BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan landasan teori yang memuat teori-teori relevan dan mendukung analisis serta pemecahan masalah yang terdapat dalam penelitian ini.
Dalam bab ini juga diuraikan penelitian-penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini.
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
Jawaban atas masalah yang telah dirumuskan membutuhkan pengkajian terhadap teori-teori yang relevan. Adapun teori-teori yang dikaji oleh penulis dalam mencari jawaban atas masalah yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Peran Koperasi dalam Pembangunan Ekonomi
Koperasi bersama-sama dengan Badan Usaha Milik Negara atau Swasta melakukan berbagai usaha demi terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Tujuan koperasi yang dituangkan dalam UU Perkoperasian Indonesia No. 17 tahun 2012 pasal 4 menyebutkan bahwa “Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan”.
Peranan koperasi Indonesia menurut Kartasapoetra (1999) sebagai berikut:
a. Mempersatukan, mengarahkan dan mengembangkan daya kreasi, daya cipta serta daya usaha rakyat, terutama mereka yang serba terbatas kemampuan ekonominya agar mereka dapat turut serta dalam kegiatan perekonomian.
b. Koperasi bertugas meningkatkan pendapatan dan menimbulkan pembagian yang adil dan merata atas pendapatan tersebut.
6
commit to user
c. Koperasi bertugas mempertinggi taraf hidup dan kecerdasan bangsa Indonesia.
d. Koperasi berperan serta secara aktif dalam membina kelangsungan perkembangan demokrasi ekonomi.
e. Koperasi berperan serta secara aktif dalam menciptakan atau membuka lapangan kerja baru (hlm. 4).
Baswir (2000) menyatakan peran koperasi dalam pembangunan ekonomi secara khusus adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan motif berusaha yang lebih berperikemanusiaan. Motif utama koperasi adalah memberikan pelayanan, bukan mencari keuntungan.
b. Mengembangkan metode pembagian sisa hasil usaha yang lebih adil.
Pembagian sisa hasil usaha didasarkan atas perimbangan jasa dan partisipasi masing-masing anggota dalam membentuk volume usaha perusahaan.
c. Memerangi monopoli dan bentuk-bentuk konsentrasi modal lainnya.
d. Menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah.
Sehingga orang-orang dengan kemampuan ekonomi terbatas tetap dapat memenuhi kebutuhannya dengan harga terjangkau.
e. Meningkatkan penghasilan anggota-anggotanya. Keuntungan yang diperoleh koperasi tidak dinikmati oleh orang seorang. Melainkan dibagikan kembali kepada para anggotanya, sesuai dengan perimbangan jasa dan partisipasi masing-masing anggota itu dalam membentuk volume usaha koperasi.
f. Menyederhanakan dan mengefisiensikan sistem tata niaga.
g. Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan.
h. Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran, atau antara kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan.
i. Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatannya secara efektif, menumbuhkan kebiasaan yang baik dalam pola konsumsi, membiasakan hidup hemat, dan mengembangkan jiwa membangun bagi kesejahteraan umat manusia (hlm. 68-70).
Berdasarkan beberapa peran koperasi baik secara umum maupun khusus, dengan sendirinya koperasi mempunyai peran dalam mengangkat ekonomi masyarakat golongan lemah, memeratakan pendapatan, meningkatkan kecerdasan bangsa dalam bidang perekonomian, membina kelangsungan demokrasi ekonomi, serta membuka lapangan kerja yang baru.
commit to user
Peranan koperasi dalam perekonomian Indonesia ditunjukkan melalui lambang koperasi. Anoraga dan Widiyanti (1998) menyatakan lambang koperasi mempunyai arti berikut :
a. Rantai menggambarkan persahabatan yang kokoh.
b. Gigi roda menggambarkan usaha karya yang terus-menerus dari golongan koperasi.
c. Kapas dan Padi menggambarkan kemakmuran rakyat yang diusahkan dan yang akan dicapai golongan koperasi.
d. Timbangan menggambarkan keadilan sosial sebagai salahn satu dasar dari koperasi.
e. Bintang dalam perisai menggambarkan Pancasila dan merupakan landasan idiil dari koperasi.
f. Pohon beringin menggambarkan sifat kemasyarakatan yang berkepribadian Indonesia dan koperasi yang kokoh berakar.
g. Koperasi Indonesia menandakan lambang ini adalah lambang kepribadian koperasi rakyat Indonesia.
h. Warna merah dan warna putih menggambarkan sifat nasional dan golongan karya koperasi (hlm.7-8).
2. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Koperasi
Pemerintah merupakan salah satu elemen penting dalam pengembangan koperasi. Masa depan koperasi sangat ditentukan oleh adanya bantuan dan dukungan dari pemerintah. Pemerintah harus bijak dan selalu memberikan dukungan untuk koperasi dengan menyusun kebijakan perekonomian yang berdasarkan keadilan sosial. Agar keikutsertaan pemerintah dalam pembinaan koeprasi itu dapat berlangsung secara efektif, tentu perlu dilakukan koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya. Peranan pemerintah dalam gerakan koperasi yang dikemukakan Kartasapoetra, Bambang, dan Setiady (2001) dapat dilihat dari beberapa segi bantuan antara lain:
a. Segi-segi Legislatif yang direalisasikan dengan adanya UU No. 17 Tahun 2012 yang menggantikan UU No. 25 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah dan Keputusan Pemerintah, Peraturan Menteri Koperasi dan Keputusan Menteri Koperasi.
b. Segi-segi Edukatif termasuk bimbingan dan pengawasan. Bimbingan dimaksudkan agar dalam jangka pendek dilakukan dengan jalan penyuluhan-penyuluhan dan pemberian petunjuk-petunjuk mengenai pembentukan koperasi yang sehat. Sedangkan dalam jangka panjang bertujuan untuk lebih memahirkan, meyakinkan para anggota koperasicommit to user
dan rakyat umumnya dalam pengelolaan perkoperasian dan terhadap usaha mewujudkan cita-cita koperasi.
c. Segi-segi Moril dilakukan dengan memberi fasilitas-fasilitas serta keringanan-keringana, pemberian subsidi dan lainnya.
d. Segi-segi Perkreditan tidak terbatas pada kredit-kredit finansial (keuangan) dengan syarat-syarat yang lebih ringan, mudah, juga kredit mengenai berbagai sarana (hlm. 179-180).
Pemerintah merealisasikan program dalam bidang permodalan tersebut dengan memberikan bantuan yang disebut KUR (Kredit Usaha Rakyat). Kredit Usaha Rakyat adalah kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif.
3. Koperasi
a. Pengertian Koperasi
Hatta (1954) beliau mengemukakan bahwa Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya.
Mencapai keperluan hidupnya denga ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan (Baswir, 2000: 2).
Menurut ILO (1966) menyatakan bahwa Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan (Baswir, 2000: 2).
UU Perkoperasian Indonesia No. 17 Tahun 2012 mengemukakan:
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi (pasal 1).
commit to user
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, yang mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama untuk berusaha meningkatkan kesejahteraan dengan melakukan kegiatan bersama secara sukarela untuk mendapat keuntungan bersama berdasar asas kekeluargaan.
b. Prinsip Dasar Koperasi
Prinsip dasar koperasi merupakan suatu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam koperasi. Prinsip-prinsip pengelolaan koperasi merupakan penjabaran lebih lanjut dari asas kekeluargaan koperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip koperasi tersebut, koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial. Prinsip koperasi tersebut merupakan ciri khas dan jati diri yang membedakan koperasi dari badan usaha lainnya.
Sebagaimana yang dikemukakan dalam UU No. 17 Tahun 2012, Koperasi Indonesia melaksanakan prinsip koperasi yang meliputi:
1) Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.
2) Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis.
3) Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi.
4) Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen.
5) Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas, pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan koperasi.
6) Koperasi melayani anggota secara prima dan memperkuat gerakan koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional.
7) Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota (pasal 6).
commit to user
c. Tujuan Koperasi
Pasal 4 Undang – Undang Perkoperasian Indonesia No. 17 Tahun 2012, menyatakan bahwa “Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan”.
Menurut Baswir (2000) tujuan koperasi Indonesia dalam garis besarnya meliputi tiga hal sebagai berikut :
1) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya, 2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan,
3) Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional (hlm. 41).
Dalam tujuan koperasi di atas dapat diartikan bahwa koperasi mempunyai kedudukan terhormat dalam perekonomian nasional dan koperasi juga dikatakan sebagai sokoguru perekonomian Indonesia.
d. Fungsi dan Peran Koperasi
Baswir (2000) mengemukakan bahwa fungsi dan peran Koperasi Indonesia dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:
1) Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka.
2) Turut serta secara aktif dala upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (hlm. 71-74).
Dengan fungsi dan peran seperti itu, koperasi mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membangun susunan perekonomian nasional. Oleh karena itu, diperlukan kesungguhan koperasi untuk mewujudkan usaha yang sehat dan tangguh.
commit to user
e. Jenis Koperasi
1) Jenis koperasi menurut Undang Undang Perkoperasian Indonesia No. 17 Tahun 2012:
a) Koperasi konsumen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang penyediaan barang kebutuhan Anggota dan non- Anggota.
b) Koperasi produsen meyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan Anggota kepada Anggota dan non-Anggota.
c) Koperasi jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non-simpan pinjam yang diperlukan oleh Anggota dan non- Anggota.
d) Koperasi Simpan Pinjam menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha yang melayani Anggota (pasal 84).
2) Jenis koperasi berdasarkan jenjang hierarki organisasinya menurut Anoraga dan Widiyanti (1998) adalah:
a) Koperasi Primer
Ialah koperasi yang anggotanya adalah orang-orang yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usaha yang langsung melayani para anggotanya tersebut.
b) Koperasi Sekunder
Yaitu koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum koperasi karena kesamaan kepentingan ekonomis mereka berfederasi (bergabung) untuk tujuan efisiensi dan kelayakan ekonomis dalam rangka melayani para anggotanya. Jenjang penggabungan ini dapat bertingkat-tingkat, atau hanya setingkat saja. Semua itu didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan kelayakan dan efisiensi usaha dan pelayanan kepada para anggota (hlm. 37).
3) Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002) berpendapat bahwa untuk konteks Indonesia, pembagian koperasi didasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat. Secara umum di Indonesia ada 5 (lima) klasifikasi koperasi diantaranya:
a) Koperasi Konsumsi
Koperasi ini adalah koperasi yang menangani pengadaan berbagai barang-barang untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Koperasi konsumsi pada umumnya tidak melakukan produksi, tetapi lebih melakukan pengadaan atau pemenuhan kebutuhan anggotanya, misalnya beras, gula, sabun, minyak goreng.commit to user
b) Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit
Koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan para anggotanya secara murah, mudah dan cepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Kegiatan pokok dari koperasi ini adalah melakukan penyerapan dana dari anggota dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada anggota dalam bentuk pinjaman.
c) Koperasi Produksi
Koperasi ini bergerak dalam bidang produksi barang-barang yang dilaksanakan oleh koperasi itu maupun para anggotanya. Contoh dari koperasi jenis ini adalah koperasi yang anggotanya petani, peternak atau penghasil susu sapi.
d) Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang bergerak dibidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggotanya maupun masyarakat umum.
Bidang yang ada dalam koperasi ini diantaranya seperti koperasi angkutan, koperasi jasa audit.
e) Koperasi Serba Usaha
Koperasi ini berusaha dalam beberapa macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan-kepentingan para anggotanya.
