• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL (SARTIKA KUSUMASTUTI PROMKES)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JURNAL (SARTIKA KUSUMASTUTI PROMKES)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh faktor personal dan lingkungan terhadap perilaku seksual pada remaja

Effect of personal and environmental factors on sexual behavior in adolescent

Sartika Kusumastuti1), Uki Retno Budihastuti 2), Adi Prayitno3) 1)

Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat 2)

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 3)

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT

Background: Adolescence is a transition period between child and adult stages.

Adolescence is marked by physical maturity, social, and psychological directly related to personality, sexual and social roles teenager. Many factors are the cause of adolescent reproductive health problems that include lack of knowledge held adolescents about sexuality and often incomplete knowledge it is also not true, as obtained from the wrong source, such as from peers, porn magazines, blue film, and myths circulating in the community. The purpose of this research is to explain the personal factors and environmental influences on sexua l behavior in adolescents in SMA Negeri 1 Bergas Kabupaten Semarang.

Subjects and Methods: The study was observational analytic with cross sectional

design. Location study in SMA Negeri 1 Bergas Kabupaten Semarang with a sample of 159 subject of study taken by random sampling method. Data were analyzed using multiple linear regression analysis.

Result: There is a positive and significant impact of knowledge on reproductive

health, STDs and HIV/AIDS on sexual behavior in adolescents (B= 0:16; 95% CI= 0:04 to 0:28; p= 0.008), attitude toward sexuality sexual behavior in adolescents (B = 0:13 ; CI= 95% 0.00 to 0:27; p= 0.047), self efficacy against sexual behavior in adolescents (B= 0:23; 95% CI= 0:10 to 0:37; p= 0.001), the influence of peers on sexual beha vior in adolescents (B= 0:22; 95% CI= 0:09 to 0:43; p= 0.001), the supervision of parents on sexual behavior in adolescents (B= 0:15; 95% CI= 0.01 to 0:28; p= 0.030), access to information on sexual behavior in adolescents (B= 0:07; 95% CI= 0.001 to 0:14; p= 0.016).

Conclusion: Personal and environmental factors influence the sexual behavior in

adolescents.

Keywords: knowledge, attitudes, self-efficacy, peers, parents, access to

information

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa

peralihan antara tahap anak dan

dewasa. Masa remaja ditandai dengan

kematangan fisik, sosial, dan psikologis

(2)

kepribadian, seksual, dan peran sosial

remaja. Masa remaja juga dapat

dimulai sejak seseorang menunjukkan

tanda-tanda pubertas dan berlanjut

hingga kematangan seksual. Perubahan

hormon seksual di dalam tubuhnya

ditandai dengan kematangan seksual

sehingga dorongan seksual yang timbul

semakin meluap (Ahmadi, 2007).

Banyak faktor yang menjadi

sebab dari masalah kesehatan

reproduksi remaja yaitu antara lain

rendahnya pengetahuan yang dimiliki

remaja mengenai seksualitas (seks,

kehamilan, kontrasepsi, dan lain-lain),

bahkan seringkali pengetahuan yang

tidak lengkap itu juga tidak benar,

karena diperoleh dari sumber yang

keliru, misalnya dari teman sebaya,

majalah-majalah porno, film-film biru,

dan mitos yang beredar di masyarakat

(Ahmadi, 2007).

Secara garis besar faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap perilaku

reproduksi remaja terdiri dari faktor di

luar individu dan faktor di dalam

individu. Faktor di luar individu adalah

faktor lingkungan di mana remaja

tersebut berada, baik itu di lingkungan

keluarga, kelompok sebaya (peer

group), banjar dan desa. Sedangkan

faktor di dalam individu yang cukup

menonjol adalah sikap permisif dari

individu yang bersangkutan. Sementara

sikap permisif ini sangat dipengaruhi

oleh lingkungan. Dalam suatu

kelompok yang tidak permisif terhadap

perilaku reproduksi sebelum menikah

akan menekan anggotanya yang

bersifat permisif. Dengan demikian

kontrol sosial akan mempengaruhi

sikap permisif terhadap kelompok

tersebut.

Tujuan umum penelitian

menjelaskan pengaruh faktor personal

dan lingkungan terhadap perilaku

seksual pada remaja. Secara khusus

tujuan penelitian ini menjelaskan

pengaruh pengaruh faktor personal dan

lingkungan terhadap perilaku seksual

pada remaja di SMA Negeri 1 Bergas

Kabupaten Semarang.

Hipotesis untuk penelitian ini

ada pengaruh antara faktor personal

dan lingkungan terhadap perilaku

seksual pada remaja.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan di

SMA Negeri 1 Bergas Kabupaten

Semarang dengan waktu penelitian

(3)

Penelitian ini merupakan penelitian

yang bersifat kuantitatif dengan

menggunakan rancangan desain

penelitian observasional analitik

menggunakan pendekatan cross

sectional. Populasi penelitian

siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1

Bergas Kabupaten Semarang sebanyak

305 siswa. Pemilihan sampel dengan

metode Random Sampling.

Pengambilan sampel ini ecara acak.

Proses pengumpulan data dilakukan

dengan memberikan kuesioner kepada

subjek penelitian di SMA Negeri 1

Bergas Kabupaten Semarang (Saryono,

2010). Teknik analisis data

menggunakan analisis regresi linier

berganda.

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis distribusi

frekuensi pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi frekuensi

Variabel Independen

n %

1. Pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi,

IMS dan

HIV/AIDS a. Tinggi b. Rendah Jumlah 110 49 159 62.9 30.8 100

2. Sikap terhadap

seksualitas a. Permisif b. Tidak permisif Jumlah 52 107 159 32.7 67.3 100 3. Efikasi diri

a. Tinggi b. Rendah Jumlah 107 52 159 67.3 32.7 100 4. Pengaruh teman sebaya a. Baik b. Buruk Jumlah 109 50 159 68.6 31.4 100 5. Pengawasan orang tua a. Baik b. Buruk Jumlah 108 51 159 67.9 32.1 100 6. Akses Informasi a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah Jumlah 51 56 52 159 32.1 35.2 32.7 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa

mayoritas responden mempunyai

Pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi, IMS dan HIV/AIDS tinggi

(62,9%), sikap terhadap seksualitas

tidak permisif (67.3%), efikasi diri

tinggi (67.3%), pengaruh teman sebaya

baik (68.6%), pengawasan orang tua

baik (67.9%) dan akses informasi

[image:3.595.107.527.104.751.2]
(4)

Tabel 2. Analisis regresi linier

sederhana

Varibel independen b

CI 95%

p R2

Bata s baw ah Bata s atas 1. Pengeta huan

0.60 0.48 0.73 0.001 0.35

2. Sikap 0.64 0.52 0.76 0.001 0.42 3. Efikasi

diri

0.67 0.56 0.79 0.001 0.46

4. Pengaru h teman sebaya

0.65 0.53 0.77 0.001 0.42

5. Pengaw asan orang tua

0.66 0.54 0.78 0.001 0.44

6. Akses informa si

0.30 0.21 0.38 0.001 0.28

Tabel 2 menunjukkan bahwa

dari semua variabel independen

mempunyai pengaruh yang signifikan

terhapat perilaku seksual pada remaja.

Tabel 3. Analisis regresi linier ganda

Tabel 3 menunjukkan bahwa

nilai Adjusted R Square atau koefisien

determinasi sebesar 0,66 yang artinya

bahwa variabel tingkat pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi, IMS dan

HIV/AIDS, sikap terhadap seksualitas,

efikasi diri, pengaruh teman sebaya,

pengawasan orang tua, serta akses

informasi mempunyai pengaruh

sebesar 66% terhadap perilaku seksual

pada remaja, sedangkan sisanya

sebesar 34% dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak diteliti dalam penelitian

ini.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi, IMS dan

HIV/AIDS terhadap perilaku

seksual pada remaja

Pengetahuan tentang

Kesehatan Reproduksi, IMS dan

HIV/AIDS berpengaruh positif

sebesar 0.16, Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Pengetahuan

merupakan hasil mengingat

kembali kejadian yang pernah

dialami baik secara sengaja maupun

tidak sengaja dan ini terjadi setelah

orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap objek tertentu

Koefisien regresi (b) CI 95% p Batas bawah Batas atas Konstanta 1.Pengetahuan -0.04 0.16 -0.20 0.04 0.11 0.28 0.560 0.008

2.Sikap 0.13 0.00 0.27 0.047

3.Efikasi diri 0.23 0.10 0.37 0.001 4.Pengaruh

teman sebaya

0.22 0.09 0.34 0.001

5.Pengawasan orang tua

0.15 0.01 0.28 0.030

6.Akses informasi n observer =

Adjusted R2 = p =

0.07

159 66% 0.001

[image:4.595.110.529.94.738.2]
(5)

(Mubarak dkk, 2007). Hal ini tidak

sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Iswarati dan

Prihyugiarto, 2002) dimana hasil

penelitiannya justru pengetahuan

remaja tentang kesehatan

reproduksi ternyata tidak

berpengaruh terhadap remaja dalam

melakukan hubungan seksual.

Remaja yang tahu maupun yang

tidak tahu tentang kesehatan

reproduksi tidak berpengaruh

terhadap sikap mereka melakukan

hubungan seksual.

Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru dalam diri

seseorang terjadi proses sebagai

berikut: a) awareness; subyek

menyadari atau mengetahui stimulus

terlebih dahulu, b) interest; subyek

mulai tertarik pada stimilus, c)

evaluation; subyek menumbang baik

dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya, d) trial; subyek telah

menimbang perilaku yang baru, e)

adaption; subyek telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Pengaruh sikap terhadap

seksualitas terhadap perilaku

seksual pada remaja

Sikap terhadap seksualitas

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku seksual pada

remaja terbukti. Hal ini dapat

ditunjukan dengan nilai signifikansi

(p value) sebesar 0.047 yang lebih

kecil 0.05 serta nilai koefisien

regresi sebesar 0.13.

Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Secord dan

Backman (dalam Azwar, 2012)

bahwa “sikap adalah keteraturan

tertentu dalam hal perasaan (afeksi),

pemikiran (kognisi), dan

predisposisi tindakan (konasi)

seseroang terhadap sutatu aspek di

lingkungan sekitarnya”, serta teori

yang dikemukakan oleh LaPierre

(dalam Azwar, 2012).

Komponen sikap menurut

Azwar (2012) terdiri dari 3

komponen yang saling menunjang

yaitu: (a) Komponen kognitif yang

merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik

sikap, komponen kognitif berisi

kepercayaan stereotipe yang dimiliki

(6)

disamakan penanganan (opini)

terutama apabila menyangkut

masalah isu atau yang kontroversial.

(b) Komponen afektif yang

merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional.

Aspek emosional inilah yang

biasanya berakar paling dalam

sebagai komponen sikap dan

merupakan aspek yang paling

bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah

mengubah sikap seseorang

komponen afektif disamakan dengan

perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu. (c) Komponen

konatif merupakan aspek

kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai sikap yang dimiliki oleh

seseorang. Aspek ini berisi tendensi

atau kecenderungan untuk bertindak

atau bereaksi terhadap sesuatu

dengan cara-cara tertentu.

3. Pengaruh efikasi diri terhadap

perilaku seksual pada remaja

Efikasi diri berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

perilaku seksual pada remaja

terbukti. Hal ini dapat ditunjukan

dengan nilai signifikansi (p value)

sebesar 0.001 yang lebih kecil 0.05

serta nilai koefisien regresi sebesar

0.23.

Hal ini sejalan dengan teori

yang dikemukakan dari (Bandura,

1997) yang menyatakan bahwa

perilaku seseorang dipengaruhi oleh

interaksi antara faktor lingkungan,

perilaku dan faktor pribadi yang

meliputi kognisi, afeksi dan

biologis. Selain itu juga mengacu

pada kemampuan yang dimiliki

individu untuk membentuk perilaku

yang tepat, menghadapi rasa takut

dan halangan untuk mencapai

keberhasilan yang diharapkan.

Individu yang memiliki efikasi diri

mempunyai harapan positif dalam

menjalankan tugas sehingga

individu berusaha keras untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Pengaruh teman sebaya terhadap

perilaku seksual pada remaja

Pengetahuan teman sebaya

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku seksual pada

remaja terbukti. Hal ini dapat

ditunjukan dengan nilai signifikansi

(7)

kecil 0.05 serta nilai koefisien

regresi sebesar 0.22.

Bandura (1989) menyatakan

bahwa perilaku manusia sangat

dipengaruhi oleh keteraturan

konsekuensi respon. Konsekuensi

respon itu mempengaruhi perilaku

terutama melalui nilai informatif

dan insentifnya. Terdapat tiga

insentif penting yang berfungsi

sebagai sistem pengatur perilaku,

yaitu yang didasarkan pada

konsekuensi eksternal (external

motivator), konsekuensi tak

langsung (vicarious motivator), dan

konsekuensi yang dihasilkan oleh

diri sendiri (self regulatory

motivator). Konsekuensi ekternal

berpengaruh dalam memotivasi

perilaku (external motivator),

konsekuensi tak langsung

(viscarious motivator) apabila orang

mengamati perilaku orang lain

memungkinkan pengamat akan

meniru perilaku tersebut.

Hal ini sesuai teori yang

dikemukakan oleh (Dewi, 2012)

yang berpendapat bahwa teman

sebaya merupakan faktor penguat

terhadap pembentukan perilaku

remaja termasuk perilaku seksual.

Sedangkan Morton dan Farhat

(2010) dalam Dewi (2012)

menyatakan bahwa teman sebaya

mempunyai kontribusi sangat

dominan dari aspek pengaruh dan

percontohan (modelling) dalam

berperilaku seksual remaja dengan

pasangannya.

Pengaruh kelompok atau

teman sebaya pada individu

meningkatan perilaku berisiko.

Peran teman sebaya yang menjadi

salah satu motivasi dan

pembentukan identitas diri, bahkan

informasi dari teman sebaya bisa

menimbulkan dampak negatif

(Jaccard, dkk, 2005).

Kim dan Free (2008)

menyatakan bahwa teman sebaya

merupakan salah satu sumber

informasi yang cukup signifikan

dalam membentuk pengetahuan

dikalangan usia remaja namun dapat

juga menimbulkan dampak negatif

karena informasi yang mereka

peroleh hanya melalui tayangan

media seperti film, VCD, televisi

(8)

5. Pengaruh pengawasan orang tua

terhadap perilaku seksual pada

remaja

Pengawasan orang tua

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku seksual pada

remaja terbukti. Hal ini dapat

ditunjukan dengan nilai signifikansi

(p value) sebesar 0.030 yang lebih

kecil 0.05 serta nilai koefisien

regresi sebesar 0.15.

Pengawasan orang tua juga

ikut andil dalam pembentukan

perilaku seksual pada remaja. Hal

ini sesuai teori dari (Baumrind,

2004) yang menyatakan bahwa pola

asuh orang tua merupakan segala

bentuk dan proses interaksi yang

terjadi antara orang tua dan anak

yang merupakan pola pengasuhan

tertentu dalam keluarga yang akan

memberi pengaruh terhadap

perkembangan kepribadian anak.

Lingkungan keluarga yang

harmonis dan lingkungan peer

positif berhubungan dalam

menurunkan tingkat risiko perilaku

berisiko Penyakit Menular Seksual.

Orang tua yang memonitor aktifitas

dan lingkungan anak, selalu ikut

terlibat dalam kegiatan dan

meningkatkan komunikasinya

dengan anaknya behubungan dengan

menurunkan risiko perilaku seksual

berisiko pada anak jalanan dan lebih

baik pada keluarga yang religious.

Keterlibatan orang tua dan

kedekatan keluarga dalam

mendukung pencegahan perilaku

berisiko berhubungan dengan

penurunan kehamilan pada remaja.

Perilaku seksual berisiko

disimpulkan dapat dicegah dengan

dukungan lingkungan keluarga.

Dukungan keluarga menjadi

kekuatan dalam mencegah perilaku

seksual berisiko pada remaja (Strehl,

2011).

6. Pengaruh akses informasi

terhadap perilaku seksual pada

remaja

Variabel akses informasi

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku seksual pada

remaja terbukti. Hal ini dapat

ditunjukan dengan nilai signifikansi

(p value) sebesar 0.016 yang lebih

kecil 0.05 serta nilai koefisien

regresi sebesar 0.07.

Media massa merupakan

(9)

dibandingkan orang tua dan teman

sebaya, karena media massa

memberikan gambaran yang lebih

baik mengenai keinginan dan

kebutuhan seksualitas. Media massa

baik cetak maupun elektronik yang

menampilkan tulisan atau gambar

dapat menimbulkan imajinasi dan

merangsang sesorang untuk

mencoba meniru adegannya.

Remaja menerima informasi yang

salah bahkan menyesatkan misalnya

dari cerita teman, melihat dari film

atau video porno, tayangan televisi,

membaca buku, majalah yang lebih

banyak menyajikan seks secara

vulgar dibandingkan pengetahuan

tentang pendidikan seksual yang

benar. (Burgess dkk, 2005).

Penggunaan media

khususnya media elektronik

merupakan bagian integral

disepanjang hidup di usia remaja,

jumlah risiko dihubungkan dengan

penggunaan media sosial, secara

spesisfik berefek negatif pada

kesehatan. Bagaimanapun data

tentang risiko penggunaan tipe

macam sosial media sangat berisiko

pada perilaku mereka. Media massa

merupakan sumber informasi

seksual yang lebih penting

dibandingkan orang tua dan teman

sebaya, karena media massa

memberikan gambaran yang lebih

baik mengenai keinginan dan

kebutuhan seksualitas. Media massa

baik cetak maupun elektronik

menampilkan tulisan atau gambar

yang dapat menimbulkan imajinasi

dan merangsang sesorang untuk

mencoba meniru adegannya (Carrol

dan Kirkpatrik, 2011).

7. Pengaruh pengetahuan terhadap

kesehatan reproduksi, IMS dan

HIV/AIDS, Sikap Terhadap

Seksualitas, Efikasi Diri,

Pengaruh Teman Sebaya,

Pengawasan Orang Tua, Akses

Informasi terhadap perilaku

seksual pada remaja

Hasil pengujian hipotesis (uji

F) didapat nilai uji F sebesar 51.816

dengan nilai signifikansi model

regresi secara simultan sebesar

0.000, nilai ini lebih kecil dari

significance level 0.05 (5%), yaitu

0.000 < 0.05.

Teori pembelajaran sosial ini

merupakan hubungan saling

(10)

yaitu perilaku (B), faktor kognifif

dan personal (P), dan pengaruh

lingkungan (E), yang

masing-masing beroperasi secara mandiri

sebagai faktor penentu bagi

faktor-faktor lainnya.Pengaruh-pengaruh

tersebut bervariasi dalam

kekuatannya dan tidak terjadi secara

bebarengan (Bandura, 1989).

Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan

sebagai berikut:

1. Pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi, IMS dan HIV/AIDS

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku seksual pada

remaja (b= 0.16; CI= 95%, 0.04

hingga 0.28; p= 0.008)

2. Sikap terhadap seksualitas

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku seksual pada

remaja (b= 0.13; CI= 95%, 0.00

hingga 0.27; p= 0.047)

3. Efikasi diri berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perilaku seksual

pada remaja (b= 0.23; CI= 95%,

0.10 hingga 0.37; p= 0.001)

4. Pengaruh teman sebaya berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

perilaku seksual pada remaja (b=

0.22; CI= 95%, 0.09 hingga 0.43;

p= 0.001)

5. Pengawasan orang tua berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

perilaku seksual pada remaja (b=

0.15; CI= 95%, 0.01 hingga 0.28; p=

0.030)

6. Akses informasi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap perilaku

seksual pada remaja (b= 0.07; CI=

95%, 0.01 hingga 0.14; p= 0.016)

Faktor personal dan faktor

lingkungan berpengaruh terhadap

perilaku seksual pada remaja.

Penelitian tentang pengetahuan

terhadap kesehatan reproduksi, IMS

dan HIV/AIDS, Sikap Terhadap

Seksualitas, Efikasi Diri, Pengaruh

Teman Sebaya, Pengawasan Orang

Tua, Akses Informasi dengan subjek

penelitian remaja di SMA Negeri 1

Bergas Kabupaten Semarang ada hal

lain yang menarik untuk diteliti yaitu

tentang perilaku seksual pada remaja

serta untuk mengetahui kebutuhan

layanan reproduksi yang diinginkan

oleh remaja serta peran fasilitas

kesehatan dan instansi terkait dalam

upaya mengurangi perilaku seksual

(11)

Daftar Pustaka

Ahmadi, H.A. 2007. Psikologi Sosial (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2012. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bandura. A. 1989. Social Cognitive Theory Greenwich: JAI Press Bandura, A. 1997. Self Efficancy: The

Exercise of Control. New York: W.H Freeman and Company.

Baumrind. 2003. Effects Of

Authoritative Parental Control On Child Behaviour. University of California. Berkeley: EBESCO Publishing.

Burgess, V., Dziegielewski, S.F. & Green, C.E. 2005. Improving

Comfort about Sex

Communication between Parents and Their Adolescents: Practice-Based Research within A Teen Sexuality Group. Brief Treatment and Crisis Intervention, 5:379-390. Carroll, JA dan Kirkpatrick RL, 2011.

Impact os Social Media an

Adolescent Behavioral Health.

Oaklanda, CA: Adolescent Health Collaborative.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program

IBM. SPSS 19 (edisi kelima).

Semarang: Universitas

Diponegoro.

Kim, C. dan Free, C. 2008. Recent Evaluations of the Peer Led Approach in Adolescent Sexual Health Education: A Systemic review Perspective on Sexual and

reproductive Health.

J Reproductive Health. Vol 40 (3). 144-151

Mubarak WI, Chayatin N, Rozikin K, Supradi. 2007. Promosi Kesehatan:

Sebuah Pengantar Proses Belajar

Mengajar dalam Pendidikan.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Mudingayi dkk. 2011. HIV Knowledge and Sexual Risk Behavior Among

Street Adolescents In

Rehabilitation Centres in

Kinshasa; DRC: Gender

Differences. Pan African Medical Journal. Vol 10

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian kebidanan. Jakarta: Nuha Medika. Strehl. 2011. The Agenda for Children

Services: A Policy Handbook. Australia: The Stationery Office Dublin

Jaccard dkk, 2005. Peer Influences on Risk Behavior: An Analysis of the Effects of a Close Friend. America:

American Psychological

Association

Iswarati dan Prihyugiarto. 2008.

Gambar

Tabel 1 menunjukkan bahwa
Tabel 3 menunjukkan bahwa

Referensi

Dokumen terkait

Studien haben zudem gezeigt, dass Schüler beim Lernen einer zweiten Fremdsprache „oft zielorientierter sind, dem Fremdsprachenlernen häufig offener gegenüberstehen, risikofreudiger

If the keyboard is used to control the locator, then the window manager, XView packages, and your XView applications handle the keyboard’s mouseless semantic events.. 6.13.3.1 The

Dengan adanya peningkatan detak jantung pada subjek 1 dapat dilihat bahwa subjek 1 mulai dapat mencerna musik tersebut dengan menyelaraskan dan menerima gelombang-gelombang

Penelitian ini menyajikan sebuah metode klasifikasi cacat las visual berbasis Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) dengan masukan sistem berupa citra las hasil

berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara tertentu untuk melakukan

Dengan demikian apapun bentuk yang dilakukan oleh sikap manusia untuk mempertahankan, memperbaharui atau memurnikan tradisi agama, tetap saja harus dipandang

Dengan didasari pada asumsi bahwa tambahan modal yang semakin berkurang, menurut teori neoklasik bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi daerah miskin lebih tinggi dari

Berdasarkan hasil penelitian, rasa percaya diri siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus I diperoleh skor rata-rata 44,18 dengan kriteria cukup baik dan pada siklus