• Tidak ada hasil yang ditemukan

REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENJALANI PROSES PEMBUATAN SKRIPSI Regulasi Emosi Pada Mahasiswa Yang Sedang Menjalani Proses Pembuatan Skripsi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENJALANI PROSES PEMBUATAN SKRIPSI Regulasi Emosi Pada Mahasiswa Yang Sedang Menjalani Proses Pembuatan Skripsi."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENJALANI PROSES PEMBUATAN SKRIPSI

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Menempuh Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Oleh :

Rizky Satria Febriyanto

NIM F 100 060 027

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENJALANI PROSES PEMBUATAN SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :

Rizky Satria Febriyanto

NIM F 100 060 027

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)

REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENJALANI PROSES PEMBUATAN SKRIPSI

Rizky Satria Febriyanto

Wiwien Dinar Pratisti

Rizkysatriafebriyanto@yahoo.com

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi

Banyak mahasiswa yang mengalami hambatan dalam menyelesaikan studinya. Beragam faktor yang menjadi penghambat dalam penyelesaian studi. Faktor dalam penyelesaian studi adalah diri mahasiswa itu sendiri maupun faktor dari luar diri mahasiswa.

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mengetahui regulasi emosi pada mahasiswa yang sedang menjalani proses pembuatan skripsi. Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana regulasi emosi pada mahasiswa yang sedang menjalani proses pembuatan skripsi. Fenomena penelitian yang ingin diteliti yaitu regulasi emosi pada mahasiswa yang sedang menjalani proses pembuatn skripsi.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode wawancara open ended, melakukan wawancara (inquiri) dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa yang sedang dalam tahap pembuatan skripsi (wawancara open ended) dan 6 orang wawancara (inquiri) dengan karakteristik, sebagai berikut: a) Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, b) Mahasiswa yang pada saat penelitian ini berlangsung sedang menyusun skripsi, yang biasanya dimulai pada semester 7, c) terdiri dari mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, dan d) bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Berdasarkan analisis data diperoleh gambaran bahwa reaksi untuk mengatasi emosi yang muncul dalam menjalani proses pembuatan skripsi dilakukan dengan cara positif maupun dengan cara negative. Cara positif yang dilakukan yakni acceptance, refocus on planning, positive reappraisal, positive refocusing, dan putting into perspective, sedangkan cara-cara negative yang dilakukan dalam meregulasi emosi yakni pada aspek self blame, blaming others, dan rumination or focus on thought.

.

(5)

Pengantar

A. Latar Belakang Masalah

Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik dalam melakukan penelitian terhadap kasus-kasus atau fenomena yang muncul dan kemudian diteliti dengan menggunakan teori-teori yang relevan dan kemudian akan dianalisis untuk mendapat hasil dari penelitian tersebut. Sehingga penting sekali bagi mahasiswa untuk segera menyelesaikan skripsinya sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis diperguruan tinggi.

Sebagai tahap akhir dari perjalanan panjang seorang mahasiswa yang juga merupakan titik puncak dari seluruh kegiatan akademik dibangku kuliah, setiap mahasiswa tentunya mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran yang dimiliki sejak awal dari pembuatan skripsi. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan hasil penelitian yang baik dan dapat menyelesaikannya dalam waktu yang relatif singkat satu semester paling lambat dua semester.

Penulisan skripsi memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa dalam menyelesaikan masalah secara ilmiah, dengan cara melakukan penelitian sendiri, menganalisis serta menarik kesimpulan, dan menulisnya menjadi bentuk karya ilmiah. Keharusan menulis skripsi dimaksudkan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan kemampuan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki kedalam kenyataan yang dihadapi dan yang tidak kalah penting, skripsi merupakan tolak ukur

sejauhmana tingkat pemahaman mahasiswa terhadap ilmu yang dimilikinya.

(6)

2 Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Skripsi UMS tahun 2010 pada mahasiswa tahun 2006-2007, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi sangat beragam. Mahasiswa paling cepat dapat menyelesaikan skripsinya dalam waktu lima bulan, dan waktu paling lama yang dibutuhkan mahasiswa untuk dapat menyelesaikan skripsinya adalah dua tahun enam bulan. Waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk dapat menyelesaikan skripsinya adalah satu tahun.

Menurut Darmono dan Hasan (2005) proses penulisan skripsi sebenarnya mudah, karena dalam proses penulisan tersebut mahasiswa didampingi oleh dosen pembimbing skripsi. Dosen pembimbing skripsi bertugas memberikan arahan yang bersifat konstruktif baik dari aspek teknis penulisan, aspek isi, sampai pada aspek metode yang digunakan dalam penelitian skripsi. Selain itu dosen pembimbing skripsi berkewajiban memeriksa dan memberikan pengarahan setiap hasil kerja mahasiswa yang dilakukan tahap demi tahap penulisan skripsi serta mengembangkan segala kemampuan mahasiswa dalam proses pengerjaaan skripsi tersebut dan dosen pembimbing skripsi berhak memberi saran, baik perubahan maupun saran perbaikan terhadap hasil kerja penulisan skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa, karena dibimbing oleh dosen pembimbing skripsi jadi tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk stress dalam menulis skripsi.

Namun pada kenyataannya banyak mahasiswa yang merasakan

cemas, takut, tidak percaya diri dalam menghadapi dosen pembimbing, terlebih lagi apabila dosen tersebut terkenal dengan istilah “killer”,

sehingga mahasiswa tersebut takut untuk menghadap dosen tersebut untuk meminta bimbingan, bahwa disebabkan takut apabila dibentak-bentak dan dimarahi apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi. “dosen killer” sudah tidak asing bagi mahasiswa. Sebutan “dosen killer

disematkan pada seorang dosen pembimbing yang suka mempersulit seorang mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir seperti Skripsi, Tesis atau bahkan juga Disertasi. Umumnya “dosen killer

sangat cerdas, baik kecerdasan inteligensinya maupun kecerdasan emosionalnya, sehingga mahasiswa sangat sulit menjawab segala pertanyaan yang diajukannya (Satria, 2008).

(7)

pembimbing. Seperti yang dikemukakan oleh (Thompson dalam Garnefski, dkk., 2001) bahwa adanya regulasi emosi diasumsikan sebagai faktor penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam usahanya untuk berfungsi dengan normal dikehidupannya seperti dalam proses adaptasi, dapat berespon sesuai dan fleksibel, termasuk dalam hal ini beradaptasi dengan situasi-situasi yang menegangkan saat menjalani proses pembuatan skripsi.

Gross (1999) mengemukakan bahwa tujuan dari regulasi emosi sendiri bersifat spesifik tergantung keadaan yang dialami seseorang. Sebagai contoh, pada suatu situasi seseorang menahan emosi takutnya agar ketakutannya tersebut tidak dimanfaatkan orang lain. Dalam situasi yang lain, seseorang dapat dengan sengaja menaikan rasa marahnya untuk membuat orang lain merasa takut. Cukup sulit untuk mendeteksi tujuan dari regulasi emosi pada tiap individu, namun satu hal yang dapat disimpulkan adalah bahwa regulasi emosi berkaitan dengan mengurangi dan menaikan emosi negatif dan positif (Gross, 1999). Emosi positif dan emosi negatif ini muncul ketika individu yang memiliki tujuan berinteraksi dengan lingkungannya dan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana

regulasi emosi pada mahasiswa yang sedang menjalani proses pembuatan skripsi”. Mengacu dari rumusan masalah tersebut di atas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian yang berjudul: “Regulasi emosi pada

mahasiswa yang sedang menjalani proses pembuatan skripsi”.

Tinjauan Pustaka A. Regulasi Emosi 1. Pengertian regulasi emosi

Regulasi emosi memiliki berbagai definisi, Thompson (1994), mendefinisikan regulasi emosi sebagai berikut: Regulasi emosi terdiri dari proses ekstrinsik dan intrinsik yang menentukan pengawasan, evaluasi, dan pemodifikasian reaksi emosi, khususnya fitur intensif dan temporal, untuk mencapai tujuan seseorang.

Regulasi emosi merupakan cara individu untuk menentukan emosi apa yang dirasakan, kapan emosi tersebut dirasakan dan bagaimana mengekspresikan dan mengetahui emosi tersebut (Frijda, 1986). Sedangkan Gross (1999) mendefinisikan regulasi emosi sebagai cara individu mempengaruhi emosi yang mereka miliki, kapan mereka merasakannya dan bagaimana mereka mengalami atau mengekspresikan emosi tersebut.

2. Aspek-aspek dalam regulasi emosi

Gross & Thompson (2007) menekankan lima aspek proses regulasi emosi yang meliputi: a). pemilihan situasi (situation selection), b). modifikasi situasi

(situation modification), c). pemanfaatan perhatian (attentional

(8)

4 bisa disebut sebagai regulasi emosi yang terfokus pada anteseden (antecedent focus), dalam hal ini regulasi emosi terjadi saat sebelum adanya penilaian (appraisals) yang mengakibatkan munculnya kecenderungan berkembangnya respon emosi, dan kelompok terakhir yaitu respon modulation merupakan regulasi emosi yang terfokus pada respon (response focus) yang terjadi setelah adanya respon emosi (Gross & Munoz, 1995).

Selanjutnya menurut Gratz (2004) ada sebuah alat ukur untuk mengukur dimensi-dimensi regulasi emosi yakni: a). kesadaran dan

pemahaman terhadap emosi; b). penerimaan terhadap emosi; c) kemampuan berperilaku yang diarahkan pada tujuan, dan menahan diri dari perilaku impulsif ketika mengalami emosi negatif; d). mampu membuat strategi regulasi emosi seefektif mungkin, yakni berupaya untuk membuat strategi yang tepat untuk memodulasi respon-respon emosi.

.

3. Faktor-faktor yang

mempengaruhi regulasi emosi Terdapat berbagai faktor yang dianggap berpengaruh terhadap regulasi emosi baik secara intrinsik maupun ekstrinsik , diantaranya yaitu : a. Usia. Faktor usia dalam hal ini

terkait dengan kematangan organ, menurut Beer dan Lombardo (dalam Gross, 2007) menyatakan bahwa regulasi emosi seseorang melibatkan peran dari proses kerja lobus frontal di otak, cingulate

anterior, lobus temporal, dan kemungkinan amygdala.

b. Jenis kelamin. Secara neural, McRae (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa gender berpengaruh dalam regulasi emosi seseorang. Gender ini terkait dengan respon amygdala yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Dibanding perempuan, laki-laki memperlihatkan lebih sedikit peningkatan dalam area prefrontal yang berhubungan dengan reappraisal, selain itu laki-laki mengalami penurunan yang lebih besar dalam amygdala yang berhubungan dengan respon emotional, lalu perluasan area ventral striatal nya lebih sedikit dibanding perempuan yang mana hal ini berkaitan dengan reward processing.

c. Kognitif. Zelazo dalam (Gross, 2007) menyatakan bahwa regulasi emosi berhubungan langsung dengan executive function (EF). EF merupakan pemahaman tentang kontrol kesadaran akan pemikiran dan aksi. Walaupun berhubungan langsung namun EF ini bukan satu-satunya rute regulasi emosi.

(9)

e. Aspek sosial terutama pengaruh keluarga. Keluarga dan teman sebaya dianggap dapat menjadi komponen dalam konstruksi sosial pada berbagai keadaan individu. Begitu pula regulasi emosi dibentuk oleh berbagai pengaruh ekstrinsik yang berinteraksi dengan pengaruh intrinsik yang telah dibahas sebelumnya, dan dari sudut perkembangan, Thompson dan Meyer (dalam Gross, 2007) menyatakan bahwa regulasi emosi dipengaruhi oleh keluarga dan teman sebaya.

f. Budaya. Cultural models theory

menekankan bahwa proses sosial dan psikologis bermakna secara bervariasi di berbagai budaya (Mesquita dalam Gross 2007), dan menurutnya begitu pun dalam hal regulasi emosi. Regulasi emosi tidak hanya berkaitan dengan proses intra personal, akan tetapi emosi di regulasi sesuai dengan dimana dan bagaimana cara individu tersebut menjalani kehidupan. Regulasi emosi terjadi pada tataran budaya praktis melalui penstrukturan situasi sosial dan dinamika interaksi sosial, usaha orang terdekat untuk memodifikasi situasi individu yang bersangkutan, fokus perhatian seseorang atau makna yang diambil dalam berbagai situasi, dan kesempatan yang tersedia dalam perilaku emosional dalam hal ini regulasi emosi.

g. Norma. Norma sebenarnya berkaitan dengan aspek lain yang telah dibahas sebelumnya seperti budaya, motivasi dan gender, akan

tetapi Fischer (dalam Philippot, 2004) menyebutkan bahwa norma memainkan peran penting dalam regulasi emosi.

B. Mahasiswa yang Sedang Menjalani Proses Skripsi 1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Mahasiswa sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual, memandang segala sesuatu dengan pikiran jernih, positif, kritis yang bertanggung jawab, dan dewasa. Secara moril mahasiswa akan dituntut tangung jawab akademisnya dalam menghasilkan “buah karya” yang berguna bagi kehidupan lingkungan.

2. Pengertian Skripsi

(10)

6 dilakukan secara klasikal. Proses belajar secara individual menuntut mahasiswa untuk dapat mandiri dalam mencari pemecahan dari masalah-masalah yang dihadapinya. Adapun peran dosen pembimbing skripsi adalah membantu mahasiswa mengatasi kesulitan yang ditemui ketika menulis skripsi.

Skripsi adalah proses penelitian ilmiah atau eksperimen ilmiah yang melibatkan pengumpulan data yang sangat banyak, bertujuan, dan sistematis. Analisa dan interpretasi data kemudian dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan baru atau menambahkan pengetahuan yang sudah ada. Skripsi memiliki tujuan akhir untuk mengembangkan suatu kerangka pengetahuan ilmiah yang terorganisasi (Dempsey, 2002). (dalam Januarti, 2009)

3. Mahasiswa yang menjalani proses pembuatan skripsi

Menurut Dempsey (2002) skripsi melibatkan proses penemuan jawaban untuk suatu pertanyaan atau solusi suatu masalah, menemukan dan menginterpretasikan fakta baru, menguji teori guna merevisi teori atau hukum yang sudah diterima berdasarkan fakta baru tersebut, dan merumuskan teori yang baru. Akhirnya, tujuan akhir skripsi adalah mengembangkan rangka pngetahuan ilmiah yang sistematis dan dapat digunakan untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan fenomena.

Menurut Arikunto (2005) dikutip dari Pranata (2005) tanpa adanya karya tulis ilmiah berupa

skripsi, pengetahuan tidak akan bertambah maju. Padahal pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan, harus diadakan agar meningkat pula pencapaian usaha-usaha manusia.

Ada tiga persyaratan penting bagi mahasiswa yang melakukan penyusunan skripsi yaitu: sistematis, berencana, dan mengikuti konsep ilmiah. Sistematis artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang apling sederhana smpai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Berencana artinya dilaksanakan dengan adanya unsur tentang langkah-langkah pelaksanaannya. Mengikuti konsep ilmiah artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

C. Regulasi Emosi Pada Mahasiswa Yang Sedang Menjalani Proses

Pembuatan Skripsi

(11)

kemampuan akademis yang kurang memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa dalam penelitian (Slamet, 2003). Kesulitan– kesulitan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan stress rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya. Kondisi ini banyak menimpa mahasiswa di semua fakultas dan jurusan termasuk fakultas psikologi. Akibatnya skripsi menjadi momok atau suatu beban yang berat bagi mahasiswa. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lainnya juga berbeda, ada beberapa mahasiswa yang dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang relatif cepat tetapi disisi lain ada juga beberapa mahasiswa yang menyelesaikan skripsi dalam waktu yang relatif lama.

Banyak kendala yang dihadapi oleh mahasiswa, menjadikan seorang mahasiswa kewalahan apabila tidak dapat beradaptasi dengan berbagai macam kesulitan seperti itu dan cenderung putus asa dan emosi menjadi tidak stabil, sehingga perlu sekali adanya kemampuan meregulasi emosi secara baik pada diri mahasiswa yang sedang menjalani skripsi. Seperti yang dikemukakan oleh (Thompson dalam Garnefski, dkk., 2001) bahwa adanya regulasi emosi diasumsikan sebagai faktor penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam usahanya untuk berfungsi dengan normal dikehidupannya seperti dalam proses adaptasi, dapat berespon

sesuai dan fleksibel, termasuk dalam hal ini beradaptasi dengan situasi-situasi yang menegangkan saat menjalani proses pembuatan skripsi.

Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana strategi regulasi emosi pada mahasiswa yang sedang menjalani skripsi?

.

Metode Penelitian A. Gejala Penelitian

Gejala penelitian yang menjadi fokus pembahasan dan hendak diungkap dalam penelitian ini adalah regulasi emosi yang dimiliki mahasiswa. Pada umumnya para mahasiswa mempunyai hambatan dalam proses penulisan skripsi diantaranya kesulitan mencari literatur, dana yang terbatas, tidak terbiasa menulis dalam arti menulis karya ilmiah, kurang terbiasa dengan sistem kerja terjadwal dengan pengaturan waktu sedemikian ketat dan masalah dengan dosen pembimbing skripsi (Darmono dan Hasan, 2005). Regulasi emosi pada mahasiswa diperlukan untuk dapat tetap tegar menghadapi kendala-kendala pengerjaan skripsi.

B. Definisi Gejala Penelitian 1. Regulasi emosi mahasiswa dalam

(12)

8 2. Mahasiswa adalah orang yang

belajar di perguruan tinggi yang sedang menjalani proses pembuatan skripsi.

C. Informan Penelitian

Moleong (2006)

mendefinisikan informan penelitian adalah orang yang menjadi sumber utama untuk memperoleh informasi. Adapun informan dalam penelitian adalah 100 orang mahasiswa yang sedang dalam tahap pembuatan skripsi. Batasan mahasiswa yang mengambil skripsi yakni mahasiswa yang sudah menjalani pembuatan skripsi, yang biasanya dimulai pada semester 7 atau 8. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan menggunakan angket open ended, dan melakukan inkuiri terhadap enam subyek.

Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1) Mahasiswa fakultas psikologi, 2) Mahasiswa tersebut minimal sudah semester 7 keatas, yang mana sudah memenuhi syarat untuk mengambil mata kuliah skripsi; 3) sudah mendapat persetujuan judul dari biro skripsi, 4) terdiri dari mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, serta 5) Bersedia menjadi informan penelitian ini.

D. Metode dan Alat Pengumpul Data

Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi, dengan penjelasannya sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 1998). Maksud diadakannya wawancara, adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan dengan petunjuk umum wawancara, yaitu jenis wawancara yang mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok “yang ditanyakan” dalam proses wawancara (Moleong, 2008). Wawancara tersebut dilakukan untuk mengungkap latar belakang dan faktor tujuan informan mengambil fakultas yang sekarang ditekuni, serta cara melakukan regulasi emosi terhadap kendala-kendala yang dihadapi saat mengerjakan skripsi.

b. Observasi

(13)

aktivitas dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam penelitian ini.

E. Prosedur Penelitian

Pada tahap prosedur penelitian, peneliti akan melakukan sejumlah hal yang diperlukan dalam penelitian. a) Mengumpulkan data yang

berhubungan dengan regulasi emosi pada mahasiswa yang sedang menjalani proses pembuatan skripsi. Peneliti mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi dan sekumpulan teori-teori yang berhubungan dengan regulasi emosi, terutama yang berkaitan mahasiswa yang sedang menjalani proses pembuatan skripsi dan selanjutnya menentukan responden yang akan diikut sertakan dalam penelitian.

b) Membangun Rapport pada responden

Menurut Moleong (2006), rapport

adalah hubungan antara peneliti dengan subjek penelitian yang sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya. Dengan demikian subjek dengan sukarela dapat menjawab pertanyaan peneliti atau memberi informasi kepada peneliti.

a) Menyusun pedoman wawancara dan observasi

Peneliti disini menggunakan wawancara open ended sebagai awal penelitian kemudian dilanjutkan dengan menggunakan wawancara mendalam (inquiry), menyusun pedoman wawancara yang didasari oleh kerangka teori

yang ada, guna menghindari penyimpangan dari tujuan penelitian yang dilakukan. Adapun observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan atau pengamatan murni.

b) Persiapan untuk pengumpulan data Mengumpulkan informasi tentang responden penelitian. Setelah mendapatkan informasi tersebut, peneliti menghubungi calon responden untuk menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan menanyakan kesediannya untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan.

c) Menentukan jadwal wawancara Setelah mendapat persetujuan dari responden, peneliti meminta responden untuk bertemu mengambil data. Hal ini dilakukan setelah melakukan rapport terlebih dahulu. Kemudian, peneliti dan responden mengatur dan menyepakati waktu untuk melakukan wawancara.

F. Metode Analisis Data Menurut Moleong ( 2001), proses

analisis data dimulai dengan : 1. Menelaah data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.

(14)

pernyataan-10 pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalam nya 3. Menyusunnya dalam satuan-satuan

yang kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil memnuat koding.

4. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah penafsiran data menuju pada kesimpulan penelitian.

G. Pembahasan

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa informan ISA, ROS, dan PM tidak mengalami self blame, karena walau skripsi selesai tapi nantinya belum dapat pekerjaan dan juga karena ada pekerjaan lain yang dianggap lebih penting. Kalau masalah tertekan ketiga informan yang tidak mengaalami self blame dengan otomatis juga merasa tidak tertekan, mungkin karena menyadari sepenuhnya bahwa hal itu bukan kesalahan diri sendiri.

Kemudian informan yang tidak mengalami self blame akan lebih menekankan pada blaming others dan sasaran yang dijadikan blaming others

adalah teman dekat, dosen pembimbing dan juga prosedur syarat kompre dan ujian skripsi yang dianggap berbelit-belit. Adapun sikap yang diperlihatkan pada objek blaming others adalah dengan tidak peduli terhadap orang tersebut, dan biasa saja. Langkah yang dilakukan oleh informan MM, VR dan SH yang melakukan self blame pada aspek

refocus on planning yakni dengan cara segera menyelesaikan skripsi.

Kemudian untuk mengalihkan hambatan skripsi, informan melakukannya kepada hal-hal yang lebih menyenangkan yakni dengan cara kumpul dengan teman-teman untuk mencari motivasi, memotivasi diri sendiri dan jalan – jalan.

Pada semua informan, aspek

Rumination or focus on thought

(berasosiasi dengan tingkat depresi para informan cukup merasakan tingkat stres yang lumayan tinggi hingga sedikit depresi, namun tetap bisa mengambil hikmah. Adapun tingkat kepeduliannya atau meremehkan keadaan tetap mempedulikan hambatan yang ada, sesuai dengan teori (Thompson dalam Garnefski, 2001) yaitu sebagai kemampuan untuk mengevaluasi dan mengubah reaksi-reaksi emosional untuk bertingkah laku tertentu yang sesuai dengan situasi yang sedang terjadi

Adapun inkuiri yang dilakukan kepada informan MM, VR, dan SH yang melakukan self blame, informan merasa tertekan ringan hingga tertekan berat hal ini disebabkan karena kesalahan sepenuhnya ditumpukan pada diri sendiri, namun ada sebagian yang tetap dibagikan kesalahan pada orang lain yakni dosen pembimbing. Kemudian sikap yang diperlihatkan informan kepada orang yang jadi sasaran blaming others yakni dengan cara bijak menanggapi permasalahan, menjelaskan terus pada pembimbing dan bersikap biasa saja.

(15)

diambil dalam menerima banyak hambatan skripsi dengan cara menyemangati diri sendiri dan belajar lebih giat lagi. Kemudian kecenderungan informan untuk mengalihkan hambatan skripsi kepada hal-hal yang lebih menyenangkan yakni dengan cara jalan-jalan, membaca literatur dan menonton serta bercanda dengan teman-teman.

Informan MM, VR, dan SH yang lebih mengalami self blame

cenderung memikirkan perasaan yang berhubungan dengan situasi yang terjadi hingga ke tingkat hingga sampai depresi. Kemudian disimpulkan bahwa informan yang melakukan self blame pun dapat mengambil hikmah.

.

Penutup A. Kesimpulan

Hasil penelitian didapatkan Pada bagian penutup ini dapat disimpulkan temuan-temuan pokok sebagai berikut:

1. Regulasi emosi pada mahasiswa yang sedang menjalani proses pembuatan skripsi tidak memiliki regulasi emosi yang positif dilihat dari informan yang mengalami self blame dan merasa tertekan apabila skripsi banyak mengalami hambatan terjadi pada informan MM, VR, dan SH. Ada juga informan yang bersikap positif dalam mengerjakan skripsinya terjadi pada informan ISA, ROS dan PM dimana subjek tersebut tidak mengalami self blame

sehingga dapat menyelesaikan skripsi tanpa menyalahkan diri sendiri sehingga tidak tertekan

dalam menyelesaikan proses pembuatan skripsi. Selain itu, strategi coping yang dilakukan informan pada saat mengalami kegagalan menjadikan semua informan lebih fokus dalam mengerjakan skripsi dan memandang kegagalan sebagai pembelajaran positif untuk menjadi yang lebih baik.

2. Berdasarkan pada strategi regulasi emosi yang dilakukan oleh mahasiswa yang sedang menjalani proses pembuatan skripsi sebagian besar informan bisa menerima hambatan yang terjadi dalam pengerjaan skripsinya, informan dalam hambatan tersebut untuk mengurangi terjadinya tekanan maka informan melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti jalan-jalan bersama teman-teman sehingga memunculkan motivasi untuk bangkit mengerjakan skripsi sampai selesai.

B. Saran

Berdasarkan proses dan hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran yang relevan kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bagi dosen pembimbing

Hendaknya dapat memberikan pendekatan yang persuasif dan interaktif agar segala permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan proses pembuatan skripsi tidak memperberat mahasiswa.

(16)

12 Hendaknya dapat memahami bahwa skripsi harus diperjuangka agar kebanggan menjadi seorang sarjana benar-benar dapat dirasakan karena akan muncul perasaan puas apabila segala rintangan dapat dilalui walau sesulit apapun.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Kajian lebih lanjut sangat diperlukan untuk penyempurnaan hasil penelitian ini, misalnya dengan meneliti kepribadian mahasiswa, sehingga akan lebih terlihat faktor yang lebih menonjol dari munculnya regulasi emosi.

.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono, & Hasan, A. 2005.

Menyelesaikan Skripsi dalam Satu Semester. Jakarata: PT Grasindo.

Frijda, N. H. 1986. The emotions. Cambridge: Cambridge University Press.

Garnefski, N. & Kraaij V. 2007. The Cognitive Emotion Regulation Questionnaire: Psychometric features and prospective relationships with depression and anxiety in adults. European

Journal of Psychological

Assessment.;23:141–149. Garnefski, N., Kraaij, V., Spinhoven,

P. 2001. Negative Life Events, Cognitive Emotion Regulation, and Emotional Problems.

Journal of Personalitiy and

Individual Differences. Vol 30, hal. 1311-1327.

Garnefski, N et al. 2003. Cognitive emotion regulation strategies and depressive symptoms: differences between males and females. Personality and Individual Differences. Volume 36, Issue 2, January 2004, Pages 267-276.

Gratz, K.L., Tull, M.T., Reynolds, E.K., Bagge, C.L. et al. 2004. Extending extant models of the pathogenesis of borderline personalty disorder to childhood borderline personality symptoms: The Role of affective dysfunction, disinhibition, and self-and emotion-regulation deficits.

Journal of Development and Psychopathology. Vol. 21 (4), p. 1263-1292.

Gross, J. J. 2007. Handbook of

emotion regulation. New York: Guilford.

Gross, J. J., & Thompson, R. 2007. Emotion regulation: Conceptual foundations. In J. J. Gross (Ed.), Handbook of Emotion Regulation (pp. 3–24). New York: Guilford Press. Gross J.J., John O.P. 2003. Individual

differences in two emotion regulation processes: Implications for affect, relationships, and well-being.

(17)

Social Psychology. 2003;85:348–362.

Gross, J. J. 1998. Antecedent-and

response-focused emotion

regulation: Divergent

consequences for experience,

expression, and physiology.

Journal of Personality and Social Psychology, 74, 224–237.

Gross, J. J., & Levenson, R. W. 1997. Hiding feelings: the acute eVects of inhibiting positive and negative emotions. Journal of Abnormal Psychology, 106, 95–103.

Gross, J.J. 1999. Emotion and emotion regulation.In L. A. Pervin & O. P. John (Eds). Handbook of

personality: Theory and

research (2nd ed., pp. 525-552). New York: Guilford Press.

Januarti, R. 2009. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dosen Pembimbing Dengan Tingkat Stress Dalam Menulis Skripsi.

Skripsi (tidak diterbitkan).

Surakarta: UMS.

McRae,dkk. 2008. Gender Differences in Emotion Regulation: An fMRI Study of Cognitive Reappraisal. Group Process & Intergroup Relation. Vol.11(2) 143- 162.

Moleong, L.J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Philippot, P. & Douilliez, C. 2004. Social phobics do not

misinterpret facial expression of emotion. Behaviour

Research and Therapy. New

York: Cambridge University Press.

Poerwadarminto. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian

Psikologi. Jakarta: LPSP3

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Pranata, B. 2005. Pemecahan Masalah Secara Analitis Dan Kreatif. [Online]. Tersedia : http://www.google.com/proble msolving. [13 Mei 2008].

Satria, 2008. Cara Menghadapi Dosen

Killer. Sumber:

http://id.shvoong.com/writing-

and-speaking/public- speaking/2185711-cara- menghadapi-dosen-killer/#ixzz2BH04E2Ss

Slamet. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

Referensi

Dokumen terkait

One reason why some of teachers don’t develop is simply that they don’t stud y any more, after getting the certificate.. According to Henry Giroux, teachers are supposed to

keldi Eda

Maka, dengan ini kami umumkan peserta lelang yang menjadi pemenang untuk Pengadaan Jasa Kebersihan pada BPK Perwakilan Provinsi Bengkulu, adalah sebagai berikut :..

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran dan verifikasi dokumen kualifikasi oleh Kelompok Kerja 2 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat

Untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat dari suatu bahan galian, penelitian lanjutan sangatlah penting untuk dilakukan minimal sampai pada tahap

Setelah organ-organ reproduksi istirahat selama 24 bulan atau selama 2 tahun, maka diharapkan semua organ –organ reproduksi ibu akan kembali seperti sebelum

Futures adalah kontrak berjangka panjang yang bersifat mengikat atau memberi kewajiban kepada kedua belah pihak untuk membeli atau menjual underlying asset

Hasil Wawancara dengan Bapak Nurhamudin Ketua BPD Desa Joho : “Masyarakat akan terbantu dengan adanya BUMDes kesempatan dan peluang usaha akan terbuka bagi yang