• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Fuzzy Learning Vector Quantization pada Pengenalan Suara Paru-Paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemodelan Fuzzy Learning Vector Quantization pada Pengenalan Suara Paru-Paru"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN

FUZZY LEARNING VECTOR QUANTIZATION

PADA PENGENALAN SUARA PARU-PARU

FADHILAH SYAFRIA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemodelan

Fuzzy

Learning Vector Quantization

pada Pengenalan Suara Paru-Paru adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Fadhilah Syafria

(4)

RINGKASAN

FADHILAH SYAFRIA. Pemodelan

Fuzzy Learning Vector Quantization

pada

Pengenalan Suara Paru-Paru. Dibimbing oleh AGUS BUONO dan BIB

PARUHUM SILALAHI.

Paru-paru merupakan salah satu organ vital manusia. Organ ini memiliki

peranan pada sistem pernapasan, karena dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan

oksigen. Jika paru-paru mengalami gangguan, maka sistem pernapasan manusia

juga akan mengalami gangguan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Salah satu

cara yang digunakan dokter untuk mendiagnosa kelainan pada paru-paru adalah

dengan mendengarkan suara pernapasan menggunakan

stetoskop.

Teknik ini

dikenal dengan teknik auskultasi. Teknik tersebut sangat umum digunakan,

namun memiliki beberapa kelemahan dalam melakukan diagnosa apabila

dipengaruhi oleh faktor seperti suara paru-paru berada pada frekuensi rendah,

masalah kebisingan lingkungan, kepekaan telinga, hasil analisa yang subjektif,

dan pola suara yang hampir mirip. Faktor-faktor di atas dapat menyebabkan

kesalahan diagnosa jika proses auskultasi tidak dilakukan dengan benar.

Studi ini melakukan pengenalan suara paru-paru normal dan suara paru-paru

yang terdeteksi gangguan (abnormal). Suara paru-paru yang dihasilkan pada

beberapa kasus penyakit menunjukkan adanya pola tertentu yang bisa dikenali.

Pola suara ini dapat diambil sebagai bahan untuk diagnosa.

Pengenalan suara secara umum memiliki dua bagian utama, yaitu ekstrasi

ciri dan pengukuran kemiripan (klasifikasi). Pada penelitian ini, metode ekstraksi

ciri yang digunakan adalah

Mel Frequency Cepstrum Coeffisient

(MFCC). MFCC

memberikan hasil sangat baik dalam mengklasifikasi suara nafas normal dan suara

wheeze

. Metode klasifikasi yang digunakan adalah metode

Fuzzy Learning Vector

Quantization

(FLVQ)

.

Algoritme FLVQ

adalah suatu algoritme yang

mengkombinasikan konsep

fuzzy

dengan konsep

neural network

LVQ. Konsep ini

dikenal dengan nama konsep

hybrid.

Penggunaan kedua metode ini diharapkan

dapat memberikan akurasi yang tinggi dalam kasus pengenalan suara paru-paru.

Hasil percobaan menunjukan bahwa Metode FLVQ memiliki akurasi yang

lebih baik dibandingkan LVQ yaitu dengan akurasi rata-rata pada data latih

sebesar 99.27% dan data uji sebesar 93.88%, sedangkan LVQ sebesar 87.83%

untuk data latih dan sebesar 86.88% untuk data uji. Penerapan konsep

hybrid

pada

metode FLVQ dapat memberikan pengaruh yang sangat baik dalam meningkatkan

akurasi, terbukti dengan meningkatnya akurasi hingga 11.44% untuk data latih

dan 7% untuk data uji.

(5)

SUMMARY

FADHILAH SYAFRIA. Modelling of Fuzzy Learning Vector Quantization on

Lung Sound Recognition . Supervised by AGUS BUONO and BIB PARUHUM

SILALAHI.

The lung is one of the vital human organs. This organ has a role in the

respiratory system, because it can fulfill oxygen to the body’s need. I

f the lung has

disorder, the human respiratory system also will be impaired, it can even lead to

death. One of the ways that can be used to diagnose the abnormalities of the lung

is by listening sound of breathing using a stethoscope. This technique is known as

auscultation. This technique is very commonly used, but has some weakness to

make diagnosis if influenced by factors such as lung sound are low frequency,

enviromental noise problems, sensitivity of the ear, subjecting of diagnosis, and

sound patterns of lung sound that are quite similar. The above factors can lead to

fault diagnosis if the auscultation process is not done properly.

This research did normal lung sound recognition and abnormal lung

sound. Lung sound generated in some cases of the diseases showed a specific

pattern that can be recognized. This sound pattern can be taken as material for

diagnosis.

The sound recognition in general has two main parts, i.e. extraction feature

and similarity measurement (classification). In this research, extraction feature

method is used Mel Frequency Cepstrum Coefficient (MFCC). MFCC feature

gives the very good results in classifying normal breath sound and wheeze sounds.

The classification method used is Fuzzy Learning Vector Quantization (FLVQ).

FLVQ algorithm is an algorithm that combines a fuzzy concept with the concept

of neural network LVQ. This concept is known as a hybrid concept. The uses of

the two methods are expected to provide high accuracy in case of the lung sound

recognition.

The experimental results showed that the FLVQ method has better

accuracy compared to LVQ method with average at 99.27% for training data and

93.88% for the test data, while for LVQ 87.83% for training data and 86.88% for

test data. Application of the hybrid concept in FLVQ method can provide an

excellent effect to improving accuracy, as evidenced by increased accuracy of up

to 11.44% for training data and 7% for the test data.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Komputer

pada

Program Studi Ilmu Komputer

PEMODELAN FUZZY LEARNING VECTOR

QUANTIZATION PADA PENGENALAN SUARA PARU-PARU

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Pemodelan

Fuzzy Learning Vector Quantization

pada Pengenalan

Suara Paru-Paru

Nama

: Fadhilah Syafria

NIM

: G651120411

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Agus Buono, MSi, MKom

Ketua

Dr Ir Bib Paruhum Silalahi, MKom

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Komputer

Dr Eng Wisnu Ananta Kusuma, ST, MT

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 adalah Pemodelan

Fuzzy

Learning Vector Quantization

pada Pengenalan Suara Paru-Paru.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Buono, MSi

MKom dan Bapak Dr Ir Bib Paruhum Silalahi, MKom selaku pembimbing, serta

Bapak Irman Hermadi, SKom MSi Phd selaku penguji dalam ujian tesis saya.

Terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Toto Haryanto, Skom MSi selaku

dosen mata kuliah kolokium yang telah banyak memberi saran untuk penelitian

ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami penulis Ahmad Hafiz

yang selalu memberi semangat dan dukungan, serta mendoakan kelancaran dan

keberhasilan tesis ini. Tak lupa pula ungkapan terima kasih untuk Papa, Mama,

Kak Iyel, Imul, Fursan dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Terima kasih kepada pengelola pasca sarjana, seluruh dosen dan staf

akademik Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor, dan teman-teman

angkatan 14. Terima kasih kepada Sdr. Inggih Permana sebagai teman diskusi

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga karya ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan karya ini di kemudian hari.

Bogor, Agustus 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

1

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

2

TINJAUAN PUSTAKA

4

Pengenalan Suara Digital

4

Suara dan Sinyal

5

Digitasi Gelombang Suara

6

Teori Suara Paru-Paru

6

Suara

Tracheal

7

Suara

Vesicular

8

Suara

Crackle

8

Suara

Wheeze

9

Ekstraksi Ciri

9

Mel Frequency Cepstral Coefficient

(MFCC)

9

Fuzzy Neural Network

(FNN)

11

Learning Vector Quantization

(LVQ)

12

Aritmatika

Fuzzy

14

Representasi Bilangan

Fuzzy

Segitiga

14

Nilai Similaritas

15

Fuzzy Learning Vector Quantization

(FLVQ)

16

Pembentukan Vektor Pewakil

17

Penentuan Kelas Pemenang

17

Algoritme FLVQ

18

3

METODE PENELITIAN

20

Kajian Pustaka

21

Pengumpulan Data Suara

21

Segmentasi Suara

22

Data Latih dan Data Uji

22

Ekstraksi Ciri

22

Klasifikasi Suara Paru-Paru

23

Pengujian

24

(13)

Bahan dan Alat

25

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

25

Persiapan Percobaan

25

Hasil Praproses

27

Hasil Ekstraksi Ciri

28

Hasil Pengujian Metode LVQ (Tanpa

Fuzzy

)

30

Hasil Pengujian Metode FLVQ

32

Koefisien MFCC 13

32

Koefisien MFCC 15

34

Koefisien MFCC 20

36

Koefisien MFCC 30

37

Rangkuman Hasil Pengujian LVQ

39

Analisa Hasil Pengujian

39

Pengaruh Jumlah Koefisien MFCC terhadap Akurasi

39

Pengaruh

Learning Rate

terhadap Akurasi

40

Pengaruh Koefisien

Fuzzyness

terhadap Akurasi

41

Tingkat Pengenalan Setiap Jenis Suara Paru-Paru

42

Perbandingan Tingkat Akurasi Metode LVQ dan FLVQ

43

5

SIMPULAN DAN SARAN

44

Simpulan

44

Saran

45

DAFTAR PUSTAKA

46

LAMPIRAN

49

(14)

DAFTAR TABEL

1

Parameter-parameter yang akan dilihat pengaruhnya terhadap

hasil identifikasi

24

2 Jumlah suara hasil segmentasi

26

3 Hasil segmentasi sinyal suara paru-paru

26

4 Kelompok data latih dan data uji

28

5 Struktur JST LVQ

30

6 Akurasi pengujian pada LVQ (data latih)

30

7 Akurasi pengujian pada LVQ (data uji)

30

8 Struktur JST FLVQ

32

DAFTAR GAMBAR

1

Blok diagram pembelajaran pola

5

2

Blok diagram pengenalan pola

5

3

Grafik sinyal analog

5

4

Grafik sinyal diskret

5

5

Tahapan digitasi

6

6

Sistem pernapasan manusia

7

7a Sinyal suara

tracheal

8

7b Diagram suara

tracheal

8

8a Sinyal suara

vesicular

8

8b Diagram suara

vesicular

8

9a Sinyal suara

crackle

8

9b Diagram suara

crackle

8

10a Sinyal suara

wheeze

9

10b Diagram suara

wheeze

9

11 Blok diagram tahapan MFCC

10

12 Arsitektur jaringan LVQ

13

13 Bilangan

crisp

14

14 Representasi bilangan

fuzzy segitiga

15

15 Nilai similaritas (1)

15

16 Nilai similaritas (2)

16

17 Ilustrasi pembentukan vektor pewakil

17

18 Contoh vektor pewakil untuk 4 kelas dan 4 dimensi masukan

17

19 Ilustrasi penentuan kelas pemenang

18

20 Diagram alir penelitian

21

21 Ilustrasi segmentasi data suara

22

22 Proses

frame blocking

dan

windowing

23

23 Ilustrasi perubahan data asli menjadi data hasil MFCC (data suara

tracheal

untuk koefisien MFCC 13 )

28

24 Plot sinyal hasil MFCC

29

(15)

26 Hasil pengujian data uji dengan MFCC 13, b1=1.01, b2=0.6; 0.5;

0.4; 0.3; 0.2 dan LR=0.5

33

27 Hasil pengujian data latih dengan MFCC 15, b1=1.01, b2=0.6; 0.5;

0.4; 0.3; 0.2 dan LR=0.5

34

28 Hasil pengujian data uji dengan MFCC 15, b1=1.01, b2=0.6; 0.5;

0.4; 0.3; 0.2 dan LR=0.5

35

29 Hasil pengujian data latih dengan MFCC 20, b1=1.01, b2=0.6; 0.5;

0.4; 0.3; 0.2 dan LR=0.5

36

30 Hasil pengujian data uji dengan MFCC 20, b1=1.01, b2=0.6; 0.5;

0.4; 0.3; 0.2 dan LR=0.5

36

31 Hasil pengujian data latih dengan MFCC 30, b1=1.01, b2=0.6; 0.5;

0.4; 0.3; 0.2 dan LR=0.5

38

32 Hasil pengujian data uji dengan MFCC 30, b1=1.01, b2=0.6; 0.5;

0.4; 0.3; 0.2 dan LR=0.5

38

33 Perbandingan akurasi berdasarkan koefisien MFCC

40

34 Perbandingan akurasi berdasarkan

learning rate

41

35 Perbandingan akurasi berdasarkan koefisien pelebaran

42

36 Perbandingan akurasi berdasarkan koefisien penyempitan 42

37 Tingkat pengenalan setiap jenis suara paru-paru

43

38 Perbandingan akurasi LVQ dan FLVQ

44

DAFTAR LAMPIRAN

1

Hasil pengujian metode LVQ

49

2

Hasil pengujian metode FLVQ

51

(16)
(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Paru-paru merupakan salah satu organ vital manusia. Organ ini

memiliki peranan pada sistem pernapasan, karena dapat memenuhi

kebutuhan tubuh akan oksigen. Jika paru-paru mengalami gangguan, maka

sistem pernapasan manusia juga akan mengalami gangguan, bahkan dapat

menyebabkan kematian. Diperkirakan ratusan ribu sampai jutaan penduduk dunia

terkena penyakit paru-paru setiap tahun dan hal tersebut menyebabkan 19%

penyebab kematian diseluruh dunia dan 15% penyebab kecacatan sepanjang hidup

(FIRS 2010). Menurut proyeksi WHO, pada tahun 2020 penyakit paru-paru

termasuk 10 penyebab masalah kesehatan masyarakat di dunia (WHO 2008).

Adapun di Indonesia penyakit paru-paru menduduki 10 besar peringkat utama

untuk penyebab masalah kesehatan masyarakat (PDPI 2010). Perlunya

meningkatkan kepedulian mengenai penyakit paru-paru adalah hal yang vital

karena penyakit paru-paru membunuh lebih banyak orang setiap tahunnya dan

sesuatu harus dilakukan untuk hal tersebut.

Salah satu cara yang digunakan dokter untuk mendiagnosa kelainan pada

paru-paru adalah dengan mendengarkan suara pernapasan menggunakan

stetoskop

.

Perangkat ini ditemukan pada tahun 1821 oleh seorang dokter prancis bernama

Laennec (Sovijarvi

et al.

2000). Suara pernapasan memiliki informasi penting

untuk mengetahui kelainan yang ada pada paru-paru (Emmanouilidou

et al

. 2012).

Teknik mendengarkan suara nafas menggunakan

stetoskop

dikenal

dengan teknik auskultasi. Teknik auskultasi merupakan teknik dasar yang

digunakan oleh dokter untuk mengevaluasi suara paru-paru. Teknik ini cukup

sederhana dan murah, namun teknik ini memiliki kelemahan yaitu hasil

analisisnya yang subjektif (Kiyokawa

et al

. 2001). Hasil analisis suara nafas

menggunakan teknik auskultasi bergantung pada kemampuan, pengalaman dan

pendengaran dokter yang melakukan analisis. Selain itu, pendengaran manusia

yang kurang sensitif terhadap suara dengan frekuensi yang rendah juga menjadi

permasalahan dalam teknik ini, dikarenakan suara pernapasan menempati

frekuensi yang cukup rendah. Masalah selanjutnya dalam teknik auskultasi adalah

masalah kebisingan lingkungan dan pola suara yang hampir mirip antara jenis

suara nafas satu dengan yang lain. Karena faktor-faktor tersebut di atas, kesalahan

diagnosis bisa terjadi apabila prosedur auskultasi tidak dilakukan dengan benar.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dalam melakukan pengenalan suara paru normal dan suara

paru-paru yang terdeteksi gangguan (abnormal). Suara paru-paru-paru-paru yang dihasilkan pada

beberapa kasus penyakit menunjukkan adanya pola tertentu yang bisa dikenali.

Pola suara ini dapat diambil sebagai bahan untuk diagnosa (Rizal

et al.

2010).

Beberapa penelitian mengenai pengenalan suara paru-paru ini telah

banyak dilakukan sebelumnya, beberapa diantaranya adalah Pengenalan Suara

Paru-Paru

Normal

Menggunakan

LPC

dan

Jaringan

Syaraf

Tiruan

Backpropagation oleh Achmad Rizal, L. Anggraini dan Vera Suryani (Rizal

et al.

(18)

(Emmanoulidou

et al.

2012), Discrimination of Lung Sounds using a Statistics of

Waveform Intervals oleh Taketoshi Orihashi, Hayaru Shouno dan Shoji Kido

(Orihashi

et al.