Misalnya koperasi yang membuka berbagai usaha seperti mini market, simpan pinjam dana dan lain-lain (hlm. 20-25).
Berdasarkan penjelasan di atas, Koperasi Simpan Pinjam “Sumber Daya” merupakan salah satu koperasi primer dengan jenis usaha simpan pinjam. Hal ini dikarenakan Koperasi Simpan Pinjam “Sumber Daya”
bergerak dalam bidang simpanan atau tabungan para anggotanya dan meyalurkan kembali kepada anggota dalam bentuk pinjaman.
f. Perangkat Organisasi Koperasi
Perangkat organisasi koperasi terdiri dari: Rapat Anggota, Pengawas dan Pengurus (Pasal 31 UU No. 17 Tahun 2012).
1) Rapat Anggota
Menurut UU Perkoperasian Indonesia No. 17 tahun 2012 “Rapat Anggota adalah perangkat organisasi koperasi yang memegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi” (pasal 1). Wewenang Rapat Anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi menurut UU Perkoperasian Indonesia No. 17 tahun 2012 adalah:commit to user
a) Menetapkan kebijakan umum koperasi.
b) Mengubah Anggaran Dasar.
c) Memilih, megangkat, dan memberhentikan pengawas dan pengurus.
d) Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi.
e) Menetapkan batas maksimum pinjaman yang dapat dilakukan oleh pengurus untuk dan atas nama koperasi.
f) Meminta kekurangan dan mengesahkan pertanggungjawaban pengawas dan pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing.
g) Menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha.
h) Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran koperasi.
i) Menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang (pasal 33).
2) Pengawas
Pengawas merupakan badan atau orang yang dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota (Pasal 48 UU No. 17 Tahun 2012). Dalam Undang-Undang tersebut, pengawas bertugas “Mengusulkan calon pengurus, memberi nasihat dan pengawasan kepada pengurus, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh pengurus, melaporkan hasil pengawasan kepada Rapat Anggota” (Pasal 50). Dalam melakukan tugas-tugas tersebut, pengawas menyusun laporan tertulis tentang hasil pemeriksaannya yang akan disampaikan dalam Rapat Anggota Tahunan. Pengawas berwenang untuk meneliti catatan serta menguji kebenaran harta, hak dan kewajiban yang dimiliki koperasi, maka jabatan tersebut tidak boleh dirangkap, apalagi oleh pengurus.
3) Pengurus
Pengurus koperasi terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara serta anggota yang pilih oleh Rapat Anggota sesuai dengan anggaran dasar koperasi. Pengurus merupakan wakil para anggota yang memenuhi syarat dan kriteria tertentu serta dipilih dan disahkan oleh Rapat Anggota.
Mereka disumpah di depan para anggota untuk setia dan mengabdi demi kepentingan koperasi secara suka rela. Mereka dipercaya menjadi wakilcommit to user
anggota yang bertugas menjalankan, mengelola, dan memimpin jalannya organisasi koperasi. Mereka berkerja sebagai mandataris dari anggota untuk melaksanakan apa yang telah ditetapkan dalam Rapat Anggota.
Pengurus berhak mewakili organisasi di dalam dan di luar pengadilan bila terjadi suatu masalah. Sebagai mandataris, pengurus setiap akhir tahun pembukuan membacakan laporan pertanggungjawaban kepada Rapat Anggota atas tugas-tugas yang diembannya dengan disaksikan oleh pejabat yang berwenang.
g. UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi)
Pengertian UMKMK atau Microfinance menurut Finance Indonesia (2010) adalah “Penyedia layanan keuangan untuk kalangan berpenghasilan rendah, termasuk konsumen dan wiraswasta, yang secara tradisional tidak memiliki akses terhadap perbankan dan layanan terkait”.
UMKMK telah diatur secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK). Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Finance Indonesia (2010) adalah sebagai berikut:
1) Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3) Usaha Menengah
Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usahacommit to user
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Usaha, Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi.
Berikut ini dijelaskan perbedaan Koperasi dan UMKMK dari beberapa aspek:
1) Anggota
Koperasi keanggotaannya terbuka untuk semua pemakai jasa koperasi, sedangkan UMKMK anggota terbuka untuk semua penanam modal.
2) Modal
Modal koperasi jumlahnya kecil, pemasukan modal sesuai dengan pemanfaatan jasa koperasi, sedangkan UMKMK penambahan modal sesuai dengan penanaman modal yang diperlukan.
3) Pemilik
Pemakai koperasi adalah pemilik koperasi yaitu anggota koperasi itu sendiri, sedangkan UMKMK penanam modal adalah pemilik usaha.
4) Pengawasan
Koperasi berada pada anggota atas dasar yang adil dan sama, sedangkan UMKMK penanam modal sebanding dengan modal yang ditanamkan.
5) Manfaat
Pada koperasi anggota memperoleh manfaat sebanding dengan jasa yang diberikan, sedangkan UMKMK penanam modal memperoleh laba sebagai hasil dari modal yang ditanamkan (Anonim, 2012).
4. Pelayanan
a. Pengertian Kualitas Pelayanan
Menurut American Society for Quality Control menyatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten (Lupiyoadi, 2001: 144). Goetsh dan Davis menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2000:
256).
Menurut Kotler (2004) “Pelayanan adalah kemudahan pemesanan, pengiriman, pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan,commit to user
pemeliharaan dan perbaikan” (hlm. 333). Pelayanan juga merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada pelanggan untuk mendapatkan suatu kepuasan.
H.A.S. Moenir (2002) menyatakan bahwa “Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung” (hlm.
16). Sedangkan Tjiptono (2005) mengemukakan bahwa:
“Pelayanan yang baik bisa berupa melayani dengan hati riang, menjumlah barang-barang dengan harga yang senilai, jujur, dan tidak menipu, memberikan barang yang baru dan dalam kondisi baik pada konsumen dan memberikan kembalian yang tepat” (hlm. 133-135).
Pelayanan yang baik tidak akan membawa dampak secara langsung karena pelayanan itu tidak memiliki bentuk, tetapi hanya bisa dirasakan oleh anggota koperasi secara berulang-ulang.
Dari definisi di atas, pengertian kualitas pelayanan adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan melalui aktivitas orang lain agar mendapatkan kepuasan.
b. Tujuan Kualitas Layanan
Kualitas layanan sendiri bertujuan untuk memberikan sebuah kepuasan kepada pelanggannya. Layanan koperasi merupakan konskuensi dalam watak sosial yang dimiliki koperasi, artinya kegiatan koperasi lebih mengutamakan pemberian layanan demi kesejahteraan bersama anggotanya dari pada pencarian keuntungan. Layanan yang diberikan koperasi melalui unit-unit usaha yang dikelolanya, diantaranya adalah jasa simpanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggota dalam menyimpan uang yang dimilikinya, serta jasa pinjaman yang disediakan bagi anggota yang membutuhkan pinjaman dengan bunga rendah.
Pemberian layanan yang baik oleh koperasi kepada anggotanya akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh anggota apakah berperan serta ataukah tidak dalam kegiatan koperasi. Dengan kata lain, kualitas layanan yang baik dari koperasi akan dapat merangsang minat anggotacommit to user
untuk bekerja sama atau berperan serta dalam kegiatan koperasi karena manfaat yang diperolehnya.
c. Dimensi Kualitas Layanan
Menurut Tjiptono (2008) menyebutkan bahwa ada lima dimensi pokok dalam kualitas layanan, meliputi :
1) Keandalan (reliabilitas), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
2) Daya tanggap (responsivitas), yaitu kesediaan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap.
3) Jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimilki para karyawan;
bebas dari bahaya fisik, resiko atau keragu-raguan.
4) Empati (emphaty), meliputi kemudahan dalam menjalin hubungan, komunikasi yang efektif, perhatian personal dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan.
5) Bukti fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan sarana komunikasi (hlm. 68).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan yang diberikan oleh koperasi harus memenuhi syarat-syarat pelayanan yang baik, yaitu meliputi: pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan (keandalan), membantu anggota dan memberikan layanan dengan tanggap (daya tanggap), pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para karyawan; bebas dari bahaya fisik, resiko atau keragu-raguan (jaminan), kemudahan dalam menjalin hubungan, komunikasi yang efektif, perhatian personal dan pemahaman atas kebutuhan individual anggota (empati), serta fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan sarana komunikasi (bukti fisik).
d. Pelayanan Terhadap Anggota
Saat ini banyak sekali bermunculan usaha yang begerak dibidang simpan pinjam selain koperasi. Anggota koperasi selain pintar juga kritis, hati-hati dalam memilih bergabung dalam koperasi.commit to user Ada yang
memanfaatkan bergabung dengan sebuah koperasi dan menjadi anggota bila mereka mendapatkan manfaat koperasi yang lebih besar daripada manfaat yang mereka dapat apabila tidak menjadi anggota koperasi.
Jadi yang harus dilakukan agar Koperasi Simpan Pinjam “Sumber Daya” menjadi sukses maka harus memberikan pelayanan yang maksimal terhadap anggotanya dan diberikan sebaik mungkin. Agar suatu koperasi dapat memberikan pelayanan dengan kondisi yang lebih baik dibanding dengan perusahaan yang lain, maka koperasi harus mengambil alih kendali dari organisasi menjadi bukan hanya pemakai dari pelayanan-pelayanannya tetapi juga menjadi pemiliknya. Dengan cara yang seperti itu, anggota mempunyai hak untuk meminta “Promosi Khusus” atas kepentingan bisnisnya yang tidak mungkin diperoleh dari perusahaan non koperasi (Anoraga & Sudantoko, 2002).
5. Motivasi Berkoperasi a. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti menggerakkan. Menurut Gray et al (1984) menyatakan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang atau individu dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan teretentu (Winardi, 2002: 2). Motivasi pada prinsipnya merupakan penggerak yang bisa membawa seseorang melaksanakan kebijakan manajemen yang bisa tercermin dalam perilaku antusias, berorientasi pada tujuan, dan memiliki target kerja yang jelas, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Danim (2004) ada beberapa alasan manusia berkerja, yaitu:
1) Adanya kebutuhan dan tuntutan untuk hidup layak.
2) Tugas pokok dan fungsinya menuntut dia bekerja.
3) Dorongan untuk berpartisipasi.
4) Rasa ingin mencapai tujuan secara cepat.
5) Suasana atau iklim lingkungan kerja yang sehat.
6) Terpenuhinya kebutuhan pribadi, seperti rasa ingin tumbuh dan berkembang (hlm.36).commit to user
Motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan merupakan alasan yang menggaris bawahi perilaku kebutuhan dengan kekuatan terbesar pada suatu waktu tertentu yang tepat menimbulkan kegiatan. Kebutuhan-kebutuhan yang telah terpenuhi berkurang dalam kekuatannya dan biasanya tidak memotivasi individu untuk mencari tujuan guna memenuhinya.
b. Unsur-Unsur Motivasi
Motivasi yang dilakukan oleh orang lain dapat mengenai sasaran apabila sudah mengetahui motif orang tersebut. Motivasi dalam organisasi sangat penting, karena menyangkut langsung pada unsur manusia dalam organisasi tersebut.
Unsur-unsur motivasi menurut Danim meliputi:
1) Tujuan
Manusia adalah makhluk bertujuan meski tidak ada manusia yang mempunyai tujuan yang benar-benar sama di dalam menjalani hidup. Demikian juga organisasi, meskipun nirlaba sifatnya, didirikan atas dasar sebuah atau multi tujuan. Manusia berorganisasi karena ingin mengabdikan diri pada organisasi tersebut, disamping sebagai wadah mencari sumber penghasilan, membangun kekerabatan, mencari teman dan tempat beraktualisasi diri.
2) Kekuatan dari Dalam Diri Individu
Manusia organisasional bekerja didalam organisasi semata-mata karena rasa terpanggil untuk berbuat, tanpa mengingkari ada maksud-maksud yang ingin dicapai dari pekerjaan tersebut, seperti gaji.
3) Keuntungan
Manusia bekerja ingin mendapatkan keuntungan adalah manusiawi, meskipun harus dihindari sikap yang hanya ingin bekerja manakala ada keuntungan langsung yang akan diperoleh. Suatu hal yang manusiawi, jika seseorang yang telah bekerja menurut satuan tugas dan periode waktu kerja tertentu mendapatkan keuntungan yang layak (hlm. 15-16).
commit to user
c. Tipe-tipe Motivasi
Tipe-tipe motivasi ada 4 (empat) yaitu sebagai berikut:
1) Motivasi Positif
Motivasi positif diarahkan pada usaha untuk mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias dengan cara memberikan keuntungan tertentu kepadanya.
2) Motivasi Negatif
Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari rasa takut. Motivasi negatif dicontohkan jika dia tidak bekerja, akan muncul rasa takut dikeluarkan dari perusahaan, dan takut tidak diberi gaji.
3) Motivasi dari Dalam
Motivasi ini timbul dari dalam pribadi masing-masing. Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja waktu dia menjalankan tugas- tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri.
4) Motivasi dari Luar
Motivasi ini muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada diluar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri (Danim, 2004).
Danim (2004) menyebutkan bahwa “Faktor yang berpengaruh terhadap motivasi yaitu faktor ekstern, seperti lingkungan kerja, pemimpin dan kepemimpinannya, selain itu juga dipengaruhi faktor intern yang melekat pada setiap orang seperti pembawaan, tingkat pendidikan, pengalaman masa lampau, keinginan atau harapan masa depan” (hlm. 192- 193). Dalam hubungan ini ada beberapa pandangan:
1) Motivasi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerjanya. Pengertian lingkungan kerja dalam kehidupan organisasi tidak lain adalah faktor pemimpin dan bawahan.
2) Sudarwan Danim (2004), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor utama yang berpengaruh pada motivasi, yaitu:
a) Individu dengan segala unsur-unsurnya b) Situasi dimana individu bekerja
c) Proses penyesuaian yang harus dilakukan oleh masing-masing individu terhadap pelaksanaan pekerjanya
d) Pengaruh yang datang dari berbagai pihak
e) Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu commit to user
f) Timbulnya persepsi dan bangkitnya kebutuhan baru, cita-cita dan tujuan (hlm. 192).
d. Motivasi Berkoperasi
Kartasapoetra (2001) menyatakan bahwa “Secara kenyataan harus kita akui secara jujur, bahwa kesadaran orang-orang di negara kita untuk menjadi anggota koperasi masih kurang” (hlm. 148). Individu akan menjadi anggota koperasi atau akan mempertahankan keanggotaannya, jika mengharapkan bahwa manfaat yang dapat mereka peroleh dari koperasi lebih besar daripada manfaat apabila tidak menjadi anggota koperasi.
Sebagian besar masyarakat ingin mendaftar menjadi anggota koperasi setelah adanya dorongan atau anjuran-anjuran, menurut Kartasapoetra, dkk.
(2001) hal tersebut terjadi karena:
1) Tertarik oleh jasa-jasa koperasi yang bakal dinikmatinya (keuntungan-keuntungan materiil dan kesempatan-kesempatan untuk mendapatkannya dengan mudah dan cepat).
2) Sikap ikut-ikutan sebagai tanda simpati kepada lingkungan atau instansi yang telah mendirikan koperasi (hlm. 148).
Selain beorientasi pada tujuan ekonomis individu, menjadi anggota juga dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya seperti: pendapatan yang mereka peroleh, bunga yang ditawarkan dalam simpanan koperasi dan simpanan dapat diambil sewaktu-waktu, bunga pinjaman yang harus dibayar anggota apabila ingin meminjam uang lebih kecil sehingga tidak memberatkan anggota dan pagu pinjaman yang ditawarkan cukup besar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan motivasi berkoperasi adalah sikap dan nilai dasar yang mendorong seseorang atau kelompok untuk berkoperasi yang dapat dipengaruhi oleh tujuan pribadi, kekuatan atau dorongan dari dalam diri pribadi, keuntungan yang akan diperoleh, pengalaman masa lampau, serta pengaruh yang datang dari berbagai pihak. Semakin tinggi kesadaran anggota dalam koperasi akan meningkatkann motivasi dalam diri anggota tersebut untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi.commit to user
6. Partisipasi Anggota a. Pengertian Partisipasi
Partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikutsertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukkan peran serta (keikutsertaan) seseorang atau sekelompok orang dalam aktifitas tertentu.
Hendar dan Kusnadi (2005) berpendapat “Partisipasi anggota dalam koperasi berarti mengikutsertakan anggota koperasi dalam kegiatan operasional dan pencapaian tujuan bersama” (hlm. 91).
Mengenai partisipasi anggota koperasi, Ropke (2003) berpendapat:
Partisipasi bukan hanya bagian yang penting tetapi juga vital dalam pembangunan koperasi. Terdapat banyak koperasi dengan tingkat partisipasi anggota rendah, namun beberapa di antaranya tetap dapat memberikan manfaat yang memuaskan bagi para anggotanya. Akan tetapi, tanpa adanya partisipasi anggota kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektivitas anggota dalam rangka mencapai kinerja koperasi akan lebih besar (hlm. 39).
Adapun hak dan kewajiban anggota koperasi menurut UU No. 17 tahun 2012 adalah:
1) Setiap anggota mempuyai kewajiban :
a) Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan keputusan Rapat Anggota;
b) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi; dan
c) Mengembangkan dan memelihara nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
2) Setiap anggota mempunyai hak :
a) Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat Anggota;
b) Mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik diminta atau tidak;
c) Memilih dan/atau dipilih menjadi Pengawas atau Pengurus;
d) Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar;
e) Memanfaatkan jasa yang disediakan oleh Koperasi;
f) Mendapat keterangan mengenai perkembangan Koperasi sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar; dan
commit to user
g) Mendapatkan Selisih Hasil Usaha Koperasi dan kekayaan sisa hasil penyelesaian Koperasi (Pasal 29).
b. Dimensi Partisipasi
Dimensi-dimensi partisipasi dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya.
Dipandang dari sifatnya, partisipasi dapat berupa, partisipasi yang dipaksakan (forced) dan partsipasi sukarela (foluntary). Partisipasi yang sesuai pada koperasi adalah partisipasi yang bersifat sukarela. Sifat kesukarelaan ini menuntut kemampuan manajemen koperasi dalam merangsang aktivitas pertisipasi anggota. Tanpa rangsangan yang efektif, partisipasi dalam koperasi tidak akan berjalan.
2) Dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya
Dipandang dari bentuknya, partisipasi dapat bersifat formal (formal participation) dan dapat pula bersifat informal (informal participation).
Partisipasi yang bersifat formal biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan (misalnya serikat pekerja, dewan pengurus). Pada partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan dalam bidang-bidang partisipasi. Pada koperasi kedua bentuk partisipasi ini bisa dilaksanakan secara bersama-sama.
3) Partisipasi dipandang dari pelaksanaannya
Dipandang dari pelaksanaannya, partisipasi dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi langsung terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok persoalan, mengajukan keberatan secara langsung terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya. Seseorang dapat secara langsung menyampaikan ide-ide, informasi, keinginan, harapan, saran dan lain-lain kepada pihak yang menjadi pimpinannya tanpa harus melalui dewan perwakilan. Sedangkan partisipasi tidak langsung terjadi apabila ada wakil yang membawa aspirasi orang lain, misalnya karyawan atau anggota. Wakil yang terpilih tersebut akan berbicara atas nama karyawancommit to user
atau anggota dengan kelompok yang lebih tinggi tingkatannya (manajer atau pengurus). Pada koperasi partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung dapat dilaksanakan secara bersama-sama tergantung pada situasi dan kondisi serta aturan yang berlaku.
4) Dimensi partisipasi dipandang dari kepentingannya
Dari segi kepentingannya partisipasi dalam koperasi dapat berupa partisipasi kontributif (contributif participation) dan partisipasi intensif (intensif participation). Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat peran ganda anggota koperasi sebagai pemilk sekaligus sebagai pelanggan. Mengambil bagian dalam penerapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi ini disebut partisipasi kontributif. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan atau pemakai jasa anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi intensif.
(Hendar dan Kusnadi, 2002)
c. Arti Penting Partisipasi
Partisipasi merupakan faktor yang penting dalam mendukung keberhasilan dan pengembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan mencapai tujuan direalisasikan. Semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemen perlu memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen yang ada dalam organisasi. Tanpa dukungan semua unsur atau komponen, pelaksanaan program-program manajemen tidak akan berhasil dengan baik.
Pada koperasi, anggota yang menjadi titik awal yang menentukan proses partisipasi berlangsung dalam meningkatkan partisipasi tersebut setidaknya harus mampu meningkatkan harga diri dan menimbulkan rasa ikut memilki.
commit to user
Apa yang dijelaskan diatas sebenarnya sesuai dengan pasal 26 ayat 1 Undang-undang No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian yang menyebutkan bahwa anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa Koperasi. Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi.
d. Ukuran Partisipasi
Menurut Widiyanti (2002) menyatakan bahwa “Partisipasi diukur dari kesediaan anggota itu untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keanggotaannya secara bertanggung jawab” (hlm. 199).
Partisipasi anggota yang mendukung kearah kemajuan koperasi, sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai anggota koperasi berdasarkan pada UU Perkoperasian No. 17 tahun 2012 yang disertai rasa tanggung jawab guna tujuan yang telah ditetapkan. Secara terperinci yaitu sebagi berikut :
1) Partisipasi anggota dalam bidang organisasi meliputi : a) Menghadiri Rapat Anggota (RA).
b) Memberi saran kepada pengurus baik didalam mapun diluar Rapat Anggota.
c) Memilih dan dipilih menjadi pengurus atau pengawas.
d) Ikut serta mengawasi jalannya koperasi.
2) Partisipasi anggota dalam bidang permodalan meliputi :
a) Membayar simpanan pokok saat pertama kali masuk sebagai anggota koperasi.
b) Membayar simpanan wajib secara tertib dan teratur sesuai aturan.
c) Membayar simpanan sukarela (pasal 29).
e. Rangsangan Partisipasi
Pada dasarnya, setiap anggota (calon anggota) akan mengambil keputusan untuk memasuki dan untuk mempertahankan atau memelihara secara aktif hubungannya dengan suatu organisasi koperasi. Jika seluruh intensif (perangsang) yang diperoleh lebih besar (atau sekurang-kurangnya sama besar) dengan kontribusi. Berbagai perangsang dan sumbangan yang harus diberikan. Dalam hal ini intensif merupakan lawan dari kontribusi.commit to user
Berbagai perangsang dan sumbangan itu akan dievaluasi oleh anggota sesuai dengan kebutuhan, kepentingan dan tujuan (pribadi) yang dirasakan secara subjektif. Kebutuhan yang dimaksud disini tidak hanya kebutuhan yang bersifat ekonomi tetapi bisa juga kebutuhan non ekonomi seperti kebutuhan akan keamanan, cinta kasih, kebutuhan sosial dan lain-lain.
(Hendar dan Kusnadi, 2005).
f. Cara Meningkatkan Partisipasi
Untuk meningkatkan partisipasi, manajemen koperasi perlu meningkatkan rangsangan-rangsangan intensif kepada anggota melalui peningkatan manfaat keanggotaan.
Menurut Hendar dan Kusnadi (2005) ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi antara lain :
1) Menyediakan barang-barang atau jasa yang dibutuhkan oleh anggota yang relatif lebih baik dari pada pesaingnya dipasar.
2) Meningkatkan harga pelayanan kepada anggota.
3) Menyediakan barang-barang yang tidak tersedia di pasar bebas wilayah koperasi atau tidak disediakan oleh pemerintah.
4) Berusaha memberikan deviden per anggota (SHU per anggota) yang meningkat dari waktu ke waktu.
5) Memperbesar alokasi dana dari aktivitas bisnis koperasi dengan non anggota melalui pemberian kemudahan pembayaran.
6) Memberikan berbagai tunjangan (bila mampu) kenggotaan, seperti tunjangan hari raya, tunjangan kesehatan dan lain-lain (hlm. 101- 102).
7. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu sebagai berikut:
a. Catur Wahyu Saputro, (2011), mahasiswa FKIP UNS Jurusan P.IPS program studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga dengan NIM K7407005 penelitiannya berjudul “Pengaruh Pelayanan, Kepuasan Anggota dan Motivasi Berkoperasi Terhadap Partisipasi Anggota Koperasi Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2011”. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda deskriptif. Teknik pengumpulancommit to user
data yang digunakan adalah teknik kuesioner dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa (a) terdapat pengaruh yang signifikan variabel pelayanan, kepuasan anggota dan motivasi berkoperasi scara bersama-sama terhadap partisipasi anggota Kopma UNS Surakarta Tahun 2011. (b) Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pelayanan terhadap partisipasi anggota Kopma UNS Surakarta Tahun 2011. (c) Terdapat pengaruh signifikan antara variabel kepuasan anggota terhadap partisipasi anggota Kopma UNS Surakarta Tahun 2011. (d) Terdapat pengaruh signifikan antara variabel motivasi berkoperasi terhadap partisipasi anggota Kopma UNS Surakarta Tahun 2011. Persamaan regresi dari hasil analisis yaitu Y= -3,722 + 0,269 X1+ 0,450 X2+ 0,297 X3.
b. Dr. I Ketut R Sudiardhita, Ari Saptono dan Aprilia Widyastuti, (2012), dosen Fakultas Ekonomi UNJ penelitiannya berjudul “Pengaruh Pengetahuan Anggota Tentang Koperasi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Partisipasi Anggota Pada Koperasi Serba Usaha (KSU) Warga Sejahtera, Kelurahan Cipinang, Jakarta Timur”. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda survey dengan pendekatan korelasional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner, sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa (a) terdapat pengaruh positif pengetahuan anggota tentang koperasi terhadap partisipasi anggota. (b) terdapat pengaruh positif antara kualitas layanan dengan partisipasi anggota. (c) terdapat pengaruh pengetahuan anggota tentang koperasi dan kualitas pelayanan terhadap partisipasi anggota secara bersama-sama. Persamaan regresi dari hasil analisis yaitu Y= 28,725 + 1,742X1+ 0,209X2.
c. Yen R.H., Gwinner K.P., dan Wanru Su, (2004), penelitiannya berjudul
“The Impact of Customer Participation and Service Expectation on Locus Attributions Following Service Failure”. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda survey. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (a) Tingkatcommit to user
partisipasi seseorang dalam pelayanan mempengaruhi tingkat kesalahan konsumen untuk kegagalan layanan. (b) Pelanggan lebih cenderung menyalahkan diri sendiri dalam kagagalan pelayanan daripada menyalahkan organisasi. (c) Partisipasi berdampak pada hubungan Locus (yaitu menyalahkan kegagalan layanan yang ditujukan kepada organisasi dan karyawan).
d. Anthony T. Allred, (2001), penelitiannya berjudul “Employee Evaluations of Service Quality at Banks and Credit Unions”. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda survey. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket dan wawancara. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelayanan (kompetensi, kenandalan, daya tanggap, bukti fisik, empati, jaminan, komunikasi) yang diberikan karyawan bank lebih memuaskan daripada kualitas pelayanan yang diberikan karyawan koperasi simpan pinjam.
Penulis menganggap penelitian yang dilakukan penulis relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Catur, Sudiardhita, dkk, Yen, R.H., dkk serta Anthony karena:
a. Terdapat persamaan antara salah satu variabel bebas yang diteliti yaitu pelayanan dan motivasi berkoperasi.
b. Terdapat persamaan antara variabel terikat yang diteliti yaitu partisipasi anggota.
Berdasarkan ketiga penelitian yang relevan di atas yang berbeda dari penelitian yang dilakukan adalah pada lokasi penelitian. Penulis beranggapan bahwa masalah ini masih perlu diteliti untuk mengetahui apakah hasil penelitian yang telah dilakukan akan berlaku juga di tempat dimana penulis melakukan penelitian yaitu pada Koperasi Simpan Pinjam “Sumber Daya”
Surakarta.
commit to user
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran yang mengarah pada jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Kerangka berikir dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaruh Pelayanan dengan Partisipasi Anggota
Pelayanan merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada pelanggan untuk mendapatkan suatu kepuasan. Pelayanan koperasi merupakan konsekuensi dalam watak sosial yang dimiliki koperasi, artinya kegiatan koperasi lebih mengutamakan pemberian layanan demi kesejahteraan bersama anggotanya dari pada pencarian keuntungan. Pelayanan yang diberikan koperasi diwujudkan melalui unit-unit usaha yang dikelolanya.
