• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

22 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan, sehingga akan didapatkan keterkaitan dengan penelitian yang akan diteliti. Penelitian terdahulu memiliki fungsi sebagai bahan acuan yang digunakan dalam menentukan dan menyusun kerangka teori serta dapat memberikan pandangan kepada peneliti terkait isu-isu yang akan diteliti sehingga dapat membantu penelitian yang sedang dilakukan dalam menunjukkan orisinalitasnya.

Menurut (Restiana, 2019) dengan adanya Kelompok Wanita Tani (KWT) serta berbagai program yang dilaksanakan dapat memberi jawaban bagi kaum perempuan atau ibu rumah tangga dalam mengembangkan produktivitas, kreativitas, kemampuan, wadah dalam pemberdayaan perempuan serta meningkatkan kesejahteraan keluarga. Tingkat keberhasilan pemberdayaan perempuan yang dilaksanakan dapat dilihat dari sejauh mana tanggung jawab anggota dan mampu menerapkan sebuah perencanaan, proses serta hasil yang dicapai. Hal tersebut tentu saja tidak lepas dari berbagai perencanaan yang matang dalam melakukan berbagai kegiatan sehingga hasil akhir yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan (Yuliana, 2017) dalam penelitiannya menyoroti bahwa Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan suatu wadah yang memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk ikut andil

(2)

23

dalam memajukan sektor pertanian. KWT diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi perempuan di desa untuk menyalurkan kemampuannya dalam mengolah lahan pertanian dan melalui berbagai kegiatan yang diadakan oleh KWT dapat meningkatkan aktualisasi mereka di lingkungan sosialnya.

(Thias, 2020) mengemukakan bahwa fungsi kelompok wanita tani tidak jauh berbeda dengan fungsi kelompok tani, diantaranya: sebagai kelas belajar, poktan merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan sikap dan ketrampilan serta tumbuh berkembangnya kemandirian dalam berusahatani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatan bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

Kelompok sebagai unit produksi usahatani yang dilaksanakan masing masing anggota poktan atau KWT secara keseluruan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinyuitas. (Silvia Anggraini, 2020) juga mengemukakan bahwa pada hakikatnya kaum wanita memiliki potensi dalam melakukan peran pembangunan, baik dalam diri mereka sendiri maupun dalam kelompok masyarakat. Untuk itu kelompok wanita tani merupakan bagian yang penting dalam suatu lingkungan masyarakat yang memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.

Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai wadah dalam menunjang kebutuhan keluarga melalui pemberdayaan kelompok wanita tani sangat penting dilakukan. Dengan adanya anjuran pemanfaatan lahan pekarangan

(3)

24

sangatlah tepat untuk memenuhi pangan dan gizi keluarga. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemberdayaan kelompok wanita tani meliputi faktor internal, berupa karakteristik responden muali dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha tani, dan luas lahan pekarangan.

Sedangkan dari faktor eksternal, berupa dukungan anggota kelompok tani, (Pratiwi et al, 2020). Ketersediaan sarana prasarana, dukungan kebijakan, dan kegiatan penyuluhan (Permana et al, 2020). Selain itu program KRPL bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Selain itu tujuan dari program KRPL dengan melibatkan KWT yaitu untuk membangun kemandirian pangan, meningkatkan kualitas gizi keluarga, meningkatkan perekonomian masyarakat, dan menumbuhkembangkan ekonomi kreatif masyarakat desa.

Dari bebearapa tinjauan pustaka atau penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan rujukan tersebut dapat ditemukan titik persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti. Adapun titik persamaannya adalah sama-sama membahas tentang pemberdayaan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT). Sedangkan untuk perbedaannya yaitu terletak pada jenis penelitian yang mana penelitian terdahulu yang ditulis oleh (Permana et al, 2020) menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Selain itu, teori yang digunakan yang mana dalam penelitian ini juga berbeda dengan penelitian terdahulu dimana dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dengan beberapa pendekatan dan

(4)

25

dimensi PEL untuk meninjau lebih jauh seberapa jauh Kelompok Wanita Tani (KWT) diberdayakan. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya ialah terletak pada studi kasus yang digunakan dimana dalam penelitian-penelitian terdahulu menggunakan studi kasus Kelompok Wanita Tani yang berada di Indramayu dan juga Banyumas. Sedangkan pada penelitian ini penulis menggunakan studi kasus Kelompok Wanita Tani (KWT) Bintang yang berada di Desa Pojok Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar.

2.2. Kajian Teori

Kajian teori dimaknai sebagai ringkasan atau rangkuman yang ditemukan dari sumber bacaan (literatur) dan berkaitan dengan tema yang akan diangkat oleh peneliti. Dalam melakukan penelitan kajian teori sangat dibutuhkan untuk menelaah konsep-konsep atau variabel yang akan diteliti, sehingga dapat memberikan jawaban teoritik terhadap permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Desa Pojok Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar yaitu:

2.2.1. Pengembangan Ekonomi Lokal a) Pengertian Ekonomi Lokal

Ekonomi lokal merupakan sebuah kondisi perekonomian di suatu daerah yang mana memiliki berbagai potensi untuk dikembangkan.

Potensi tersebut dimaksudkan sebagai kemampuan ataupun kapasitas ekonomi daerah untuk dapat dikembangkan pemerintah serta

(5)

26

masyarakat setempat secara terus menerus yang mana hal itu kemudian menjadi pemasukan dalam meningkatkan kondisi perekonomian daerah setempat. Ekonomi daerah juga merupakan sebuah pondasi dasar serta sumber utama terciptanya kesejahteraan masyarakat daerah (Ruben & Donuisang, 2017). Dalam hal ekonomi lokal ini, seluruh sektor dan sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut menjadi sangat penting untuk menjadi penopang utama perekonomian daerah, terlebih lagi apabila daerah tersebut memiliki suatu hal yang dapat diunggulkan. Keunggulan tersebut dapat tercipta dari adanya ciri khas yang dimiliki oleh suatu daerah yang mana ciri khas itu tidaklah dimiliki oleh daerah lain. Hal tersebut selaras dengan pendapat dari Raharjo (2008) yang mana menyatakan bahwasannya potensi yang dimiliki oleh setaip daerah pastilah berbeda-beda. Akan tetapi, pengembangan wilayah dan pemanfaatan potensi yang ada di suatu daerah pastilah akan berdampak pada daerah lainnya. Hal itu karena terdapat sinegitas yang berarti antar wilayah saling membutuhkan satu sama lain sehingga ketika satu daerah mengalami pengembangan maka dapat menunjang dan menjadi penopang daerah yang lainnya.

b) Pengertian Pengembangan Ekonomi Lokal

Pengembangan ekonomi lokal (PEL) adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang mana pertama kali digagaskan oleh Midgley (1995). Dalam konsep pengembangan ekonomi lokal ini, kerjasama antar pemerintah, pasar dan juga masyarakat menjadi poin

(6)

27

utama yang sangat diperhatikan demi mencapai keberhasilan dari PEL. Hingga saat ini, masih banyak para ahli yang memiliki gagasan tersendiri dalam memandang konsep pengembangan ekonomi lokal.

Seperti hal nya menurut Munir (2007), Pengembangan Ekonomi Lokal atau PEL merupakan sebuah progres yang melibatkan unsur- unsur pemerintah ataupun instansi yang memiliki wewenang dalam pembangunan daerah dengan mendukung sumber daya manusia yang ada untuk menciptakan berbagai unit kegiatan usaha dibidang industri dengan hasil akhir berupa produk-produk berkualitas di skala lokal guna mengembangkan sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah.

Menurut Edward (1994), Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan suatu aksi yang dilakukan pemerintah daerah bersama-sama dengan organisasi lokal setempat dalam menunjang penciptaan lapangan pekerjaan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan perekonomian daerah. Selain Munir dan Edward, Helming (2003) juga berpandangan bahwasannya pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah proses kerjasama antar pemerintah di suatu daerah dengan masyarakat yang ada, kelompok masyarakat serta para pebisnis di daerah tersebut dalam memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam yang dimiliki guna mendukung peningkatan kondisi perekonomian daerah. Sedangkan organisasi internasional seperti International Labour Organization (ILO) berpendapat bahwasannya pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah proses keterlibatan masyarakat dan juga pemerintah di suatu

(7)

28

daerah untuk menjalin kerjasama dalam merancang ataupun melakukan penyusunan strategi pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sektor unggulan yang ada.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, maka secara umum pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah usaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal dan organisasi masyarakat untuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah. Selain itu, pengembangan ekonomi lokal juga dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan yang menghubungkan daerah pedesaan atau daerah terbelakang dengan sistem ekonomi pasar guna memacu kegiatan ekonomi daerah tersebut. Pengembangan dan integrasi tersebut dicapai dengan berfokus pada klaster yang memberikan kesempatan bagi kaum miskin untuk memainkan peranan penting dalam kegiatan ekonomi itu. Dalam hal pengembangan ekonomi lokal, maka sumber daya manusia menjadi modal penting yang harus benar-benar dimanfaatkan oleh pemerintah ataupun masyarakat yang ada disana dalam berupaya meningkatkan perekonomian daerah. Hal itu sesuai dengan pernyataan dari Krugman (1994) dimana menurutnya pengembangan ekonomi lokal sangat didukung dengan sumber daya manusia.

Semakin baik kualitas sumber daya manusia yang ada maka suatu daerah akan sangat mudah dalam membangun dan mengembangkan perekonomiannya.

(8)

29

Inti dari teori pengembangan ekonomi lokal ialah pertama bersifat parsipatif yang mana terdiri dari para pemangku kebijakan serta kelompok masyarakat. Kedua, terdapat arah dan tujuan yang jelas yaitu untuk meningkatkan perekonomian daerah melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimiliki. Ketiga, menyatukan dan mengimplementasikan seluruh nilai-nilai serta aturan yang telah disetujui bersama dengan para pemangku kebijakan atau stakeholders. Keempat, ada target yang dapat diukur agar proses pengembangan semakin teratur dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kelima, terlibat dalam perencanaan pembangunan nasional secara terus menerus atau berkelanjutan.

c) Tujuan Pengembangan Ekonomi Lokal

Tujuan utama dari pengembangan ekonomi lokal (PEL) adalah untuk mendorong peningkatan investasi guna menciptakan pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan serta meningkatkan kesempatan kerja baru bagi masyarakat daerah dan mendorong pemerataan di daerah. Hal itu karena implementasi dari pengembangan ekonomi lokal akan meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan kesempatan, serta memunculkan strategi untuk menjaga agar sebagian besar kesempatan memperoleh pendapatan bertahan di daerah yang bersangkutan. Daerah akan menerima manfaat berupa peningkatan kegiatan ekonomi sebagai akibat dari peningkatan pendapatan rumah tangga, di samping memperoleh pendapatan langsung (Boulle et al, 2002). Dengan meningkatnya lapangan

(9)

30

pekerjaan, pendapatan masyarakat serta kemandirian masyarakat dalam hal ekonomi, maka secara tidak langsung pembangunan ekonomi lokal juga bertujuan untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan yang ada di masyarakat. Sehingga dengan itu diharapkan kesenjangan sosial yang ada juga menurun. Selain itu, pembangunan ekonomi lokal juga bertujuan untuk mengembangkan kerjasama ataupun kemitraan antar para stakeholder guna menciptakan pembangunan daerah yang berkelanjutan tidak hanya dalam hal ekonomi saja melainkan pada segala sektor yang ada melalui penciptaan kemitraan serta aliansi yang strategis.

Menurut (Suparmoko, 2019) terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan pemerintah setempat dalam memanfaatkan ekonomi lokal yang ada untuk mencapai berbagai tujuan seperti halnya meningkatkan perekonomian dan meningkatkan peluang pekerjaan.

