dr. Rahma Yuantari, MSc, Sp.PK Bagian Patologi Klinik FK-UII
Cardiac Marker
Sindrom Koroner Akut
kondisi terjadi pengurangan aliran darah ke jantung secara mendadak.
Termasuk di dalamnya Infark Miokard Akut
Diagnosis Infark Miokard Akut (IMA)
Kriteria WHO didapatkannya dua atau lebih dari 3 kriteria :
1. adanya nyeri dada mayoritas keluhan utama
2. perubahan elektrokardiografi (EKG) dan
3. peningkatan penanda biokimia
4
Karakteristik nyeri dada tipikal :
Gambaran EKG
Kadang nyeri atipikal & EKG ≠ khas perlu marker biokimiawi
Manifestasi klinis SKA :
Nyeri dada (+)
EKG normal
Penanda jantung (-)
UAP
Penanda jantung (+)
NSTEMI
EKG : ST Elevasi
Penanda jantung (+)
STEMI
Keterbatasan kriteria WHO:
50% penderita menunjukkan EKG (Electrocardiogram) yang khas
• 20–30% pendrt IMA: tanpa nyeri dada ,,silent infarct”, mis pendrt Diabetes Mellitus (disfungsi saraf otonom) & org tua
• Sensitifitas rasa sakit utk Dx IMA berkisar 67%
30% ada perubahan EKG, tetapi gejala IMA tidak khas 20% EKG non diagnostik
Jika tanda2 klinis tidak khas & EKG non diagnostik ST elevasi (-)
Perlu konfirmasi marker biokimiawi kerusakan miokardial
Kriteria penanda kerusakan miokardium yg ideal
Spesifisitas tinggi tidak bereaksi silang, dpt mendeteksi nekrosis miokardium meskipun ada trauma otot skelet
Sensitivitas tinggi deteksi nekrosis ukuran kecil /small injuries
Ukuran molekul kecil dilepaskan segera ssdh nekrosis miokardium
Kadar berbanding lurus dg luasnya kerusakan
Cukup lama didalam plasma diagnostic window cukup lebar, tetapi masih mampu mendeteksi kerusakan ulang
Kondisi normal tidak dijumpai dalam sirkulasi / terdapat dlm jumlah kecil, tetapi segera terdeteksi pd peningkatan kadar minimal
Teknis pengukuran mudah dilaksanakan
Tidak mahal
Clinical Biochemistry 35 (2002) 13–27 Hassan M.E. Azzazy, Robert H. Christenson
Perkembangan cardiac marker
Awal digunakan utk mendeteksi IMA :
Enzim2 jantung Aspartate aminotransferase/SGOT & Lactate Dehydrogenase/LDH
Distribusinya luas di jaringan2
Tidak spesifik
Generasi berikutnya:
Creatine Kinase cytosolic carrier protein, peran dlm metabolisme energi dgn mengkatalisis reaksi transfer high energy phosphate asal ATP
Distribusi yg luas pd otot skelet tidak direkomendasikan sbg indikator spesifik utk IMA
Marker berikutnya : CK-MB, Troponin, Mioglobin, HFABP
Cardiac Marker
Enzim Jantung
• GOT/AST
• LDH
• CK
• CKMB
Komponen
Struktural Jantung
• Troponin I
• Troponin T
• Mioglobin
• HFABP
GOT/AST
di jantung, hati, otot rangka, ginjal, pankreas, limpa dan paru.
di eritrosit perhatian bila sampel lisis, kadar GOT dapat meningkat
dibebaskan ke dalam darah saat terjadi kematian sel-sel organ tersebut.
2 isoenzim yaitu sitoplasma atau soluble dan mitokondria
Pemeriksaan serial untuk monitoring
LDH (Lactat Dehydrogenase)
LDH merupakan enzym yang mengkatalisis perubahan reversibel dari laktat piruvat.
Terdapat 5 jenis isoenzym LDH.
Pada otot jantung terutama terdapat LDH 1 dan LDH 2.
Spesifik jantung : LDH 1> LDH 2.
Kadarnya meningkat 8 jam setelah kejadian infark,
mencapai puncak 24-48 jam kemudian, kadarnya menurun setelah hari ke 7-12.
Nilai Rujukan dewasa 120 – 240 u/L
Pemeriksaan serial untuk monitoring
Creatin kinase (CK)
dekade 1960-an hasil yang lebih spesifik untuk penanda nekrosis otot jantung.
Ditemukan dalam otot lurik, otak, dan otot jantung, dan dibebaskan ke dalam aliran darah dalam waktu yang
singkat setelah infark miokard dan nekrosis otot jantung
↗ 3-8 jam setelah onset, mencapai puncaknya aktivitas maksimum 18-30 jam dari onset, kemudian kembali normal setelah 3-4 hari
CK tiga isoenzim
CK-BB tdp di otak,paru & o.polos
CK- MM Predominan tdp dlm o. skelet & otot jantung
CK - MB (CK- 2) Predominan tdp dlm otot jantung
CK-MB
isoenzim MB pd otot jantung indikator yang lebih spesifik utk infark miokard akut daripada total CK sendiri.
ditemukan 20% pada miokard , hanya sekitar 1% pada otot rangka
CK-MB akan ↗ 4 - 6 jam setelah onset nyeri dada pada pasien IMA, mencapai puncak dalam 12 sampai 24 jam, dan kembali ke kadar awal dalam waktu 2-3 hari
Serial test measurements have proven useful to monitor for reinfarction
Gambar 1. Kinetika enzim jantung paska onset nyeri
Troponin
20
Kompleks protein regulator yg berlokasi pd thin filament (actin) dr striated muscle
Essential utk ,,Ca mediated Regulation “ kontraksi otot jantung & skelet
Troponin sendiri terdiri atas:
Troponin T (the tropomyosin binding comp) Troponin I (the inhibitory comp)
Troponin C ( the Ca binding comp)
Pd serum org normal (-) / jarang > dr 0,01 ng/ml
21
22
Distribusi subselluler Troponin
Sebag besar Trop tdp didlm 3-unit complex dr apparatus
contractil pd miofibril, disbt sebagai “Structural pool “ (94 – 97%)
TnT & TnI predominan terikat pd muscle fibers lambatnya pelepasan & degradasi dari structural pool
Cytosolic/cytoplasmic pool unbound Trop/ free Trop, t.a
- 6-8% cytopl TnT
- 2,8-4,1% cytopl TnI Cepat dilepaskan dr sel miokard yg rusak
TROPONIN T/TnT & I/TnI:
TnT juga meningkat pd: peny. Ginjal tahap terminal &
peny.muskuloskeletal
o.k pd peny. muskulosk gen yg mengkode TnT di re-ekspresikan shg TnT dilepas ke dlm sirkulasi
Generasi I: pe↗-an palsu akibat Ab non spesifik yg cross react thd cTnT o.skelet
Generasi II: Monoclonal Ab spesifisitas tinggi yg non reaktif thd cTnT otot skelet pe↗-an palsu dpt dieliminasi.
TnI tidak dijumpai ekspresi gen pd peny degeneratif &
muskuloskeletal, pd org dewasa TnI hanya tdp sbg single isoform pd otot cardiac & tdk terdeteksi pd otot skelet
Mioglobin
primary oxygen-carrying pigment of muscle tissue
berukuran kecil (18 kDa)
Mioglobin terdapat pada otot skelet dan otot jantung.
Pada infak miokard akut mioglobin cepat dilepas
dibanding CK-MB dan Troponin dapat dideteksi di dalam darah dalam waktu 2 jam, dan menghilang dalam waktu kurang dari 24 jam setelah infark.
Walaupun muncul cukup awal, mioglobin tidak bisa secara spesifik menunjukkan kelainan/gangguan pada otot jantung karena juga terdapat di otot skelet.
HFABP (Heart-type fatty acid-binding protein)
Ditemukan thn 1988, Professor Jan Glatz (Maastricht, Netherlands)
Protein sitoplasma berukuran kecil (15 kDa)
Terdapat di miosit, terlibat aktif pada metabolisme as. lemak
transport dari membran sel utk dioksidasi ke mitokondria
20 x lebih spesifik dibanding mioglobin.
Kadar di jantung 10x lebih tinggi dari pada di otot skelet.
Ditemukan juga di ginjal, hepar, usus kecil dg kadar <<.
Dilepas ke plasma sekitar 1-2 jam setelah terjadi infark
Kinetika Cardiac Marker
J MEDICINE 2009; 10 : 100-108
Am Fam Physician 2005;72:119-26.
Am Fam Physician 2005;72:119-26.
Am Fam Physician 2005;72:119-26.
dr. Rahma Yuantari, MSc, Sp.PK Bagian PK FK UII
ANALISIS GAS DARAH
Analisis Gas Darah
bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran oksigen,karbondioksida dari status asam basa dalam arteri
Indikasi Umum :
Abnormalitas Pertukaran Gas
Penyakit paru akut dan kronis, Gagal nafas akut, Penyakit Jantung, Pemeriksaan Keadaan Pulmoner (rest dan
exercise)
Gangguan Asam Basa
Asidosis metabolik, Alkalosis metabolik
Pengaturan keseimbangan asam-basa
1. Sistem Buffer
Buffer membantu mempertahankan keseimbangan
asam-basa dengan menetralisir kelebihan asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen.
Segera, menit - jam
Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat diminimalisir
Buffer yang ada cairan ekstraseluler : Bikarbonat/
elektrolit, Protein, Hemoglobin & Fosfat
Buffers system extracellular
2. Pengaturan Pernafasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam- basa dengan cara mengeluarkan karbondioksida.
Ketika kadar H+ meningkat pembentukan H2CO3 meningkat CO2 dikeluarkan dg meningkatkan
ekskresi frekuensi pernafasan meningkat
3. Pengaturan Ginjal
Ginjal mempertahankan keseimbangan asambasa dengan pengeluaran selektif bikarbonat dan ion hydrogen.
Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH menjadi turun (asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan ion hydrogen.
Pada keadaaan alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan bikarbonat dan menahan ion hydrogen.
Penilaian AGD (darah arteri)
• Normal : 7,35-7,45 pH darah
• Normal : 35-45 mmHg
pCO2 Tekanan parsial karbon dioksida
• Normal : 75 - 100 mmHg pO2
• Normal : 22-26 mEq/L (22-26 mmol/L) Bikarbonat / HCO3
• Normal : + 2 Base excess
Perbandingan nilai normal AGD darah arteri
&vena
Arteri Vena
Ph 7,35 - 7,45 7,33 – 7,43
pO2 80 -100 mmHg 34 – 49 mmHg Saturasi O2 > 95 % 70 – 75 %
pCO2 35 – 45 mmHg 41 – 51 mmHg HCO3 22- 26 mEq/L 24 – 28 mEq/L BE -2 s/d +2 0 - +4
pCO2
Penurunan nilai PaCO2
dapat terjadi akibat hipoksia, anxiety/ nervousness, emboli paru, hiperventilasi
Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.
Peningkatan nilai PaCO2
dapat terjadi akibat gangguan paru atau penurunan fungsi pusat pernafasan, hipoventilasi
Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.
pO2
Penurunan nilai PaO2
dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung.
Peningkatan nilai PaO2
dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya angkut
oksigen)
Saturasi O2
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 %
Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan kecakupan oksigen pada jaringan
Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion
bikarbonat E.
Saturasi oksigen dipengaruhi oteh tekanan parsial oksigen dalam darah, suhu tubuh, pH darah, dan struktur hemoglobin
HCO3
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat.
Bikarbonat / HCO3 bersifat basa, diatur oleh ginjal.
Peningkatan kadar HCO3
dapat terjadi akibat muntah yang parah, emfisema, dan aldosteronisme 2.
Penurunan kadar HCO3
dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan hiperventilasi
Base Excess (BE)
jumlah asam atau basa yang ditambahkan kedalam 1 liter darah/cairan ekstraseluler, agar pH kembali ke 7,4 pada pCO240 mmHg , SO2 100% , suhu 37 C
Untuk mengkaji komponen metabolik asam basa
menunjukkan pasien dalam kondisi :
asidosis metabolik : BE < -2
alkalosis metabolik : BE >+2
Anion gap (AG)
Anion gap dapat dihitung menggunakan dua pendekatan yang berbeda.
Na - (Cl + HCO3) atau Na + K - (Cl + HCO3)
Nilai Normal : 13 - 17 mEq/L
Anion gap digunakan di klinik untuk mengetahui peningkatan (atau penurunan) ion-ion yang tidak diperiksa, seringkali
digunakan untuk mengetahui penyebab asidosis metabolik (anion gap meningkat)
Sampling
Pengambilan darah arteri :
Labelling
Pemilihan lokasi
Siapkan spuit aspirasi 0,5 ml heparin dengan
perbandingan 1: 1000 unit/ml dari vial; Kemudian lakukan usaha agar heparin menyentuh semua dinding bagian dalam spuit.
Disinfeksi
Beberapa institusi mengijinkan diberikan anastesi di area penusukan dengan 1% lidocaine
Masukkan jarum, dengan sudut 60-90 derajat (sesuai dengan lokasi), langsung ke dalam arteri.
Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat seperti "denyutan". Hentikan menusukkan jarum lebih jauh bila terlihat "denyutan" ini.
Sampel darah arteri yang baik sebaiknya menggunakan tekanan hisap minimal, dan secara normal, darah naik ke dalam spuit dengan sendirinya.
Letakkan kapas & lakukan penekanan 5-10’ (lebih lama dibandingkan ketika dilakukan pengambilan darah vena)
Sumbat ujung jarum spuit dengan menusukkan pada bantalan karet
INTERPRETASI HASIL ANALISA GAS DARAH
Tentukan apakah sampel darah dari arteri atau vena saturasi oksigen
Arteri : >88%
Vena : < 88% (darah mixed/ peny. paru)
Tentukan status asam basa dari pasien
pH
pCO2 normal/abnormal
HCO3- normal/ abnormal
Tentukan kasus metabolik/ respirasi
Tentukan apakah telah terkompensasi
Tentukan anion gap (kalau perlu/tersedia)
Anion Gap = (Na+ + K+) - (HCO3- + Cl-)
Disturbances of acid base
Jenis Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Gangguan asam basa sederhana (simple acid-base disorder)
hanya disebabkan oleh satu gangguan primer 2. Gangguan asam basa campuran (mixed acid-base
disorders)
disebabkan oleh lebih dari satu gangguan primer
KOMPENSASI
Proses mengatasi gangguan asam-basa primer oleh
gangguan asam-basa sekunder,yang bertujuan membawa pH darah mendekati pH normal
Kompensasi dilakukan oleh : penyangga, respirasi, dan ginjal
Kondisi Gangguan Primer Kompensasi Asidosis
Metabolik Respiratorik
pH <7,35 ↘ HCO3
↗ PaCO2
↘ PaCO2
↗ HCO3
Alkalosis
Metabolik Respiratorik
pH >7,45
↗ HCO3
↘ PaCO2
↗ PaCO2
↘ HCO3
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA &
KOMPENSASINYA
Kondisi Gangguan Primer Mixed Asidosis Metabolik +
Respiratorik
pH <7,35,
↘ HCO3, ↗ PaCO2
Mixed Alkalosis Metabolik + Respiratorik
pH >7,45
↗ HCO3, ↘ PaCO2
PENYEBAB ASIDODIS METABOLIK
PENYEBAB ALKALOSIS METABOLIK
PENYEBAB ALKALOSIS RESPIRATORIK
PENYEBAB ASIDOSIS RESPIRATORIK
Contoh :
Hasil pemeriksaan :
pH = 7,22 ( N: 7,35-7,45 )
pCO2= 15 mmHg ( N: 35-45 mmHg )
HCO3-= 6 mmol/l ( N: 22-26 mmol/l )
Interpretasi :
Asidosis metabolik dengan kompensasi respiratorik parsial
Asidosis metabolik dekompensata/ tak terkompensasi sempurna
Hasil pemeriksaan :
pH = 7,50 ( N: 7,35-7,45 )
pCO2= 42 mmHg ( N: 35-45 mmHg )
HCO3-= 33 mmol/l ( N: 22-26 mmol/l )
Interpretasi :
Alkalosis metabolik tanpa kompensasi
Hasil pemeriksaan :
pH = 7,44 ( N: 7,35-7,45 )
pCO2= 32 mmHg ( N: 35-45 mmHg )
HCO3-=20 mmol/l ( N: 22-26 mmol/l )
Interpretasi :
Alkalosis respiratorik dengan kompensasi metabolik ??
atau
Asidosis metabolik dengan kompensasi respiratorik ??
Untuk membedakan px klinis pasien, BE, lakukan perhitungan anion gap