Assalamu’alaikum wr wb
Allohu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyiral muslimin al ‘aidin rahimakumullah
Segala puja dan puji syukur hanyalah milik Alloh, Tuhan Yang Menciptakan alam semesta beserta isinya, mengatur keseimbangan dan menjaga eksistensinya dengan menciptakan As-saa’ah berupa tahun, bulan, hari, jam, menit, detik hingga bilangan terkecil dalam jutaan mili detik. Diantara masa-masa itu kita patut bersyukur Alloh menganugerahkan kepada kita satu bulan agung penuh maghfiroh dengan pelipatan pahala kebaikan di dalamnya, satu bulan yang hanya diberikan kepada ummat Muhammad, syahrush shiyyaam, yaitu bulan ramadhan yang baru saja meninggalkan kita.
Diantara kesedihan karena kekhawatiran kemungkinan bertemu lagi atau tidak dengan ramadhan tahun mendatang, terselip kebahagiaan tersendiri bagi kita yang sungguh-sungguh menjalankan ibadah di dalamnya. Karena Ibadah shaum di bulan Ramadhan yang baru saja kita laksanakan, sesungguhnya adalah suatu proses pendidikan yang berkelanjutan dan berkesinambungan bagi orang-orang yang beriman, yang menghantarkannya pada puncak nilai- nilai kemanusiaan yang disebut dengan taqwa (ىك ه ع ن ٌىق ت ت). Taqwa inilah indikator utama kemuliaan, indikator utama kebahagiaan dan indikator utama kesejahteraan.
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat- ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96).
Shalawat dan salam senantiasa tercurah bagi Nabi Muhammad SAW, para shahabat, keluarga serta para pengikut yang setia berpegang pada sunnah-sunnah Beliau hingga akhir jaman. Nabi yang telah membawakan kepada kita ‘Iedul Fithri, hari kembalinya kesucian diri kita. Hari besar Islam paling istimewa disamping ‘iedul Adhha. Karena tidak ada satupun hari besar islam lainnya yang memiliki rukun dan kedudukan muakkad dalam sunnah menjalankannya.
Jama’ah sholat ‘Iedul Fithri yahdikumulloh,
Ada tiga manfaat shaum, diantaranya: menumbuhkan kembali keshalehan individu setelah 11 bulan lamanya berkutat pada persaingan duniawi, mengembangkan keshalihan sosial, dan meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan.
Ibadah puasa melatih diri menjadi orang yang jujur dan amanah karena Alloh. Secara pribadi orang-orang yang berpuasa haruslah menjadi orang yang jujur. Yakinlah tidak ada sedikitpun kenyamanan maupun ketenangan pada orang yang berbohong mengatakan dirinya berpuasa. Kejujuran merupakan sesuatu yang sangat penting dan menentukan karakter kepribadian. Tanpa kejujuran sangat sulit terbangun keluarga, masyarakat maupun bangsa kearah yang lebih baik. Maka dalam konteks kebangsaan, puasa adalah solusi efektif bagi upaya pencegahan korupsi, karena pertahanan itu lahir dari kesadaran diri, bukan karena ancaman maupun paksaan. Bahkan Alloh menempatkan puasa sebagai amalan istimewa yang sangat rahasia.
“ash-shiyamu liy wa ana ajzii bihi" (puasa itu milikku, dan saya -Alloh swt.- penjamin pahalanya) kata Alloh yang ditirukan Rasul dalam sebuah hadits qudsi riwayat Imam Bukhari.
Kejujuran adalah sumber utama kebaikan. Orang yang jujur pasti akan melahirkan kebaikan-kebaikan. Sebaliknya orang yang tidak jujur, orang yang selalu berdusta pada dirinya, dusta pada Alloh, dusta pada keluarga dan masyarakatnya, adalah sumber dari keburukan dan kejahatan. Ada anggapan keliru di masyarakat yang mengatakan bahwa orang jujur kehidupannya akan mengalami kesusahan. Paradigma semacam ini harus segera diubah secara revolusioner. Kita dapat lihat betapa sifat tidak jujur dan khianat dalam kasus-kasus korupsi
telah menyeret banyak orang sukses dalam kesusahan. Tidak cukup dirinya, keluarganya juga malu bahkan terkadang terkucil di masyarakat. Na’udzubillaahi min dzaaliek.
Justru sebaliknya, kejujuranlah yang akan menumbuhkan keberkahan, kebaikan dan kesejahteraan bagi diri kita. Apalagi pada saat-saat nilai-nilai moral di masyarakat sudah semakin krisis, maka disitulah kita buktikan bahwa kejujuran dan amanah akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Disamping menumbuhkan sifat jujur dan amanah, puasa mendidik orang untuk gigih dan memiliki semangat juang tinggi dalam hidupnya. Puasa yang secara medis banyak terbukti menyehatkan tubuh, terutama organ dalam, harus diimbangi aktifitas rutin berupa pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita. Puasa bukanlah alasan untuk kemudian bermalas-malasan, karena justru malas ketika puasa dapat menimbulkan penyakit-penyakit baru di dalam tubuh, selain berdampak pada merosotnya perekonomian. Kemiskinan sesungguhnya bukan karena kekurangan sumber alam, bukan pula kekurangan ilmu pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki. Kemiskinan seringkali terjadi karena sikap malas dan menggantungkan pemenuhan kebutuhan hidupnya hanya pada orang lain. Inilah yang biasa disebut sebagai kemiskinan kultural. Sebuah budaya yang sangat berbahaya, karena dapat menciptakan kejahatan- kejahatan terorganisir di masyarakat. Sehingga Alloh memerintahkan dalam firmanNYA agar manusia bekerja dan bertebaran di muka bumi.
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Alloh dan ingatlah Alloh banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al- Jumu’ah : 10).
Jika keshalehan telah meliputi diri seseorang, akan sangat mudah untuk kemudian membentuk masyarakat yang memiliki keshalehan sosial, yaitu suatu kondisi dimana ketika salah seorang merasakan kesenangan, maka tetangganya juga ikut senang, atau setidaknya tidak merasakan kesusahan. Manusia adalah homo soloensis atau makhluk social yang saling memiliki ketergantungan satu dengan lainnya. Dalam bermasyarakat kita harus saling
memperhatikan tetangga kita, lingkungan kita, masyarakat kita dan orang-orang yang berada di sekitar kita secara lebih luas, terutama yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam, seperti disunnahkan Rasullulloh melalui riwayat Imam Bukhari:
“Engkau lihat orang-orang mukmin dalam keadaan saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila sala satu anggota tubuhnya sakit, maka anggota tubuh lainnya akan merasakan panas dingin (demam)”.
Bagaimana puasa di bulan Ramadhan mampu mengembangkan keshalihan social? Yaitu dengan menjalankan perintah untuk senantiasa berzakat, berinfaq atau bershadaqah. Zakat, infaq dan shadaqah adalah bukti dari keimanan kita kepada Alloh SWT serta bukti dari kecintaan kita kepada sesama.
“Tidak akan pernah berkurang harta karena sebab shodaqoh …”
Allohu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumulloh,
Manfaat puasa yang paling utama adalah meningkatnya ketaqwaan. Sangat penting bagi kita untuk memahami hakikat taqwa, agar peningkatan taqwa dapat benar-benar kita raih dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengutip ungkapan sahabat Nabi Muhammad saw yakni Ali bin Abi Thalib ra, terdapat empat hakikat taqwa yang harus ada pada diri setiap mukmin yang bisa menjadi tolok ukur keberhasilan ibadah ramadhan:
“Takut kepada Alloh yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang termuat dalam at tanzil (Al-Qur’an), mempersiapkan diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup seadanya (sedikit)”.
Pertama, Takut Kepada Alloh. Takut kepada Alloh bukanlah seperti halnya takut kepada binatang buas atau orang jahat yang menyebabkan kita harus menjauhinya, tapi takut kepada Alloh adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya. Sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Alloh harus kita jauhi. Sedangkan Alloh sendiri harus kita dekati, inilah yang disebut dengan taqarrub ilAlloh (mendekatkan diri kepada Alloh).
Orang yang takut kepada Alloh tidak akan menyimpang dari segala ketentuan-Nya, dan jika melakukan kesalahan, ia segera bertaubat kepada Alloh dan meminta maaf kepada orang yang telah dia dzolimi serta apabila ada hak orang lain yang telah diambilnya, maka dia mau mengembalikannya. Bahkan pada derajat ketaqwaan yang tinggi, andai kesalahan yang dilakukan ada jenis hukumannya, maka iapun bersedia dihukum bahkan meminta dihukum.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS Ali Imran: 133).
Satu kisah, pada masa Rasul ada seorang wanita yang berzina dan ia amat menyesalinya, dari perzinahan itu ia hamil dan sesudah taubat iapun datang kepada Rasul untuk minta dihukum, namun Rasul tidak menghukumnya saat itu karena kehamilan yang harus dipelihara. Sesudah melahirkan dan menyusui anaknya, maka wanita itu dihukum sebagaimana hukuman untuk pezina yang menyebabkan kematiannya, saat Rasul menshalatkan jenazahnya, Umar bin Khattab mempersoalkannya karena ia wanita pezina, Rasulullah kemudian menyatakan:
“Ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Alloh?” (Rowahul Muslim).
Allohu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Hakikat taqwa yang Kedua adalah Beramal Berdasarkan Wahyu. Termasuk wahyu adalah Al Qur’an dan hadits atau sunnah Rasulullah saw, karena ucapan dan prilaku Nabi memang didasari oleh wahyu yang dibawakan Jibril as. Dengan kata lain, seseorang disebut bertaqwa bila melaksanakan perintah Alloh swt dan menjauhi larangan-Nya sebagaimana dalam Al Qur’an dan Al Hadits. Maka tentu saja menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkaji al-Quran dan al Hadits. Sebab bagaimana bisa beramal sesuai kaidah keduanya, bila memahaminya saja tidak mampu, dan bagaimana pula bisa memahami bila membaca saja tidak bisa.
Momentum ramadhan adalah awal yang baik untuk memulai kembali semangat memperdalam pengetahuan agama. Setidaknya dimulai dengan berusaha belajar kembali kemampuan membaca huruf hijaiyah bagi yang belum mampu, atau berusaha memahami ilmu tajwid dan ilmu kalam bagi yang sudah mampu baca tulis arab. Semua ini sebenarnya bisa didapatkan sangat mudah dan murah, jika dibandingkan dengan serapan ilmu-ilmu akademik duniawi di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi.
Dalam hal ini seyogyanya orang tua tidak memberi tawaran pilihan kepada anak, namun harus mampu memaksakan dengan cara-cara yang lembut dan kasih sayang. Jangan biarkan anak-anak kita jauh bahkan tidak mengenal ilmu agama. Siapakah yang akan bertanggung jawab nanti jika anak-anak kita : menjadi Atheis yang Tidak mempercayai adanya Tuhan, tidak peka lingkungan, egois mementingkan diri sendiri, durhaka kepada orang tuanya, tidak mau patuh terhadap perintah dan nasehat keduanya, bergaya hidup barat dengan pemikiran-pemikiran sekuler, dan tragisnya kematian orang tua dianggap hal biasa bahkan kalau mungkin diharapkan mengingat peninggalan harta warisan yang melimpah. Padahal satu- satunya sandaran yang sangat mungkin diharapkan ketika sudah wafat adalah do’a anak yang sholeh.
Semua karena ketidakpedulian orang tua terhadap pendidikan agama pada anak. Anak sejak kecil dijejali mesin-mesin game, playstation, game online bahkan begitu dimanja dengan kehidupan modern yang cenderung bergaul bebas. Pada prinsipnya tidak ada yang salah dengan tekhnologi, tapi alangkah indahnya jika alat-alat canggih tersebut dapat membawa pengenalan kepada Tuhannya sehingga anak mampu melatih ketaqwaan sejak dini.
Jama’ah sholat ‘ied yang dimulyakan Alloh,
Hakikat taqwa yang ketiga adalah Mempersiapkan Diri Untuk Akhirat. Mati merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang.
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS Yaasiin: 12)”
Ayat yang sering kita baca atau dengarkan dalam pengajian-pengajian ini, sangat terang menunjukkan bahwa mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru awal dari kehidupan baru, yakni kehidupan akhirat yang enak dan tidaknya sangat tergantung pada keimanan dan amal shaleh seseorang dalam kehidupan di dunia. Semuanya tercatat dan terkumpul dalam Lauh Mahfuzh. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu mempersiapkan dirinya dalam kehidupan di dunia ini untuk kebahagiaan kehidupan di akhirat.
Bila kita sudah menyadari kepastian adanya kematian, maka kita tidak akan mensia- siakan kehidupan di dunia yang tidak lama. Kita akan berusaha mengefektifkan perjalanan hidup di dunia untuk melakukan sesuatu yang bisa memberikan nilai positif, sebagai apapun kita.
Manakala seseorang sudah melakukan segala sesuatu sebagai bentuk persiapan untuk kehidupan sesudah kematian, maka orang seperti inilah yang disebut dengan orang yang cerdas, meskipun ia tidak berpendidikan. Karena itu, Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal bagi kehidupan sesudah mati (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim”).
Allohu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Selanjutnya hakikat taqwa menurut sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib ra adalah Ridha Meskipun Sedikit.
Hampir sangat mustahil di dunia ini ada orang yang tidak menginginkan hidup berkecukupan dengan harta berlimpah. Dan seyogyanya keinginan tersebut diikuti dengan keinginan untuk berbagi harta bendanya dengan sesamanya, karena sangat sedikit orang yang ketika miskin meratap-ratap mohon kekayaan, namun ketika sudah berkecukupan bahkan harta berlebih cenderung enggan untuk berbagi. Hidup ini kadang aneh, orang-orang yang cenderung miskin seringkali lebih mudah untuk berbagi diantara sesamanya, sedangkan mereka yang kaya berlimpah sangat sulit untuk diajak bersedekah. Semoga kita dihindarkan oleh Alloh dari sifat demikian dan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang murah hati dalam kondisi dan keadaan ekonomi bagaimanapun.
Keinginan seringkali tidak selalu sejalan dengan kenyataan, ada saat dimana kita mendapatkan banyak, tapi pada saat lain kita mendapatkan sedikit, bahkan sangat sedikit dan tidak cukup. Orang yang bertaqwa selalu ridha dan menerima apa yang diperolehnya meskipun jumlahnya sedikit. Inilah yang disebut dengan qana’ah. Sedangkan kekurangan dari apa yang diharapkan bisa dicari lagi dengan penuh kesungguhan dengan cara yang halal. Jika kekurangan itu dipaksakan untuk terpenuhi, maka yang terjadi adalah perilaku-perilaku korup, mencuri bahkan merampas yang bukan haknya.
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui. (QS Al Baqarah :188)”.
Sikap menerima membuat kita mampu bersyukur, dan bersyukur membuat kita akan memperoleh rizki dalam jumlah yang lebih banyak, bahkan bila jumlahnya belum juga bertambah banyak, maka rasa syukur membuat kita bisa merasakan sesuatu yang sedikit terasa seperti banyak sehingga yang merasakan manfaatnya tidak hanya kita dan keluarga tapi juga orang lain di sekitar kita.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat- Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim:7).
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa bertaqwa kepada Alloh swt
memerlukan kesungguhan sehingga kita dituntut untuk bertaqwa dengan sebenar-benarnya.
Akhirnya marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita dengan berdoa:
َّىُهَّهنَا اََ ْزُصَْا َكََِّاَف ُزْيَخ ٍَْيِزِصاَُّنا ْحَتْفاَو اََُن َكََِّاَف ُزْيَخ ْيِحِتاَفْناٌَ ْزِفْغاَو اََُن َكََِّاَف ُزْيَخ ٍَْيِزِفاَغْنا اًََُْحْراَو َكََِّاَف ُزْيَخ
ٍَْيًِِحاَّزنا اَُْقُس ْراَو َكََِّاَف ُزْيَخ ٍَْيِقِساَّزنا اََِدْهاَو اَُِّجَََو ٍَِي ِوْىَقْنا ٍَْيًِِناَّظنا ٍَْيِزِفاَكْناَو.
Ya Alloh, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
َّىُهَّهنَا ْحِه ْصَأ اََُن َاَُُْيِد يِذَّنا َىُه ُحًَْصِع اََِزْيَأ ْحِهْصَأَو اََُن ٌَاَيَُْد ًِتَّنا اَهْيِف اَُُشاَعَي ْحِهْصَأَو اََُن اََُتَزِخآ ًِتَّنا اَهْيِف اََُداَعَي ِمَعْجاَو
َجاَيَحْنا ًجَداَيِس اََُن ًِف ِّمُك ٍزْيَخ ِمَعْجاَو َخْىًَْنا ًحَحاَر اََُن ٍِْي ِّمُك ٍّزش
Ya Alloh, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
َّىُهَّهنَا ْىِسْقا اََُن ٍِْي َكِتَيْشَخ ُل ْىُحَتاَي اََُُْيَت ٍَْيَتَو َكِتَيِصْعَي ٍِْيَو َكِتَعاَط اَي ِهِتاَُُغِّهَثُت َكَتََُّج ٍَِيَو ٍِْيِقَيْنا ٌُِّىَهُتاَي ِهِت اَُْيَهَع
َةِئاَصَي اَيَُّْدنا. َّىُهَّهنَا اَُْعِّتَي اَُِعاًَْسَأِت اََِراَصْتَأَو اَُِتَّىُقَو اَي اََُتْيَيْحَأ ُهْهَعْجاَو َثِراَىْنا اَُِّي ُهْهَعْجاَو اَََرْأَث ًَهَع ٍَْي اَََاداَع َلاَو ْمَعْجَت اََُتَثْيِصُي ًِف َلاَواَُُِْيِد ِمَعْجَت اَيَُّْدنا َزَثْكَأ اًََُِّه َلاَو َغَهْثَي اًَُِْهِع َلاَو ْطِّهَسُت اَُْيَهَع ٍَْي َلا اًََُُحْزَي
Ya Alloh, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Alloh, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui
pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
َّىُهَّهنَا ْزِفْغا ٍَْيًِِهْسًُْهِن ِخاًَِهْسًُْناَو ٍَْيُِِيْؤًُْناَو ِخاَُِيْؤًُْناَو ِءاَيْحَلأَا ْىُهُِْي ِخاَىْيَلأاَو َكََِّا ٌعْيًَِس ٌةْيِزَق ُةْيِجُي ِخاَىْعَّدنا.
Ya Alloh, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اََُّتَر اَُِتَا ًِف اَيَُّْدنا ًحََُسَح ًِفَو ِجَزِخَلأا ًحََُسَح اَُِقَو َباَذَع ِراَُّنا.
Ya Alloh, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.