ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa Perancis
oleh
Kanya Cirga Suryadewi 1104153
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
Analisis Budaya Material dalam
Kumpulan Terjemahan Cerita Pendek
Mademoiselle Fifi Karya Guy de
Maupassant
Oleh
Kanya Cirga Suryadewi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
© Kanya Cirga Suryadewi 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
KANYA CIRGA SURYADEWI
ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT
Disetujui dan disahkan oleh:
PembimbingUtama
Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum NIP: 196310241988031003
Pembimbing Pendamping
Hj. Farida Amalia, M.Pd NIP: 197401082000032001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Bahasa Perancis
Suryadewi, Kanya Cirga. (2015). Analisis Penerjemahan Unsur Budaya Material dalam Kumpulan Cerita Pendek Mademoiselle Fifi Karya Guy de Maupassant. Skripsi. Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI, Bandung : Tidak Diterbitkan.
ABSTRAK
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik penelitian kualitatif yang menggunakan studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk; 1) Mengetahui dan mendeskripsikan apa saja pergeseran makna dan struktur yang terjadi antara budaya material bahasa sumber dan budaya material bahasa sasaran. 2) Mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan unsur budaya material. 3) Mengetahui kontribusi penelitian ini terhadap mata kuliah Traduction II. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa terdapat pergeseran makna dan struktur. Pergeseran struktur yang terjadi yaitu 1)pergeseran struktur jamak menjadi tunggal dan 2) pergeseran sintaksis, sedangkan pergeseran makna yang terjadi yaitu 1)pergeseran makna umum menjadi khusus, 2) pergeseran makna khusus menjadi umum, 3)perbedaan sudut pandang, 4) pergeseran makna sepadan dan 5)penghilangan kata sifat. Teknik yang digunakan untuk menerjemahkan budaya material yaitu 1)teknik transposisi, 2) teknik modulasi, 3) penambahan dan 4) deskriptif. Diketahui bahwa dari 148 unsur budaya material yang terdapat pada penelitian ini, terdapat 26 unsur budaya material yang diterjemahkan menggunakan teknik transposisi, 75 unsur diterjemahkan menggunakan teknik modulasi, 6 unsur budaya material yang diterjemahkan menggunakan teknik transposisi dan modulasi, 3 unsur budaya diterjemahkan menggunakan teknik penambahan serta 1 unsur budaya diterjemahkan menggunakan teknik deskriptif. Teknik-teknik tersebut digunakan penerjemah agar kata benda unsur budaya material dapat diterjemahkan ke dalam budaya bahasa sasaran, dapat diterima dan pesan yang disampaikan sesuai dengan budaya bahasa sumber. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mengenali unsur budaya material dapat membantu dalam mempelajari budaya dan bahasa asing. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan baik bagi mahasiswa, dosen ataupun peneliti selanjutnya dalam pengenalan tentang teori budaya material serta teknik penerjemahan.
Kanya Cirga Suryadewi, 2015
ABSTRACT
The research method used is descriptive qualitative with technique of qualitative research used were the documentation and literature review. This method is used for the purpose to; 1) discovers and describes any shift in meaning and structure that occurs between the material culture of the source language and the target language. 2) Describe the translation technique which is used to translate the elements of material culture. 3) Discover the contribution of this study to the subject "Traduction II". Based on the analysis, noted that there is a shift in meaning and structure. The shift in structures that occur are 1) a shift in the structure of the plural into a singular, and 2) shifts of syntax, whereas a shift in meaning that occur are 1) a shift in the common meaning to be special, 2) a shift of special meaning became common meaning, 3) differences in viewpoints, 4) a shift in compatible meaning, and 5) the removal of the adjective. The technique used to translate the material culture, i.e. 1) the transposition technique, 2) modulation technique, 3) transposition and modulation 4) augmentation and 5) descriptive. It is known that from 148 data of material culture which is analyzed, there are 26 data material culture are translated by the technique of transposition, 75 data material culture are translated by the technique modulation, there are 6 data material culture are translated by the technique of transposition and modulation, 3 data material culture are translated by augmentation and there are just 1 data material culture are translated by descriptive. These techniques used by translator so that "nouns" from material culture element can be translated into the target language culture, can be received and the message delivered in accordance with the culture of the source language. From the research results can be seen that recognize elements of material culture can help in learning a foreign culture and foreign language. This study can be used as an input, whether for students, lecturers or researchers, further in the introduction of material culture theory and technique of translation.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
1.2 Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.5 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.6 Asumsi ... Error! Bookmark not defined.
BAB II UNSUR BUDAYA MATERIAL DALAM PENERJEMAHAN ... Error! Bookmark not defined.
2.1 Kebudayaan ... Error! Bookmark not defined.
2.2 Budaya Material ... Error! Bookmark not defined.
2.3 Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Masalah-masalah dalam Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Jenis-jenis Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Proses Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.
2.3.4 Ideologi Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.
2.3.5Teknik Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.
2.3.5.1 Transposisi ... Error! Bookmark not defined.
2.3.5.2 Modulasi ... Error! Bookmark not defined.
2.5 Cerpen ... Error! Bookmark not defined.
2.6 Penerjemahan Dalam Konteks Pengajaran Bahasa ... Error! Bookmark not defined.
2.6.1 Penerjemahan Dalam Konteks Bahasa Asing Error! Bookmark not defined.
2.6.2 Penerjemahan Dalam Konteks Bahasa Perancis ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
3.1 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.2 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
3.2.1 Studi Dokumentasi ... Error! Bookmark not defined.
3.2.2 Studi Kepustakaan ... Error! Bookmark not defined.
3.3 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.4.1 Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.4.2 Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.5 Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
4.1 Deskripsi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Makanan ... Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Pakaian ... Error! Bookmark not defined.
4.2.3 Rumah atau Tempat Tinggal ... Error! Bookmark not defined.
4.2.4 Alat Transportasi ... Error! Bookmark not defined.
4.2.5 Teknik Penerjemahan UnsurBudaya Material Error! Bookmark not defined.
4.3 Aplikasi Penerjemahan Unsur Budaya Material Pada Mata Kuliah Traduction II Departemen Pendidikan Bahasa Perancis ... Error! Bookmark not defined.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ... 79
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk
menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri
dan perasaan. Bahasa bersifat unik karena merupakan sistem yang dapat
membangun kekhasan atau ciri khas yang tidak dapat ditimbulkan atau ditemukan
dalam bahasa masyarakat lain. Bahasa juga bersifat universal karena ada beberapa
kesamaan konsep yang dapat ditemukan di beberapa bahasa yang digunakan,
misalnya ada persamaan pola kalimat bahasa Perancis dan bahasa Indonesia yang
membutuhkan subyek, predikat dan objek untuk membentuk kalimat yang baik,
benar dan berinformasi lengkap.
Saat ini penerjemahan mempunyai peranan yang sangat penting.
Penerjemahan dapat menyajikan komunikasi dua bahasa serta menjembatani
masyarakat yang mempunyai cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
yang berbeda. Seperti yang sudah diketahui bahwa penerjemahan adalah
pengalihan makna bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) sesuai
dengan isi pesan, gagasan serta ide yang ada dalam BSu kemudian diposisikan
dan ditempatkan secara tepat dan wajar dalam BSa. Maka dari itu pendidikan di
bidang penerjemahan pun sangat dibutuhkan.
Dewasa ini, telah banyak sekolah terutama di tingkat universitas yang
menempatkan mata kuliah penerjemahan dengan tujuan untuk mengembangkan
kemampuan bahasa.Salah satunya di Departemen Pendidikan Bahasa Perancis
Perancis ke dalam bahasa Indonesia. Dalam praktek ini pula mahasiswa dididik
dengan tujuan mengembangkan kemampuan berbahasa dan keterampilan
menerjemahkan bahasa asing.
