• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Badan Usaha Milik Negara

Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan [6]. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa BUMN merupakan badan usaha/perusahaan yang modalnya sebagian besar atau seluruhnya berasal dari negara atau kekayaan negara yang dipisahkan yakni bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kapitalisasi cadangan, dan sumber lainnya yang mana kegiatannya harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan. Tujuan dan manfaat didirikannya BUMN ini ialah sebagai berikut [6]:

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

2. Mengejar keuntungan;

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Sedangkan fungsi BUMN ialah sebagai berikut [7]:

1. BUMN menyediakan produk-produk barang dan jasa yang bernilai murah yang tak disediakan oleh badan usaha milik swasta.

2. BUMN menjadi alat pemerintah Indonesia guna mengelola serta menata kebijakan perekonomian masyarakat Indonesia.

(2)

7

3. Sebagai badan usaha yang menyediakan layanan bagi masyarakat terutama guna menyediakan barang dan jasa demi pemenuhan kebutuhan orang banyak.

4. Menjadi pelopor sektor-sektor ekonomi yang belum disukai oleh pihak swasta.

5. BUMN tak hanya menyediakan lapangan kerja yang tinggi, tapi juga bisa menambah pendapatan negara.

6. Mendukung pengembangan usaha kecil koperasi serta mikro.

7. Meningkatkan serta mendorong aktivitas masyarakat di berbagai lapangan pekerjaan.

2.2 Perusahaan Perseroan (persero)

Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Pendiriannya diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. Dengan maksud dan tujuan pendirian yakni [6]:

1. Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat;

2. Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

Perseroan Terbatas (PT) memiliki dua kata, yaitu perseroan dan terbatas. Tiap katanya memiliki arti yakni kata Perseroan menunjukkan bahwa modal dari PT terdiri dari sero-sero atau disebut juga dengan Saham. Sedangkan kata Terbatas menunjukkan bahwa PT adalah tanggung jawab pemegang Saham yang hanya terbatas seberapa besar nilai Saham yang dimilikinya [8]. Sehingga dapat diartikan bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam Saham-Saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya [9].

(3)

8

Perseroan Terbatas (PT) pertama masuk ke Indonesia melalui hukum Belanda dengan nama Naamloze Venootschap (NV) dengan makna persekutuan tanpa nama (anonymous partnership) yang bermula dengan lahirnya perusahaan dagang Belanda di Hindia Timur yang disebut juga De Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1602. VOC tumbuh dikarenakan kebutuhan yang amat besar dalam menyelenggarakan pelayaran ke Kepulauan Nusantara sehingga diperlukan banyak modal maka dilakukan penggabungan antara pengusaha kapal yang memimpin pengurusan perusahaan atau principale reders dan para penanam modal atau commenda participale dalam satu badan. Sedangkan, pengurusan VOC diserahkan ke organisasi yang dinamakan De Heeren Zeventien. Dengan begitu, semua penanam modal tidak bertanggung jawab secara pribadi, tetapi dibebankan terbatas pada harta kekayaan yang terkumpul di VOC. Dengan lahirnya struktur ini, banyak pula dipergunakan di bidang usaha lainnya [10].

2.3 PT PLN (persero)

Ketenagalistrikan di Indonesia berawal di akhir abad 19, saat itu bidang pabrik gula dan pabrik ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Yakni antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II. Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pemimpin KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan- perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW. Kemudian, pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Bada Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan

(4)

9

pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.

Hingga pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang [4].

Maksud dan tujuan didirikannya PT PLN (persero) yakni untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas dengan visi menjadi perusahaan listrik terkemuka se-Asia Tenggara dan nomor 1 pilihan pelanggan untuk solusi energi dan misi yakni [4]:

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham;

2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi;

4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.4 PLTU Tarahan

PLTU Tarahan merupakan pembangkit tenaga listrik dengan tenaga uap yang menggunakan bahan bakar batubara medium rank cool yang dipasok langsung dari PT Bukit Asam. Pembangunan PLTU Tarahan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan listrik terutama di wilayah Sumatera Bagian Selatan khususnya di Provinsi Lampung. Penyediaan sumber tenaga listrik ini juga diharapkan dapat

(5)

10

merangsang pertumbuhan ekonomi serta untuk pemenuhan pembangkit cadangan yang akan memikul kelebihan beban yang timbul dari jaringan interkoneksi Sumatera Bagian Selatan [5].

PLTU Tarahan terletak di Jalan Lintas Sumatera KM 15, Tarahan, Lampung Selatan dengan pembangkit listrik yang berstatus pemodalan BUMN yang berkapasitas 2 x 100 MW yang memulai pembangunan konstruksi sejak tahun 2005 di atas tanah dengan luas area 35,69 Ha. Untuk pembangkit yang dimiliki PLTU Tarahan berjumlah dua unit dengan kebutuhan batubara sekitar 100 ton/jam dan nilai kalor ± 4900 kkal/kg. Batubara dipasok langsung ke lokasi PLTU Tarahan dari PT Bukit Asam melalui belt conveyor. Untuk tipe boiler yang digunakan dalam produksi di PLTU Tarahan yakni menggunakan tipe boiler CFB (Circulating Fluidized Bed) dengan temperatur pembakaran batubara 850-900°C di dalam furnace dan dikategorikan sebagai pembangkit yang ramah lingkungan.

Untuk teknologi pengelolaan udara yang digunakan yakni cyclone dan baghouse filter dengan penambahan kapur (limestone) untuk menekan kandungan sulfur

yang terbakar dari batubara [5].

Untuk kebutuhan air kegiatan operasional dan pendukung di PLTU Tarahan berasal dari air laut yang diproses melalui desalination plant dan reverse osmosis dalam water treatment plant. Sedangkan untuk sistem pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dikelola di waste water treatment plant yang terdiri dari koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan netralisasi dan telah melakukan program minimalisasi limbah cair dengan proses recycle menggunakan reverse osmosis.

Untuk hasil dari pembakaran batubara yang menghasilkan abu batubara dilakukan penanganan abu dari sisa pembakaran menggunakan baghouse filter yang akan menangkap abu batubara sehingga tidak menuju ke cerobong asap yang selanjutnya abu batubara tersebut akan ditampung di silo fly ash dan dimanfaatkan oleh PT Semen Baturaja, PT Cemindo Gemilang dan PT Indocement, sedangkan abu batubara yang tidak dimanfaatkan akan ditampung di landfill [5].

(6)

11 2.5 ISO 14000

ISO 14000 merupakan series yang berisi seperangkat standar internasional bidang manajemen lingkungan. Tujuan adanya ISO 14000 series ini untuk membantu organisasi atau perusahaan di seluruh dunia dalam meningkatkan efektivitas kegiatannya dalam hal pengelolaan lingkungan. Walaupun ISO adalah organisasi non pemerintah, namun kemampuannya untuk menetapkan standar yang sering menjadi hukum melalui persetujuan atau standar nasional membuatnya lebih berpengaruh daripada kebanyakan organisasi nonpemerintah lainnya, dan dalam prakteknya standarisasi lingkungan menjadi konsorsium dengan hubungan yang kuat dengan pihak-pihak pemerintah. Seiring dengan perumusan Standar Internasional ISO seri 14000 untuk bidang manajemen lingkungan yang dibentuk sejak 1993, Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif mengikuti perkembangan ISO seri 14000 telah melakukan antisipasi terhadap diberlakukannya standar tersebut yakni dengan memberikan tanggapan terhadap standarisasi lingkungan sebelum ditetapkan menjadi Standar Internasional. Hal ini dibuktikan dengan pembentukan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 oleh Bapedal pada tahun 1995 dengan maksud membahas standarisasi lingkungan ISO.

Anggota Kelompok Kerja tersebut berasal dari berbagai kalangan, yakni Pemerintah, Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun pakar pengelolaan lingkungan. Kementrian lingkungan hidup (Bapedal pada waktu itu) dan Badan Standarisasi Nasional (BSN) bekerja sama dengan Kelompok kerja Nasional standarisasi lingkungan dan berbagai stakeholders sejak tahun 1995 untuk mengkaji, menyebarkan informasi, dan melakukan serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan [11].

2.6 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian integral dari sistem manajemen perusahaan yang terdiri dari set pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, perencanaan kegiatan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, serta sumber daya dalam upaya pengembangan, penerapan, pengarahan, pengkajian ulang dan pemeliharaan untuk mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan [12]. Sistem manajemen lingkungan

(7)

12

memberikan mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan lingkungan hidup dari Pemerintahan.

ISO 14001 adalah salah satu seri dari ISO 14000 yang merupakan standar manajemen lingkungan dengan sifatnya yang sukarela mencakup alat dan sistem, yang dikembangkan dan dipelihara oleh organisasi standar internasional [12].

Pelaksanaan program sertifikasi ISO 14001 merupakan tindakan proaktif dari produsen yang dapat mengangkat citra perusahaan dan memperoleh kepercayaan dari konsumen.

ISO 14001 merupakan standar internasional yang digunakan dalam sistem manajemen lingkungan yang diterbitkan pertama kali pada September 1996.

Kemudian ISO 14001 diadopsi oleh beberapa negara yang salah satunya adalah Indonesia. Pemerintah RI mengadopsi ISO 14001 ke dalam SNI (Standar Nasional Indonesia). ISO 14001 merupakan dokumen yang berisi unsur-unsur yang harus terpenuhi oleh perusahaan untuk menjalankan sistem manajemen lingkungan agar mendapatkan sertifikasi atas pelaksanaan standar ISO 14001.

Kemudian unsur tersebut harus direncanakan dengan matang, diterapkan, didokumentasikan dan dievaluasi yang dapat dipertanggung jawabkan[13].

Pada prinsipnya, ISO 14001 berisi syarat atau aturan komprehensif bagi organisasi dalam mengembangkan sistem pengelolaan dampak lingkungan yang baik dan mengimbangkan dengan kepentingan bisnis, sehingga upaya perbaikan kinerja yang dilakukan akan disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dalam penerapannya ISO 14001 bersifat sukarela (voluntary), tidak ada hukum yang mengikat yang mengharuskan dalam penerapannya [14].

Tujuan menyeluruh dari penerapan sistem manajemen lingkungan ISO 14001, atau SML ISO 14001, sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Manajemen lingkungan mencakup satu

(8)

13

rentang isu yang lengkap meliputi hal-hal yang berkaitan dengan strategi dan kompetisi. Penerapan dari SML ISO 14001 dapat digunakan perusahaan untuk menjamin pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan adalah seluruh para pemangku kepentingan (stakeholder), yakni: konsumen, para pekerja atau karyawan, dewan komisaris, pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (pencinta lingkungan) dan lainnya [15].

Tujuan utama dari sertifikasi SML ISO 14001 adalah untuk menjaga kelangsungan hidup makhluk hidup baik itu manusia, hewan ataupun tumbuhan dalam kondisi paling baik yang paling memungkinkan. Selain itu terdapat pula tujuan diterapkannya SML ISO 14001 yang dapat bermanfaat bagi perusahaan yakni [15]:

1. Dapat mengidentifikasi, memperkirakan dan mengatasi risiko lingkungan yang mungkin timbul;

2. Dapat menekan biaya produksi, dapat mengurangi kecelakaan kerja, dapat memelihara hubungan baik dengan masyarakat, pemerintah, dan pihak- pihak yang peduli terhadap lingkungan;

3. Dapat memberi jaminan kepada konsumen terkait komitmen pihak manajemen puncak terhadap lingkungan;

4. Dapat mengangkat citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan konsumen, dan memperbesar pangsa pasar;

5. Dapat menunjukkan ketaatan perusahaan terhadap regulasi yang berkaitan dengan lingkungan;

6. Dapat mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank;

7. Dapat meningkatkan motivasi pekerja.

2.7 Implementasi Sistem Manajemen Lingkungan

Dengan mengadopsi pola PDCA (Plan, Do, Check, Act), maka upaya implementasi SML ISO 14001 didapatkan panduan, sebagai berikut[16]:

1. Plan : perusahaan perlu menjawab pertanyaan kritis yakni “di mana posisi perusahaan sekarang dan ke mana tujuannya?” dengan jawaban berupa,

(9)

14

a. Review lingkungan awal dengan mengidentifikasi posisi organisasi dalam kaitan dengan lingkungan berupa mengidentifikasi aspek dan dampak lingkungan;

b. Kemudian disusun sasaran dan target yang dapat diukur.

c. Organisasi atau perusahaan menyusun kebijakan yang menanggapi isu lingkungan bersama.

2. Do : implementasikan kebijakan dan program yang telah disusun pada proses plan. Dengan mempertanggung jawabkan kegiatan, prosedur dan sumber-sumber guna melaksanakan plan yang telah direncanakan. Dalam hal ini di dalamnya termasuk training yang diperlukan untuk melaksanakan program yang telah direncanakan.

3. Check : tahapan untuk menjawab pertanyaan, "how are we doing?" dengan melakukan pemantauan dan pengawasan yang merupakan instrumen untuk mencatat kinerja. Tahapan ini termasuk melakukan tindakan koreksi dan pencegahan, prosedur audit kerja. Tujuan dari kegiatan pada tahapan ini adalah untuk mengkaji kinerja lingkungan dengan sasaran dan target yang telah dicanangkan.

4. Act : tindakan dalam mengoreksi masalah yang timbul sebagaimana diidentifikasi pada tahapan sebelumnya.

2.8 Unsur-unsur Sistem Manajemen Lingkungan

Dalam sistem manajemen lingkungan terdapat beberapa unsur yakni, 1. Kebijakan lingkungan

Dalam menentukan kebijakan lingkungan diperlukan peran serta manajemen puncak yakni pemimpin organisasi dengan menyatakan perlindungan lingkungan menjadi prioritas perusahaan. Sehingga manajemen puncak perlu memerhatikan dukungan atas kebijakan yang dibuat misalnya dengan dukungan dalam penyediaan dana. Jika dana yang tersedia kurang maka pengelolaan lingkungan akan terhenti [17]. Selain komitmen manajemen puncak, komitmen seluruh karyawan juga diperlukan dalam menerapkan sistem manajemen lingkungan dengan baik di lingkungan perusahaan.

