• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS KELAMIN DALAM PENILAIAN KUALITAS MEDIA PROGRAM MATA NAJWA TERHADAP MINAT VAKSINASI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI NON REGULER UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH JENIS KELAMIN DALAM PENILAIAN KUALITAS MEDIA PROGRAM MATA NAJWA TERHADAP MINAT VAKSINASI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI NON REGULER UNS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS KELAMIN DALAM PENILAIAN KUALITAS MEDIA PROGRAM MATA NAJWA TERHADAP MINAT VAKSINASI

MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI NON REGULER UNS

Juni Indah Parmata Sari Ignatius Agung Satyawan

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

This study aims to examine the effect of gender in the media quality assessment of the Mata Najwa program on the interest in vaccination of non-regular UNS Communication Studies students. The number of samples studied in this study were 39 respondents. All of them are active students of the non-regular UNS Communication Studies Program in the 2020-2021 academic year. This study uses a quantitative approach. The data used in this study is primary data obtained from the results of distributing questionnaires with the help of google form. The research data were analyzed using a simple linear regression analysis technique with the help of SPSS version 25.

Based on the results of the analysis in this study, it was found that the quality of the Mata Najwa program media in the interest of vaccination had a positive and significant effect. However, in other factors such as gender, there was no difference between female and male students in interest in vaccination. The results show that the better the quality of the media in the Mata Najwa program related to the vaccination program, the higher the interest in vaccines for students who attend the program, the quality of news about vaccinations in the Mata Najwa program is effective in increasing student interest in vaccines. As for those who have the most influence on the assessment of the quality of the media for the Mata Najwa Trans7 program in encouraging Vaccination Interests for Non-Regular Communication Studies students at Sebelas Maret University, namely the male gender, which is 29.2%, while the female gender is 29.2%.

only 16.2%

Keyword: Media quality, Mata Najwa Program, Vaccination Interest

(2)

Pendahuluan

Dewasa ini, perkembangan teknologi komunikasi sangat dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat. Tentunya perkembangan tersebut memicu perkembangan atas penyebaran arus informasi. Sehingga masyarakat mampu menerima informasi secara langsung dan jelas dengan menggunakan media massa.

Salah satu media yang sering digunakan oleh masyarakat ialah media elektronik televisi dimana seluruh lapisan masyarakat mampu mencari dan mendapatkan info berita ataupun hiburan. Menurut KPI (2020) yang dikutip dari www.nasional.kompas.com bahwa 89 persen masyarakat Indonesia lebih percaya informasi dari televisi dibanding dari internet. Media televisi itu sendiri merupakan salah satu media massa elektronik yang memiliki keunggulan menggabungan sifat audio dan visual sehingga khalayak lebih mudah dan lengkap menerima suatu pesan. Selain itu media televisi menjadi media industri yang terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan mampu menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa.

Industri media televisi tersebut diatur oleh manusia

Ditinjau dari fungsi dan peranan media massa yakni pemenuhan informasi untuk khalayak televisi, maka industri media televisi menciptakan program berita. Berita merupakan sebuah kajian informasi tentang suatu kejadian yang berlangsung atau kejadian yang sedang terjadi saat itu juga. Berita menjadi menarik dan memiliki kualitas apabila disampaikan berdasarkan fakta dan peristiwa yang telah terjadi sehingga dapat disebut sesuai dengan fakta yang terjadi saat itu juga.

Saat ini jumlah penonton program berita di media televisi mengalami kenaikan.

Berdasarkan data dari Nielsen Television Audience Measurement yang dikutip oleh cnnindonesia.com bahwa terjadi peningkatan jumlah penonton atau kepemirsaan pada 11 kota salah satunya kota Jakarta dengan program berita yang mengalami peningkatan paling tinggi sebesar 25 persen dengan mayoritas penonton berasal dari kelas atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa berita sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial. Keadaan ini merupakan suatu kondisi yang wajar, karena melalui adanya berita manusia dapat mengetahui peristiwa yang sedang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala, sekaligus memahami kedudukan serta perannya dalam masyarakat (Kuswandi, 1996: 68).

Patut diketahui bahwa program televisi dari waktu ke waktu mengalami perkembangan mengikuti selera khalayak, terkecuali program berita. Program berita bisa dikatakan abadi karena

(3)

masyarakat membutuhkannya dari masa ke masa. Masyarakat selalu membutuhkan program berita karena sifatnya yang aktual dan faktual tentang apa yang terjadi, baik di sekelilingnya maupun cangkupan luas. Untuk itu program berita menjadi identitas khusus bagi setiap stasiun televisi, baik televisi swasta, pemerintah, maupun lokal

Salah satu bentuk tanggungjawab stasiun televisi menyajikan program berita kepada masyarakat secara moral dan etika. Hal tersebut telah tertulis dalam Undang-undang Penyiaran No 32 tahun 2002 yang pada dasarnya memiliki tujuan mulia yakni upaya untuk melakukan diversifikasi kepemilikan (diversity of ownership), terwujudnya keberagaman isi atau program siaran (diversity of content), munculnya kearifan lokal, dan adanya prinsip kesetaraan (equality) dalam pemberitaan. Namun hingga saat ini apa yang diinginkan oleh undang-undang tersebut tampaknya masih belum dapat diwujudkan.

Nyatanya masih ada program berita televisi melakukan dramatisasi berlebihan, pemilihan angle berita yang kurang tepat, hingga melanggar prinsip-prinsip jurnalistik demi menarik perhatian khalayak. Kondisi ini jika berlangsung terus menerus tanpa adanya perbaikan atau teguran, tentunya akan menghasilkan pembodohan masyarakat.

Salah satu solusi dalam pemecahan masalah ini ialah adanya penilaian terhadap kualitas berita televisi ditinjau dari beberapa aspek. Dalam hal ini menurut McQuail (2000) mengatakan bahwa suatu kerangka kerja dalam penilaian terhadap kualitas media terbagi menjadi lima yakni keragaman berita, kebebasan media, kesetaraan, gambaran realitas dan objektivitas berita.

Kualitas berita dinilai berdasarkan keragaman berita yaitu upaya media untuk menyajikan berita yang lengkap dengan menggunakan prinsip keadilan. Program berita harus menyajikan berita secara proporsional berdasarkan topik-topik yang relevan bagi masyarakat, atau dengan kata lain pemberitaan harus mampu mencerminkan keragaman kebutuhan atau minat audience terhadap berita.

Selain keragaman, aspek penting lainnya ialah prinsip kesetaraan. Prinsip ini menegaskan bahwa tidak adanya perlakuan khusus terhadap pemangku kekuasaan politik. Perbedaan pandangan atau perspektif harus dihargai dan harus diberi akses yang sama atau secara seimbang.

Kebebasan media, aspek ini menjadi faktor penting dalam mengukur kualitas pemberitaan media massa. Kebebasan media mengacu terutama pada hak-hak untuk menyatakan sesuatu secara bebas dan kebebasan dalam membentuk opini.

(4)

Gambaran realitas terletak dimana media memiliki posisi sangat strategis dalam membangun gambaran realitas dunia di kepala setiap orang. Isi media bisa menjadi gambaran apa yang terjadi di dunia, tetapi media akan memilih dan memberikan penekan pada beberapa aspek atau elemen-elemet tertentu dari suatu peristiwa dan mengabaikan peristiwa yang lainnya.

Biasanya media memberikan perhatian terhadap penyimpangan seperti memberikan gambaran negative terhadap kelompok minoritas, mengurangi atau mengabaikan peran wanita dalam masyarakat, atau mendukung partai politik atau filosofi tertentu. Berita yang mengandung bias pada akhirnya akan menjadi 11 berita bohong atau propaganda sebagaimana sebuah cerita fiksi.

Keragaman berita, kebebasan media, kesetaraan, dan gambaran realitas berita sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, belum cukup untuk dapat menghasilkan pemberitaan yang berkualitas dan profesional jika media tidak memiliki sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan terlatih di bidangnya. Konsep penting dalam hubungannya dengan kualitas berita adalah sifat objektif suatu berita. Objektivitas adalah suatu tindakan atau sikap tertentu terkait dengan pekerjaaan mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan informasi.

Pada dasarnya tidaklah mudah untuk membuat kriteria mengenai pemberitaan yang objektif atau sebaliknya. Westerstahl (1983) dalam penelitiannya di Swedia mengemukakan kriteria objektif dalam upayanya untuk mengukur derajat objektivitas media massa di 12 negara itu . Menurutnya pemberitaan yang objektif harus memiliki dua kriteria yaitu faktual yang berarti media dalam menulis berita harus berdasarkan fakta (factuality), dan tidak berpihak (impartiality).

Maka penelitian akan terfokus dalam penilaian kualitas media pada program berita Mata Najwa di Trans7.

Program Mata Najwa merupakan talkshow yang memiliki bahwa seputar hukum dan politik yang terjadi dengan menghadirkan narasumber ahli dalam bidangnya. Program Mata Najwa selalu mengangkat topik-topik yang menarik dengan mendatangkan narasumber kelas satu seperti para menteri dan sebagainya. Program tersebut memiliki karakter lugas, kritis, berbicara cepat dan tajam pada pembawa acaranya yakni Najwa Shihab. Najwa pun dianggap mampu mengiring opini publik serta dapat menjawab keluh kesah khalayak. Dengan pembawaan yang serius namun dapat dicerna baik oleh khalayak, program ini meraih beberapa penghargaan seperti program talkshow terbaik tahun 2020 serta meraih rating tertinggi mengalahkan program talkshow stasiun televisi lainnya.

(5)

Terpantau sejak akhir tahun 2020 hingga saat ini, Mata Najwa sering memperbaharui dan menyampaikan berita mengenai vaksin COVID-19 seperti judul segmen “vaksin siapa takut”.

Pada segmen tersebut, program Mata Najwa mendatangkan beberapa narasumber seperti menteri BUMN, Erick Thohir hingga Raffi Ahmad selaku artis dan influencer yang baru pertama kali mendapat suntikan vaksin. Konten-konten serta pengambilan topik yang dibawa oleh Najwa mampu mengiring opini serta menambah wawasan bagi khalayak yang menyaksikannya.

Penggiringan opini tersebut mampu memberikan efek tersendiri seperti Minat Vaksinasi pada episode tersebut.

Minat merupakan suatu ketertarikan individu terhadap objek tertentu yang membuat individu itu sendiri merasa senang dengan objek tersebut. Dalam hal ini ialah vaksinasi. Banyak faktor yang mempengaruhi minat tersebut, baik dari individu maupun lingkungan masyarakat.

Menurut Crow & Crow dalam (Susilowati,2010:32) mengatakan ada 3 faktor pendorong minat yakni Faktor dari dalam seperti dorongan fisik atau motif tertentu, faktor motif sosial seperti melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan sosial, dan faktor emosional seperto emosi atau perasaan senang.

Pada penelitian ini memiliki variabel terkontrol yakni jenis kelamin yang memungkinkan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penilaian kualitas media program mata najwa dalam mendorong minat vaksinasi mahasiswa. Jenis Kelamin merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku terhadap manusia. Kondisi ini dapat dilihat dari perbedaan ketergantungan dan ketidaktergantungan antara laki-laki dan perempuan. Alasan penulis meneliti perbedaan antara mahasiswa dan mahasiswi karena berdasarkan perkembangan fisiologis dan psikologis, dimana perempuan mempunyai sifat yang lembut, luwes, lincah, sabar dan keibuan sementara laki-laki cenderung mempunyai sifat tegas, inisiatif, dan mempunyai fisik lebih kuat dibanding dengan perempuan pada umumnya. Jenis kelamin tersebut berbeda pula dalam hal perhatian, kesanggupan, pandangan, emosi, dan lain-lain. Ini dapat disebabkan karena pengaruh dan sifat tradisi terhadap jenis kelamin tersebut sehingga keadaan inilah yang dapat mempengaruhi penilaian suatu objek. Penilaian suatu objek dalam penelitian ini ialah penilaian kualitas media program mata najwa dalam mendorong minat vaksinasi mahasiswa ilmu komunikasi UNS.

Berdasarkan paparan yang telah di sampaikan, maka penulis tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap kualitas media dalam program mata

(6)

najwa di trans7 dalam mendorong Minat Vaksinasi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun alasan mengapa memilih mahasiswa Ilmu Komunikasi Non Reguler UNS sebagai objek dalam penelitian ini ialah kategori range umur mereka kisaran 17 – 25 tahun. Kategori umur tersebut sesuai dengan kategori umur paling banyak menonton tayangan mata najwa yang dikutip dari tirto.id yang mengatakan bahwa penonton mata najwa paling banyak kategori umur tersebut.

Alasan kedua penulis memilih mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS sebagai objek penelitian berdasarkan hasil prasurvey yang sudah dilakukan penulis kepada 35 responden mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi UNS secara acak yang dilaksanakan pada tanggal 1 – 5 Oktober 2021. Survey ini terdiri dari empat pertanyaan mengenai pengetahuan responden terhadap program Mata Najwa serta status vaksinasi itu sendiri. Dari seluruh responden menjawab mereka semua tahu tentang program Mata Najwa, namun sebanyak 71,4% mengaku bahwa menonton program Mata Najwa Episode Vaksin Siapa Takut. Status mereka dalam vaksinasi sudah mengikuti anjuran dan telah di vaksinasi. Selain itu pengetahuan mereka tentang vaksinasi tidak hanya di dapat dari media televisi, namun media online seperti youtube,twitter dan sebagainya menyumbang sebesar 54,3%.

Alasan ketiga dan terakhir penulis memilih mahasiswa ilmu komunikasi non reguler UNS menjadi objek penelitian karena tingkat pendidikan yang sama. Mereka telah menyelesaikan studi Diploma Tiga Ilmu Komunikasi sehingga memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai disiplin ilmu komunikasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zisi Lioni, 2021 mengatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh dalam mempersepsikan atau penilaian terhadap suatu objek. Untuk itu peneliti menganggap dengan pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut, maka mereka mampu menilai suatu kualitas media dalam mendorong minat, salah satunya minat vaksinasi. Selain itu Universitas Sebelas Maret Surakarta merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang memiliki Program Studi Ilmu Komunikasi yang terakreditasi A sehingga mahasiswa ataupun lulusan dari universitas tersebut dapat mewakili mahasiswa dengan program studi yang sama di universitas yang berbeda.

Berdasarkan pemaparan yang sudah disebutkan di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Penilaian Kualitas media Program Mata Najwa dalam Mendorong Minat Vaksinasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Non Reguler UNS"

Comment [A1]: Alasan mengapa mengambil mahasiswa ilmu komunikasi non reguler UNS dibanding mahasiwa lainnya, ataupun masyarakat luas

(7)

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah jenis kelamin Laki-laki mempengaruhi penilaian kualitas media program Mata Najwa di Trans7 terhadap minat vaksin mahasiswa Ilmu Komunikasi Non Reguler UNS?

2. Apakah jenis kelamin Perempuan mempengaruhi penilaian kuliatas media program Mata Najwa di Trans7 terhadap minat vaksin mahasiswa Ilmu Komunikasi Non Reguler UNS?

Kajian Pustaka Kualitas Isi Berita

Penilaian terhadap kualitas pemberitaan TV dapat ditinjau dalam beberapa aspek. Dalam hal ini McQuail (2000) mengajukan suatu kerangka kerja dalam memberikan penilaian terhadap kualitas media (framework for assesment) yang terbagi atas empat kriteria yaitu:

1) kebebasan media (media freedom)

Kebebasan Media. Kebebasan media telah menjadi faktor terpenting dalam menilai atau mengukur kualitas pemberitaan media massa. Sebagaimana dikemukakan McQuail bahwa kebebasan media merupakan prinsip dasar dari setiap teori mengenai komunikasi publik

2) kesetaraan media (media equality)

Faktor yang berperan penting dalam melindungi hak asasi manusia dan membangun demokrasi adalah kesetaraan yang bisa diwujudkan jika ada penghormatan terhadap hak setiap orang untuk didengar, untuk bersuara dan berpartisipasi dalam kehidupan politik dan sosial. Prinsip ini mendorong negara untuk mengambil langkah guna mendukung keberagaman dan pluralisme, mempromosikan keterbukaan akses terhadap saluran komunikasi dan untuk menjamin hak masyarakat atas informasi.

3) keragaman berita (diversity)

Prinsip keragaman berita (diversity) adalah upaya media untuk menyajikan berita yang lengkap dengan menggunakan prinsip keadilan (fairness). Dalam hal ini, prinsip keadilan atau fairness dinilai berdasarkan pada principle of proportional representation (prinsip keterwakilan secara proporsional).

(8)

4) objektivitas berita

Menurut McQuail, kualitas berita oleh media dapat dilakukan antara lain dengan melakukan analisa terhadap kelengkapan dan akurasi berita yang disampaikan.

5) Gambaran realitas.

Media dapat menggunakan logikanya sendiri ketika mereka menggabungkan berbagai elemen realitas dalam berbagai cara. Televisi dapat memberikan gambaran visual yang tidak utuh melalui pengambilan gambar dengan kamera yang menggunakan berbagai sudut pandang (angle) yang berbeda atau teknik gambar lainnya.

Minat Vaksinasi

Minat merupakan kata yang memiliki arti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, atau keinginan. Jadi harus ada sesuatu yang menarik dikarenakan muncul dari dalam dirinya maupun luar untuk menyukai sesuatu. ) ciri-ciri minat antara lain:

a. Perhatian terhadap obyek yang diminati secara sadar dan spontan, wajar tanpa paksaan. Faktor ini ditunjukan dengan perilaku tidak goyah oleh orang lain selama mencari barang yang disenangi. Artinya tidak mudah terbujuk untuk berpindah ke selainnya

b. Perasaan senang terhadap obyek yang menarik perhatian. Faktor ini ditunjukkan dengan perasaan puas setelah mendapatkan barang yang diingingkannya.

c. Konsistensi terhadap obyek yang diminati selama obyek tersebut efektif bagi dirinya.

d. Pencarian obyek yang diminati, faktor ini ditunjukkan dengan perilaku tidak putis asa untuk mengikuti model yang diingingkan.

e. Pengalaman yang didapat selama perkembangan individu dan bersifat bawaan, yang dapat menjadi sebab atau akibat dari pengalaman yang lalu, individu tertarik pada sesuatu yang diingingkan karena pengalaman yang dirasa menguntungkan bagi dirinya.

Minat yang timbul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor intrinsik) maupun faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Menurut Siti Rahayu Haditomo (1998) yang mempengaruhi minat seseorang ialah rasa tertarik, perhatian, dan aktivitas.

Rasa Tertarik

(9)

Menurut Suadirman (1984: 36) ketertarikan adalah proses yang dialami setiap individu tetapi sulit dijelaskan. Dzakir (1992: 216) menyampaikan, tertarik adalah suka atau senang, tetapi belum melakukan aktivitas. Sedangkan Winkell (1983: 30) mendefinisikan rasa tertarik sebagai penilaian positif terhadap suatu obyek. Berdasarkan tiga pendapat ini, disimpulkan bahwa rasa tertarik merupakan rasa yang dimiliki setiap individu dalam ungkapan suka, senang dan simrpati kepada sesuatu sebelum melakukan aktivitas, sebagai penilian positif atau suatu obyek. Dalam penelitian ini mengetahui perasaan senang dan puas setelah melihat tayangan berita dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam melakukan vaksinasi.

Perhatian

Perhatian atau atensi adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi di dapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Menurut Walgito (1997) mengatakan perhatian ialah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Atensi tidak terelakkan karena sebelum merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun yang di tangkap melalui panca indra, terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi masyarakat kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan diri sendiri. Dalam beberapa kasus, rangsangan yang menarik perhatian cenderung dianggap lebih penting dari pada yang tidak menarik perhatian.

Dalam penelitian ini mengetahui perhatian atau atensi mahasiswa dengan cara membicarakan kepada orang lain.

Aktivitas

Tahap setelah mahasiswa tertarik dan memberikan perhatian terhadap suatu objek atau kegiatan dalam penelitian ini ialah vaksinasi maka mahasiswa melakukan vaksinasi karena kesadaran atas kesehatan dirinya maupun melakukan vaksin tanpa paksaan dari pihak manapun.

Dalam penelitian ini ialah minat untuk melakukan vaksinasi Covid-19. Vaksinasi itu sendiri ialah penanaman bibit penyakit (misalnya cacar) yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum) agar orang atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain dengan melakukan vaksinasi, seseorang dapat kebal terhadap penyakit seperti halnya COVID-19 ini.

(10)

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku terhadap manusia. Kondisi ini dapat dilihat dari perbedaan ketergantungan dan ketidaktergantungan antara laki-laki dan perempuan.

Menurut Gunarsa(dalam Normadewi,2012) manusia diciptakan terdiri dari laki-laki dan perempuan yang keduanya berbeda secara badaniah dan psikologis serta peran yang akan diberikan oleh masyarakat pada keluarganya berbeda pula sesuai dengan kebudayaannya.Peran jenis kelamin melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan baik secara sosial maupun kultural.

Teori Teori S-O-R

Teori S-O-R merupakan teori komunikasi yang merupakan singkatan dari Stimulus – Organism – Response. Teori ini mengemukakan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti mengenai suatu analisi dari stimulus yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang terjadi. Dengan kata lain, efek yang ditimbulkan sesuai dengan teori S-O-R yang merupakan reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan serta memperkirakan kesesuaian pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2003:254).

Perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti bahwa kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 2003 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menggambarkan

(11)

dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017:23). Menurut Werang (2015:3), penelitian eksplanatif adalah penelitian yang memberikan penjelasan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi dan diamati, yang bermula dari pertanyaan dasar „mengapa‟.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yang diberi nilai dengan Skala Likert serta studi kepustakaan dan buku untuk keperluan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi Non Reguler UNS tahun ajaran 2020-2021. Berdasarkan hasil perhitungan sampel menggunakan Rumus Slovin, penulis mengambil sampel secara acak dari populasi mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS sebanyak 39 responden, yang terdiri atas 14 mahasiswa laki-laki dan 25 mahasiswi perempuan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sugiyono (2017:82) mengemukakan simple random sampling sebagai pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji asumsi klasik dan uji analisis regresi sederhana. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan Saphiro-Wilk yang dikerjakan dengan bantuan program SPSS. Ketentuan uji Kolmogorov- Smirnov dan Saphiro- Wilk dijabarkan sebagai berikut (Werang, 2015:141):

 Nilai p ≤ 0,05 ➞ data dinyatakan berdistribusi secara normal

 Nilai p ≥ 0,05 ➞ data dinyatakan berdistribusi secara tidak normal.

Uji multikolinieritas bertujuan untuk memeriksa apakah terdapat korelasi dari setiap variabel independen atau bebas yang tujuan dari uji multikolinearitas yaitu untuk dapat menguji apakah ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas pada model regresi (Ghozali, 2018:105).

Cara mendeteksi uji multikolinieritas yaitu dengan melihat nilai tolerance dan Varian Inflation Factor (VIF) yang digunakan sebagai standar. Dapat dikatakan multikolinieritas apabila nilai tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥10 maka dapat disimpulkan jika penelitian tersebut adanya mutikolinearitas (Ghozali, 2011:106).

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan Uji Gletsjer.

(12)

Dalam pengujian ini, model dinyatakan terbebas dari heteroskedastisitas jika nilai signifikansi seluruh variabel bebas > 0,05.