2006), Classification of Wheeze Sounds using Wavelets and

Neural Networks oleh Amjad Hashemi, Hossein Arabalibiek dan Khosrow Agin

(Hashemi

et al.

2011), Method for Automatic Detection of Wheezing in Lung

Sounds oleh R.J.Riella, P.Nohama dan J.M.Maia (Riella

et al.

2009), Rancang

Bangun Deteksi Suara Paru-Paru dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Backpropagation untuk Mendeteksi Penyakit Asma oleh Artiarini Kusuma N,

Kemala Sari dan Ardik Wijayanto (Kusuma

et al.

2010), A Computer-based

Sound Recognition System for the Diagnosis of Pulmonary Disorder oleh

A.E.El-Alfi, A.F.Elgamal dan R.M.Ghoniem (El-Alfi

et al.

2010)

Rizal

et. al

(2006) melakukan pengenalan suara paru-paru normal

menggunakan metode LPC dan jaringan syaraf tiruan

backpropagation

(JST BP).

Suara paru-paru dianggap sebagai

speech

dan dihitung koefisie LPC-nya. Dari

koefisien LPC didapat parameter

cepstral-

nya, untuk selanjutnya dikenali dengan

jaringan syaraf tiruan

backpropagation.

Dari penelitiannya ini, peneliti

mendapatkan tingkat akurasi baik yaitu 98.33%.

Emmanoulidou

et. al

(2012) melakukan pengembangan perangkat

pemrosesan sinyal untuk analisis rekaman auskultasi suara nafas. Pada penelitian

ini dilakukan analisis untuk mendeteksi suara paru-paru abnormal dengan

menggunakan pengklasifikasi Support Vector Machine (SVM).

Orihashi

et. al

(2006) membangun Computer Aided Diagnosis (CAD)

untuk mengklasifikasi suara paru-paru ke dalam tiga kelas yaitu

coarse crackle,

fine crackle

dan suara normal. Untuk melakukan klasifikasi, ekstraksi ciri yang

digunakan adalah

waveform interval

dan mekanisme pengenalan pola statistik

naive. Pada penelitian ini, peneliti memperoleh kinerja yang baik untuk data suara

paru-paru yang berasal dari rumah sakit Universitas Yamaguchi. Akurasi yang

diperoleh dari klasifikasi adalah 88.67%.

Hashemi

et. al

(2011) menganalisis jenis suara abnormal yaitu

wheeze

dan mengklasifikasikan suara

wheeze

menjadi dua kelas yaitu kelas monophonic

wheeze dan kelas polyphonic wheeze. Data suara nafas diperoleh dari rumah sakit

Loghman Hakim di Tehran, Iran. Suara nafas yang telah diperoleh akan

diklasifikasikan menggunakan Multilayer Perceptron (MLP). Akurasi yang

diperoleh dari penelitian ini adalah 89.28%.

Riella

et. al

(2009) menganalisis dan mengklasifikasi suara nafas

wheeze.

Clasifier

yang digunakan adalah Multilayer Perceptron. Akurasi yang diperoleh

adalah 84.82% untuk data suara dari orang yang berbeda dan 92.86% untuk data

suara dari orang yang sama.

Kusuma

et. al

(2010) membangun suatu sistem untuk mendeteksi

penyakit asma. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data suara adalah

stetoskop yang disambungkan dengan menggunakan pre amplifier dan amplifier

yang nantinya akan masuk ke PC melalui mono jack audio. Metode yang

digunakan untuk klasifikasi adalah metode Hamming Window, Fast Fourier

Transform (FFT) dan Backpropagation. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

sistem dapat mendeteksi seseorang memiliki penyakit asma atau tidak. Akurasi

yang diperoleh adalah 80%.

(19)

suara paru (LSS). Metode ekstraksi ciri yang yang digunakan adalah

Mel

Frequency Ceptral Coefficients

(MFCC), sedangkan metode klasifikasi yang

digunakan adalah Linde Buzo Gray (LBG). Sistem akan mengklasifikan suara

paru-paru menjadi enam kelas yaitu normal, wheeze, crackle, squawk, stridor dan

rhoncus. Hasil eksperimen menunjukkan efektifitas dari sistem yang diusulkan

dalam mendeteksi gangguan paru-paru.

Pada penelitian tesis ini, penulis akan melakukan pengenalan pola suara

paru-paru menggunakan metode

Mel Frequency Ceptral Coefficients

(MFCC)

sebagai ekstraksi ciri dan

Fuzzy Learning Vector Quantization

(FLVQ) sebagai

classifier

. Suara paru-paru akan diklasifikasi menjadi empat kelas yaitu suara

vesicular

, suara

tracheal,

suara

wheeze

dan suara

crackle

. Suara

vesicular

dan

suara

tracheal

adalah suara nafas yang mengindikasikan paru-paru normal,

sedangkan

suara

wheeze

dan suara

crackle

mengindikasikan kelainan pada

paru-paru. Pemilihan suara

wheeze

dan suara

crackle

disebabkan karena kedua suara ini

adalah suara yang paling banyak mengindikasikan kelainan pada paru-paru

(Abaza

et al.

2009 ; Gurung

et al.

2011).

Metode ekstraksi ciri yang digunakan adalah Metode MFCC. MFCC

adalah metode ektraksi ciri yang memberikan hasil sangat baik dalam

mengklasifikasi suara nafas normal dan suara

wheeze

(Bahoura 2009). Adapun

untuk metode klasifikasi yang digunakan adalah Metode

Fuzzy Learning Vector

Quantization

. Metode ini merupakan metode

hybrid

yang mengintegrasikan

sistem

neural network

dengan logika

fuzzy

, sistem ini dikenal dengan sistem

Fuzzy Neural Network

(FNN). Sistem

neural network

telah banyak diaplikasikan

untuk proses pengenalan suara khususnya pengenalan suara paru-paru. Tetapi

dalam beberapa kasus,

neural network

belum memberikan hasil yang baik

(Yohanes 2003). Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dikembangkan sistem

pengenalan suara paru-paru dengan

classifier

yang menggunakan konsep FNN.

Dengan konsep

hybrid

ini, diharapkan dapat memberikan hasil/

output

sebaik

mungkin dengan mengoptimalkan komponen-komponen yang ada di dalamnya.

Sebagai pembanding dalam pengujian, akan digunakan

classifier Learning Vector

Quantization

(LVQ) untuk melihat pengaruh konsep

hybrid

terhadap akurasi

pengenalan suara paru-paru.

Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang diteliti

dapat dirumuskan yaitu bagaimana mengembangkan suatu model FLVQ pada

pengenalan suara paru-paru normal dan abnormal.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

(20)

2

Membandingkan apakah model pengenalan suara paru-paru yang

menggunakan konsep

hybrid

(FLVQ) lebih baik daripada model

pengenalan suara paru-paru tanpa konsep

hybrid

(LVQ).

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diinginkan dari penelitian ini adalah:

1

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan model pengenalan suara

paru-paru normal dan abnormal yang bisa diterapkan di dunia nyata.

2

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengaruh konsep

hybrid

terhadap akurasi pengenalan suara paru-paru.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1

Data masukan berupa rekaman suara paru-paru yang terdiri dari empat

jenis suara paru yaitu

Tracheal, Vesicular, Crackels

dan

Wheeze.

2

Data masukan diperoleh dari

repository

suara paru-paru yang ada di

Internet yaitu Littmann

Repository

3

Model pengenalan suara paru-paru yang dibuat belum memperhatikan

aspek-aspek lain yang bisa mempengaruhi suara paru-paru, seperti usia,

jenis kelamin, anatomi paru-paru, aktifitas sehari-hari dan lain

sebagainya.

4

Ekstraksi ciri menggunakan Metode MFCC

5

Metode klasifikasi yang digunakan adalah metode FLVQ dan metode

LVQ tanpa

fuzzy

sebagai pembanding.

6

Representasi bilangan

fuzzy

yang digunakan adalah bilangan

fuzzy

segitiga (

Triangular Fuzzy Sets

).

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Suara Digital

Pengenalan suara merupakan salah satu upaya agar suara dapat

dikenali atau diidentifikasi sehingga dapat dimanfaatkan. Pengenalan suara

dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk pendekatan, yaitu pendekatan

akustik-fonetik (

acoustic-phonetic approach

), pendekatan kecerdasan buatan (

artificial

intelligence approach)

dan pendekatan pengenalan pola (

pattern recognition

approach

) (Anusuya dan Katti 2009).