(10)

15 2. Perencanaan

Untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan maka perlu dilakukan perencanaan dengan matang. Dalam melakukan perencanaan tersebut perlu memerhatikan beberapa aspek di antaranya adalah,

a. Aspek lingkungan

Dalam aspek ini dijelaskan bahwa aspek lingkungan yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan bagi operasi perusahaan di sekitar perusahaan. Dengan begitu perusahaan akan mengidentifikasi dampak lingkungannya dari kegiatan perusahaan yang dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan di tiap kegiatannya.

b. Persyaratan perundangan dan persyaratan lain

Dalam hal ini perusahaan harus dapat memenuhi persyaratan Perundang-undangan dan lainnya dalam mengidentifikasi dan melaksanakan sistem manajemen lingkungan. Setiap peraturan yang diterapkan pada kegiatan operasional perusahaan harus diidentifikasi. Hal ini mencakup peraturan-peraturan di tingkat internasional, federal, negara bagian, regional dan lokal. Pada setiap tingkat pemerintahan ada beberapa peraturan yang berbeda sehingga tambahan dari peraturan-peraturan yang ada, pasal-pasal legislatif dan hukum juga harus diidentifikasi. Selain peraturan- peraturan yang ada, ada beberapa persyaratan lainnya yang dituntut dari perusahaan. Ini dapat mencakup standar sertifikasi, kebijakan, korporasi, persetujuan konsumen, keputusan pengadilan, perizinan dan hal-hal lainnya. Persyaratan-persyaratan ini juga penting dan harus dituliskan dalam standar[17].

c. Tujuan dan sasaran

Dalam ISO 14001, tujuan lingkungan merupakan cita-cita lingkungan secara menyeluruh yang timbul dari kebijakan lingkungan yang ditentukan oleh perusahaan. Sedangkan sasaran lingkungan menurut ISO 14001 merupakan persyaratan kinerja secara rinci. Dikuantifikasikan bila memungkinkan dan berlaku

(11)

16

untuk perusahaan atau bagian yang diturunkan dari tujuan lingkungan dan yang perlu ditentukan dan dipenuhi untuk mencapai tujuan lingkungan. Dalam hal ini, tujuan dan sasaran lingkungan harus konsisten yang kemudian dimasukkan dalam rencana strategis perusahaan.

d. Program manajemen lingkungan

Pembuatan dan penggunaan satu program atau lebih merupakan unsur kunci untuk penerapan sistem manajemen lingkungan yang berhasil. Program tersebut sebaiknya menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran perusahaan akan dicapai, termasuk jangka waktu dan personil yang bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan lingkungan perusahaan[13].

3. Penerapan dan operasi

Saat perusahaan telah memiliki kebijakan lingkungan yang tepat dan telah memiliki tujuan dan sasaran lingkungan serta perencanaan sistem manajemen lingkungan yang baik maka selanjutnya hal tersebut akan diterapkan. Sering kali dalam penerapan ini perusahaan akan menghadapi masalah lingkungan yang disebabkan penerapan dan operasi belum memadai. Untuk menjalankan kebijakan tersebut terdapat beberapa unsur penting yakni,

a. Struktur dan tanggung jawab

Unsur yang paling penting dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan adalah dukungan manajemen puncak, manajemen garis dan karyawan perusahaan. Penerapan sistem manajemen lingkungan yang berhasil memerlukan komitmen dari semua karyawan perusahaan. Oleh sebab itu tanggung jawab lingkungan tidak dilihat sebatas fungsi lingkungan saja. Komitmen ini dimulai pada tingkat manajemen tertinggi. Perlu pula diperhatikan bahwa tanggung jawab kunci sistem manajemen lingkungan yang telah ditentukan dan dikominikasikan dengan baik ke personil yang relevan[13].

(12)

17

b. Pelatihan, kepedulian dan kompetensi

Pelatihan adalah hal yang sangat penting bagi pengelolaan lingkungan karena kompleksnya bidang tersebut. Pelatihan diperlukan tidak hanya bagi staf di bidang lingkungan tetapi juga di seluruh bidang pekerjaan lainnya dalam perusahaan dan beberapa kontraktor dan seluruh pekerja harus dibuat sadar akan dampak yang mereka timbulkan terhadap lingkungan melalui pekerjaan yang mereka lakukan dan cara-cara meminimalisasi dampak tersebut[17].

c. Komunikasi

Dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan kunci utama dalam melaksanakannya ialah perlu untuk menjaga komunikasi antar pihak. Hal tersebut juga tercantum dalam ISO 14001 dalam hal menentukan perlu adanya prosedur untuk beberapa hal[13].

d. Dokumentasi

Perusahaan haruslah memelihara informasi dalam setiap pelaksanaan sistem manajemen lingkungannya baik dalam media cetak maupun media elektronik dengan tujuan untuk,

Menerangkan unsur-unsur inti sistem manajemen dan interaksinya dan memberikan petunjuk dokumentasi yang terkait [12].

Dokumentasi ini dapat berupa informasi tentang proses, bagan organisasi, standar internal dan prosedur operasional dan bagan lokasi keadaan darurat.

e. Pengendalian dokumen

Tujuan dilaksanakan hal ini yakni untuk menjamin bahwa perusahaan menyusun dan memelihara dokumen secara memadai untuk menerapkan sistem manajemen lingkungannya. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk menjamin bahwa[13],

i. Adanya persetujuan dokumen sebelum diterbitkan;

ii. Dokumen secara berkala dikaji, direvisi bila diperlukan dan disetujui atas kecukupannya oleh personel yang diberi wewenang;

(13)

18

iii. Perubahan dan status revisi dokumen harus diidentifikasi terlebih dahulu;

iv. Dokumen harus dipastikan sah dan mudah diidentifikasi;

v. Dokumen mutakhir yang relevan tersedia di seluruh lokasi operasi yang sangat penting bagi berfungsinya sistem manajemen lingkungan yang efektif;

vi. Dokumen kadaluwarsa segera dimusnahkan dari semua titik penerbitan dan penggunaan atau sebaliknya dijamin terhadap penggunaan yang tidak sesuai dengan yang dimaksudkan;

vii. Setiap dokumen kadaluwarsa disimpan untuk keperluan perundang-undangan dan atau keperluan pemeliharaan pengetahuan yang didefinisikan secara tepat.

f. Pengendalian operasional

Perusahaan harus merencanakan kegiatan ini, termasuk pemeliharaannya untuk menjamin bahwa kegiatan ini dilaksanakan pada kondisi tertentu dengan[13],

i. Membuat dan memelihara prosedur yang terdokumentasi untuk mengatasi situasi ketiadaan prosedur yang dapat menyebabkan penyimpangan dari kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan;

ii. Menetapkan kriteria operasi di dalam prosedur;

iii. Membuat dan memelihara prosedur yang berkaitan dengan aspek lingkungan penting yang dapat diidentifikasi dari barang dan jasa yang digunakan oleh perusahaan dan mengomunikasikan prosedur dan persyaratan yang relevan kepada pemasok dan kontraktor.

g. Kesiagaan dan tanggap darurat

Berapapun pengawasan yang diimplementasikan, tidak mungkin untuk menghilangkan segala masalah atau keadaan darurat sama sekali. Hal ini meliputi kecelakaan kerja, tumpahan bahan kimia, cidera akibat kerja dan rencana persiapan untuk menghadapi

(14)

19

kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga ini. Prosedur gawat darurat yang terperinci harus dituliskan sebelum keadaan gawat darurat terjadi. Rencana yang dipersiapkan untuk mengatasi keadaan ini mempunyai beberapa nama, namun demikian yang paling umum digunakan adalah rencana respon gawat darurat dan rencana pemulihan bencana[17].

4. Pemeriksaan dan Tindakan Koreksi

Kinerja lingkungan perlu untuk dipantau dan diperiksa agar jika terdapat ketidaksesuaian dengan peraturan dapat segera dilakukan perbaikan.

Pemeriksaan dan tindakan koreksi ini terdiri dari, a. Pemantauan dan Pengukuran

Langkah ini merupakan proses yang berkelanjutan (kontinu) dengan penelusuran parameter tertentu. Dengan menggunakan teknik pemantauan dan pengukuran perusahaan dapat menilai kemajuannya dalam memenuhi tujuan dan sasaran lingkungan yang sudah digariskan [14].

b. Ketidaksesuaian dan Tindakan Koreksi dan Pencegahan

ISO 14001 mensyaratkan perusahaan untuk membuat dan memelihara prosedur untuk menangani, menyelidiki dan memulai tindakan koreksi dan pencegahan terhadap ketidaksesuaian. Selain itu, tanggung jawab dan wewenang untuk semua kegiatan yang berkaitan dengan ketidaksesuaian harus ditentukan.

Ketidaksesuaian meliputi segala sesuatu yang tidak sesuai dengan persyaratan, seperti yang dipersyaratkan oleh sistem manajemen lingkungan. Hal ini dapat meliputi ketidaksesuaian pada kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran, struktur dan tanggung jawab, rencana pelatihan, persyaratan operasional, jadwal kalibrasi alat, perekaman dan pengarsipan, pengendalian dokumen, kesiapsiagaan dan tanggap darurat dan prosedur tanggapan dan jadwal pelatihannya, rencana pemantauan dan pengukuran, audit sistem manajemen lingkungan dan dokumentasi pengkajian manajemen dan penerapan penyempurnaan sistem manajemen lingkungan [18].

(15)

20 c. Evaluasi dari Tingkat Kesesuaian

Di dalam sistem manajemen lingkungan ISO 14001 perusahaan harus bersikap konsisten dengan komitmen untuk mencapai kesesuaian. Selain itu organisasi juga harus menetapkan prosedur untuk mengevaluasi secara periodik kesesuaian terhadap peraturan perundangan dan peraturan lainnya yang terkait. Perusahaan harus membuat catatan hasil evaluasi periodik. Evaluasi tingkat kesesuaian bisa dilakukan bersamaan dengan evaluasi kesesuaian peraturan perundangan atau dengan prosedur yang terpisah [14].

d. Rekaman

Rekaman lingkungan harus dipersiapkan, disimpan dan dipelihara oleh perusahaan serta mudah ditelusur bila diperlukan. Rekaman ini meliputi informasi antara lain tentang pembelian, audit, pengkajian dan pelatihan [14].

e. Audit Sistem Manajemen Lingkungan

Di dalam ISO 14001, audit sistem manajemen lingkungan didefinisikan sebagai proses verifikasi tersistemasi dan terdokumentasi untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif untuk menentukan apakah sistem manajemen lingkungan dari organisasi sesuai dengan kriteria audit sistem manajemen lingkungan yang dibuat organisasi, dan untuk mengomunikasikan hasil proses ini kepada manajemen. Sistem manajemen lingkungan terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya [18].

5. Tinjauan Manajemen

Pengkajian manajemen harus membahas kemungkinan perlunya perubahan kebijakan tujuan dan unsur-unsur lainnya dari sistem manajemen lingkungan, perubahan keadaan dan komitmen untuk penyempurnaan berkelanjutan [14].

6. Perbaikan Lanjutan

Dengan melakukan audit internal dan pemantauan rutin, akan jelas terlihat bahwa kebijakan, tujuan, target dan perencanaan harus dapat dimodifikasi.

Perbaikan keseluruhan sistem secara berkelanjutan akan membuatnya

(16)

21

efektif dari segi biaya dan akan menurunkan dampak sebesar mungkin.

Perbaikan yang berkelanjutan bukanlah langkah terakhir. Hal ini adalah langkah yang terpadu dari setiap langkah pengelolaan lingkungan [17].

2.9 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan

Manajemen Lingkungan merupakan manajemen yang tidak statis melainkan suatu yang dinamis, sehingga diperlukan penyesuaian bila terjadi perubahan di perusahaan yang mencakup sumber daya, proses dan kegiatan perusahaan.

Diperlukan pula penyesuaian seandainya terjadi perubahan di luar perusahaan, misalnya perubahan peraturan perundangan dan pengetahuan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi [18].

Berbagai manfaat dapat diperoleh bila menerapkan ISO 14001, yang sekaligus dapat dianggap sebagai keuntungan dari manajemen lingkungan. Manfaat yang paling penting adalah perlindungan lingkungan. Dengan mengikuti persyaratan yang ada akan membantu pula dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif [18]. Manfaat lainnya yakni [19][20]:

1. Perlindungan lingkungan

Tujuan utama sistem manajemen lingkungan (SML) menurut ISO 14001 adalah untuk memungkinkan manusia, tetumbuhan dan binatang tetap ada dan hidup pada kondisi yang sebaik-baiknya. Pelaksanaan penerapan manajemen lingkungan ISO 14001 mungkin hanya merupakan satu langkah kecil saja, namun proses ini akan tumbuh dan menjadi lebih baik dengan bertambahnya pengalaman. Pembuatan dokumentasi dan pemeliharaan sistem yang diperlukan untuk penerapan SML dapat menolong kelestarian lingkungan. Minimasi limbah yang tidak berbahaya juga merupakan dampak positif lingkungan yang cukup penting dan merupakan komponen kunci perencanaan penerapan SML menurut ISO 14001. Hal ini akan meliputi pengurangan pemakaian bahan baku, pemakaian kembali atau daur ulang, yang kesemuanya akan mengoptimalkan pemanfaatan dan melestarikan sumber daya alam.

Penggunaan kertas, karton dan alumunium dapat dikurangi, atau dapat digunakan kembali atau didaur ulang, karena ada pasar yang

(17)

22

membutuhkannya. Manfaat lingkungan lainnya adalah pelestarian sumber daya alam lainnya.

Perbaikan lingkungan yang berkesinambungan mempunyai kesamaan konsep dengan manajemen lingkungan total. Hal tersebut menyajikan konsep bahwa sistem selalu bisa dikendalikan dan selalu ada cara yang lebih efektif dari segi biaya untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan lebih jauh selama ada indikator-indikator yang kreatif dalam perusahaan yang diperbolehkan menyatakan ide-ide mereka [17].

2. Manajemen lingkungan yang lebih baik

Standar SML ISO 14001 memberikan kepada perusahaan kerangka menuju manajemen lingkungan yang lebih konsisten dan diandalkan.

Spesifikasi ISO 14001 memberikan garis-garis besar SML yang didesain untuk mengarahkan semua segi operasi, produk dan jasa dari perusahaan.

Beberapa unsur SML antara lain meliputi kebijakan, sumber daya, pelatihan, operasi, tanggap darurat, audit, pengukuran, dan pengkajian manajemen perusahaan. Pendekatan sistem mengakui bahwa hal-hal yang terkait dengan lingkungan yang dilindungi perusahaan sama pentingnya dengan tujuan yang diharapkan dipenuhi. Pada kenyataannya, bagaimana cara perusahaan memenuhi persyaratan tersebut menentukan apakah perusahaan itu dapat berhasil melindungi lingkungan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi ISO 14001 memiliki potensi untuk memberikan perlindungan lingkungan yang konsisten melalui manajemen yang lebih baik.

3. Persaingan

Perusahaan dapat kehilangan peluang untuk berusaha dan bersaing dalam pasar bebas di dalam era globalisasi jika belum menerapkan sistem manajemen lingkungan hal ini dikarenakan sudah banyaknya masyarakat yang peduli akan keadaan lingkungan. Terutama ISO yang merupakan SML yang ideal untuk perusahaan yang bersungguh-sungguh ingin menjalankan SML di perusahaan.

(18)

23 4. Kesesuaian dengan peraturan

Bila mereka tidak mematuhinya, mungkin mereka sudah tidak dapat menjalankan usahanya, karena adanya tekanan dari masyarakat yang peduli lingkungan, publisitas negatif, atau pengaruh sampingan lainnya, di samping adanya keharusan untuk mematuhi peraturan perundang- undangan. Dengan menerapkan SML sesuai dengan ISO 14001, akan ada peluang bagi perusahaan membuktikan kepatuhannya terhadap perundang- undangan, karena adanya dokumentasi yang tertulis yang mendukungnya.

Perusahaan yang sudah peduli lingkungan, akan dengan mudah menerapkan SML di perusahaannya, dan akan lebih mudah untuk memperoleh sertifikasi ISO 14001 dari lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan sebagai bukti bahwa perusahaan yang bersangkutan telah memenuhi dan menerapkan standar SML sesuai dengan ISO 14001. Perusahaan yang telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 seharusnya sudah mematuhi semua perundang-undangan tentang lingkungan yang berlaku, karena sebelum memperoleh sertifikasi, perusahaan tersebut diaudit terlebih dahulu oleh auditor dari lembaga sertifikasi, yang antara lain mencakup tentang kepatuhannya terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Penerapan sistem manajemen yang lebih efektif

Manajemen yang efektif merupakan suatu hal yang harus menjadi salah satu tujuan perusahaan, yang antara lain meliputi perencanaan, dokumentasi, pelaksanaan SML, standar SML ISO 14001 mengandung berbagai teknik manajemen yang bagus, yang meliputi manajemen personel, akuntansi, pengendalian pemasok, pengendalian dokumen, dan lain-lain yang diperlukan, yang keseluruhannya terdapat di dalam standar ISO 14001. Sebagai contoh, pelatihan personel lingkungan sangat penting sekali karena bidang ini berubah dengan cepat. Oleh sebab itu program pengembangan pelatihan secara umum harus dirinci dan khususnya bagi setiap personel dibidang lingkungan. Program pelatihan bukanlah sesuatu yang khas untuk menjalankan SML saja namun program pelatihan dapat pula dilakukan untuk bidang-bidang lainnya. Kerugian yang mungkin

(19)

24

terjadi dengan penerapan SML adalah dibutuhkannya sumber daya tambahan dalam pengembangan dan pengenalan SML dan meningkatkan birokrasi dengan bertambahnya instruksi kerja dan prosedur baru.

6. Pengukuran biaya

Bila telah menerapkan SML dan telah memperoleh sertifikasi SML ISO 14001, dan ada permintaan atau persyaratan konsumen tentang masalah lingkungan, maka perusahaan tidak perlu susah-susah memenuhinya dan/atau mengeluarkan biaya untuk memenuhi permintaan tersebut.

Dengan menunjukan adanya sertifikasi ISO 14001, maka sudah ada bukti bahwa perusahaan telah memperhatikan masalah lingkungan dengan sebaik-baiknya. Dengan menjalankan SML, berarti dapat mengurangi bahan kimia atau limbah atau bahan-bahan berbahaya lainnya yang harus diproses kembali, dan hal ini berarti mengurangi biaya. Alasan lain untuk pengurangan biaya adalah filosofi di belakang penerapan ISO 14001, seperti halnya pada penerapan sistem ISO 9000, yaitu lakukanlah secara benar dan baik pada kesempatan yang pertama.

Keuntungan ekonomi dapat diperoleh dari penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Keuntungan ini sebaiknya diidentifikasi agar dapat menunjukkan kepada pihak terkait, khususnya pemegang saham, nilai perusahaan yang memiliki manajemen lingkungan yang baik. Keuntungan ini memberikan pula peluang perusahaan untuk mengaitkan tujuan dan sasaran lingkungan dengan hasil financial tertentu dan dengan demikian menjamin bahwa sumber daya akan dapat diperoleh dimana sumber daya ini memberikan keuntungan paling baik secara finansial maupun lingkungan [18].

7. Hubungan masyarakat yang baik

Masyarakat Indonesia pada khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya pada saat ini sudah sangat peduli akan masalah lingkungan.

Banyak industri sudah sangat dituntut untuk tidak mencemari lingkungan, mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak terbaharukan, dan lain sebagainya. Bila perusahaan menyempurnakan program manajemen lingkungannya, misalnya dengan menerapkan SML menurut ISO 14001,

(20)

25

sudah pasti hubungan perusahaan ini dengan masyarakat akan menjadi lebih baik.

8. Kepercayaan dan kepuasan konsumen

Terkait dengan hubungan masyarakat yang lebih baik adalah kepercayaan dan kepuasan konsumen. Bila perusahaan sudah memperoleh sertifikasi ISO 14001, konsumen akan lebih baik aman karena adanya perlindungan lingkungan. Hal ini memberikan jaminan kepada konsumen bahwa perusahaan benar-benar peduli dan memperhatikan lingkungan. Rasa aman terhadap lingkungan ini didasarkan atas adanya sertifikasi yang lebih dapat diukur dibandingkan sekedar janji atau pun ucapan belaka. Dengan sertifikasi ISO 14001 perusahaan dapat menjamin konsumennya dan masyarakat luas bahwa mereka benar-benar melindungi lingkungan dan memiliki dokumentasi cukup untuk mendukung pernyataan sertifikasi.

Beberapa konsumen di luar negeri pada saat ini sudah mensyaratkan perusahaan yang menjadi pemasokan untuk memperoleh sertifikasi SML atau sertifikasi ISO 14001. Apakah dipersyaratkan atau tidak penerapan SML dan / atau sertifikasi ISO 14001 akan memberikan keuntungan dalam persaingan. Dengan memperoleh sertifikasi SML produk yang diproduksinya, karena konsumen pada saat ini sudah sangat peduli dengan lingkungan.

2.10 Elemen Sistem Manajemen Lingkungan

Saat diterbitkan ISO 14001 terdiri dari lima persyaratan utama yang didasarkan pada prinsip manajemen tradisional yakni [21]:

1. Komitmen dan kebijakan;

Manajemen puncak perlu memperlihatkan dukungan sepenuhnya atas kebijakan yang dibuat dengan beberapa cara. Disamping menandatangani kebijakan menunjukkan dukungan dengan menyediakan dana yang cukup juga sangat penting. Bila kekurangan dana perusahaan maka pengelolaan lingkungan akan terhenti. Dukungan terhadap kebijakan yang dibuat dapat ditunjukkan oleh tindakan-tindakan. Misalnya jika direktur ingin mencatat sesuatu menggunakan kertas yang sudah terpakai tetapi halaman

(21)

26

belakangnya masih kosong, itu berarti dia peduli lingkungan [17]. Juga diperlukan adanya komitmen dari seluruh karyawan. Hal ini merupakan komitmen dari perusahaan dalam menjalankan SML.

Pernyataan kebijakan adalah deklarasi yang ditandatangani oleh pemimpin organisasi yang menyatakan bahwa perlindungan lingkungan menjadi prioritas utama. Sekurangnya presiden dari perusahaan harus menandatangani karena hubungan mereka yang penting. Tanpa penunjukan komitmen dari manajemen puncak ini, aparat perusahaan lainnya tidak akan peduli pada usaha pengelolaan lingkungan yang dilakukan [18]. Dalam ISO 14001 kebijakan lingkungan ini menyebutkan [14]:

a. Sesuai dengan sifat, skala dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk atau jasanya;

b. Mencakup suatu komitmen untuk penyempurnaan berkelanjutan dan pencegahan pencemaran.;

c. Mencakup suatu komitmen untuk mematuhi perundang-undangan dan peraturan lingkungan yang relevan dan dengan persyaratan lain yang bisa dilakukan oleh organisasi.;

d. Memberikan suatu kerangka untuk menyusun dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan;

e. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara serta dikomunikasikan ke semua karyawan;

f. Tersedia untuk umum.

2. Perencanaan;

Perencanaan ini didasarkan pada beberapa aspek yakni [18], a. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan adalah unsur dari suatu kegiatan, produk atau jasa dari organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan. Dalam pengertian ini aspek lingkungan yang penting adalah aspek lingkungan yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting terhadap lingkungan bagi operasi di perusahaan di sekeliling perusahaan.

Dengan kata lain, suatu perusahaan mengidentifikasi dampak

(22)

27

lingkungannya bila perusahaan tersebut mengakses apa yang dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan untuk setiap kegiatan, tugas atau langkah dari prosesnya.

b. Persyaratan Perundangan dan Persyaratan Lainnya

Setiap peraturan yang diterapkan pada kegiatan operasional perusahaan harus diidentifikasi. Hal ini mencakup peraturan-peraturan di tingkat internasional, federal, negara bagian, regional dan lokal. Pada setiap tingkat pemerintahan ada beberapa peraturan yang berbeda sehingga tambahan dari peraturan-peraturan yang ada, pasal-pasal legislatif dan hukum juga harus diidentifikasi. Selain peraturan-peraturan yang ada, ada beberapa persyaratan lainnya yang dituntut dari suatu perusahaan.

Ini dapat mencakup standar sertifikasi, kebijakan, koorporasi, persetujuan konsumen, keputusan pengadilan, perizinan dan hal-hal lainnya. Persyaratan-persyaratan ini juga penting dan harus dituliskan dalam suatu standar [17].

c. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran lingkungan harus konsisten dan dimasukkan dalam rencana strategis perusahaan. Keduanya harus sejalan dengan rencana strategis perusahaan secara keseluruhan atau bila tidak akan timbul konflik. Tujuan dan sasaran harus konsisten satu sama lain dan tidak bertentangan. Tujuan dan sasaran juga harus mendukung kesesuaian dengan peraturan yang berlaku, persyaratan bisnis, penurunan dampak dan pandangan dari pihak-pihak berkepentingan. Tujuan dan sasaran harus terintegrasi dengan keseluruhan organisasi. Kedua hal tersebut tidak dapat saling silang atau keduanya tidak akan tercapai sama sekali [17].

d. Program Manajemen Lingkungan

Pembuatan dan penggunaan satu program atau lebih merupakan unsur kunci untuk penerapan sistem manajemen lingkungan yang berhasil.

Program tersebut sebaiknya menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran perusahaan akan dicapai, termasuk jangka waktu dan personil

(23)

28

yang bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan lingkungan perusahaan [14].

3. Pelaksanaan dan pengoperasian;

Pelaksanaan dan pengoperasian ini terdiri dari, a. Struktur dan tanggung jawab

Unsur yang paling penting dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan adalah dukungan manajemen puncak, manajemen garis dan karyawan perusahaan. Penerapan sistem manajemen lingkungan yang berhasil memerlukan komitmen dari semua karyawan perusahaan.

Oleh sebab itu tanggung jawab lingkungan tidak dilihat sebatas fungsi lingkungan saja. Komitmen ini dimulai pada tingkat manajemen tertinggi. Perlu pula diperhatikan bahwa tanggung jawab kunci sistem manajemen lingkungan yang telah ditentukan dan dikomunikasikan dengan baik ke personil yang relevan [14].

b. Pelatihan, kepedulian dan kompetensi

Pelatihan adalah hal yang sangat penting bagi pengelolaan lingkungan karena kompleksnya bidang tersebut. Pelatihan diperlukan tidak hanya bagi staf di bidang lingkungan tetapi juga di seluruh bidang pekerjaan lainnya dalam perusahaan dan beberapa kontraktor dan seluruh pekerja harus dibuat sadar akan dampak yang mereka timbulkan terhadap lingkungan melalui pekerjaan yang mereka lakukan dan cara-cara mengurangi dampak tersebut [17]. Dalam ISO 14001, dokumentasi pelatihan merupakan salah satu kunci penting dalam penerapan sistem manajemen lingkungan. Pemeliharaan dokumentasi pelatihan yang baik termasuk siapa yang sudah dilatih, isi pelatihan dan tanggal pelatihan [14].

c. Komunikasi

Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 menentukan perlu adanya prosedur untuk [14]:

i. Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi yang relevan dari pihak terkait dari luar sehubungan dengan aspek-aspek lingkungan dan sistem manajemen lingkungan;

(24)

29

ii. Mempertahankan komunikasi internal diantara berbagai bagian dan tingkatan di dalam perusahaan;

iii. Dokumentasi Sistem Manajemen Lingkungan.

d. Dokumentasi

Organisasi harus membuat dan memelihara informasi dalam media cetak atau elektronik, untuk [14]:

i. Menerangkan unsur-unsur inti sistem manajemen dan interaksinya;

ii. Memberikan petunjuk dokumentasi yang terkait.

Dokumentasi sistem manajemen lingkungan dapat berupa [18]:

i. Informasi tentang proses;

ii. Bagan organisasi atau organisasi;

iii. Standar internal dan prosedur operasional;

iv. Bagan lokasi keadaan darurat.

e. Pengendalian Dokumen

Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen yang diperlukan oleh standar internasional ini untuk menjamin bahwa [18]:

i. Adanya persetujuan dokumen sebelum diterbitkan.;

ii. Dokumen secara berkala dikaji, direvisi bila diperlukan dan disetujui atas kecukupannya oleh personel yang diberi wewenang;

iii. Perubahan dan status revisi dokumen harus diidentifikasi terlebih dahulu;

iv. Dokumen harus dipastikan sah dan mudah diidentifikasi.

v. Dokumen mutakhir yang relevan tersedia di seluruh lokasi operasi yang sangat penting bagi berfungsinya sistem manajemen lingkungan yang efektif;

vi. Dokumen kadaluwarsa segera dimusnahkan dari semua titik penerbitan dan penggunaan atau sebaliknya dijamin terhadap penggunaan yang tidak sesuai dengan yang dimaksudkan;

(25)

30

vii. Setiap dokumen kadaluwarsa disimpan untuk keperluan perundang-undangan dan atau keperluan pemeliharaan pengetahuan yang didefinisikan secara tepat.

Dokumentasi harus dapat dibaca, diberi tanggal (tanggal revisi) dan mudah diidentifikasi, dipelihara dengan teratur dan disimpan untuk jangka waktu yang ditentukan. Prosedur dan tanggung jawab atas pembuatan dan modifikasi berbagai jenis dokumen harus dibuat dan dipelihara [14].

4. Pemeriksaan dan tindakan korektif; dan

5. Tinjauan manajemen dan perbaikan terus-menerus.

Sedangkan menurut Australian Government ISO 14001, kelima persyaratan utama dalam ISO 14001 yakni [14]:

1. Komitmen dan kebijakan lingkungan

Kebijakan lingkungan harus tertulis atau terdokumentasi dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan tersedia bagi masyarakat, dan komitmen perusahaan untuk perbaikan untuk membuta tiga komitmen yaitu, kepatuhan dengan semua persyaratan hukum yang berlaku, dan persyaratan lain yang diikuti organisasi yang berkaitan dengan aspek lingkungan; pencegahan polusi; dan perbaikan berkelanjutan.

2. Perencanaan

Perencanaan ini mencakup identifikasi aspek lingkungan dari kegiatan organisasi, identifikasi dan akses terhadap persyaratan peraturan dengan adanya tujuan dan sasaran yang terdokumentasi dan konsisten dengan kebijakan, dan juga adanya program untuk mencapai tujuan dan sasaran yang direncanakan termasuk siapa yang bertanggung jawab dan kerangka waktunya.

3. Implementasi dan operasi

Hal tersebut mencakup definisi, dokumentasi, dan komunikasi peran juga tanggung jawab, pelatihan yang memadai, terjaminnya komunikasi internal dan eksternal, dokumentasi tertulis sistem manajemen lingkungan dan prosedur pengendalian dokumen yang baik, prosedur pengendalian

(26)

31

operasi yang terdokumentasi, dan prosedur tindakan darurat yang terdokumentasi.

4. Pemeriksaan dan tindakan korektif

Hal ini mencakup prosedur yang secara teratur memantau dan mengukur karakteristik kunci dari kegiatan dan operasional, prosedur untuk menangani situasi ketidaksesuaian, prosedur pemeliharaan catatan spesifik dan prosedur audit kinerja sistem manajemen lingkungan.

5. Tinjauan manajemen

Tinjauan manajemen yang dimaksud dalam hal ini ialah mengkaji secara periodik sistem manajemen lingkungan keseluruhan untuk memastikan kesesuaian, kecukupan, efektifikasi sistem manajemen lingkungan terhadap perubahan yang terjadi.

ISO 14001 ini dikembangkan dari konsep Total Quality Management (TQM) yang memiliki prinsip pada aktivitas PDCA (Plan-Do-Check-Action) sehingga elemen utama dari sistem manajemen lingkungan akan mengikuti prinsip dari PDCA tersebut yang dikembangkan menjadi enam prinsip dasar yakni [22],

1. Komitmen dan kebijakan lingkungan

Kebijakan lingkungan adalah penggerak untuk menerapkan dan menyempurnakan sistem manajemen lingkungan organisasi atau perusahaan sehingga kebijakan lingkungannya dapat memelihara dan menyempurnakan kinerja lingkungan secara potensial. Kebijakan lingkungan harus terdokumentasi dan dikomunikasikan pada seluruh karyawan di organisasai dan tersedia bagi masyarakat, juga mencakup komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan, pencegahan pencemaran hingga patuh pada peraturan serta menjadi kerangka kerja bagi penetapan tujuan dan sasaran.

2. Perencanaan

Perencanaan mencakup identifikasi aspek lingkungan dari kegiatan organisasi identifikasi dan akses terhadap persyaratan peraturan dengan adanya tujuan dan sasaran yang terdokumentasi dan konsisten dengan kebijakan, adanya program untuk mencapai tujuan dan sasaran yang

(27)

32

direncanakan termasuk yang bertanggung jawab juga kerangka waktunya.

Sehingga dimensi perencanaan mencakup beberapa indikator yakni,

a. Aspek lingkungan yang meliputi semua unsur dari kegiatan, produk atau jasa organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan.

Organisasi harus mengidentifikasi aspek lingkungan yang penting dan perlu diprioritaskan oleh sistem manajemen lingkungan organisasi.

b. Persyaratan perundang-undangan dan perusahaan yakni organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses berbagai peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan perusahaan atau organisasi.

c. Tujuan dan sasaran dari organisasi harus membuat dan memelihara tujuan dan sasaran lingkungannya yang terdokumentasi dengan baik pada setiap fungsi dan tingkat yang relevan dalam organisasi.

d. Program manajemen lingkungan sebaik mungkin menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran organisasi akan dicapai termasuk jangka panjang waktu dan personel yang bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan lingkungan organisasi.

3. Penerapan dan operasi

Mencakup definisi, dokumentasi, dan komunikasi peran dan tanggung jawab, pelatihan yang memadai, terjaminnya komunikasi internal dan eksternal, dokumentasi tertulis sistem manajemen lingkungan dan prosedur pengendalian dokumen yang baik, prosedur pengendalian operasi yang terdokumentasi, dan prosedur tindakan darurat yang terdokumentasi.

Dengan demikian dimensi penerapan terdiri atas indikator:

a. Struktur organisasi dan tanggung jawab: Penerapan Sistem manajemen lingkungan yang berhasil memerlukan komitmen dari semua karyawan organisasi. Oleh sebab itu struktur organisasi harus mempunyai tanggung jawab yang jelas untuk memungkinkan pelaksanaan manajemen lingkungan secara efektif.

b. Pelatihan, kepedulian dan kompetensi: Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang memadai pada masing- masing personel yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap

(28)

33

lingkungan. Personel yang menjalankan tugas yang dapat menyebabkan dampak penting terhadap lingkungan haruslah orang yang kompetensinya memadai dan mempunyai kepedulian terhadap lingkungan.

c. Komunikasi: Organisasi sebaiknya menerapkan prosedur untuk menerima, mendokumentasikan dan menanggapi informasi dan permintaan yang relevan dari pihak terkait.

d. Dokumentasi sistem manajemen lingkungan: Tingkat kerincian dokumen sebaiknya cukup untuk menjelaskan unsur-unsur inti sistem manajemen lingkungan dan interaksinya dan memberikan arah dimana memperoleh informasi yang lebih rinci tentang operasi dari bagian- bagian spesifik dari sistem manajemen lingkungan serta dapat diintegrasikan dengan dokumentasi sistem lainnya yang diterapkan oleh organisasi. Dokumentasi yang terkait meliputi 1) informasi tentang proses; 2) bagan organisasi; 3) standar internal dan prosedur operasional; 4) bagan lokasi keadaan darurat.

e. Pengendalian dokumen: adalah untuk menjamin bahwa organisasi menyusun dan memelihara dokumen dalam suatu cara yang memadai untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan.

f. Pengendalian operasional: organisasi harus mengidentifikasi operasi dan kegiatan yang berkaitan dengan aspek lingkungan penting yang telah diidentifikasi sejalan dengan kebijakan, tujuan dan sasarannya.

g. Tindakan darurat: Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi terjadinya kecelakaan dan situasi darurat yang potensial dan menanggapinya, serta mencegah dan mengurangi dampak lingkungan yang mungkin berkaitan dengannya.

4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi

Mencakup prosedur yang secara teratur memantau dan mengukur karakteristik kunci dari kegiatan dan operasi, prosedur untuk menangani situasi ketidaksesuaian, prosedur pemeliharaan catatan spesifik dan prosedur audit kinerja sistem manajemen lingkungan.

(29)

34

Dengan demikian dimensi pengukuran dan evaluasi terdiri atas indikator:

a. Pemantauan dan pengukuran: Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur yang terdokumentasi untuk memantau dan mengukur secara teratur, karakteristik kunci dari operasi dan kegiatannya yang dapat menimbulkan dampak penting pada lingkungan.

b. Tindakan koreksi dan pencegahan: Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk menentukan tanggung jawab dan kewenangan dalam penanganan dan penyelidikan ketidaksesuaian, pengambilan tindakan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan serta untuk memulai dan menyelesaikan tindakan koreksi dan pencegahan.

c. Audit sistem manajemen lingkungan : Audit adalah suatu kegiatan pemeriksaan yang membandingkan antara realisasi di lapangan dengan standar atau prosedur yang ada. Organisasi harus membuat dan memelihara program dan prosedur untuk pelaksanaan audit sistem manajemen lingkungan secara berkala, agar dapat menentukan apakah SML memenuhi atau tidak memenuhi dan dapat memberikan informasi tentang hasil audit kepada pihak manajemen.

5. Pengkajian dan Penyempurnaan

Mengkaji secara periodik sistem manajemen lingkungan keseluruhan untuk memastikan kesesuaian, kecukupan, efektivitas sistem manajemen lingkungan terhadap perubahan yang terjadi.

2.11 Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan

Penerapan ISO 14001 adalah pendekatan sistem sehingga dengan menerapkan standar tersebut berarti organisasi memperbaiki sistem. Penerapan ISO 14001 bersifat sukarela. Jika perusahaan melakukan sertifikasi ISO 14001 artinya bahwa sistem manajemen lingkungan dari perusahaan diakses, dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar SML ISO 14001.

(30)

35

Perusahaan yang berusaha untuk memperoleh sertifikasi ISO 14001 mempunyai alasan sebagai berikut [19]:

a. Adanya pembeli atau importer yang akan membeli produk yang di hasilkannya, yang mensyaratkannya;

b. Perusahaan mengharapkan persyaratan kontrak demikian akan memberikan manfaat pula ditinjau dari segi-segi lainnya.;

c. Perusahaan memandang pendekatan sertifikasi merupakan jalan yang paling logis dan efektif untuk menerapkan dan mengolah sistem manajemen lingkungan.

Bila perusahaan hendak menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan di perusahaan, maka semua komponen manajemen lingkungan harus diselaraskan dengan fungsi-fungsi lainnya dari bagian organisasi, khususnya dalam tingkat kebijakan. Contohnya, dalam kebijakan, tujuan, dan sasaran dari bagian keuangan, operasi, dan keselamatan perusahaan perlu untuk memerhatikan sudut pandang lingkungan. Perusahaan yang belum atau tidak mengadopsi ISO 14001 dalam penerapannya belum mencakup elemen utama dan atau belum melakukan hal-hal yang berkaitan dengan elemen utama, elemen utama yang dimaksud yakni [23]:

1. Komitmen dan kebijakan lingkungan 2. Perencanaan

3. Penerapan dan Operasi

4. Pemeriksaan dan Tindak Koreksi 5. Pengkajian dan Penyempurnaan

2.12 GEMI (Global Environmental Management Initiative)

GEMI adalah organisasi global terkemuka yang didedikasikan untuk mendorong keunggulan lingkungan, kesehatan dan keselamatan (K3L) dalam mengembangkan wawasan, jaringan, dan menciptakan solusi keberlanjutan kolaboratif untuk perusahaan. Selama 25 tahun, GEMI melihat visi dan pengalaman dari para pemimpin K3L perusahaan di seluruh dunia dan keberlanjutannya dari berbagai sektor bisnis melalui pengembangan alat yang berbasis solusi dan tersedia untuk umum yang dirancang untuk membantu perusahaan berkembang sehingga dapat menambah nilai lingkungan, operasi dan

(31)

36

nilai bisnis. Alat yang telah dihasilkan GEMI ini telah digunakan di enam benua dengan 100 lebih negara dan digunakan oleh berbagai kalangan yakni perusahaan besar dari berbagai industri, LSM maupun institusi akademik. GEMI Mencakup berbagai pengelolaan lingkungan dan menjadi yang terdepan dalam isu dan pengembangan K3L dan keberlanjutan di dunia. Melalui upayanya GEMI juga mempromosikan etika bisnis di seluruh dunia untuk pengelolaan K3L dan pembangunan berkelanjutan melalui teladan dan kepemimpinan [24].

GEMI memberikan cara bagi perusahaan di berbagai sektor industri untuk bekerja sama dengan biaya yang efektif dengan menangani masalah strategis dan taktis yang berdampak pada aktivitas lingkungan, kesehatan, dan keselamatan perusahaan yang progresif di perusahaan seluruh dunia dengan visi sebagai pemimpin global dalam mengembangkan wawasan, jaringan, dan menciptakan solusi keberlanjutan kolaboratif untuk perusahaan. Dan misi nya yakni berkolaborasi untuk solusi yang berkelanjutan dengan hal-hal berikut [24]:

1. Kepemimpinan: yakni menunjukkan kepemimpinan dengan transparansi dan komunikasi yang baik;

2. Jaringan: membuat pertemuan kelas dunia untuk menambah jaringan dan kolaborasi di seluruh dunia;

3. Solusi: mengembangkan alat dan sumber daya untuk memecahkan tantangan keberlanjutan.

2.13 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan ringkasan hasil dari penelitian-penelitian serupa yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang dijadikan sebagai pendukung literatur dalam melakukan penelitian ini. Penelitian tersebut yakni sebagai berikut,

1. Hasil penelitian Cut Putri Maryeska, dkk yang berjudul analisis transisi penerapan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 versi 2015 (studi kasus: PT. AZ) pada tahun 2020 yakni persentase nilai terendah terdapat pada klausul konteks organisasi yang merupakan klausul tambahan pada ISO 14001 versi 2015 yakni sebesar 77%. Angka tersebut merupakan angka terendah dalam penelitian Cut Putri Maryeska, dkk dibanding dengan

(32)

37

persentase penilaian klausul lainnya. Berdasarkan hasil tersebut PT. AZ masih membutuhkan perbaikan dalam penerapan ISO 14001 versi 2015.

2. Hasil penelitian R. Fernanda Syarif Wicaksono & Sri Hatini, S.T., M.T.

yang dilakukan pada tahun 2014 dengan judul analisis pelaksanaan sistem manajemen lingkungan berdasarkan sertifikasi ISO 14001 di PT Bartec Utama Mandiri yakni perusahaan masih kurang sesuai dengan prinsip ISO 14001 sehingga perlu dilakukan perbaikan. Dalam penelitian tersebut, peneliti memberikan beberapa rekomendasi perbaikan untuk perusahaan yakni salah satunya adalah dilakukan perbaikan berkelanjutan sistem manajemen lingkungan untuk perbaikan kinerja lingkungan organisasi yang mana perlu dilakukan tinjauan terlebih dahulu yakni berupa audit.

Perusahaan juga perlu untuk membuat dokumen prosedur kegiatan perusahaan yang kemudian direalisasikan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengajar empat buah sekolah ini, saya hanya menjadi guru honor. Belum ada surat keputusanku dari pemerintah. Jadi gajiku tidak seberapa. Hanya lebih dua

Berdasarkan skor rerata 3,57 yang didapatkan dari kedua ahli materi maka media trainer digital dikategorikan “sangat layak” untuk digunakan sebagai media

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai input yaitu beban personalia dan beban bagi hasil serta output yang digunakan yaitu total pembiayaan dan

[r]

dengan perkembangan cara berpikirnya, anak lazimnya belum memiliki rasa pertimbangan yang matang, termasuk berkenaan dengan hal-hal yang membahayakan. Ia

Pada kenyataanya dalam proses pembelajaran permainan di sekolah masih dalam bentuk permainan yang sesuai dengan peraturan yang baku, baik dalam hal peralatan,

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

passing bawah dalam bola voli. Intrumen penilaian ini disusun berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai dalam pembelajaran sehingga instrumen