Penerjemah yang baik adalah ketika menerjemahkan suatu teks, penerjemah
tidak hanya mengalihkan pesan tetapi juga mengalihkan budaya. Proses
pengalihan pesan teks bahasa sumber dipengaruhi oleh budaya penerjemah yang
tercermin dari cara seorang penerjemah dalam memahami, memandang dan
mengungkapkan pesan melalui bahasa yang digunakan. Terjemahan yang
bermutu tinggi adalah terjemahan yang dapat memberitahu pembaca sasaran
bahwa mereka sedang membaca yang berhubungan dengan masyarakat, benda,
perkara serta budaya BSu (bahasa sumber). Maka dari itu unsur-unsur budaya asal
BSu (bahasa sumber) wajib diperkenalkan.Budaya adalah tatanan pengetahuan,
pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,
hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang
diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha
individu dan kelompok (Mulyana & Rakhmat, 2006 : 18).Nida (dalam Newmark,
1988 : 95) mengemukakan lima kategori budaya dalam kaidah penerjemahan,
yaitu ekologi, material (kebendaan), sosial, organisasi ataupun konsep dan
aktivitas serta kebiasaan sehari-hari. Tetapi, walaupun kelima kategori budaya
tersebut bisa ditemukan di hampir seluruh kebudayaan, tetap ditemukan
perbedaan dalam konsep serta unsur-unsur antara bangsa satu dan lainnya.
Salah satu cara untuk menyingkap sistem serta budaya suatu masyarakat, kita
dapat memulainya dari budaya material yang dimiliki masyarakat tersebut. Objek
budaya material memiliki kemampuan untuk menunjukkan sesuatu atau
membangun makna sosial. Ditinjau dari aspek kebahasaan, budaya material
diungkapkan dengan unsur leksikal bahasa berkategori nomina. Nomina atau kata
benda dapat dilihat dari segi semantik, sintaksis dan segi bentuk. Menurut
kategori semantik tidak bernyawa dan mengacu pada benda-benda sebagai hasil
fisik dari aktivitas, perbuatan atau karya manusia (Katubi, 2012 : 484).
Seperti contoh adalah minuman Chardonnay atau Cognac. Masyarakat Perancis memiliki jenis minuman anggur yang berbeda di setiap daerahnya karena
warga Perancis menganggap bahwa anggur adalah minuman yang penting di
setiap sajian makanan, dalam acara formal ataupun informal, dan itu sudah
menjadi budaya mereka sehari-hari. Masalah terjemahan ada ketika penerjemah
dihadapkan pada ketidakadaan satu kata tertentu dalam bahasa Indonesia untuk
diartikan dan dipadankan dengan Chardonnay atau Cognac karena masyarakat penutur bahasa Indonesia hanya mengenal satu kata yaitu wine untuk mengungkapkan jenis minuman yang berasal dari buah anggur yang
difermentasikan ini.
Salah satu sarana yang penting sebagai jembatan antara dua budaya untuk
memperkenalkan budaya BSu kepada pembaca BSa yang hanya memahami
bahasa nasionalnya saja adalah dengan menerjemahkan karya sastra. Karya sastra
sendiri mengandung unsur ekspresi, emosional, keindahan kata, ungkapan serta
keindahan bunyi si pengarang, dengan segala nuansa yang melatarbelakanginya.
Salah satu karya sastra yang diterjemahkan adalah cerita-cerita pendek karya Guy
de Maupassant. Guy de Maupassant sendiri adalah seorang penulis yang mampu
mengangkat masalah manusia secara sederhana menjadi menarik dan enak dibaca.
Beberapa cerita pendek miliknya seperti La Parure (1884) serta Mademoiselle Fifi (1882) telah beberapa kali diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk dalam bahasa Indonesia.
Dalam kumpulan cerita pendek yang berjudul Mademoiselle Fifi (2004) karya Guy de Maupassant yang telah diterjemahkan oleh Ida Sundari Husein dkk ini,
lima unsur budaya yang dikemukakan oleh Nida (dalam Newmark, 1988: 95),
unsur budaya material lah yang paling dominan. Hal ini dikarenakan seluruh
sehari-hari. Tergambar dari benda-benda material yang digunakan sebagai
pendukung aktivitas masyarakat.
Penelitian tentang penerjemahan budaya material telah banyak dilakukan.
