• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS, TELUR ITIK DAN TELUR AYAM KAMPUNG DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS, TELUR ITIK DAN TELUR AYAM KAMPUNG DI KABUPATEN TAPANULI UTARA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS, TELUR ITIK DAN TELUR AYAM KAMPUNG DI

KABUPATEN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Oleh:

SUSIANA NABABAN 130306067

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS ELASTISITAS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS, TELUR ITIK DAN TELUR AYAM KAMPUNG DI

KABUPATEN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Oleh:

SUSIANA NABABAN 130306067

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Analisis Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras, Telur Itik dan Telur Ayam Kampung di Kabupaten Tapanuli Utara Nama : Susiana Nababan

NIM : 130306067

Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh:

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, MS. Ir. Iskandar Sembiring, MM

Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. Hasnudi. M.S Ketua Program Studi Peternakan

(4)

ABSTRAK

SUSIANA NABABAN: “Analisis Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras, Telur Itik dan Telur Ayam Kampung di Kabupaten Tapanuli Utara”

Dibimbing oleh SAYED UMAR dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat harga terhadap permintaan telur di Kabupaten Tapanuli Utara, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga permintaan telur di kabupaten Tapanuli Utara, mengkaji seberapa besar elastisitas permintaan telur di Kabupaten Tapanuli Utara dan mengetahui saluran pemasaran telur di Kabupaten Tapanuli Utara.

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit responden pedagang dan konsumen telur. Sampel diperoleh dengan metode accidental sampling dan diperoleh 48 orang pedagang dan 160 konsumen. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan secara statistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung harga beli pedagang berpengaruh positif terhadap jumlah penawaran telur, apabila harga beli telur naik maka jumlah penawaran juga akan meningkat. Harga jual pedagang berpengaruh positif terhadap jumlah permintaan telur, apabila harga jual telur naik maka jumlah permintaan akan menurun.

Semakin tinggi pendapatan konsumen maka jumlah permintaan telur akan semakin rendah, hal ini dikarenakan jika pendapatan semakin tinggi maka konsumen akan memilih mengkonsumsi komoditi lain, seperti daging, ikan, tahu, tempe dan lain lain.

Kata Kunci: elastisitas permintaan, harga telur, ayam ras, itik, ayam kampung

(5)

ABSTRACT

SUSIANA NABABAN: Analysis of demand elasticity of ras chicken egg, duck egg and kampung chicken egg in the district North Tapanuli. Guided by Sayed Umar and Iskandar Sembiring.

This study aims to determine the effect of price level on egg demand in North Tapanuli Regency, to analyze factors affecting egg demand price in North Tapanuli regency, to study how big the elasticity of egg demand in Kabupaten Tapanuli Utara and to know marketing channel Eggs in North Tapanuli Regency.

This research use survey method with consumer respondent unit and egg consumer. The sample was obtained by accidental sampling method and obtained 48 traders and 480 consumers. Data analysis was done descriptively and statistically.

The results showed that in ras chicken egg, duck egg and kampung chicken egg buyers purchase price positively affect the amount of egg supply, if the price of eggs rose then the number of offers will also increase. The selling price of the trader has a positive effect on the amount of egg demand, if the egg selling price increases, the demand will decrease.

The higher the consumer's income the lower the demand for eggs, this is because if the income is higher then consumers will choose to consume other commodities, such as meat, fish, tofu, tempeh and others.

Keyword: demand elasticity, the price of eggs, ras chicken, duck, kampung chicken

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarutung, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 09 September 1995 anak dari Bapak Budianto Nababan dan Ibu Asnah R Sinaga.

Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tarutung dan pada tahun 2013 masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan penulis masuk dalam keanggotan Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan pada bulan juli – Agustus 2016 di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hjauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Siborong-borong.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul “Analisis Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras, Telur Itik dan Telur Ayam Kampung di Kabupaten Tapanuli Utara”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sayed Umar selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Iskandar Sembiring selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua civitas akademika di Program Studi Peternakan dan Fakultas Pertanian serta rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari sebagai seorang manusia tidak luput dari kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini, akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pembaca.

(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Utara... 4

Geografi... 4

Klimatologi ... 5

Pendapatan Masyarakat ... 5

Telur ... 5

Pasar ... 7

Pemasaran ... 8

Bauran Pemasaran Produk (Product)` ... 10

... 9

Harga (Price) ... 11

Lokasi (Place)... 13

Promosi (Promotion) ...` 14

Saluran Pemasaran ... 15

Permintaan (Demand) ... 17

Elastisitas Pemasaran ... 18

Elastisitas Permintaan ... 18

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

Metode Penelitian Survei ... 23

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

Metode Penentuan Sampel ... 24

(9)

Pedagang Telur Ayam ... 24

Konsumen ... 24

Metode Pengambilan data ... 25

Metode Analisis Data ... 26

Defenisi dan Batasan Operasional ... 27

Defenisi ... 27

Batasan Operasional ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Telur Ayam Ras ... 28

A. Harga Telur Ayam Ras di Tingkat Konsumen ... 28

B. Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras ... 30

C. Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras ... 32

Telur Itik... 34

A. Harga Telur Itik di Tingkat Konsumen ... 34

B. Jumlah Permintaan Telur Itik ... 36

C. Elastisitas Permintaan Telur Itik ... 38

Telur Ayam Kampung... 39

A. Harga Telur Ayam Kampung di Tingkat Konsumen ... 39

B. Jumlah Permintaan Telur Ayam Kampung ... 41

C. Elastisitas Permintaan Telur Ayam Kampung ... 43

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras ... 45

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Telur Itik ... 49

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Telur Ayam Kampung ... 53

Saluran Pemasaran ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

Kesimpulan ... 58

Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Pasar Terpilih di Kabupaten Tapanuli Utara Yang akan diamati ... 22 2. Harga telur ayam ras didasarkan pada pembelian konsumen kepada

pedagang (Rp/Butir) ... 28 3. Jumlah permintaan telur ayam ras di kabupaten Tapanuli Utara ... 30 4. Nilai elastisitas permintaan telur ayam ras di kabupaten Tapanuli Utara ... 32 5. Harga telur itik didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang

(Rp/Butir)... 34 6. Jumlah permintaan telur itik di kabupaten Tapanuli Utara ... 36 7. Nilai elastisitas permintaan telur itik di kabupaten Tapanuli Utara ... 38 8. Harga telur ayam kampung didasarkan pada pembelian konsumen kepada

pedagang (Rp/Butir) ... 39 9. Jumlah permintaan telur ayam kampung di kabupaten Tapanuli Utara ... 41 10. Nilai elastisitas permintaan telur ayam kampung di kabupaten Tapanuli

Utara ... 43

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Grafik harga jual pedagang telur ayam ras ... 29

2. Grafik permintaan telur ayam ras ... 31

3. Grafik harga jual pedagang telur itik ... 35

4 Grafik permintaan telur itik ... 37

5. Grafik harga jual pedagang telur ayam kampung ... 40

6. Grafik permintaan telur ayam kampung ... 42

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan pendapatan masyarakat dan pertambahan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi hewani asal ternak. Upaya peningkatan sumber daya manusia tidak mungkin tercapai tanpa gizi yang cukup.

Salah satu produk peternakan yang memiliki nilai nutrisi yang cukup baik adalah telur. Menurut survey dan analisa Ketahan Pangan Tapanuli Utara (2015) konsumsi telur di Tapanuli Utara yaitu 3,68 kg /kapita/Tahun.

Telur merupakan salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu serta bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Kandungan gizi telur terdiri dari : air 73,7%, Protein 12,9 %, Lemak 11,2% dan Karbohidrat 0,9%. dan kadar lemak pada putih telur hampir tidak ada. Ditambahkan Sudaryani (2003) bahwa hampir semua lemak di dalam telur terdapat pada kuning telur, yaitu mencapai 32%, sedangkan pada putih telur kandungan lemaknya sangat sedikit (Komala, 2008).

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu tempat kegiatan pemasaran telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung, pedagang mendapat pasokan telur dari luar kabupaten Tapanuli Utara. Pedagang memperoleh telur dari luar daerah karena belum banyaknya perusahaan ternak petelur sebagai pusat penghasil telur di dalam kabupaten tersebut. Oleh sebab itu, harga telur mengalami kenaikan dan penurunan harga yang belum stabil. Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara produksi telur di

(13)

Kabupaten Tapanuli Utara mengalami peningkatan dari tahun 2013 hingga tahun 2015.

Harga telur ayam yang relatif murah terutama dibandingkan dengan harga daging membuat masyarakat cenderung lebih memilih telur ayam sebagai pemenuh kebutuhan konsumsi protein.

Secara normatif, permintaan telur ditentukan oleh harga telur tersebut, pendapatan masyarakat, jumlah tanggungan, dan harga barang lain. Masyarakat luas cenderung akan memilih barang dengan harga yang lebih murah untuk mengkonsumsi suatu barang, termasuk telur, karena telur relatif lebih murah dibandingkan dengan produk ternak lainnya.

Umumnya, apabila suatu harga barang naik maka permintaan akan barang tersebut akan menurun atau sebaliknya. Kejadian inilah yang disebut dengan elastisitas. Perubahan harga berperan penting dalam menentukan jumlah permintaan akan suatu barang. Analisis elastisitas ini dapat digunakan untuk menaksir perubahan yang akan terjadi pada permintaan telur di pasar.

Penelitian tentang elatisitas harga telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung di Kabupaten Tapanuli Utara diharapkan dapat menjadi salah satu dasar untuk menentukan kebijakan di sub sektor peternakan untuk penyediaan pangan yang memadai, merata dan sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:

(14)

1. Apakah tingkat harga berpengaruh terhadap permintaan telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung di Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung di kabupaten Tapanuli Utara.

3. Seberapa besar elastisitas permintaan telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung.

4. Saluran pemasaran telur di Kabupaten Tapanuli Utara.

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji pengaruh tingkat harga terhadap permintaan telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung di Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung di kabupaten Tapanuli Utara.

3. Mengkaji seberapa besar elastisitas permintaan telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung di Kabupaten Tapanuli Utara.

4. Bagaimana saluran pemasaran telur di Kabupaten Tapanuli Utara.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi kalangan akademis, peneliti dan masyarakat tentang elastisitas permintaan telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung dan sebagai bahan informasi bagi para instansi terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan usaha peternakan ayam ras petelur di wilayah yang bersangkutan atau di daerah lain.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Utara Geografi

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian antara 150 - 170 meter di atas permukaan laut. Letak geografisnya berada pada 2 - 30 Lintang Utara dan 98 - 99,5 Bujur Timur. Secara geografis letak Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu, di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah.9 Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 km2 yang terdiri dari luas dataran 3.793,71 km2 dan luas perairan Danau Toba 6,60 km2 . Dari 15 kecamatan yang ada, kecamatan yang paling luas di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Garoga sekitar 567,58 km2 atau 14,96% dari luas Kabupaten dan kecamatan yang terkecil luasnya yaitu Kecamatan Muara sekitar 79,75 km2 atau 2,10%. Kabupaten Tapanuli Utara yang berada pada rata-rata ketinggian lebih dari 900 meter di atas permukaan laut sangat berpeluang memperoleh curah hujan yang banyak. Wilayah ini merupakan salah satu daerah dengan curah hujan yang cukup banyak yaitu 0,8 mm pertahun dengan suhu udara rata-rata adalah 220 C.

(16)

Klimatologi

Salah satu unsur cuaca/iklim adalah curah hujan. Kabupaten Tapanuli Utara yang berada pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut sangat berpeluang memperoleh curah hujan yang banyak. Selama tahun 2007, rata-rata curah hujan tahunan tercatat 8.777 mm dan lama hari hujan 231 hari atau rata-rata curah hujan bulanan sebanyak 5731,42 mm dan lama hari hujan 19,25 hari. Dari rata-rata curah hujan bulanan tahun 2007, terlihat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 1133 mm dan lama hari hujan 27 hari dan curah hujan terendah pada bulan Agustus yaitu 365 mm dan lama hari hujan 15 hari dan temperatur udara berkisar antara 17oC-29oC, serta rata-rata kelembaban udara (RH) sebesar 85,04%.

Pendapatan Masyarakat

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator dalam melihat keberhasilan pembangunan di suatu daerah, dimana pertumbuhan PDRB suatu daerah merupakan gambaran pertumbuhan ekonomi suatu daerah. PDRB Perkapita Harga Berlaku Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2014 sebesar Rp. 18.509.155,15 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi sebesar Rp. 19.864.253,52 (BPS Kabupaten Tapanuli Utara, 2016).

Telur

Telur adalah komoditi ekonomi karena memang ada permintaannya.

Tetapi permintaan konsumen terhadap telur ini dipengaruhi selera, dan selera ini dipengaruhi antara lain, oleh tingkat pendidikan konsumen itu. Konsumen cenderung pada produk yang penggunaannya praktis, cepat, kualitas terjamin dan tahan lama, sekalipun itu harus membayar lebih (Rasyaf,1991).

(17)

Telur yang normal mempunyai berat 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Klasifikasi telur dibagi menjadi empat kualitas dimana penilaiannya berdasarkan pada kulit telur, celah udara di dalam telur, putih telur dan kuning telurnya.

Pengklasifikasiannya yaitu :

• Kualitas AA

Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak boleh retak atau berkerut, bentuk kulit harus normal dan halus. Rongga udara di dalam telur sepanjang 0,23 cm. Putih telur harus bersih dan kental. Telur yang jelek, putih telurnya sudah encer. Kuning telurnya harus bersih dan tanpa ada kotoran

• Kualitas A

Kulit telur juga harus bersih, tidak retak atau berkerut, mulus dan normal.

Rongga udara sebesar 0,48 cm dan harus ada bagian yang tumpul dari telur.

Bagian putih telurnya harus bersih dan boleh agak encer, sedangkan kuning telurnya normal dan bersih.

• Kualitas B

Kulit telur bersih, tidak pecah/retak, dan boleh agak tidak normal, misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur bersih dan sudah lebih banyak yang encer, sedangkan kuning telurnya normal tetapi boleh ada bercak.

• Kualitas C

Kulit telur bersih dan boleh kotor sedikit, kulit tidak pecah/retak, dan boleh tidak normal, misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm dan putih telurnya sudah encer, ada telur yang tidak normal, sedangkan kuning

(18)

telurnya mengandung bercak yang tidak sedap, bentuk telur tidak normal atau sudah pipih (Rasyaf, 1991).

Pasar

Konsep tentang jual-beli (pertukaran) mengacu pada pemahaman tentang konsep sebuah pasar. Sebuah pasar terdiri dari pelanggan potensial dengan kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin mau dan mampu untuk ambil bagian dalam jual-beli guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut.

Karena itu besar kecilnya suatu pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan, mempunyai sumber daya yang menarik bagi orang lain, dan mau menyediakan sumber daya tersebut untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.

Pasar dalam pengertian ekonomi adalah situasi seseorang atau lebih pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kualitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual mendapat manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapat barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapat imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku eonomi produksi atau pedagang.

Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.

(19)

Pasar menurut kajian ilmu ekonomi adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan .

Jadi, berdasarkan pernyataan diatas pasar adalah area tempat jual beli barang/ jasa dengan penjual lebih dari satu orang yang didalamnya terjadi proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) sehingga menetapkan harga dan jumlah yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Pemasaran

Pemasaran berarti kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar. Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Jika satu pihak lebih aktif menciptakan situasi jual-beli, maka pihak pertama ini disebut pemasar dan pihak kedua disebut calon pembeli (prospect).

Pemasar adalah seorang yang berusaha memperoleh sumber daya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai sebagai imbalannya. Jadi , dapat didefenisikan kembali bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan melalui proses itu individu-individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain (Kotler, 1990).

Banyak yang menganggap bidang ini identik atau sama dengan bidang penjualan. Sesungguhnya pemasaran memiliki arti yang luas daripada penjualan.

Bidang penjualan merupakan bagian dari bidang pemasaran, sekaligus merupakan bagian terpenting dari bidang pemasaran itu sendiri. Pemasaran berarti bekerja

(20)

dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Jika perusahaan menaruh perhatian lebih banyak untuk terus menerus mengikuti perubahan kebutuhan dan keinginan baru, mereka tidak akan mengalami kesulitan untuk mengenali peluang- peluangnya. Karena para konsumen selalu mencari yang terbaik untuk kehidupannya dan tentu saja dengan harga yang terjangkau dan dengan kualitas yang baik pula, hal itulah yang memicu adanya persaingan yang semakin tajam yang menyebabkan para penjual merasa semakin lama semakin sulit menjual produknya di pasar. Sebaliknya, pihak pembeli merasa sangat diuntungkan karena mereka bebas memilih dari pihak manapun dengan kualitas dan mutu produk yang baik. Hal inilah yang mendorong para pakar bisnis untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Fenomena masa lalu dipelajari dan dibandingkan dengan apa yang menggejala saat ini, kiat-kiat bisnis dalam memproduksi barang, menetapkan harga, mempromosikan serta mendistribusikan dinalisis dengan baik agar sesuai dengan tuntunan pasar.

Bauran Pemasaran

Bauran Pemasaran merupakan kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling menunjang satu sama lain (Fuad,dkk, 2000). Menurut Philip Kotler (Rangkuti, 2004) marketing mix atau bauran pemasaran atau lebih populer dikenal dengan nama 4P adalah : Sekumpulan alat pemasaran yang digunakan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan pemasaran sesuai dengan pasar sasaran yang telah ditetapkan.

Konsep marketing mix yang digunakan oleh Kotler ini berasal dari McCarthy, yaitu terdiri dari 4P (product, price, place dan promotion). Lamb, Hair,

(21)

dan Mc Daniel (Rangkuti, 2009) menjelaskan bahwa : Bauran Pemasaran adalah strategi produk, promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik serta dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pasar yang dituju.

Produk (Product)

Menurut Kotler (2005), “Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pasarnya. Yang dimaksud dengan produk dalam kaitan ini adalah seperangkat sifat-sifat yang nyata dan tidak nyata yang meliputi bahan-bahan yang dipergunakan, mutu, harga, kemasan, warna, merek,jasa, dan reputasi penjual”. Lupiyoadi (2001), menyatakan bahwa

“Produk merupakan keseluruhan konsep obyek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen.Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut”.

Stanton (2000) menyatakan “Produk adalah sekumpulan atribut yang nyata(tangible) dan tidak nyata (intangible) di dalamnya sudah tercakup warna, harga,kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya”.

Kotler (2005), mengatakan bahwa menurut daya tahan dan wujudnya produk dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali

(22)

penggunaan, seperti birdan sabun. Karena barang-barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli,strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai lokasi, hanya mengenakan marjin yang kecil, dan memasang iklan besar-besaran guna memancing orang mencobanya dan membangun preferensi.

2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah lama digunakan berkali-kali, seperti lemari es dan pakaian. Produk tahan lama biasanya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, mempunyai marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak garansi dari penjual.

3. Jasa (services) produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan, dan mudahhabis. Akibatnya produk ini biasanya memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi.

Contohnya mencakup pemotongan rambut dan perbaikan barang.

Harga (Price)

Lupiyoadi (2001), menyatakan bahwa “Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dan mempengaruhi image produk serta keputusan konsumen untuk membeli. Keputusan penetapan harga juga sedemikian penting dalam menentukan seberapa jauh pelayanan jasa dinilai oleh konsumen, dan juga dalam proses membangun citra”.

Kotler (2005), mendefinisikan harga sebagai “Sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang dan jasa”.

(23)

Tjiptono (2002) menyatakan bahwa, “Harga dapat ditetapkan dengan berbasis pada permintaan. Metode ini menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah frekuensi pelanggan. Permintaan pelanggan ini didasarkan pada berbagai pertimbangan antara lain:

(1) Kemampuan pelanggan untuk membeli (daya beli);

(2) Kemauan pelanggan untuk membeli;

(3) Posisi suatu produk dalam gaya hiduppelanggan;

(4) Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan;

(5) Harga produk-produk subsitusi;

(6) Sifat persaingan non harga;

(7) Perilaku konsumen secara umum; dan (8) Segmen-segmen dalam pasar

Terkadang perusahaan melakukan penyesuaian-penyesuaian khusus terhadap harga dalam bentuk diskon, allowance, dan penyesuaian geografis.

1) Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepadapembeli sebagai penghargaan dari aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual.

2) Allowence merupakan pengurangan dari harga menurut daftar (list price) kepada pembeli karena adanya aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan pembeli.

3) Penyesuaian geografis merupakan penyesuaian terhadap harga yang dilakukan oleh produsen sehubungan dengan biaya transportasi produk dari penjual kepada pembeli (Tjiptono, 2002).

(24)

Stanton (2000), menyatakan bahwa Persepsi konsumen terhadap kualitas berubah-ubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada harga. Semakin tinggi harga suatu produk semakin tinggi pula kualitas produk yang dipersepsi oleh konsumen. Konsumen mempunyai persepsi seperti ini pada saat mereka tidak memiliki petunjuk lain mengenai kualitas produk selain harga. Padahal persepsi kualitas dapat juga dipengaruhi oleh reputasi toko, periklanan, dan variabel lainnya. Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dan mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Dalam menetapkan harga, harus sesuai dengan nilai yang diberikan dan dipahami pelanggan. Harga memainkan peran yang penting dalambauran pemasaran jasa, karena penetapan harga memberikan penghasilan bagi bisnis.

Menurut Nurhayati (2012), perubahan harga telur ayam disebabkan oleh (a) adanya pengaruh perubahan iklim, (b) banyaknya telur yang dikirim keluar wilayah, (c) adanya penjualan ayam afkir.

Lokasi (Place)

Tempat (place) dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi. Pentingnya lokasi untuk jasa tergantung pada jenis dan tingkat interaksi yang terjadi. Interaksi antara penyedia jasa dengan pelanggan tersebut terdiri dari pelanggan mendatangi penyedia jasa, penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau penyedia jasa dan pelanggan mentransaksikan bisnis dalam jarak jauh.

Menurut Yazid (2001) menyatakan bahwa “Faktor-faktor tempat/distribusi yang terdapat dalam pemasaran jasa terdiri dari: jenis

(25)

saluran,perantara, lokasi outlet, transportasi, penyimpanan dan mengelola saluran”.

Tujuan dari penentuan lokasi yang tepat bagi perusahaan adalah agar dapat beroperasi dengan efisien dan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam memilih lokasi, perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yangmempengaruhi biaya, kecepatan waktu, kemudahan sarana yang diperlukan.

Promosi (Promotion)

Promosi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk merangsang pembelian produk tertentu lebih cepat atau lebih kuat oleh konsumen.

Promosi berkaitan dengan upaya untuk mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin, kemudian membeli dan selalu ingat akan produk tersebut. Menurut Alderson dan Green (dalam Sastradipoera, 2003), bahwa promosi adalah “Setiap upaya pemasaran yang fungsinya untuk memberikan informasi atau meyakinkan konsumen aktual atau potensial mengenai kegunaan suatu produk atau jasa (tertentu) dengan tujuan untuk mendorong konsumen baik melanjutkan atau memulai pembelian produk atau jasa perusahaan pada harga tertentu”.

Menurut Zeithaml dan Binner dalam Yazid (2001), faktor-faktor promosi yang terdapat dalam pemasaran jasa terdiri dari: tenaga penjualan atau pelayanan, jumlah seleksi, pelatihan, insentif, target, jenis media dan periklanan, serta bauranpromosi (periklanan, sales promotion, personnal selling, dan publisitas).

Menurut Kotler (2004), promosi terdiri dari 4 (empat) alat utama, yaitu:

1) Periklanan

(26)

Segala bentuk presentasi non personal dan promosi ide, barang atau jasa melalui media tertentu yang dibayar oleh sponsor tertentu.

2) Penjualan

Terdiri dari kumpulan kiat insentif yang berbeda-beda, kebanyakan berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian yang lebih cepat atau lebih besar dari suatu produk atau jasa tertentu oleh konsumen atau perdagangan tersebut.

3) Hubungan Masyarakat

Perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara konstruktif denganpelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi perusahaan juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang besar.

4) Penjualan Personal

Kiat yang paling efektif dalam menyederhanakan operasional kerja terutama dalam membentuk preferensi pembeli, keyakinan, dan tindakan.

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah rute yang dilalui produk pertanian ketika produk bergerak dari farm gate yaitu petani produsen ke pengguna atau pemakai terakhir. Produk pertanian yang berbeda akan mengikuti saluran pemasaran yang berbeda pula. Umumnya saluran pemasaran terdiri atas sejumlah lembaga pemasaran dan pelaku pendukung. Mereka secara bersama-sama mengirimkan dan memindahkan hak kepemilikan atas produk dari tempat produksi hingga ke penjual terakhir (Musselman dan Jackson, 1992). C. Glen Walters dalam Bayuswastha (!982) mendefenisikan saluran pemasaran sebagai kelompok

(27)

pedagang dana gen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.

Panjang pendeknya saluran pemasaran menurut Hanafiah (1986) tergantung antara lain pada faktor-faktor sebagai berikut:

1. Jarak antara produsen ke konsumen

2. Cepat tidaknya produk yang ditransaksikan rusak 3. Skala produksi

4. Posisi keuangan lembaga pemasaran yang terlibat

Saluran pemasaran barang konsumsi umumnya ada lima saluran yaitu:

a. Produsen - Konsumen

Saluran terpendek, saluran paling sederhana untuk distribusi barang-barang konsumen tanpa melalui atau melibatkan perantara.

b. Produsen - Pengecer – Konsumen

Dalam saluran ini produsen menjual pada pengecer dalam jumlah yang besar, tanpa menggunakan perantara.

c. Produsen - Wholesaler (Pedagang-Konsumen) – Pengecer – Konsumen

Saluran ini banyak digunakan oleh produsen dan sering disebut distribusi tradisional. Di sini produsen hanya melayani pembelian dalam jumlah yang besar saja dan tidak menjual pada pengecer. Pembelian pengecer dilayani wholesaler dan pembelian konsumen dilayani pengecer.

d. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen

Banyak produsen lebih suka menggunakan manufaktur agen broker atau perantara agen yang lain daripada menggunakan wholesaler untuk mencapai

(28)

pasar pengecer, khususnya middleman agen antara produsen dan retailer (pengecer).

e. Produsen – Agen – Wholesaler (Pedagang Besar) – Pengecer – Konsumen

Produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya pada whosaler yang kemudia menjualnya pada pengecer kecil (Tatiek, 2012).

Permintaan (Demand)

Yang dimaksud dengan permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Hukum permintaan yaitu “Bila harga suatu barang naik maka permintaan barang tersebut akan turun, sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka permintaannya akan naik dengan asumsi ceteris paribus (semua faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga dianggap konstan)” (Putong, 2005).

Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan dibawah ini:

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

(29)

4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat 5. Cita rasa masyarakat

6. Jumlah penduduk

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan dating (Sukirno, 2008).

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang atau masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi bila barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas tinggi, namun untuk telur yang merupakan barang inferior (barang bersifat rendahan) maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).

Selain pendapatan jumlah permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang substitusi maupun terhadap harga barang komplementer. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan (Sukirno, 2003).

Makin banyak tanggungan, maka jumlah permintaan akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat (Sumarwan, 2003).

Elastisitas Pemasaran

Derajat kepekaan produk pertanian berbeda dengan produk industri.

Ukuran derajat kepekaan permintaan suatu barang teradap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut elastisitas permintaan. Sedangkan derajat

(30)

kepekaan penawaran suatu barang terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut elastisitas penawaran. (Hanani et al, 2005).

Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan menjelaskan seberapa besar presentase perubahan jumlah barang yang diminta apabila salah satu faktor tersebut berubah. Apabila terjadi perubaham harga dengan presentase yang sangat kecil, tetapi menimbulkan perubahan perubahan yang sangat besar terhadap jumlh barang yang diminta maka dapat dikatakan bahwa barang tersebut sangat responsive terhadap perubahan harga (Kunawangsih dan Pracoyo, 2006).

Koefisien elastisitas harga dari permintaan mengukur persentase perubahan jumlah komoditi yang diminta per unit waktu yang diakibatkan oleh persentase perubahan harga tertentu dari komoditi itu. Karena hubungan antara harga dan jumlah adalah terbalik, koefisien elastisitas harga dari permintaan adalah angka negatif. Agar nilai negatif dihindarkan dalam pembahasan , maka tanda minus seringkali dimasukkan ke dalam rumus Ed. Andaikan ∆Q mewakili perubahan jumlah komoditi yang diminta yang diakibatkan oleh perubahan harga tertentu dari komoditi itu (∆P), kita peroleh

Keterangan : ∆Q = Perubahan jumlah permintaan ∆P = Perubahan harga barang P = Harga barang mula-mula Q = Jumlah permintaan mula-mula Ed = Elastisitas Permintaan

Ed = - ∆Q / Q

∆P / P = - ∆Q P

∆P Q

.

(31)

Permintaan disebut elastis jika c > 1, inelastic e< 1 dan elastis uniter e = 1 (Salvatore, 1991).

Berdasarkan besar kecilnya tingkat koefisien elastisitas permintaannya, elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi 5 (lima) macam:

Permintaan Inelastis Sempurna (Ed = 0), Permintaan Inelastis Sempurna terjadi jika tidak ada perubahan jumlah yang diminta meskipun ada perubahan harga, atau ΔQd = 0, meskipun ΔP ada. Secara matematis %ΔQd = 0, berapapun %ΔP. Dengan kata lain perubahan harga sebesar apapun sama sekali tidak berpengaruh terhadap jumlah yang diminta. Kasus permintaan inelastis sempurna terjadi bila konsumen dalam membeli barang tidak lagi memperhatikan harganya, melainkan lebih memperhatikan pada seberapa besar kebutuhannya.

Permintaan Inelastis (Ed < 1), Permintaan Inelastis kalau perubahan harga kurang begitu berpengaruh terhadap perubahan kuantitas barang yang diminta.

Dengan kata lain kalau persentase perubahan jumlah yang diminta relatif lebih kecil dibanding persentase perubahan harga. Secara matematis %ΔQd < %ΔP.

Permintaan Inelastis atau sering disebut Permintaan yang tidak peka terhadap harga, misal harga berubah naik 10% maka perubahan permintaannya akan turun kurang dari 10%. Elatisitas kurang dari satu biasanya terjadi pada barang-barang kebutuhan pokok seperti beras, gula, pupuk, bahan bakar dan lain-lain.

Permintaan Elastis Uniter (Ed = 1), Permintaan Elastis Uniter kalau perubahan harga pengaruhnya sebanding terhadap perubahan kuantitas barang yang diminta. Dengan kata lain persentase perubahan jumlah yang diminta sama

(32)

dengan persentase perubahan harga. Jadi kalau harga berubah turun sebesar 10% maka kuantitas yang diminta juga akan berubah dalam hal ini akan naik sebesar 10%. Secara matematis %ΔQd = %ΔP. Permintaan yang elastis uniter atau yang elastis proporsional atau yang Ed tepat = 1 sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, kalaupun terjadi sebenarnya hanyalah secara kebetulan.

Permintaan Elastis (Ed > 1), Permintaan Elastis kalau perubahan harga pengaruhnya cukup besar terhadap perubahan kuantitas barang yang diminta.

Dengan kata lain persentase perubahan jumlah yang diminta relatif lebih besar dari persentase perubahan harga. Jadi kalau harga turun 10% maka kuantitasbarang yang diminta akan mengalami kenaikan lebih dari 10%.

Secara matematis %ΔQd > %ΔP. Permintaan yang elastis atau atau peka terhadap harga (Ed >1) dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari biasanya terjadi pada barang-barang mewah, seperti mobil, alat-alat elektronik, pakaian pesta dan lain-lain.

Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ), Permintaan Elastis Sempurna terjadi jika ada perubahan jumlah yang diminta meskipun tidak ada perubahan harga, atau ΔQd = Ada perubahan, meskipun ΔP = 0 (Tidak ada perubahan harga).

Secara matematis %ΔQd = Ada, %ΔP = 0. Kasus permintaan elastis sempurna terjadi pada bila permintaan suatu barang dapat berubah-ubah meskipun harga barang tersebut tetap. Contoh kasus ini bisa terjadi pada berbagai produk, yang jelas kalau permintaan akan produk tersebut bisa berubah-uabah walaupun harga produk itu tetap (Kasmir, 2010).

(33)

Menurut Sudarman (2000), ada empat faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap komoditi tertentu pada suatu daerah. Empat faktor tersebut adalah :

a. Harga barang itu sendiri Sesuai dengan hukum permintaan, maka jumlah barang yang diminta akan berubah secara berlawanan dengan perubahan harga.

b. Harga barang-barang lain yang ada kaitannya dalam penggunaan Barang- barang konsumsi pada umumnya mempunyai kaitan penggunaan antara yang satu dengan yang lain. Kaitan penggunaan antara kedua barang konsumsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu saling mengganti (substituted relation) dan saling melengkapi (complementary relation). Dua barang dikatakan mempunyai hubungan yang saling mengganti apabila naiknya harga salah satu barang mengakibatkan naiknya permintaan terhadap barang yang lain. Sedangkan dua barang dikatakan mempunyai hubungan xxiii yang saling melengkapi apabila naiknya harga salah satu barang mengakibatkan turunnya permintaan terhadap barang yang lain.

c. Penghasilan (dalam arti uang) konsumen Faktor ini merupakan faktor penentu yang penting dalam permintaan suatu barang. Pada umumnya semakin besar penghasilan seseorang maka semakin besar pula permintaan seseorang terhadap suatu barang, demikian sebaliknya.

d. Jumlah konsumen Pada umumnya, jumlah konsumen sangat mempengaruhi jumlah permintaan terhadap suatu barang, semakin banyak jumlah konsumen, maka semakin banyak pula permintaan konsumen terhadap suatu barang, demikian pula sebaliknya.

(34)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa pasar tradisional di Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 - Mei 2017.

Metode Penelitian Survei

Metode yang dilakukan adalah metode survei. Survei adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu dalam bentuk kuesioner (Erlina, 2011).

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di beberapa pasar tradisional yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Pasar Tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Pasar Tarutung, Pasar Siborong-borong, Pasar Sipahutar dan Pasar Muara..

Alasan memilih lokasi penelitian karena keempat pasar tersebut mempunyai luas lahan pasar (m2

Tabel 1. Pasar Terpilih di Kabupaten Tapanuli Utara yang akan diamati.

) yang terluas diantara semua pasar tradisional serta memiliki jumlah pedagang terbanyak diantara semua pedagang yang berada di pasar tradisonal Kabupaten Tapanuli Utara.

No Kecamatan Luas Area (m2) Jumlah Pedagang

1 Tarutung 33 250 1 500

2 Siborong- borong 20 075 2 000

3 Sipahutar 13 094 758

4 Muara 4 465 600

(35)

Metode Penentuan Sampel

Pedagang Telur Ayam Ras, Telur Ayam Kampung dan Telur Itik

Metode penentuan respoden dilakukan dengan metode Accidental sampling (penelurusan) yaitu pedagang telur ayam ras, telur itik dan telur ayam

kampung yang ada pada saat sedang berjualan pada saat itu ke pasar menjadi responden dan bersedia untuk diwawancarai. Diperoleh sebanyak 48 pedagang dari keempat pasar (Khoirunnisa, 2008).

Konsumen

Sampel yang diteliti sebanyak 30 sampel konsumen telur ayam ras, 30 sampel konsumen telur itik dan 30 sampel telur ayam kampung. Berdasarkan teori penarikan contoh sampel bagaimanapun bentuk populasi teori penarikan sampel menjamin akan diperolehnya hasil yang memuaskan dan untuk penelitian yang memuaskan dan untuk penelitian yang menggunakan Analisa statistic ukuran sampel paling minimum 30 (Walpole, 1992).

Metode Pengambilan Data

Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan di pasar tradisional serta wawancara kepada konsumen yang sedang membeli telur dan pedagang telur. Untuk memudahkan dalam proses wawancara digunakan kuesioner atau daftar pertanyaan.

2. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, laporan-laporan penelitian sebelumnya, instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan instansi terkait lainnya.

(36)

Metode Analisis Data

a. Data yang dibutuhkan terhadap analisis harga dan elastisitas pemasaran telur adalah harga beli pedagang, biaya pemasaran, profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia. Pada elastisitas permintaan terhadap harga variabel yang menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah harga telur ayam ras itu sendiri. tertentu dari komoditi itu (∆P), kita peroleh

b. Analisis harga dan elastisitas pemasaran terhadap permintaan telur dengan faktor yang mempengaruhi permintaan telur diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata keluarga/bulan, jumlah tangggungan dan komoditi lain (barang substitusi) dengan menggunakan rumus:

Y= α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + µ Keterangan:

Y : Jumlah permintaan telur ayam ras (butir/bulan).

α : Koefisien intercept (konstanta).

B1, b2, b3, b4 : Koefisien regresi.

X1 : Tanggungan (Jiwa).

X2 : Pendapatan rata-rata (Rp/bulan).

X3 : Harga Telur (Rp/Butir).

X4 : Komoditi lain

µ : Variabel lain yang tidak diteliti.

(Sudjana, 2005).

e = - ∆Q / Q

∆P / P = - ∆Q P

∆P Q

.

(37)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Permintaan telur adalah jumlah telur yang dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu (butir/bulan).

2. Harga beli konsumen adalah harga yang telah ditetapkan pedagang kepada konsumen (Rp/butir).

3. Jumlah telur yang ditawarkan adalah jumlah telur yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada waktu tertentu (butir/bulan).

4. Harga beli pedagang telur adalah harga yang dibayarkan pedagang telur kepada pemasok telur (Rp/butir).

5. Profit adalah keuntungan yang diperoleh pedagang telur (Rp).

6. Jumlah telur yang tersedia adalah jumlah rata-rata telur yang diperoleh pedagang telur dari pemasok setiap bulannya (butir/bulan).

7. Pedagang telur adalah pedagang yang berjualan telur.

8. Pasar adalah tempat pedagang dan konsumen melakukan transaksi jual beli telur.

9. Pendapatan konsumen diperoleh pada awal bulan, sehingga pendapatan tinggi pada awal bulan dan rendah pada akhir bulan. Pendapatan tinggi pada minggu pertama dan kelima serta pendapatan rendah pada minggu keempat dan kedelapan.

(38)

10. Rantai pemasaran adalah adalah suatu jalur atau hubungan yang dilewati oleh arus barang-barang, aktivitas dan informasi dari produsen

11.

sampai kepada konsumen.

Batasan Operasional

Volume pemasaran telur adalah banyaknya produk yang dipasarkan dalam satu jangka waktu.

1. Penelitian dilakukan di pasar tradisional di Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Penelitian dilakukan mulai bulan April 2017.

3. Objek penelitian adalah pedagang dan konsumen telur ayam ras, itik dan kampung yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara.

4. Ruang lingkup penelitian ini adalah pemasaran telur di pasar tradisional yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Analisis harga dan elastisitas permintaan telur dengan faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga telur, pendapatan rata-rata keluarga/bulan, jumlah tangggungan dan harga komoditi lain (barang substitusi).

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Harga Telur Ayam Ras di Tingkat Konsumen

Berikut ini adalah harga jual pedagang telur ayam ras dalam 8 minggu di Kabupaten Tapanuli Utara :

Tabel 2. Harga Telur ayam ras didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang(Rp/Butir)

Nama Toko

Harga (Rp/Butir)

I II III IV V VI VII VIII

Siborongborong

:

Nelly S 1340 1395 1407 1407 1380 1360 1280 1315 Binsar 1255 1355 1326 1326 1303 1280 1200 1240 Op. Panjaitan 1228 1330 1272 1272 1245 1221 1112 1158 Ulina 1255 1355 1322 1322 1303 1285 1154 1158 Tarutung :

Hero 1141 1210 1225 1185 1187 1170 1095 1115 Carolina 1182 1223 1230 1209 1209 1290 1345 1372 Franlia 1200 1250 1260 1250 1230 1220 1290 1305 Tampubolon 1200 1250 1260 1250 1230 1220 1290 1305 Muara :

Yael 1270 1387 1400 1400 1370 1350 1150 1190 Sihombing 1270 1387 1400 1400 1370 1350 1150 1190 Op. Alex R 1250 1360 1370 1385 1280 1250 1180 1092 Hutauruk 1270 1330 1350 1400 1380 1350 1290 1190 Sipahutar :

Sihol 1180 1265 1270 1280 1220 1194 1075 1132

(40)

Isma 1235 1310 1320 1325 1275 1240 1220 1182 Monika 1257 1392 1325 1326 1312 1358 1237 1317 Jesaya 1180 1270 1280 1290 1232 1230 1190 1140 Rata-rata : 1232 1316 1313 1314 1282 1273 1203 1212 Sumber: Analisis Data Primer

Data perkembangan harga jual pedagang juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 1. Grafik Harga Jual Pedagang Telur Ayam Ras

Berdasarkan data pada tabel harga telur ayam ras didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang dan grafik harga jual pedagang telur ayam ras diketahui bahwa harga telur ditingkat konsumen yang tertinggi yaitu pada minggu kedua dengan harga sebesar Rp 1316/butir dan harga terendah mencapai Rp 1203/butir pada minggu ketujuh. Hal ini dikarenakan pada minggu kedua

28

(41)

B. Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras

Berikut ini adalah jumlah permintaan telur ayam ras dalam 8 minggu di Kabupaten Tapanuli Utara:

Tabel 3. Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Tapanuli Utara Nama Toko

Jumlah (Butir)

I II III IV V VI VII VIII

Siborongboro ng :

Nelly S 1700 1900 1570 1960 1900 1910 2700 2290

Binsar 1434 1500 1200 1350 1197 1390 1600 1330

Op. Panjaitan 520 712 656 715 600 597 650 600

Ulina 620 1370 1050 1400 1240 1500 1410 1450

Tarutung :

Hero 68000 73200 65520 74000 64300 65570 66000 69000

Carolina

11700 0

11500 0

12500 0

11500 0

11800 0

11900 0

12210 0

11570 0

Franlia 830 885 867 995 900 780 950 823

Tampubolon 28500 28800 27900 28350 28200 28900 27500 28500 Muara :

Yael 900 1340 1380 1220 1430 1400 1500 1500

Sihombing 2400 2730 4320 4350 3000 3790 4200 3000 Op. Alex R 5250 5480 5560 5860 4000 5770 6400 5530 Hutauruk 1100 1030 1010 1120 1200 1180 1200 1197 Sipahutar :

Sihol 1540 1660 1820 2230 3520 2500 2000 1910

Isma 560 600 530 570 600 591 600 510

Monika 820 950 1500 1600 1810 1000 1180 1950

Jesaya 900 889 1020 1200 1410 2100 2010 1370

(42)

Rata-rata : 14504 14877 15056 15120 14581 14873 15125 14791

Data perkembangan jumlah permintaan telur ayam ras di Kabupaten Tapanuli Utara juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 2. Grafik Permintaan Telur Ayam Ras

Berdasarkan data pada tabel jumlah permintaan telur ayam ras di Kabupaten Tapanuli Utara dan grafik permintaan telur ayam ras diketahui bahwa jumlah permintaan telur ayam ras yang tertinggi yaitu pada minggu ketujuh dengan jumlah permintaan telur sebesar 15125 butir dan yang terendah pada minggu pertama sebesar 14504 butir.

(43)

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang atau masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi bila barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas tinggi, namun untuk telur yang merupakan barang inferior (barang bersifat rendahan) maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).

Selain pendapatan jumlah permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang substitusi maupun terhadap harga barang komplementer. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan (Sukirno, 2003).

C. Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras

Elastisitas permintaan diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon konsumen terhadap perubahan harga. Dalam hal ini, elastisitas permintaan telur dilihat dari perubahan jumlah permintaan konsumen akibat harga jual telur yang berubah setiap minggunya. Berdasarkan data pada tabel harga telur ayam ras didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang dan tabel jumlah permintaan telur ayam ras di Kabupaten Tapanuli Utara diatas, maka nilai elastisitas permintaan telur ayam ras di Kabupaten Tapanuli Utara diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4. Nilai Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Tapanuli Utara

Minggu Harga Jual (Rp/Butir)

Jumlah

Permintaan (Butir) Elastisitas Keterangan

(44)

I 1232 14504

II 1316 14877 0,37 Inelastis

III 1313 15056 5,27 Elastis

IV 1314 15120 5,58 Elastis

V 1283 14581 1,51 Elastis

VI 1273 14873 2,56 Elastis

VII 1203 15125 0,30 Inelastis

VIII 1213 14791 2,65 Elastis

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa:

1. Perubahan harga telur Rp 84/butir pada minggu pertama ke minggu kedua menyebabkan kenaikan permintaan telur sebesar 373/butir, artinya Perubahan harga pada minggu pertama ke minggu kedua bersifat inelastis (nilai elastisitas sebesar 0,37) karena persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dibandingakan dengan perubahan harga.

2. Pada minggu kedua dan ketiga perubahan harga telur sebesar Rp 3/butir menyebabkan kenaikan jumlah telur yang diminta sebesar 179 butir. Nilai elastisitas permintaan diperoleh 5,27, artinya elastisitas permintaan bersifat elastis.

3. Pada minggu ketiga dan keempat perubahan harga telur sebesar Rp 1/butir menyebabkan kenaikan jumlah telur yang diminta sebesar 64 butir. Nilai elastisitas permintaan diperoleh 5,58, artinya elastisitas permintaan bersifat elastis.

(45)

4. Pada minggu keempat dan kelima terjadi penurunan harga telur sebesar Rp 31/butir, namun terjadi penurunan jumlah permintaann sebesar 539 butir. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 1,51 atau bersifat elastis.

5. Pada minggu kelima dan keenam terjadi penurunan harga sebesar Rp 10/butir sehingga menyebabkan naiknya permintaan sebesar 292 butir. Perubahan harga pada minggu kelima ke minggu keenam bersifat elastis dengan nilai 2,56.

6. Pada minggu keenam dan ketujuh terjadi kenaikan harga sebesar Rp 70/butir sehingga menyebabkan permintaan telur naik sebesar 252 butir. Nilai elastisitas permintaan sebesar 0,30 yang artinya bersifat inelastis.

7. Pada minggu ketujuh dan kedelapan terjadi kenaikan harga sebesar Rp 10/butir sehingga menyebabkan permintaan telur turun sebesar 334 butir.

Perubahan harga pada minggu ketujuh ke minggu kedelapan bersifat elastis (nilai elastisitas sebesar 2,65) karena persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar dibandingkan dengan perubahan harga.

Telur Itik

A. Harga Telur Itik di Tingkat Konsumen

Berikut ini adalah harga jual pedagang telur itik dalam 8 minggu di Kabupaten Tapanuli Utara :

Tabel 5. Harga Telur itik didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang(Rp/Butir)

Nama Toko

Harga (Rp/Butir)

I II III IV V VI VII VIII

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Siborongborong :

(46)

Nelly S 2500 2550 2500 2500 2550 2600 2600 2600 Op. Panjaitan 2500 2600 2550 2550 2550 2600 2550 2550 Ulina 2500 2500 2550 2600 2500 2600 2500 2550 Mikael 2500 2500 2550 2600 2500 2600 2500 2500 Tarutung :

Ruminsar 2500 2500 2550 2550 2500 2600 2750 2750 Resti 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2650 Silalahi 2500 2600 2600 2550 2550 2550 2600 2600 Tampubolon 2500 2600 2600 2500 2500 2500 2550 2600 Muara :

Yael 2500 2600 2550 2500 2560 2500 2550 2600 Op Simamora 2500 2600 2500 2600 2550 2600 2700 2700 Natalia 2500 2550 2550 2550 2550 2550 2600 2600 Ramos 2500 2550 2550 2500 2550 2500 2600 2600 Sipahutar :

Sihol 2500 2600 2600 2500 2700 2700 2700 2700 Lidia 2500 2600 2500 2500 2600 2600 2650 2700 Reny 2500 2600 2500 2500 2550 2550 2650 2600 Jesaya 2600 2600 2500 2500 2550 2500 2600 2600 Rata-rata : 2571 2546 2537 2553 2571 2606 2618 2571 Sumber: Analisis Data Primer

Data perkembangan harga jual pedagang juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

(47)

Grafik 3. Grafik Harga Jual Pedagang Telur Itik

Berdasarkan data pada tabel harga telur itik didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang dan grafik harga jual pedagang telur itik diketahui bahwa harga telur ditingkat konsumen yang tertinggi yaitu pada minggu kedelapan dengan harga sebesar Rp 2618/butir dan harga terendah mencapai Rp 2537/butir pada minggu ketiga. Hal ini dikarenakan pada minggu kedelapan harga beli pedagang dari produsen telur juga tinggi.

B. Jumlah Permintaan Telur Itik

(48)

Berikut ini adalah jumlah permintaan telur itik dalam 8 minggu di Kabupaten Tapanuli Utara:

Tabel 6. Jumlah Permintaan Telur Itik di Kabupaten Tapanuli Utara Nama Toko

Jumlah (Butir)

I II III IV V VI VII VIII

Siborongborong :

Nelly S 163 116 150 90 114 280 200 150

Op. Panjaitan 150 156 150 80 90 124 160 200 Ulina 2700 2600 2400 2100 1950 2430 2380 2350 Mikael 2600 2200 1900 1500 1400 1158 1500 1950 Tarutung :

Ruminsar 600 300 1160 1140 1200 900 300 850 Resti 1060 1100 1350 1640 1500 1400 1400 1350

Silalahi 90 150 60 145 180 210 210 128

Tampubolon 510 800 750 810 900 700 880 600 Muara :

Yael 450 550 560 564 440 300 520 250

Op. Simamora 100 100 93 100 100 72 100 100

Natalia 100 100 100 100 302 220 330 380

Ramos 455 600 150 300 390 250 150 150

Sipahutar :

Sihol 200 240 200 330 390 450 436 450

Lidia 540 720 250 540 640 510 500 500

Reny 180 226 250 220 240 510 320 150

Jesaya 325 180 120 265 100 100 100 100

(49)

Rata-rata : 633 602 620 621 600 592 603 633 Sumber: Analisis Data Primer

Data perkembangan jumlah permintaan telur itik di Kabupaten Tapanuli Utara juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 4. Grafik Jumlah Permintaan Telur Itik

Berdasarkan data pada tabel jumlah permintaan telur itik di Kabupaten Tapanuli Utara dan grafik jumlah permintaan telur itik diketahui bahwa jumlah permintaan telur itik yang tertinggi yaitu pada minggu pertama dan kedelapan dengan jumlah permintaan telur sebesar 633 butir dan yang terendah sebesar 592 pada minggu keenam.

Jumlah permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang substitusi maupun terhadap

(50)

akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan (Sukirno, 2003).

C. Elastisitas Permintaan Telur Itik

Berdasarkan data pada Tabel harga telur itik didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang dan tabel jumlah permintaan telur itik di Kabupaten Tapanuli Utara diatas, maka nilai elastisitas permintaan telur itik di Kabupaten Tapanuli Utara diperoleh sebagai berikut:

Tabel 7. Nilai Elastisitas Permintaan Telur Itik di Kabupaten Tapanuli Utara Minggu Harga Jual

(Rp/Butir)

Jumlah Permintaan (Butir)

Elastisitas Keterangan

I 2512 638

II 2571 633 0.33 Inelastis

III 2546 602 5.03 Elastis

IV 2537 620 8,45 Elastis

V 2553 621 0,25 Inelastis

VI 2571 600 4,79 Elastis

VII 2606 592 0,97 inelastis

VIII 2618 603 4,03 Elastis

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa:

1. Perubahan harga telur Rp 59/butir pada minggu pertama ke minggu kedua menyebabkan penurunan permintaan telur sebesar 5 butir. Nilai elastisitas permintaan sebesar 0,33 yang artinya bersifat inelastis.

(51)

2. Pada minggu kedua dan ketiga perubahan harga telur sebesar Rp 25/butir menyebabkan penurunan jumlah telur yang diminta sebesar 31 butir. Nilai elastisitas permintaan sebesar 5,03 yang artinya bersifat elastis.

3. Pada minggu ketiga dan keempat harga telur mengalami penurunan sebesar Rp 9/butir menyebabkan kenaikan jumlah telur yang diminta sebesar 18 butir.

Nilai elastisitas permintaan sebesar 8,45 yang artinya bersifat elastis.

4. Pada minggu keempat dan kelima terjadi kenaikan harga telur sebesar Rp 16/butir, terjadi kenaikan jumlah permintaan sebesar 1 butir. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 0,25 atau bersifat inelastis.

5. Pada minggu kelima dan keenam terjadi kenaikan harga sebesar Rp 18/butir sehingga menyebabkan turunnya permintaan sebesar 21 butir. Perubahan harga pada minggu kelima ke minggu keenam bersifat elastis dengan nilai 4,79.

6. Pada minggu keenam dan ketujuh terjadi kenaikan harga sebesar Rp 35/butir sehingga menyebabkan permintaan telur turun sebesar 8 butir. Nilai elastisitas permintaan sebesar 0,97 yang artinya bersifat inelastis.

7. Pada minggu ketujuh dan kedelapan terjadi kenaikan harga sebesar Rp 12/butir menyebabkan permintaan telur naik sebesar 11 butir. Nilai elastisitas permintaan sebesar 4,03 yang artinya bersifat elastis.

Telur Ayam Kampung

A. Harga Telur Ayam Kampung di Tingkat Konsumen

Berikut ini adalah harga jual pedagang telur ayam kampung dalam 8 minggu di Kabupaten Tapanuli Utara :

Tabel 8. Harga Telur ayam ras didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang(Rp/Butir)

(52)

Nama Toko Harga (Rp/Butir)

I II III IV V VI VII VIII

Siborongborong :

Indriana 2500 2500 2500 2700 2700 2600 2600 2600 Op. Panjaitan 2500 2500 2600 2500 2600 2600 2600 2700 Op. Hutasoit 2500 2500 2600 2600 2600 2500 2500 2600 Mikael 2500 2500 2500 2600 2600 2600 2500 2600 Tarutung :

Ruminsar 2500 2500 2500 2600 2600 2600 2600 2600 Franlia 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 Silalahi 2500 2500 2500 2600 2600 2600 2600 2600 Op Januar S 2500 2500 2500 2600 2600 2600 2700 2700 Muara :

Roida 2600 2600 2600 2600 2600 2700 2650 2600 Op. Simamora 2600 2500 2500 2500 2500 2700 2700 2700 Esra 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2650 2700 Merika 2600 2600 2600 2700 2700 2700 2700 2600 Sipahutar :

Sihol 2500 2500 2500 2500 2500 2600 2700 2700 Reny 2500 2500 2500 2500 2600 2600 2600 2650 Jatra 2500 2500 2500 2600 2600 2600 2700 2650 Rosa 1900 2000 2000 2000 2100 2000 2100 2100 Rata-rata : 2487 2487 2500 2543 2562 2568 2587 2600

Sumber: Analisis Data Primer

(53)

Data perkembangan harga jual pedagang juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 5. Grafik Harga Jual Pedagang Telur Ayam Kampung

Berdasarkan data pada tabel harga telur ayam kampung didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang dan grafik harga jual pedagang telur ayam kampung diketahui bahwa harga telur ditingkat konsumen yang tertinggi yaitu pada minggu kedelapan dengan harga sebesar Rp 2600/butir dan harga terendah mencapai Rp 2487/butir pada minggu pertama dan kedua. Hal ini dikarenakan pada minggu kedelapan harga beli pedagang dari produsen telur juga tinggi.

B. Jumlah Permintaan Telur Ayam Kampung

Berikut ini adalah jumlah permintaan telur ayam kampung dalam 8 minggu di Kabupaten Tapanuli Utara:

Tabel 9. Jumlah Permintaan Telur Ayam Kampung di Kabupaten Tapanuli Utara

(54)

Nama Toko

Jumlah (Butir)

I II III IV V VI VII VIII

Siborongborong :

Indriana 116 150 120 120 146 210 160 150 Op. Panjaitan 90 130 192 150 120 140 157 150

Op. Hutasoit 60 90 90 60 83 80 90 78

Mikael 114 120 102 70 90 60 100 128

Tarutung :

Ruminsar 146 150 150 150 130 124 150 150

Franlia 150 130 170 229 180 110 120 120

Silalahi 350 250 220 291 140 170 195 200 Op. Janauar R 137 150 90 180 163 150 90 130 Muara :

Roida 60 120 60 60 60 129 60 90

Op. Simamora 90 60 60 60 150 60 60 60

Esra 230 275 390 242 210 280 350 180

Merika 150 150 120 120 120 100 150 150

Sipahutar :

Sihol 150 120 90 289 170 250 270 150

Reny 120 90 90 90 300 350 210 300

Jatra 90 60 60 60 60 80 90 90

Rosa 550 450 450 380 300 400 410 396

Rata-rata : 162 155 153 159 151 168 166 157

(55)

Data perkembangan jumlah permintaan telur ayam kampung di Kabupaten Tapanuli Utara juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 6. Grafik Jumlah Permintaan Telur yam Kampung

Berdasarkan data pada tabel harga telur ayam kampung didasarkan pada pembelian konsumen kepada pedagang telur ayam kampung dan grafik jumlah permintaan telur ayam kampung diketahui bahwa jumlah permintaan telur ayam kampung yang tertinggi yaitu pada minggu keenam dengan jumlah permintaan telur sebesar 168 butir dan yang terendah sebesar 151 pada minggu kelima.

C. Elastisitas Permintaan Telur Ayam Kampung

Berdasarkan data pada Tabel 17 dan 18 diatas, maka nilai elastisitas permintaan telur ayam kampung di Kabupaten Tapanuli Utara diperoleh sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1. Grafik Harga Jual Pedagang Telur Ayam Ras
Gambar 2. Grafik Permintaan Telur Ayam Ras
Grafik 3. Grafik Harga Jual Pedagang Telur Itik
Grafik 4. Grafik Jumlah Permintaan Telur Itik
+3

Referensi

Dokumen terkait

Meneruskan Informasi dari Kemenristekdikti, Dalam rangka meningkatkan kemampuan Dosen peneliti, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,Direktorat Jenderal Penguatan Riset

lecanii , penerapan AP trips, penerapan AP penyakit embun tepung serta penggunaan pestisida selektif dapat mengurangi penggunaan pestisida sebesar 84,60%, residu pestisida pada

Direktur/Direktris perusahaan yang diundang selaku peserta lelang dapat diwakilkan dan apabila tidak menghadiri undangan tanpa alasan yang jelas sampai pada batas waktu yang telah

mempengaruhi lingkungan fisik kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial budaya, eksploitasi sumber daya air yang pemanfaatannya berpotensi menimbulkan

Pemberitaan yang ada di media NU online juga tidak lepas dari framing untuk membingkai berita yang akan di muat,dimana fakta adalah hasil kontruksi kaerena

Karena banyaknya suatu permasalahan yang timbul dalam sebuah sistem berjalan, maka dibuatlah suatu sistem usulan untuk mengurangi permasalahan yang terjadi dengan

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pada setiap pertemuan di siklus I, yaitu pertemuan 1, dan 2. Observasi untuk mengamati guru dan siswa. Hasil observasi

Pada hari ini RABU tanggal SEPULUH bulan MEI tahun DUA RIBU TUJUH BELAS, kami Kelompok Kerja Pembangunan Balai Nikah KUA dan Manasik Haji Kecamatan Kahayan