Setelah didapati seluruh hasil uji asumsi klasik sesuai dengan ketentuan yang berlaku, penelitian dilanjutkan dengan uji hipotesis yang diawali dengan regresi linear sederhana yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas.

Persamaan regresi sederhana dengan satu predictor menurut Sugiyono (2016: 188) dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + bX

Keterangan:

Y = Nilai yang diprediksikan a = Konstanta atau bila harga X = 0 b = Koefisien regresi

X = Nilai variabel independen

Setelah itu dilakukan Uji F untuk melihat apakah persamaan regresi yang sudah dibuat layak diteliti. Kelayakan dari suatu model dapat dilihat melalui nilai probabilitas signifikansinya, dengan ketentuan sebagai berikut (Maharany dan Santika, 2019:5750):

 Nilai probabilitas signifikansi < tingkat signifikansi 0,05 ➞ H0 ditolak, Hi diterima.

 Nilai probabilitas signifikansi > tingkat signifikansi 0,05 ➞ H0 diterima, Hi ditolak.

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan persamaan regresi dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai 2 koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu (0<R <1). Uji T digunakan untuk mengetahui jikalau suatu variabel independen secara individu dapat mempengaruhi variabel terikatnya (Wirawan dalam Maharany dan Santika, 2019:5751).

Pembahasan

Penelitian ini melibatkan 39 responden. Seluruh respoonden merupakan mahasiswa aktif Program Studi Ilmu Komunikasi UNS Non Reguler pada tahun ajaran 2020-2021. Berdasarkan jenis kelamin responden prorsi kelamin perempuan 64% dan laki-laki 36%. Setiap butir soal baik

(13)

variabel Kualitas isi berita dan Minat Vaksinasi dinyatakan valid dengan R hitung> R Tabel (0,2108) dan reliable dengan nilai >0,7.

Setelah itu melakukan uji asumsi klasik yang diawali dengan uji normalitas dengan menggunakan normalitas Kolmogorv Smirnov.Dalam pengujian ini residual hasil regresi dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan hasil pengujiannya ialah 0,200 melebihi 0,05. maka disimpulkan bahwa residual regresi memiliki sebaran data berdistribusi normal pada laki-laki maupun perempuan. Selanjutnya Pengujian Multikolinearitas pada jenis kelamin laki- laki dan perempuan. Didapatkan hasil pada laki-laki didapatkan nilai TOL (tolerance) berada di atas 0.10 yaitu pada kualitas media nilai nya adalah 1.000 dan nilai VIF (variance inflation factors) berada di bawah 10 yaitu pada kualitas media nilai nya adalah 1.000. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak memiliki masalah multikolinieritas , sedangkan perempuan didapatkan nilai TOL (tolerance) berada di atas 0.10 yaitu pada kualitas media nilai nya adalah 1.000 dan nilai VIF (variance inflation factors) berada di bawah 10 yaitu pada kualitas media nilai nya adalah 1.000. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak memiliki masalah multikolinieritas. Serta terakhir, Pengujian Heteroskedastisitas dengan tujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Hasil uji Gletsjer di atas menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas pada model regresi memiliki nilai signifikansi uji Gletsjer > 0,05 yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Berdasarkan keseluruhan hasil uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa seluruh asumsi kalsik telah terpenuhi dalam model regresi ini, sehingga model regresi layak digunakan untuk menguji pengaruh variabel kualitas media terhadap Minat Vaksinasi.

Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam penelitian ini, pengaruh kualitas media terhadap Minat Vaksinasi dengan variabel terkontrol jenis kelamin, akan di uji hipotesis menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana, uji F(simultan) dan analisis determinasi.

Uji Model Regresi yang digunakan dalam penelitian ini ialah regresi linear sederhama untuk mengetahui arah pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah variabel independen berhubungan positif atau negatif, dan atau memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen naik atau turun. Variabel Independen yakni Kualitas Isi Berita dan Variabel Dependen adalah minat vaksinasi Serta Variabel kontrol adalah jenis

(14)

kelamin. Hasilnya menunjukan nilai konstanta regresi sebesar 11,253 dengan koefisien regresi kualitas media sebesar 0,262 sehingga persamaan regresi yang dapat digunakan untuk memprediksi Minat Vaksinasi berdasarkan nilai kualitas media pada jenis kelamin laki-laki adalah sebagai berikut :

Y = 11,253 + 0,262 X Dengan :

Y = Minat Vaksinasi X = Kualitas Media

Hasilnya menunjukan nilai konstanta regresi sebesar 17,048 dengan koefisien regresi kualitas media sebesar 0,140 sehingga persamaan regresi yang dapat digunakan untuk memprediksi Minat Vaksinasi berdasarkan nilai kualitas media pada jenis kelamin perempuan adalah sebagai berikut

Y = 17,048+ 0,140X Dengan :

Y = Minat Vaksinasi X = Kualitas media

Uji Pengaruh simultan (Uji F) digunakan untuk menguji goodness of fit model regresi.

Hipotesis pengujian yang digunakan dalam pengujian ini yakni Ho: Model tidak fit

Ha : Model fit

Dengan tingkat kepercayaan 95%, maka Ho akan ditolak jika nilai signifikan < 0,05 dan Ho akan diterima jika nilai signifikan > 0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel di atas, diperoleh nilai signifikan hasil uji F sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikan hasil uji F < 0,05 maka Ho ditolak dan disimpulkan bahwa model fit dengan data yang dianalisis.

Analisis determinasi dari hasil regresi linear menunjukan seberapa besar variabel dependen (Minat Vaksinasi) dipengaruhi oleh variabel independen (Kualitas Isi Berita). Hasil analisis regresi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai adjusted R Square model regresi adalah sebesar 0,292 pada laki-laki. Hal ini berarti 29.2% minat vaksin (Y) pada jenis kelamin laki-laki dipengaruhi oleh kualitas media (X) sedangkan sisanya yaitu 70.8% minat vaksin (Y) pada jenis kelamin laki-laki dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian

(15)

ini. Sedangkan pada jenis kelamin perempuan koefisien determinasi (adjusted R square) yang diperoleh sebesar 0,162. Hal ini berarti 16,2% minat vaksin (Y) pada jenis kelamin perempuan dipengaruhi oleh kualitas media (X) sedangkan sisanya yaitu 83,8% minat vaksin (Y) pada jenis kelamin perempuan dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pengaruh jenis kelamin terhadap penilaian kualitas media program Mata Najwa Trans7 dalam mendorong Minat Vaksinasi mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi Non Reguler Universitas Sebelas Maret, yaitu dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 29,2%,

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi dalam penelitian ini diperoleh nilai signifikansi pengaruh Kualitas Media terhadap Minat Vaksinasi adalah sebesar 0,000 dengan t statistik sebesar 140,041 dan koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,898. Oleh karena nilai signifikansi < 0,05, t statistik > t tabel (2,442) dan koefisien regresi bertanda positif maka Ho ditolak dan disimpulkan H1 diterima bahwa Kualitas Media berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Vaksinasi, hal ini berarti bahwa semakin tinggi Kualitas Media maka semakin tinggi Minat Vaksinasi, begitu sebaliknya baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bahwa kualitas media program Mata Najwa Trans7 terbukti secara efektif mendorong minat mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret untuk mengikuti program vaksinasi. Menurut persepsi sebagian besar responden, program Mata Najwa telah memiliki kualitas media yang cukup baik, mulai dari kemudahan akses, penyampaian informasi, akurasi sumber informasi, transparan, tidak menyinggung enis atau ras tertentu dan program tersebut dinilai mampu memberikan gambaran realitas mengenai vaksin. Hasil analisis menunjukkan bahwa yang paling memiliki pengaruh paling besar terhadap penilaian kualitas media program Mata Najwa Trans7 dalam mendorong Minat Vaksinasi mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi Non Reguler Universitas Sebelas Maret, yaitu dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 29,2 %, sedangkan pada jenis kelamin perempuan yaitu hanya sebesar 16,2%

Saran

1. Bagi Program Mata Najwa

(16)

Berdasarkan uraian di atas, kualitas isi berita Mata Najwa telah baik. namun dalam hal menjaga keseimbangan informasi dan penyajian informasi yang berlebih perlu diperbaiki, kenetralan dan tidak memihak salah satu instansi juga perlu ditingkatkan agar kualiats media program Mata Najwa semakin meningkat.

2. Bagi Penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini akan tetapi berpengaruh terhadap Minat Vaksinasi mahasiswa, hal ini karena menurut hasil penelitian masih ada sebanyak 0,4% variansi Minat Vaksinasi dipengaruhi faktor lain di luar kualitas media.

(17)

Daftar Pustaka

“bahwa 89 persen masyarakat Indonesia lebih percaya informasi dari televisi dibanding dari internet tersedia di https://nasional.kompas.com/read/2020/07/22/20263851/kpi-89- persen masyarakat-lebih-percaya-televisi-dibanding-internet. Diakses 5 Oktober 2021

“Beberapa Aspek Penilaian Terhadap Kualitas Program Berita Televisi”. Vol. 4 Nomor 2 Mei- Agustus 2013 hal 115-127. Diakses tanggal 6 Oktober 2021

“Effect of TV and Cable News Viewing on Climate Change Opinion, Knowledge, and Behavior.”

Tersedia di https://doi.org/10.1093/acrefore/9780190228620.013.367. Diakses 6 Oktober 2021

“Jenis kelamin dalam Perspektif Budaya dan Bahasa.” Jurnal Al-Maiyyah. 11(2), 278-300.

Diakses 6 Oktober 2021

“Kajian Awal tentang Teori-Teori Jenis kelamin” Jurnal Civics. Vol.4 Nomor 2, 67-77. Diakses 7 Oktober 2021

“Peraturan Permenkes RI Nomor 42 tahun 2013, Penyelenggaraan Imunisasi.” Tersedia di https://www.google.com/search?q=Penyelenggaraan+Imunisasi.+2013&oq=P. Diakses 5 Oktober 2021

“terjadi peningkatan jumlah penonton” tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200325082843-241-486707/corona- dongkrak-jumlah-penonton-tv-dan-serial-anak. Diakses 5 Oktober 2021

Admin. 2021. Data Rekapitulasi Mahasiswa Aktif Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS. Executive Information System UNS. Dilihat dari laman https://eis.uns.ac.id/akademik/mahasiswa/fakultas?f=20200104&n=0.

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Azwar, S. 2009. Reliabilitas dan Validitas Cetakan IX. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Biagi, S. 2010. Media/Impact : Pengantar Media Massa.

Dwi, S.P.. 2008. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada. Anak Sejak Dini. Yogyakarata:

Think.

Effendy, O.U. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti Effendy, O.U. 2009. Komunikasi teori dan praktek. Bandung : PT Remaja. Rosdakarya.

Effendy, O.U. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Gussman,S dan Triwulandari. 2019. Pengaruh Terpaan Berita BPJS di Media Massa Terhadap

Pembentukan Sikap Masyarakat di Kota Pekanbaru. Pekanbaru:Universitas Abdurrab Pekanbaru.

Hendra, AW. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Hurlock, E. B. (993. Psikologi Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Keenam.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hurlock,E. 1994.Psikologi Perkembangan,Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta:Erlangga

Idris, S. 1987. Jurnalistik Televisi. Bandung:Remadja Karya CV.

Irawan, S. 1999. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya

Kartini, E dan Lalu, M. (2020). Dampak Terpaan Berita Terhadap Minat Kunjungan Wisatawan Pasca Gempa Lombok.NTB:STIE AMM NTB

McQuail, D. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika

(18)

McQuail, D. McQuail's Mass Communication Theory, 4th Edition, Sage Publication, London.

Muljono D. 2013.Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah; Makalah, Skripsi, Disertasi, dan Laporan Penelitian.Makassar: Alauddin Press

Nababan,F. 2009. Pengaruh Daya Tarik Penyiar Televisi Terhadap Minat Menonton Khalayak Dalam Program Berita Pada PT Cipta TPI.Jakarta:UPI YAI Jakarta

Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Romli, A.S.M. 2014. Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media Online. Bandung: Nuansa Cendikia.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Subroto, D.S. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta:Duta Wacana University Press Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).

Bandung: Alfabeta.

Susilowati, E.T. 2010. Hubungan Minat Menonton Tayangan Film Kartun Laga di Televisi dengan Agresivitas Siswa SDN Ngimbang Palang Tuban. Malang: Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Tebba, S. 2005. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam Indonesia

Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Vivian, J. 2008. Teori Komunikasi edisi kedelapan, Jakarta: Prenanda Media

Wawan, K. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi,. Jakarta:Rineka Cipta Werang, B.R. 2015. Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Sosial. Yogyakarta : Calpulis.

Winarni. 2003. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Malang: Universitas. Muhammadiyah Malang

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar pada mata PPKn siswa kelas VI

Di Desa Gunung Bungsu Kecamatan XIII Koto Kampar terdapat beberapa jenis media penyuluhan yang digunakan oleh petani karet dalam menjalankan usahatani

Cara penyelesaian wanprestasi pada akad Ija&gt;rah yang dilakukan oleh KSPPS BMT Mentari Bumi Kemangkon Purbalingga dengan cara memberi surat peringatan kepada

dihasilkan oleh arus bolak balik (Alternating Current) pada saluran transmisi tegangan tinggi tergolong radiasi nan-pengion dan di dalam spektrum gelombang

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar hasil rancangan sistem pesawat sinar-x fluoroscopy, terlihat pada Gambar 3 Pada modul pengolah citra, terdapat layar pendar yang terbuat

Tujuan Penelitian: Mengetahui metode validasi penentuan kadar betametason dipropionat dan klotrimazol dalam sediaan krim menggunakan KCKT dan mengetahui pengaruh suhu

Honorarium panitia diberikan kepada aparatur sipil negara yang diberi tugas oleh pejabat yang berwenang sebagai panitia atas pelaksanaan kegiatan seminar, rapat kerja,

Bahan ajar yang dipilih untuk menyajiakan data proses dan hasil penelitian pembuatan edible film dari pati biji durian ( Durio zibethinus ) dengan penambahan