(21)

dibandingkan polanya dengan setiap kemungkinan pola yang telah dipelajari

dalam fase pembelajaran, untuk kemudian diklasifikasi dengan pola terbaik

yang cocok. Blok diagram pembelajaran pola dan pengenalan pola suara

ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2 (Ayunisa 2012) :

Ekstraksi Ciri Pembelajaran Pola

Suara

Latih Model

Gambar 1 Blok diagram pembelajaran pola

Ekstraksi Ciri Perbandingan

dengan Pola Model Suara

Uji

Suara Terkenali Pembuatan

Keputusan

Gambar 2 Blok diagram pengenalan pola

Suara dan Sinyal

Suara adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui suatu

medium dan sampai ke telinga manusia sehingga dapat didengarkan. Medium

atau zat perantara ini bisa zat cair, padat, atau gas. Kebanyakan suara adalah

gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan

dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan

amplitudo (Indrayana 2012).

Sinyal adalah kuantitas fisik yang bervariasi dengan waktu, ruang,

maupun sembarang satu atau lebih peubah bebas lainya. Secara matematis

suatu sinyal dirumuskan sebagai fungsi dari satu atau lebih peubah bebas

(Indrayana 2012). Berdasarkan pada peubah bebas waktu (t) sinyal dibedakan

menjadi dua jenis yaitu sinyal analog dan sinyal diskret.

1

Sinyal Analog

Sinyal analog adalah adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang

kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik

gelombang. Dua parameter/ karakteristik terpenting yang dimiliki oleh sinyal

analog adalah amplitude dan frekuensi. Sinyal analog biasanya dinyatakan

dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk

semua bentuk sinyal analog. Grafik sinyal analog dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik sinyal analog

2

Sinyal Diskret

Sinyal Diskret merupakan suatu besaran yang berubah dalam waktu dan

atau dalam ruang dan yang memiliki nilai pada suatu titik-titik waktu

tertentu. Jarak setiap titik waktu bisa saja berbeda-beda namun untuk

kemudahan penurunan sifat matematikanya biasanya jarak antar titik waktu

adalah sama. Contoh grafik sinyal diskret dapat dilihat pada Gambar 4.

(22)

Digitasi Gelombang Suara

Sebagian besar sinyal-sinyal untuk maksud praktis, seperti suara, sinyal

biologis, sinyal

seismic,

sinyal radar, sinyal sonar dan berbagai sinyal komunikasi

seperti sinyal audio dan video, adalah sinyal analog (Proakis dan Manolakis 1997).

Untuk memproses sinyal analog dengan alat digital, pertama-tama perlu

mengkonversinya menjadi bentuk digital yaitu mengkonversi menjadi suatu deret

angka yang mempunyai presisi nilai terbatas.

Proses konversi tersebut dikenal dengan digitasi. Digitasi merupakan

proses mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Proses digitasi terdiri atas

tiga tahap yaitu (Proakis dan Manolakis 1997):

1

Proses

sampling

, merupakan pengambilan nilai pada setiap jangka

waktu tertentu yang akan menghasilkan suatu nilai vektor. Panjang

nilai vektor yang dihasilkan tergantung dari panjangnya sinyal suara

yang didigitasi dan

sampling rate

yang digunakan.

Sampling rate

adalah

banyaknya nilai yang diambil tiap detik. Hubungan panjang vektor yang

dihasilkan,

sampling rate

, dan panjang data suara yang didigitasikan

dinyatakan dengan persamaan berikut :

dimana :

S

= panjang vektor

F

s

=

sampling rate

yang digunakan (

Hertz

)

T

= panjang suara (detik)

2

Kuantisasi, proses ini menyimpan nilai amplitudo dalam representasi nilai

8 bit atau 16 bit.

3

Pengkodean, dalam proses pengkodean, setelah dikuantisasi maka tiap-tiap

diskret yang ada telah memiliki tetapan tertentu. Tetapan tersebut dapat

dijadikan kombinasi bilangan biner, maka terbentuklah bilangan-bilangan

biner yang merupakan informasi dari sinyal. Setelah menjadi sinyal digital

maka proses-proses perekayasaan dapat dilakukan.

Secara skematis, proses digitasi dapat dilihat pada Gambar 5 berikut

(Proakis dan Manolakis 1997) :

Sampling Pengkuantisasi Sinyal Analog Sinyal Digital Pengkodean Sinyal Waktu-diskret Sinyal terkuantisasi 01110111...

Gambar 5 Tahapan digitasi

Teori Suara Paru-Paru

(23)

saluran udara yang lebih lebar ke saluran udara yang lebih sempit atau

sebaliknya.

Pada proses pernafasan dibagi dua bagian proses yaitu proses inspirasi

dan proses ekspirasi. Proses inspirasi yaitu proses pada saat kita menghirup udara

ke dalam paru-paru dan proses ekspirasi yaitu proses pada saat kita mengeluarkan

udara dari paru-paru. Pada proses inspirasi, suara paru-paru yang akan terdengar

akan lebih kuat dari pada proses ekspirasi. Tetapi durasi waktu untuk ekspirasi

lebih panjang dari proses inspirasi. Gambar 6 berikut adalah sistem pernapasan

manusia.

Gambar 6 Sistem pernafasan manusia

Pada saat inspirasi, udara mengalir dari saluran udara yang lebih

luas ke saluran udara yang lebih sempit sehingga turbulensi yang terjadi lebih

kuat sedangkan pada saat ekspirasi terjadi sebaliknya. Hal ini menyebabkan

pada saat inspirasi suara yang terdengar lebih keras. Secara umum suara

paru-paru dibagi menjadi 2, suara normal dan suara abnormal (Cohen dan

Landsberg 1984). Suara normal adalah suara paru-paru yang tidak terdeteksi

kelainan pernapasan, sedangkan suara paru-paru abnormal adalah suara paru-paru

yang mengalami gangguan. Suara-suara tersebut dibagi dalam beberapa kategori

berdasarkan

pitch

, intensitas, lokasi dan rasio inspirasi dan ekspirasi (Rizal

et al

.

2010). Berikut akan dijelaskan beberapa jenis suara paru-paru yang akan dijadikan

objek dalam penelitian ini :

Suara

Tracheal

(24)

a. Sinyal suara

tracheal

b. Diagram suara

tracheal

Gambar 7 Suara

tracheal

Suara

Vesicular

Suara

vesicular

merupakan suara pernafasan normal yang didengar pada

dada samping dan dada dekat perut, paling umum dan terdengar hampir di semua

permukaan paru-paru. Suaranya lembut dengan

pitch

rendah (Kuan 2010). Suara

inspirasi jauh lebih kuat dibanding suara ekspirasi, sering kali proses ekspirasi

hampir tidak terdengar. Suara

vesicular

bisa terdengar lebih kasar dan sebagian

terdengar lebih panjang apabila ada ventilasi yang cepat dan dalam (misal setelah

berolah raga) atau pada anak-anak yang memiliki dinding dada yang lebih tipis.

Suara

vesikular

juga bisa lebih lembut jika pasien lemah, tua, gemuk, atau sangat

berotot. Untuk lebih jelasnya, gambar sinyal suara

vesicular

dan diagram suara

vesicular

dapat dilihat pada Gambar 8a dan Gambar 8b.

a. Sinyal suara

vesicular

b. Diagram suara

vesicular

Gambar 8 Suara

vesicular

Suara

Crackles

Suara

crackles

merupakan suara ledakan pendek yang bersifat

discontinuous

, suara ini umumnya lebih terdengar pada proses inspirasi (Katila

et

al

. 1991). Suara

crackles

sering dikenal dengan nama

rales

atau

crepitation.

Kondisi penyebab terjadinya

crackles

yaitu ARDS,

asthma, bronchiectasis,

chronic bronchitis, consolidation, early CHF, interstitial lung disease

dan

pulmonary edema.

Untuk lebih jelasnya, gambar sinyal suara

crackle

dan

diagram suara

crackle

dapat dilihat pada Gambar 9a dan Gambar 9b.

(25)

Suara

Wheeze

Suara

wheezes

merupakan jenis suara yang bersifat kontinyu, memiliki

pitch

tinggi, lebih sering terdengar pada proses ekspirasi. Suara ini terjadi saat

aliran udara melalui saluran udara yang menyempit karena sekresi, benda asing

atau luka yang menghalangi (Riella

et. al

2009). Durasi proses inspirasi lebih

lama dibandingkan dengan proses ekspirasi. Selain itu intensitas suara inspirasi

lebih besar dibandingkan dengan ekspirasi. Pada suara ini terdengar suara bunyi

yang terdengar menciut-ciut selama proses inspirasi dan ekspirasi. Kondisi yang

menyebabkan suara

wheeze

yaitu

asthma, CHF, chronic bronchitis, COPD

dan

pulmonary edema.

Untuk lebih jelasnya, gambar sinyal suara

wheeze

dan diagram

suara

wheeze

dapat dilihat pada Gambar 10a dan Gambar 10b.

a. Sinyal suara

wheeze

b. Diagram suara

wheeze

Gambar 10 Suara

wheeze

Ekstraksi Ciri

Ekstraksi ciri merupakan proses menentukan suatu nilai atau vektor yang

dapat digunakan sebagai penciri objek atau individu (Anusuya dan Katti 2009).

Tujuan utama dari ekstraksi ciri adalah untuk mereduksi ukuran data tanpa

mengubah karakteristik dari sinyal suara dalam setiap framenya. Cara kerjanya

adalah dengan mengkonversi bentuk sinyal suara ke dalam bentuk representasi

secara parameter. Banyak metode yang ada untuk ekstraksi ciri diantaranya

Linier Predictive Coding

(LPC),

Linear Predictive Cepstral Coefficient

(LPCC),

Perceptual Linear Perdictive

(PLP),

Neural Predictive Coding

(NPC),

Mel

Frequency Cepstrum Coefficients

(MFCC),

wavelet

dan

filter bank

. Namun, pada

penelitian ini peneliti menggunakan metode ekstrasi ciri MFCC.

Mel Frequency Ceptrums Coeffisient

(MFCC)

(26)

Gambar 11 Blok diagram tahapan MFCC (Patel dan Prasad 2013)

Tahap-tahap dalam teknik MFCC lebih jelasnya yaitu sebagai berikut

(Slaney 1998) :

1

Frame Blocking

Frame blocking

merupakan proses pembagian sinyal menjadi beberapa

frame

yang lebih kecil agar sinyal lebih mudah untuk diproses selanjutnya.

2

Windowing

Proses selanjutnya adalah menghaluskan masing-masing

frame

untuk

meminimalkan sinyal yang tidak kontinu pada awal dan akhir

masing-masing

frame

yang dikenal dengan proses

filtering

. Salah satu teknik

filtering

adalah

windowing

. Proses

windowing

dilakukan pada setiap

frame

. Dalam hal ini, sinyal digital dikalikan dengan fungsi window

tertentu yang berukuran sama dengan ukuran

frame

. Jika sinyal digital

frame

ke-

i

adalah

x

i

dan fungsi window yang digunakan adalah

w

i

,

maka

output

windowing

frame

ke-

i

adalah perkalian skalar antara

vektor

x

i

dengan

w

i

. Fungsi window yang digunakan pada penelitian

ini adalah

Hamming Window

karena memiliki ekspresi matematika

yang cukup sederhana (Buono 2009). Ekspresi matematika untuk

pembentukan

window

Hamming dapat dilihat pada persamaan berikut

(Patel dan Prasad 2013) :

1

0

,

1

2

cos

46

.

0

54

.

0

)

(

n

N

N

n

n

w

1

0

),

(

)

(

)

(

n

x

n

w

n

n

N

y

l l

dimana :

w(n)

=

hamming window

)

(

n

y

l

= sinyal keluaran

)

(

n

x

l

= sinyal masukan

N

= jumlah

sample

pada masing-masing

frame

3

Fast Fourier Transform

(27)

FFT merupakan suatu algoritme untuk mengimplementasi

Discrete

Fourier Transform

(DFT), berikut rumusnya (Patel dan Prasad 2013).

dimana :

X

k

= Sinyal keluaran

Yn

= sinyal keluaran dari proses

windowing

N

= jumlah

sample

pada masing-masing

frame

.

K

= 0,1,2, ...,

N

-1

4

Mel Frequency Wrapping

Untuk menggunakan metode MFCC, frekuensi dijadikan dalam skala Mel.

Persepsi manusia terhadap frekuensi sinyal suara tidak berupa skala

linear. Oleh karena itu, untuk setiap nada dengan frekuensi aktual f

(dalam Hertz), tinggi subjektifnya diukur dengan skala mel. Skala

mel

frequency

adalah selang linear untuk frekuensi di bawah 1000Hz dan

selang logaritmik untuk frekuensi di atas 1000Hz. Berikut adalah

rumusnya :

dimana :

= sinyal keluaran

Mel-Frequency Wrapping

X

(

k

)

=

sinyal keluaran FFT

Hi

(k)

= filter bank

N

= jumlah

sampel

pada masing-masing

frame

K

=

0.1,2,...,

N

-1

5

Cepstrum

Langkah terakhir yaitu mengonversi log

mel spectrum

ke domain

waktu. Hasilnya disebut

mel frequency cepsterum coefficients

. Cara untuk

mengonversi log

mel spectrum

ke bentuk domain waktu yaitu dengan

menggunakan

Discrete Cosine Transform

(DCT). Berikut adalah

rumusnya :

∑ [ (

)

]

dimana :

C

(j)

= nilai koefisien C ke j

j

= jumlah koefisien yang diharapkan

M

= jumlah filter bank

Fuzzy Neural Network

(FNN)

(28)

FNN, parameter-parameter yang dimiiki oleh

neuron

dan bobot-bobot

penghubung yang biasanya disajikan secara numeris (

crisp

), dapat diganti dengan

parameter-parameter

fuzzy

(Lin 1996). Adakalanya

input

dan

output

bernilai

fuzzy

,

sedangkan bobotnya bernilai

crisp

; atau input dan output bernilai

crisp

, sedangkan

bobot

fuzzy

; atau baik

input

,

output

maupun bobot bernilai

fuzzy

(Fuller 1995).

Fuzzy neural network

adalah gabungan dari prinsip belajar

neural

network

dan adaptasi dari fungsi keanggotaan

fuzzy

. Pada penelitian ini, prinsip

belajar yang digunakan adalah menggunakan Metode

Learning Vector

Quantization

(LVQ). Bobot jaringan direpresentasikan sebagai fungsi

keanggotaan

fuzzy

(

fuzzy set

).

Penggabungan konsep

neural network

dengan konsep

fuzzy

pada

prinsipnya yaitu, usaha dalam mengeliminasi kekurangan dan kelebihan dari

setiap metode. Dalam hal ini, akan diambil kelebihan dari masing-masing

konsep.

Neural network

yang terstruktur dan memiliki kemampuan belajar yang

tinggi, tidak memiliki kemampuan dalam mengkalkulasikan data

uncertainty

(hanya mampu mengkalkulasikan data yang eksak). Sistem

fuzzy

tidak memiliki

kemampuan belajar, namun mampu merepresentasikan pengetahuan seperti

manusia yang sebagian besar bersifat

uncertainty

. Melalui integrasi dari kedua

metode ini, akan diperoleh metode yang terstruktur, mampu melakukan

pembelajaran dan memiliki kemampuan dalam mengkalkulasikan data

uncertainty

.

Learning Vector Quatization

(LVQ)

Algoritme LVQ diperkenalkan oleh Teuvo Kohonen (Kohonen 1990)

sebagai algoritma yang simpel, efisien, namun sangat

powerful

dan telah banyak

digunakan dalam berbagai aplikasi dan bidang ilmu. LVQ adalah algoritme

pembelajaran yang melakukan klasifikasi pola ke dalam beberapa kelas/kategori

berdasarkan mekanisme kompetisi. Struktur jaringan LVQ adalah jaringan

neural

dua lapis yang terdiri dari lapisan masukan dan lapisan keluaran

(Gambar 12). Lapisan masukan mengandung

neuron

sebanyak dimensi

masukan, lapisan keluaran mengandung

neuron

sebanyak jumlah kelas

(Rahadianti 2009).

Kedua lapisan dihubungkan oleh penghubung antar setiap

neuron

yang

memiliki suatu bobot tertentu. Bobot-bobot dari semua

neuron

pada lapisan

masukan ke suatu

neuron

di lapisan keluaran mewakili dimensi-dimensi yang

mewakili kelas tersebut. Misalkan saja terdapat 6

neuron

masukan dan 3

neuron

keluaran. Bobot dari keenam

neuron

masukan menuju

neuron

keluaran pertama

merupakan vektor pewakil kelas pertama.

Pada jaringan LVQ, pembelajaran yang dilakukan bersifat

(29)

salah, algoritme ini akan mengetahui kesalahan pada keluaran tersebut dan

mengarahkan kembali jaringan untuk bisa mengeluarkan keluaran yang sesuai.

LVQ adalah suatu jaringan yang dapat memproses masukan sesuai suatu

fungsi, dan mengeluarkan keluaran berupa klasifikasinya. Dalam hal

pengenalan suara, LVQ mampu mengklasifikasikan

input

sinyal suara ke

dalam kelas yang sesuai. Dalam contoh pada Gambar 12, masukan berupa

vektor 6-dimensi yang akan diterima ke dalam jaringan melalui lapisan masukan

dengan 6 neuron. Keluaran dari jaringan ini diwakilkan oleh 2 neuron pada

lapisan keluaran yang mewakili kedua kelas klasifikasi. Vektor-vektor

berdimensi-6 akan dikelompokkan ke dalam 2 kelas. Vektor dengan elemen (w

11

,

w

21

, w

31

, w

41

, w

51

, w

61

) adalah vektor pewakil berukuran 6-dimensi yang

mewakili kelas ke-1.

X1 X2 X3 X4 X5 X6

|| X - W1 ||

|| X – W2 ||

Y1 Y2 w11 w12 w21 w22 w31 w32 w41 w42 w51 w52 w61 w62 Input

Layer Bobot Jarak

Output Layer

Gambar 12 Arsitektur jaringan LVQ

dimana :

X = Data masukan

w = bobot penghubung / vektor pewakil

Y = Data keluaran

Adapun langkah-langkah algoritme LVQ adalah sebagai berikut :

Langkah 0 : Inisialisai Bobot

Langkah 1 : Jika kondisi henti gagal, lakukan langkah 2-8

Langkah 2 : Untuk setiap vektor masukan Xi, lakukan langkah 3 sampai 6

Langkah 3 : Untuk setiap j, hitung :

(30)

Langkah 4 : Temukan indeks j sehingga D(j) minimum

Langkah 5 : Periksa indeks j dan bandingkan dengan informasi kelas

Langkah 6 : Untuk setiap j

• Meng

-

update

bobotnya jika indeks = informasi kelas

• Meng

-

update

bobotnya jika indeks ≠ informasi kelas

Dengan

adalah laju pemahaman/

learning rate

Langkah 7 : Memodifikasi laju pemahaman

Langkah 8 : Periksa kondisi henti.

Selanjutnya untuk algoritme pengujian, saat terdapat sebuah vetor

masukan yang hendak diuji maka cukup diuji dengan melakukan langkah 3 dan

langkah 4 saja. Dengan vektor pewakil menggunakan vektor pewakil terakhir

yang diperoleh pada proses pelatihan.

Aritmatika Fuzzy

Bilangan atau angka yang biasa digunakan untuk berbagai keperluan

dalam kehidupan sehari-hari adalah bilangan

crisp

. Bilangan ini adalah bilangan

yang hanya memiliki 1 nilai pasti, dan berupa 1 garis pada garis bilangan (Gambar

13). Bilangan

crisp

ini adalah angka biasa yang sudah dikenal semua orang,

contohnya bilangan 10, 20, 110, atau 1270.

10 20 30 40 50 60

Gambar 13 Bilangan

crisp

Bilangan

fuzzy

adalah konsep bilangan yang mengadaptasi konsep

himpunan. Suatu himpunan adalah kumpulan dari objek-objek tertentu. Suatu

bilangan

fuzzy

adalah suatu himpunan (bilangan

fuzzy

bisa disebut juga sebagai

himpunan

fuzzy / fuzzy set

) tetapi bilangan-bilangan anggotanya tidak memiliki

nilai keanggotaan (µ) yang sama (Iancu

et al.

2010).

Representasi Bilangan Fuzzy Segitiga

(31)

sama, yaitu 1. Pada bilangan

fuzzy

, bilangan anggotanya memiliki µ yang

bervariasi antara nilai 0 hingga 1.

Representasi bilangan

fuzzy

segitiga pada garis bilangan akan

menyerupai bentuk segitiga yang alasnya mewakili bilangan-bilangan

anggotanya serta tingginya mewakili nilai µ yang bersesuaian dengan anggotanya.

Nilai

crisp

pada Gambar 13 akan menjadi nilai-nilai

fuzzy

seperti pada Gambar

14. Nilai keanggotaan bilangan anggota suatu himpunan

fuzzy

sesuai konvensinya

berada diantara nilai 0 hingga 1.

[image:31.595.102.511.76.820.2]

10 20 30 40 50 60

Gambar 14 Rpresentasi bilangan

fuzzy

segitiga

Bilangan

fuzzy

segitiga

merupakan

sebuah

bilangan

yang

merepresentasikan distribusi satu set data yang dinyatakan dengan tiga angka

berikut :

̃

Dimana :

̃

= nilai

fuzzy x

= nilai minimum

= nilai rata-rata

= nilai masimum

Nilai Similaritas

Misalkan x dan y adalah 2 buah bilangan

fuzzy,

maka dapat dihitung

nilai similaritas (µ) antar keduanya sesuai dengan nilai komponen

fuzzy

yang

mereka miliki. Nilai similaritas dari 2 buah bilangan

fuzzy

dapat dihitung

sebagai nilai maksimum dari irisan kedua bilangan tersebut. Nilai maksimum dari

irisan kedua bilangan bisa didapat dari perpotongan tertinggi kedua bilangan

fuzzy

segitiga (Gambar 15).

̃ ̃ ̃ ̃

Gambar 15 Nilai similaritas (1)

(32)

vektor

input

data uji tetap bernilai

crisp

. Hal ini disebabkan karena pembentukan

bilangan

fuzzy

memiliki nilai komponen minimal dan maksimal yang sama

dengan komponen tengahnya, sehingga bentuk bilangan

fuzzy

berupa garis lurus

seperti bilangan

crisp.

Dalam kasus ini, nilai similaritas dapat digambarkan juga

sebagai perpotongan garis lurus dengan segitiga seperti yang terlihat pada Gambar

16. Nilai similaritas dapat dihitung sesuai dengan persamaan berikut (Denceux

dan Masson 2004).

dimana :

= Nilai similaritas bilangan x dan y

y

= nilai masukan

= nilai maksimum

= nilai rata-rata

X(2) y

X(1) X(3)

Gambar 16 Nilai similaritas (2)

Fuzzy Learning Vector Quantization

(FLVQ)

Fuzzy Learning Vector Quantization

adalah pengembangan lebih lanjut

dari algoritme

Learning Vector Quantization

(Rochmatullah 2009). Algoritme

ini memanfaatkan teori

fuzzy

pada vektor masukan, proses pembelajaran,

dan penentuan kategori vektor masukan. Algoritme ini memiliki waktu

komputasi yang cepat dan tingkat pengenalan yang lebih tinggi dibandingkan

LVQ.

Struktur jaringan FLVQ kurang lebih sama dengan struktur jaringan

LVQ biasa (Gambar 12), namun memiliki perbedaan hanya pada jenis

bilangan yang digunakan pada bobot (w) atau representasi vektor pewakil.

Pada penggunaan bilangan

fuzzy

pada vektor pewakil, masing-masing dimensi

akan berupa bilangan

fuzzy

, sehingga vektor pewakil akan berupa sebuah

vektor

fuzzy,

yaitu vektor dengan elemen-elemen vektor yang berupa bilangan

fuzzy.

Jumlah

neuron

pada lapisan masukan adalah sebanyak dimensi data yang

diproses (n) serta jumlah

neuron

pada lapisan keluaran adalah sebanyak kelas

yang akan digunakan untuk klasifikasi data (k). Bobot (w) yang

menghubungkan kedua lapisan adalah representasi dari vektor pewakil dari

masing-masing kelas pada lapisan keluaran.

(33)

dicari nilai similaritas terkecilnya untuk dijadikan input pada lapisan keluaran.

Penentuan vektor pewakil pemenang dilakukan dengan cara mencari nilai

similaritas terbesar yang ada pada setiap elemen lapisan keluaran.

Pembentukan Vektor Pewakil

Pembentukan vektor pewakil bilangan

fuzzy

dilakukan dengan cara

mencari nilai minimal, rata-rata, dan maksimal yang akan membentuk bilangan

fuzzy

segitiga (Gambar 17) (Rahadianti 2009).

9 3 6 12 6 7 7 2 6 7 6 7

max min

Rata-rata = 6.5

FUZZYFIKASI

[image:33.595.107.501.122.808.2]

2 6.5 12

Gambar 17 Ilustrasi pembentukan vektor pewakil

Banyaknya segitiga pada masing-masing kelas tergantung pada jumlah

dimensi masukan. Gambar 18 berikut adalah ilustrasi vektor pewakil yang telah

terbentuk yang terdiri dari 4 kelas dengan 4 dimensi masukan.

Kelas 1

Kelas 2

Kelas 3

Kelas 4

Gambar 18 Contoh vektor pewakil untuk 4 kelas dan 4 dimensi masukan

Penentuan Kelas Pemenang

(34)

dapat dilihat pada proses penentuan kelas pemenang sebagai acuan dalam

peng-update

-an bobot vektor pewakil. Penentuan kelas pemenang pada algoritme

FLVQ agak sedikit berbeda dengan algoritme LVQ karena algoritme FLVQ

menggunakan konsep bilangan

fuzzy

pada bobot vektor pewakilnya. Penentuan

kelas pemenang dilakukan dengan cara menghitung nilai similaritas (µ) vektor

masukan terhadap keempat vektor pewakil. Pada tiap kelas akan dihasilkan n buah

µ untuk kelas tersebut. Perlu dicatat nilai similaritas terkecil dari masing-masing

kelas.

Setelah dilakukan penghitungan nilai similaritas untuk tiap kelas, akan

didapat nilai similaritas minimal untuk tiap kelas. Langkah selanjutnya adalah

menghitung nilai similaritas tertinggi dari kumpulan nilai minimal perkelas

Kelas dengan similaritas tertinggi adalah kelas pemenang. Jika nilai

similaritas tertinggi adalah 0, maka data latih dianggap sebagai data tidak

teregistrasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi yang pada Gambar 19.

Kelas 1

Kelas 2

Kelas 3

Kelas 4 Data masukan

Gambar 19 Ilustrasi penentuan kelas pemenang

Algoritme FLVQ

[image:34.595.60.510.84.826.2]
(35)

Langkah 0 : Inisialisai Bobot

Pada langkah ini dilakukan perubahan dari bobot

crisp

menjadi bobot

fuzzy

, yaitu proses fuzzifikasi seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya pada tahap pembentukan vektor pewakil.

Langkah 1 : Jika kondisi henti gagal, lakukan langkah 2-8

Langkah 2 : Untuk setiap vektor

fuzzy

masukan , lakukan langkah 3

sampai 6

Langkah 3 : Untuk setiap j, hitung jarak antara vektor

fuzzy

masukan

dengan vektor pewakil

Langkah ini dilakukan dengan cara mengitung nilai similaritas

vektor masukan dengan vektor pewakil tiap kelas. Kelas

dengan nilai similaritas terbesar adalah kelas pemenang

(Gambar 19). Prosesnya seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya pada tahap proses penentuan kelas pemenang.

Langkah 4 : Temukan indeks j kelas pemenang.

Langkah 5 : Periksa indeks j dan bandingkan dengan informasi kelas

Langkah 6 : Untuk setiap

neuron

j

• Meng

-

update

bobot jika nilai similaritas terbesar adalah 0

Jika hal ini terjadi, maka data dianggap tidak masuk ke dalam kelas

manapun. Nilai minimal (

dan nilai maksimal

pada

vektor pewakil untuk semua kelas dilebarkan dengan menggunakan

sebuah konstanta beta (β) yang bernilai lebih dari 1

dan nilai tengah

bernilai tetap. Berikut adalah rumusnya :

Dimana :

β > 1

1 < i < n , n = jumlah dimensi

1 < j < k , k = jumlah kelas

Meng-

update

bobot jika hasil klasifikasi benar, cotohnya ketika data

masukan adalah data dari kelas 1, kemudian nilai similaritas terbesar ada

pada kelas 1 sehingga hasil kategorisasi jaringan juga kelas 1. Nilai

minimal (

dan nilai maksimal

pada vektor pewakil untuk

kelas pemenang

dilebarkan dengan menggunakan sebuah konstanta beta (β)

yang bernilai lebih dari 1 (gunakan rumus nilai minimal dan nilai

maksimal di atas) dan nilai tengah

akan bergerak mendekati

vektor

input

. Berikut adalahnya rumusnya :

(36)

1 < i < n , n = jumlah dimensi

j = kelas pemenang

= laju pemahaman/

learning rate

• Meng

-

update

bobot jika hasil klasifikasi salah, contohnya ketika data

masukan adalah data dari kelas 1, tetapi nilai similaritas terbesar ada pada

kelas 2 sehingga hasil kategorisasi jaringan kelas 2. Nilai minimal (

dan nilai maksimal

pada vektor pewakil untuk kelas pemenang

disempitkan dengan menggunakan s

ebuah konstanta beta (β) yang bernilai

kurang dari 1 (gunakan rumus nilai minimal dan nilai maksimal di atas)

dan nilai tengah

akan bergerak menjauhi vektor

input.

Berikut

adalah rumusnya :

Dimana :

β < 1

1 < i < n , n = jumlah dimensi

j = indeks kelas pemenang

= laju pemahaman/

learning rate

Langkah 7 : Memodifikasi laju pemahaman

Langkah 8 : Periksa kondisi henti.

Ketika semua data pada

training set

sudah dimasukkan ke dalam jaringan

dan dilakukan pembelajaran, maka dikatakan telah dilakukan pembelajaran 1

epoch.

Pembelajaran dilakukan secara berulang dengan laju pembelajaran (α)

yang semakin diperkecil. Ketika nilai α sudah memenuhi syarat henti (ditentukan

nilai α minimal sebagai

batas pembelajaran), maka fase pembelajaran sudah

selesai.

Selanjutnya untuk algoritme pengujian, data yang membentuk

testing set

dimasukkan ke dalam jaringan dengan cara yang sama seperti pada tahap

training

.

Setiap data

testing

yang dimasukkan ke dalam jaringan harus diproses dengan cara

yang sama dengan masukan pada tahap

training.

Perbedaannya adalah pada tahap

testing

tidak dilakukan perubahan pada vektor pewakil. Data masukan hanya

dikategorikan ke dalam kelas sesuai dengan nilai similaritas terhadap vektor

pewakil

3 METODE PENELITIAN

(37)

Mulai

Kajian Pustaka

· Teori suara paru-paru

· Metode ekstraksi ciri dengan MFCC

· Metode Klasifikasi dengan LVQ dan FLVQ

· Pemrograman MATLAB

Pengumpulan Data Suara Paru-Paru

Data Latih Data Uji

Ekstraksi Ciri (MFCC) Ekstraksi Ciri

(MFCC)

Pembandingan, Analisis dan Pembahasan

Selesai Segmentasi

Membentuk Model (LVQ dan FLVQ)

[image:37.595.119.466.78.622.2]

Dokumentasi dan Laporan Pengujian Model

Gambar 20 Diagram alir penelitian

Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan tahap paling awal yang dilakukan dalam

memulai suatu penelitian. Tahap ini diperlukan agar peneliti memiliki

pengetahuan dasar yang kuat dan memadai yang nantinya bermanfaat di dalam

melakukan penelitian.

Pengumpulan Data Suara

(38)

pernapasan yaitu

Tracheal, Vesicular, Crackles,

dan

Wheeze.

Data suara

paru-paru terdiri dari 32 data suara, yang terbagi menjadi 8 suara

vesicular

, 8 suara

tracheal,

8 suara

crackle

dan 8 suara

wheeze.

Data suara yang diperoleh berupa

data stereo yang kemudian dikonversi menjadi data mono dan disimpan dalam file

berformat *.wav agar bisa diolah menggunakan

software

Matlab, dan

sampling

rate

sebesar 44100 Hz.

Segmentasi Suara

Data sampel suara paru-paru yang telah diperoleh, selanjutnya akan

disegmentasi melalui proses segmentasi suara. Sinyal suara paru-paru akan

dipotong berdasarkan satu siklus pernapasan yaitu satu fase inspirasi dan satu fase

ekspirasi. Proses segmentasi sinyal suara dilakukan secara manual dengan

menggunakan software Audacity. Ilustrasi dari proses segmentasi sinyal secara

manual, terlihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Ilustrasi segmentasi data suara

Data Latih dan Data Uji

Data suara paru-paru yang telah disegmentasi dibagi menjadi dua bagian,

yaitu data latih dan data uji. Jumlah data suara paru-paru hasil proses segmentasi

yaitu 96 data suara. Data suara paru-paru tersebut kemudian ditetapkan 20 suara

sebagai data latih dan 4 suara sebagai data uji untuk masing-masing jenis suara,

sehingga total 80 suara untuk data latih dan 16 suara untuk data uji.

Ekstraksi Ciri

Setiap data suara paru yang telah disegmentasi kemudian diekstraksi ciri

menggunakan

Mel Frequency Ceptral Coeffisient

(MFCC). Ekstraksi ciri adalah

proses untuk menentukan suatu nilai atau vektor yang digunakan sebagai penciri

suatu objek. Ekstraksi ciri dengan menggunakan MFCC tidak akan

menghilangkan ciri atau informasi setiap data suara paru-paru. Selain itu, ukuran

data suara paru-paru menjadi tidak terlalu besar. Secara garis besar terdapat lima

tahap MFCC, yaitu

frame blocking, windowing, fast fourier transform

,

mel

frequency wrapping

dan

cepstrum.

Data suara paru-paru yang telah disegmentasi selanjutnya dilakukan

proses

frame blocking,

karena suara telah disegmentasi secara manual, proses

(39)

rumusnya yang sederhana. Ilustrasi dari

frame blocking

dan

windowing

dapat

dilihat pada Gambar 22.

X(1) X(2) X(3) ... X(n) Frame ke-i Contoh

7 3 6 2 9 3 10 4

Hasil frame 7 3 6 2 6 2 9 3 9 3 10 4

Frame yang dapat dikalikan dengan Hamming Window

Windowing Yi(n) = Xi(n)d(n)

W(u) = 0.54 – 0.46 cos(2πn/N-1)

X(1) X(2) X(3) ... X(n) X(1) X(2) X(3) ... X(n) Frame ke-i Contoh

7 3 6 2 9 3 10 4

Hasil frame 7 3 6 2 6 2 9 3 9 3 10 4

Frame yang dapat dikalikan dengan Hamming Window

Windowing Yi(n) = Xi(n)d(n)

W(u) = 0.54 – 0.46 cos(2πn/N-1)

[image:39.595.125.419.116.350.2]

X(1) X(2) X(3) ... X(n)

Gambar 22 Proses

frame blocking

dan

windowing

Proses selanjutnya adalah

Fast Fourier Transform

(FFT). Proses FFT

digunakan untuk mengubah setiap

frame

yang telah dihasilkan dari proses

sebelumnya dari domain waktu menjadi domain frekuensi, sehingga dapat diamati

lebih mudah.

Setelah sinyal diubah dari domain waktu menjadi domain frekuensi,

langkah selanjutnya adalah proses

wrapping,

dalam proses ini diperlukan

filter

,

dengan demikian akan dibentuk M

filter

terlebih dahulu sebelum proses

wrapping

dilakukan. Selanjutnya adalah proses

Discrete Cosine Transform

(DCT) untuk

mendapatkan

coeffisient cepstrum. Coeffisient cepstrum

ini yang merupakan

output

dari proses MFCC. Hasil ekstraksi ciri berupa matriks

n

x

k

,

n

adalah jumlah

frame

dan

k

adalah koefisien.

Klasifikasi Suara Paru-Paru

Data suara paru-paru yang telah diperoleh vektor pencirinya melalui

proses ekstraksi ciri akan diklasifikasikan menggunakan sistem

Fuzzy Neural

Network

(FNN). Sistem FNN adalah penggabungan antara

neural network

dan

fuzzy logic

.

(40)

dengan

fuzzy logic

lebih dikenal dengan Metode

Fuzzy Learning Vector

Quantization

(FLVQ).

Secara garis besar pengenalan suara paru-paru dengan menggunakan

LVQ maupun FLVQ memiliki dua bagian utama, yaitu tahapan pembelajaran pola

(

training

) dan tahapan pengenalan pola / pengukuran kemiripan (

testing

). Data

hasil pembelajaran akan dikumpulkan dan disimpan sebagai model pembelajaran

yang nantinya dapat digunakan untuk mengukur kemiripan dari sinyal suara

paru-paru yang masuk selanjutnya sehingga sinyal suara paru-paru-paru-paru tersebut dapat

dikenali. Setelah tahap pembelajaran selesai, tahap selanjutnya adalah tahap

pengenalan pola (pengukuran kemiripan).

Pengujian

Tahap pengujian dilakukan setelah pelatihan dilakukan pada data latih.

Data uji akan disamakan polanya dengan data latih yg telah dilakukan pelatihan.

Setiap data uji akan dilihat apakah data tersebut teridentifikasi pada suara

paru-paru yang seharusnya

Perhitungan Akurasi

Setelah tahap pengujian, dilakukan perhitungan nilai akurasi dari

penelitian untuk mengetahui tingkat akurasi dari pengenalan suara paru-paru serta

untuk mengukur pengaruh beberapa parameter terhadap akurasi pengenalan suara

paru-paru. Pengujian model pengenalan suara paru-paru akan dilakukan dengan

menggunakan MATLAB. Parameter yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tingkat akurasi pengenalan suara paru-paru dihitung dengan persamaan berikut :

[image:40.595.79.477.359.810.2]

Tabel 1 Parameter-parameter yang akan dilihat pengaruhnya terhadap hasil

identifikasi

No Parameter

Keterangan

1

Koefisien Cepstral

Koefisien cepstral menjelaskan berapa jumlah

cepstrum yang dihasilkan untuk setiap bingkai.

Koefisien

cepstral

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah 13, 15, 20 dan 30.

2

Learning Rate

(α)

/

LR

Learning rate

(LR) adalah penurunan fungsi

waktu. LR dapat mempengaruhi kecepatan di mana

jaringan syaraf tiruan tiba di solusi minimum, jika

LR terlalu kecil algoritme akan memakan waktu

lama menuju konvergen dan sebaliknya Jika LR

Gambar

Grafik sinyal analog
Gambar 6  Sistem pernafasan manusia
Gambar 7  Suara tracheal
Gambar 14  Rpresentasi bilangan fuzzy segitiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

This research aims to develop a neural network Learning Vector Quantization (LVQ) on face recognition by entering the Backpropagation characteristics are hidden layers and random

Gambar 2.8 menunjukkan sebuah Jaringan Neural Buatan Fuzzy-Neuro Learning Vector Quantization dengan i buah neuron pada lapisan masukan yang menunjukkan banyaknya sensor, j buah

Adapun metode yang digunakan dalam pengenalan jenis ikan air laut ini adalah metode Learning Vector Quantization dengan ekstraksi ciri tekstur GLCM dan ekstraksi

Pada diagram diatas dapat dilihat data sinyal suara yang digunakan sebagai inputan akan dilakukan preprocessing menggunakan aplikasi Audacity, setelahnya akan dilakukan proses

Penelitian ini melakukan pengembangan sistem klasifikasi pola sidik jari menggunakan algoritma Fuzzy Learning Vector Quantization (Fuzzy LVQ) dan Fuzzy Backpropagation, untuk

Hasil simulasi pengendalian sistem dengan waktu tunda menggunakan Fuzzy Neural Network (FNN) controller menunjukkan bahwa, meskipun dengan menggunakan rule base yang terbatas pada

Dalam penelitian ini telah dikembangkan metode baru dalam sistem pemilahan aroma yaitu dengan melakukan pemilihan vektor pewakil terbaik pada saat inisialisasi

Penelitian ini ditujukan untuk membuat perancangan sebuah sistem akuisisi data berbasis arduino untuk pengenalan ciri sinyal suara paru dan jantung menggunakan wavelet