• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum PT. Pilar Kekar Plasindo yang menjadi tempat pelaksanaan penelitian, serta dasar teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini.

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan

Tinjauan umum perusahaan berisi mengenai sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi, fasilitas dan layout peruahaan, proses produksi, serta produk yang dihasilkan dari PT. Pilar Kekar Plasindo

2.1.1 Profil Perusahaan PT. Pilar Kekar Plasindo

PT. Pilar Kekar Plasindo merupakan perusahaan manufaktur yang mengolah bahan baku biji plastik menjadi kantong plastik yang mempunyai dua jenis produksi berupa plastik jenis PP (Polypropylene) dan PE (Polyethylene) dengan berbagai ukuran.

Pemilik perusahaan PT. Pilar Kekar Plasindo yaitu Bapak Hendro Adi Susanto. Perusahaan PT. Pilar Kekar Plasindo ini terletak di jalan Ir. Sutami No. 47 RT 001/14, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57731., dengan nomor telepon (0271) 643151 dan email [email protected]. Perusahaan ini memiliki dua bangunan gedung yang digunakan untuk tempat proses produksi plastik. Bangunan pertama digunakan untuk proses pembuatan plastik berjenis PE (Polyethlene), gudang bahan baku maupun gudang barang jadi, tempat pemotongan sekaligus pengelasan, tempat packaging serta tempat inspeksi baik plastik berjenis PP (Polypropylene) maupun PE (Polyethylene), sedangkan bangunan ke-dua hanya digunakan untuk proses pembuatan plastik berjenis PE (Polyethylene), dimana masing-masing bangunan tersebut memiliki area seluas 572 m2 dan 270 m2. 2.1.2 Struktur Organisasi

Perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksi dengan melibatkan unsur individu-individu didalamnya. Individu-individu tersebut perlu diorganisir dan dikoordinasikan agar semua kegiatan-kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien.

Dalam Struktur organisasi PT. Pilar Kekar Plasindo Pimpinan dibantu oleh

(2)

commit to user II-2

beberapa bagian yaitu bagian Accounting dan Keuangan dimana membawahi bagian kasir dan administrasi, bagian Personalia, serta Kepala Produksi yang membawahi mekanik dan Supervisor. Rincian struktur tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Pilar Kekar Plasindo

2.1.3 Layout Perusahaan

Dari pengamatan awal yang telah dilakukan pada PT. Pilar Kekar Plasindo, diketahui bahwa industri ini memiliki luas bangunan sebesar 840 m2. Layout dari PT. Pilar Kekar Plasindo dapat lihat pada gambar 2.2 sebagai berikut.

(3)

commit to user II-3

Gambar 2.2 Layout Area Produksi PT. Pilar Kekar Plasindo

2.1.4 Fasilitas Perusahaan

Pada PT. Pilar Kekar Plasindo terdapat beberapa fasilitas yang disediakan untuk pekerjanya untuk menunjang pekerjaan yang diberikan. Fasilitas-fasilitas yang ada diperlukan untuk memenuhi kepentingan pribadi pekerja sehingga aktivitas yang dilakukan tidak terganggu aktivitasnya. Fasilitas yang diberikan oleh PT. Pilar Kekar Plasindo adalah:

1. Ruang Ibadah

Ruang ibadah yang dimaksud adalah mushola yang ditempatkan di belakang area produksi.

2. Toilet

Toilet diletakkan pada bagian depan dan belakang area produksi.

3. Parkir Motor

Area parkir berada di depan PT. Pilar Kekar Plasindo.

(4)

commit to user II-4 4. Ruang Istirahat

Terdapat dua ruangan yang disediakan untuk pekerja guna untuk beristirahat.

Dua ruangan kamar ini terletak di belakang area produksi dan dilantai dua (diatas area pemotongan).

2.1.5 Proses Produksi

PT. Pilar Kekar Plasindo melakukan proses produksi berdasarkan pesanan yang datang (make to order) sesuai dengan permintaan pelanggan. Pada PT. Pilar Kekar Plasindo memproduksi dua macam jenis plastik yaitu plastik jenis PP (Polypropylene) dan plastik jenis PE (Polyethylene) dengan berbagai ukuran, walaupun kedua jenis plastik tersebut memiliki perbedaan karakteristik namun memiliki alur proses produksi yang sama, mulai dari proses pembuatan plastik hingga proses packaging.

Adapun proses produksi pada perusahaan pembuatan kemasan plastik PT Pilar Kekar Plasindo dapat dilihat pada gambar 2.3 sebagai berikut.

Flowchart proses produksi dapat dijelaskan melalui gambar berikut:

Gambar 2.3 Flowchart Pembuatan Produk Kantong Plastik

(5)

commit to user II-5 1. Penyimpanan Sementara

Langkah awal pada pembuatan plastik adalah proses penyimpanan sementara biji plastik (bahan mentah). Biji plastik memiliki 2 jenis yaitu plastik jenis PP (Polypropylene) dan PE (Polyethylene) berupa butiran – butiran dimana biji plastik ini digunakan sebagai bahan baku dalam membuat kantong plastik.

2. Pembuatan Plastik

Langkah kedua, biji plastik dimasukkan kedalam mesin pembuat plastik (blowing film), material plastik terlebih dahulu dilelehkan pada plasticating unit, kemudian didorong/extrude menuju kebagian atas mesin, setelah itu munculah semi produk yakni plastik seperti tabung (tube) yang ditarik keluar melalui suatu mekanisme sambil terus menerus ditiup (blowing), dan diteruskan ke peralatan lain yang berkelok-kelok kemudian digulung membentuk suatu gulungan plastik.

3. Pemotongan

Langkah ketiga yaitu, gulungan plastik yang telah diproses dibawa ke stasiun kerja pemotongan dengan menggunakan troli. Plastik akan dipotong berdasarkan ukuran yang diminta oleh konsumen, dalam stasiun pemotongan ini sekaligus dilakukan pengelasan pada plastik yang sudah dipotong. Plastik yang sudah dipotong dan dilas dimasukkan kedalam karung dan dilakukan penimbangan

4. Pengemasan

Langkah keempat, setelah dilakukan penimbangan, plastik akan dibawa ke stasiun pengemasan, kemudian dilakukan pengemasan dan pelabelan untuk setiap produk plastik sesuai dengan permintaan konsumen, kemudian dilakukan inspeksi terlebih dahulu sebelum dikirim ke konsumen.

5. Penyimpanan Barang Jadi

Plastik yang sudah selesai dikemas akan dipindahkan ke penyimpanan barang jadi, sebelum didistribusikan ke setiap konsumen.

(6)

commit to user II-6

Adapun Peta Proses Operasi pembuatan kantong plastik pada PT. Pilar Kekar Plasindo dapat dilihat pada gambar 2.4 sebagai berikut :

Gambar 2.4 Peta Proses Operasi Kantong Plastik pada PT. Pilar Kekar Plasindo

(7)

commit to user II-7 2.1.6 Produk yang Dihasilkan

PT. Pilar Kekar Plasindo memproduksi kemasan plastik yang berupa plastik jenis PP (Polypropylene) dan PE (Polyethylene) dengan berbagai ukuran. Industri ini mampu menghasilkan rata – rata 6 hingga 7,5 ton plastik setiap harinya baik kantong plastik maupun plastik roll/bal (satuan plastik). Produk yang sudah jadi, kemudian diletakkan di gudang penyimpanan barang jadi yang nantinya akan dikirimkan ke customer yang telah memesan sebelumnya, atau dikirim ke beberapa perusahaan baik lokal maupun mancanegara yang telah menjadi rekan kerja, atau diberikan langsung kepada konsumen yang telah memesan.

PT. Pilar Kekar Plasindo menghasilkan dua jenis produk kantong plastik.

plastik jenis PP (Polypropylene) dan PE (Polyethylene) dengan berbagai ukuran..

Produk yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 2.5 dan 2.6 sebagai berikut.

Gambar 2.5 Plastik Jenis PE (Polyethylene) pada PT. Pilar Kekar Plasindo

Gambar 2.6 Plastik Jenis PP (Polypropylene) pada PT. Pilar Kekar Plasindo

(8)

commit to user II-8

2.1.7 Mesin Produksi PT. Pilar Kekar Plasindo

Dalam melakukan proses produksi, pada PT. Pilar Kekar Plasindo dalam melakukan proses produksi sangat bergantung pada mesin-mesin produksi untuk menghasilkan kantong plastik baik plastik jenis PP (Polypropylene) maupun PE (Polyethylene) . Berikut adalah beberapa mesin produksi pada lantai produksi : 1. Mesin Blowing Film (Pengolah Plastik)

Mesin Blowing Film merupakan mesin yang digunakan untuk proses pembuatan lembaran plastik dengan menggabungkan proses peniupan (blowing) dan ekstrusion (extrusion). Pada proses blowing film, material plastik terlebih dahulu dilelehkan pada plasticating unit, kemudian didorong/extrude menuju kebagian atas mesin, setelah itu munculah semi produk yakni plastik seperti tabung (tube) yang ditarik keluar melalui suatu mekanisme sambil terus menerus ditiup (blowing), dan diteruskan ke peralatan lain yang berkelok-kelok kemudian digulung membentuk suatu gulungan plastik. Mesin Blowing Film pada PT. Pilar Kekar Plasindo dapat dilihat pada gambar 2.7 sebagai berikut :

Gambar 2.7 Mesin Blowing Film pada PT. Pilar Kekar Plasindo 2. Mesin Pemotong Plastik

Mesin Pemotong Plastik adalah mesin yang digunakan untuk proses pemotongan sekaligus pengelasan pada gulungan plastik, yang telah diproses pada Mesin Blowing Film. Mesin Pemotong Plastik pada PT. Pilar Kekar Plasindo dapat dilihat pada gambar 2.8 sebagai berikut :

(9)

commit to user II-9

Gambar 2.8 Mesin Pemotong Plastik pada PT. Pilar Kekar Plasindo 3. Timbangan

Mesin Timbangan adalah mesin yang digunakan untuk menimbang hasil pemotongan dan pengelasan pada Mesin Pemotong Plastik. Mesin Timbangan pada PT. Pilar Kekar Plasindo dapat dilihat pada gambar 2.9 sebagai berikut :

Gambar 2.9 Mesin Timbangan pada PT. Pilar Kekar Plasindo

(10)

commit to user II-10 2.1.8 Personalia PT. Pilar Kekar Plasindo

Personalia perusahaan PT. Pilar Kekar Plasindo meliputi jumlah tenaga kerja, jam kerja perusahaan, sebagai berikut :

1. Jumlah Tenaga Kerja

Hingga saat ini PT. Pilar Kekar Plasindo memiliki karyawan tetap sebanyak 140 orang.

2. Jam Kerja Perusahaan

PT. Pilar Kekar Plasindo menjalankan proses produksi selama 24 jam dari hari senin hingga minggu dengan rincian perharinya sebanyak 3 shift. Pada setiap shift memiliki 1 jam istirahat. Berikut pembagian sistem kerja pada masing-masing shift :

Sistem kerja shift dibagi menjadi 3 group : 1) Shift 1

Pekerja masuk pada pagi hari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 11.30 sampai dengan pukul 13.00 WIB.

Pembagian shift ini berlaku untuk karyawan produksi yang meliputi operator mesin, teknisi, dan penanggung jawab produksi.

2) Shift 2

Pekerja masuk sore pukul 16.00 sampai dengan pukul 24.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 06.00 sampai dengan pukul 07.00 WIB Pembagian shift ini berlaku untuk karyawan produksi yang meliputi operator mesin, teknisi, dan penanggung jawab produksi.

3) Shift 3

Pekerja masuk malam pukul 24.00 sampai dengan pukul 08.00 WIB, pada shift ini tidak terdapat waktu istirahat, namun pekerja mendapatkan upah tambahan. Pembagian shift ini berlaku untuk karyawan produksi khusunya pada operator mesin bagian pengolahan plastik (roll plastic).

Adapun pembagian shift kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :

(11)

commit to user II-11

Tabel 2.1 Pembagian Shift Kerja Karyawan PT. Pilar Kekar Plasindo

Shift Masuk (WIB)

Pulang (WIB)

Istirahat (WIB)

1 08.00 16.00 11.30 - 13.00

2 16.00 24.00 06.00 - 07.00

3 24.00 08.00 -

Pada PT. Pilar Kekar Plasindo pembagian waktu tersebut hanya berlaku bagi karyawan produksi dan teknisi. Sedangkan selain karyawan produksi memiliki jam kerja sebanyak 47 jam per minggu dengan pembagian waktu kerja pada hari senin sampai dengan hari jumat pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB serta hari sabtu pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB.

2.2 Landasan Teori

Bagian ini menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini.

2.2.1 Plastik

Pada zaman sekarang ini, Plastik merupakan salah satu bahan terpenting dalam pembuatan berbagai macam produk konsumen dan Industri. Mulai dari perlengkapan rumah tangga, botol minuman, mainan anak-anak hingga peralatan industri, Plastik telah menjadi suatu bahan yang hampir tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua plastik adalah sama, ada jenis plastik yang dapat digunakan sebagai kemasan atau wadah makanan dan minuman, tetapi ada juga plastik yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan hanya dapat digunakan pada peralatan industri tertentu.

Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau dicetak pada suhu tinggi (suhu peralihan kacanya diatas suhu ruang). Plastik merupakan polimer bercabang atau linier yang dapat dilelehkan diatas panas penggunaannya. Polimer tersusun atas perulangan monomer menggunakan ikatan kimia tertentu. Ukuran polimer, dinyatakan dalam massa (massa rata-rata ukuran molekul dan jumlah ratarata ukuran molekul) dan tingkat polimerisasi, sangat mempengaruhi sifatnya, seperti suhu cair dan

(12)

commit to user II-12

viskositasnya terhadap ukuran molekul (misal seri hidrokarbon). Polimer merupakan molekul besar (makromolekul) yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.

Polypropilene (PP) dan Polyethylene (PE) adalah salah satu jenis polimer termoplastik apabila dilihat dari sifat-sifat fisiknya. Disebut termoplastik adalah karena jenis polimer ini akan mengeras jika didinginkan dan akan melunak bahkan mencair jika dipanaskan dan proses ini bisa dilakukan berulang kali sehingga polimer termoplastik dapat didaur ulang. Jenis polimer termoplastik lainnya adalah poliysterene (PS), acrylonitryl butadine styrene (ABS), polymethil metacrylate (PMMA atau acrylik),dan lain sebagainya. Lalu ada jenis polimer lain yang sifatnya berkebalikan dengan sifat polimer termoplastik, yaitu polimer termoseting. Polimer jenis ini memiliki sifat tidak dapat didaur ulang karena jika dipanaskan akan mengeras bahkan akan menjadi hangus atau menjadi arang. Adapun sifat – sifat khusus pada polimer termoplastik dan polimer termoseting dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut.

Tabel 2.2 Sifat – sifat Polimer

No Polimer Termoplastik Polimer Termoseting

1 Berat molekul kecil Keras dan kaku (tidak fleksibel)

2 Tidak tahan terhadap panas. Jika dipanaskan pertama kali akan melunak namun jika

dipanaskan kembali tidak dapat melunak lagi.

3 Jika dipanaskan akan melunak. Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).

4 Jika didinginkan akan mengeras. Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.

5 Mudah untuk diregangkan. Tahan terhadap asam basa.

6 Fleksibel. Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul.

7 Titik leleh rendah.

8 Dapat dibentuk ulang (daur ulang).

9 Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.

10 Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

(13)

commit to user II-13

Adapun contoh plastik termoplastik dan penggunaanya dapat dilihat sebagai berikut.

1. Polietilena (PE) biasa digunakan untuk pembuatan botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum, pipa saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.

2. Polivinilklorida (PVC) biasa digunakan untuk pembuatan pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu, sarung tangan dan botol detergen.

3. Polipropena (PP) biasa digunakan untu pembuatan karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus tekstil, dan permadani.

4. Polistirena biasa digunakan untuk pembuatan Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.

Adapun contoh plastik termoseting yaitu Bakelit (untuk pembuatan peralatan listrik) seperti asbak, fitting lampu listrik, steker listrik,peralatan fotografi, radio,perekat plywood.

a. Jenis – jenis Plastik

hampir semua kemasan makanan dan minuman, peralatan rumah tangga dan peralatan dapur kebanyakan menggunakan material polimer, polimer dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal dengan sebutan plastik. Plastik memiliki beberapa jenis tergantung kepada ujung dari rantai monomer dan kode dalam panah segitiga yang digunakan. Untuk mengetahui jenis plastik yang digunakan sebagai material dasar sebuah produk kita, bisa melihat pada simbol yang dicetak pada plastik. Simbol ini berupa sebuah angka 1 hingga 7 dalam rangkaian tanda panah yang membentuk segitiga, biasanya dicetak dibagian bawah benda plastik. 7 jenis kode plastik tersebut meliputi polyethilen terephtalat (PET), High Density Polyehylene (HDPE), polyvinyl chloride (PVC), Low Density Polyethylene (LDPE), polypropilene (PP), polystirene(PS) dan other (7). Adapaun simbol jenis plastik dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut.

(14)

commit to user II-14

Tabel 2.3 Simbol dan Jenis – jenis Plastik

Adapun contoh aplikasi dari masing – masing jenis plastik dapat dilihat pada gambar 2.10 sebagai berikut.

Gambar 2.10 Contoh Aplikasi Jenis Plastik (Sumber : http://sejasajogja.com)

Simbol Jenis Plastik Karakteristik dan contoh

Polyethylene Terephthalate

PET transparan, jernih, dan kuat. Biasanya dipergunakan sebagai botol minuman (air mineral, jus, soft drink, minuman olah raga) tetapi tidak untuk air hangat atau panas.

Serpihan dan pelet PET yang telah dibersihkan dan didaur ulang dapat digunakan untuk membuat serat benang karpet, fiberfill, dan geotextile. Jenis ini biasa disebut dengan Polyester.

High-Density Polyethylene

Plastik jenis ini lebih tahan panas dan berwarna putih susu, namun seiring dengan meningkatnya waktu penggunaan, plastik HDPE ini juga akan melepaskan senyawa berbahaya yaitu Antimoni Trioksida . Oleh karena itu, plastik jenis ini juga disarankan untuk hanya sekali pakai saja. Plastik High-Density

Polyethylene biasanya di daur ulang menjadi tali, pipa dan mainan.

Polyvinyl Chloride (PVC)

Memiliki karakter fisik yang stabil dan tahan terhadap bahan kimia, pengaruh cuaca, aliran, dan sifat elektrik.

Bahan ini paling sulit untuk didaur ulang dan biasa digunakan untuk pipa dan kontruksi bangunan.

Low Density Polyethylene

(LDPE)

Biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek (madu, mustard). Barang-barang dengan kode ini dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan kode ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

Polypropylene (PP)

PP memiliki daya tahan yang baik terhadap bahan kimia, kuat, dan memiliki titik leleh yang tinggi sehingga cocok untuk produk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum, tempat obat dan botol minum untuk bayi. Biasanya didaur ulang menjadi casing baterai, sapu, sikat, dll.

Polystyrene (PS)

PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, tempat CD, karton tempat telor, dll. Pemakaian bahan ini sangat dihindari untuk mengemas makanan karena bahan styrine dapat masuk ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf manusia. Bahan ini dibanyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara cina

Other Plastik yang menggunakan kode ini terbuat dari resin yang tidak termasuk enam golongan yang lainnya, atau terbuat dari lebih dari satu jenis resin dan digunakan dalam kombinasi multi-layer.

(15)

commit to user II-15 2.2.2 Ergonomi

Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/ perancangan.

Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Selain itu, Menurut Bridger (1995), Ergonomi adalah ilmu yang bersifat multidisiplin yang bisa diaplikasikan dalam mempelajari dan mendisain sistem kerja yang sesuai dengan kondisi manusianya sebagai salah satu komponen dalam sistem kerja yang tujuan utamanya adalah mengamati interaksi antara manusia dan mesin. Ergonomi juga diartikan sebagai ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004). Berdasarkan beberapa pengertian ergonomi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ergonomi merupakan cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat bekerja pada sistem tersebut dengan baik, guna mencapai tujuan melalui pekerjaan yang dilakukan dengan efektif, efisien, aman dan nyaman.

Prinsip kerja yang digunakan dalam ergonomi adalah prinsip Fitting The Task To The Man atau Job To The Man. Hal ini berarti pekerjaan haruslah disesuaikan agar berada dalam jangkauan kemampuan dan keterbatasan manusia. Keadaan ini akan memberikan keuntungan dalam proses pemilihan pekerjaan untuk suatu kerjaan tertentu. Sehingga dalam merancang suatu peringkat antara yang memungkinkan merubah kebutuhan atas suatu pekerjaan berada dalam daerah kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan prinsip tersebut maka suatu sistem kerja dirancang sesuai dengan faktor manusianya, di mana dimensi manusia yang akan mempergunakan sistem kerja tersebut.