Salah satunya adalah penelitian yang berjudul “Pergeseran Teks Bermuatan
Budaya Dalam Cergam Le Petit Spirou Karya Tome dan Janry” oleh Aqmarina
Hibaturrahmah dari Universitas Padjajaran tahun 2012. Penelitian ini
memfokuskan pada sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik. Penelitian
ini menghasilkan bahwa pergeseran yang terjadi dalam cergam ini disebabkan
perbedayaan budaya. Skripsi lainnya yang juga membahas budaya dalam
penelitiannya adalah skripsi mengenai kosakata kebudayaan fisik bahasa Jepang
yang berjudul “Analisis Penerjemahan Kosakata Kebudayaan Fisik Bahasa
Jepang Ke Bahasa Indonesia Dalam Cerita Pendek Imogayu” oleh Inge Nurina
Felistyana dari Universitas Indonesia tahun 2008. Penelitian menggunakan
klasifikasi budaya material yang dipaparkan oleh Koentjaraningrat. Penelitian ini
menghasilkan pergeseran bentuk, tidak mengurangi isi pesan karena
bentuk-bentuk bahasa yang bergeser dalam proses dalam penerjemahan secara gramatikal
dan leksikal tidak bermasalah karena yang terpenting penyampaian pesan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mencari dan menganalisis
pergeseran dalam penerjemahan teks yang memiliki unsur budaya material
dengan melihat kesesuaiannya dengan BSu dan hubungannya dengan faktor lain
diluar teks serta teknik penerjemahan apa yang ditempuh oleh penerjemah.
Sekaitan dengan paparan latar belakang tersebut, peneliti mengangkat judul
penelitian Analisis Budaya Material dalam Terjemahan Kumpulan Cerita Pendek Mademoiselle Fifi Karya Guy de Maupassant.
1.2 Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi permasalahan
Maupassant yang berjudul Mademoiselle Fifi (2004) yang telah diterjemahkan oleh Ida Sundari Husein dkk. Penulis meyajikan batasan masalah sebagai berikut. 1. Penerjemahan unsur budaya material Perancis ke dalam bahasa Indonesia
dilihat dari jenis makanan, pakaian dan perhiasan, rumah atau tempat tinggal
serta alat transportasi.
2. Teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahan
unsur budaya material.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah
untuk analisis ini adalah:
1) Pergeseran makna dan struktur apa yang terjadi antara budaya material bahasa
sumber dan budaya material bahasa sasaran?
2) Teknik penerjemahan apa yang digunakan untuk menerjemahkan unsur
budaya material?
3) Apa kontribusi penelitian ini terhadap mata kuliah Traduction II?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah:
1) Mengetahui dan mendeskripsikan pergeseran makna dan struktur yang terjadi
antara budaya material bahasa sumber dan budaya material bahasa sasaran.
2) Mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan
unsur budaya material.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sesuai dengan
tujuan penelitian tersebut. Manfaat penelitian pun dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1) Manfaat teoretis
Manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk
membantu pengembangan kemampuan menerjemahkan bahasa Perancis
dengan baik terutama dalam konteks penerjemahan unsur budaya material,
serta bisa memberikan sumbangsih pemikiran serta ide bagi penelitian
selanjutnya.
2) Manfaat praktis
a. Manfaat bagi pembelajar bahasa Perancis yaitu untuk meningkatkan
kemampuan menerjemahkan dengan baik terutama dalam
menerjemahan unsur budaya material.
b. Manfaat bagi pengajar yaitu diharapkan dapat menambah pemahaman
tentang penerjemahan berkonteks budaya.
c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya yaitu memberikan sumbangan
pemikiran dan ide tentang pengetahuan penerjemahan terutama
penerjemahan berkonteks budaya material serta pengajaran tentang
penerjemahan secara umum.
1.6 Asumsi
Arikunto (dalam Sihombing, 2009) berpendapat bahwa asumsi adalah sesuatu
yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal
yang akan dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan
penelitiannya.
Asumsi yang dijadikan titik tolak atau dasar dalam penelitian ini adalah:
1) Bahasa terkait erat dengan budaya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian serta
teknik pengolahan data.
3.1 Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan, maka
diperlukan metode penelitian yang sesuai. Metode penelitian menurut Sukardi
(2011: 17) adalah kegiatan yang secara sistematis, direncanakan oleh para
peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi
masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri. Penetapan metode mempunyai
tujuan memberikan arah dan target yang hendak dicapai bagi seorang peneliti
agar permasalahan dapat terungkap dan semua rumusan masalah dapat
terjawab.
Berdasarkan masalah penelitian yang telah diungkapkan, maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu metode
yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data seperti menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasikan (Narbuko dan Achmadi, 2009 : 44). Hal ini terjadi karena
peneliti berusaha menyajikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan
objek penelitian sesuai dengan teori yang ada dan dengan apa adanya.
