• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi di era modern saat ini, menyebabkan penggunaan teknologi tumbuh dengan pesat untuk memenuhi kebutuhan manusia di bermacam aspek kehidupan. Salah satu perkembangan teknologi di bidang keuangan adalah Fintech (Financial Technology). Fintech merupakan salah satu inovasi di bidang financial yang mengacu pada teknologi modern. Menurut Clayton, inovasi tersebut bertujuan untuk memperkenalkan kepraktisan, kemudahan akses, kenyamanan dan biaya yang ekonomis (Ansori, 2019). Latar belakang munculnya Fintech adalah ketika terjadi suatu masalah dalam masyarakat yang tidak dapat dilayani oleh industri keuangan dengan berbagai kendala. Diantaranya adalah peraturan yang terlalu ketat seperti halnya di bank serta keterbatasan industri perbankan dalam melayani masyarakat di daerah tertentu. Jadi masyarakat yang jaraknya jauh dari akses perbankan cenderung belum bisa terlayani oleh perbankan. Hal ini mengakibatkan perkembangan ekonomi yang tidak merata.

Produk dari fintech yang muncul di Indonesia bisa dirasakan oleh segala lapisan publik. Dengan bermacam kemudahan penggunannya, publik tanpa menyadari telah memakai fintech, salah satunya merupakan pemakaian produk keuangan uang elektronik.

Saat ini transaksi keuangan dengan uang elektronik di Indonesia mengalami peningkatan.

Berikut ini adalah Tabel 1.1. yang menjelaskan volume dan nominal transaksi uang elektronik pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 (Januari - Juli) :

Table 1.1Volume dan Nominal Transaksi Uang Elektronik Tahun 2015-2020*

Tahun Volume Transaksi Nominal Transaksi 2015 535. 579.528 5.283.018.000.000 2016 683.133.352 7.063.689.000.000 2017 943.319.933 12.375.469.000.000 2018 2.922.698.905 47.198.616.000.000 2019 5.226.699.919 145.165.468.000.000 2020* 2.634.957.283 109.727.772.000.000

Sumber : bi.go.id (* data bulan Januari – Juli)

(2)

2

Pada Tabel 1.1. di tahun 2015 volume mencapai 535. 579.528 transaksi dan jumlah nominal uang yang digunakan mencapai Rp5.283.018.000.000. Transaksi terus mengalami peningkatan sestiap tahun hingga pada akhir tahun 2019 nilai transaksi mencapai volume 5.226.699.919 dan jumlah nominal transaksi Rp 145.165.468.000.000.

Pada tahun 2020 pada bulan Januari sampai Juli mengalami volume transaksi 2.634.957.283 dan jumlah nominal transaksi Rp109.727.772.000.000.

Bersamaan dengan perkembangan uang elektronik dengan basis chip secara luas di tengah-tengah pengguna menyebabkan banyak perusahaan start up membangun bisnis fintech sehingga terbentuk yang dinamakan e wallet. Fintech menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah sebuah inovasi pada industri jasa keuangan yang memanfaatkan penggunaan teknologi. Produk fintech biasanya berupa suatu sistem yang dibangun guna menjalankan mekanisme transaksi keuangan yang spesifik. Di Indonesia hingga Februari 2022 terdapat setidaknya 4 kluster Fintech yang telah diregulasi oleh Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai berikut: (1)Pembayaran Digital (digital payment) yang diregulasi oleh Bank Indonesia melalui: PBI 18/40/PBI/2016 (Payment Gateway, E-Wallet), PBI 20/6/PBI/2018 (E-Money), PBI 19/12/PBI/2017 (Pengiriman Uang dalam bentuk Valuta Asing), PADG 21/18/PADG/2019 (QRIS) ; (2) Fintech Pendanaan Bersama/Fintech P2P Lending/Digital Lending/Pinjaman Daring/Pinjol/Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI) yang diregulasi oleh OJK melalui: POJK 77/POJK.01/2016 ; (3) Fintech Inovasi Keuangan Digital, yang diregulasi oleh OJK melalui: POJK 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital (IKD); dan (4) Fintech Security Crowdfunding/Layanan Urun Dana yang diregulasi oleh OJK melalui: POJK 57/POJK.04/2020 tentang Penawaran Efek Melalui Layanan Urun Dana berbasis Teknologi Informasi (Teknologi finansial - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Berdasarkan pemaparan tersebut e wallet merupakan bagian dari fintech. E wallet sesungguhnya juga termasuk dalam uang elektronik, namun perbedaannya pada media penyimpanan uang elektroniknya. E wallet merupakan suatu aplikasi yang terkoneksi dengan internet yang menyimpan nominal uang elektronik. Tidak memerlukan media kartu, hanya menggunakan smartphone yang tentu bisa dipakai oleh publik saat e wallet dapat digunakan untuk bermacam transaksi (Widayanti, 2020).

Berdasarkan data dari Bank Indonesia tahun 2019, terdapat 38 dompet digital atau e wallet yang memiliki lisensi resmi. Berdasarkan data dari Bank Indonesia pada tahun

(3)

3

2018, transaksi e wallet mencapai angka USD 1,5 miliar dan diprediksi meningkat menjadi USD 25 miliar pada tahun 2023. Selama periode Q2 2019-Q2 2020 menyatakan bahwa Go-pay menempati posisi pertama dengan tingkat pengguna Indonesia yaitu Go- jek. Peringkat kedua diraih oleh OVO, dan urutan ketiga diraih oleh DANA. Go-pay menjadi salah satu produk dari start up decacorn pertama dan peningkatan produk e wallet ini merupakan dorongan dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dalam upaya meningkatkan perkembangan di Indonesia.

Pada awal kemunculannya, e wallet atau dompet digital hanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan uang secara elektronik. Akan tetapi, lama-kelamaan e wallet menjadi sangat populer dan mulai dipakai untuk alat transaksi jual beli secara online.

Dalam peraturan Bank Indonesia, dompet elektronik atau e wallet adalah sebagai layanan elektronik yang berguna untuk menyimpan, menampung dana, hingga melakukan transaksi pembayaran. Kemunculan e wallet adalah hal yang sangat praktis untuk keperluan transaksi, sehingga tidak salah lagi kalau banyak e-commerce yang menawarkan e wallet sebagai metode transaksi.

Penelitian sebelumnya oleh Widayanti (2020) menemukan ada pengaruh secara positif dan signifikan baik secara parsial maupun simultan antara variabel kemanfaatan, kemudahan penggunaan dan promosi terhadap keputusan penggunaan e wallet OVO.

Penelitian lainnya untuk mengetahui pengaruh persepsi kemudahan penggunaan, persepsi kemanfaatan, persepsi risiko, dan kepercayaan terhadap minat menggunakan e wallet pada generasi milenial Kota Semarang dilakukan oleh Rodiah (2020) juga menemukan pengaruh persepsi kemanfaatan terhadap minat menggunakan e wallet.

Wahyuni et al. (2019 dalam Rodiah, 2020) menyatakan bahwa persepsi risiko berpengaruh positif terhadap minat menggunakan e-money, sedangkan Priambodo &

Prabawani (2016 dalam Rodiah, 2020) menyatakan bahwa persepsi risiko berpengaruh negatif pada minat menggunakan e-money. Persepsi risiko menjadi faktor penghambat minat menggunakan uang elektronik karena beberapa orang masih merasa instrumen uang elektronik belum cukup aman untuk dijadikan sebagai alat transaksi pembayaran karena dirasa masih berisiko merugikan konsumen. Penelitian tentang loyalitas e wallet pernah dilakukan oleh Nurhalim (2019) yang menemukan adanya hubungan kualitas informasi, harga dan kepuasan terhadap loyalitas pengguna OVO dan Grab.

Penggunaan e wallet di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri menurut pengamatan peneliti semakin lebih banyak yang menggunakan karena aplikasi Gojek sudah bisa digunakan oleh masyarakat. Kecamatan Ngadirojo merupakan daerah yang

(4)

4

ramai karena dilintasi oleh sarana transportasi yang menghubungkan Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Pacitan. Lalu lintas angkutan antarkota padat di daerah Kecamatan Ngadirojo. Dengan banyaknya arus lalu lintas tersebut mendorong perkembangan ekonomi di Kecamatan Ngadirojo. Adanya sekolah jarak jauh di era pandemi ini juga meningkatkan pembelian produk-produk e commerce dengan menggunakan e wallet seperti GoPay, OVO, Shoppee Pay, Dana dan LinkAja sebagai sarana pembayaran. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan e wallet di Kecamatan Ngadirojo. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan pengguna e wallet di Ngadirojo, ada yang menyatakan menggunakan e wallet karena merasa banyak manfaatnya. Namun ada juga yang menyatakan berhenti menggunakan e wallet karena berisiko ada kegagalan dalam transaksi.

Dalam teori generasi (Generation Theory) terdapat 5 generasi manusia berdasarkan tahun kelahirannya, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; (2) Generasi X, lahir 1965-1980; (3) Generasi Y, lahir 1981-1995, sering disebut generasi millennial; (4) Generasi Z, lahir 1996-2010 (disebut juga iGeneration, GenerasiNet, Generasi Internet) dan (5) Generasi Alpha, lahir 2011-2025 (wikipedia). Penelitian ini juga akan melihat perbedaan masing-masing generasi dalam menggunakan e wallet diutamakan pada generasi X, Y dan Z. Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya tentang e wallet dengan penambahan variabel serta moderasi generasi tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut persepsi manfaat pada e wallet membolehkan pengguna untuk memanfaatkan e wallet untuk alat pembayaran dalam suatu kebutuhan, sehingga ada kemungkinan bahwa semakin tinggi persepi manfaat semakin besar loyalitas menggunakan e wallet. Tetapi, berkembangnya e wallet tidak lepas dari bermacam hambatan, baik dari sisi penggunaan ataupun risiko yang didapatkan penggunanya. Hal tersebut memungkinkan semakin rendah persepsi risiko pengguna yang bisa didapatkan saat memakai e wallet maka semakin tinggi pula loyalitasnya dalam menggunakan e wallet. Maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Persepsi Manfaat dan Persepsi Risiko terhadap Loyalitas Menggunakan E wallet (Studi pada Pengguna E wallet di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1.2.1. Bagaimana pengaruh persepsi manfaat terhadap loyalitas menggunakan e wallet ? 1.2.2. Bagaimana pengaruh persepsi risiko terhadap loyalitas menggunakan e wallet?

(5)

5

1.2.3. Apakah kelompok generasi memoderasi hubungan persepsi manfaat terhadap loyalitas menggunakan e wallet?

1.2.4. Apakah kelompok generasi memoderasi hubungan persepsi risiko terhadap loyalitas menggunakan e wallet?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1.3.1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi manfaat terhadap loyalitas menggunakan e wallet 1.3.2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi risiko terhadap loyalitas menggunakan e wallet 1.3.3. Untuk mengetahui moderasi kelompok generasi pada hubungan persepsi manfaat

terhadap loyalitas menggunakan e wallet.

1.3.4. Untuk mengetahui moderasi kelompok generasi pada hubungan persepsi risiko terhadap loyalitas menggunakan e wallet.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan mengenai pemasaran khususnya tentang pengaruh persepsi manfaat dan risiko terhadap loyalitas konsumen.

1.4.2. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai pengaruh persepsi manfaat dan risiko terhadap loyalitas pelanggan.

1.4.3. Bagi Universitas

Untuk menambah referensi serta sebagai syarat untuk memenuhi pendidikan strata.

Referensi

Dokumen terkait

Straipsnyje prieinama prie išvadų, kad neteisėtas sveikatos pablogėjimas teikiant asmens sveikatos priežiūros paslaugas gali pa- skatinti tiek Lietuvoje, tiek Italijoje rinktis

Dari hasil data mengenai gaya hidup remaja di Kecamatan Cisarua tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya hidup mereka saat ini cenderung dipengaruhi oleh

a. Responden, yaitu siswa kelas V MI Sullamuttaufiq. Informan, yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi sebagai penunjang terhadap data-data yang diperoleh dari

Hopper dan outlet kulit buah kopi beserta outlet biji kopi mesin pengupas kulit buah kopi kering ini terbuat dari carbon steel dengan ketebalan 1,2 mm. Hopper

No Judul Penelitian Peneliti, Tahun Variabel Penelitian Hasil 1 Pengaruh persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi resiko terhadap minat menggunakan

Contoh yang paling mudah dipahami adalah asas pada pendulum ( bandul / anak  lonceng ) serta gerak melingkar. Gerakan pada asas berayun dan menggantung dapat dijumpai pada

gaya hidup dan pemikiran masyarakat lokal sebagai pelaku, dan pengunjung sebagai pembelajar, sehingga kontribusi berikutnya ialah dari segi spiritual keberlansungan

Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto dalam Slameto (2010:56) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude