• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEWUJUDKAN PLACE BRANDING RIAU SEBAGAI PAYUNG KEBUDAYAAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MEWUJUDKAN PLACE BRANDING RIAU SEBAGAI PAYUNG KEBUDAYAAN DAERAH "

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

MEWUJUDKAN PLACE BRANDING RIAU SEBAGAI PAYUNG KEBUDAYAAN DAERAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi (S.Ikom)

Oleh:

RAHMAWATI MUSLIM NIM. 11840321778

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIM KASIM RIAU

2023

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Judul : Analisis Integrated Marketing Communication (IMC) Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Dalam Mewujudkan Place Branding Riau Sebagai Payung Kebudayaan Daerah

Provinsi Riau, sebagai daerah yang terkait dengan budaya Melayu dan memiliki sejarah panjang dalam melestarikan budaya Melayu, seharusnya menjadi tempat yang berupaya agar budaya Melayu tidak musnah di muka bumi. Ungkapan Melayu “Tak kan Melayu hilang di Bumi” yang secara harfiah berarti semangat dan tekad masyarakat Riau untuk terus melestarikan budaya Melayu. Hal inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Visi Riau 2019-2024 untuk menjadikan Provinsi Riau sebagai Payung Kebudayaan Daerah yakni kelangsungan budaya Melayu secara komunitas dalam kerangka pemberdayaan nya sebagai alat pemersatu dari berbagai etnis yang ada (strengthening of malay culture). Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui Analisis Integrated Marketing Communication (IMC) Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Dalam Mewujudkan Place Branding Riau Sebagai Payung Kebudayaan Daerah.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif memalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan teori IMC. Adapun hasil dari penelitian ini adalah pada sub periklanan, yang dilakukan Dinas Kebudyaaan Provinsi Riau diupload pada akun media sosial Dinas Kebudayaan Provinsi Riau yaitu akun instagram (@disbud.provriau), facebook (Dinas Kebudayaan Provinsi Riau), Youtube ada 2 yaitu (Dinas Kebudayaan Provinsi Riau dan Wak Sile), seluruh akun tersebut dijadikan sekaligus sebagai saluran komunikasi kebudayaan. Pada Sales Promotions kebudayaannya, bekerja sama dengan Dewan Kesenian Riau dalam mewujudkan place branding kebudayaan daerah. Sub direct selling dilakukan dalam bentuk pameran budaya seperti kunjungan, pembinaan sanggar dan talkshow kebudayaan dan pada event & experience, dikemas dalam bentuk aktivitas/kegiatan dalam melakukan kompetisi budaya,Riau Expo dan peingatan hari besar.

Kata Kunci : Analisis IMC, Place Branding, Kebudayaan Melayu

(7)

ii

Title : Analysis of Integrated Marketing Communication (IMC) of the Riau Province Culture Office in Realizing Riau's Place Branding as an Umbrella for Regional Culture

Riau Province, as an area related to Malay culture and has a long history of preserving Malay culture, should be a place where efforts are made to prevent Malay culture from disappearing from the face of the earth. The Malay phrase

"No Malays will be lost on Earth" which literally means the enthusiasm and determination of the Riau people to continue to preserve Malay culture. This is what later became the forerunner to the birth of the Riau Vision 2019-2024 to make Riau Province a Regional Cultural Umbrella, namely the continuity of Malay culture as a community within the framework of its empowerment as a unifying tool of the various existing ethnicities (strengthening of Malay culture).

The aim of this research is to find out the Integrated Marketing Communication (IMC) Analysis of the Culture Office of Riau Province in Realizing Riau Place Branding as an Umbrella for Regional Culture. The method used in this research is descriptive qualitative through interview, observation and documentation techniques using IMC theory. . The results of this study are on sub-advertising, which is carried out by the Riau Province Culture Office, which is uploaded on the social media account of the Riau Province Culture Office, namely the Instagram account (@disbud.provriau), Facebook (Riau Provincial Culture Office), there are 2 YouTube, namely (Cultural Office). Provinces of Riau and Wak Sile), all of these accounts are used as channels of cultural communication.

In terms of cultural Sales Promotions, work with the Riau Arts Council in realizing regional cultural place branding. Sub direct selling is carried out in the form of cultural exhibitions such as visits, workshop development and cultural talk shows and at events & experiences, packaged in the form of activities/activities in carrying out cultural competitions, Riau Expo and commemoration of holidays.

Keywords: IMC Analysis, Place Branding, Malay Culture

(8)

iii Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunianya serta hidayahnya baik itu dalam bentuk kesehatan dan kesempurnaan jiwa raga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi guna sebagai melengkapi tugas akhir untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1). Shalawat beserta salam kita sampaikan buat junjungan alam yakni Nabi Besar kita Muhammad Saw yang telah menyampaikan wahyu kepada umatnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Upaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Dalam Membangun Place Branding Sebagai Payung Kebudayaan Melayu”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan dan pengalaman yang penulis punya.

Namun penulis juga banyak mendapatkan berbagai bimbingan, bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Teristimewa kepada kedua oramg tua penulis, yaitu Ayahanda Muslim dan Ibunda Candra Dewi yang selalu mencurahkan kasih saying, do‟a, support dan motivasi. Terimakasih atas segala pemberian ayahanda dan ibunda yang tidak bisa dilupakan dan tidak akan mungkin bisa terbalaskan oleh penulis. Serta ucapan terimakasih kepada saudara kandung yang penulis sayangi yaitu Rahmi Putri Muslim, Rafelina Muslim, Rafli Efendi Muslim, Ridhuan Efendi Muslim dan Rehan Efendi Muslim yang senantiasa tempat menyampaikan keluh kesah, doa dan menyemangati penulis dalam proses pembuatan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skrpsi hingga akhirnya bisa diselesaikan.

(9)

iv

dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, perkenankanlah penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Hairunas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Ibu Dr. Hj. Helmiati, M.Ag Selaku Wakil Rektor I, Bapak Dr. H. Mas‟ud Zein, M.Pd Selaku Wakil Rektor II, Bapak Edi Erwan, s.Pt., M.Sc., Ph.D Selaku Wakil Rektor III.

3. Bapak Dr. Imron Rosidi, S.Pd., M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Masduki, M.Ag selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Toni Hartono, M.Si selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Dr. H. Arwan., M.Ag selaku Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Bapak Dr. Muhammad Badri S.Pd., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Bapak Artis, S.Ag., M.I.Kom selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

7. Ibu Dra. Atjih Sukaesih, M.Si., selaku Penasehat Akademik (PA) yang selalu memberikan nasehat dan arahan kepada penulis serta dorongan dari awal perkuliahan sampai selesai.

8. Ibu Febby Amelia Trisakti, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, support, dan ilmu serta waktu yang sudah diluangkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan dan mendapatkan pahala

(10)

v

10. Kepada seluruh Pegawai Dinas Kebudayaan Provinsi Riau dan Staff Dewan Kesenian Riau yang telah membantu dan bersedia menerima peneliti untuk melakukan penelitian serta memberikan data yang peneliti butuhkan.

11. Kepada para narasumber Bapak Imam Mawardi Hadi, ST, Bapak Isrok Fidding, Bang Claudio Chantona, penulis mengucapkan terimakasih karena telah membantu penulis dalam pemberian data serta informasi untuk penyelesaian skripsi ini.

12. Terimakasih kepada kakak Roshiful Qolbi, M.I.Kom dan Vany Faramita Sari, S.I.Kom yang telah membantu dan mensuport dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada diri sendiri yang sudah mau berjuang sekuat ini.

14. Kepada sahabat seperjuangan Ilmu Komunikasi kurang lebih 4 tahun yang sangat luar biasa selalu ada dalam keadaan apapun, yaitu Meyozy Putri Chania yang selalu setia mendengarkan keluh kesah saya, membantu dan mensuport serta menyemangati penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga kita akan sukses dengan jalan terbaik kita yaa jik.

15. Untuk teman-teman KKN Tangerang Tengah 2021 yang sudah seperti keluarga yang telah melewati masa-masa KKN yang sangat indah sehingga sulit untuk dilupakan, semoga kita tetap bisa menjalin silaturahmi dengan baik dan saling support, sukses buat kitaa yak gais.

16. Sahabat perjuangan Kiki Amelia Eflin,Nurin Sahira,Bella Asrianti,kepada seluruh sahabat di LOUGS, Bigos, dan Student Education Forum Pekanbaru yang telah membantu serta mendukung peneliti baik bantuaanya maupun tenaga, waktu, semangat dan doa yang diberikan kepada peneliti dalam mnyelesaikan skripsi ini.

(11)

vi

membantu dan memberikan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Ucapkan terimakasih penulis kepada semua pihak yang sudah membantu selama menjalani proses perkuliahan di Uin Suska Riau Fakultas Dakwan dan Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Public Relations. Penulis juga meminta maaf sebesar besarnya atas segala kesalahan dan kekurangan yang penulis perbuat selama perkuliahan berlangsung baik yang disengaja maupun tidak sengaja.

Demikian skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Pekanbaru,12 Desember 2022 Penulis

RAHMAWATI MUSLIM NIM. 11840321778

(12)

vii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Ruang Lingkung Kajian ... 6

1.3 Penegasan Istilah ... 6

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

1.7 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kajian Terdahulu ... 10

2.2 Kajian Teori ... 15

2.3 Kerangka Pemikiran ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Desain Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Sumber Data ... 26

3.4 Informan Penelitian ... 27

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.6 Validitas Data ... 30

3.7 Teknik Analisis Data ... 30

(13)

viii

4.4 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 35

4.5 Uraian Tugas (Job description) Bagian/unit Kerja ... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

5.1 Hasil Penelitian ... 48

5.2 Pembahasan ... 63

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 79

6.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN

(14)

ix

(15)

x

Gambar 3. Kerang Pikir ... 25

Gambar 4. Gedung Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 32

Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan Riau ... 35

Gambar 6. Media Berita Online Kegiatan Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 50

Gambar 7. Akun Instagram Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 51

Gambar 8. Akun Facebook Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 52

Gambar 9. Akun Youtube Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 52

Gambar 10. Target dan Sasaran Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 54

Gambar 11. Kendala Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 55

Gambar 12. Bentuk Aktivitas Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 57

Gambar 13. Event Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 60

Gambar 14. Respon Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ... 77

(16)

1

Provinsi Riau hanya dikenal sebagai provinsi yang kaya akan migas dan bencana kebakaran hutan bagi masyarakat di luar Pulau Sumatera. Hal ini lah yang membuat masyarakat yang berada di luar Provinsi Riau belum mengenal secara keseluruhan mengenai budaya Melayu Riau. Ini kemudian menjadi tugas penting bagi pemerintah Provinsi Riau untuk giat menggaungkan budaya Melayu Riau ke seluruh Indonesia1.

Provinsi Riau telah lama dikenal sebagai ibu pertiwi orang Melayu yang memiliki perbedaan budaya dan adat istiadat Melayu. Provinsi Riau dan masyarakatnya telah mengembangkan identitas yang kuat berdasarkan budaya Melayu. Bahasa Melayu merupakan salah satu penopang visi dan misi Provinsi Riau karena identitas Melayu yang kental. Identitas Melayu di Riau sangat erat kaitannya dengan nenek moyang Melayu yang sudah tinggal di wilayah tersebut.2

Masyarakat Riau terdiri dari berbagai suku bangsa, termasuk suku Melayu dan masyarakat pedalaman seperti suku Sakai, Talang Mamak, Laut, Bonai, Hutan, dan suku-suku lainnya yang masing-masing memiliki budaya dan adat istiadatnya sendiri. Terlepas dari kenyataan bahwa orang Melayu merupakan bagian terbesar dari populasi. Alhasil, Provinsi Riau memiliki Obyek dan Daya Tarik Wisata (DTW) yang beranekaragam baik itu Alam, Budaya, dan Sejarah.

Di era modern ini, budaya Melayu, seperti budaya asli lainnya di Indonesia, juga mengalami masalah yang sama: keberadaannya tergeser oleh kehadiran budaya asing. Seiring berjalannya waktu, masuknya budaya asing menjadi hal yang tak terhindarkan. Akibatnya banyak kelompok individu yang lebih mengenal dan menghargai budaya asing semakin meninggalkan budaya Melayu, seperti dalam hal adat atau adat istiadat, musik, pakaian, dan ciri budaya lainnya.

1 Hasil observasi Google Form tanggal 19 Agustus 2021 pukul 11:39 WIB

2 Barbara Watson Andaya, “Recreating a Vision: Daratan and Kepulauan in Historical Context”, Jurnal, 1949-2018 (Deel 105, No. 1 - Vol. 174, No. 2/3)

(17)

Provinsi Riau, sebagai daerah yang terkait dengan budaya Melayu dan memiliki sejarah panjang dalam melestarikan budaya Melayu, seharusnya menjadi tempat yang berupaya agar budaya Melayu tidak musnah di muka bumi.

Ungkapan Melayu “Tak kan Melayu hilang di Bumi” yang secara harfiah berarti semangat dan tekad masyarakat Riau untuk terus melestarikan budaya Melayu.

Hal inilah yang kemudian menjadi lahirnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025 untuk mewujudkan budaya melayu sebagai Payung Kebudayaan Daerah yakni kelangsungan budaya Melayu secara komunitas dalam kerangka pemberdayaan nya sebagai alat pemersatu dari berbagai etnis yang ada (strengthening of malay culture).

Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap pengakuan Provinsi Riau sebagai Payung Kebudayaan Daerah .Pertama dan terpenting,dalam hal lokasi.

Mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, Pak Syariffudin mengatakan, keputusan itu didukung oleh pemerintah.Provinsi Riau terletak strategis dekat dengan Selat Malaka, yang telah menjadi jalur komersial regional dan dunia. Selain itu, Provinsi Riau terletak berdekatan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.Strategi ini menjadi faktor pendorong bagi Provinsi Riau untuk memainkan peran strategis di bidang kebudayaan,yakni menetapkan Provinsi Riau sebagai inti kebudayaan Melayu di Asia Tenggara.3

Festival Budaya Melayu Dunia yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Riau termasuk di antara acara yang digelar. Acara yang bertujuan untuk meningkatkan identitas Riau sebagai daerah Melayu ini mendapat respon positif dari berbagai daerah di Indonesia maupun dari luar negeri. Acara ini juga diikuti oleh provinsi lain di Indonesia.

Aturan setempat juga mengharuskan masyarakat (bahkan formal) untuk berpakaian dalam bahasa Melayu pada hari Jumat, serta penggunaan batik Riau pada hari Kamis. Ada lembaga adat, dewan kesenian, dan dewan kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan lembaga adat melayu yang juga telah tertuang dalam peraturan daerah Riau sebagai penunjang kegiatan kebudayaan yang terdapat di

3 Larasati, D. (2016). Potensi wisata dalam pembentukan city branding Kota Pekanbaru.

Jurnal komunikasi, 10(2).

(18)

Provinsi Riau pada tingkat provinsi atau kota sebagai penunjang kebudayaan.

kegiatan yang terdapat di Provinsi Riau pada tingkat provinsi atau kota.4

Selain itu, ada dorongan untuk membudayakan penduduk dengan mendorong mereka untuk menyenandungkan lagu Melayu, karena ada peraturan daerah yang mengatur pemutaran lagu-lagu Melayu di semua ruang publik di provinsi Riau, untuk mempromosikan identitas provinsi sebagai pusat bahasa Melayu.Identitas daerah yang kuat akan membantu semua pemangku kepentingan, termasuk penduduk, pejabat pemerintah, dunia usaha, investor, dan pemerintah daerah lainnya, dalam menilai arah dan kebijakan pembangunan di suatu daerah dan merespons secara tepat.5

Dinas Kebudayaan Provinsi Riau memainkan peran penting dalam mempromosikan beberapa budaya Melayu saat ini. Promosi yang dilakukan selama ini tidak banyak berpengaruh. Hal ini disebabkan karena banyak putra dan masyarakat di wilayah Riau yang tidak mengetahui apa itu budaya Melayu dan kegiatan apa saja yang terkait dengan budaya Melayu Riau.6

Dalam hal ini, Dinas Kebudayaan Provinsi Riau berfungsi sebagai pusat informasi pariwisata, mempublikasikan dan mempromosikan acara yang menjadi agenda di Riau.Dinas Kebudayaan Provinsi Riau juga berupaya menjalin hubungan dengan media (media relations). Media akan membantu Dinas Kebudayaan Provinsi Riau dalam melaksanakan proyek, salah satunya adalah promosi beberapa kegiatan budaya. Hubungan media akan efektif jika agensi dapat memanfaatkan media secara maksimal dan memelihara hubungan positif dengannya.

Jika pemerintah selalu melakukan promosi mengenai Place Branding Provinsi Riau sebagai payung kebudayaan daerah, maka destinasi pariwisata dan budaya bukan hanya sekadar lokasi tetapi juga merupakan tempat dengan nilai-

4 Evie Ariadne Shintadewi et al., “ABSTRAK Febby Amelia Trisakti, 210110110216, mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Penelitian ini berjudul “.”

5 “https://www.antaranews.com/berita/477964/branding-daerah-efektif-membangun- daya-saing.”

6 Rahmadilla, T. R., & Salam, N. E. (2015). Upaya Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Pekanbaru Dalam Mempromosikan Titual Petang Megang. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2(1).

(19)

nilai budaya dan alam. Tidak hanya itu, destinasi pariwisata adalah tempat-tempat dengan berbagai atraksi dan produk terkait, serta berbagai fasilitas tambahan pariwisata. Citra inilah yang harus dijaga agar perspsi orang dengan destinasi pariwisata dan budaya Provinsi Riau tetap bagus.7Mengingat persaingan antar kota yang semakin kuat untuk mendapatkan kredibilitas sebagai kota terbaik dalam berbagai aspek, kota harus memiliki cara dan sarana untuk mengkomunikasikan tingkat persaingan dengan tetap menjaga relevansi kota.

Sesuai dengan misi pemerintah sebagaimana diamanahkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau Nomor 12 Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025 yaitu mewujudkan kebudayaan melayu sebagai payung kebudayaan daerah, perlu diciptakan identitas yang melekat pada Provinsi Riau pada tahun-tahun terakhir menjelang itu.

Sehingga menjadi top of mind di benak masyarakat dan implementasinya dapat direalisasikan pada tahun 2025.

Bahkan, setelah beroperasi selama 11 tahun dan melalui beberapa kali pergantian pemerintahan, misi Riau pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025 memiliki perkembangan yang cenderung statis. Hal ini juga dibuktikan dengan kurangnya pemahaman masyarakat di luar pulau Sumatera bahwa misi Riau 2005-2025 adalah payung kebudayaan daerah.

Berdasarkan pendataan pra riset yang peneliti lakukan, maka dapat dijelaskan bahwa masih minim nya pengetahuan masyarakat Riau tentang Place Branding dalam mewujudkan kebudayaan melayu sebagai payung kebudayaan daerah. Hal ini dikarenakan kurang nya literasi budaya melayu Riau sehingga masyarakat Riau cenderung belum memiliki ketertarikn yang utuh terhadap Place Branding Riau. Maka dari itu, sudah semestinya para pakar melayu Riau atau instansi pemerintah terkait dapat meningkatkan identitas melayu Riau sebagai payung kebudayaan daerah.8

7 Koentjaraningrat, dkk, Masyarakat Melayu dan budaya Melayu dalam perbahan, Adicita Karya Nusa: Balai kajian dan pengembangan budaya Melayu, 2007.

8 Hasil observasi Google Form tanggal 27 Desember 2021 pukul 15:00 WIB

(20)

Dalam hal ini, Place Branding Riau sebagai payung kebudayaan daerah merupakan hal yang unik untuk dideskripsikan karena jarang ada provinsi di Indonesia yang mencoba melakukan branding dengan atas dasar identitas daerah.

Dimana Place Branding Riau sebagai payung kebudayaan daerah yang dikelola oleh pemerintah provinsi Riau yang kemudian semakin dikenal sebagai budaya yang diwakilinya serta memperkuat eksistensinya.

Akan tetapi Branding tempat tidak hanya menyangkut logo ataupun slogan. Dibutuhkan cara untuk menyampaikan pesan dari branding tersebut. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu strategi komunikasi pemasaran yang efektif dan efisien. Pada beberapa tahun terakhir terjadi tren aplikasi pemasaran dengan istilah komunikasi pemasaran terintegrasi.

Untuk membantu suatu tempat menciptakan persepsi yang baik tentang citra nya di publik, suatu insansi dapat membantu dengan mengomunikasikan tempat atau produk yang ditawarkannya melalui komunikasi pemasaran terpadu.

Hasil jangka panjang dari implementasi komunikasi pemasaran ini yaitu reputasi tempat di publik/masyarakat juga akan terpengaruh dan diperkuat dengan integrasi ini.9

IMC merupakan suatu konsep sekaligus proses. IMC sebagai sebuah konsep membutuhkan pertimbangan beralur pada perencanaan komunikasi untuk sebuah brand secara holistik berdasarkan strategi pendekatan. Di sini, strategi dimaksudkan digunakan oleh suatu instansi/organisasi untuk mempengaruhi tindakan publik. IMC di sisi lain adalah sebuah proses juga. IMC adalah proses yang memerlukan sejumlah dinamika langkah progresif dan saling ketergantungan, termasuk pengembangan database konsumen, manajemen informasi untuk pelanggan, perencanaan dan pengembangan pesan untuk komunikasi saluran, dan penilaian dan pengukuran sinergi inisiatif komunikasi merek.10

9 Indrawati, T. (2013). Strategi Komunikasi Pemasaran Terintegrasi Sebagai Upaya Branding Institusi Studi pada Lembaga Kursus Bahasa Inggris English First Malang (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

10 Widyaningrum, S. T. (2012). Analisis Ekuitas Merek (Brand Equity) Melalui

Komunikasi Pemasaran Terpadu(Integrated Marketing Communications-IMC) Pada PT. Nasmoco Majapahit Semarang. Nasmoco Majapahit Semarang. FISIP Universitas Diponegoro Semarang.

(21)

Secara sederhana-nya IMC dapat diartikan sebagai “Proses dari pengelolaan customer relationships yang menggerakkan brand value.” Sedangkan secara spesifik, IMC dapat diartikan sebagai “proses yang mempunyai fungsi bersilang dalam menciptakan dan memelihara hubungan yang menguntungkan dengan customer dan stakeholder lainnya dengan mengontrol dan mempengaruhi secara strategis semua pesan yang terkirim kepada kelompok ini serta menggerakkan dialog dengan maksud tertentu kepada mereka.

Dengan alasan sebagaimana diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION (IMC) DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DALAM MEWUJUDKAN PLACE BRANDING RIAU SEBAGAI PAYUNG KEBUDAYAAN DAERAH”.

1.2.Ruang Lingkung Kajian

Ruang lingkup penelitian ini ialah penulis membahas tentang bagaimana analisis teori IMC Dinas Kebudayaan Provinsi Riau dalam mewujudkan place branding riau sebagai payung kebudayaan daerah.

1.3 Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya penyimpangan dan kesalah pahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis memberi batasan dan penjelasan mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian sebagai berikut:

1.3.1. Analisis

Analisis adalah aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti mengurai atau memilah sesuatu. Analisi sebagai usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara memilah komponen-komponen pembentukannya atau menyusun komponen untuk dikaji lebih lanjut.

1.3.2. Integrated Marketing Communication

Komunikasi pemasaran terpadu atau yang dikenal dengan sebutan Integrated Marketing Communication yaitu sebuah konsep dari perencanaan komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai tambah dari rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin

(22)

komunikasi-misalnya advertising, direct marketing, sales promotion, dan Public Relations serta melakukan kombinasikan disiplin-disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal.

1.3.3. Dinas Kebudayaan Provinsi Riau

Dinas Kebudayaan Provinsi Riau sebelumnya tergabung dalam Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, Namun sejak keluarnya Peraturan Gubernur Riau No 4 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Maka Dinas Kebudayaan berpisah dari Dinas Pendidikan dan diberi nama menjadi Dinas Kebudayaan Provinsi Riau.

Dinas Kebudayaan Merupakan Unsur Pelaksana Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah. Dinas Kebudayaan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepala Daerah.11

1.3.4. Place Branding

Jika suatu lokasi memiliki merek yang bagus, lokasi tersebut akan menonjol dari keramaian. Menurut Yananda dan Salamah, branding memungkinkan suatu kota (tempat) bersaing dengan kota lain dengan mengarahkan preferensi dan pilihan para pemangku kepentingan (tempat) kota tersebut. Dengan menggunakan branding, sebuah kota dapat menciptakan identitas yang berbeda, konotasi yang kuat, dan sifat-sifat positif untuk memposisikan diri dan bersaing dengan kota-kota lain. Branding juga dapat membantu mencapai tujuan di pasar internasional dengan merekrut investasi dan orang-orang berbakat.12

1.3.5. Payung Kebudayaan Daerah

Budaya Melayu adalah cara hidup yang dikembangkan dan dimiliki oleh masyarakat etnis Melayu, khususnya yang ada di Provinsi Riau, dan diturunkan dari generasi ke generasi. Kebudayaan melayu, dengan unsur-unsurnya seperti

11 Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Http://Disbud.Riau.Go.Id/?Mode=Profildisbud, Diakses 06 Juli 2022, Jam 23.58 WIB.

12 Faradilla Ghassani Agnintya dan Indra Novianto Adibayu Pamungkas, “Analisis Program „ Purwakarta Istimewa ‟ Sebagai Strategi Place Branding Untuk Identitas Daerah Dalam Industri Pariwisata,” Place Branding, 5.1 (2018), 1–5.

(23)

bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi dan peralatan, sistem kesenian, sistem mata pencaharian, sistem keagamaan, dan sistem kekerabatan dan organisasi masyarakat, merupakan kekayaan dan identitas anak bangsa, yang akan menjadi faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Provinsi Riau. Payung kebudayaan melayu adalah salah satu misi pemerintah Riau untuk membuat budaya melayu sebagai ikon dari Riau 13

1.4.Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah Analisis Teori IMC Dinas Kebudayaan Provinsi Riau dalam Mewujudkan Place Branding Riau sebagai Payung Kebudayaan Daerah?”.

1.5.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Analisis Teori IMC Dinas Kebudayaan Provinsi Riau dalam Mewujudkan Place Branding Riau sebagai Payung Kebudayaan Daerah.

1.6.Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah, pemikiran dan ide serta sarana untuk memahami imu komunikasi khususnya bidang kehumasan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bisa untuk memperluas pengetahuan dan informasi mengenai bidang kehumasan.

3. Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran bagi semua pihak yang membutuhkan informasi mengenai bidang kehumasan.

13 Atika Fajriandhany, Ilham Gemiharto, dan Edwin Rizal, “Branding Riau The Homeland Of Melayu Untuk Meningkatkan Daya Tarik Wisata Dan Kunjungan Wisata Di Provinsi Riau,” Tornare, 2.3 (2020), 51–62 <https://doi.org/10.24198/tornare.v2i3.29696>.

(24)

1.7.Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini sebagai pembuka dalam pembahasan Proposal ini, sekaligus sebagai pendahuluan,disini akan diuraikan latar belakang masalah, penegasan istilah, kemudian ruang lingkup kajian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tentang kajian terdahulu, landasa teori dan kerangka pikir.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, informan penelitian, dan teknik pengumpulan data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi tempat penelitian, seperti sejarah, visi dan misi dan struktur organisasi.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisikan tentang hasil penelitian beserta pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(25)

10

Dalam pembuatan karya ilmiah, sebelumnya penulis melakukan pengamatan dan tinjauan pustaka terhadap jurnal penelitian sebelumnya yang memiliki kemiripan dengan penelitian yang ingin dilakukan, dengan tujuan agar terhindar dari kesamaan-kesamaan penelitian, berikut beberapa kajian terdahulu.

Pertama, artikel jurnal Faradilla Ghassani Agnintya dan Indra Novianto Adibayu Pamungkas dengan judul “Analisis Program „Purwakarta Istimewa‟

Sebagai Strategi Place Branding untuk Identitas Daerah dalam Industri Pariwisata”. Penelitian ini untuk mengetahui Strategi Komunikasi Pemasaran model Dwi Sapta IMC Model Watono bersaudara. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskripsi yang menggambarkan dan memaparkan upaya branding daerah Purwakarta apa yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam terhadap pemerintah daerah sektor pariwisata Kabupaten Purwakarta, konsultan ahli city/place branding, dan pengunjung Purwakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya branding daerah yang dilakukan Purwakarta, yaitu Purwakarta Istimewa kurang mempersuasi target audiens karena tidak sesuainya konten yang ada dengan brand yang diusung. Selain itu dengan mengusung istimewa menjadikan branding daerah Purwakarta tidak menciptakan diferensiansi merek itu sendiri dan akhirnya kehilangan kehilangannya.14

Kedua,artikel jurnal Atika Fajriandhany, Ilham Gemiharto, dan Edwin Rizal dari Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran dengan judul

“Branding Riau The Homeland Of Melayu Untuk Meningkatkan Daya Tarik Wisata Dan Kunjungan Wisata Di Provinsi Riau”. Penelitian ini menjelaskan bahwa branding merupakan sebuah identitas dalam memperkenalkan potensi dan keunggulan pasriwisata yang ada di daerah tertentu termasuk Provinsi Riau. Maka

14 Faradilla Ghassani Agnintya dan Indra Novianto Adibayu Pamungkas, “Analisis Program „ Purwakarta Istimewa ‟ Sebagai Strategi Place Branding Untuk Identitas Daerah Dalam Industri Pariwisata,” Place Branding, 5.1 (2018), 1–5

(26)

dari itu pemerintah Provinsi Riau membentuk sebuah branding yang mewakili dan memperkenalkan daya tarik wisara yang ada di Provinsi Riau.Riau The Homeland Of Melayu adalah sebuah tagline branding provinsi riau yang diharapkan dapat memperkenalkan pariwisata Riau yang selama ini menjadi daya tarik Provinsi Riau.Penelitian ini melakukan studi literatur pada buku dan jurnal yang terkait dalam tentang branding dan pariwisata dan juga penelitian yang berkaitan dengan branding . Dalam Penelitian ini juga melakukan teknik observasi sebagai metode penelitian dimana peneliti mengamati dan mengumpulkan data melalui observasi.15

Ketiga, artikel jurnal dari Noor Efni Salam dan Nurjanah dari Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau dengan judul

“Komunikasi Pariwisata Budaya Dalam Mempromosikan City Branding “Siak The Truly Malay” Kabupaten Siak Sri Indrapura”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali, menemukan, dan mendeskripsikankan berbagai promosi yang digalakan mereka terkait dengan wisata budaya ini. Metode penelitian bersifat kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat Siak,antara lain: memasarkan objek atau produk- produk budaya Melayu, baik situs-situs sejarah, kerajinan tradisional, kuliner dan kondisi geografis yang menunjang program tersebut sebagai brand Kabupaten ini, memberdayakan dan meningkatkan ekonomi kreatif yang mengarah kepada city creative; menyelenggarakan berbagai event budaya yang menjadi agenda tahunan, memaksimalkan berbagai saluran komunikasi, seperti situs-situs online, media elektronik, koran lokal dan berbagai publikasi lainnya, memperbaiki dan meningkatkan sarana dan prasana terutama infrastruktur dan elektrisasi, dan meningkatkan kerjasama dengan stakeholders.16

Keempat, artikel jurnal dari Mosthamir Thalib dari Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau dengan judul

“Implementasi Visi Riau 2020 Pada Lembaga Adat Melayu Riau”. Penelitian ini

15 Fajriandhany, Gemiharto, dan Rizal.

16 Noor Efni Salam, “„ Siak the truly Malay ,‟” 4.1 (2019), 134–54.

(27)

adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dan wawancara dengan informan informan penelitian berasal dari unsur Pemerintah Provinsi Riau, LAM dan masyarakat. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatiif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa upaya Lembaga Adat Melayu Riau dalam mengimplementasikan kebijakan yang berhubungan dengan pembinaan, pelestarian, dan pengembangan budaya melayu menunjukan bahwa komunikasi menjadi faktor yang menentukan. Sementara sumberdaya dan disposisi memberikan kontribusi yang tidak jauh berbeda setelahnya. Yang menjadi kendala dalam pengimplementasian kebijakan ini adalah pengembangan sumber daya khususnya yang berhubungan dengan sumber daya anggaran dan sumber daya manusia.

Kelima, artikel jurnal dari Nugroho, Reynaldy Setyo, and Gilang Gusti Aji dari Prodi Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya dengan judul “Implementasi Pembentukan Brand Identity Berbasis Kebudayaan Reyog Ponorogo Dalam City Branding Kabupaten Ponorogo”. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui implementasi brand identity berbasis kebudayaan Reyog Ponorogo dalam city branding oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus atau case study. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa brand identity berbasis kebudayaan yang diangkat oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Reyog Ponorogo untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas merupakan hasil dari kebiasaan masyarakat dalam mempromosikan daerah dengan kesenian khas yang dimiliki, sehingga dapat disimpulkan bahwa identitas yang dimiliki Kabupaten Ponorogo yaitu kesenian Reyog Ponorogo.17

Keenam, artikel jurnal dari Satya, Mutia Tri, dan Yuyus Yudistria dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas dengan judul “Pengembangan

17 Reynaldi Setyo Nugroho, “Implementasi Pembentukan Brand Identity Berbasis Kebudayaan Reyog Ponorogo Dalam City Branding Kabupaten Ponorogo Reynaldy Setyo Nugroho Gilang Gusti Aji,” 4 (2021), 61–74.

(28)

Model Place Branding Dengan Menggunakan Analisis AHP Untuk Program 1000 Kampung di Kabupaten Bandung”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan dan mengembangkan model dari place branding yang sudah dibuat sebelumnya oleh tim peneliti di penelitian terdahulu. Dua hasil penelitian inilah yang dijadikan acuan untuk mengembangkan model place branding. Penelitian place branding ini sudah dilakukan di 2 tempat kampung adat yaitu di Cirendeu dan di Kampung Naga. Dimana tujuan penelitian ini, mencari faktor-faktor pembentuk place branding. Baik itu secara kualitatif dan semi kuantitatif.18

Ketujuh,artikel jurnal dari Mardiana, M. (2017) dari Jurnal Inovasi , 11 (2), 107-116 dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Place Branding Kampung 5 Ulu Dan 7 Ulu Sebagai Destinasi Pariwisata Di Kota Palembang (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Srijaya Kecamatan Alang-Alang Lebar)”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap place branding Kampung 5 Ulu dan 7 Ulu sebagai destinasi pariwisata di Kota Palembang khususnya masyarakat Kelurahan Srijaya Kecamatan Alang-Alang Lebar. Oleh karena itu, untuk menjawab rumusan masalah tersebut dianalisis menggunakan program SPSS for windows. Hasil penelitian menyatakan bahwa masyarakat memiliki persepsi positif terhadap place branding Kampung 5 Ulu dan 7 Ulu sebagai destinasi pariwisata di Kota Palembang khususnya masyarakat Kelurahan Srijaya Kecamatan Alang-Alang Lebar. Besarnya kontribusi (R2 ) variabel persepsi masyarakat terhadap place branding adalah 59,2%, sedangkan 40,8% dipengaruhi variabel lainnya.19

Kedelapan, artikel jurnal dari Kurniasari, N., & Candrasari, S. (2020) dari Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis dengan judul “City Branding Belitung Timur”. Artikel ini merupakan hasil pelatihan dalam rangka Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi Kalbis Institute. Pelatihan ini diberikan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

18 Satya, MT, & Yudistria, Y. (2018). Pengembangan Model Place Branding Dengan Menggunakan Analisis AHP Untuk Program 1000 Kampung di Kabupaten Bandung.

19 Mardiana, “Persepsi Masyarakat Terhadap Place Branding Kampung 5 Ulu Dan 7 Ulu Sebagai Destinasi Pariwisata Kelurahan Srijaya Kecamatan Alang-Alang Lebar ),” Jurnal Inovasi, 11.2 (2017), 107–16.

(29)

Kabupaten Belitung Timur dan beberapa pemangku kepentingan terkait lainnya. Tujuan ini antara lain adalah memberikan pemahaman tentang pelatihan branding kota dan pendampingan bagi peserta pelatihan dalam merumuskan branding Kabupaten Belitung Timur. Metode pelaksanaan pelatihan berani ini dimediasi oleh aplikasi Zoom dengan perangkat berupa laptop, komputer, maupun telepon pintar yang digunakan oleh pembicara dan para peserta. Pelatihan ini berhasil merumuskan peta wisata untuk beberapa desa di Kabupaten Belitung Timur beserta keunggulannya. 20

Kesembilan, artikel jurnal dari Mega Purnamasari. (2020) dari Jurusan Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan judul “Strategi Komunikasi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Riau Dalam Pencapaian Riau Sebagai Pusat Kebudayaan Melayu Di Asia Tenggara Tahun 2020”. Strategi Komunikasi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Riau Dalam Pencapaian Riau Sebagai Pusat Kebudayaan Melayu Di Asia Tenggara Tahun 2020. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan penyajian analisis data secara deskriptif dan menggunakan teori komunikasi Harold D. Laswell. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan teknik purposive yang terdiri atas Kepala Bidang Nilai Budaya, Seksi Pengembangan Budaya, dan Staf Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, serta 1 orang tokoh budaya Melayu dan 1 orang tokoh kesenian budaya Melayu. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model data interaktif Miles dan Huberman. Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan data meliputi triangulasi dan kecukupan referensi.

Hasil penelitian menunjukkan pertama, peran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau selaku komunikator adalah bertanggung jawab dalam penyusunan dan pelaksanaan program kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian keanekaragaman dan kearifan lokal pada bidang kebudayaan Melayu (Renstra),

20 N Kurniasari dan S Candrasari, “City Branding Belitung Timur,” Jurnal …, 2.2 (2020), 55–62 <http://jurnalpariwisata.stptrisakti.ac.id/index.php/JPP/article/view/1435>.

(30)

serta turut melibatkan berbagai pihak yang berkompeten dan berpengaruh dalam kebudayaan Melayu.21

2.2.Kajian Teori

Pada bab ini akan disajikan kerangka teoritis, yang nantinya dijadikan sebagai tolak ukur dalam penelitian. Sebagaimana diketahui teori merupakan sekumpulan konsep, definisi, proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi diantara variabel, untuk meramalkan gejala tersebut.22

Kerangka teori diperlukan sebagai landasan berpikir dalam memecahkan permasalahan yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti dan sebagai pedoman dasar berpikir dan berfungsi untuk mendukung analisa variabel-variabel yang diteliti.Kerangka teori disusun sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut sebagai landasan untuk menggambarkan dari segi mana peneliti menyorot masalah yang telah dipilihnya.23

2.2.1. Place Branding

Place branding menjadi salah satu konsep yang paling menonjol dalam pemasaran lokasi, khususnya atraksi wisata. Selanjutnya pada Strategic Place Triangle, place branding merupakan strategi untuk mendapatkan heart share (hati pelanggan) dengan memasukkan aspek value marketing seperti brand, service, dan process.24

Selanjutnya, Govers dan Frank Go menyatakan bahwa “Place branding adalah aktivitas pemasaran yang mendukung penciptaan nama, simbol, logo, tanda kata, atau grafik lainnya, baik untuk mengidentifikasi dan membedakan tujuan, menyampaikan janji yang berkesan. pengalaman perjalanan yang unik

21 Purnamasari, M., & Lubis, E. E. (2017). Strategi Komunikasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau dalam Pencapaian Riau sebagai Pusat Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Riau University)..

22 Kriantono Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana 2006), 43

23 Nawawi Hadari, 2005,Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, Cetakan 6 (Revisi), Penerbit Gajah Mada University Press,Yogyakarta.

24 Govers, Robert dan Frank Go. 2009. Place branding glocal, virtual, and physical identities, construcyed, imagined an experiences. England: Palgrave Macmilan

(31)

terkait dengan tujuan, dan bekerja untuk mengkonsolidasikan dan memperkuat ingatan kenangan yang menyenangkan dari pengalaman tujuan, semua dengan tujuan menciptakan jejak pengalaman tujuan."

Anholt menjelaskan beberapa komponen yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas sebuah kegiatan place brand. Komponen-komponen ini juga dapat digunakan untuk membantu upaya penetapan brand, yakni sebagai berikut:25

a. The Presence

The Presence menjelaskan bagaimana status internasional suatu kota serta menggambarkan seberapa besar orang mengenal kota tersebut.

b. The Place

The Place merujuk pada aspek-aspek fisik, seperti bagaimana indahnya kota tersebut serta bagaimana kota tersebut dapat menyenangkan orang- orang yang berada di dalamnya.

c. The Potential

The Potential menggambarkan peluang suatu kota dalam menawarkan berbagai kegiatan yang dapat dilakukan di dalamnya.

d. The Pulse

The Pulse menggambarkan bagaimana suatu kota dapat menarik perhatian orang-orang terhadap kota tersebut.

e. The People

The People memfokuskan evaluasi terhadap masyarakat lokal dari segi keterbukaan, keramahan, serta keamanannya di dalam kota tersebut.

f. The Prerequisites

The Prerequisites melihat bagaimana kualitas dasar, standar, biaya akomodasi, dan juga kenyamanan publik di dalam kota tersebut.

Seperti yang dinyatakan oleh Zenker & Martin: “Place brand is a network of association in the consumers mind based on the visual, verbal, and behavioural expression of a place, which is embodied through the aim, communication, value

25 Pasquinelli, C. (2010). The Limits of Place Branding for Local Development: The Case of Tuscany and the Arnovalley Brand. Local Economy.

(32)

and the general culture ofthe place‟s stakeholders ang the overall place design.”

Menurut Zenker dan Martin bahwa place branding bukan hanya ekspresi komunikasi atau tempat secara fisik tetapi persepsi dari seluruh persepsi pikiran dari konsumen sasaran (expressions in the minds of the targets audience‟s)

Gambar 1. The Concept of Place Brand Perception 26 Sumber: Zenker dan Martin (2011)

Kaplan, dkk. menyatakan terdapat 6 (enam) Place Brand Personality Dimension untuk kota atau wilayah yaitu :27

1. Excitement, meliputi Passionate, Outgoing, Feminine, Sympathetic 2. Malignancy, meliputi Unreliable, Arrogant, Self seeking

3. Peacefulness, meliputi Calm dan Domestic

4. Competence, meliputi Authoritarian, Sophisticated 5. Conservatism, meliputi Religious dan Uneducated

6. Ruggedness, Dimensi place branding terdiri dari economy, society, policy, culture, ecology dan geography.

Berdasarkan pembahasan place branding di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari place branding adalah untuk menciptakan citra yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengunjungi suatu lokasi tertentu. Perbedaan antara place branding dan image adalah bahwa place branding adalah upaya pemasaran yang dihasilkan oleh pemasar terlebih dahulu, sedangkan citra dilihat oleh pelanggan setelah place branding diselesaikan oleh pemasar.

26 Satya, M. T., & Yudistria, Y. (2018). Pengembangan Model Place Branding Dengan Menggunakan Analisis AHP Untuk Program 1000 Kampung di Kabupaten Bandung diakses pada tanggal 28 Januari 2022 pada Pukul 20.00 WIB

27 Zenker, S. dan Martin, N. (2011), Measuring Success in Place Marketing and Branding, Palgrave-journal.com, Macmillian Publisher, 2011

(33)

2.2.2. Kebudayaan Melayu

Mayoritas Daerah Riau penduduknya adalah suku bangsa Melayu, yang tinggal di daerah Kepulauan Riau dan Riau daratan. Mereka umumnya disebut dengan Melayu Riau. Dalam kehidupan masyarakat terdapatlah semacam ketentuan, bahwa yang dimaksudkan dengan suku Melayu Riau itu adalah orang yang hidup di daerah Riau, beragama Islam, berbahasa Melayu, dan beradat istiadat Melayu.28

Bahasa Melayu Riau tidak dapat disangkal merupakan penyumbang terbesar kepada kebudayaan Indonesia. Karena ikatan yang dalam dengan budaya dan peradaban Melayu, para seniman dari Riau merasa lebih mandiri dan karya mereka lebih memiliki rasa nasional. Banyak ahli telah mencatat bagaimana seniman Riau merasa dibebaskan dan tidak terbebani dengan penggunaan kata- kata dan ekspresi.

Mereka tidak khawatir karyanya dianggap sebagai sesuatu yang tidak bagus.Betapa pun khasnya, lokal, akhaik, atau baharinya ungkapan-ungkapan Riau itu yang dituangkan dalam karya-karya mereka tetap saja sebagai karya nasional. Oleh karena itu, para seniman Riau sering berhasil menyegarkan kesenian khasnya kesusastraan nasional bahkan regional. Mulai dari Raja Ali Haji, Sutardji Calzoum Bachri, Hasan Junus, hingga Taufik Ikram Jamil.29

Salah satu rumpun budaya Melayu yang terdapat di seluruh Asia Tenggara adalah Melayu Riau. Sejumlah kerajaan berkembang seiring dengan sejarah panjang Melayu Riau, menghasilkan sejumlah besar materi budaya. Ada dua kategori warisan budaya: warisan budaya berwujud (tangible) dan benda-benda warisan budaya tidak berwujud (intangible). Tentu, ini juga berlaku untuk budaya Melayu.30

28 Effendi, Busana Melayu (Pakaian Adat Tradisional Daerah Riau), (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau, 2004),

29 UU. Hamidy, Bahasa Melayu Dan Kreativitas Sastra Di Riau, (Pekanbaru: Unri Press, 2003), 254-255.

30 Sepri Herdiman, Pedia Aldy, Wahyu Hidayat, Februari 2016. “Pusat Warisan Budaya Melayu Riau Di Pekanbaru Dengan Pendekatan Arsitektur Kontemporer” dalam jurnal Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1.1

(34)

Adapun warisan budaya benda (tangible) Melayu Riau adalah alat untuk kegiatan mata pencaharian merupakan warisan budaya masyarakat Melayu Riau.

Perahu atau sampan, jaring, dan alat tangkap lainnya adalah contoh peralatan yang digunakan dalam kehidupan nelayan. Sedangkan benda peralatan kehidupan sehari-hari, berupa alat-alat yang digunakan masyarakat melayu pada zaman dahulu dalam aktifitas sehari-hari. Dari segi kegiatan memasak atau kegiatan di dapur yang menggunakan alat-alat lesung, guci, dan peralatan lainnya. Selain itu benda peralatan kehidupan sehari-hari juga berupa busana melayu. Penggunaan busana melayu tergantung dari aktifitas yang sedang dilakukan. Seperti misalnya busana teluk belango yang digunakan untuk acara-acara tertentu yang bersifat formal.

Untuk bangunan melayu, memiliki banyak ragam mulai dari rumah tinggal hingga bangunan dalam bentuk istana. Dalam perancangan ini bangunan melayu dibahas dalam bentuk rumah tinggal melayu dan ragam hias dalam rumah tinggal tersebut.

Sedangkan warisan budaya bukan benda (intangible) Melayu Riau adalah Seni tari yang berkembang dalam budaya Melayu dan memasukkan unsur gerak, irama, dan nyanyian. Hal ini biasanya dilakukan selama upacara adat, upacara ritual, panen sukses, menyambut tamu penting, atau hanya untuk memperkuat hubungan dan merayakan peristiwa penting.

Untuk seni musik, biasanya menjadi pengiring dari seni tari Melayu itu sendiri. Selain itu seni music Melayu juga diiringi dengan berbagai nyanyian Melayu. Seni musik ini biasanya digunakan pada acara-acara tertentu. Seni tenun berasal dari tiga daerah, yaitu Siak, Bengkalis dan Indragiri.Tenun Siak sebagaimana namanya merupakan tenunan tradisionalyang dihasilkan masyarakat Siak. Tenunan ini telah ada sejak Siak masih berupa kesultanan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Baalwi (1784-1810).

Pada seni ukir, kekhasan seni ukir Melayu tampak dalam corak dan ragi yang didominasi oleh unsure tumbuhan dan hewan, walaupun unsure lain seperti alam dan kaligrafi juga berkembang. Kemudian seni pertunjukan, diselenggarakan pada tempat dan waktu tertentu untuk menyalurkan hasrat rasa keindahan,

(35)

hiburan, emosi dan keresahan yang tidak dapat dikatakan secara terus terang. Seni pertunjukan rakyat ini bersifat sederhana, spontan dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh dalam pertunjukan randai kuantan, terjadi hubungan yang erat antara pemain, dan penonton pun diperbolehkan berjoget bersama.

Sastra Melayu dibagi menjadi dua kelompok: sastra lisan, yang berbentuk cerita rakyat, pantun, koba, balada panjang, layat, dan gurindam, yang sarat dengan pesan dan ajaran Islam. Sebaliknya, tulisan berbentuk itu diawetkan dalam manuskrip kuno. Permainan Rakyat, terbagi menjadi 2 kategori, yaitu yang bersifat kompetisi dan hiburan. Dalam perancangan ini pembahasan tentang permainan rakyat berdasarkan permainan rakyat yang bersifat hiburan yang biasa dilakukan sehari-hari, seperti ali oma, buah guli, simbang, rago tinggi, gasing dan lain sebagainya. Untuk kuliner Melayu memiliki banyak ragam. Dimulai dari makanan pokok, makanan ringan dan minuman.31

Nilai-nilai budaya di atas perlu menjadi pedoman dan pegangan hidup setiap insan supaya mereka menjadi warga yang sebati dengan warga lainnya.

Kehidupan masyarakat aman, tertib, damai dan rukun. Konsekwensinya perlu ada usaha-usaha nyata supaya nilai-nilai itu mewaris kepada generasinya melalui sistem pendidikan formal, non-formal, dan informal. Penerapannya itu sangat dituntut supaya masyarakat Melayu tetap memilikinya dari generasi ke generasi.32 2.2.3. Teori Integrated Marketing Communication (IMC)

Untuk mengoptimalkan pengaruh target terhadap audiens, Tuckwell mendefinisikan Integrated Marketing Communication (IMC) sebagai sinkronisasi semua saluran komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui program yang terintegrasi. Penekanan dalam definisi ini adalah pada komunikasi pemasaran terpadu yang memanfaatkan semua saluran promosi yang tersedia untuk memberikan hasil terbaik. IMC (Integrated Marketing Communication) tampaknya menjadi teknik yang dapat digunakan oleh para profesional pemasaran

31 Sepri Herdiman, Pedia Aldy, Wahyu Hidayat, Februari 2016. “Pusat Warisan Budaya Melayu Riau Di Pekanbaru Dengan Pendekatan Arsitektur Kontemporer” dalam jurnal Jom FTEKNIK Vol.3 No. 1. 2-3,

32 Suwardi, Bahan Ajar Kebudayaan Melayu, (Pekanbaru: Sekolah Tinggi Pariwisata Engku Putri Hamidah, 2007), 53-54

(36)

untuk merencanakan dan menerapkan komunikasi pemasaran yang lebih efektif dan konsisten. Terdapat dua ide pokok dalam Integrated Marketing Communication, yaitu :

1. Komunikasi pemasaran yang bersifat one-voice. Maksudnya adalah, walaupun elemen komunikasi pemasaran yang digunakan berbedabeda dalam meraih konsumen namun semua itu harus dapat dikoordinasi dengan cara yang tepat oleh berbagai organisasi dan agensi yang bekerja pada elemen-elemen yang berbeda tersebut

2. Komunikasi yang berintegrasi. Komunikasi disini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan brand awareness atau pencitraan produk yang baik saja, namun juga harus dapat menimbulkan hasil penjualan yang baik.33 Tom Duncan dan Sandra Moriarty menyatakan bahwa IMC merupakan pendekatan pemasaran “generasi baru” yang digunakan perusahaan untuk memfokuskan upaya mereka dalam memperoleh, mempertahankan, dan mengembangkan hubungan perusahaan dengan para pelanggan serta pihak-pihak terkait lainnya. Model pemasaran yang dimaksud tersebut adalah yang berbasiskan komunikasi yang menekankan pentingnya pengelolaan komunikasi perusahaan dan merek.34

Maka pengertian komunikasi pemasaran terpadu (IMC) dapat disimpulkan sebagai suatu usaha penggabungan atau pengintegrasian dari beberapa macam instrumen pemasaran dengan berbagai fungsi komunikasi agar tercipta perpaduan yang dapat meminimalisir duplikasi pekerjaan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Konsep ini tak hanya bisa diterapkan dalam perusahaan yang berorientasi pada profit, namun juga dapat diterapkan dalam lingkungan organisasi pemerintahan.

Proses pengembangan komunikasi pemasaran terintegrasi meliputi delapan pokok yang saling terkait yakni, mengidentifikasi audiens sasaran pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih saluran komunikasi,

33 Sadat, Andi M. 2009. Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan.

Jakarta: Salemba Empat.Hlm. 18-19

34 Morissan. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana. 2010. Hlm.

7

(37)

menyusun anggaran komunikasi, menentukan bauran IMC, mengimplementasikan IMC dan mengumpulkan feedback.35

Menurut Shimp, Integrated Marketing Communications adalah proses komunikasi yang dimulai perencanaan, penciptaan, integrasi dan pelaksanaan berbagai bentuk komunikasi bauran pemasaran yang berbeda yang disampaikan secara bersamaan kepada sasaran Komunikasi pemasaran terpadu merupakan upaya untuk menjadikan keseluruhan kegiatan pemasaran dan promosi perusahaan dapat menghasilkan citra yang satu dan konsisten bagi publik. Dari definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi pemasaran terpadu adalah suatu bentuk komunikasi dan koordinasi dilakukan oleh 2 orang atau lebih dengan tujuan merencanakan, meyakinkan, dan mempengaruhi publik terhadap sesuatu yang ditawarkan.

Adapun elemen-elemen yang terdapat pada teori Integrated Marketing Communication dimaksud adalah:

1) Advertising, merupakan bentuk persuasif dari Teori Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) yang dirancang untuk menstimulasi tanggapan positif dari target pasar yang telah di definisikan. Advertising terdiri dari komunikasi massa melalui media cetak, media elektronik, dan media lain (billboards, Internet, dan lain-lain), Kriteria iklan sendiri memiliki sifat nonpersonal, komunikasi satu arah, terdapat sponsor (masyarakat yang peduli), serta mempunyai tujuan mengubah perilaku maupun sikap. Kerap kali advertising tersebut digunakan saat perusahaan hendak mengubah pembeli dari ketidakpedulan menjadi peduli atas brand atau produk,

2) Direct marketing, merupakan pengirim pesan kepada target khalayak secara langsung baik surat langsung, telepon interaktif melalui televisi, atau telemarketing,

3) Sales promotion,motivasi lain untuk membeli sekarang adalah promosi.

Promosi penjualan dapat dibagi menjadi dua kategori: promosi penjualan yang berfokus pada penjualan dan promosi penjualan yang berfokus pada konsumen. Sedangkan promosi berorientasi pada perdagangan umum yang ditujukan kepada pihak yang bertindak sebagai perantara pemasaran, seperti pengecer, grosir, distributor, dan lain-lain, bentuk promosi dalam

35 Tjiptono, Fandy. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publishing. 2007. Hlm. 253

(38)

orientasi ini antara lain memberikan bantuan promosi atau penyesuaian harga, yang membantu pedagang untuk menyiapkan stok,

4) Personal selling, adalah pertukaran informasi dua arah; penjual harus bisa menjelaskan keunggulan suatu produk kepada pembeli. Personal selling melibatkan interaksi tatap muka dan aktivitas pemecahan masalah yang menambah nilai bagi pelanggan atau calon pelanggan, atau yang kadang disebut sebagai kemitraan. Dimensi kemitraan adalah sesuatu yang harus dikuasai oleh tenaga penjualan. Perusahaan penjualan pribadi dihubungkan oleh tenaga penjualan untuk membangun kontak tatap muka langsung dengan pembeli, yang merupakan perbedaan mendasar antara personal selling dan direct marketing,

5) Publisitas and Public Relations, Kegiatan publisitas dan Public Relations ini merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Di mana public relations memiliki tanggung jawab untuk membuat citra baik perusahaan yang didukung oleh publisitas-publisitas pada berbagai macam media. Contoh kegiatannya yaitu seperti mengadakan seminar lalu dipublikasikan, mengadakan kegiatan sosial, mengadakan komunikasi untuk meningkatkan relasi dengan klien dan sebagainya.36

6) Events and experience, Event and experinces merupakan kegiatan yang berisi program-program perusahaan dan dirancang untuk meningkatkan branding perusahaan serta menciptakan pengalaman yang baik dibenak konsumen. Contohnya yaitu kegiatan olahraga yang disponsori oleh produk air mineral, kegiatan tanam seribu pohon yang dilakukan oleh brand kopi, dan sebagainya.

7) Interactive Marketing, Suatu pemasaran produk atau jasa yang mana calon customer dapat berinteraksi langsung dengan penjual. Mencakup pemasaran berbasis internet seperti social media, situs, dan forum. Pada internet marketing, biaya komunikasi pemasaran biasanya relatif rendah.

Pada penelitian peneliti hanya mengambil 4 komponen dalam teori IMC yaitu advertising, perosnal selling, direct marketing, dan event and experince. Hal ini dikarenakan beberapa komponen yang tidak dimiliki

36 Suryadi, Didih. Promosi Efektif: Menggugah Minat & Loyalitas Pelanggan.

Yogyakarta: Tugu Publisher. 2006. Hlm. 117.

(39)

oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Sehingga agar mendapatkan hasil yang akurat maka peneliti hanya menggunakan 4 komponen tersebut.

Gambar 2. Model Teori Integrated Marketing Communication37 Sumber: Ngalup.Co

2.2.4 Manfaat Integrated Marketing Communication (IMC)

1. Tujuan dari komunikasi pemasaran terpadu adalah untuk menyampaikan pesan yang menarik, terpadu, dan dapat dimengerti. Semua pesan, gambar, dan identitas perusahaan dapat dikoordinasikan melalui komunikasi pemasaran untuk mencapai hal ini. sehingga calon pembeli dapat benar- benar memahami pesan yang ingin Anda sampaikan.

2. Meningkatkan pengenalan merek dapat dicapai melalui komunikasi pemasaran terpadu. Tidak hanya konten tetap konstan, tetapi komponen merek juga berkembang secara alami seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, bisnis secara tidak sengaja akan menunjukkan keunggulan kompetitif.

3. Untuk menghasilkan pengalaman klien yang positif, gunakan komunikasi pemasaran terpadu. Pelanggan dapat mendengar pesan berdasarkan apa yang coba disampaikan oleh perusahaan. Ini akan meningkatkan komunikasi antara bisnis dan kliennya.

4. Penghematan anggaran untuk promosi adalah manfaat lain dari komunikasi pemasaran terpadu. Tentu saja hal ini dimungkinkan asalkan

37 https://kledo.com/blog/integrated-marketing-communication/ diakses pada 1 Januari 2023 Pukul 16.00 WIB

(40)

pesan disampaikan secara konsisten dan jelas, sehingga bisnis tidak perlu menjalankan beberapa kampanye.38

2.3.Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaiman teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.

Gambar 3. Kerangka Pikir Sumber: Olahan data peneliti tahun 2022

38 Watono, Adji dan Watono,Maya. IMC: Integrated Marketing Communication that Sells. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011. Hlm. 147.

Analisis Teori Integrated Marketing Communication

Event and Experience Sales

Promotin Direct

Selling Dinas Kebudayaan Provinsi

Riau

Sebagai Payung Kebudayaan Daerah

Place Branding

Iklan

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh, jika terdapat dua gugus pengamatan yang sama, maka kajian hubungan antar variabel untuk pengamatan tersebut tidak hanya bisa dilakukan secara terpisah, namun

14 Berdasarkan landasan teknis dalam teori ekonomi maka untuk dapat menganalisis dan mengukur besarnya pengaruh luas lahan, tenaga kerja, jumlah tanaman kopi,

1 Petugas Laboratorium mikologi mencatat data hasil nekropsi contoh, isolat/ fiksatif ke dalam buku/ agenda mikotik, dilanjutkan dengan pengujian sesuai dengan disposisi

UNTUK MEWUJUDKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DAERAH, MEMBENTUK UPTD-LPSE (LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK) DAN

Syukur Alhamdulillah dan Subhanallah atas segala rahmat, karunia Allah SWT, sehingga penulis memiliki kekuatan, kesabaran, dan kepercayaan untuk menyelesaikan

mulai terjadinya perceraian dan tidak Dalam kaitannya dengan pelaksana melaporkan perkawinannya yang kedua/ an Peraturan pemerintah Nomor 45 Tahun ketiga/keempat dalam

Pada utama mandala dibuat bangunan berbentuk bajra/genta tempat dokumen kearifan lokal dan upacara yang sarat dengan pendidikan konservasi, pada madia mandala akan dibuat

7.7.2 Jika tidak bersetuju atau lain-lain keputusan, maklumkan kepada pemohon dengan menghantar Borang Maklum Balas Permohonan Langganan Bahan Terbitan Bersiri