Salah satu cara tersebut ialah dengan menerapkan berbagai program yang telah tertuang di RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah) dan juga RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Hal tersebut karena RPJPD dan RPJMD berisikan gambaran berbagai sektor unggulan yang menjadi program utama pemerintah dalam mengembangkan ekonomi lokal. Sedangkan menurut (Sumiharjo, 2018) hal yang pertama kali dapat dilakukan pemerintah dalam mengembangkan suatu potensi yang dimiliki daerah ialah melalui peninjauan serta observasi terhadap sumber daya manusia

(10)

31

yang ada, teknologi serta juga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Pengembangan ekonomi lokal akan berhasil sesuai sasaran dan tujuan awal jika masyarakat terus meningkatkan iklim investasi dan bisnis yang memungkinkan lingkungan untuk meningkatkan daya saing, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan (World Bank, 2011). Keberhasilan pengembangan ekonomi lokal (PEL) juga akan mendorong percepatan pertumbuhan wilayah yang berkembang dan tertinggal. Sehingga akan berkurangnya anggapan eksploitasi pembangunan wilayah maju terhadap wilayah miskin (kesenjangan wilayah).

d) Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal

(Munir, 2004) dalam pengembangan ekonomi lokal menurut World Bank mengemukakan bahwa, pendekatan pengembangan ekonomi lokal meliputi:

1) Pengembangan Daya Saing

Daya saing suatu daerah merupakan sebuah kemampuan suatu daerah dalam menciptakan tingkat kesejahteraan yang tinggi untuk masyarakatnya. Suatu daerah dapat dikatakan sebagai sebuah kota yang berkelanjutan dan maju apabila memiliki tingkat daya saing (competitiveness) yang tinggi. Hal itu karena semakin tinggi tingkat daya saing yang dimiliki oleh suatu daerah, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan yang dimiliki masyarakatnya. Di sisi lain, globalisasi yang semakin tinggi

(11)

32

menuntut setiap daerah untuk dapat bersaing dalam melakukan tawar menawar di tengah persaingan global saat ini. Hal tersebut karena keberhasilan tiap daerah dalam persaingan global menjadi ujung tombak negara indonesia dalam meningkatkan daya saing nasional di tengah-tengah persaingan global dengan negara lain (Huda & Santoso, 2014). Berdasarkan hal itu maka pengembangan ekonomi lokal melalui pengembangan daya saing menjadi hal penting guna mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan seperti hal nya menciptakan banyak peluang pekerjaan, menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan yang pada akhirnya berdampak pada terciptanya kesejahteraan masyarakat.

2) Pengembangan Klaster

Pengembangan klaster yang dimaksud disini adalah pengembangan suatu kelompok yang dinamakan klaster dimana kelompok-kelompok tersebut terdiri dari berbagai macam pengrajin ataupun pembisnis industri kecil yang ada di suatu daerah. Sehingga, dalam pengembangan ekonomi lokal maka pemerintah bersama dengan masyarakat bersama-sama mendukung dan terlibat dalam klaster industri tersebut guna meningkatkan ketertarikan dari pihak-pihak luar yang mana kemudian dapat menunjang daya saing dan pertumbuhan ekonomi daerah (Wijayanti, 2016). Tidak hanya dengan mendukung dan terlibat, pemerintah daerah juga dapat membentuk klaster baru yang berisikan anak-anak muda daerah dengan tujuan tidak hanya

(12)

33

untuk meningkatkan perekonomian daerah melainkan juga dapat mengembangkan potensi kreatifitas yang dimiliki mereka.

3) Pengembangan Kelembagaan

Pengembangan kelembagaan menjadi poin penting dalam pengembangan ekonomi lokal karena kelembagaan memainkan peran penting dalam merancang, melaksanakan, dan mengatur program-program maupun kegiatan pembangunan di suatu daerah. Kelembagaan juga yang berhubungan secara langsung dengan masyarakat dan kelompok-kelompok lokal untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan daerah. Sehingga, kesiapan dan kinerja dari kelembagaan juga harus dikembangkan dan dibangun dengan matang supaya nantinya tidak terdapat kekacauan dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal tersebut karena kelembagaan menjadi ujung tombak kelancaran dan kesuksesan pembangunan suatu daerah (Ekbangsetda, 2020).

4) Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dalam pengembangan ekonomi lokal atau daerah, selain kelembagaan, sumber daya manusia yang kompeten, unggul, dan memiliki daya saing yang tinggi juga menjadi hal penting yang diperlukan. Hal tersebut karena sumber daya manusia berkaitan dengan individu, komunitas, organisasi, pemerintah yang menjalankan kegiatan-kegiatan dan segala perencanaan pembangunan. Sehingga, pembangunan suatu daerah tidak dapat lepas dari sumber daya manusia. Dalam hal pengembangan

(13)

34

ekonomi lokal, maka sumber daya manusia yang dibutuhkan haruslah sumber daya yang unggul. Semakin unggul sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu daerah maka akan semakin lancar proses pembangunan daerah tersebut. Hal itu juga didukung oleh faktor kemampuan yang dimiliki. Ketika sumber daya manusia memiliki kemampuan yang baik maka akan dengan mudah mereka mendapatkan kesempatan pekerjaan yang berakhir pada menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan (Nourmalasari, 2018). Berdasarkan hal tersebut maka pengembangan sumber daya manusia sangat diperlukan agar semakin terciptanya sumber daya manusia unggul yang dimiliki suatu daerah guna mendukung pengembangan ekonomi lokal.

5) Pengembangan Teknologi

Dalam pengembangan ekonomi lokal, pengembangan teknologi menjadi hal yang sangat perlu dilakukan karena salah satu dasar penunjang kesuksesan dari suatu bisnis atau usaha ialah melalui teknologi yang digunakan untuk kemudahan transaksi jual beli. Seperti pendapat dari Radhi (1997) bahwasannya setiap daerah, pembisnis, ataupun negara dituntut untuk terus menerus mengembangan teknologi karena di era globalisasi ini kebutuhan teknologi merupakan hal yang tak terelakkan. Sehingga, pemerintah daerah bersama dengan masyarakat dirasa perlu terus menerus secara berkelanjutan mengembangkan teknologi guna mendukung pengembangan ekonomi lokal.

(14)

35

e) Dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal

Ada enam dimensi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal, keenam dimensi atau aspek dalam Hexagonal PEL (Adi, 2012), sebagai berikut:

1) Dimensi Kelompok Sasaran.

Dalam dimensi kelompok sasaran, maka dalam proses pengembangan ekonomi lokal perlu memperhatikan beberapa hal utama yang dianggap penting untuk diperbaiki dan dikembangkan lagi seperti halnya (1) Kebijakan serta aturan yang berkaitan dengan kemudahan dalam melakukan investasi, (2) Kampanye mengenai peluang usaha yang ditujukan kepada masyarakat, (3) Keamanan dan kepastian hukum yang diberikan oleh pemerintah, (4) Informasi yang diberikan perihal peluang bisnis, (5) Fasilitas yang diberikan pemerintah kepada masyarakat yang mana kiranya dapat mendorong kemudahan berusaha, (6) upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengembangkan usaha-usaha yang ada di daerah setempat, (7) Promosi produk UKM yang dilakukan pemda untuk mengembangkan perekonomian masyarakat setempat, (8) Upaya yang dilakukan pemda dalam memberikan fasilitas modal dan layanan untuk berinvestasi, (9) upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan teknologi yang ada, (10) seberapa efektif pelayanan pengurusan izin berinvestasi yang diberikan pemerintah daerah, (11) Peran pemerintah daerah

(15)

36

untuk terlibat dalam mengawasi pelaku usaha baru, (12) Bantuan dana yang diberikan pemerintah daerah kepada pengusaha baru.

2) Dimensi Faktor Lokasi.

Dalam dimensi faktor lokasi ini, maka dalam proses pengembangan ekonomi lokal perlu diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan lokasi yang ada di daerah tersebut dan perlu untuk diperbaiki guna mendukung keberhasilan pembangunan. Beberapa hal tersebut diantaranya seperti (1) melakukan peningkatan dalam penyediaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan air bersih, lingkungan, serta insfrastruktur energi seperti listrik, (2) kualitas infrastruktur teknologi penunjang komunikasi masyarakat setempat dan sarana transportasi yang tersedia, (3) Kualitas pelayanan kesehatan dan juga kelayakan lokasi pemukiman warga, (4) Kualitas dan juga fasilitas pendidikan yang tersedia di daerah setempat, (5) Kemudahan akses izin perihal kerjasama yang dilakukan dalam bidang industri ataupun UMKM lainnya, (6) meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama para pekerja UMKM, (7) Memperbanyak pembentukan lembaga keuangan untuk memudahkan UMKM perihal pembayaran.

3) Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan.

Dalam dimensi ini diperlukan untuk memperhatikan beberapa hal untuk mendukung keberhasilan pengembangan ekonomi lokal. Beberapa hal tersebut ialah (1) Pengembangan jaringan

(16)

37

usaha antar UMKM dan pelaku ekonomi, (2) Pemberdayaan UMKM dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mempermudah pelaku usaha, (3) melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah lain, (4) meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan dan juga pengembangan keahlian, (5) melakukan promosi produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM setempat secara berkelanjutan, (6) Upaya yang dilakukan dalam membangun kawasan industri di daerah setempat, (7) Upaya yang dilakukan dalam memperdayakan masyarakat setempat.

4) Dimensi Pembangunan Berkelanjutan.

Dalam dimensi ini, maka perlu memperhatikan beberapa hal untuk menunjang pengembangan ekonomi lokal seperti halnya (1) upaya yang dilakukan dalam mengelola limbah sampah, (2) upaya yang dilakukan untuk meningkatkan inovasi dalam menciptakan produk UMKM.

5) Dimensi Tata Pemerintahan.

Dalam dimensi ini maka pemerintah perlu memperhatikan peran dan fungsi dari Asosiasi komoditi, industri ataupun forum bisnis yang ada di daerah setempat dalam berbagai hal seperti pelaksanaan kerjasama dengan pihak lain dalam bidang insfrastruktur, perdaganagan serta pembiayaan usaha. Hal itu dianggap penting untuk mendukung kesuksesan pengembangan ekonomi lokal.

(17)

38

6) Dimensi Proses Manajemen.

Dalam dimensi ini, maka kesuksesan pengembangan ekonomi lokal juga memperhatikan peran stakeholders dalam melakukan perancangan, pelaksanaan serta pengevaluasian program pengembangan ekonomi lokal (PEL). Selain itu, perlu memperhatikan pemetaan potensi ekonomi yang dilakukan para pembisnis (UMKM). Terakhir, perlu memperhatikan proses manajemen pelaksanaan pengembangan ekonomi lokal (PEL) secara terus menerus atau berkelanjutan.

2.2.2. Pemberdayaan Masyarakat

Menurut (Widayanti, 2012) sejarah terkait perkembangan pemberdayaan masyarakat awalnya muncul dari masyarakat barat, terutama di kawasan Eropa. Kospep tentang pemberdayaan ini muncul sekitar dekade 70-an dan masih berkembang hingga saat ini di seluruh dunia. Dari kemunculan konsep pemberdayaan ini juga bersamaan dengan aliranaliran barat seperti eksistensialisme, phenomenologi, dan personalisme yang pada dasarnya memiliki keterikatan dekat dengan pandangan Neo- Marxisme, Freudialisme, Strukturalisme, dan Sosiologi kritik Frankfurt School.

Menurut (Edi Suharto, 2017) pendekatan pemberdayaan dapat dikembangkan melalui 5P yaitu :

(18)

39 1. Pemungkinan

Suatu proses untuk menggali segala potensi yang dimiliki masyarakat serta mencoba untuk menciptakan iklim yang baik dalam masyarakat sehingga proses pemberdayaan berjalan secara optimal.

2. Penguatan

Memberikan berbagai hal yang berkaitan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan terhadap masyarakat sehingga mereka memiliki kekuatan untuk berkembang menjadi lebih baik.

3. Perlindungan

Sebuah tindakan yang dilakukan sebagai upaya untuk melindungi masyarakat lemah agar tidak tertindas oleh golongan masyarakat yang kuat sehingga yang lemah tetap bisa bertahan hidup

4. Penyokongan

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat yang lemah agar tidak terjatuh dan semakin menuju pada keadaan terpinggirkan sehingga kesetaraan dan keadilan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

5. Pemeliharaan

Memelihara kondisi yang kondusif supaya tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

(19)

40

Menurut (Jimu, 2008) pengembangan masyarakat tidak hanya sebatas teori tentang bagaimana mengembangkan daerah pedesaan akan tetapi memiliki pengertian yang luas tentang pembangunan masyarakat bersamaan dengan pembangunan daerahnya. Pembangunan masyarakat seharusnya mencerminkan tindakan masyarakat dan kesadaran atas identitas diri sehingga di manapun berada setiap orang harus memiliki keinginan untuk berubah dan berkembang menjadi lebih baik. Masyarakat adalah sebuah fenomena struktural yang terbentuk secara alamiah sehingga sifat struktural dari kelompok atau masyarakat memiliki efek pada cara orang bertindak, merasa dan berpikir.

Pemberdayaan juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk bangkit dari belenggu kemiskinan agar setiap orang yang masih tergolong memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi rendah dapat memiiki kedudukan dalam masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bermaksud untuk memberikan kekuatan dalam diri individu dan kelompok sebagai suatu bentuk dorongan agar setiap individu atau kelompok mampu memenuhi segala macam hal yang ingin dicapai serta juga bisa menjalankan roda kehidupan yang selayaknya.

Konsep pemberdayaan masyarakat ditinjau dari tujuan yang ingin dicapai memiliki berbagai komponen seperti halnya membantu masyarakat agar bisa partisipasi dalam segala kegiatan yang ada di masyarakat, dapat menjangkau kebutuhan yang diinginkan, menyetarakan status sosial, memperbaiki kondisi (sosial, ekonomi,

(20)

41

politik) yang ada dalam masyarakat, serta mencapai segala macam bentuk tujuan yang dapat digunakan untuk menunjang berbagai macam kepentingan bersama.

2.2.3. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

Program Kawasan Rumah Pangan Lestari merupakan suatu program yang dilakukan pemerintah di bidang rumah pangan. Model rumah pangan tersebut dibangun di suatu daerah seperti desa, kecamatan, atau lingkup yang lebih kecil yakni dusun. Menurut Hilda (2018), Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah upaya pemberdayaan rumah tangga secara lestari dalam satu kawasan, untuk menyediakan pangan keluarga yang beragam, bergizi seimbang dan aman, melalui pemanfaatan tekhnologi inovatif dan terintegrasi dengan berbagai kegiatan ekonomi. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Litbang Pertanian melalui BBP2TP, prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah dibangun dari kumpulan rumah tangga yang mampu mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan, dapat melakukan upaya diversivikasi pangan berbasis sumber daya lokal dan sekaligus pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta tercapai pula upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Model konsep kawasan rumah pangan lestari (KRPL) ini pertama kali digagaskan oleh peneliti yang mana kemudian setelah diobservasi lebih dalam program tersebut akhirnya diadopsi oleh beberapa provinsi di Indonesia. Setelah program tersebut semakin berkembang dan menunjukkan

(21)

42

keberhasilan, maka hingga kini program tersebut dinyatakan cocok untuk diterapkan diberbagai negara belahan dunia lainnya guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya (Yuhana, 2019).

Stakeholders dan kelompok masyarakat setempat dilibatkan secara

aktif dalam proses pelaksanaan mulai dari perancangan program, pelaksanaan program hingga akhir kegiatan yakni pengevaluasian kinerja. Akan tetapi dalam program ini, instansi pemerintah hanya memiliki wewenang dalam memfasilitasi dan menjadi motivator dalam mendorong terlaksananya program kawasan rumah pangan lestari (KRPL) ini. Sehingga, dalam partisipasinya dilapangan, program kawasan rumah pangan lestari (KRPL) hanya melibatkan masyarakat setempat saja terutama ibu rumah tangga.

Dalam melaksanakan program kawasan rumah pangan lestari (KRPL) terdapat beberapa prinsip yang menjadi dasar acuan kerja diantara lain: pertama, memanfaatkan halaman rumah warga yang kondisinya masih tergolong ramah lingkungan. Kedua, memproduksi atau menghasilkan pangan yang berasal dari sumber daya lokal.

Ketiga, melakukan konservasi genetik terhadap tanaman, ikan, ataupun komoditas lainnya. Keempat, terus menjaga dan merawat KRPL yang telah dibuat dengan melakukan penanaman bibit yang dimiliki desa. Kelima, KRPL ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat desa (Kementrian Pertanian, 2011).

(22)

43

Berdasarkan prinsip-prinsip yang dimiliki dan dipegang teguh dalam melaksanakan program kawasan rumah pangan lestari (KRPL) ini, maka pemerintah dan masyrakat setempat mengharapkan adanya dampak positif yang diberikan dari program ini seperti halnya seluruh kebutuhan pangan serta gizi masyarakat dapat terpenuhi tanpa ada kekurangan satupun. Selain itu, melalui program kawasan rumah pangan lestari (KRPL) ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kemandirian dan tumbuh kembang kreativitas masyarakat dalam mengalih fungsikan halaman rumah ataupun pekarangan yang tidak terpakai untuk budidaya berbagai komoditas guna memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kawasan rumah pangan lestari (KRPL) juga diharapkan dapat menjaga keberlangsungan hidup aneka ragam komoditas lokal yang menjadi sumber utama pemenuhan pangan masyarakat. Terakhir, kawasan rumah pangan lestari (KRPL) ini juga diharapkan masyarakat dapat menjadi penopang utama dalam meningkatkan kesejahteraan hidup melalui pengembangan usaha kecil yang dibuat serta penciptaan lingkungan yang bersifat lestari dan juga sehat (Kementerian Pertanian, 2012).

Upaya pemanfaatan lahan melalui kawasan rumah pangan lestari (KRPL) dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan sebagai tambahan untuk memenuhi ketersediaan pangan sumber karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Jenis komoditas untuk budidaya yang dilakukanpun menyesuaikan dengan kondisi masyarakat dalam artian sesuai dengan apa yang dibutuhkan

(23)

44

oleh masyarakat. Manfaat lainnya yang diperoleh yakni berkurangnya pengeluaran keluarga sekaligus dapat memberikan tambahan pedapatan keluarga jika hasil yang diperoleh telah melebihi kebutuhan pangan keluarga (Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, 2017).

Kawasan rumah pangan lestari (KRPL) adalah bentuk integrasi dari sekumpulan pekarangan untuk memenuhi penyediaan pangan rumah tangga. Agar kegiatan KRPL dapat memberikan keindahan lingkungan maka perlu adanya penataan pekarangan. Penataan ini diperlukan untuk mengatur KRPL agar membentuk lingkungan yang asri dan nyaman, juga menimbulkan daya tarik sehingga dapat menarik minat orang lain untuk melakukan replikasi. Selain itu, diperlukan juga adanya penguatan dan sistem manajemen pengolahan hasil serta strategi pemasaran yang baik guna keberhasilan program kawasan rumah pangan lestari (KRPL). Dengan terpenuhinya seluruh tujuan dari kawasan rumah pangan lestari (KRPL), maka program tersebut memiliki peluang yang besar untuk terus berjalan.

Referensi

Dokumen terkait

Persentase perlakuan tilirosida dibandingkan dengan kontrol doksorubisin (Gambar 1) menunjukkan bahwa tilirosida tidak mampu menyamai persentase kematian sel akibat apoptosis, karena

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hirarki yaitu dengan menentukan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas.

Berdasarkan hasil estimasi menggunakan ketiga metode analisis di atas diperoleh bahwa sebagian besar variabel-variabel bebas yang diukur memiliki pengaruh yang signifikan

Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa distribusi cahaya di ruangan perpustakaan yang tidak merata disebabkan oleh: banyak ruangan dengan lampu yang mati, memancarkan

Selain kasus-kasus manipulasi laba yang diuraikan di atas, hasil analisa awal atas data sekunder pada beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran diameter, panjang dan perhitungan volume oleh tiga pengukur, yaitu P3KB (Pejabat.. Pemeriksa