• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

FPIPS : 4882/UN.40.2.5.1/PL/2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN

RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Oleh:

Arvid Markendya Muhammad

1006054

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT AND LEISURE

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ii

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI GEDUNG MICE DI KOTA BANDUNG

Oleh

Arvid Markendya Muhammad

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Arvid Markendya Muhammad 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI GEDUNG MICE DI KOTA BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh,

Pembimbing I

Agus Sudono, SE., MM. NIP. 19820508 200812 1

Pembimbing II

Rosita, SS., MA. NIP. 19781019 200604 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen resort & Leisure

(4)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

ABSTRAK

Arvid Markendya Muhammad NIM: 1006054

MICE sedang mengalami perkembangan pesat di Bandung. Sebagian besar pengguna MICE yang terbesar adalah dari instansi pemerintahan. Kunjungan Rumentang Siang mengalami naik-turun. Penegembangan fungsi Gedung Rumentang Siang sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan MICE adalah alternatif tempat dilaksanakannya kegiatan MICE di Kota Bandung. Biaya pengeluaran dari pemerintah itu dapat ditekan, serta dapat menjadi pemasukan bagi pemerintah jika gedung kesenian Rumentang Siang dikembangkan menjadi bangunan MICE. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dengan cara penelitian menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini yaitu pengguna yang memakai Gedung Kesenian Rumentang Siang. Sedangkan sampel yang diambil sebanyak 69 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah SWOT. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi yang sesuai adalah strategi turn around yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan (weakness) dengan cara mengambil keuntungan peluang (Opportunity) yang ada. Saran untuk pihak pengelola Gedung Kesenian Rumentang siang agar dapat menambah fasilitas penunjang, menyediakan layanan antar jemput pengguna dan mengadakan kerjasama dengan pihak akomodasi terdekat dengan Gedung Kesenian Rumentang Siang.

(5)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DEVELOPMENT FUNCTION STRATEGY AT RUMENTANG SIANG BUILDING FOR PERFORMING ARTS AS MICE IN BANDUNG CITY

ABSTRACT

Arvid Markendya Muhammad

NIM : 1006054

MICE is experiencing rapid development in Bandung. Most of the largest MICE users are from government agencies. Rumentang Siang visit to experience up and down. Development of building function Rumentang Siang as the implementation of MICE activity is the implementation of an alternative place MICE activities in Bandung. The cost of government spending that can be reduced, and may become a revenue for the government if the art building Rumentang Siang developed into building MICE. The method used is descriptive method with quantitative approach, by means of research using questionnaires. The population in this study are the users who use the Art Building Rumentang Siang. While samples taken by 69 respondents. The data analysis technique used is SWOT. These results indicate that the appropriate strategy is the turn around strategy is a strategy that aims to improve the weakness (weakness) by taking advantage opportunities (Opportunity) that exist. Suggestions to the manager of the Art Building Rumentang Siang in order to add support facilities, providing shuttle service user and entered into a collaboration with the closest accommodation to the Arts Building Rumentang Siang.

(6)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

E. Instrumen Penelitian ... 25

1. Kuesioner ... 26

2. Observasi ... 26

3. Dokumentasi ... 26

F. Jenis dan Sumber Data ... 26

(7)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Data Sekunder ... 27

G. Teknik Analisis Data ... 27

1. Teknik SWOT ... 27

2. Matriks EFE ……….. 28

3. Matriks IFE ... 29

4. Positioning Kuadran SWOT ... 31

5. Matriks SWOT/TOWS ... 33

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 35

A. Temuan ... 35

1. Profil Rumentang Siang ... 35

2. Fasilitas Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 37

3. Profil Responde Penelitian ... 42

a.Profil Responden Berdasarkan Jenis Organisasi ... 42

b.Profil Responden Berdasarkan Asal Daerah ... 43

c.Profil Responden Berdasarkan Intensitas Penggunaan ... 43

d.Profil Responden Berdasarkan Informasi Gedung ... 44

4. Preferensi MICE Yang Akan Digelar ... 45

a. Preferensi MICE Berdasarkan Jenis Yang Sesuai Digelar ... 45

b. Preferensi MICE Berdasarkan Lamanya Penggunaan ... 46

c. Preferensi MICE Berdasarkan Banyaknya Jumlah Peserta ... 47

5. Tanggapan Responden Mengenai Potensi MICE Di Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 47

a. Tanggapan Responden Tentang Lokasi ... 47

b. Tanggapan Responden Tentang Penanganan Transportasi ... 49

c. Tanggapan Responden Tentang Pelayanan Makanan dan Minuman ... 51

d. Tanggapan Responden Tentang Akomodasi ... 52

e. Tanggapan Responden Tentang Fasilitas ... 54

f. Tanggapan Responden Tentang Faktor Politik ... 56

g. Tanggapan Responden Tentang Faktor Ekonomi ... 58

h. Tanggapan Responden Tentang Faktor Penggunaan ... 59

6. Potensi MICE Di Gedung Kesenian Rumentang Siang ……... 62

B. Pembahasan ...……….. 63

1. Faktor Internal ...………. 63

2. Faktor Eksternal ...……… 64

3. Analisis SWOT ...………. 65

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

(8)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN ... 84

RIWAYAT HIDUP ... 101

DAFTAR TABEL Tabel : Halaman : 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ke Daya Tarik Wisata di Kota Bandung 2009-2013 ... 2

1.1 Jumlah Pengguna Gedung Kesenian Rumentang Siang ………. 3

3.1 Jumlah Pengguna Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 22

3.2 Operasional Variabel ……….. 23

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 27

3.4 Pembobotan Matriks EFE ... 28

3.5 Matriks EFE ... 29

3.6 Pembobotan Matriks IFE ... 30

3.7 Matriks IFE…...………... 31

3.8 Matriks Pembobotan SWOT ...……….. 34

4.1. Tanggapan Responden Mengenai Lokasi………...…… 48

4.2. Tanggapan Responden Mengenai Penanganan Transportasi ... 49

4.3. Tanggapan Responden Mengenai Pelyanan Makanan Dan Minuman ... 51

4.4. Tanggapan Responden Mengenai Akomodasi ... 52

4.5. Tanggapan Responden Mengenai Fasilitas ... 54

4.6. Tanggapan Responden Mengenai Faktor Politik ... 56

4.7. Tanggapan Responden Mengenai Faktor Ekonomi ... 58

4.8. Tanggapan Responden Mengenai Faktor Penggunaan ... 59

4.9. Tanggapan Responden Mengenai Faktor Kompetitor ... 61

4.10. Pembobotan Kekuatan Matriks IFE ... 68

4.11 Pembobotan Kelemahan Matriks IFE ... 68

4.12. Matriks IFE ... 69

4.13 Pembobotan Peluang Matriks EFE ... 71

4.14 Pembobotan Ancaman Matriks EFE ... 72

4.15 Matriks EFE ... 73

(9)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.17. Eksternal ... 74

4.18 Matriks TOWS... 75

DAFTAR GAMBAR Gambar : Halaman : 2.1 Kerangka Pemikiran ... 20

3.1 Denah Gedung Kesenian Rumentang Siang…………... 21

3.2 Posisi Dalam Kuadran SWOT………...…….. 32

4.1 Gedung Kesenian Rumentang Siang ...……….. 35

4.2Struktur Organisasi Badan Pengelola Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 36

4.3 Kantor Utama ...……….. 37

4.4 Loket Tiket ...………. 38

4.5 Tempat Parkir ... ... 38

4.6 Musholla ... 39

4.7 Toilet ... 39

4.8 Panggung ... 39

4.9 Ruang Latihan ... 40

4.10 Lobby ... 40

4.11 Toko ... 41

4.12 Kursi Tunggu ... 41

4.13 Auditorium ... 42

4.14 Jenis Organisasi ... 42

4.15 Lokasi Pengguna ... 43

4.16 Intensitas Penggunaan ... 44

4.17 Informasi Gedung ... 44

4.18 Pertemuan Yang Sesuai ... 45

4.19 Lamanya Penggunaan ... 46

(10)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.21 Diagram SWOT ... 74

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : Halaman : 1 Kuesioner ...85

2 Tabel Hasil Kuesioner ...89

3 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ...92

4 Surat Penelitian ...96

(11)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

(12)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia, dimana merupakan salah satu kota yang banyak dikunjungi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara hal ini dikarenakan kota Bandung memiliki konveksi yang berkualitas, event-event besar, dan kuliner-kuliner yang unik hal ini menjadikan banyak sekali para pelaku usaha khususnya dalam bidang pariwisata, melihat potensi tersebut dengan melakukan pembangunan travel, hotel, dan restoran untuk menunjang potensi yang ada. Berikut adalah data kunjungan wisatawan yang datang ke Kota Bandung.

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ke Daya Tarik Wisata di Kota Bandung 2009-2013

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

35.834.475 34.647.240 36.712.729 39.467.642 44.663.441

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung (2013)

Terlihat dari data diatas, jumlah kunjungan wisatawan ke kota Bandung mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2010 yang mengalami penurunan. Namun pada tahun 2011 hingga 2013 kota Bandung mengalami peningkatan jumlah wisatawan. Hal ini menandakan perkembangan wisatawan di Kota Bandung setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang tidak terlalu pesat,

Berdasarkan hasil survei PHRI, kota Bandung saat ini memiliki 428 hotel dari

berbagai klasifikasi dengan 21 ribu kamar. Dari data tersebut menurut Herman

Muhtar selaku ketua perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa

(13)

2

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ribu kamar dalam tempo.com (Jum’at, 17 Oktober 2014). Dampak ini akan

mengakibatkan kecilnya tingkat hunian kamar dan akan mengakibatkan pula persaingan yang tidak sehat diantara hotel-hotel di kota Bandung. Untuk mengantisipasi hal tersebut solusi yang memungkinkan adalah menjadikan kota bandung sebagai kota MICE untuk meningkatkan tingkat hunian MICE dapat menarik wisatawan berskala kelompok, terlebih kota Bandung memiliki sejarah sebagai tempat berlangsungnya konferensi Asia-Afrika (KAA) pada bulan April tahun 1955 yang merupakan event MICE berskala internasional.

Sekarang ini bisnis MICE sedang mengalami perkembangan pesat di bandung terlihat dari 250 hotel di Bandung dianggap memadai dengan presentasi 60%-70% memiliki fasilitas MICE (Ria Indhryani dalam “BISNIS MICE: Kota Bandung

(14)

3

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gedung kesenian Rumentang Siang merupakan salah satu gedung kesenian yang ada di kota Bandung. Gedung ini didirikan pada 10 Januari 1975. Gedung ini merupakan bekas bioskop Rivolli. Bangunan bergaya art-deco ini merupakan pemberian dari gubernur Jawa Barat, Solihin GP kepada seniman Bandung pada masanya. Kunjungan rumentang siang mengalami naik-turun dari tahun 2012-2013 berikut adalah data jumlah pengguna Gedung Kesenian Rumentang Siang

Tabel 1.2 jumlah pengguna gedung kesenian rumentang siang

Tahun Bulan Jumlah Pengguna

2012

Sumber: Pengelola gedung kesenian Rumentang Siang

(15)

4

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengguna, namun pada bulan Januari dan februari pengguna gedung kesenian rumentang siang kembali di bawah 5 pengguna walaupun pada bulan Maret pengguna naik menjadi 6 tetapi bulan April kembali turun menjadi hanya 3 pengguna saja. Jumlah pengguna dari Gedung Kesenian Rumentang Siang yang fluktuatif

Gedung kesenian Rumentang Siang yang dikelola pemerintah ini pada dasarnya adalah tempat pertunjukan seni di Kota Bandung, namun pada kenyataannya Gedung Rumentang Siang jarang digunakan oleh pemerintah itu sendiri dan juga penggunaan gedung yang fluktuatif. Oleh karena itu kegiatan MICE yang dilakukan oleh instansi pemerintah bisa dilakukan di Gedung Rumentang Siang, maksud dari penggunaan Gedung Rumentang Siang ini sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan MICE adalah alternatif tempat dilaksanakannya kegiatan MICE di Kota Bandung, menekannya biaya pengeluaran dari pemerintah itu sendiri, serta dapat menjadi pemasukan tersendiri bagi pemerintah jika gedung kesenian Rumentang Siang di kembangkan menjadi bangunan MICE. Sering nya Gedung Kesenian Rumentang Siang melaksanakan kegiatan exhibition menandakan adanya potensi untuk dikembangkan lagi untuk memfasilitasi kegiatan meeting, incentive, dan conference di Gedung Kesenian Rumentang Siang.

Berdasarkan latar belakang diatas, perlu adanya kajian yang lebih mendalam dengan judul penelitian, yaitu “Strategi Pengembangan Fungsi Gedung Kesenian Rumentang Siang Sebagai Sarana Kegiatan MICE di Kota Bandung”

B. Rumusan Masalah

Berikut adalah rumusan masalah yang akan penulis teliti mengenai Strategi Pengembangan Fungsi Gedung Kesenian Rumentang Siang Sebagai Sarana Kegiatan MICE di Kota Bandung

(16)

5

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bagaimana Strategi Pengembangan Fungsi Gedung Kesenian Rumentang Siang sebagai sarana kegiatan MICE di kota Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah:

1. Mengidentifikasi apa saja potensi MICE yang ada di kesenian rumentang siang 2. Mengevaluasi apa saja faktor internal di Gedung Kesenian Rumentang Siang 3. Mengevaluasi apa saja faktor eksternal di Gedung Kesenian Rumentang Siang 4. Menganalisis strategi pengembangan fungsi Gedung Kesenian Rumentang

Siang sebagai sarana MICE

D. Manfaat Penelitian

Setelah mengkaji masalah yang ada, maka penulis menyimpulkan beberapa manfaat penelitian, diantaranya yaitu :

1. Kepentingan pribadi :

Dapat mengetahui bagaimana cara mempertahankan suatu citra dan bahkan menambah pengunjung dari sebuah daya tarik wisata melalui pelayanan yang diberikan oleh pengelola.

2. Kepentingan akademis :

Bagi civitas akademis diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk pendidikan khususnya kepariwisataan dengan mengkaji masalah pariwisata melalui penerapan ilmu kepariwisataan.

(17)

6

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(18)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Gambar 3.1. Denah Gedung Kesenian Rumentang Siang

Sumber: Google Maps

Gedung kesenian Rumentang Siang terletak di Jalan Baranang Siang No.1. terletak di sebelah pasar Kosambi dan di belakang toserba Yogya. Secara geografis, gedung kesenian Rumentang Siang terletak di 6°55'11"LS dan 107°37'16"BT. Gedung kesenian Rumentang Siang dapat dituju dari pusat kota Bandung dengan waktu sekitar 30 – 45 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi. Nama Rumentang Siang itu sendiri digagas oleh seorang penyair terkenal, Wahyu Wibisana. Kata Rumentang dalam bahasa sunda diambil dari kata “rentang-rentang” yang berarti samar-samar terlihat dari kejauhan untuk mendekat, sedangkan kata siang sendiri berarti nyata

B. Metode Penelitian

(19)

22

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara sistematis, faktual dan akurat. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha untuk dapat menggambarkan secara jelas tentang masalah-masalah atau kejadian-kejadian yang sedang berlangsung pada saat sekarang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Moh.Nazir (2005: 63) : “Metode deskriptif adalah suatu metode yang meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau pelukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang akan diselidiki.

Sedangkan metode penelitian menggunakan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013:8).

Penelitian ini menganalisis pengembangan Gedung Kesenian Rumentang Siang menjadi MICE. Pada penelitian ini yang akan dijadikan responden adalah pengguna gedung kesenian Rumentang Siang.

C. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2013: 115) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi dalam penelitian ini yaitu pengunjung yang datang ke Gedung Kesenian Rumentang Siang. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola Gedung Kesenian Rumentang Siang, jumlah pengguna Gedung Kesenian Rumentang Siang dapat dilihat dari tabel berikut ini

Tabel 3.1

jumlah pengguna Gedung KesenianRumentang Siang

(20)

23

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Pengelola gedung kesenian Rumentang Siang

D. Variabel

Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu faktor eksternal yang menjadi peluang (opportunity) dan ancaman (threat) bagi pengembangan fungsi gedung dan internal yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) Gedung Rumentang Siang. faktor internal diadiadaptasi dari pelaksanaan mice (Kesrul (2004:3)), MICE adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama, rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive travels, conventions, congresses, conference dan exhibition.

Tabel 3.2

Operasional Variabel

(21)

24

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kegiatan

auditorium Ordinal 12 Tersedianya

(22)

25

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

(23)

26

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber : hasil olahan penulis

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2012: 102) adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan persepsi pengunjung tentang variabel dan diolah dalam bentuk data angka. Dalam hal ini kuesioner menggunakan skala likert. Skala likert menurut Sugiyono (2012: 93) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini, responden menilai fasilitas dan keputusan berkunjung di gedung kesenian. Dalam penelitian ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

2. Obsevasi

Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011:196), observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan mengunjungi Gedung Kesenian Rumentang Siang serta mengamati respon dari wisatawan yang datang berkunjung.

3. Dokumentasi

(24)

27

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan studi dokumentasi untuk meninjau data-data yang dimiliki oleh pihak Gedung Kesenian Rumentang Siang ataupun pihak lain yang terlibat dalam penelitian ini.

F. Sumber Data

Ada dua sumber data yaitu : 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber data yang dicari. Peneliti menggunakan kuesioner langsung kepada pengunjung Gedung Kesenian Rumentang Siang, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang sudah tersedia yang kemudian harus dianalisis kembali.

Tabel 3.3

Jenis dan Sumber Data

Sumber : hasil olahan penulis

G. Teknik Analisis Data 1. Teknik SWOT

Jenis Data Sumber

Persepsi pengembangan MICE Kuesioner Kunjungan wisatawan Gedung Kesenian

Rumentang Siang

Dokumen Gedung Kesenian Rumentang Siang

(25)

28

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menjawab strategi pengembangan ini penulis menggunakan teknik analisis SWOT, analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisis SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisis yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis ajaib yang mampu memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.

2. Matriks EFE ( External Factors Evaluation)

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisa hal-hal yang menyangkut persoalan eksternal relevan perusahaan. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Berikut ini tahapan kerja Matriks EFE :

a. Buatlah daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha untuk aspek eksternal yang mencakup peluang dan ancaman bagi perusahaan.

b. Tentukan bobot dari faktor-faktor tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus bernilai satu (1) . Nilai bobot dinilai dan dihitung menggunakan tehnik “Paired Comparation”. Seperti contoh tabel 3.2 dibawah ini :

c. Berikan bobot menggunakan skala 1 sampai 3 1 = Kurang

(26)

29

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 = Baik

Bobot setiap faktor menentukan proporsi setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan cara :

Contoh tabel pembobotan matriks EFE dapat dilihat pada contoh tabel 3.3 dibawah ini:

Tabel 3.4

Pembobotan Matriks EFE

A B C Total

A B C

Jumlah Sumber :Diktat Kuliah Strategi Pengembangan& Pengelolaan (2009)

d. Tentukan rating setiap faktor-faktor tadi antara 1 – 4, dimana : 1= dibawah rata-rata

2 = rata-rata 3 = diatas rata-rata 4= sangat bagus

e. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor semua faktor-faktor tadi.

(27)

30

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal. Contoh tabel Matriks EFE dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.5 Matriks EFE

Key external factors Bobot Rating Skor Peluang

- -

Ancaman -

-

Total 1,00

Sumber :Diktat Kuliah Strategi Pengembangan & Pengelolaan (2009)

3. Matriks IFE ( Internal Factors Evaluation)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor -faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan. Berikut ini tahapan kerja matriks IFE :

a. Buatlah daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha untuk aspek internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan.

b. Tentukan bobot dari faktor-faktor tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1. Nilai bobot dinilai dan dihitung menggunakan tehnik “Paired Comparation”.

c. Berikan bobot menggunakan skala 1 sampai 3 1 = Kurang

2 = Rata-rata 3 = Baik

(28)

31

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu keseluruhan faktor dengan cara :

Contoh tabel pembobotan matriks IFE dapat dilihat pada contoh tabel 3.5 dibawah ini :

Tabel 3.6

Pembobotan Matriks IFE

A B C Total

A

B

C

Jumlah

Sumber :Diktat Kuliah Strategi Pengembangan& Pengelolaan (2009) d. Tentukan rating setiap faktor-faktor tadi antara 1 – 4, dimana :

1= dibawah rata-rata 2 = rata-rata

3 = diatas rata-rata 4= sangat bagus

e. Kalikan antara bobot dengan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.

f. Jumlahkan skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan adalah lemah, sedangkan apabila nilainya diatas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks EFE, matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.Contoh tabel Matriks IFE dapat dilihat pada tabel 3.6.

(29)

32

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Matriks IFE

Key internal Factors Bobot Rating Skor

Peluang

Sumber :Diktat Kuliah Strategi Pengembangan& Pengelolaan (2009)

4. Positioning Kuadran SWOT

Sebelumnya telah dibahas mengenai matriks IFE dan EFE. Dari matriks IFE dapat diketahui posisi sumbu X dengan rumus sebagai berikut :

X = Total Kekuatan – Total Kelemahan

Sedangkan dari matriks EFE dapat diketahui posisi sumbu Y dengan rumus sebagai berikut :

Y = Total Peluang – Total Ancaman

Berdasarkan matriks IFE dan EFE tersebut dapat diketahui posisi sumbu X dan posisi sumbu Y yang menentukan posisi di kuadran SWOT dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut.

(30)

33

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif , artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

b. Kuadran II (positif , negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

c. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi , artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

d. Kuadran IV (negatif, negatif)

(31)

34

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Matriks SWOT / TOWS

Matriks SWOT/TOWS adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini memiliki 4 buah strategi, yaitu :

a. Strategi SO (Strength- Opportunity)

Strategi SO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan internal untuk dapat menarik keuntungan dari peluang eksternal. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Tatkala sebuah organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.

b. Strategi WO (Weakness- Opportunity)

Strategi WO adalah strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang, peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut c. Strategi ST (Strength- Treath)

Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkaran eksternal.

d. Strategi WT (Weakness- Treath)

(32)

35

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TOWS / SWOT. Tahapan yang dimaksud adalah :

a) Buat daftar peluang dan ancaman eksternal perusahaan, masukkan ke dalam tabel EFE (External Factors Evaluation)

b) Buat daftar kekuatan dan kelemahan kunci inter nal perusahaan, masukkan ke dalam tabel IFE (Internal Factors Evaluation)

c) Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi SO.

d) Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WO.

e) Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi ST.

f) Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.

Tabel 3.8

Matriks Analisis SWOT

Sumber: Fred S. David (2009)

IFE

EFE

Strength (Kekuatan)

Weakness (Kelemahan) Oppurtunity

(Peluang) S – O Strategy W – O Strategy

Threat

(33)

80

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diteliti di Gedung Kesenian Rumentang Siang serta data-data dari pihak pengelola pada bab sebelumnya juga pembahasan yang disertai teori-teori yang mendukung mengenai “Strategi Pengembangan Fungsi Gedung Kesenian Rumentang Siang Sebagai Sarana Penyelenggaraan Kegiatan MICE Di Kota Bandung”, maka diperoleh stategi pengembangan di Gedung Kesenian Rumentang Siang yaitu strategi turn around yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan (weakness) dengan cara mengambil keuntungan peluang (Opportunity) yang ada.

Dari hasil pembobotan IFE dan EFE berdasarkan faktor internal dan eksternal yang ada disana menjadi diagram SWOT yang mempunyai nilai X: -0,19 dan Y: 0,93. Dari hasil diagram SWOT tersebut menunjukan bahwa strategi yang pas adalah strategi turn around. Strategi turn around ini maksudnya adalah strategi yang bertujuan memperbaiki kelemahan internal (weakness) dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal (opportunity). Strategi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menambah fasilitas untuk menunjang penyelenggaraan MICE di Gedung Kesenian Rumentang Siang untuk menyaingi kompetitor

2. Pengadaan layanan banquet dan juga transportasi agar permintaan dari pengguna bisa dilayani sepenuhnya

3. Adanya larangan pemerintah bagi instansi pemerintah yang melangsungkan pertemuan di hotel merupakan salah satu daya tarik yang dimiliki Gedung Kesenian Rumentang Siang

4. Bekerja sama dengan hotel terdekat untuk menyediakan kamar pada saat event berlangsung

B. Rekomendasi

(34)

81

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menambah fasilitas penunjang seperti seperti Toilets and Showers, Lighting Control Room, Sound Control Room yang termasuk ke dalam ruang pembantu penampil Adanya larangan pemerintah bagi instansi pemerintah yang melangsungkan pertemuan di hotel merupakan salah satu daya tarik yang dimiliki Gedung Kesenian Rumentang Siang.

2. Menyediakan layanan antar jemput peserta jika dibutuhkan untuk memudahkan akses layanan transportasi pengguna, dan menyediakan layanan banquet seperti full board meeting, full day meeting dan half day meeting.

3. Mengadakan kerjasama dengan akomodasi-akomodasi terdekat di Gedung Kesenian Rumentang Siang pada saat acara event berlangsung, seperti mengadakan kerjasama dengan hotel Savoy Homan, Grand Preanger, dan Hotel Papandayan.

(35)

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Appleton, I. (2008). Building for the Performing Arts. Burlington : Elsevier David, Fred, R. (2009). Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba

Empat.

Faisal, Akhmad (2012). Strategi Pengembangan Wisata Budaya di Keraton Kasepuhan Cirebon Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Kesrul. (2004 ). Meeting, incentive trip, conference, and exhibition. Jakarta :

Graha Ilmu

Marpaung. H. dan Bahar. H. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta.

Marpaung.H.dan Bahar.H. (2002).Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta

Nazir. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta : BPFE

Pendit S. Nyoman. (1994). Potensi Pariwisata, Jakarta : Gramedia Pustaka utama

Pendit, Nyoman S. (2002). Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita Pitana, I.G. dan Diarta, I.K.S. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta : Andi.

Poerwadarminta. (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Ramadhan, Gia (2015). Strategi Pengembangan Daya Tarik di Alam Wisata Cimahi di Kota Cimahi. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode peneilitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D Bandung : Alfabeta

(36)

83

Arvid markendya muhammad , 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN FUNGSI GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG SEBAGAI SARANA MICE DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suwantoro, Gamal, SH. (2001). Dasar-Dasar Pariwisata. Yoyakarta : ANDI.

Suwantoro. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : BPFE Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan

Warpani, Suwardjoko P. (2007). Pariwisata dalam tata ruang wilayah. Bandung : Penerbit ITB.

Yoeti, Oka A. (2000). Pariwisata Berbasis Lingkungan, Jakarta: PT Pertja

Gambar

Gambar : Halaman :
Tabel 1.1
Tabel 1.2 jumlah pengguna gedung kesenian rumentang siang
Gambar 3.1. Denah Gedung Kesenian Rumentang Siang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji coba yang dilakukan langsung pada Lampu otomatis ternyata hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan, dimana bila intensitas cahaya kurang

pada udang vaname PL 15 memberikan efek yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan relatif, pertumbuhan panjang mutlak, bobot biomass udang vaname (

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanolik daun bayam merah terstandar sebagai preventif obesitas berdasarkan parameter indeks

(NRVLVWHP PDQJURYH GL SHVLVLU 'HVD 'DUXO $PDQ VXGDK EDQ\DN PHQJDODPL GHJUDGDVL .RQGLVL LQL GDSDW PHPSHQJDUXKL JDVWURSRGD \DQJ KLGXS GL GDODPQ\D 7XMXDQ SHQHOLWLDQ LQL DGDODK

Dalam penetapan biaya pendidikan yang dibebankan ke mahasiswa, Politeknik Indonusa Surakarta belum dapat menetapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT), sehingga mahasiswa

350 relawan yang berasal dari berbagai instansi yang sudah bekerja keras dengan membawa nama baik. Yogyakarta telah tiba kembali di tengah-tengah masyarakat Jogja pada tanggal

a.2 Pasien post radiasi kepala dan leher dengan derajat eksposur radiasi tinggi karena pencabutan gigi dapat menyebabkan osteoradionekrosis a.3 Terdapat infeksi pada daerah

Kedua, objek penelitian adalah dimensi religiusitas masyarakat santri Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso Pati terhadap minat menabung di BPRS Artha Mas Abadi.. Adapun