• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPALA DESA PEKUNCEN KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN PERATURAN DESA PEKUNCEN NOMOR 5 TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEPALA DESA PEKUNCEN KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN PERATURAN DESA PEKUNCEN NOMOR 5 TAHUN 2020"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

KEPALA DESA PEKUNCEN KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

PERATURAN DESA PEKUNCEN NOMOR 5 TAHUN 2020

TENTANG:

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM Desa)

TAHUN 2020 - 2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PEKUNCEN,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 79 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah Desa wajib menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten;

b. bahwa perencanaan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada huruf a, terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang keduanya ditetapkan dengan Peraturan Desa;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan

(2)

Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pekuncen Tahun 2020 – 2025.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor.4221);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On Economic, Social And Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4557);

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4846);

(3)

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Llembaran Nnegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Nnegara Republik Indonesia Nomor 5495);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

(4)

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6321);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor.322);

18. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa

(5)

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1037);

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 89);

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611

24. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);

25. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 89);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53 Tahun 2004 tentang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2004 Nomor 64);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2005- 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010 Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 50);

28. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1);

29. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 3 Tahun 2007 tentang Sumber Pendapatan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2);

30. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 8

Tahun 2007 tentang Kedudukan Keuangan Kepala

Desa dan Perangkat Desa (Lembaran Daerah

Kabupaten Kebumen Tahun 2007 Nomor 8,

(6)

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 7);

31. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 22);

32. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010 Nomor 20, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 93);

33. Peraturan Bupati Kebumen Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (Berita Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2014 Nomor 52);

34. Peraturan Bupati Kebumen Nomor 37 Tahun 2018 tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2018 Nomor 37);

35. Peraturan Bupati Kebumen Nomor 66 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2018 Nomor 66);

36. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 2 Tahun 2019 tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Lembaran Desa Pekuncen Tahun 2019 Nomor 2);

37. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 3 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa Pekuncen Tahun 2020 (Lembaran Desa Pekuncen Tahun 2020 Nomor 3);

38. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 4 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belaja Desa Pekuncen Tahun 2020 (Lembaran Desa Tahun 2019 Nomor 4);

39. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 1 Tahun 2020 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa (Lembaran Desa Pekuncen Tahun 2020 Nomor 1).

40. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 2 Tahun 2020

tentang Tentang Tata Tertib Musyawarah Desa

(Lembaran Desa Pekuncen Tahun 2020 Nomor 2).

(7)

Dengan Kesepakatan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PEKUNCEN dan

KEPALA DESA PEKUNCEN MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA PEKUNCEN TAHUN 2020 – 2025.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud : 1. Desa adalah desa Pekuncen.

2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

4. Badan Permusyawaratan Desa adalah yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

5. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

6. Daerah adalah Kabupaten Kebumen.

7. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kebumen.

8. Bupati adalah Bupati Kebumen.

9. Kecamatan adalah Wilayah Kerja Camat sebagai Perangkat Daerah.

10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.

11. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

12. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

13. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan

kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

(8)

14. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

15. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

16. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

17. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa dan selanjutnya disingkat Musrenbang Desa adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan desa (pihak berkepentingan untuk mengatasi permasalahan dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah).

18. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten di Kecamatan yang selanjutnya disingkat Musrenbang RKPD Kabupaten adalah forum musyawarah stakeholders Tingkat Kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari Desa serta menyepakati kegiatan lintas Desa di wilayah Kecamatan tersebut, sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten.

19. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat (RPJM Desa) adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun yang memuat visi dan misi Kepala Desa, rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan, Pembinaan Kemasyarakatan, Pemberdayaan Masyarakat dan arah kebijakan Pembangunan Desa.

20. Rencana Kerja Pemerintah Desa yang selanjutnya disebut RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang memuat rencana Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan, Pemberdayaan Masyarakat Desa

21. Kondisi Obyektif Desa adalah kondisi yang menggambarkan situasi

yang ada di Desa, baik mengenai sumber daya manusia, sumber daya

alam, maupun sumber daya lainnya, serta dengan

mempertimbangkan, antara lain, keadilan gender, pelindungan

terhadap anak, pemberdayaan keluarga keadilan bagi masyarakat

miskin, warga disabilitas dan marginal, pelestarian lingkungan hidup,

pendayagunaan teknologi tepat guna dan sumber daya lokal,

pengarusutamaan perdamaian, serta kearifan lokal.

(9)

22. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa, yang dibahas dan disepakati bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.

23. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.

24. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

25. Profil Desa adalah gambaran menyeluruh mengenai karakter desa yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana, serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi di desa

26. Visi Kepala Desa adalah suatu gambaran tantangan masa depan yang berisikan citacita yang ingin diwujudkan oleh Kepala Desa pada saat pencalonan berdasarkan keadaan obyektif Desa.

27. Misi Kepala Desa adalah pernyataan tentang sesuatu yang harus dilaksanakan oleh Kepala Desa agar Visi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik atau merupakan penjabaran dari Visi sehingga Visi dapat terwujud secara efektif dan efisien.

28. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.

29. Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat.

30. Kewenangan lokal berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa.

31. Kearifan lokal adalah merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa, pakaian masyarakat di desa yang didasari nilai nilai kebaikan sebagai bentuk atau ciri khas desa.

BAB II

(10)

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RPJM Desa Pasal 2

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pekuncen Tahun 2020 - 2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang.

B. Landasan Hukum.

C. Tujuan dan Manfaat.

BAB II : PROFIL DESA

A. Legenda dan Sejarah Desa.

B. Kondisi Umum Desa.

C. SOTK Desa

BAB III : PROSES PENYUSUNAN RPJM Desa A. Sosialisasi.

B. Musyawarah Dusun.

C. Lokakarya Desa.

D. Musyawarah Desa.

E. Musrenbang RPJM Desa.

BAB IV : RUMUSAN PRIORITAS MASALAH

A. Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa B. Bidang Pelaksanaan Pembangunan

C. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan D. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

BAB V : VISI, MISI, ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA, ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DESA SERTA PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATIF

A. Visi.

B. Misi.

C. Arah Kebijakan Pembangunan Desa.

D. Arah Kebijakan Keuangan Desa.

E. Program dan Kegiatan Indikatif.

BAB VI : PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN :

1. Matrik Program Kegiatan Skala Desa.

2. Matrik Program Kegiatan Kawasan Perdesaan 3. Matrik Program Kegiatan Supra Desa

4. Pengkajian Keadaan Desa (Sketsa Desa, Kalender Musim,

Diagram Kelembagaan)

(11)

5. Berita Acara Musyawarah (Sosialisasi, Musdus, Lokakarya, Musyawarah Desa, Musrenbangdes)

6. Undangan dan Daftar Hadir Musyawarah (Sosialisasi, Musdus, Lokakarya, Musyawarah Desa, Musrenbangdes)

7. Notulen Musyawarah (Sosialisasi, Musdus, Lokakarya, Musyawarah Desa, Musrenbangdes)

8. Peta Desa

9. Foto Kegiatan/Foto Desa (Sosialisasi, Musdus, Lokakarya, Musyawarah Desa, Musrenbangdes).

Pasal 3

Sistematika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan landasan dan pedoman bagi pemerintah desa untuk penyusunan Naskah RPJM Desa dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

Pasal 4

RPJM Desa Tahun 2020 - 2025 merupakan landasan dan pedoman bagi Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pelaksanaan pembangunan Desa.

Pasal 5

Berdasarkan Peraturan Desa ini disusun Rencana Kerja Pemerintah Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa dan merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Pasal 6

RKP Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 merupakan landasan dan pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta dalam pelaksanaan pembangunan desa.

Pasal 7

Rencana kegiatan pada RPJM Desa dapat diadakan perubahan apabila:

a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah.

Pasal 8

(12)

(1) Hal – hal yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Kepala Desa.

(2) Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa.

Ditetapkan di Desa Pekuncen pada tanggal, 31 Maret 2020 KEPALA DESA PEKUNCEN

HASTO NUGROHO

Diundangkan di Desa PEKUNCEN pada tanggal 31 Maret 2020

SEKRETARIS DESA PEKUNCEN,

EKO PRASETYO

LEMBARAN DESA PEKUNCEN 2020 TAHUN NOMOR 4

(13)

LAMPIRAN PERATURAN DESA PEKUNCEN NOMOR : 4 Tahun 2020 TENTANG : RENCANA KERJA JANGKA MENENGAH DESA PERIODE TAHUN 2020-2025

NASKAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM DESA) TAHUN 2020-2025

DESA PEKUNCEN

KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

(14)

DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN

a. Latar Belakang / Pendahuluan b. Landasan Hukum

c. Tujuan

d. Kesesuian Dengan Dokumen Perencanaan Daerah e. Sistematika

BAB II PROFIL DESA a. Sejarah Desa

b. Gambaran Umum Desa c. SOTK Desa

d. Masalah / isu strategis yang dihadapi Desa BAB III: PROSES PENYUSUNAN RPJM Desa a. Kajian Desa Partisipatif

b. Musyawarah Desa RPJM-Desa c. Musrenbang RPJMDes

BAB IV :VISI, MISI, ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA, ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DESA SERTA PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATIF

a. Visi b. Misi

c. Arah Kebijakan Pembangunan d. Arah Kebijakan Keuangan Desa e. Program dan Kegiatan Indikatif BABV : INDIKATOR KINERJA BABVI : PENUTUP

LAMPIRAN- LAMPIRAN:

1. Matrik Program Kegiatan 2. Proses Penyusunan Program

3. Pengkajian Keadaan Desa (Sketsa Desa, Kalender Musim, Diagram Kelembagaan)

4. Berita acara musyawarah (Musdus, Lokakarya, Musrenbangdes)

5. Undangan dan Daftar Hadir Musyawarah (Musdus, Lokakarya, Musrenbangdes)

6. Notulen Musyawarah (Musdus, Lokakarya, Musrenbangdes) 7. Peta Desa

8. Foto Kegiatan/Foto Desa (Musdus, Lokakarya, Musrenbangdes)

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang / Pendahuluan

Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan pola pemikiran dimaksud, bahwa desa berwenang mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Desa/Kota, maka sebuah desa wajib mempunyai perencanaan yang matang dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan partisipasi dan transparansi serta demokrasi yang berkembang di desa yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) 6 (enam) tahun ataupun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk 1 (satu) tahun.

RPJM Desa ini merupakan rencana strategis Desa Pekuncen untuk mencapai tujuan dan cita-cita desa. RPJMDes tersebut nantinya akan menjadi dokumen perencanaan yang menyesuaikan perencanaan pembangunan di tingkat Desa, karena perencanaan pembangunan desa dan perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan sistem.

B. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan.

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah.

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan

International Covenant On Economic, Social And Cultural Rights

(16)

(Kovenan Internasional Tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi.

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota.

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

16. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

17. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

18. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa.

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa.

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 110

Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa.

(17)

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan.

24. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.

25. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 89);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53 Tahun 2004 tentang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik.

27. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2005- 2025.

28. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

29. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 3 Tahun 2007 tentang Sumber Pendapatan Desa.

30. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 8 Tahun 2007 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa.

31. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah.

32. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah.

33. Peraturan Bupati Kebumen Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa.

34. Peraturan Bupati Kebumen Nomor 37 Tahun 2018 tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa.

35. Peraturan Bupati Kebumen Nomor 66 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

36. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 2 Tahun 2019 tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa.

37. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 3 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa Pekuncen Tahun 2020.

38. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 4 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belaja Desa Pekuncen Tahun 2020.

39. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 1 Tahun 2020 tentang Lembaga

Kemasyarakatan Desa.

(18)

40. Peraturan Desa Pekuncen Nomor 2 Tahun 2020 tentang Tentang Tata Tertib Musyawarah Desa (Lembaran Desa Pekuncen Tahun 2020 Nomor 2).

41. Peraturan Kepala Desa Pekuncen Nomor 3 Tahun 2019 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2020.

C. Tujuan dan Manfaat.

1. Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Desa Pekuncen ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Agar Desa memiliki dokumen perencanaan pembangunan desa dalam lingkup skala desa yang berkesinambungan dalam waktu 6 tahun dengan menyelaraskan kebijakan pembangunan Kecamatan maupun Desa.

b. Sebagai dasar/pedoman kegiatan Pembangunan Desa Pekuncen.

c. Sebagai masukan penyusunan RAPB Desa Pekuncen.

d. Sebagai pelaksana visi dan misi Desa Pekuncen yang partisipatif.

2. Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Desa Pekuncen ini mempunyai manfaat sebagai berikut :

a. lebih menjamin kesinambungan pembangunan.

b. sebagai rencana induk pembangunan Desa yang merupakan acuan Pembangunan Desa selama 6 (enam) tahun.

c. memberi arah seluruh kegiatan pembangunan di desa sebagai kebijakan desa.

d. menampung aspirasi kebutuhan masyarakat yang dipadukan dengan program pembangunan dari Pemerintah.

e. mendorong partisipasi masyarakat.

D. Kesesuian Dengan Dokumen Perencanaan Daerah

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2025.

2. RPJM-Desa Desa Pekuncen Kecamatan Sempor Tahun 2020-2025 mengacu dan menjadi bagianyang tidak terpisahkan bagi pencapaian pembangunan jangka panjang yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025.

3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2020.

4. RPJM-Desa Desa Pekuncen Kecamatan Sempor Tahun 2020-2025

mengacu dan menjadi bagianyang tidak terpisahkan bagi

pencapaian pembangunan jangka panjang yang tertuang dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025.

(19)

E. Sistematika

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pekuncen Tahun Anggaran 2020-2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang / Pendahuluan, Landasan Hukum, Tujuan, Hubungan Dokumen Perencanaan Lain dan Sistematika.

BAB II : GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN DESA

Berisi Sejarah Desa, Kondisi Umum Desa, SOTK Desa, Masalah / isu strategis yang dihadapi Desa

BAB III : PROSES PENYUSUNAN RPJM Desa

Berisi kajiaan Desa Partisipatif, Musyawarah Desa, Musrenbang RPJMDes.

BAB IV : VISI, MISI, ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA, ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DESA SERTA PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATIF.

Berisi visi misi Desa, Arah Kebijakan Pembangunan, Arah Kebijakan Keuangan Desa, Program dan Kegiatan Indikatif.

BAB V : INDIKATOR KINERJA BAB VI : PENUTUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN DESA

1. Legenda / Sejarah Desa Pekuncen

PEKUNCEN, konon adalah sebuah wilayah yang sangat indah, sebuah bukit kecil yang bersebelahan dengan area persawahan yang amat subur (Dukuh Aglik) lengkap dengan mata air yang mengalir sepanjang tahun (Pacor) serta dipajangi dengan hutan-hutan yang lebat dengan pohon yang kekar yang tumbuh di halaman (Watu Barut dan Alas Kasan), sehingga menciptakan harmonisasi alam yang anggun dan menarik setiap orang untuk datang dan tinggal untuk menyatu dengan alam sekitarnya. Demikianlah sebuah tempat (Pekuwon) di wilayah kabupaten Kebumen yang merupakan salah satu wilayah kesultanan Ngayogyokarto Hadiningrat.

Berawal dari seorang Pertapa yang ditinggal dan menetap di hutan jati rumput (lereng sebelah selatan hutan watu barut) yang bernama Ki Agglik hingga beristri dan mempunyai anak dan semua keturunannya menyebar ke timur hingga batas kali Luereng (Kali Kemit) dan keselelatan hingga wilayah Sapanyana dan Rawabeyem, yang kemudian terbentuklah sebuah wilayah setingkat dusun yang berjumlah 9 (Sembilan) yaitu Ngaglik, Kali Abang,Jurangjero, Meton Sitiris, Pesantren, Yentek, Pekuncen, Sapanyana, dan Rawabeyen.

Dimana setiap wilayah itu muncul pemimpin/lurah (Tokoh) yang disegani yang tidak lain adalah keturunan dari Ki Aglik. Seiring dengan berjalannya waktu, maka Dukuh Pekuncen inilah yang perkembangannya sangat pesat terbukti banyak para pembesar dari kerajaan Jogjakarta termasuk Pangeran Ontowiryo yang dikenal dengan sebutan Pangeran Diponegoro, bahkan para pembesar kerjan Jogjakarta yang wafat dimakamkan di Pemakaman Pekuncen salah satunya adalah dari keluarga Raden Adipati Mangkuprojo. Demikian pula Bupati – Bupati dari Kadipaten Kebumen dan Banyumas yang dimakamkan di Pekuncen. Dari Banyumas antara lain: Raden Banyak Wide, Raden Banyak Ngampar, Banyak Tontro dan beberapa keluarganya dan abdinya. Sedangkan dari Kebumen adalah Raden Kolopaking I – IV, juga Bupati pertama Kebumen yang memasuki masa Republik adalah Raden Sukadis.

Disisi lain disini juga dibangun sebuah Masjid sebagai sarana ibadah

dan transit para peziarah yang sampai hari ini masih menjadi salah

satu situs sejarah religi di Kabupaten Kebumen yaitu masjid Saka

Tunggal. Sejarah Masjid Saka Tunggal tak bisa dilepaskan dari sosok

Adipati Mangkuprojo. Pada era 1700, Adipati Mangkuprojo merupakan

tokoh yang gigih melawan penjajah. Karena terdesak dia melarikan diri

dan memilih bergerilya di daerah Pekuncen. Maklum daerah itu

(21)

merupakan daerah Keputihan. Selain bergerilya, Adipati Mangkuprojo juga giat syiar Islam.

Kisah yang disampaikan oleh KH Abujamhari, sesepuh Desa Pekuncen, pada tahun 1719 Adipati Mangkuprojo wafat. Sebelum meninggal, dia berwasiat pada putranya untuk dimakamkan di Pekuncen.

Memeringati 1.000 hari meninggalnya Adipati didirikanlah masjid tersebut.

Konon, kerangka masjid disusun di Keraton Kartosuro, kemudian baru dibawa ke Pekuncen dengan berjalan kaki. Kerangka masjid terdiri dari satu batang saka dan empat buah danyang atau skur. Kerangka tersebut dibawa dari Keraton Kartosuro menuju Pekuncen dengan berjalan kaki.

Masjid ini memiliki keunikan tersendiri. Umumnya masjid biasanya ditopang oleh empat saka sebagai penyangga utama bangunan. Namun sesuai namanya maka masjid ini hanya ditopang oleh satu saka saja.

Saka tunggal sebagai penopang utama bangunan ini berbentuk segi empat dengan ukuran 30 x 30 cm. Saka setinggi sekitar emapat meter tingginya.

Di ujung atas soko tersebut terdapat empat batang kayu melintang sebagai penyangga utama bangunan masjid tersebut. Di tengah-tengah saka terdapat empat skur untuk membantu menyangga kayu-kayu yang ada di atasnya. Kayu yang digunakan sebagai soko tersebut merupakan kayu jati pilihan.

Kecuali saka tunggal dan skur tersebut, banguan lain di masjid tersebut telah direnovasi. Pada awal pendirian, atap masjid dibuat menggunakan ijuk dan dindingnya menggunakan tabak bambu.

Kurang lebih seabad kemudian yakni tahun 1822 dilaksanakan rehab bangunan atap yang semula ijuk diganti dengan atap genteng. Tetapi dindingnya masih menggunakan tabak bambu. Baru pada tahun 1922, dinding bambu diganti dengan bangunan tembok batu bata. Bangunan masjid tersebut saat ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi.

Saka tunggal mengandung filosofi yang dalam. Menurut imam Masjid Saka Tunggal, M Jafar yang tidak lain adik kandung Abujamhari, saka tunggal melambangkan keesaan Allah SWT sebagai sang pencipta tunggal alam semesta. Makna tunggal tersebut diejawantahkan dengan memaknai masjid soko tunggal tersebut sebagai tempat untuk meyakini bahwa Allah itu Tunggal atau Esa. Sedangkan dalam kaitannya dengan sejarah perjuangan, masjid itu juga sebagai simbol satu tekad untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

Dalam suatu ketika munculah tokoh negarawan yang konon waktu itu

mampu manyatukan 9 wilayah dusun (Pekuwon) dibawah satu tatanan

pemerinthan setingkat Pademangan (Desa) yaitu “PEKUNCEN”, beliau

(22)

adalah “Mbah Langgeng Adipuro” yang namanya dikenang sampai saat ini bahkan dikeramatkan dan dipundi sampai keluar desa, beliaulah selaku ulama besar yang perah menjadi salah satu imam masjid saka tunggal,sebagai tokoh negarawan yang besar yang sering terdengar beliau memiliki hewan peliharaan yaitu “ MACAN PUTIH”. Hampir tidak ada catatan yang bisa menggambarkn secara runtut urutan waktu sejarah Pekuncen, selain kenyataan sejak masa republik ini ada beberapa Lurah/ Kades di Pekuncen yang pernah menduduki jabatan tertnggi di desa yaitu:

1. Abdul Rohman (alm) + 1940 – 1958

2. Mulya Pawira / Ngapari (alm) 1958 - 1987 3. Suswanto Adi Prabowo 1987 – 1995

4. Suharno (alm) 1995 – 2001

5. Nanang Muntadim,S.Sos 2001 – 2006 6. Hasto Nugroho 2006 – 2013

7. Nanang Muntadim,S.Sos 2013 – 2019 8. Hasto Nugroho 2019 - sekarang

Sepanjang masa Republik inilah banyak terjadi sebuah perubahan di Pekuncen. Dalam pemeritahan desa susunan perangkat desa dari : Lurah – Carik – Polisi Desa (Congkog) - Kebayan (Kadus), disamakan menjdi Kades - Sakdes – Jaur – Kadus, kemudian pada tahun 1980an bisa terbentuk pula RK (RW) dan RT. Dalam kondisi fisik Pekuncen memiliki SD inpres pada tahun 1975, sedangkan balai desa pada tahun 1987 / 1988 dengan membuat secara bergotong royong di masa pemerintahan Bapak Suswanto Adi prabowo. Perubahan yang cukup besar terjadi pada bidang social ekonomi dari masyarakat petani pnggarap sawah dan ladang dengan dibukanya pertambangan pasir di sungai luereng pada tahun 1985 secara besar-besaran sehingga sebagian penduduk berubah mata pencahariannya dari petani jadi penambang pasir tradisional. Begitupun pada sector pertanian hampir 14 ha saah di Pekuncen telah menjadi sawah irigasi teknis sehingga petani bisa memanen padi 2 kali dan 1 kali palawija dalam setahun.

Pada tahun 1995 – 1996 sangat merubah citra Pekuncen , dari sinilah

Pekuncen lebih dikenal di masyarakat luar bahkan dari luar kabupaten

Kebumen selain memiliki cagar budaya Masjid Saka Tunggal,

Pekuncen lebih dikenal dengan Perumnas Pekuncen Permai, Sebuah

komplek perumahan yang dibangun pertama kali di kulon kali Lukulo

yang terletak persis di lereng hutan watu barut. Pekuncen lebih dikenal

dengan Saka Tunggal dan Perumnas. Pada tahun 2001 awal maka

terbentuklah sebuah lembaga yang mengganti lembaga desa yaitu

Lembaga Musyawarah Desa (LKM) berubah menjadi Badan Perwakilan

Desa (BPD) yang kemudian sekarang berubah menjadi Badan

Prmusyawaratan Desa, Sebagai mitra Pemerintah desa yang

beranggotakan 9 (sembilan) orang , kemudian karena ada perubahan

(23)

perubahan aturan menjadi 7 (tujuh) dan sekarang menjadi 5 (lima) orang, yang terbagi dalam wilayah dusun di Pekuncen.

Sebagai ketua BPD adalah Ir. Muhartono (2001 – 2006), Suprapto.

S.Pd. (2006 - 2011), Imin Supriyanto (2011 - 2015). Triyono Setiya Budi, SP (2015 – 2019), Riyanto Budi Handoyo, S.Pd. ( 2019 – sekarang ) Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Pekuncen, maka terjadilah pemekaran wilayah RW dimana pada saat itu hanya ada RW 01 dan RW 02, maaka pada tahun 2003 RW 02 mengalami pemekaran sehingga saat itu menjadi 3 RW (RW 01 RW 02 dan RW 03), kemudian karena letak geografis Pekuncen maka pada tahun 2005 RW 01 mengalami pemekaran sehingga sekarangan jumlah RW di desa Pekuncen ada 4 RW dan 20 RT yaitu:

1. RW 01: Dukuh Pekuncen (RT 01- 07)

2. RW 02: Pesantren, Meton Sitiris, Yentek (RT 01 – 04)

3. RW 03: Kaliabang, Aglik, Jurangjero dan Perumnas (RT 01 – 05) 4. RW 04: Sapanyana, Rowobayen (RT 01 – 04).

2. Kondisi Umum Desa, SOTK Desa, Masalah / isu strategis yang dihadapi Desa .

a. Geografis

Letak dan luas Wilayah Desa Pekuncen merupakan salah satu dari 16 desa di wilayah Kecamatan Sempor yang terletak 2 km ke arah timur dari ibu kota kecamatan. Desa Pekuncen mempunyai luas wilayah seluas 1.501 Ha Iklim Iklim Desa Pekuncen sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau da penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pertanian yang ada di Desa Pekuncen Kecamatan Sempor. Secara Geografis dan secara administratif Desa Pekuncen merupakan salah satu dari 16 Desa di Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen, dan memiliki luas Wilayah 1.501 Ha. Secara topopografis treletak pada ketinggiaan 73 0C diatas permukaan air laut. Posisi Desa Pekuncen yang terletak pada bagian barat Kabupaten Kebumen, yang berbatasan langsung dengan

• Utara : Kedungjati, Semali

• Timur : Kedungjadi, Wonosigro, Sidayu (Kecamatan Gombong)

• Selatan : Desa Sidayu, Wero, Kelurahan Gombong, Semanding Kecamatan Gombong

• Barat : Bonosari, Bejiruyung, Semanding

(Kecamatan Gombong)

(24)

Lahan di Desa sebagiaan besar merupakan Tanah Kering 67,7 % dan Tanah sawah sebesar 32,3 % yang diperuntukan:

No. Tanah Sawah Luas Tanah Kering Luas 1. Sawah Teknis 18 Ha Bangunan 57,66 Ha 2 Sawah Non

teknis (Tadah Hujan)

24 Ha Perkebunan 5,34 Ha

3. Hutan 25,00 Ha

Table 1 b. DEMOGRAFI

Jumlah Penduduk Desa Pekuncen berdasarkan Profil Desa tahun 2019 sebesar 3.407 jiwa yang terdiri dari 1.462 laki laki dan 1.945 perempuan. Sedangkan pertumbuhan penduduk dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 adalah sebagai berikut :

No Kelamin 2017 2018 2019 %

1 Laki – laki 1.332 1.394 1.462 2 Perempuan 1.824 1.902 1.945

3 Jumlah 3.156 3.296 3.407

Table 2

Sumber data 8 Kelompok Data Profil Desa Th 2019

Sebagian besar penduduk Desa Pekuncen bekerja pada sektor Pertanian disusul sektor Jasa secara detail mata pencahariaan penduduk Desa Pekuncen adalah sebagai berikut :

No Mata

Pecaharian 2017 2018 2019

1. Pertanian 231 142 235 132 229 128 2. Perdagangan 30 12 30 14 25 14 3. Karyawan 40 25 42 22 35 25

4. PNS 38 34 38 34 38 34

5. Polri 3 0 3 0 3 0

6. TNI 13 0 13 0 13 0

7 Buruh Harian Lepas

524 121 533 122 620 134

Table 3

PERTUMBUHAN ANGKATAN KERJA

(25)

No Klasifikasi 2017 2018 2019 %

L P L P L P

1 Usia Kerja 978 710 1025 719 1012 729 2 Angkatan Kerja 978 710 1025 719 1012 729

Table 4 c. PENDIDIKAN

Pendidikan adalah salah satu instrumen penting untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan.

No Tamatan Pendidikan Laki – laki Perempuan

1 SD / MI Sederajat

578 878

2 SLTP

156 203

3 SLTA

232 216

4 Diploma / Sarjana

64 45

Table 5 d. KESEHATAN

Beberapa indikator penting bidang kesehatan Desa Pekuncen No Tamatan Pendidikan 2017 2018 2019

1 % Penolong Balita

Tenaga Kesehatan 4 10 13

2 Angka Kematian Bayi

(IMR) 0 0 0

3 Angka Kematian Ibu

Melahirkan ( MMR ) 0 0 00

4 Cakupan Imunisasi 30 40 53

5 Balita Gizi Buruk

Table 6

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah penolong balita oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan, tetapi angka kematian bayi terus menurun, angka kematian ibu melahirkan terus mengalami penurunan, namun untuk gizi buruk ada kenaikan.

e. INFRASTRUKTUR

INFRASTRUKTUR DASAR DAN PERMUKIMAN

No Uraian Lokasi Panjang Kondisi Baik Rusak 1 Jalan Aspal Desa RW 1 1500 M √

RW 2 1000 M √

RW 3 1500 M √

(26)

RW 3 1500 M √ Table 7

IRIGASI

No Uraian Lokasi Panjang Kondisi Baik Rusak

1 Tersier RW 1 500 √

2 Tersier RW 04 1500 √

3 Tersien RW 3 1000 M √

Table 8 RUMAH TIDAK LAYAK HUNI

No Uraian 2017 2018 2019

1 Rumah Sehat

2 Rumah Tidak Sehat

Table 9 f. KEMISKINAN

Menurut sumber Data Kemiskinan Desa tahun 2019 jumlah KK Miskin di Desa Pekuncen adalah mencapai 32 % yang tersebar di RW. 01 s/d RW 04 yang tingkat prosentase kemiskinanya paling rendah yaitu Rw 04 dengan prosentase 14,59 % sedangkan prosentase kemiskinan tertinggi berada di RW 02 dengan prosentase 32,56 %.

g. EKONOMI

Pertumbuhan Ekonomi Salah satu indikator ekonomi untuk mengukur hasil hasil pembangunan adalah Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ). Pekuncen yang berkarakteristik Pengunungan dan hamparan sumber ekonomi warga terdiri atas pertanian dan peternakan, dengan harapan memanfaatkan sumber tersebut untuk bisa meningkatkan taraf ekonomi mayarakat dengan berinovasi kegiatan desa antara lain : BUM Desa, Desa Wisata Pengolahan Hasil Bumi dan lain – lain.

POTENSI EKONOMI

No Komoditi Produksi

2017 2018 2019

1 Padi 571 Ton 577 Ton 588 Ton

2 Ketela 1,3 Ton 1,2 Ton 1,5 Ton

(27)

3 Pisang 125 Ton 136 Ton 129 Ton 4 Kacang Ijo 5.5 Ton 5,3 Ton 6,2 Ton Diharapkan mulai 2020 Kebon Kopi bisa terealisasi sehingga bisa menambahkan angka pertumbuhan ekonomi masyarakat.

3. SOTK Desa

Berdasarkan SOTK Jumlah perangkat desa Pekuncen sebanyak 11 Orang yang meliputi :

No Jabatan Jumlah Keterangan

1 Kepala Desa 1 (satu) Orang 2 Sekretaris Desa 1 (satu) Orang 3 Kaur TU dan Umum 1 (satu) Orang 4 Kaur Keuangan 1 (satu) Orang 5 Kasi Pemerintahan 1 (satu) Orang 6 Kasi Kesejahteraan 1 (satu) Orang 7 Kasi Pelayanan 1 (satu) Orang

8 Ka. Wilayah I 1 (satu) Orang RW I

9 Ka Wilayah II 1 (satu) Orang RW III

10 Ka. Wilayah III 1 (satu) Orang RW III

11 Ka. Wilayah IV 1 (satu) Orang RW IV

(28)

SUSUNAN ORGANISASI TATA KERJA PEMERINTAH DESA PEKUNCEN

KEPALA DESA

SEKRETARIS DESA

KAUR TU DAN UMUM KAUR KEUANGAN

KASI

PEMERINTAHAN

KASI

KESEJAHTERAAN

KASI PELAYANAN

KEPALA WILAYAH I

KEPALA WILAYAH II

KEPALA WILAYAH III

KEPALA WILAYAH

IV

(29)

4. Lembaga Desa

No Lembaga Jumlah

Pengurus Keterangan

1 BPD 5 (satu) Orang Aktif

2 LPMD 10 (sepuluh)

Orang

Aktif

3 RT (20) 100 (Seratus)

Orang

Aktif

4 RW (4) 40 (Empat

puluh) Orang

Aktif 5 Posyandu (4) 20 (dua puluh)

Orang

Aktif 6 PKK Desa, PKK RW dan PKK

RT

120 (serratus dua puluh) Orang

Aktif

7 Desa Tanggap Bencana 20 (dua puluh) Orang

Pasif

8 FKD 10 (Sepuluh)

Orang

Aktif 9 Satgas Pelestarian Budaya /

Adat istiadat

3 (tiga) Orang Pasif

11 KPMD 5 (lima) Orang Aktif

12 Karang Taruna 30 (tiga puluh) Orang

Aktif

Dengan diundangkanya Perdes Pekuncen Nomor 2 Tahun 2020 tentang

Lembaga Kemasyarakatan Desa diharapkan peran aktif dari lembaga

dan membentuk lembaga baru jika dimungkinkan, sehingga peran

pembangunan di desa Pekuncen bisa berjalan sinergi dengan Visi dan

Misi Desa.

(30)

BAB III

PROSES PENYUSUNAN RPJM Desa

Rangkaian proses penyusunan RPJM Desa, Desa Pekuncen Kecamatan Sempor adalah sebagai berikut :

1. KAJIAN DESA PARTISIPATIF

a. MUSDUS Penyusunan RPJM Desa di mulai dari penjaringan masalah dan potensi yang ada di desa Pekuncen dengan menggunakan Alat Kajian :

1. Sketsa Desa 2. Kalender Musim

3. Diagram Kelembagaan Proses

Penjaringan masalah itu dilaksanakan dalam forum musyawarah RW /Dusun yang telah dilakukan pada :

No Wilayah Waktu Tempat

1 RW III 30 Januari 2020 Rumah Bp. Samdani 2 RW IV 1 Februari 2020 Rumah Bapak Williyanto 3 RW II 4 Februari 2020 Mushola Darussalam 4 RW I 9 Februari 2020 Balai Warga

dari hasil penjaringan masalah dan potensi yang dilakukan di tingkat RW/Dusun, Kemudian dituangkan dalam format 1 s/d 3 (terlampi)

b. LOKAKARYA DESA Proses penyusunan program dan kegiatan dilakukan dalam lokakarya ditingkat Desa yang dilaksanakan pada hari rabu 17 Maret 2020 bertempat di Balai Warga dengan tahapan sebagai berikut :

1. Mengkompilasikan dan Mengelompokan Masalah dari hasil musyawarah Dusun

2. Menyusun Legenda dan Sejarah Desa 3. Menyusun Visi Misi Desa

4. Membuat skala prioritas Pembuatan skala prioritas ini bertujuan untuk mendapatkan prioritas masalah yang harus segera dipecahkan. Adapun teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan rangking dan pembobotan.

5. Menyusun alternatif tindakan pemecahan masalah. Setelah

semua masalah di rangking berdasarkan kriteria yang

disepakati bersama, tahap selanjutnya adalah menyusun

alternatif tindakan yang layak. Kegiatan ini mempunyai tujuaan

untuk mendapatkan alternatif tindakan pemecahan masalah

dengan memperhatikan akar penyebab masalah dan potensi

yang ada.

(31)

6. Menetapkan tindakan yang layak Pada tahapan ini dipilih tindakan yang layak untuk memecahkan masalah yang ada.

Dalam tahapan ini juga dipisahkan mana pembangunan yang merupakan skala Desa dan pembangunan skala Desa.

2. MUSYAWARAH DESA RPJM-DESA Musyawarah Desa RPJM-Desa Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk membahas dan menyepakati RPJM- Desa. Musyawarah Desa dalam rangka penyusunan RPJM Desa membahas dan menyepakati sebagai berikut :

a. laporan hasil pengkajian keadaan Desa;

b. rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi kepala Desa; dan

c. rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Musywarah Desa RPJM-Desa dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2020

3. MUSRENBANG RPJM-DESA Berdasarkan hasil Musyawarah Desa

selanjutnya dilaksanakan Musrenbangdes penyusunan Desa RPJM

Desa yang diselenggarakan pada hari Rabu Tanggal 26 Maret 2020

bertempat di Balai Warga dalam rangka membahas rancangan RPJM

Desa Tahun 2020 – 2025

(32)

BAB IV : RUMUSAN PRIORITAS MASALAH

A. Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa

1

Terbatasnya pengetahuan dan kemampuan perangkat desa sehingga sering menghambat pekerjaan desa

Siltap belum dibayarkan setiap bulan Minimnya penghasilan perangkat Desa Selisih penghasilan yang sedikit

Tidak ada tambahan penghasilan yang memadai

Anggapan dikuasi oleh salah satu perangkat saja

Tupoksi belum dijalankan secara penuh oleh perangkat Desa

2 Kesulitan mencari Ketua dan pengurus RT dan RW

Tidak ada honor

Menjadi sasaran ketidakpuasan warga atas kebijakan pemerintah

Minimnya dana bantuan untuk menunjang kegiatan RT dan RW

Pembagian bantuan tidak merata Kehadiran Pemdes Kurang Kesibukan lain

3 RW dan pengurusnya kinerjanya kurang, susah ditemui dan jarang hadir di pertemuan RT

Tidak ada honor

Menjadi sasaran ketidakpuasan warga atas kebijakan pemerintah

Minimnya dana bantuan untuk menunjang kegiatan RT dan RW

Pembagian bantuan tidak merata Kehadiran Pemdes Kurang Kesibukan lain

4 Rendahnya kemampuan tata kelola yang bersih dan bebas korupsi

Kurang pengetahuan Kurangnya pengawasan

Kurang transparanrasi anggaran

5 Kadus Kurang proaktif, kurang tanggap dalam permasalahan lingkungan

Kurangnya tanggung jawab

Tidak memahami tupoksi sebagai Kadus Kadus Tidak bisa naik motor

Kadus tidak memiliki data kependudukan dan potensi wilayah secara valid

Kadus mementingkan keluarganya Saja/

Pekerjaan Rumah

Kadus jarang hadir dalam pertemuan RT

6 PAD Desa Kecil

Terbatasnya Aset Desa / tidak memiliki Belum Memiliki BUM Desa

Aturan Pemerintah berubah - ubah dan tidak sinkron

Pungutan Desa tidak dijalankan secara maksimal

7 Lembaga Desa belum memiliki Sekretariat Tetap

Tidak memiliki tanah milik desa

Potensi Desa belum diolah secara maksimal

(33)

8

Dukumen Desa Masih tercecer /tidak rapih (meja dan kolong perangkat dipenuhi dokumen - dokumen)

Rungan Kantor / Sekretariat sempit

Ruangan / Fasilitas arsip yang tidak memadai

Sarana kantor yang tidak memadai Kabel jaringan komputer bergelantungan Sarana penyimpanan dokumen tidak memadai

Kepemilikan tanah kantor sempit

Ruang arsip tidak digunakan secara maksimal karena sarpras tidak memadai

9 Pelayanan masyarakat sering terganggu

Belum ada PC Server yang memadai Belum ada aplikasi standar pelayanan Sistem pelayanan minimal belum sesuai permendagri

Perangkat desa tidak sepenuhnya memiliki kemampuan menjalankan aplikasi Office

10

Pada saat pertemuan dengan warga, sering mendapat keluhan ruangan yang sumuk/tidak nyaman karena suhu udara, pengap dan suara tidak jelas

Gedung Pendek (tidak ada sirkulasi udara) Sound sytem tidak sesuai standar gedung pertemuan

Sarana pendukung ruangan yang tidak memadai

11 Sering terjadi kerusakan peralatan elektronik kantor

Listrik yang tidak stabil Jaringan instalasi lama

Gedung tua( Platfon) tidak ada yang berani naik ketas platfon

Tidak ada genset 12

Musim kemarau kantor sering

kekeringan Sumber air yang kering

Sumur Bor Pendek/Kurang dalam

13 Gedung sekretariat (Sekretariat, dapur dan Kamarmandi) platfon sering ambrol

Bocor

Bangunan Lama

Pembuangan limbah air hujan dari bangunan sekitar

Kayu utama patah

14 Sering terjadi kecelakaan di halaman balai desa (kepleset) saat musim penghujan

Halaman licin, banyak lumpur saat hujan Air menggenang

Paving bercampur dengan tanah

B. Bidang Pelaksanaan Pembangunan

1 Rumah tidak layak huni / Rumah tidak sehat :

Rendahnya pendapatan keluarga Biaya material mahal

Tidak memiliki MCK Kurangnya ventilasi

Kandang ternak menempel rumah tinggal

(34)

2 Banyak sampah yang berserakan di lingkungan sehingga banyak lalat dan rawan penyakit

Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan rendah

Tidak ada tempat sampah TPA jauh

Banyak sampah plastik

Belum memiliki aturan (Perdes) Tidak memiliki bank sampah

3 Kesulitan melanjutkan ke sekolah negeri baik SLTP dan SLTA bahkan ada anak yang putus sekolah

Zonasi

Kuota di sekolah negeri terbatas SLTPN ( 2 Km), SLTA N ( 5 Km)

Biaya pendidikan dan Dana Pembangunan Pemanfaatan bantuan dari pemerintah (PKH) tidak digunakan untuk kebutuhan sekolah (konsumtif)

Program pemerintah belum tepat sasaran (KIP)

4 Mahalnya biaya berobat dan rendahnya akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

Kesulitan mencari kendaraan angkut ketika anggota keluarga sakit

Tidak semua penyakit ditanggung BPJS Belum mendaftar ke BPJS

Tidak terdaftar sebagai penerima BPJS yang di subsidi pemerintah

Ekonomi keluarga rendah Peran FKD belum maksimal

Sarana dan prasarana kesehatan yang terdekat belum memadai

5 Dimusim Pancaroba terjadi endemik DB, Diare dan penyakit menular

Lingkungan kumuh Banyak genangan air Sampah

Pola hidup yang kurang sehat

6 Masih ditemukan anak yang mengalami stunting dan rawan stunting

Keluarga tidak mampu Rumah tidak sehat Kekurangan air bersih

Sarana dan prasarana posyandu kurang Sarana dan prasarana di Pos PAUD belum memadai

Pendidikan reproduksi masih dianggap Tabu oleh masyarakat

Faktor Pergaulan Bebas

Intervensi dari dinas terkait belum maksimal

7

Warga yang berkebutuhan khusus,penyandang disabiltas dan gangguan jiwa belum mendapatkan perhatian, bantuan dan pembinaan

Keluarga tidak mampu Kepedulian keluarga kurang Rumah tidak sehat

Kurangnya pengetahuan, informasi dalam penanganannya khusus disabilitas

8 Keluarga tidak mampu

(35)

Masih ada lansia yang mengalami kesulitan hidup dan terlantar

Tidak mendapat program PKH Keluarganya jauh /merantau

9 Polusi udara dan bau yang tidak sedap

Asap pembakaran jerami

Tidak memiliki keahlihan pemanfaatan jerami sebagai pupuk organik

Sampah limbah rumah tangga yang menumpuk di saluran air

Air Limbah pembuangan dari rumah tangga menggenang

Pembuangan limbah buah dari Gombong Kandang hewan ternak

10 Kehadiran balita, Bumil dan lansia di posyandu kurang

Kader Posyandu tidak memiliki keahlian tentang kesehatan

Tidak mengetahui jadwal posyandu terutama lansia

Posyandu jauh

Kurangnya program parenting

Sarana dan prasarana posyandu kurang (APE Luar dan APE dalam, Alat Kesehatan) Tidak memiliki gedung sendiri

Kesulitan mencari kader

Rendahnya perhatian pemerintah terhadap kader

Cek kesehatan membayar / mahal (GDS, kolesterol, asam Urat)

Posbindu tidak ada di RW III Posbindu RW IV jauh (RT 004/004)

Pemberian PMT kurang

maksimal/membayar

11 FKD belum difungsikan

Gedung milik / Aset Pemda

Sarpras belum memadai/tidak ada

kader FKD belum memiliki keahlian kesehatan

Operasioal FKD tidak ada

12 Banyaknya keluarga misikin dan rawan miskin (prasejahtera)

Pendapatan keluarga rendah

Pengganguran / tidak memiliki penghasilan tetap

Tidak memiliki kemampuan/keahlian yang produktif

Rendahnya kemampuan IRT dalam mendukung penghasilan keluarga

Pengelolaaan keuangan keluarga yang buruk

Pengusaha kecil dan peternak sulit berkembang

Lembaga yang terbentuk di desa belum berfungsi dan belum memiliki program yang menyentuh

(36)

Pemasaran hasil kegiatan ekonomi yang ada belum maksimal

Rendahnya tingkat pendidikan

Terjerat hutang dengan bank harian bahkan rentenir

Kurangnya lapangan pekerjaan

13

Rendahnya pengembangan potensi remaja, pemuda, tokoh agama, lembaga dan cagar budaya yang ada di desa

Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan pengembangan

Keterbatasan lahan dan aset desa Rendahnya PAD dan terbatasnya dana Kurang transparannya anggaran desa Keterbatasan aturan dan wewenang desa Terbatasnya kemampuan SDM

Penataan organisasi/lembaga yang ada belum maksimal

Cagar budaya bukan kewenangan Desa (R.

Sukadis dan Masjid Saka Tunggal)

Kurangnya sosialisasi dan edukasi dari pemerintah dan lembaga desa

14 Beberapa rumah warga tidak memiliki akses jalan/tanah helicopter

Tata kelola lingkungan yang buruk

Rendahnya pengetahuan masyarakat akan tata kelola lingkungan

Kurangnya komunikasi dan mediasi dengan semua pihak

15 Hasil pertanian tidak maksimal

Pengetahuan dan wawasan petani yang belum berkembang / Petani konvesional Kurangnya sarana dan prasarana pendukung pertanian

Sawah tadah hujan sehingga di musim kemarau sering kekurangan air bahkan sering gagal panen

Kesulitan mengambil hasil panen karena tidak ada jembatan penyembrangan dan buruknya akses jalan bahkan tertutup oleh warung

Kesulitan membeli pupuk bersubsidi

Harga jual hasil tani rendah / tidak maksimal

Lembaga yang terbentuk di desa belum berfungsi maksimal dan belum memiliki program atau kegiatan yang menonjol Kesadaran petani untuk berkumpul dan mengadakan pertemuan rendah

16 Siswa PAUD sedikit / sekolah PAUD diluar desa Pekuncen

PAUD baru memiliki gedung sendiri Terbatasnya anggaran keuangan Honor Pengajar rendah

Kurangnya sarana dan prasaran PAUD

(37)

Kurangnya komunikasi dan koordinasi dengan pemdes

17

TK tidak pernah mendapatkan

bantuan dari pemdes Kepemilikan yayasan dharma wanita / bukan kewenangan Desa

Sarana dan prasarana pendukung belum maksimal

Terbatasnya anggaran keuangan

Kesejahteraan guru kurang Tidak memiliki aset tanah

Keterbatasan Anggaran Operasional TK Status tanah tidak jelas Tidak memiliki arsip asal usul

18

Batas tanah sekolah SD dengan

lingkungan tidak jelas Penataan ruang dilingkungan sekolah yang tidak maksimal

Kurangnya beasiswa untuk siswa miskin

Terbatasnya anggaran keuangan sekolah

Kurangnya dukungan, motivasi dan apresisasi untuk siswa berprestasi Kurang transparanya anggaran sekolah

Komite sekolah tidak difungsikan secara maksimal hanya gambar tempel saja

19 Kurangnya tenaga yang terampil untuk mengurus jenazah

Kurangnya kepedulian dan keberanian warga

20 Peralatan dan perlengkapan untuk mengurus jenazah belum tertata rapi

Belum ada tempat/ gudang dan minimnya biaya sosial yang dikumpulkan warga

21 Peziarah dari luar desa kesulitan mencari makam keluarganya

Tidak ada juru kunci atau petugas yang mengurus pemakaman

22 Jalan Lingkungan Rusak : Tergenang Air

Kualitas jalan rendah

Usia bangunan yang cukup lama

Penyempitan Jalan

Jalan Masih Tanah

Tekstur jalan bergelombang

Jalan Masih Tanah

24 Jalan gang licin (500 m) Jalan berlumut dan tertutup pohon rindang 25 Jalan Tanggul penghubung antar

desa rusak

26 Jalan gang rusak Tergenang air 27 Jalan lingkungan ambles dan

berlubang

Kebocoran saluran irigasi sempor

28 Jalan lingkungan pavingnya bubar Tumbuh rumput liar

29 Jalan ke pemakaman becek dan ada yang masih tanah

Jalan masih tanah

pealrangan penggunaan DD

30 Terdapat genangan air di lingkungan Drainase tidak lancar

Belum ada drainase

(38)

Sampah yang menghambat saluran air yang ada

Saluran pembuangan rusak dan tinggi

Lokasi tanah rendah

Air saluran meluap

Buangan dari desa sidayu

31 Jalan Gombong - Lawang Awu amblas dan bahu jalan rawan longsor

Belum ada bangunan penguat jalan, erosi dan berada di tepi sungai luereng dan saluran air irigasi pertanian watu barut 32 Bantaran sungai luereng sering

longsor/abrasi Belum ada bangunan penguat, arus air deras dan adanya penambangan pasir 33 Jalan lingkungan amblas dan cepat

rusak

Belum ada bangunan penguat bahu jalan Tergenang air

34 Saluran air pertanian rusak, belum berfungsi maksimal dan belum terbangun saluran

Sampah

Bangunan rusak Sedimentasi

34 Air dari jalan mengenang di lingkungan

Sampah

Bangunan rusak Sedimentasi

Belum ada saluran air

36 Jembatan sempit, rusak, terlalu tinggi dari jalan sehingga sering terjadi kecelakaan

Bangunan sudah lama Bangunan tidak layak Amblas dan abrasi

Bangunan belum permanen

37 Beberapa rumah warga dan jalan lingkungan rawan longsor

Belum ada bangunan penguat

Berada di tepi saluran irigasi watu barut

Penambangan pasir yang berlebihan Berada di tepi sungai luereng

Berada di tepi saluran irigasi Sempor

38 Rawan kecelakaan di perempatan, pertigaan jalan dan di tepi sungai / saluran air

Perempatan dan pertigaan sempit

Belum ada pengaman terutama yang berada di tepi sungai dan saluran air

Belum ada tanda atau rambu

Kesadaran berkendara yang aman rendah

Jalan rusak dan berlobang Tekstur jalan bergelombang Gelap

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendapatan keluarga terhadap pembiayaan pendidikan anak seputar danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu yang terletak di Desa

Evaluasi perkembangan kinerja di bagian produksi memerlukan suatu pengukuran produktivitas dengan tujuan mengetahui tingkat produktivitas di bagian produksi yang

Seiring dengan namanya, maka aktiviti yang dijalankan menerusi kelab ini adalah berlandaskan kepada kelima-lima prinsip Rukun Negara yang bermatlamat agar ianya dihayati dan

Hasil penelitian dapat memberikan informasi untuk masyarakat tentang perspektif pemuka agama terhadap Rancangan Undang-Undang Kerukunan Umat Beragama dalam sebauh forum

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1) dalam rangka membina dan meningkatkan kompetensi guru, Kepala SMP Negeri 2 Rambatan dalam kepemimpinanya memakai gaya yang tegas keras

Mia (2012:30)  Keramahan dan kesopanan karyawan terhadap para konsumen  Kesiap siagaan karyawan dalam membantu para konsumen  Keramahan dan kesopanan

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1, Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan

Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi