• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7 1. Zakat, Infak, dan Sedekah

a. Zakat

1) Pengertian Zakat

Hafiddhuddin (2002: 7) menyatakan bahwa kata zakat dari segi bahasa memiliki beberapa arti, yaitu al-barakatu yang berarti keberkahan, al-namaa yang berarti perkembangan dan pertumbuhan, ath-thaharatu berarti kesucian, dan ash-shalahu yang berarti ketertiban. Sedangkan menurut istilah, zakat adalah bagian dari harta dengan syarat-syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.

Sedangkan menurut syariat, zakat adalah hak wajib atas harta tertentu yang diberikan pada waktu tertentu (Habib, 2016: 3).

Masih menurut Hafiddhuddin (2002: 7) hubungan antara definisi zakat menurut bahasa dan zakat menurut istilah, nyata dan erat, yakni apabila harta yang dikeluarkan zakatnya maka akan menjadi tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik.

Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an (at-taubah:

103):

ََكَتوٰلَص َ نِا َ ْمِهْيَلَع َِ لَصَو اَِبِ َْمِهْيِ كََزُ تَو َْمُهُرِ هَطُت َ ةَقَدَص َْمِِلِاَوْمَا َْنِم َْذُخ

َ مْيِلَع َ عْيَِسَ َُٰ للاَو َ ْمُ لِ َ نَكَس

Artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka guna mmebersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

(2)

Saputra (2020) menyatakan bahwa bagi umat Islam, zakat adalah ibadah yang merupakan salah satu pilar penting dalam agama dan memiliki makna fundamental. Zakat adalah salah satu ibadah dengan keunikannya sendiri, karena zakat memiliki 2 (dua) dimensi pada saat yang sama, yaitu dimensi ketaatan atau kepatuhan antara seorang hamba SWT Allah (hablu minallah) dan dimensi kepedulian dalam hubungan sosial antara sesama manusia (hablu minannas).

2) Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam (Emir, 2016: 9).

Adapun kewajiban dalam penunaian zakat telah ditetapkan melalui dalil-dalil qath’i (pasti dan tegas) yang terdapat dalam Al- Qur’an dan Hadits (Chikmah, 2015). Dalil-dalil Al-Qur’an yang berkaitan dengan zakat, diantaranya adalah ayat-ayat berikut:

a) Al-Qur’an (al-Baqarah: 43)

ََْيِعِكٰ رلا ََعَم اْوُعَكْراَو ََةوٰك زلا اوُتٰاَو ََةوٰل صلا اوُمْيِقَاَو

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku.”

b) Al-Qur’an (al-bayyinah: 5)

ََةوٰل صلا اوُمْيِقُيَو ََء ۤاَفَ نُح ۙە ََنْيِ دلا َُهَل ََْيِصِلُْمُ ََٰ للا اوُدُبْعَ يِل َ لِّا آْْوُرِمُا َْٓاَمَو

َ ِةَمِ يَقْلا َُنْيِد ََكِلٰذَو ََةوٰك زلا اوُتْؤُ يَو

Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”

(3)

c) Al-Qur’an (al-Maidah: 55)

ََةوٰل صلا ََنْوُمْيِقُي ََنْيِذ لا اوُنَمٰا ََنْيِذ لاَو ٗهُلْوُسَرَو َُٰ للا َُمُكُّيِلَو اَ نَِّا

ََنْوُعِكٰر َْمُهَو ََةوٰك زلا ََنْوُ تْؤُ يَو

Artinya: “Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah).”

d) Dari Ibnu Abbas ra. Bahwasanya Nabi saw mengutus Muadz ke Yaman, lalu menuturkan isi haditsnya, dan di dalamnya disebutkan,

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat kepada mereka pada harta mereka yang diambil dari orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin mereka.”

(HR. Bukhari Muslim, dan lafal milik Bukhari)

e) Dari Jabir bin Abdillah ra, dari Rasulullah saw, beliau bersabda:

“tidak wajib zakat pada perak yang kurang dari lima awaq/’uqiyah. Tidak wajib zakat pada unta yang kurang dari lima ekor, dan tidak wajib zakat pada kurma yang kurang lima wasaq.” (HR. Muslim)

b. Infak

1) Pengertian Infak

Kata infak menurut bahasa berasal dari kata anfaqa yang berarti menafkahkan, membelanjakan, memberikan atau mengeluarkan harta. Menurut istilah fiqh kata infak mempunyai makna memberikan sebagian harta yang dimiliki kepada orang yang telah disyariatkan oleh agama untuk memberinya seperti orang-orang fakir, miskin, anak yatim, kerabat dan lain-lain.

Istilah yang dipakai dalam Al-Qur’an berkenaan dengan infak meliputi kata: zakat, hadyu, jizyah, hibah, dan wakaf (Uyun, 2015).

(4)

“Infak adalah segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, untuk kebaikan, atau yang lain” (Emir, 2016: 6). Sedangkan menurut undang-undang No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dijelaskan bahwa infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha diluar zakat untuk kemaslahatan umum.

Nasution dkk (2018) menyatakan berdasarkan penjelasan infak di atas bahwa mendonasikan hartadengan baik dan benar, termasuk salah satu ukuran dan menunjukkan sifat ketakwaan manusia kepada Allah SWT. Infak yang diberikan menjadisalah satu pendapatan untuk dana sosial yang tidak terikatjumlah dan waktu. Infak tidak mengenal nishab seperti zakat, infak yang dikeluarkan oleh setiap mukmin, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah.

2) Dasar Hukum Infak

Infak bukan lagi kewajiban sunnah sebagaimana dipahami oleh masyarakat luas, tetapi kewajiban yang fardhu kifayah, karena harus dikeluarkan baik dalam sempit atau luas (Jannah, 2021). Memberi infak sangat dianjurkan dalam. Hukum Islam, dalam Al-Qur'an ada empat perintah infak, antara lain sebagai berikut:

a) Al-Qur;an (At-Taghabun: 16)

َْنَمَو َ ْمُكِسُفْ نَِ لّ ا ْيَْخ اْوُقِفْنَاَو اْوُعْ يِطَاَو اْوُعَْسَاَو َْمُتْعَطَتْسا اَم ََٰ للا اوُق تاَف

ََنْوُحِلْفُمْلا َُمُه ََكِٕى ۤ

ٰلوُاَف َٗهِسْفَ ن َ حُش ََقْوُّ ي

Artinya: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang-siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung”

(5)

b) Al-Qur;an (At-Talaq: 7)

َُهىٰتٰا َْٓا ِمِ َْقِفْنُ يْلَ ف ٗهُقْزِر َِهْيَلَع ََرِدُق َْنَمَو َ ۗ ٗهِتَعَس َْنِ م َ ةَعَس َْوُذ َْقِف

َْنُي

َِل ا رْسُّي َ رْسُع ََدْعَ ب َُٰ للا َُلَعْجَيَس َ اَهىٰتٰا َْٓاَم َ لِّا ا سْفَ ن َُٰ للا َُفِ لَكُي ََلّ ََُٰ للا

Artinya: “Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.”

c) Al-Qur’an (Al-Munafiqun: 10)

ََلْوُقَ يَ ف َُتْوَمْلا َُمُكَدَحَا ََِتْ يَّ َْنَا َِلْبَ ق َْن ِم َْمُكٰنْ قَزَر ا م َْنِم اْوُقِفْنَاَو

ََْيِحِلٰ صلا ََن ِم َْنُكَاَو ََق د صَاَف َ بْيِرَق َ لَجَا َْٰٓلِا َِْْٓنَتْر خَا ََْٓلّْوَل َِ بَر

Artinya: “Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali),

“Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.”

c. Sedekah

1) Pengertian Sedekah

Sedekah merupakan pemberian suatu benda oleh seseorang kepada orang lain karena mengharapkan keridhaan dan pahala dari Allah SWT dan tidak pula mengharapkan suatu imbalan jasa atau penggantian atau dapat pula diartikan memberikan sesuatu dengan maksud untuk mendapatkan pahala (Uyun, 2015).

Menurut terminologi syariah, sedekah berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk kepentingan yang diperintahkan oleh ajaran Islam (Nasution dkk., 2018).

Menurut Sayyid Sabiq dalam Uyun (2015) pada dasarnya setiap kebajikan itu sedekah. Dilihat dari pengertian tersebut, sedekah memiliki pengertian yang luas, mengenai hal-hal yang

(6)

bersifat material dan non material. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali sedekah disamakan dengan infak, namun mengingat maknanya tadi dapat dibedakan bahwa sedekah lebih umum daripada infak, jika infak berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah adalah materi dan non materi.

2) Dasar Hukum Sedekah

Himawan dkk (2013) menyatakan bahwa para fuqaha (ahli fiqh) menyepakati hukum sedekah pada dasarnya itu sunnah, mendapat pahala jika dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Selain sunnah, ada kalanya hukum sedekah menjadi haram bila seseorang yang bersedekah mengetahui bahwa orang yang akan menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Ada kalanya hukum sedekah menjadi wajib, ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib apabila seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.

d. Perbedaan Zakat, Infak, dan Sedekah

Zakat adalah kewajiban harta yang spesifik, memiliki syarat tertentu, alokasi tertentu, dan waktu tertentu. Sedangkan infak memiliki makna yang lebih luas, yaitu mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Oleh sebab itu, infak ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat sunah. Infak wajib diantaranya kaffarat, nazar, dan lain-lain, sedangkan infak sunah di antaranya, infak kepada fakir miskin, sesama muslim, infak bencana alam, dan lain-lain.

Ada pun sedekah maknanya lebih luas dari zakat dan infak.

Sedekah dapat bermakna infak, zakat, dan kebaikan nonmateri.

(7)

Sedekah dapat berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, bahkan hanya sekadar senyuman.

Sebagaimana disebutkan dalam Emir (2016: 5) secara sederhana, garis perbedaan antara zakat, infak, dan sedekah dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Zakat hukumnya wajib, sedangkan infak dan sedekah tidak wajib.

2) Zakat adalah bagian dari rukun Islam, sedangkan infak dan sedekah bukan termasuk rukun Islam

3) Zakat memiliki ketentuan-ketentuan tertentu tentang batasan minimal harta yang wajib dikeluarkan (nishab), besar harta yang dikeluarkan, dan waktu mengeluarkan.

4) Penerima zakat telah ditentukan, sebanyak delapan ashnaf (golongan), sedangkan infak dan sedekah tidak ada batas penerimanya.

e. Pengelolaan Zakat

Berdasarkan Undang-Undang No 23 tahun 2011 (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011) tujuan pengelolaan zakat adalah:

1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat

2) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Untuk mencapai tujuan pengelolaan zakat, BAZNAS menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) Penghimpunan

Kegiatan mengumpulkan dana zakat dari para muzzaki kepada Organisasi Pengelola zakat untuk disalurkan kepada yang berhak menerima mustahik sesuai dengan ukurannya masing-masing.

(8)

2) Pendistribusian

Kegiatan pendistibusian zakat bersifat konsumtif, karitatif, dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan mendesak mustahik dalam jangka pendek.

3) Pendayagunaan

Kegiatan pendistribusian zakat yang bersifat produktif, memberdayakan, dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki mustahik sehingga daya tahan yang baik pada jangka panjang.

2. Digitalisasi Program Layanan Zakat

Teknologi digital merupakan suatu sistem teknologi dimana tenaga manusia atau cara kerja manual tidak lagi dipergunakan.

Perkembangan dari sistem analog ke sistem digital disebut digitalisasi yang mengarah pada sistem pengoperasian yang otomatis, dengan menggunakan format yang mampu dibaca oleh komputer (Aji, 2016).

Digitalisasi diartikan sebagai eksploitasi peluang digital.

Transformasi digital diartikan sebagai proses yang digunakan untuk merestrukturisasi ekonomi, lembaga, dan masyarakat pada tingkat sistem (Rachinger dkk., 2019). Digitalisasi adalah mengubah model bisnis yang bertujuan untuk mengoptimalkan pencapaian yang ingin dicapai dalam bisnis dengan menggunakan teknologi digital (Puskas BAZNAS, 2021).

Digitalisasi zakat merupakan salah satu program BAZNAS yang memberikan kemudahan bagi umat Islam untuk membayar zakat.

Program ini diluncurkan oleh BAZNAS bekerja sama dengan platform penggalangan dana di Indonesia. Program layanan zakat digital merupakan pengembangan dari program BAZNAS yang menghimpun dana zakat, infak/sedekah melalui media elektronik atau internet.

Menurut Arifin Purwakananta (2018) yang dikutip dalam (Pujianto & Kristianingsih, 2020) zakat digital merupakan salah satu cara BAZNAS untuk mengajak sebanyak-banyaknya masyarakat

(9)

untuk melaksanakan ibadah zakat. Jika seluruh umat Islam membayar zakat, maka dana zakat yang diperoleh baik BAZNAS maupun LAZ akan lebih besar.

Penggunaan teknologi digital ini dapat membantu organisasi mencapai kesuksesan dalam hal pemanfaatan sumber daya yang dioptimalkan, pengurangan biaya, peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja karyawan, rantai pasokan yang dioptimalkan, peningkatan loyalitas dan kepuasan pelanggan, dan lain-lain (Rachinger dkk., 2019).

Memanfaatkan sistem digital merupakan salah satu contoh inovasi yang dilakukan oleh BAZNAS dalam pengelolaan dana zakat dengan tujuan meningkatkan keefektifan dan keefisienan pengelolaan dana zakat. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sebuah program pengelolaan zakat berbasis digital yang dinamakan dengan Sistem Manajemen Informasi BAZNAS (SIMBA).

SIMBA merupakan sebuah sistem yang dibangun dan dikembangkan untuk keperluan penyimpanan data dan informasi yang dimiliki oleh BAZNAS secara nasional. Selain itu SIMBA juga dilengkapi dengan fitur pencetakan pelaporan yang mencakup 88 jenis sub laporan yang berbeda yang tergolong ke dalam 33 jenis laporan dalam 5 kelompok besar. Dengan berbasiskan web, aplikasi yang memiliki yang memiliki kepanjangan Sistem Manajemen Informasi BAZNAS ini adalah sistem yang tersentralisasi sehingga dapat digunakan oleh seluruh badan atau lembaga zakat di seluruh nusantara tanpa harus melewati proses instalasi yang rumit (Badan Amil Zakat Nasional, 2021).

Beberapa fitur yang dimiliki SIMBA adalah penghimpunan dana zakat dan infak/sedekah, penyaluran dan penggunaan dana zakat dan infak/sedekah, pencatatan aset (termasuk aset kelolaan), mencetak bukti setor zakat, menerbitkan kartu NPWP, manajemen anggaran, mencetak 89 jenis laporan yang standard.

(10)

Dalam kesiapan BAZNAS Provinsi Kalimantan Selatan untuk menerima zakat digital, BAZNAS telah menyediakan banyak sekali platform yang dapat diakses oleh masyarakat. Ada beberapa platform yang disediakan BAZNAS untuk mendorong zakat digital. Pertama melalui website BAZNAS (kalsel.BAZNAS.go.id). Kedua, commercial platform yakni mengembangkan kerja sama dengan e- commerce, seperti Linkaja, dana, GoPay, OVO, dan lainnya. Ketiga, sosial media platform, dimana BAZNAS mendorong iklan dan kampanye melalui sosial media untuk mengajak masyarakat berzakat, seperti Instagram, Facebook, Twitter, Whatsapp, dan sebagainya.

Keempat, innovative platform yakni BAZNAS membuat pelayanan yang sifatnya inovasi yaitu melalui QR code.

3. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas dapat diartikan sebagai sesuatu yang mempunyai akibat atau hasil, mendatangkan hasil dan merupakan keberhasilan suatu usaha atau tindakan, kemudian efektivitas dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan instruksional tertentu yang telah dirancang.

Efektivitas didefinisikan berdasarkan kapasitas suatu organisasi dalam memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Jamila, 2018).

Efektivitas erat kaitannya dengan efisiensi, efektivitas bisa juga disebut hasil guna yang menekankan efek dari hasil dan tidak peduli dengan pengorbanan yang harus dilakukan dalam mendapatkan hasil, sedangkan efisiensi pada daya gunanya, atau besarnya pengorbanan dalam mencapai hasil harus diperhitungkan (Siregar, 2021). Sebagaiman diungkapkan oleh Erawati dkk., (2017) bahwa efektivitas merupakan suatu keadaan dimana kesesuaian antara tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan hasil yang telah dicapai.

(11)

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah hal yang mudah karena efektivitas dapat dipelajari dari berbagai perspektif dan tergantung siapa yang menilai menafsirkannya. Jika dalam hal produktivitas, maka manajer produksi menjelaskan bahwa efektivitas adalah kualitas dengan kuantitas (keluaran) barang dan jasa. Mengukur efektivitas dapat dilakukan dengan melihat pencapaian hasil kerja suatu organisasi. Kemudian efektivitas dapat diukur dengan berhasil atau tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya (Jamaludin & Aminah, 2021).

Indikator efektivitas adalah suatu sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai, dan merupakan ukuran dimana sasaran telah mencapai tujuan yang diharapkan (Jamaludin & Aminah, 2021). Efektivitas pada dasarnya mengacu pada kemampuan masing-masing organisasi dalam mencapai tujuan.

b. Tolak Ukur Efektivitas

Dalam Rahmi (2021) mengukur efektivitas suatu organisasi atau lembaga. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut:

1) Pendekatan sumber (resource approach) merupakan pendekatan yang mengutamakan keberhasilan organisasi dalam memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik sesuai kebutuhan.

2) Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari seluruh kegiatan atau mekanisme proses internal.

3) Pendekatan sasaran (goals approach), dimana fokusnya pada output, mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai hasil (output) sesuai dengan rencana.

(12)

Sebagaimana dinyatakan oleh Duncan dalam Steers (1985:53) dalam Kharisma & Yuniningsih (2017) ukuran efektivitas mencakup beberapa indikator :

1) Pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses.

Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit.

2) Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi

3) Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur sarana dan prasarana dan peningkatan kemampuan.

Menurut, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dari hasil telaah pustaka maupun Focus Group Discussion (FGD) yang telah dilakukan menyatakan bahwa efektivitas bisa dilihat dari lima kategori rasio keuangan OPZ diantaranya rasio aktivasi, rasio efisiensi, rasio dana amil, rasio likuiditas, dan rasio pertumbuhan.

Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur efektivitas biaya- biaya terhadap kegiatan penghimpunan dan penyaluran. Berapa persen biaya yang digunakan dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah. Perhitungan dengan menggunakan rasio ini, tujuannya untuk mengetahui kisaran dana yang dibutuhkan dalam melakukan penghimpunan. Semakin efisien lembaga zakat dalam melakukan penghimpunan semakin

(13)

baik tata kelola lembaga zakat tersebut (Puskas BAZNAS, 2019).

Dalam perhitungan dan pengukuran rasio ini terdapat dua rumus yaitu:

1) Rumus 19 Rasio Biaya Penghimpunan (Collection Expenses Ratio)

Adapun interpretasi hasil dari rasio ini adalah sebagai berikut:

a) R ˂ 10% : efisien b) 10 % ≤ R ≥ 20% : cukup efisien c) R > 20% : tidak efisien 2) Rumus 20 Rasio Penghimpunan

Rasio penghimpunan dihitung untuk mengukur efisiensi biaya terhadap total dana yang berhasil dihimpun. Nilai rasio ini dapat diinterpretasikan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) R < 2% : efisien b) 2% ≤ R ≤ 5% : cukup efisien c) R > 5% : tidak efisien B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terkait efektivitas digitalisasi zakat terhadap penghimpunan zakat BAZNAS telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.1.

Total Biaya Penghimpunan Total Biaya Operasional

Biaya Penghimpunan Total Penghimpunan

(14)

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu

Aspek Jamila (2018) Rahmi (2021) Jamaludin & Aminah (2021) Judul Analisis Efisiensi dan

Efektivitas Zakat Payroll System dan Zakat Digital Terhadap

Penerimaan Zakat pada BAZNAS periode 2016-2017

Efektivitas Program Layanan Digital BAZNAS Indonesia Terhadap

Penghimpunan Zakat pada BAZNAS Periode 2016-2019

Efektifitas Digitalisasi Penghimpunan Dana Zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang

Institusi yang Diteliti

Badan Amil Zakat Nasional Pusat

Badan Amil Zakat Nasional Pusat

Badan Amil Zakat Nasional Kota Tangerang Periode

Analisis

2016-2017 2016-2019 2019

Rumusan Masalah

Bagiamana tingkat efisiensi dan efektivitas Program Layanan zakat payroll system dan zakat digital terhadap peningkatan

penerimaan zakat di Indonesia dalam kurun waktu 2016- 2017

Bagaimana efektivitas program layanan digital BAZNAS dalam penghimpunan zakat di Indonesia kurun waktu 2016-2019?

Bagaimana efektivitas digitalisasi

penghimpunan zakat pada BAZNAS Kota Tangerang?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas dari zakat payroll system dan zakat digital terhadap penerimaan dana zakat pada BAZNAS kurun waktu 2016- 2017

Untuk mengetahui bagaimana efektivitas program layanan zakat digital Badan Amil Zakat Nasional dalam penghimpunan zakat terhadap peningkatan penghimpunan zakat di Indonesia kurun waktu 2016-2019.

Untuk mengetahui efektivitas digitalisasi penghimpunan dana zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang

Metode Penelitian

Kuantitatif Deskriptif Kualitatif Deskriptif Kualitatif (Studi Kasus)

Hasil Penelitian

Tingkat efisiensi zakat payroll system berkisar pada angka 97 atau termasuk kategori efisien.

Tingkat efisiensi zakat digital berkisar pada angka 96-100 termasuk kategori efisien atau sangat efisien.

Tingkat efektivitas zakat payroll system sudah berkisar antara skor 82-90. Hal ini

Dalam penghimpunan dana zakat melalui digital fundraising bisa dikatakan efektif karena telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh James L. Gibson, dkk yaitu bisa dinyatakan efektif jika sesuai dengan produktivitas dalam pencapaian tujuan, kemampuan adaptasi, kepuasan

Penghimpunan dana zakat di BAZNAS Kota Tangerang sudah dapat dikatakan efektif, dilihat dari

terpenuhinya indikator- indikator efektivitas yakni pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi dalam hasil penelitian yang menggunakan teori Duncan. Dari hasil perhitungan rasio biaya penghimpunan (CER)

(15)

Lanjutan

mengartikan bahwa program ini sudah efektif dalam pelaksanaan programnya, sedangkan untuk zakat digital tingkat efektivitasnya berkisar pada skor 99 atau diartikan sebagai sangat efektif.

kerja dan pengembangan.

dan rasio

penghimpunan dapat dikatakan bahwa penghimpunan dana pada BAZNAS Kota Tangerang sudah efektif/efisien.

Sumber: (Jamila, 2018); (Rahmi, 2021); (Jamaludin & Aminah, 2021)

Secara umum, penelitian yang dilakukan penulis memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Persamaan dari penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya yaitu institusi yang diteliti merupakan Organisasi Pengelola Zakat dan topik penelitian secara umum sama yaitu membahas tentang efektivitas digitalisasi penghimpunan zakat.

Adapun perbedaan dari penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu fokus penelitian sebelumnya hanya pada efeketivitas penghimpunan zakat digital. Pada penelitian dari Jamaludin & Aminah (2021) hanya menganalisis efektivitas penghimpunan zakat digital pada tahun 2019. Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai efektivitas digitalisasi penghimpunan zakat, infak, dan sedekah periode 2019-2021.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar yaitu: a) penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi; b). penilaian menggunakan acuan kriteria

Implementasi konsep merupakan suatu bentuk penerapan konsep pada media- media yang sudah ditentukan, dalam hal penciptaan motif batik sebagai ikon kabupaten Lumajang ini media

Responden yang dipilih adalah pihak-pihak yang terlibat dalam konflik pengelolaan meliputi pengelola BPK Kupang, Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Timur, pihak pemerintah daerah,

Simulasi dengan memperhitungkan perkembangan permintaan gas bumi di ketiga region di Jawa, kapasitas aliran gas bumi, kapasitas sumber, serta biaya- biaya (CAPEX dan OPEX)

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja diperlukan instrumen yang mampu mengukur indikator pertanggungjawaban setiap pelaksanaan tupoksi sesuai dengan TAP MPR RI Nomor :

REFOLIS ISKANDAR Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

SIMANJORANG, (Ahli Waris dari Jalippar Simanjorang), Perempuan, Umur 62 Tahun, Kebangsaan Indonesia, Pekerjaan Bertani, Tempat tinggal Desa Nagara Kecamatan Merek

Berdasarkan hasil pembahasan di atas Variabel Kompetensi dan kecerdasan emosional berpengaruh signifikan baik secara serempak maupun secara parsial terhadap kinerja pegawai