi yang imajinatif. Dalam perwujudan objek diungkapkan sesuai dengan imajinasi dan fantasi agar dapat memberi karakter objek, baik gerak maupun bentuknya, disesuaikan dengan tema masing-masing karya. Mengenai tema yang ditampilkan bersumber dari alam lingkungan dan pengalaman pribadi yang menarik atau membekas dalam ingatan dan memberikan kenangan sehingga karya yang tercipta sebagai sebuah catatan kehidupan pribadi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dalam proses penciptaan karya seni lukis pencipta menemukan beberapa permasalahan, antara lain:

(4)

a.Bagaimana mengekspresikan objek babi kedalam karya seni lukis agar dapat mewakili ide dan gagasansesuai dengan tema yang diangkat sehingga terwujud karya yang khas?

b. Material dan tekhnik apa saja yang mungkin diterapkan untuk mendukung gagasan dalam penciptaankarya seni lukis?

c. Bagaimana menerapkan dan menyusun elemen-elemen serta unsur-unsur visual seni rupa dalam penciptaankarya seni lukis?

C. Ide Penciptaan

Pemahaman akan suatu hal akan membentuk serangkaian ide atau gagasan yang mendorong kemauan untuk menciptakan karya. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Ideberarti rencana yang terbentuk dalam pikiran, buah pikiran, gagasan. Ide adalah sesuatu yang baru yang terbentuk dalam otak.

Sedangkan penciptaan berarti: suatu proses, caramenciptakan. (Salim, 1991:547, 289)

Berdasarkan makna terbebut maka ide penciptaan berarti gagasan dalam pikiran yang terkait dengan proses mencipta. Dengan demikian dalam penciptaan karya seni lukis, ide bersumber dari proses mengamati keunikan binatang babi yang hidup berdampingan dengan segala aktivitas masyarakat kemudian mengungkapkannya ke dalam karya seni lukis. Dalam penciptaan, tidak semata-mata mengadopsi bentuk alami daripada babi, namun merespon kembali yaitu mengolah dengan rasa dan imajinasi sesuai dengan konteks masing-masing karya. Objek babi diungkapkan dengan berbagai ekspresi alaminya kemudian dengan mendistorsi bentuknya sesuai dengan cita rasa pencipta agar dapat mewakili gagasan dan makna dalam karya. Dengan demikian tidak dipungkiri jika wujud babi pada karya mengalami perubahan bentuk, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan. Maka makna yang terkandung dalam karya merupakan metaphor dari realitas kehidupan. Ekspresi bentuk dari objek babi menjadi perumpamaan untuk menyatakan gagasan dalam karya seni lukis.

D. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penciptaan karya seni lukis, antara lain:

a.Untuk dapat mengekspresikan keunikan babi ke dalam karya seni lukis b. Untuk dapat memahamiproses penciptaan karya seni lukis .

c. Untuk dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya seni lukis.

E. Manfaat

Sesuai dengan tema yang diangkat yaitu Memaknai Keunikan Babi Dalam Pencptaan Karya Seni Lukis, diharapkan didapat beberapa manfaat yaitu:

a. Dapat mengangkat tema ini dalam penciptaan karya seni lukis dan mengetahui berbagai proses yang dilalui dalam proses berkarya, sehingga dapat memahami makna-makna yang terkandung di dalamnya.

b. Dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan tentang proses berkarya seni sehingga dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik lagi dalam lingkungan akademik

c. Penciptaan ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan apresiasi kesenirupaan dalam masyarakat umum.

F. Ruang Lingkup

Penciptaan karya seni lukis dengan mengambil tema “Mencerap Kehidupan Babi Dalam Penciptaan Karya Seni Lukis” dilatar belakangi berbagai hal yang dirasakan menarik dalam keseharian masyarakat dengan memakai babi sebagai penggambarannya melalui sudut pandang pencipta secara pribadi. Untuk

(5)

memahami bagaimana kehidupan babi saat sekarang ini dilakukan pengamatan terhadap babi di sebuah wilayah di ubud dan di beberapa tempat di kabupaten karangasem, dengan tujuan memahami karakteristik kehidupan babi pada umumnya. Sehingga dapat dipahami keunikannya dan secara tidak langsung mendapat pemaknaan secara pribadi selain banyaknya pemaknaan atas babi yang ada dalam masyarakat.

Terkait dengan proses berkarya pencipta mengekspresikan objek-objek babi sesuai dengan imajinasi dan sudut pandang pribadi atas makna dalam karya. Pemaknaan dalam karya diciptakan denga memadukan unsur Ide,emosi, imajinasi, tekhnik, material yang diterapkan serta mengorganisir elemen-elemen visual dan unsur-unsur seni rupa untuk mencapai keutuhan karya.Mengekspresikan babi dengan wujud berbeda dari bentuk-bentuk babi pada umumnya, namun tanpa meninggalkan karakter babi itu sendiri sehingga menciptakan keunikan yang khas dalam karya.

2. METODOLOGI A. Penjajagan

Penjajagan merupakan suatu proses yang memberikan pertimbangan-pertimbangan awal dalam melukis. Pertimbangan ini diperoleh melalui pencarian sumber-sumber inspirasi yang berkaitan dengan tema yang diangkat. diantaranya dengan melakukan pengamatan terhadap hewan babi di beberapa tempat di daerah Ubud yaitu ditempat-tempat peternakan babi, juga ketika tidak sengaja melihat babi pada waktu tertentu. Seperti pada saat melihat babi yang digiring pemiliknya di jalan-jalan dekat tempat tinggal pencipta.

Pengamatan juga sering dilakukan ketika melihat orang sedang menyembelih babi pada saat adanya suatu upacara-upacara adat keagamaan. Dengan demikian pencipta mendapat pemahaman tentang hewan babi terkait dengan cara hidupnya di tengah-tengah masyarakat saat ini. Dimana dengan memahami sesuatu, dapat membentuk serangkaian pola pikir dalam menanggapi sesuatu ketika berhadapan dengan berbagai kejadian dalam kehidupan yang pencipta jalani sehari-hari. Hal ini turut memberikan inspirasi serta dorongan dalam menciptakan karya seni lukis.

Proses ini pencipta hayati dan renungkan kemudian membuat sketsa-sketsa yang merupakan gambaran umum dari sesuatu yang didapat dari pengamatan tersebut (lihat lampiran sketsa). Disamping itu, dalam menunjang konsep penciptaan karya seni lukis, dilakukan dengan membaca buku-buku kesenian terutama seni lukis, berupa pemahaman teori serta mengamati wujud karya dari tokoh-tokoh seni lukis, secara konsep ataupun teknik yang dipergunakan. Sehingga memberikan masukan-masukan yang berguna dalam menyusun konsep ataupun teknik yang mungkin diterapkan pada karya pencipta sendiri.

B. Percobaan

Pada proses ini pencipta mencoba menyusun tema dengan membuat sketsa-sketsa pada kertas dengan menggunakan pensil. Sketsa bertujuan untuk dapat menentukan hal-hal yang nantinya akan dipindahkan ke atas media kanvas. Seperti menentukan komposisi dan proporsi, bentuk dan gaya, serta dapat menentukan alat dan bahan yang mungkin diterapkan sesuai dengan teknik dan kemampuan pencipta sendiri.

Dalam hal ini, sketsa dilakukan dengan membuat berbagai macam bentuk babi dengan mencoba melakukan perubahan bentuk dari babi asli ke bentuk yang sesuai dengan keinginan dan imajinasi yang lebih mewakili ide dan gagasan. Misalnya, untuk menyangatkan babi yang berwajah menyeramkan dibuat dengan memberikan taring, dan bentuk tubuh yang berbeda dari babi pada umumnya disertai rambut yang panjag yang terurai tidak teratur. Selain itu, untuk menekankan babi yang sangat rakus, dibuat dengan bentuk tubuh juga perut yang lebih besar dan gemuk dengan air liur yang menetes dari mulutnya. Perubahan bentuk, gerak dan gaya babi tersebut dimaksudkan untuk dapat menceritakan sesuatu hal tertentu dalam bahasa visual.

Proses percobaan ini merupakan proses yang paling lama dilalui dalam proses penciptaan karena membutuhkan ketekunan dan daya tangkap terhadap hal-hal yang berkaitan baik dari memahami karakter maupun sifatnya. Pada proses ini pencipta melakukan pencarian teknik yang lebih dapat menunjang ide yang ingin disampaikan diantaranya dengan mengenal dan mempelajari sifat alat dan material yang dipergunakan, mencari kemungkinan lain dan mencoba bahan yang lebih efektif yang bertujuan untuk memudahkan dalam

(6)

proses melukis serta dapat memberikan pertimbangan kualitas material yang dipergunakan dalam melukis.

Disamping itu mengenali alat dan material yang dipergunakan, juga dapat mempertimbangkan kelemahan dan kekurangan material itu sendiri serta bagaimana memunculkan keunggulan material tersebut dengan memanfaatkan efek yang ditimbulkannya.

C. Persiapan

Proses persiapan merupakan tahapan yang dilakukan untuk mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk proses pembentukan karya seni lukis. Proses ini dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang dipergunakan sesuai dengan teknik penerapannya. Berikut diuraikan tentang persiapan alat dan bahan yang dipergunakan dalam berkarya.

Alat-alat dan bahan yang dipergunakan dalam melukis a. Kuas

Kuas yang biasa dipergunakan adalah kuas kwarel yaitu kuas dari serat sintetik yang ujungnya rata. Selain itu juga menggunakan cat air maupun cat minyak dengan berbagai ukuran sesuai dengan penerapannya.

Untuk medasari kanvas, dipergunakan kuas yang biasanya untuk mengecat tembok dengan ukuran yang besar.

b. Palet

Palet adalah tempat atau wadah untuk mencampur warna. Pencipta mempergunakan palet dari piring keramik bekas. Palet dari piring keramik memiliki keunggulan tersendiri bagi pencipta jika dibandingkan dengan palet dari plastik atau triplek, yaitu sangat mudah untuk membersihkan sisa-sisa warna yang kering pada permukaannya karena warna tidak dapat menempel pada permukaan yang licin dan halus. Selain itu bentuknya yang cekung dapat menampung banyak warna sehingga memudahkan untuk mencampur warna yang cukup banyak.

Lap dari kain digunakan untuk mengatur kelebihan warna pada ujung kuas. Misalnya jika terlalu banyak warna pada ujung kuas maka dikurangi dengan menorehkannya pada lap tersebut. Lap juga digunakan untuk membersihkan peralatan sebelum atau sesudah melukis.

c. Kain Kanvas

Kain kanvas merupakan media yang lazim dipergunakan dalam seni lukis. Kanvas yang pencipta pakai dalam melukis adalah kain yang memiliki jalinan atau rajutannya berkotak, karena sifat kain ini memberikan daya serap dan memiliki daya tahan yang baik. Untuk dapat dipakai melukis, terlebih dahulu kanvas dibentangkan pada spanram kemudian diberi lapisan cat dasar sebanyak dua kali pelapisan, supaya warna dapat merekat dengan baik pada kanvas. Campuran cat dasar ini menggunakan campuran dari lem PV/AC, cat genteng dan cat tembok dan air sebagai pelarutnya.

d. Warna

Bahan-bahan warna yang biasanya digunakan dalam proses pewarnaan adalah cat acrylic yaitu salah satu bahan warna yang memiliki daya rekat yang sangat kuat terhadap medium lain, dan pengencer yang digunakan adalah air. Acrylic memiliki sifat yang cepat kering, sangat baik digunakan dalam melakukan penumpukan warna secara berulang-ulang, dan dapat diterapkan sebagai warna plakat maupun transparan.

Disamping itu bahan cat yang digunakan adalah cat tembok dengan merk Vinilex, cat genteng dengan merk Ultra Proof, Lem PV/AC merk Fox.

e. Spanram

Spanram yang digunakan untuk mrenentangkan kain kanvas dari bahan kayu dengan berbagai ukuran.

(7)

f. Pelarut atau Pencair

Pelarut yang dipergunakan sesuai dengan sifat cat yang digunakan yaitu memakai medium air sebagai pelarutnya.

g. Pelapis Cat/Clear

Pelapis cat yang digunakan adalah pelapis genteng merk Ultraproof sedangkan untuk bingkai menggunakan varnish kayu dengan merk Mowilex.

D. Pembentukan

Pembentukan merupakan proses yang dilakukan setelah melewati tahap penjajagan dan percobaan, dimana dalam pembentukan ini juga terdapat tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penciptaan karya lukis.

Tahap awal dilakukan dengan memilih sketsa yang terbaik untuk diwujudkan ke bidang kanvas. Sketsa dibuat dengan menggunakan pensil supaya memudahkan ketika menambahkan atau mengurangi sketsa objek pada bidang kanvas. Tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan sketsa tersebut apabila agak

menyimpang atau terlalu banyak objek, serta terdapat objek yang menggangu maka dapat disederhanakan dan menyesuaikannya. Selanjutnya mempersiapkan alat serta material yang diperlukan untuk proses selanjutnya sambil memperhatikan persiapan diri dan menjaga konsentrasi selama berkarya.

Tahap berikutnya pewarnaan objek-ojek pada bidang kanvas yang diawali dengan menggunakan warna transparan dengasn mewarnai setiap bagian sesuai dengan warna yang direncanakan, untuk memberi gambaran karya yang utuh secara keseluruhan. Penerapan teknik ini memungkinkan munculnya efek-efek tertentu, yang tidak disengaja namun dapat mendukung keindahan visualnya. Pada tahap ini sketsa yang telah ditentukan dapat mengalami perubahan kembali yang disesuaikan dengan pertimbangan dari elemen- elemen visual seni lukis. Selanjutnya memberi detail pada setiap bagian menggunakan warna plakat dengan menerapkan teknik dusel memakai kuas. Teknik ini menimbulkan kesan volume pada setiap bagian dan memunculkan karakter dari wujud objek maupun suasana yang ditampilkan. Pada tahap ini ditekankan pencapaian karakter serta suasana tertentu dengan menggunakan warna serta goresan yang sangat diperhitungkan, sehingga setiap goresan baik berupa goresan spontanitas ataupun memang dengan sengaja ditampilkan dapat memberi arti pada keutuhan karya.Ketika keseluruhan karya, baik bentuk objek, goresan dan warna terpadu dengan harmonis, selanjutnya memperbaiki atau memberi penekanan pada bagian-bagian tertentu sehingga karya tampak selesai.

E. Penyelesaian Akhir

Setelah karya selesai dengan baik maka dilanjutkan dengan proses terakhir yaitu pada proses penyelesaian (finishing). Pada proses juga dilakukan pengonsentrasian pada karya yaitu mengamati dengan teliti setiap bagian untuk mengoreksi bagian yang tidak sesuai ataupun menambahkan atau menguranginya sebelum dilapisi dengan pelapis cat. Dalam tahap ini pencipta melakukan dialog dengan karya sendiri, tentunya dengan penghayatan-penghayatan. Disamping itu juga dengan mencari pertimbangan dari orang lain dengan meminta saran untuk mengisi kekurangan dari karya. Ketika sudah dianggap selesai, maka karya diberi tanda tangan pada sudut bawah daripada lukisan. Pemberian tanda tangan juga dipertimbangkan, jangan sampai tanda tangan mengganggu objek yang sudah jadi sehingga karya terlihat harmonis. Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan memberi lapisan penguat warna (clear). Untuk proses ini pencipta menggunakan pelapis atau varnish kayu merk Mowilex, yang dicampur dengan air secukupnya sampai mendapatkan kekentalan yang diinginkan. Kemudian karya dilapisi dengan menggunakan kuas cat ukuran besar untuk mendapatkan hasil lapisan yang merata. Setelah itu karya dikeringkan dengan diangin-anginkan saja sampai kering dengan baik. Untuk menambah keindahan karya juga dikasi bingkai yang menggunakan bahan seseh (kayu pohon kelapa), karena memiliki serat berupa garis-garis tajam, sehingga setelah dipasang pada lukisan dapat memberikan cirri khas pada karya.

(8)

3.WUJUD KARYA Karya I

Gambar 1.

Judul: Keserakahan Ukuran: 135 x 117 cm Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun: 2012

Berawal dari suatu kejadian yang pernah dialami ketika melihat seekor induk babi betina yang seringkali memakan anak ayam yang mendekatinya. Biasanya ayam-ayam ini mencari sisa-sisa makanan dalam kandang-kandang babi. Dengan melihat kenyataan tersebut pencipta terinspirasi untuk mengungkapkannya ke dalam karya seni lukis. Pada karya diwujudkan dengan sosok induk babi yang sedang duduk diatas lumpur bersama anak-anaknya sambil memakan anak ayam. Dengan penampilan yang menyeramkan serta taring besar dan rambut panjang yang terurai, menggambarkan sosok binatang buas yang kejam. Kemudian anak-anak babi sebagai penggambaran sebuah generasi, dimana dari waktu ke waktu semakin sering terjadinya berbagai bentuk kekerasan seperti penganiayaan, pemerkosaan hak seseorang, dll.

Pada karya anak-anaknya seolah meniru sifat dan kelakuan induknya yang menceminkan sifat orang tua dapat menurun pada anaknya. Pada latar belakang terdapat asap dengan bias warna kuning memunculkan aura kengerian, dengan nuansa cokelat kehitaman, memberikan suasana malam.

Karya ini merupakan ungkapan pencipta atas menaggapi lingkungan sekitar. pencipta merasakan suatu kekejaman sedang terjadi karena keserakahan, juga sebuah penindasan terhadap kaum yang lebih lemah untuk memuaskan hasrat dan hawa nafsu yang tidak terkontrol.

Karya II

(9)

Gambar 2.

Judul: Kehidupan Berlimpah Anugerah Ukuran:200 x 100 cm

Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun: 2012

Pada karya ini pencipta mengungkapkan suatu harapan yang terkabul sebagai suatu anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pada karya diwujudkan dengan babi yang memiliki anak banyak, sedang menyusui dan anak-anaknya nampak girang dengan tubuh montok sambil menikmati susu dari induknya.

Anak yang banyak merupakan pengungkapan atas tercapainya harapan yang selama ini ditunggu-tunggu. Ini terinsirasi dari para peternak dimana setiap peternak pasti berharap babi yang diternaknya berkembang biak dengan baik. Induk babi yang diselimuti lumpur mencerminkan suatu keberuntungan yang menyelimuti dalam keseharian. Kemudian kabut tebal pada latar belakang menyiratkan kesejukan dengan warna-warna keabuan. Kesejukan ini merupakan anugerah dari Tuhan, bahwa dengan kesejukan segala yang ditanam akan tumbuh dengan baik dalam kehidupan ini.

Karya ini merupakan ekspresi dari tercapainya suatu harapan. Harapan seperti doa dalam hati untuk terwujudnya suatu hasil dalam menjalani aktivitas dalam hidup. Setiap orang tentunya berharap mendapat yang terbaik atas karyanya, seperti petani tentunya berharap hasil panennya berlimpah, atau para peternak mengingikan ternaknya berkembang biak dengan baik, semuanya sehat, agar nanti dapat di jual dengan harga yang tinggi. Demikian pula pencipta memiliki harapan terbaik dalam setiap rutinitas yang sedang dijalani.

Karya III

(10)

Gambar 3.

Judul: Lupa Diri Ukuran: 130 x 170 cm Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun: 2012

Pada karya ini babi-babi diungkapkan sedang berendam dalam bath tube yang disusun dengan satu babi betina dengan empat anaknya. Penataan objek disusun didalam bath tube tersebut dengan raut wajah yang sangat menikmati situasi tersebut. Mengingat bahwa segala kenikmatan yang dirasakan saat ini merupakan sesuatu yang bersifat semu karena tidak selamanya dapat dimiliki, aka dalam karya kal ini dinyatakan dengan gelembung-gelembung sabun, dimana gelembung-gelembung ini sebagai bentuk dari kenikmatan yang keberadaannya bersifat sementara, kemudian meletup (lenyap) satu persatu. Kemudian terdapat salah satu anak babi yang badannya berlumpur dengan memandang ke arah depan sebagai pembawa pesan dari kenyataan ini. Kombinasi warna putih kekuningan pada latar belakang dengan goresan spontan mengesankan gejolak dari suasana yang panas di bawah terik panas matahari..

Dalam karya ini, babi yang berendam dalam bath tube yang bermakna bahwa babi seperti seakan lupa dengan kehidupannya sendiri. Keadaan ini diumpamakan seperti keadaan masyarakat saat ini yang selalu megejar kenikmatan hidup dengan kemewahan. Dalam masyarakat nampak bahwa, kebanyakan orang yang menginginkan kemewahan tersebut tidak jarang dengan mengorbankan sesuatu yang berharga untuk mendapatkan yang lebih. Misalnya menjual tanah warisan untuk membeli mobil yang mahal agar mendapat sanjungan dari orang sekitarnya. Selain itu masyarakat yang dulunya mengolah tanah garapan dengan bertani, kini semakin berkurang ditandai dengan banyaknya sawah-sawah yang dialih fungsikan menjadi rumah-rumah penginapan. Ini menandakan bahwa orang-orang seakan melupakan kehidupannya sendiri dan lebih mementingkan kenikmatan sesaat.

Karya IV

(11)

Gambar 4.

Judul: Pengorbanan Ukuran: 120 x 150 cm Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun: 2012

Karya ini terinspirasi dari melihat babi yang sedang menyusui anak-anaknya sesudah melahirkan.

Induk babi akan menjadi semakin kurus selama menyusui anak-anaknya. Pada karya diwujudkan dengan seekor induk babi yang seolah-olah seluruh isi perutnya disedot oleh anak-anaknya. Bentuk tubuh anak-anak babi tersebut semakin membesar dengan mata berwarna hijau untuk membedakan sifat anak dan induknya.

Sementara induknya seketika menjadi kurus dengan mata yang mendelik seperti sedang menahan derita demi anak-anaknya. Hal ini menyiratkan suatu benuk pengorbanan diri yang menyiratkan kasih sayang orang tua pada anaknya. Pada karya, komposisi objek terletak di tengah-tengah bidang, yang merupakan pusat perhatian pada karya. Warna latar tercipta dari goresan spontan dengan nuansa putih, dimaksudkan hanya sebagai pengimbang warna objek dan juga dapat menambah keluasan yang mengarahkan perhatian hanya pada objek babi dan anaknya.

Karya ini memberi makna pengorbanan orang tua terhadap anaknya. Setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, agar anaknya memiliki hidup lebih baik dari kehidupannya sendiri. Dari kenyataan yang pencipta amati, banyak oranng rela mengorbankan harta benda (kekayaan) seperti setidaknya untuk dapat meningkatkan derajat hidup anaknya.

Karya V

(12)

Gambar 5.

Judul: “Kaung”

Ukuran: 120 x 140 cm Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun: 2012

Babi jantan yang juga disebut kaung di Bali merupakan hewan yang mempunyai nafsu birahi yang sangat besar. Umumnya, ketika sedang birahi ditandai dengan air liur yang menetes pada mulutnya. Kaung memiliki kesan sebagai hewan yang identik dengan hal yang bersifat kemaksiatan. Dari kenyataannya, orang-orang cenderung mengatakan orang yang memilki nafsu yang besar seperti itu, atau jika ada orang yang suka berganti pasangan dikatakan seperti kaung.Pada karya ini, kaung diwujudkan dengan posisi berdiri menghadap kebelakang seakan sedang berpose, menyodorkan bola testisnya. Objek kaung seolah sedang mengejek dengan lidah yang menjulur dan air liur yang menetes mencerminkan nafsu birahi yang terpancar dari wajahnya. Pada latar belakang karya digarap dengan warna hitam, mengesankan seolah objek babi berada dalam suasana alam pikiran. Kemudian warna ungu kebiruan sebagai aura hawa nafsu dari babi itu sendiri.

Pada karya ini dimaksudkan seolah babi sedang memberikan pesan bahwa jika tidak dapat mengontrol keinginan (nafsu) maka tidak ada bedanya tingkah laku manusia dengan babi. Maka setiap melihat karya ini secara pribadi pencipta merasa di ejek oleh babi ketika berkelakuan sama seperti babi. Sehingga karya ini suatu cara untuk mengintrospeksi diri dan mengontrol nafsu yang ada di dalam diri.

Karya VI

(13)

Gambar 6.

Judul: Dalam Keterasingan Ukuran: 200 x 100 cm Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun:2012

Karya ini terinspirasi dari ketertarikan pencipta mewujudkan karakteristik babi Bali. Pencipta melihat bahwa babi Bali memiliki keunikan tersendiri dari wujud fisiknya. Bentuk tubuh yang pendek dengan punggung melengkung ditumbuhi bulu-bulu yang cukup panjang dan kaku di punggungnya menjadi ciri khas babi Bali itu sendiri. Matanya yang sipit dengan cungur yang agak panjang, dan apabila sudah agak tua akan memiliki taring yang panjang, sehingga terkesan memiliki rupa yang menyeramkan.

Pada karya diwujudkan dengan sosok babi Bali yang sudah cukup tua sehingga memiliki taring yang cukup panjang. Penggambaran ini dimaksudkan untuk mengenang ingatan masa lalu mengenai babi Bali, dimana saat sekarang di daerah tempat tinggal pencipta yang penduduknya kebanyakan memelihara babi namun tidak ada satupun penduduk yang memelihara babi ini. Babi Bali seakan hilang dari kehidupan masyarakat. Dalam karya digambarkan dengan babi yang sedang menyendiri dengan dalam latar belakang yang mengesankan kekosongan untuk mengungkapkan keterasingan di dunia ini. Babi yang sedang berjalan seolah tanpa tujuan yang menyiratkan tentang sesuatu yang kian pergi (hilang) dari kehidupan ini. Nuansa kekuningan dan cahaya matahari menunjukkan suasana yang panas dan kekeringan.

Karya VII

(14)

Gambar 7.

Judul: Dalam Pertempuran Ukuran: 200 x 100 cm Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun: 2012

Dalam wujud karya menyatakan sebuah pertarungan yang sedang terjadi diantara dua babi dari jenis yang berbeda, yaitu babi Bali dengan babi-babi yang datang nya dari luar Bali. Babi-babi dari luar dengan sarung tinju dimaksudkan sebagai datangnya budaya luar berikut pengetahuan dan teknologi yang seolah menerjang dengan sangat cepat. Kemudian babi Bali seolah sedang berpose melawan dengan tangan kosong, dimaksudkan bahwa dengan nilai-nilai lokal juga sebatas pengetahuan yang dimiliki mencoba bertahan dalam pertarungn ini. Dalam penyusunan warna, babi Bali digarap dengan dominan hitam seperti warna alaminya, sedangkan babi luar Bali diwujudkan dengan beragam warna menandakan beragamnya pengaruh yang datang dari luar tersebut. Pada latar dengan menerapkan warna dengan nuansa putih untuk memberi keharmonisan dalamkomposisi warna pada karya.

Karya ini menyiratkan makna bahwa tatanan kehidupan masyarakat Bali kian berubah seiring berjalannya waktu. Perubahan ini dipengaruhi oleh budaya-budaya yang datangnya dari luar Bali, dimana hal ini dapat mendatangkan sesuatu yang sifatnya positif atau dapat pula bersifat negatif. Banyak dari budaya yang datang ke Bali sangat berbenturan dengan konsep kehidupan orang bali. Sehingga keadaan ini menyiratkan seakan telah terjadi sebuah pertarungan karena benturan budaya tersebut, antara kearifan lokal dalam budaya masyarakat Bali dengan gemerlapnya budaya yang mendatangi Bali saat ini.

Karya VIII

(15)

Gambar 8.

Judul: Hidup Terhimpit Ukuran: 100 x 150 cm Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun: 2013

Pada karya yang berjudul “Hidup Terhimptit” melukiskan tentang babi-babi yang terkurung dalam sebuah tumpung. Babi-babi tersebut digambarkan saling berdesakan, bertumpuk-tumpuk dan berjejalan satu sama lain, seolah tidak dapat lepas dari tumpung yang mengurungnya. Objek divisualkan dengan berdiri tegak di atas tanah, untuk memperlihatkan dengan jelas keadaan yang terjadi saat ini. Kemudian diimbangi kesan rumput dengan goresan spontan untuk menyelaraskan objek dengan latar belakang.Penempatan objek terletak ditengah-tengah untuk memberi kesan yang mencengangkan, serta mengarahkan perhatian yang langsung tertuju pada permasalahan yang ingin disampaikan lewat karya. Pada latar belakang, goresan lembut dalam membuat awan dan mengesankan suasana langit di sore hari menjelang malam, sebagai hal yang menunjukkan bahwa suatu kejadian yang berlangsung cukup lama. Kemudian kesan temaram yang tercipta dari kombinasi warna biru dan merah muda menyiratkan bahwa suatu hal yang terjadi mengarah pada keadaan yang kelam.

Pada karya ini babi-babi yang terkurung dalam tumpung dimaknai sebagai suatu kehidupan yang terhimpit.

Keadaan babi-babi yang terhimpit dalam tumpung diumpamakan seperti kehidupan masyarakat saat sekarang ini. Dimana kehidupan masyarakat di lingkungan pencipta sendiri seakan terlalu larut dalam tradisi yang dijalani dalam keseharian. Misalnya ketika ada upacara adat keagamaan, setiap orang mulai dari anak-anak sampai orang tua pasti terlibat didalam prosesi perayaannya. Dimana dalam hal ini tidak dipungkiri menyita banyak waktu dan tenaga. Mengingat banyaknya tradisi masyarakat yang dijalani dari waktu ke waktu, sehingga orang-orang seolah tidak memiliki kesempatan untuk berkreasi dalam menjalani kehidupannya. Hal ini dirasakan sebagai sesuatu yang mengekang kebebasan dalam beraktivitas, sehingga orang-orang seakan terhimpit satu sama lain di dalam hal-hal yang bersifat membelenggu.

(16)

Karya IX

Gambar 9.

Judul: Pesan Dari Babi Ukuran: 100 x 125 cm Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun: 2013

Dalam karya ini mengekspresikan wujud seekor babi yang lehernya telah digorok yang ditandai luka yang mengangah pada bagian leher ditambah bercak-bercak darah yang tercecer di tanah,. Wujud babi sengaja dibuat menghadap kedepan dengan raut wajah yang riang seakan ingin berbicara untuk menyampaikan suatu pesan lewat keadan ini. Dengan kaki yang diikat menandakan ketidakberdayaan babi menghadapi manusia. Pada latar belakang dibuat dengan warna yang berkesan gelap untuk menonjolkan dan mengarahkan perhatian hanya pada bagian depan dari objek.

Pada karya ini pencipta mencoba menghidupkan kembali babi yang mati sehingga dengan demikian didapat sebuah makna. Karya ini adalah sebuah pesan dari babi tentang salah satu kebaikan babi kepada manusia. Pada umumnya babi cenderung dipandang sebagai hewan yang rakus, pemalas, dan lain sebagainya. Maka dari itu lewat karya ini pencipta mencoba menyodorkan salah satu kebaikan dari babi dengan melirik pada banyaknya pembunuhan pada babi untuk memenuhi kebutuhhan hidup manusia. Dalam hal ini babi seakan berkorban diri demi membantu manusia memenuhi hasratnya.

Karya X

(17)

Gambar 8.

Judul: Introspeksi Diri Ukuran: 200 x 150 cm Bahan: Acrylic di atas kanvas Tahun: 2013

Dalam karya ini, pencipta mengekspresikan wujud babi yang sedang duduk bertopang dagu diatas sofa. Objek babi dibuat berpakaian seperti manusia yang merupakan ungkapan tentang kepribadian pencipta saat ini. Objek dibuat seolah mengambang dalam ruang yang berwarna putih. Pada latar belakang terdapat awan yang menimbulkan suasana kelam sebagai ungkapan dari perasaan yang sedang membelenggu pikiran.

Disampingnya terdapat buku-buku dengan beberapa macam warna yang dan disusun tata letaknya untuk memberi irama pada karya. Buku-buku dimaksudkan sebagai bentuk dari pengalaman hidup seperti halnya sebuah catatan hidup.Karena belajar dari pengalaman-pengalaman merupakan suatu usaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Pada karya objek babi yang berpakaian merupakan perumpamaan diri pencipta sendiri yang mengaitkan sifat-sifat manusia dengan cara hidup babi. Dengan bertopang dagu seakan sedang merenung memikirkan tentang diri sendiri. Dengan latar belakang abu-abu untuk menciptakan nuansa kelam dari perasaan sedang membelenggu pencipta. Karya ini ini dimaksudkan bahwa pencipta merasa bahwa kehidupan pencipta yang jalani tanpa disadari telah banyak berubah karena lingkungan pergaulan pencipta sendiri, dimana teman dan kerabat pencipta kebanyakan orangnya malas, tidak suka bekerja keras, selalu memikirkan tentang cara bersenang-senang seperti mabuk-mabukan, judi serta maksiat. Perubahan tersebut nampak dari penampilan, gaya berbicara termasuk tingkah laku serta watak pencipta sendiri, maka hal ini akan diungkapkan dalam karya lewat manusia yang sudah berubah menjadi sesosok babi, untuk mencerminkan kepribadian tersebut.

4. SIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu :

(18)

A. Penciptaan karya seni lukis berawal dari pengamatan, karena dengan mengamati maka akan diperoleh sebuah pemahaman yang membentuk pola pikir, sehingga dengan demikian akan memunculkan ide, gagasan serta motivasi unuk berkarya. Untuk mendapatkan ekspresi secara kebentukan, dapat digarap dengandistorsi bentuk yang terkait dengan pemaknaannya, kemudian menarik hubungan antara objek dengan ide dan gagasan.

B. Dalam pembentukan karya seni lukis, penerapan teknik seperti pemanfaatan alat dan bahan merupakan faktor penting untuk menciptakan karya seni lukis. Dalam hal ini diterapkan beberapa teknik yaitu teknik transparan, teknik plakat, teknik dusel, dan teknik campur sesuai dengan alat dan material yang digunakan. Dalam proses berkarya setidaknya melalui beberapa tahapan yaitu tahap penjajagan, percobaan, persiapan, pembentukan, dan terakhir tahap penyelesaian.

C. Menciptakan karya seni lukis dengan menyusun serta mengorganisir elemen-elemen serta prinsip- prinsip penyusunan seni rupa dan diolah dengan cita rasa, teknik dan kemampuan yang dimiliki. Sehingga dengan demikian dapat mewujudkan suatu bentuk karya yang khas.

5. PERSANTUNAN

Melalui kesempatan ini pencipta mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

a. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai, S.Ma selaku Rektor ISI Denpasar.

b. Ibu Dra. Ni Made Rinu, M.Si selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain di Institut Seni Indonesia Denpasar.

c. Bapak Drs. I Wayan kondra, M.Si selaku Ketua Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar.

d. Bapak Drs. A.A. Ngr. Gde Surya Buana, M.Sn selaku Ketua Minat Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar.

e. Drs. A.A. Gde. Ngurah T.Y. M.Si selaku pembimbing I, yang telah memberikan banyak masukan, pengarahan, saran dan dorongan semangat yang sangat berharga dalam menyelesaikan laporan ini.

f. Drs. I Gst. Pt. Martana Mandala. M.Sn selaku pembimbing II atas segala saran dan bimbingan yang telah diberikan kepada pencipta selama menyusun skrip karya Tugas Akhir ini.

g. Seluruh Pegawai di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya tulis tugas akhir ini.

h. Ayah, Ibu, dan adik tercinta serta seluruh keluarga besar atas segala doa dan dorongan yang telah di berikan kepada pencipta selama menempuh Tugas Akhir ini.

i. Semua pihak yang tak mungkin di sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam menyelesaikan peyusunan skrip karya Tugas Akhir ini.

6. DAFTAR RUJUKAN

Alit Udayana, I Dewa Gede. 2008, Tumpek Kandang,Kearifan Lokal Bali Untuk Pelestarian dan Pengembangan Sumber Daya Ternak, Pustaka Bali Post, Denpasar.

(19)

Ardi, Sun, 1991, Fadjar Sidik,Dinamika Proses Kreasi, Kumpulan Sketsa, Badan Penerbit IsI Yogyakarta.

Salim Peter, 1991, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta, Modern EnglishPress.

http://gerigi-padi.blogspot.com/2010/07/djoko-pekik-dan-ideologi-celeng.html

8. LAMPIRAN

Gambar 11. Foto karya Djoko Pekik “Berburu Celeng” tahun 1998 Gambar 12. Foto karya Fajdar Sidik

(sumber: http://gerigi-padi.blogspot.com) (sumber: Dinamika Proses Kreasi, Kumpulan Sketsa, 1991)

Gambar 13. Sketsa ( Mahardika: 2012)

(20)

Gambar 14. Foto alat dan bahan melukis (Mahardika, 2013) Gambar 15. Foto saat berkarya (Mahardika, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil menunjukkan, ada empat isolat bakteri simbion telah diperoleh dari dua sampel karang lunak, dimana 2 isolat Pseudomonas diminuta (A1) dan Edwardsiellla

yang jelek, sehingga menghasilkan keturunan yang tidak baik, tetapi apabila masih terdapat pohon-pohon dewasa berkualitas baik yang dijadikan pohon induk dan didukung dengan

Pada penelitian ini telah dilakukan simulasi dan perbandingan kinerja protokol MAC Aloha dan CSMA/CA untuk menentukan protokol yang memenuhi kebutuhan pembentukan

Data sekunder, dalam peneliti menggunakan buku-buku serta rujukan lain untuk mendapatkan cakupan data yang luas dalam menganalisis peranan Lembaga Swadaya

Peningkatan serapan unsur diikuti dengan peningkatan pertumbuhan (pertambahan tinggi tanaman dan diameter batang), yang signifikan tercatat pada perlakuan dengan penambahan 150

Secara jelas terlihat bahwa respons imun yang terjadi adalah timbulnya interferon dan sel natural killler (NK) dan antibodi yang spesifik terhadap virus

Jagung (Zea mays L.) adalah salah satu bahan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, yaitu