Kualitas pelayanan yang diberikan koperasi seperti yang diteliti oleh Anthony T. Allerd (2001) dapat dilihat dari adanya bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan anggota dan apabila anggota sudah merasa puas serta mendapat manfaat maka anggota akan terus berpartisipasi dalam kegaiatan koperasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudiardhita, dkk (2012) pemberian layanan oleh koperasi kepada anggotanya dengan memperhatikan kualitas layanan akan mempengaruhi partisipasi anggota untuk berperan serta dalam kegiatan koperasi. Dengan kata lain, kualitas pelayanan yang baik dari koperasi akan dapat merangsang minat anggota untuk berperan serta atau berpartisipasi dalam kegiatan koperasi. Sebaliknya, apabila kualitas pelayanan yang diberikan kurang sesuai, maka partisipasi anggota juga akan berkurang.
Jadi dengan demikian dapat dikatakan kualitas pelayanan mempunyai pengaruh terhadap partisipasi anggota koperasi.
2. Pengaruh Motivasi Berkoperasi Terhadap Partisipasi Anggota
Motivasi berkoperasi merupakan dorongan yang dimiliki oleh anggota untuk berpartisipasi aktif dalam berkoperasi. Dari motivasi berkoperasi ini tumbuh sikap setia kawan atau solidaritas, kepercayaan akan kemampuan diri
commit to user
atau individualitas, serta profesionalisme yang tercermin dalam pengetahuan tentang koperasi yang dimiliki anggota.
Anggota yang memiliki motivasi koperasi tinggi, akan mempunyai semangat kebersamaan untuk bekerjasama dan bertanggung jawab bersama untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam berkoperasi. Selain itu kepercayaan akan kemampuan diri pribadi anggota diperlukan anggota untuk mencapai dan membela kepentingan bersama.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Catur (2011) motivasi berkoperasi akan mempengaruhi partisipasi anggota untuk berperan aktif dalam kegiatan koperasi. Dengan kata lain, apabila motivasi berkoperasi anggota tinggi, partisipasi terhadap kegiatan koperasi juga akan meningkat. Sebaliknya apabila anggota mempunyai motivasi berkoperasi rendah, maka partisipasi anggota akan rendah. Jadi dengan demikian dapat dikatakan motivasi mempunyai pengaruh terhadap partisipasi anggota untuk berkoperasi.
3. Pengaruh Pelayanan dan Motivasi Berkoperasi Terhadap Partisipasi Anggota
Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari partisipasi anggota yang bergabung di dalamnya. Agar dapat menciptakan partisipasi anggota maka pengurus dan karyawan harus dapat memberikan pelayanan semaksimal mungkin, mulai dari pelayanan yang tidak kasat mata sampai dengan pelayanan yang berbentuk fisik. Mengenai partisipasi anggota koperasi, Ropke (2003) berpendapat bahwa “Partisipasi bukan hanya bagian yang penting tetapi juga vital dalam pembangunan koperasi. Terdapat banyak koperasi dengan tingkat partisipasi anggota rendah, namun beberapa di antaranya tetap dapat memberikan manfaat yang memuaskan bagi para anggotanya. Akan tetapi, tanpa adanya partisipasi anggota kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektivitas anggota dalam rangka mencapai kinerja koperasi akan lebih besar” (hlm. 39). Bagi anggota, pelayanan yang baik dari koperasi akan membuat anggota tersebut merasakan adanya manfaat dan dapat meningkatkan partisipasinya kepada koperasi.commit to user
Disinilah tugas dari pengurus dan pengelola koperasi untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh anggota supaya dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan anggota. Jika anggota merasa puas dan diuntungkan, maka koperasi tersebut telah berhasil mewujudkan kualitas pelayanan yang baik, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan anggota dalam setiap kegiatan koperasi.
Hal lain yang dapat menciptakan partisipasi anggota selain pelayanan adalah motivasi berkoperasi. Motivasi ini dapat dilihat berdasarkan tujuan, kekuatan dari dalam diri individu, keuntungan yang diperoleh, pengalaman masa lampau, pengaruh yang datang dari berbagai pihak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudiardhita, dkk (2012) disampaikan bahwa pelayanan dan motivasi berkoperasi akan mempengaruhi partisipasi anggota untuk melakukan kegiatan dalam koperasi. Jadi dengan demikian dapat dikatakan pelayanan dan motivasi berkoperasi mempunyai pengaruh terhadap partisipasi anggota.
Berdasarkan tinjauan pustaka dapat disusun kerangka pemikiran penelitian sebagaimana dapat dilihat pada berikut :
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Pelayanan dan Motivasi Berkoperasi Terhadap Partisipasi Anggota Koperasi Simpan Pinjam “Sumber Daya” Surakarta
Pelayanan (X
1)
Motivasi Berkoperasi (X
2)
Partisipasi Anggota (Y)
H1
H2 H3
commit to user
Keterangan:
Pelayanan : variabel bebas (yang mempengaruhi) : X1
Motivasi Berkoperasi : variabel bebas (yang mempengaruhi) : X2
Partisipasi Anggota : variabel terikat (yang dipengaruhi) : Y
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang sedang diteliti.
Jawaban sementara itu ditemukan dalam teori yang dikaji dengan kerangka berpikir tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenarannya melalui data yang terkumpul”. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh antara Pelayanan (X1) terhadap Partisipasi Anggota pada Koperasi Simpan Pinjam “Sumber Daya”.
2. Ada pengaruh antara Motivasi Berkoperasi (X2) terhadap Partisipasi Anggota pada Koperasi Simpan Pinjam “Sumber Daya”.
3. Ada pengaruh secara simultan antara Pelayanan (X1) dan Motivasi Berkoperasi (X2) terhadap Partisipasi Anggota pada Koperasi Simpan Pinjam “Sumber Daya”.
commit to user