Sementara menurut Maryaeni (2005: 3) metode kualitatif adalah
teknik yang justru memahami fakta yang ada di balik kenyataan, yang dapat
diamati atau diindra secara langsung. Dengan kata lain, penelitian kualitatif
disiplin, maupun wawasan filosofis sejalan dengan kompleksitas pokok
permasalahan yang dibahas.
Dari pengertian dan penjelasan tersebut, pemilihan metode deskriptif
kualitatif dirasa sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan karena proses
yang akan ditempuh dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data spesifik
(kata benda berunsur budaya material bahasa Perancis dan terjemahannya ke
dalam bahasa Indonesia) dari sumber utama atau primer yang dilanjutkan
dengan analisis data yang bertujuan untuk dapat dan lebih memahami lebih
dalam padanan dalam unsur budaya material dan menemukan pergeseran
makna yang ditinjau dari teknik penerjemahan yang digunakan beserta
kemungkinan padanannya.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis.
Menurut Maryaeni,
analisis adalah kegiatan pengurutan data sesuai dengan rentang permasalahan atau urutan pemahaman yang ingin diperoleh, pengorganisasian unsurdalam formasi, kategori ataupun unit tertentu sesuai dengan antisipasi peneliti, interpretasi peneliti berkenaan dengan signfikansi satuan data sejalan dengan pemahaman yang ingin diperoleh serta penilaian satuan data sehingga membuahkan suatu kesimpulan . (2005 : 75).
Adapun teknik pengumpulan data yang ditempuh oleh peneliti dalam
melakukan analisis penerjemahan unsur budaya material adalah studi
dokumentasi dan studi kepustakaan.
3.2.1 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan unsurdengan
mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden (Fathoni, 2006 :
mencatat data yang berupa kata dari terjemahan berunsur budaya material
dalam kumpulan cerita pendek karya Guy de Maupassant.
3.2.2 Studi Kepustakaan
Kartono (dalam Sihombing, 2009 : 53) berpendapat bahwa studi
kepustakaan adalah penulisan kepustakaan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermcam-macam material
yang terdapat dalam ruang pustaka, seperti buku, majalah, naskah, catatan,
dokumen, internet, skripsi, tesis dan lainnya
Teknik ini digunakan peneliti untuk menelaah buku, jurnal, catatan,
skripsi, dan dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian ini dan
menjadikannya sebagai landasan teoritis. Dalam penelitian ini, studi pustaka
difokuskan pada teknik yang dipakai oleh penerjemah dalam menerjemahkan
budaya material yang terkandung dalam kumpul cerpen Guy de Maupassant.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah hal atau alat yang digunakan untuk
memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada
langkah pengumpulan informasi di lapangan (Sukardi, 2011:75). Untuk
memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti membuat instrumen penelitian
berupa tabel analisis data. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kumpulan cerita pendek dan terjemahannya dalam
Mademoiselle Fifi.
Berikut ini adalah instrumen berupa tabel yang diadaptasi dari teori
Newmark (1988 : 97-98) tentang pengelompokkan budaya material dalam
penerjemahan dengan tujuan untuk mengungkap data analisis. Tabel 3.1 untuk
menjelaskan tentang teknik penerjemahan yang digunakan untuk
menerjemahkan unsur budaya material tersebut.
Tabel 3. 1
Klasifikasi Budaya Material
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
Tabel 3. 2
Teknik Penerjemahan UnsurBudaya Material
No BSu BSa Teknik Penerjemahan
T M TM D P
1.4Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian
Dalam suatu penelitian, diperlukan adanya populasi penelitian.
Menurut Sukardi (2011: 53) populasi adalah semua anggota kelompok
manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu
tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah 25 cerita pendek yang terdapat
dalam terjemahan cerita pendek karya Guy de Maupassant dalam buku
Mademoiselle Fifi.
3.4.2 Sampel Penelitian
Menurut Sukardi (2011: 54) sebagian dari jumlah populasi yang
dipilih untuk sumber data tersebut disebut sampel. Teknik sampel yang
Purposive sampling sendiri adalah teknik memilih sampel dengan dasar tujuan tertentu. Yang artinya, penulis hanya akan menggunakan 9 cerita
pendek yang didalamnya mengandung empat elemen budaya material
Perancis.
3.5 Teknik Pengolahan Data
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1) mengumpulkan dan mencatat unsur budaya material dalam bahasa Perancis
berdasarkan klasifikasi kebudayaan material Newmark;
2) mengidentifikasikan unsur budaya material dalam bahasa Perancis
berdasarkan klasifikasi kebudayaan material menurut Newmark;
3) menganalisis data dengan tujuan untuk mengetahui arti, makna dan
pemahaman cerita terjemahan karya Guy de Maupassant dengan
menggunakan teknik transposisi, teknik modulasi, transposisi modulasi,
deskripstif dan penambahan;
4) mendeskripsikan dan menginterpretasikan data hasil analisis;
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, peneliti akan memberikan simpulan serta saran berdasarkan hasil
penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam bab IV, dapat diperoleh simpulan
tentang penerjemahan budaya material.
Pertama, terdapat pergeseran makna dan struktur antara budaya material BSa
dengan budaya material BSu. Perbedaan makna terjadi karena perbedaan budaya BSu
dengan BSa serta perbedaan sudut pandang penerjemah. Perbedaan pun tidak hanya
terjadi pada pergeseran makna tetapi juga pada perbedaan struktur gramatikal antara
BSu dengan BSa. Pergeseran struktur yang terjadi pada penerjemahan budaya
material dalam penelitian ini adalah ;
(1) Perubahan bentuk jamak menjadi bentuk tunggal.
(2) Pergeseran struktur terjadi karena adanya perbedaan struktur BSu dengan
BSa.
Pergeseran struktur ini terjadi karena perbedaan tataran gramatikal bahasa sumber
yaitu bahasa Perancis dengan bahasa sasaran yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan
pergeseran makna yang terjadi pada penerjemahan budaya material dalam penelitian
ini adalah:
(1) Pergeseran medan makna dari khusus menjadi umum.
(2) Pergeseran medan makna dari umum menjadi khusus.
(3) Pergeseran makna sepadan.
(4) Perbedaan sudut pandang
Pergeseran makna yang terjadi pada penerjemahan unsur budaya material disebabkan
oleh perbedaan sudut pandang, budaya penerjemah serta konteks cerita. Pergeseran
makna terjadi agar penyampaian pesan dari BSu ke BSa sepadan.
Kedua, teknik penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah,
(1) Teknik transposisi atau teknik pergeseran bentuk gramatikal dari bahasa
sumber ke bahasa sasaran digunakan pada 26 unsur budaya material, yang
terdiri dari kategori pakaian 9 unsur, kategori rumah atau tempat tinggal
12 unsur serta 5 unsur kategori alat transportasi. Sedangkan tidak ada satu
pun unsur dalam kategori makanan yang diterjemahkan menggunakan
teknik ini.
(2) Teknik Modulasi
Teknik modulasi atau teknik yang mengalami pergeseran makna
digunakan untuk menerjemahkan 75 unsur budaya material. Dalam
kategori ini terdapat 8 unsur pada kategori makanan, 19 unsur pada
kategori pakaian, 38 unsur pada kategori rumah atau tempat tinggal serta
10 unsur pada kategori alat transportasi.
(3) Teknik Transposisi dan Modulasi
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa terdapat 6 unsur budaya material
yang diterjemahkan menggunakan teknik transposisi dan modulasi. Untuk
kategori pakaian sebanyak 3 unsur, kategori rumah atau tempat tinggal
sebanyak 2 unsur, serta kategori alat transportasi sebanyak 1 unsur. Sama
halnya dengan teknik transposisi, tidak ada unsur budaya material dalam
kategori makanan yang diterjemahkan menggunakan teknik transposisi
dan modulasi.
(4) Deskriptif
Teknik deskripsi dilakukan dengan memberi uraian yang berisi makna
kata yang bersangkutan dikarenakan penerjemah tidak menemukan
terdapat pada kategori makanan yang diterjemahkan menggunakan teknik
deskriptif. Bouillon gras yang termasuk ke dalam kategori makanan diterjemahkan menggunakan teknik ini menjadi sup dalam BSa.
(5) Penambahan
Penambahan dilakukan agar suatu kata asing pada BSu bisa dipahami
dengan memberikan satu kata untuk menjelaskannya, biasanya dilakukan
pada nama makanan atau minuman. Dalam penelitian ini terdapat 3 unsur
yang diterjemahkan menggunakan teknik penambahan, 2 unsur dalam
kategori makanan serta 1 unsur dalam kategori rumah atau tempat tinggal.
Unsur budaya tersebut yaitu Comédie manjadi Kafe Comédie, pot-au-feu
menjadi sup pot-au-feu serta Bordeaux menjadi anggur Bordeaux.
Ketiga, untuk kontribusi pembelajaran bahasa Perancis, penerjemahan unsur
budaya material dapat dijadikan sebagai materi bahan pembelajaran alternatif,
khususnya dalam pembelajaran mata kuliah Traduction 2 : Français – Indonesien et Indonesien-Français. Pengajar dapat mengenalkan serta mengklasifikasikan unsur budaya material berdasarkan ilmu penerjemahan serta teknik penerjemahan yang
digunakan untuk menerjemahkan empat unsur budaya material tersebut.
Berdasarkan tiga simpulan di atas diketahui bahwa terdapat pergeseran makna
dan struktur yang terjadi ketika penerjemah menerjemahkan budaya material BSu ke
BSa. Pergeseran tersebut terjadi karena dilatarbelakangi perbedaan sudut pandang,
konteks cerita serta perbedaan budaya. Dikarenakan objek dalam penelitian ini adalah
kumpulan cerita pendek dan setiap cerita pendek diterjemahkan dengan penerjemah
yang berbeda maka teknik penerjemahan yang digunakan pun berbeda, tergantung
dari cara pandang dan pemahaman penerjemah terhadap konteks cerita dan budaya
dalam teks sumber. Hal terpenting yang menjadi tujuan budaya material BSu
diterjemahkan ke BSa dengan menggunakan teknik tersebut adalah agar pembaca
5.2 Saran
Setelah mendapatkan hasil serta simpulan berdasarkan hasil analisis unsur
budaya material, maka peneliti ingin memberikan saran dan masukan untuk
pertimbangan bagi mahasiswa, dosen dan peneliti selanjutnya, yaitu :
1) Saran bagi mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah
wawasan mahasiswa tentang unsur-unsur budaya material serta bagaimana cara
menerjemahkan unsur budaya material tersebut berdasarkan teknik penerjemahan
yang digunakan.
2) Saran bagi dosen
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi materi ajar dalam
memberikan materi tentang penerjemahan, terutama penerjemahan unsur budaya
material, sehingga dosen dapat lebih mengenalkan dan mengajarkan tentang teori
penerjemahan kepada mahasiswa. Penerjemahan unsur budaya material merupakan
salah satu materi yang mudah diajarkan karena budaya material adalah benda-benda
yang berada disekeliling manusia dan biasa digunakan sehari-hari.
3) Saran bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan ilmu budaya dan teknik penerjemahan yang
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Amalia, F. (2014). Pengantar Mata Kuliah Traduction II. Bandung : Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI.
Amalia, F. (2007). Peningkatan Kemampuan Menerjemahkan Bahasa Prancis ke dalam Bahasa Indonesia melalui Model Pembelajaran Penerjemahan Pedagogis- Profesional. (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2007, Tidak Diterbitkan).
Astuti, P.I. (2012). Pengajaran Penerjemahan Di Bidang Budaya. Dalam
Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global”,
98-104, Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun Nusantara. Diunduh
pada tanggal 11 Desember 2014. Dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268409&val=710 9&title=PENGAJARAN%20PENERJEMAHAN%20DI%20BIDANG %20BUDAYA
Brata, F.I.M. (2010). Teknik Pergeseran Dalam Penerjemahan Sistem Sapaan Dalam Budaya Religi. Dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Penelitian Tindakan Kelas dalam Perspektif Etnografi, 60 – 74, Semarang: Universitas Diponegoro.Diunduh pada tanggal 11 Desember 2014. Dari http://eprints.undip.ac.id.36695
Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI. (2014). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Mahasiswa.Bandung: Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI
Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Franić, I. (2011). ”Le concept de médiation proposé par le CECR : les
représentations des apprentis traducteurs sur la médiation”. Croatie : Synergies Europe n06, pp 39-49. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2015. Darihttp://gerflint.fr/Base/Europe6/franic.pdf
Gentile, A., Ozolins, U., &Vasilakakos, A. (1996). ”Liaison Interpreting: A
Handbook”. Melbourne: Melbourne University Press.
Hale, S.B. (2007). Community Interpreting. Sydney: Palgrave Macmillan. Hibaturrahmah, A. (2012). Pergeseran Terjemahan Teks Bermuatan Budaya
Dalam Cergam Le Petit Spirou Karya Tome dan Janry (Skripsi, Universitas Padjajaran, 2012, Tidak Diterbitkan).
Hoed, B.H., Sholichin, T.& Machali, R. (1993). Pengetahuan Dasar Tentang Penerjemahan. Jakarta: Jurnal bidang penerjemahan Lintas Bahasa
edisi khusus No.1/Juli.
Husein, I.S. (2011). Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan : Mencari Kata Baru atau Menerima Kata Pinjaman. Jakarta : Jurnal bidang bahasa dan sastra Lingua volume 9 no.1/ Maret. Diunduh pada tanggal
11 Desember 2014. Dari
http://stbalia.ac.id/index.php?module=MyFileSharing&func=downloa d&id=453
Katubi. (2012). Bahasa, Kebudayaan Material, dan Tradisi Lisan : Studi Etnolinguistik Orang Kui di Alor Nusa Tenggara Timur. Dalam The 4th International Conference on Indonesian Studies: “Unity, Diversity and Future”, 481 -494, Bali : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Diunduh pada tanggal 17 Februari 2015. Dari https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/09102012-40.pdf
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Lederer, M. (1994). ”La Traduction Aujourd’hui”. Paris: Hachette F.L.E.
Machali, R. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa dan Mizan Pustaka.
Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Moentaha, S. (2006). Bahasa dan Terjemahan : ’Languange and Translation
The New Millenium Publication”. Jakarta: Kesaint Blanc.
Mulyana, D & Jalaluddin, R. (2006). Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Narbuko, C. & Achmadi, A. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Newmark, P. (1988). ”A Textbook of Translation”. Hertfordshire: Prentice
Hall Internationale.
Nida, E. & Taber, C. (1982). ”The Theory and Practice of Translation”. Leiden: Published For The United Bible Societies by E.J.Brill.
Nugroho, A.B & Prasetyo, J. (2009). Domestikasi dan Foreinisasi dan Dampaknya terhadap Terjemahan. Dalam International Conference on SFL and Its Contributions to Translation Studies, 1-14, Surakarta. Diundah pada tanggal 11 Juni 2015. Dari
Prayoga, S.A.W. (2001). Kesepadanan dalam Penerjemahan. Bandung : Artikel dalam jurnal Pengajaran Bahasa, Budaya dan Sastra Perancis CADENCE edisi XII/Oktober.
Rosmawaty. (2011). Kajian Linguistik Sistematik Fungsional pada Cerita
Terjemahan Fiksi “Halilian”. Medan: Artikel dalam jurnal bidang
linguistik Litera volume 10 no.1/April. Diunduh pada tanggal 11
Desember 2014. Dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/1174/983
Sihombing, V. (2009). Analisis Prosedur Penerjemahan Transposisi dan Modulasi Dalam Terjemahan Cerita-Cerita Karya Perrault : Studi Deskriptif Analitis terhadap Cerita-Cerita Karya Perrault (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, Tidak diterbitkan).
Stanton, R. (2007). Teori Fiksi Robert Stanton(Bernard Hidayah, Pengantar). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sudjana,N & Ibrahim. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.
Sumardjo,J.& Saini,K.M (1994). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia. Suryawinata, Z. (1989). Terjemahan Pengantar Teori dan Praktik. Jakarta :
Depdikbud.
Suryawinata, Z.& Hariyanto, S. (2003). Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius.
Syihabuddin. (2005). Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek. Bandung: Humaniora.
KAMUS
Arifin,W. & Soemargono, F. (2009). Kamus Perancis Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Hachette. (1980). ”Dictionnaire Hachette Juniors”. Paris: Hachette.
Labrousse, P. (2010). Kamus Indonesia – Perancis. Jakarta : Kompas Gramedia.