(16)

commit to user II-16

Menurut Tarwaka (2004), terdapat beberapa tujuan dari penerapan ergonomi.

Tujuan tersebut adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Menurut Suhardi (2008) menyatakan bahwa pendekatan khusus dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi sistematis dari segala informasi yang releven yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Analisis dan penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan, yaitu:

b. Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya), dan antropometri (ukuran) tubuh manusia

c. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.

d. Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek maupun panjang ataupun membuat celaka manusia dan sebaliknya kondisi- kondisi kerja yang membuat nyaman kerja manusia.

Untuk lebih mudah dipahami ruang lingkup ergonomi dibagi menjadi beberapa bagian. Napitupulu (2009) menyebutkan bahwa ruang lingkup ergonomi terdiri dari:

a. Ergonomi Fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, antropometri, karakteristik fisiologi, dan biomekanika yang berhubungan dengan aktivitas fisik.

(17)

commit to user II-17

b. Ergonomi Kognitif : berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk persepsi, ingatan, dan reaksi sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen mesin.

c. Ergonomi Organisasi : berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk struktur organisasi, kebijakan, dan proses.

d. Ergonomi Lingkungan : berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran

Ergonomi memiliki prinsip – prinsip dalam penerapannya, dalam Mahawati (2015) adapun prinsip – prinsip penerapan ergonomi, meliputi :

a. Pembebanan Fisik

Beban fisik yang tidak diperbolehkan yaitu tidak melebihi 30 – 40%

kemampuan maksimal seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari.

Kemampuan fisik dapat diukur dengan pengukuran denyut nadi b. Sikap Tubuh dalam Bekerja

Dalam bekerja harus diupayakan agar sikap tubuh merupakan sikap ergonomik. Untuk mencapai sikap tubuh yang ergonomik sering diperlukan peralatan yang sesuai dengan ukuran tubuh pekerja.

c. Mengangkat dan Mengangkut

Faktor yang berpengaruh pada proses mengangkat dan mengangkut adalah berat beban, intensitas, jarak tempuh, lingkungan kerja, ketrampilan dan peralatan yang digunakan

d. Sistem Manusia – Mesin

Penyesuaian manusia – mesin membantu meciptakan kenyamanan dan efisiensi kerja

e. Kebutuhan Kalori

Kebutuhan kalori sangat bervariasi tergantung jenis pekerjaan. Semakin berat pekerjaan yang dilakukan maka konsumsi kalori lebih besar.

f. Pengorganisasian Kerja

Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, istirahat, pengaturan shift kerja. Pengorganisasian kerja bertujuan agar pekerja secara efektif dan efisien.

g. Lingkungan Kerja

(18)

commit to user II-18

Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktifitas pekerja.

Lingkungan kerja dapat berupa lingkungan fisik, kimia, biologi, serta psikologi.

2.2.3 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada disekitar pekerja dan mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 1992). Sedangkan menurut Simanjuntak (2003), Lingkungan kerja merupakan segala suatu hal atau unsur-unsur yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap organisasi atau perusahaan yang akan memberikan dampak baik atau buruk terhadap kinerja dan kepuasan kerja karyawan. Lingkungan kerja didesain sedemikian rupa agar dapat tercipta hubungan kerja yang mengikat pekerja dengan lingkungannya. Lingkungan kerja yang baik yaitu apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja serta waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rencangan sistem kerja yang efisien ( Lewa dan Subowo, 2005).

Menurut Tarwaka (2004), terdapat 4 faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, yaitu faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, dan faktor psikologis. Dari beberapa pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi kinerja para pekerja/karyawan dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan.

Secara garis besar menurut Sedarmayanti (2009) lingkungan kerja dibagi menjadi dua yaitu :

a. Lingkungan kerja fisik yaitu semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan yang berhubungan langsung dan berada di dekat karyawan (kursi, meja dan sebagainya) dan lingkungan perantara (temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna dan sebagainya).

b. Lingkungan kerja non fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan

(19)

commit to user II-19

maupun hubungan dengan sesama rekan kerja maupun hubungan dengan bawahan

Lingkungan kerja merupakan variabel bebas yang masing-masing memiliki indikator untuk mengetahui kondisi baik buruknya dari lingkungan kerja itu sendiri.

Indikator lingkungan kerja terdiri atas suhu udara di tempat kerja, tata ruang di tempat kerja, sirkulasi udara di tempat kerja, tingkat pencahayaan di tempat kerja, hubungan antar karyawan di tempat kerja, dan hubungan karyawan dengan pemimpin perusahaan di tempat kerja (Sedarmayanti, 2009), indikator lingkungan kerja adalah sebagai berikut :

a. Penerangan

Penerangan atau cahaya sangat besar manfaatnya bagi pekerja untuk mendapatkan keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan adanya cahaya yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas sehingga pekerjaan akan lambat, mengalami kesalaan, dan berakhir dengan tidak efisiennya

b. Sirkulasi Udara ditempat Kerja

Oksigen merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor ketika kadar oksigen dalam udara berkurang dan bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.

c. Kebisingan ditempat Kerja

Salah satu polusi yang mengganggu adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga manusia. Dalam jangka panjang, jika kebisingan terus terjadi dapat mengganggu pekerja bahkan merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Disebutkan pula dalam beberapa penelitian, kebisingan fatal juga dapat menyebabkan kematian.

d. Bau Tidak Sedap ditempat Kerja

Adanya bau-bauan di tempat kerja dianggap sebagai pencemaran karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja seseorang. Pemakaian pendingin

(20)

commit to user II-20

ruangan yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu.

e. Keamanan ditempat Kerja

Dalam menjaga kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman, maka perlu diperhatikan keamanan dalam bekerja. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan adalah dengan memanfaatkan tenaga satuan petugas pengaman atau satpam.

Sedangkan menurut Nitisemito (1992) mengatakan bahwa terdapat tiga indikator lingkungan kerja yaitu Suasana kerja, Hubungan dengan rekan kerja, tersedianya fasilitas kerja. Dari dua pendapat yang berbeda yaitu dari Sedarmayanti (2009) dan Nitisemito (1992) tentang lingkungan kerja diharapkan terciptanya lingkungan kerja yang kondusif sehingga karyawan akan nyaman dan aman dalam bekerja.

2.2.4 Iklim Kerja

Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya (Kepmenaker, No: Kep-51/MEN/1999).

Suhu dingin mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas berakibat menurunnya prestasi kerja pikir, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, menggangu kecermatan kerja otak, menggangu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang Suma’mur (1996). Kenyamanan dari suatu tempat kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah iklim kerja. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 13 tahun 2011 menyatakan bahwa iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.

2.2.5 Macam – macam Iklim Kerja

Kemajuan teknologi pada proses produksi sebuah industri telah menimbulkan suatu lingkungan kerja yang memiliki iklim tertentu berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin.

(21)

commit to user II-21 1. Iklim Kerja Panas

Menurut Budiono (2008) mengatakan bahwa iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelmbaban, suhu udara, suhu radiasi, sinar matahari. Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus-menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan ke lingkungan sekitar. Agar tetap seimbang anatara pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi (Suma’mur, 2009)

a. Radiasi

Tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari.

b. Konduksi

Pertukaran diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas dari tubuh apabila benda- benda sekitar lebih dingin suhunya, dan akan menambah panas kepada tubuh apabila benda-benda sekitar lebih panas dari tubuh manusia.

c. Konveksi

Pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh d. Evaporasi

Keringat yang keluar melalui kulit akan cepat menguap bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin sehingga terjadi pelepasan panas dipermukan kulit, maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.

Terhadap paparan cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang membahayakan. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan heat cramps, heat exhaustion, heat stroke, dan miliaria (Suma’mur, 1996)

2. Iklim Kerja Dingin

Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot.Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah

(22)

commit to user II-22

terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot, dan frostbite.

a. Chilblains

Peradangan menyakitkan pada pembuluh darah kecil di kulit yang terjadi sebagai respons terhadap paparan berulang-ulang terhadap udara dingin tetapi tidak membeku. Chilblains juga sering disebut dengan pernio, chilblain dapat menyebabkan gatal, bercak merah, bengkak, dan melepuh di tangan dan kaki. Chilblains biasanya hilang dalam satu hingga tiga minggu, terutama jika cuaca menjadi lebih hangat. Chilblains biasanya tidak menyebabkan cedera permanen. Tetapi dapat menyebabkan infeksi, yang dapat menyebabkan kerusakan parah jika tidak ditangani.

b. Trench Foot

Trench foot adalah kerusakan anggota badan terutama kaki akibat kelembapan atau suhu dingin. Awalnya kaki akan terlihat seperti melepuh, pucat,& berkerut. Setelah itu kaki akan terasa kesemutan, kaku, dan berat.

Kemudian kaki akan membengkak, merah, dan terasa sakit.

c. Frostbite

Membekunya sebagian organ tubuh yang terpapar oleh suhu dingin yang berlebihan. Frostbite umumnya terjadi pada suhu 0°C (32°F). Frostbite dikenal dengan radang dingin di mana jaringan sel di dalam tubuh menjadi rusak karena terjadi pembekuan. Cuaca dingin membuat cairan sel membeku dan menjadi rusak karena pembekuan dan menyebabkan aliran menjadi tak lancar. Apabila terdapat bagian-bagian yang tak teraliri darah lebih dari 15 menit akan menimbulkan gangren (pembusukan), sehingga harus diamputasi.

2.2.6 Temperatur

Bagian ini akan menjelaskan definisi temperatur yang merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar tenaga kerja yang dapat mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaaan yang dibebankan.

a. Definisi Temperatur

Menurut Wirastuti (2008) temperatur adalah panas atau dinginnya suatu udara. Perubahan temperatur udara disebabkan oleh adanya kombinasi kerja antara

(23)

commit to user II-23

udara, perbedaan kecepatan proses pendinginan & pemanasan suatu daerah dan jumlah kadar air & permukaan bumi. Sedangkan Menurut Suma’mur (2009).

Tekanan panas merupakan salah satu kondisi kerja dari faktor fisik yang dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu lingkungan kerja harus dibuat senyaman mungkin dengan mengatur dan mengendalikan iklim di tempat kerja yaitu suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi tekanan panas. Tekanan panas yang berlebihan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan, dapan menyebabkan beban fisiologis, misalnya kerja jantung menjadi bertambah sehingga akan terjadi kelelahan pada tubuh (Depkes RI, 2003).

Selama aktivitas pada lingkungan panas, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh (Tarwaka, 2004). Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh (Tjitro, 2004). Suhu udara dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah sekitar 24o C sampai 26o C dan selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 5o C.

b. Sumber Panas

Menurut Suma’mur (2014) pada dasarnya ada 3 sumber panas yang penting, yaitu:

 Iklim kerja adalah keadaan suhu panas udara di lingkungan tempat kerja yang ditentukan oleh faktor-faktor keadaan antara lain, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara, dan suhu radiasi yang berada di lingkungan sekitar.

 Proses produksi dan mesin yang digunakan akan mengeluarkan panas secara nyata sehingga lingkungan kerja menjadi lebih panas

(24)

commit to user II-24

 Kerja otot tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya memerlukan energi yang diperoleh dari bahan nutrisi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, dan oksigen yang diperlukan dalam proses oksidasi untuk menghasilkan energi yang merupakan panas yang disebut metabolisme.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas Faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan panas meliputi :

Indoor Climate

Suatu kondisi fisik sekeliling dimana kita melakukan sesuatu aktifitas tertentu yang meliputi temperatur udara, temperatur permukaan sekeliling, kelembaban udara, dan aliran perpindahan udara.

 Aklimatisasi

Suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut nadi, dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan keringat.

 Umur

Daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat keluar keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Denyut nadi maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai bertambahnya umur.

 Jenis kelamin

Secara anatomis kapasitas kardiovaskuler laki-laki lebih besar dari wanita, maka laki-laki dianggap mempunyai kemampuan beraklimatisasi lebih baik dari wanita.

 Ukuran Tubuh

Adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas.

 Suku Bangsa

Perbedaan aklimatisasi yang ada diantara kelompok suku bangsa adalah kecil. Mungkin hal ini dikarenakan perbedaan ukuran tubuh.

(25)

commit to user II-25

 Gizi

Seseorang yang status gizinya jelek akan menunjukkan respon yang berlebihan terhadap tekanan panas, hal ini disebabkan karena sistem kardiovaskuler yang tidak stabil.

d. Pengaruh Temperatur Panas

Menurut Gesang (2011), terdapat 6 (enam) pengaruh temperatur panas yang berlebihan terhadap tenaga kerja, diantaranya seperti:

Gangguan perilaku dan performa kerja, seperti terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.

Dehidrasi, yaitu suatu kondisi kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan.

Heat rash, yaitu keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah.

Heat cramps, yaitu kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.

Heat syncope, yaitu keadaan yang disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawah ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan pemaparan suhu tinggi.

Heat exhaustion, yaitu keadaan yang terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan/atau kehilangan garam, dengan gejala mulut kering, sangat haus, lemah dan sangat lelah.

2.2.7 Pengukuran Iklim Kerja

Untuk mengukur iklim kerja disuatu tempat kerja dilakukan pengukuran besarnya tekanan panas. Salah satu alat untuk mengukur suatu iklim kerja adalah dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu Basah dan Bola dengan terminasi Inggris WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index). Hal tersebut disesuaikan dengan Permenakertrans nomor 13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dengan beberapa ketentuan sebagai berikut:

(26)

commit to user II-26

1. Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara temperatur, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.

a. Temperatur

Temperatur lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpengaruh terhadap produktivitas dan perform kerja. Temperatur lingkungan kerja juga berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja apabila berada pada kondisi temperatur yang ekstrim.

b. Kelembaban

Pengukuran kelembaban udara penting dilakukan karena merupakan salah satu faktor kunci dari iklim yang mempengaruhi proses perpindahan panas dari tubuh dengan lingkungan melalui evaporasi.

Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan evaporasi menjadi rendah (Hendra, 2009). Sehingga kelembaban udara akan mempengaruhi temperatur yang dirasakan oleh manusia. Berikut merupakan hubungan antara kelembaban dan temperatur. Berikut merupakan gambar mengenai hubungan antara kelembaban dan temperatur.

Gambar 2.11 Hubungan Antara Kelembaban dan Temperatur (Heat Index) c. Kecepatan Angin

Kecepatan Angin sangat penting perannya dalam proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan, khususnya melalui proses konveksi

(27)

commit to user II-27

dan evaporasi. Kecepatan angin umumnya dinyatakan dalam feet per minute (fpm) atau meter per second (m/s).

d. Panas Radiasi

Suhu radiasi diukur dengan suatu termometer bola (globe thermometer).

Panas radiasi adalah energi atau gelombang elektromagnetis yang panjang gelombangnya lebih dari sinar matahari dan mata tidak peka terhadapnya atau mata tidak dapat melihatnya.

2. NAB merupakan standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

3. ISBB merupakan parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola.

4. Suhu udara kering (dry bulb temperature) merupakan suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu kering.

5. Suhu basah alami (naturan wet bulb temperature) merupakan suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah alami. Merupakan suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara. Suhu ini biasanya lebih rendah dari suhu kering.

6. Suhu bola (globe temperature) merupakan suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola. Suhu ini sebagai indikator tingkat radiasi.

2.2.8 Standar Iklim Kerja

Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Kepmenaker, No: Kep51/MEN/1999). NAB Iklim Kerja (ISBB) yang diperkenankan sebagai berikut :

(28)

commit to user II-28

Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja

Catatan :

1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 100 - 200 kilo kalori per jam

2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai kurang dari 350 kilo kalori per jam

3. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500 kilo kalori per jam.

Selain itu, menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/MENKES/SK/

XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri menyebutkan bahwa, temperatur udara yang diizinkan adalah 18 – 28℃ dengan kelembaban udara sebesar 40% hingga 60% dan kecepatan udara setiap orang yang dianjurkan adalah sebesar 0,15 – 0,25m/s.

2.2.9 Alat Pengukuran yang Digunakan

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur iklim lingkungan kerja di tempat kerja. Alat-alat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Anemometer

Anemometer merupakan sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin dan untuk mengukur arah. Adapun Langkah penggunaan dari Anemometer adalah sebagai berikut:

- Menentukan titik pengukuran - Menekan tombol ON/OFF pada alat

- Angka hasil pengukuran kecepatan angin akan muncul pada layar - Tekan tombol HOLD untuk melihat hasil pengukuran

Alat yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2.12 berikut.

(29)

commit to user II-29

Gambar 2.12 Anemometer b. 4 in 1 Environment Meter Digital

Merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk empat macam pengukuran, yaitu :

1. Relative Humidity Meter untuk pengukuran kelembaban udara di tempat kerja.

2. Sound Level Meter untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja.

3. Temperature Meter untuk pengukuran suhu ruangan tempat kerja.

4. Light Meter untuk pengukuran intensitas cahaya di tempat kerja.

Cara penggunaan dari alat 4 in 1 Environment Meter Digital adalah sebagai berikut :

- Menentukan titik pengukuran - Menekan tombol daya ON/OFF

- Mengatur parameter apa yang akan diukur - Mengarahkan sensor pada sumber

- Angka hasil pengukuran akan muncul pada layar - Tekan tombol HOLD untuk melihat hasil

Alat yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut.

Gambar 2.13 4 in 1 Environment Meter

(30)

commit to user II-30 c. Area Heat Stress Monitor

Area Heat Stress Monitor merupakan alat ukur iklim kerja di area lingkungan dimana dapat digunakan untuk mengukur suhu bola basah, suhu bola kering, suhu bola, dan ISBB indoor maupun outdoor. Langkah penggunaan dari alat ini adalah sebagai berikut :

- Menyiapkan peralatan yang akan digunakan

- Memastikan apakah daya baterai pada alat masih cukup - Memasang alat pada tripod kamera

- Letakkan alat pada titik pengukuran dan sesuaikan ketinggian sensor dengan kondisi pekerja.

- Buka tutup termometer suhu basah alami dan tutup ujung termometer dengan kain katun yang sudah disediakan.

- Basahi kain katun dengan aquadest secukupnya untuk menjamin agar termometer tetap basah selama pengukuran.

- Nyalakan alat dan biarkan alat selama beberapa menit untuk proses adaptasi dengan kondisi titik pengukuran.

- Diamkan beberapa menit untuk alat beradaptasi dengan kondisi yang ada.

Alat yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2.14 berikut.

Gambar 2.14 Area Heat Stress Monitor

2.2.10 Titik Pengukuran Iklim Kerja

Bagian ini menjelaskan cara menetukan titik pengukuran sebelum mengukur iklim kerja dengan alat ukur.

1. Penentuan Pengukuran Iklim Kerja berdasarkan SNI 16-7061-2004

Tidak ada formula yang baku untuk menentukan berapa jumlah titik pengukuran pada suatu area yang mempunyai panas yang tinggi. Secara umum

(31)

commit to user II-31

jumlah titik pengukuran dipengaruhi oleh jumlah sumber panas dan luas area yang terpajan panas yang mana terdapat aktivitas pekerja di area tersebut.

Pengukuran dilakukan pada tingkat gradien ketinggian pengukuran terdiri dari tiga titik yaitu 0,1 m; 1,1 m; dan 1,7 m. Ketinggian 0,1 – 1,7 m didasari dengan pengukuran ASHRAE 55. Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan.

Berdasarkan SNI 16-7061-2004, disebutkan bahwa pengukuran iklim kerja dilakukan sebanyak tiga kali selama 8 jam kerja yaitu pada awal shift, tengah shift, dan akhir shift.

2. Penentuan Titik Pengukuran berdasarkan SNI 16-7062-2004

Adapun penentuan titik pengukuran didasari dengan SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja. Pada penelitian ini penetuan titik pengukuran dilakukan sesuai dengan SNI 16-7062-2004 karena dengan aturan ini dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian dengan software surfer 11 untuk membuat peta kontur aliran temperature nantinya. Aturan penentuan titik menurut SNI 16-7062-2004 dilakukan sebagai berikut :

a. Penerangan setempat

Obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada

b. Penerangan umum

Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:

Dalam penentuannya, dilakukan perhitungan pada titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu. Terdapat beberapa aturan untuk menentukan titik dengan didasari dengan luas ruangan. Untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi, titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap satu meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi dapat dilihat pada gambar 2.15 sebagai berikut.

(32)

commit to user II-32

Gambar 2.15 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Kurang dari 10m2

Untuk luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi, titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap tiga meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan ini dapat dilihat pada gambar 2.16 sebagai berikut.

Gambar 2.16 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas 10m2 - 100m2

Untuk luas ruangan lebih dari 100 meter persegi, titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi dapat dilihat pada gambar 2.17 sebagai berikut.

Gambar 2.17 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Lebih dari 100m2

(33)

commit to user II-33

2.2.11 Hirarki Pengendalian (Hierarchy of Control)

Dalam kegiatan pengkajian risiko (risk assessment), hirarki pengendalian (hierarchy of control) merupakan hal yang sangat diperhatikan.

Teknik pengendalian temperatur lingkungan kerja biasanya dikategorikan berdasarkan hierarki pengendalian. Berdasarkan teknik pengendalian temperatur yang di atur dalam NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) terdapat skema hierarki yang membagi fokus pada tahapan yang paling efektif terlebih dahulu. Adapun bagan hierarchy of control dapat dilihat pada gambar 2.18 sebagai berikut.

Gambar 2.18 Bagan Hierarchy of Control

a. Eliminasi (Elimination)

Merupakan hirarki pertama dalam pengendalian. Eliminasi merupakan proses menghilangkan suatu bahan atau tahapan yang berbahaya, dimana bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Eliminasi bahaya merupakan metode yang paling efektif. Namun dilain sisi, metode ini tidak selalu praktis dan ekonomis.

Eliminasi pada temperatur panas dapat dilakukan dengan menutup atau mengganti proses yang menjadi sumber panas tersebut. Pada tahap eliminasi perlu dilakukan pengamatan apakah proses atau sumber panas yang menghasilkan temperatur panas dapat diganti sepenuhnya.

(34)

commit to user II-34 b. Substitusi (Substitution)

Substitusi dapat diartikan mengganti sumber panas dengan media yang memiliki luaran tidak menimbulkan temperature panas. Pada tahap substitusi dilakukan analisis apakah dapat dilakukan penggantian proses ataupun penggantian sumber panas yang dapat mereduksi tingkat tingginya temperatur dari sumber panas.

c. Pengendalian Teknik (Engineering Control)

Engineering control merupakan metode yang digunakan ketika sumber bahaya tersebut tidak dapat dieliminasi atau disubstitusi. Rekayasa dapat dilakukan dengan pemeliharaan, modifikasi ruangan, menambahkan ventilasi, atau menambahkan turbin pada atap gedung.

1. Pengadaan Ventilasi Umum

Pengadaan ventilasi umum diharapkan agar panas yang menyebar secara radiasi, konduksi dan konveksi ke seluruh ruang kerja dapat mengalir keluar dimana suhu udaranya lebih rendah. Tetapi panas yang terjadi pada lingkungan kerja umumnya secara terus menerus dan kontinyu, sehingga pengadaan ventilasi umum dirasakan kurang

2. Pemasangan Fan

Fan berfungsi untuk mengalirkan panas secara konveksi ke tempat dengan suhu udara yang lebih rendah. Sebenarnya pemasangan fan dengan radiasi panas yang tinggi dapat membahayakan kesehatan tenaga kerja, karena radiasi panas dari sumber panas akan langsung terkena tenaga kerja yang dapat menyebabkan efek kesehatan bagi tenaga kerja.

3. Pemasangan Exhaust Fan

Exhaust fan berfungsi untuk mengisap udara panas dari dalam ruang dan membuangnya ke luar dan pada saat bersamaan menghisap udara segar dari luar masuk ke dalam ruangan. Exhaust fan merupakan upaya buatan untuk mengoptimalkan pergantian udara dalam ruang kerja.

d. Pengendalian Administratif (Administrative Control)

Pengendalian administratif merupakan pengendalian dari sisi pekerja yang akan melakukan pekerjaan. Dengan menggunakan metode ini, diharapkan pekerja dapat mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian yang cukup untuk

(35)

commit to user II-35

menyelesaikan pekerjaan secara aman. Pengendalian metode ini diperlukan ketika pengendalian teknik tidak sepenuhnya dapat mengendalikan sumber bahaya.

Pengendalian administratif dibuat untuk menjaga pekerja dalam kategori “aman”.

Contoh dari pengendalian secara administratif adalah pemasangan tanda bahaya dan pembuatan SOP atau standard operational procedure.

e. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara jika sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja. Selain itu APD juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan mengenai tubuh pekerja.

Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena kekurangleluasaan gerak pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja.

Dalam penggunaan APD tetap dibutuhkan pelatihan atau training bagi tenaga kerja yang menggunakannya, termasuk pemeliharaannya. Tenaga kerja juga harus mengerti bahwa penggunaan APD tidak menghilangkan bahaya yang akan terjadi.

Jadi bahaya akan tetap terjadi jika ada kecelakaan.

Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain berfokus pada hirarkinya tentunya dapat dipikirkan pula kombinasi beberapa pengendalian lainnya agar dapat meningkatkan efektivitas dan bahaya serta risiko yang ada semakin kecil.

2.2.12 Beban kerja

Menurut Depkes RI (2007), Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani tenaga kerja, baik secara fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaan. Kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik. Menurut Iridiastadi (2014), beban kerja yang berlebihan juga dapat berakibat buruk pada kualitas dan performansi kerja. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai

(36)

commit to user II-36

dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut (Tarwaka, 2004). Maka dari itu, untuk menyeimbangkan beban fisik terhadap kemampuan fisik diperlukan standar penilaian beban kerja yang dapat dihitung berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi pada tenaga kerja (SNI 7269:2009). Menurut Suma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seseorang berbeda dari satu pada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia, dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan.

a. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Manuaba (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain :

Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti : 1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat

kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.

2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

b. Penilaian Beban Kerja

Menurut Tarwaka (2004), Setiap pekerjaan yang dilakukan seorang operator akan menjadi beban fisik maupun mental. Seorang tenaga kerja mempunyai kemampuan berbeda dalam hubungannya dengan beban kerja. Aktivitas manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Meskipun

(37)

commit to user II-37

tidak dapat dipisahkan, namun masih dapat dibedakan pekerjaan dengan dominasi fisik dan pekerjaan dengan dominasi aktivitas mental. Menurut Utami (2012) perhitungan beban kerja setidaknya dilihat dari tiga aspek, meliputi

1. Fisik, Aspek Fisik meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia.

2. Mental, Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis).

3. Penggunaan waktu, Sedangkan pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja.

Dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa pengukuran beban kerja dapat digunakan untuk beberapa hal berikut, yaitu :

1. Evaluasi dan perancangan tata cara kerja 2. Keselamatan kerja

3. Pengaturan jadwal istirahat

4. Spesifikasi jabatan dan seleksi personil 5. Evaluasi jabatan

6. Evaluasi tekanan dari faktor lingkungan.

Menurut Tarwaka (2004) Secara umum yang berhubungan dengan beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor eksternal dan internal. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara objektif (penelitian secara langsung) dan metode tidak langsung. Dalam Suma’mur (1982) menyatakan bahwa Seorang tenaga kerja mempunyai kemampuan berbeda dalam hubungannya dengan beban kerja. Ada beberapa macam definisi beban kerja, yang pertama beban kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh tubuh manusia dan berat ringannya beban kerja sangat mempengaruhi konsumsi, yang kedua beban kerja adalah beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya seperti mengangkat, mencangkul, berlari, memikul, mendayung dan lain–lain, yang ketiga beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggung oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaanya. Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara objektif (penelitian secara langsung) dan

(38)

commit to user II-38

metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur oksigen yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan energi selama bekerja. Semakin berat kerja semakin banyak energi yang dikeluarkan. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya mengukur secara singkat dan peralatan yang diperlukan sangat mahal. Salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi energi, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung, dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linier dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan (Grandjean, 1988)

Pada penelitian yang dilakukan, perhitungan beban kerja dilihat dari aspek fisik. Penilaian beban kerja fisik dilakukan dengan mengukur tingkat aktivitas konsumsi energi beradasarkan SNI 7269:2009 tentang Penilaian beban Kerja Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran Energi. Aktivitas kerja dihitung dengan menilai kategori pekerjaan dan posisi badan pekerja dengan ketentuan seperti pada tabel 2.5 sebagai berikut.

Tabel 2.5 Penilaian Aktivitas Pekerja

Perhitungan nilai beban kerja disesuaikan dengan nilai ambang batas ISBB yang diperkenankan sehingga dihasilkan beban kerja ringan, sedang, atau berat.

Rumus untuk menghitung rerata beban kerja adalah sebagai berikut:

1 2 3 4

Duduk (0,3)

Berdiri (0,6)

Berjalan (3,0)

Berjalan Mendaki

(3,8)

Kategori I (contoh : menulis, merajut) (0,30) 0,60 0,90 3,30 4,10

Kategori II (contoh : menyetrika) (0,70) 1,00 1,30 3,70 4,50

Kategori III (contoh : mengetik) (1,10) 1,40 1,70 4,10 4,90

Kategori I (contoh : menyapu lantai) (0,90) 1,20 1,50 3,90 4,70

Kategori II (contoh : menggergaji) (1,60) 1,90 2,20 4,60 5,40

Kategori III (contoh : memukul paku) (2,30) 2,60 2,90 5,30 6,10

Kategori I (contoh : mengemas barang dalam dus) (1,25) 1,55 1,85 4,25 5,05

Kategori II (contoh : memompa) (2,25) 2,55 2,85 5,25 6,05

Kategori III (contoh : mengetik) (3,25) 3,55 3,85 6,25 7,05

Kategori I (contoh : menulis, merajut) (3,75) 4,05 4,35 6,75 7,55

Kategori II (contoh : menyetrika) (8,75) 9,05 9,36 11,75 12,55

Kategori III (contoh : mengetik) (13,75) 14,05 14,35 16,75 17,55

Pekerjaan dengan menggunakan gerakan tangan 1

2

3

4

No Pekerjaan

Posisi Badan

Pekerjaan dengan tangan

Pekerjaan dengan satu tangan

Pekerjaan dengan dua tangan

(39)

commit to user II-39

Rerata BK =((𝐵𝐾1 𝑥 𝑇1)+(𝐵𝐾2 𝑥 𝑇2)+⋯+(𝐵𝐾𝑛 𝑥 𝑇𝑛))

(𝑇1+𝑇2+𝑇3+⋯+𝑇𝑛) 𝑥 60 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚 ...(2.1) MB untuk laki-laki = berat badan (kg) x 1 kkal/jam

MB untuk wanita = bereat badan (kg) x 0,9 kkal/jam

Total BK = Rerata BK + MB...(2.2) Keterangan :

BK : beban kerja per jam

BK1, BK 2, .... BKn : beban kerja sesuai aktivitas kerja pekerja 1,2,..., n (dalam menit)

T1, T2,...,Tn : waktu sesuai aktivitas kerja pekerja 1,2,...,n (dalam menit)

MB : metabolisme basal

Disebutkan pula bahwa pada beban kerja ringan dibutuhkan kalori 100 – 200 Kkal/jam, beban kerja sedang membutuhkan kalori >200 – 350 Kkal/jam, dan pada beban kerja berat membutuhkan kalori >350 – 500 Kkal/jam.

2.2.13 Denyut Nadi

Denyut nadi adalah kecepatan irama denyut atau detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Denyut nadi merupakan getaran didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi yang optimal untuk setiap orang berbeda-beda, tergantung pada saat kapan mengukur denyut nadi (Brahmapurkar, 2012).

Pemeriksaan denyut nadi sederhana biasanya dilakukan dengan cara palpasi. Denyut nadi paling mudah dirasakan ketika arteri ditekan ringan pada tulang. Beberapa tempat untuk meraba denyut nadi yaitu salah satunya arteri radialis di pergelangan tangan. Kecepatan denyut jantung normal berkisar antara 60 sampai 100 denyut per menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit.

Frekuensi denyut melambat selama tidur dan dipercepat oleh emosi, olahraga, demam, dan rangsangan lain (Ganong, 2008).

a. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi 1. Usia

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut nadi menetap dan iramanya teratur.

Pada orang dewasa efek fisiologis usia dapat berpengaruh pada sistem

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Pilar Kekar Plasindo
Gambar 2.2 Layout Area Produksi PT. Pilar Kekar Plasindo
Gambar 2.3 Flowchart Pembuatan Produk Kantong Plastik
Gambar 2.4 Peta Proses Operasi Kantong Plastik pada PT. Pilar Kekar Plasindo
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Setiap kenaikan suhu pada forming unit akan menghambat terjadinya pemindahan panas, dan apabila kenaikan suhunya mencapai suhu dari material yang dimasukkan, maka proses

Udara akan mengalir atau bergerak melalui sebuah bangunan hanya jika terdapat perbedaan tekanan. Ada dua bentuk tekanan yang akan menyebabkan aliran ini berlaku yaitu:.. a)

Alat penukar panas adalah suatu perangkat yang digunakan untuk transfer energi panas (entalpi) antara dua atau lebih fluida, pada suhu yang berbeda dan dalam kontak termal,

Metode Indeks Pencemaran ini digunakan untuk menentukan status mutu air untuk data tunggal, atau bukan time series data, yang dilakukan pada suatu titik pengujian/pengukuran...

Panas secara alami mengalir dari suhu yang lebih tinggi menuju suhu yang lebih rendah. Dengan mengetahui daya tahan sebuah material, dapat diprediksi berapa besar

Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokular/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar (≥ 21mmHg atau bahkan mencapai 50 – 60 mmHg pada keadaan akut) untuk

Proses absorpsi terjadi pada tekanan tinggi dan suhu rendah, karena itulah lean amine dipompa dengan tekanan tinggi lewat bagian atas Absorber untuk dikontakkan dengan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang