Akhlaq
Mu’minatus Fitriati Firdaus
Pengertian dan ruang lingkup akhlak
• Kata akhlak berasal dari khilqun, mengandung segi-segi persesuaian dengan kata khaliq dan makhluk. Akhlak merupakan bentuk jamak dari khulq, yang secara etimologi berarti kebiasaan, perilaku, sifat dasar dan perangai.
• Menurut Ghazali, lafadz khuluqdan khalquadalah dua sifat yang dapat dipakai bersama.
• Jika menggunakan kata khalqu maka yang dimaksud adalah bentuk lahir, sedangkan jika menggunakan katakhuluq maka yang dimaksud adalah bentuk batin.
• Karena manusia tersusun dari jasad yang dapat disadari adanya dengan kasat mata (bashar), dan dari ruh dan nafs yang dapat disadari adanya dengan penglihatan mata hati (bashirah), sehingga kekuatan nafs yang adanya disadari dengan bashirah lebih besar dari pada jasad yang adanya disadari dengan bashar.
• Menurut Ghazali akhlak adalah suatu sifat tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan dengan mudah tanpa pertimbangan pemikiran yang lama.
• Suatu perbuatan merupakan cerminan dari akhlak jika mencakup 2 hal, yaitu;
a. Dilakukan berulang-ulang yang hampir menjadi suatu kebiasaan b. Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan
berfikir-fikir terlebih dahulu
Hadist
Pendidikan akhlak merupakan inti dari pendidikan karena akhlak mengarahkan pada perilaku, sesuai hadist dibawah ini:
• Akhlak dalam Islam mempunyai kedudukan yang penting, ia dengan takwa merupakan buah pohon Islam yang berakarkan aqidah, bercabang dan berdaun syari’ah, seperti hadist Rasul; Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (HR. Tirmidzi).
• Akhlak nabi Muhammad, yang diutus untuk menyempurnakan akhlak, disebut akhlak Islami karena bersumber pada wahyu Allah atau qur’an. Oleh sebab itu, Akhlakul karimah adalah tatkala perilaku manusia mengikuti aturan Islam dalam setiap aspek kehidupan, sebagaimana terimplikasi dalam hadits ‘Aisyah ra yang artinya “Ahlak Rasulullah Saw adalah al-Qur’an” (HR. Muslim).
▪ Berdasarkan makna terminologi, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan lahir dan batin.
▪ Akhlak terhadap makhluk, dibagi dua yaitu terhadap manusia dan bukan manusia.
▪ Akhlaq terhadap manusia
a) terhadap diri sendiri
b) terhadap orang lain, misalnya: Rasulullah, orang tua, kerabat, sahabat
Akhlaq pada yang bukan manusia
a) terhadap makhluk hidup bukan manusia misalnya akhlak terhadap tumbuhan dan hewan,
b) terhadap makhluk (mati) bukan manusia, ex. Tanah, air, udara dan sebagainya.
Akhlak terhadap bukan manusia dipecah lagi menjadi;
Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, misalnya akhlaq terhadap tumbuhan (flora) dan hewan (fauna).
Akhlak terhadap makhluk mati bukan manusia misalnya akhlaq terhadap tanah, air, udara dan sebagainya.
Perbandingan ukuran baik dan buruk dalam akhlak dengan aliran dalam filsafat etika
▪ Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, akhlak sering disamakan dengan kesusilaan dan sopan santun tapi agar terdengar lebih modern sering diganti dengan istilah moral dan etika.
▪ Moral dari bahasa Latin mores, jamak kata mos yang berarti kebiasaan sedangkan etika dari bahasa Yunani yaitu ethos artinya kebiasaan.
▪ Akhlak Islami berbeda dengan moral dan etika dilihat dari sumber dan pedomannya, yaitu;
▪
Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, sesuai dengan nilai dan norma agama, masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
▪
Yang buruk menurut akhlak adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama, masyarakat, merugikan diri sendiri dan orang lain.
▪
Allah dan Rasullullah menentukan akhlak baik dan
buruk dalam Islam yang tertulis dalam alqur’an dan
sunnah Rasul.
Implementasi akhlak dalam kehidupan bersama
Akhlak terhadap Allah antara lain;
Al-hubb, mencintai Allah melebihi cinta kepada siapapun dan mempergunakan firman-Nya dalam qur’an sebagai pedoman hidup kemudian menjalankan segala perintah Allah.
Ar-raja yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridhaan Allah
As-syukru, yaitu bersyukur atas nikmat dan karunia-Nya
Qana’ah menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar
Memohon ampunan kepada Allah
At-taubah, bertaubat hanya kepada Allah
Tawakkal, berserah diri kepada Allah
Akhlak terhadap makhluk, dibagi dua;
Akhlak terhadap manusia, dapat dirinci menjadi;
Terhadap Rasulullah, antara lain;
Mencintai Rasul dengan tulus dengan mengikuti semua sunnahnya
Menjadikan Rasul sebagai idola, suri tauladan dalam kehidupan
Menjalankan apa yang disuruhnya dan menjauhi apa yang dilarangnya
Terhadap Orang tua, antara lain;
Mencintai mereka melebihi dari cinta kepada kerabat
Merendahkan diri kepadanya diiringi dengan rasa kasih sayang
Berkomunikasi kepada orang tua dengan khidmah
Berbuat baik kepada orang tua, mengikuti nasehatnya dan mendoakannya tidak menyinggung dan menyakiti perasaan mereka
Mendoakan keselamatan dan ampunan bagi mereka
Terhadap diri sendiri, antara lain;
Memelihara kesucian diri
Menutup aurat
Jujur dalam perkataan, berbuat ikhlas dan rendah hati
Malu melakukan perbuatan jahat
Menjauhi dengki dan dendam
Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain
Menjauhi segala perbuatan dan perkataan sia-sia
Terhadap keluarga, karib kerabat, antara lain;
Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga
Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak
Berbakti kepada ibu-bapak
Mendidik anak-anak dengan kasih sayang
Memelihara hubungan silaturahim dan melanjutkan silaturahim yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia
Terhadap tetangga, antara lain;
Saling mengunjungi
Saling bantu di waktu senang lebih-lebih tatkala susah
Saling beri memberi, saling hormat menghormati
Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan
Terhadap masyarakat, antara lain;
Memuliakan tamu
Menghormati nilai, norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan
Saling menolong dan melakukan kewajiban dan takwa
Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat
Memberi makan fakir miskin dan melapangkan hidup dan kehidupannya
Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama
Manaati putusan yang telah diambil
Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat kepada kita
Menepati janji
Akhlak terhadap bukan manusia (lingkungan hidup), antara lain;
Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup
Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya
Sayang pada sesama makhluk
Berikut diuraikan secara singkat akhlak yang buruk;
Akhlak buruk terhadap Allah
Takabbur/al kibru adalah sikap menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah di dunia ini termasuk nikmatnya
Musyrik/al-syirku adalah sikap mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya dan menyamakan suatu makhluk dengan kekuasaan-Nya
Murtad/ar-riddah adalah sikap keluar dari Islam untuk menjadi kafir
Manufiq/an-nifaaq adalah sikap menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama
Riya’/ar-riyaa’ yaitu sikap yang selalu menunjuk-nunjukkan perbuatan baik yang dilakukannya, jadi bukan karena Allah seseorang melakukan perbuatan baik tetapi ingin dipuji
Boros/al-israf adalah perbuatan yang melampaui batas-batas ketentuan agama
Rakus dan tamak/al-hirsu wa at-thama’u adalah sikap tidak pernah merasa cukup dan bersyukur
Akhlak buruk terhadap manusia, antara lain;
Mudah marah/al ghadab adalah kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya
Iri hati atau dengki/alhasadu atau al-hiqdu adalah sikap kejiwaan seseorang yang menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan orang lain bisa hilang sama sekali
Mengadu domba/an-namiimah adalah perilaku yang suka memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain, dengan maksud merusak hubungan sosial
Mengumpat/ al-ghibah sikap dan perilaku seseorang yang suka membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain
Bersikap congkak/al-ash’aru sikap dan perilaku yang menampilkan kesombongan baik dilihat tingkah lakunya dan prilakunya
Kikir/al-bukhlu sikap dan perilaku yang tidak mau memberikan materi kepada orang lain
Berbuat aniaya/ad-dzulmu suatu perbuatan merugikan orang lain atau mengambil hak-hak orang lain baik materil maupun non materil
Menurut Ibnu Maskawaih, “Jiwa manusia memiliki 3 kekuatan”, diantaranya:
Kekuatan berfikir/ al-quuwatu an-nathiqah, tugasnya yaitu berfikir dan membedakan yang baik dan yang buruk pada suatu hal sedangkan keutamaannya adalah hikmah.
Kekuatan emosi/al-quuwatu al-ghadabiyah tugasnya yaitu melindungi seseorang dengan keinginan yang kuat sedangkan keutamannya adalah keberanian.
Kekuatan syahawat/ al-quuwatu as-syahwatiyyah tugasnya adalah mencari makan dan menyukai sesuatu sedangkan keutamannya adalah menahan diri (‘iffatun).
Dr. Taha ‘Abdu Assalam H, Falsafatul Akhlaq ‘Inda Ibni Maskawaih, Kairo: Jami’atu al-Azhaar, 2003, p.16-17.
Usaha peningkatan akhlak ke arah akhlakul karimah dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya (Salimi, 2008, hlm. 234) :
❖ Dengan melaksanakan ibadah khusus
❖ Dzikir
❖ Tafakur (inklusif merenungkan kematian)
❖ Membiasakan diri untuk melaksanakan kebajikan dan menjauhkan kemungkaran (memlihara agama)
❖ Berakhlak sebagaimana akhlak Allāh (mengidentifikasi diri dengan sifat-sifat Allāh yang tergambar dengan asmaul husna)
❖ Berdoa. Sebagaimana firman Allāh : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allāh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(QS. Al-A’raf : 55)
Metode pengajaran akhlaq ada dua, yaitu:
Keteladanan
❖ Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual, dan sosial.
❖ Sebab, seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak, bahkan semua keteladanaan tersebut akan melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi, maupun spiritual.
❖ Teladan dalam term al-Quran disebut dengan istilah “uswaħ“ dan “Iswaħ” atau dengan kata “al-qudwaħ” dan
“al qidwaħ” yang memiliki arti suatu keadaan saat seseorang mengikuti manusia lain, baik dalam kebaikan, dan kejelekan (Armai, 2002, hlm. 90).
❖ Jadi “keteladanan” adalah hal-hal yang ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islām, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian “uswatunḥasanaħ”.
Pembiasaan
❖ Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak.
❖ Anak-anak belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila, serta belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa sehingga perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu.
❖ Anak perlu dibiasakan pada sesuatu yang baik kemudian mereka akan mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan (Nata,1997, hlm. 101).
Syarat-syarat metode pembiasaan
Menurut Arief (2002, hlm.114-115) ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam melakukan metode pembiasaan kepada anak-anak, yaitu:
➢ Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
➢ Pembiasaan itu hendaklah terus-menerus (berulang-ulang) dijalankan secara tertatur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan uang otomatis.
➢ Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya sehingga jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu.
➢ Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak sendiri.
REFERENSI
Dr. Taha ‘Abdu Assalam H, Falsafatul Akhlaq ‘Inda Ibni Maskawaih, Kairo: Jami’atu al-Azhaar, 2003.
Ibnu Hajar al-’Asqalani, Ibanatul Ahkaam Syuruhu Bulughul Maram, Beirut: Darul Fikri, 2004.
Team Penulis, ”Pendidikan Agama Islam” (Buku Teks Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Pada Universitas Gunadarma), Depok: Universitas Gunadar ma, 2003.
Raharjo, S. B. (2010). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,16(3), 229-238.
Manan, S. (2017). Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim,2(1), 49-65.
Suryadarma, Y., & Haq, A. H. (2015). Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali.At-Ta'dib,10(2).