ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUMBER KARBOHIDRAT PADA SILASE LIMBAH SAYURAN TERHADAP KADAR LEMAK KASAR, SERAT KASAR, PROTEIN KASAR DAN
BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN
Oleh
Fakhri Aji Amrullah
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pengaruh penambahan beberapa sumber karbohidrat pada proses ensilase terhadap kualitas nutrisi silase limbah sayuran. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan penambahan sumber karbohidrat (dedak padi, tepung gaplek, molases dan silase tanpa penambahan akselerator) dan 3 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1%. Apabila hasil analisis didapat peubah yang nyata dan atau sangat nyata maka dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% dan atau 1% yang terencana untuk membandingkan dengan perlakuan kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa silase limbah sayuran dengan penambahan sumber karbohidrat yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein kasar, kadar lemak kasar, dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen sedangkan pada kadar serat kasar tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Perlakuan terbaik terhadap kadar protein dan kadar lemak kasar terdapat pada penambahan dedak padi dan untuk kadar BETN perlakuan terbaik terdapat pada penambahan tepung gaplek.
ABSTRACT
EFFECT OF ADDITION OF VARIOUS TYPES OF SOURCES OF CARBOHYDRATE IN VEGETABLES WASTE SILAGE ON CRUDE FAT,
CRUDE FIBER, CRUDE PROTEIN CONTENT AND NON NITROGEN FREE EXTRACT
By
Fakhri Aji Amrullah
The purpose of this research was to compare the effect of additioning some source of carbohydrate in the fermentation of the vegetable waste silage. This research use Completely Randomized Design (CRD) with four treatments by adding source of carbohydrate as accelerator ( rice brain, cassava flour, molasses and silage without the addition of accelerators) and three repetition. Data was analyzed by Analysis of Varians and continued with Least Significant Difference Test (LSD) 0,01 or 0,05. The result of this research showed that vegetable waste silage by addingdifferent carbohydrate sources has highly significant (P<0,01) to the crude protein, crude fat content, and non nitrogen free extract of vegetable waste silage while the crude fiber content has not significant effect (P>0,05). The best treatment for crude protein and crude fat contents of vegetable waste silage by addition of rice brain and cassava flour for nitrogen free extract
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUMBER KARBOHIDRAT PADA SILASE LIMBAH SAYURAN TERHADAP KADAR LEMAK KASAR, SERAT KASAR, PROTEIN KASAR DAN
BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN
(Skripsi)
Oleh
Fakhri Aji Amrullah
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Peternakan
Pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 14 Oktober 1993, putra pertama dari
dua bersaudara buah hati pasangan Bapak Hartono dan Ibu Iput Pujiarti.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 3 Karang Pakel pada
2005; sekolah menengah pertama di SMPN 2 Klaten pada 2008; sekolah
menengah atas di SMAN 1 Rumbia pada 2011. Pada tahun yang sama penulis
terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampung Sendang Baru,
Lampung Tengah pada Januari—Februari 2015 dan penulis juga melaksanakan
Praktik Umum di CV. Intan Jaya PS, Pekalongan, Lampung Timur pada
Juli--Agustus 2014. Selama masa studi penulis pernah menjadi pengurus Hmpunan
Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) sebagai anggota bidang penelitian dan
Allhamdulillahirobbil’alamin...
Kuhaturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta suri
tauladanku Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman hidup dalam
berikhtiar
Ayahanda yang mulia, Ibunda yang tercinta terima kasih atas segala doa, air
mata dan keringat perjuanganmu yang telah membawaku memasuki gerbang
kesuksesan dari rasa tidak mampu hingga rasa yakin untuk aku mencoba
bertahan atas nama perjuanganmu. Aku selalu ingin menceritakan semua tapi
aku selalu kehabisan kata-kata.Mungkin hanya inilah yang mampu kubuktikan
kepadamu bahwa aku tak pernah lupa pengorbananmu, bahwa aku tak pernah
lupa nasihat dan dukunganmu, bahwa aku tak pernah lupa segalanya dan
selamanya.
Dengan kerendahan hati karya kecil dan sederhana ini kupersembahkan
seiklasnyakepada : Ayahanda (Hartono) Ibunda (Iput Pujiarti), adik kecilku
(Kuntum Aulia Ningrum), Dosen, serta teman seperjuangan atas waktu dan
pengorbanan kalian dalam membantuku menyelesaikan skripsi ini, perhatian
kalian selalu menjadi motivasi bagiku
You are the best things ever I have
Serta
Almamater hijau
yang turut mendampingiku, membangun diriku, mendewasakanku dalam
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
(Q.S. Asy Syura Ayat 30)
Hidup itu pilihan, bahkan ketika kau tak memilih itulah
pilihanmu
(Monkey. D. Luffy)
Doa orang tua untuk anaknya tak akan diterima jika anaknya
tidak pernah beribadah
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi inidengan baik.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Sumber
Karbohidrat pada Silase Limbah Sayuran Terhadap Kadar Lemak Kasar, Serat
Kasar, Protein Kasar dan Bahan Ekstra Tanpa Nitrogen” adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Peternakan di Universitas Lampung Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.P.—selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung—atas izin yang diberikan;
2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.—selaku Ketua Jurusan Peternakan—atas
nasehat, dan segala bantuan yang diberikan selama penulisan skripsi;
3. Bapak Liman, S.Pt., M.Si.—selaku Pembimbing Utama—atas saran, motivasi,
arahan, ilmu, dan bimbingannya serta segala bantuan selama penulisan skripsi
ini;
4. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M.S.—selaku pembimbing anggota—atas gagasan,
saran, bimbingan yang diberikan selama penulisan skripsi ini;
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.—selaku Pembahas—atas bimbingan,
motivasi, kritik, saran, dan masukan yang positif kepada penulis serta segala
bentuk bantuan selama masa studi dan penyusunan skripsi;
6. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A.— selaku Pembimbing Akademik—atas
nasehat, saran, motivasi, ilmu, dan bimbingannya serta segala bantuan yang
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Unila—atas
bimbingan, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;
8. Bapak dan Ibuku tercinta atas segala do’a, dorongan, semangat, pengorbanan,
dan kasih sayang yang tulus ikhlas dan senantiasa berjuang untuk keberhasilan
penulis, dan adik ku tercinta atas nasihat dan dukungannya dalam bentuk
moril maupun materil;
9. Sahabat penelitian yang selalu memberikan dukungan, menemani dengan
sabar, memberikan motivasi disaat jatuh dan selalu mengingatkan disaat salah,
serta memberi masukan positif selama penulisan skripsi ini (Angga Alvianto);
10.Komalasari, Fitria, Dimas, Depo, Decka, Solihin, Mifta, Istiana, Devi, Tri
Atika, Ali, Riki, Apri, Ayu, Citra, Retno, mbak Ratna—atas persaudaraan dan
kerjasamanya selama penelitian;
11.Teman-teman terbaikku Dwi Haryanto, Arista Pribadi, Bastian Rusdi, Frandy
Febriantoro, Rahmat Nurdiyanto, Hermawan dan Siti Unayah—atas
kekeluargaan, persahabatan, motivasi yang diberikan kepada penulis;.
12.Keluarga besarpeternakan” (Ade Irma, Aji, Ali, Amita, Apri, Arie, Atikah,
Bekti, Bowo, Dea, Dimas R,Edwin, Eko, Fauzan, Fery, Fitri Y , Gusma,
Haekal, Putu, Isti, Imah, Jenny, Konita, Laras, Lasmi, Linda, Lisa, Maria,
Okta, Putri, Riswanda, Sarina, Sakroni, Tri Atika) atas suasana kekeluargaan
dan kenangan indah selama masa studi serta motivasi yang diberikan pada
penulis;
13.Seluruh kakak-kakak (Angkatan 2009 dan 2010)serta adik-adik (Angkatan
2012, 2013 dan 2014) jurusan peternakan—atas persahabatan dan
14.Semua dosen dan pegawai di jurusan peternakan yang senantiasa memberikan
dukungan dan motivasinya;
15.Semua aktor yang telah mengisi kehidupan dan menemaniku meskipun dari
kejauhan dengan segala kasih sayang, dukungan, dan kenangan indah yang
hanya menjadi persinggahan yang tidak dapat terlupa;
Semoga semua bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin...
Bandar Lampung, Juni 2015
2. Kadar Serat Kasar ... 20
3. Kadar Protein Kasar ... 22
4. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen ... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
A. Pengaruh Penambahan Akselerator terhadap Kadar Lemak Kasar Silase Limbah Sayuran... 24 B. Pengaruh Penambahan Akselerator terhadap Kadar Serat Kasar Silase Limbah Sayuran ... 27
C. Pengaruh Penambahan Akselerator terhadap Kadar Protein Kasar Silase Limbah Sayuran ... 29
D. Pengaruh Penambahan Akselerator terhadap Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Silase Limbah Sayuran ... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
A. Kesimpulan ... 35
B. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
22. Uji BNT kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen silase limbah sayuran ... 47
23. Hasil uji BNT kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen silase limbah sayuran ... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Proses pengumpulan limbah sayuran ... .. 48
2. Proses pembuatan silase limbah sayuran ... 48
3. Proses pemasukan silase ke dalam plastik ... 49
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah
mengalami keterbatasan. Lahan yang tidak subur yang semestinya sebagai lahan
tanaman pakan hijauan telah banyak dimanfaatkan sebagai lahan penanaman tanaman
pangan. Faktor inilah yang membatasi ketersediaan pakan hijauan untuk mencukupi
kebutuhan pakan ternak ruminansia, sehingga diperlukan inovasi suatu komoditas
untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut. Salah satu komoditas yang dapat
digunakan untuk menjadi pakan ternak yakni limbah sayuran pasar.
Limbah sayuran pasar merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki
penampilan komoditi berbent uk sayur mayur yang akan dipasarkan (Muwakhid,
2005). Limbah sayuran memiliki dampak negatif sebagai sumber masalah bagi
upaya mewujudkan kebersihan dan kesehatan masyarakat. Limbah sayuran yang
terbuang sebelum membusuk masih dapat digunakan sebagai pakan ternak
ruminansia. Beberapa jenis limbah sayuran pasar yang dapat digunakan sebagai
pakan ternak ruminansia di antaranya yaitu bayam, kangkung, kubis, klobot jagung,
dan daun singkong. Limbah sayuran walaupun dapat dimanfaatkan sebagai pakan
2
yang membuat limbah sayuran cepat membusuk sehingga kualitasnya sebagai pakan
cepat menurun. Pengolahan diperlukan untuk mempertahankan kualitas dan
memeperpanjang masa simpan dari limbah sayuran. Salah satu cara pengolahan yang
dapat dilakukan yaitu dengan proses fermentasi melalui silase (Muktiani dkk.,
2006a). Silase didapat melalui proses ensilasi yaitu proses pengawetan pakan atau
hijauan dengan menggunakan kerja spontan fermentasi asam laktat dalam kondisi
anaerob.
Faktor-faktor yang mendukung dalam pembuatan silase antara lain jenis hijauan
yang digunakan kadar air dari bahan silase tersebut dan jenis zat aditif yang
ditambahkan. Zat aditif digunakan untuk meningkatkan kandungan nutrisi ataupun
karbohidrat dalam pakan yang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.
Kandungan nutrisi yang berbeda dari zat aditif yang digunakan diduga akan
menghasilkan kenaikan atupun penurunan kandungan nutrisi dari silase itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pengaruh penambahan berbagai jenis sumber karbohidrat pada silase limbah
sayuran terhadap kadar lemak kasar, serat kasar, protein kasar dan bahan ekstrak
3
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
1. membandingkan pengaruh beberapa sumber karbohidrat pada proses ensilase
terhadap perubahan kualitas nutrisi silase limbah sayuran;
2. mengetahui sumber karbohidrat yang memiliki pengaruh terbaik terhadap kualitas
nutrisi silase limbah sayuran.
C. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang penggunaan
berbagai sumber karbohidrat dan sumber karbohidrat terbaik yang memengaruhi
kualitas nutrisi silase limbah sayuran setelah mengalami penyimpanan.
D. Kerangka Pemikiran
Limbah sayuran pasar merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki
penampilan komoditi berbent uk sayur mayur yang akan dipasarkan (Muwakhid,
2005). Limbah sayuran pasar selain mengotori lingkungan, dengan sifatnya yang
mudah membusuk juga mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa bau yang tidak
sedap. Limbah sayuran sebelum membusuk masih dapat digunakan sebagai bahan
makanan ternak dengan metode pengolahan yang dapat memperpanjang masa
simpan limbah sayuran tersebut.
Metode pengolahan dapat dilakukan untuk menanggulangi dampak buruk limbah
sayuran tersebut, salah satunya melalui proses ensilase. Ensilase adalah proses
4
dkk., 2002). Upaya mempertinggi efektifitas ensilase bisa melalui pemberian bahan
tambahan berupa bahan pakan sumber karbohidrat asalkan memenuhi persyaratan
ensilase yang baik.
Sumber karbohidrat dengan BK yang tinggi dapat digunakan sebagai salah satu bahan
yang dapat ditambahkan untuk mempercepat proses ensilase. Sumber karbohidrat ini
diperlukan untuk menjaga kestabilan kandungan nutrisi silase dengan menjadi
substrat utama bagi bakteri penghasil asam laktat yang dominan dalam fermentasi
silase. Molases, tepung gaplek dan dedak padi cocok digunakan sebagai akselerator
karena kandungan BK yang tinggi dan mudah didapat (Fathul dkk ., 2003)
Kandungan nutrisi dari sumber karbohidrat yang digunakan akan memengaruhi aktivitas
bakteri yang terjadi selama fermentasi. Aktivitas bakteri yang berbeda ini dengan
sendirinya dapat meningkatkan ataupun menurunkan kandungan nutrisi dari silase. Van
Soest (1994) menyatakan bahwa penambahan beberapa aditif pada pembuatan silase
dapat meningkatkan komposisi dan kualitas nutrien silase sehingga kandungan nutrisi
yang berbeda pada setiap akselerator akan memengaruhi perubahan kandungan nutrisi
silase.
Menurut McDonald (1994), setelah kondisi optimum fermentasi tercapai (pada pH
3,8 – 4,0) maka aktivitas mikrobia akan berhenti dan dan material yang diensilase
menjadi stabil sepanjang kondisi anaerob terjaga. Pada kondisi inidimungkinkan
terjadi peningkatan kandungan protein kasar.Selulosa dan hemiselulosa merupakan
5
biak dengan cepat dan memfermentasi karbohidrat menjadi asam organik terutama
asam laktat (Darmono, 1993). Fermentasi dapat dipercepat dengan penambahan
bahan aditif, sehingga aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan lignin dari
selulosa dan hemiselulosa yang ada dalam hijauan juga semakin cepat dan dapat
memengaruhi kadar serat kasar pada akhir proses ensilase.
Peningkatan kandungan lemak karena hasil fermentasi umumnya disebabkan
kandungan asam lemak yang cukup tinggi (Suparmo,1989). Kadar protein juga dapat
mengalami peningkatan pada proses fermentasi. Peningkatan kadar protein kasar
selama prosespengolahan bahan diakibatkan terbentuknya sel mikrobia selama proses
(Jenie dkk., 1995)
Van Soest (1982) menyatakan bahwa tingginya pH dan rendahnya BK silase
mengindikasikan bahwa terjadi fermentasi proteolitik dan menghasilkan asam
amino dan asam butirat, sehingga ketika pH menurun akibat penambahan akselerator
juga akan memengaruhi kandungan protein dari silase akibat proses fermentasi
proteolitik.
Berdasarkan uraian di atas bahan kering yang tinggi dapat ditambahan pada
pembuatan silase limbah sayuran yang memiliki kadar air yang tinggi dan akan
terjadi perubahan nilai nutrisi pada silase limbah sayuran pada penambahan jenis
6
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Penambahan sumber karbohidrat yang berbeda berpengaruh terhadap kualitas
nutrisi silase limbah sayuran;
2. Terdapat silase dengan perlakuan terbaik yang signifikan akan memengaruhi
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Limbah Sayuran
Limbah sayuran pasar merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki
penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan
(Muwakhid, 2005). Selama ini limbah sayuran pasar menjadi sumber masalah
bagi upaya mewujudkan kebersihan dan kesehatan masyarakat. Selain mengotori
lingkungan, limbah sayuran pasar dengan sifatnya yang mudah membusuk,
mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa bau yang tidak sedap.
Limbah pasar sayur berpotensi sebagai pengawet maupun sebagai starter
fermentasi karena memiliki kandungan asam tinggi dan mikrobia yang
menguntungkan. Asam pada limbah pasar sayur diduga berupa asam laktat
sebagai hasil metabolisme bakteri asam laktat. Pemanfaatan ekstrak limbah pasar
sayur hasil fermentasi yaitu berupa asam organik, dapat digunakan sebagai
pengawetan secara biologi maupun sebagai starter untuk fermentasi pakan.
Limbah sayuran juga memiliki beberapa kelemahan sebagai pakan, antara lain
memunyai kadar air tinggi yang menyebabkan cepat busuk sehingga kualitasnya
sebagai pakan cepat menurun. Oleh karena itu, limbah sayur yang tidak bisa
diberikan langsung kepada ternak perlu diolah terlebih dahulu untuk
8
limbah sayuran menjadi bahan baku pakan ruminansia melalui teknologi
fermentasi ransum komplit. Salah satu solusi untuk menanggulangi efek negatif
dari limbah sayuran dan sekaligus solusi terhadap kekurangan pakan daalah
teknologi pengolahan pakan melalui silase.
B. Deskripsi Silase
Silase merupakan bahan pakan dari hijauan pakan ternak maupun limbah
pertanian yang diawetkan melalui proses fermentasi anaerob dengan kandungan
air 60 – 70%. Ensilase adalah proses fermentasi anaerobik dari bahan hijauan
pakan dengan hasil berupa silase (Ohshima dkk.,1997). Proses terbentuknya silase
(ensilase) terjadi karena peristiwa konversi karbohidrat mudah larut oleh bakteri,
menjadi asam laktat, sehingga pH lambat laun menjadi menurun menjadi sekitar
4,2. Pada kondisi tersebut pertumbuhan mikroba patogen menjadi terhambat.
Pada proses ensilase, bakteri asam laktat dapat menghasilkan asam laktat,
hidrogen peroksida dan bakteriosin yang akan bekerja secara antagonistic
terhadap mikroba pathogen dan mikroba pembusuk (Van Dervoorde dkk., 1994).
Menurut Cullison (1975) dan Utomo (1999), bahwa karakteristik silase yang baik
adalah :
1. warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan atau
kecoklatan sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau kehitaman.
2. bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam, bebas dari bau manis, bau
amonia dan bau H2S.
3. tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas., tidak menggumpal, tidak lembek dan
9
4. keasaman, kualitas silase yang baik memunyai pH 4,5 atau lebih rendah dan
bebas jamur.
Kualitas silase juga dapat dilihat dari pH yang dimiliki, menurut Sandi dkk.
(2010) menyatakan bahwa kualitas silase dapat digolongkan menjadi empat
kategori, yaitu sangat baik (pH 3,2-4,2), baik (pH 4,2-4,5), sedang (pH 4,5-4,8)
dan buruk (pH>4,8).
Menurut Elferink dkk. (2000), karbohidrat terlarut air dan BAL yang rendah
serta kadar serat yang tinggi menghasilkan silase berkualitas rendah. Agar
mendapatkan silase yang baik, kadar air hijauan perlu diturunkan 60%–70%,
meningkatkan kandungan karbohidrat terlarut air sehingga BAL dapat tumbuh
dengan baik, menghindari pertumbuhan jamur dan mikroba yang merugikan,
menurunkan kehilangan bahan kering (BK), dan protein kasar (PK) selama
ensilasi (Nishino dkk., 2003).
C. Kandungan nutrisi limbah sayuran pasar
Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa limbah sayur pasar tradisional
memiliki kandungan protein kasar 12,64 – 23,50% dan kandungan serat kasar
20,76 – 29,18% (Muktiani dkk., 2007). Nilai kandungan PK dan SK dari limbah
sayuran ini setara dengan beberapa hijauan pakan seperti rumput gajah
(Pennisetum purpureum) dengan PK 13,69% dan SK 35,89% (Purbowati dkk.,
2003), atau rumput setaria (Setaria sphacelata) dengan PK 14,30% dan SK
10
Limbah pasar memiliki kandungan nutrisi yang baik dan dapat dimanfaatkan
sebagai pakan. Kandungan nutrien limbah kubis yaitu 15,74% bahan kering (BK),
12,49% abu, 23,87% protein kasar (PK), 22,62% serat kasar (SK), 1,75% lemak
kasar (LK) dan 39,27% BETN (Muktiani dkk., 2006b).
Komposisi limbah organik pasar biasanya berupa sisa sayuran, sisa
buah-buahan dan sisa makanan. Muktiani dkk.(2005) menyatakan bahwa limbah
sayuran pasar memiliki kandungan PK 23,87 % ,SK 22,62 %, LK 1,75 %,
Abu 12,50 %. Kandungan protein kasar (PK) limbah pasar berupa sayuran
tersebut lebih tinggi dan SK yang lebih rendah dibanding rumput lapangan
yaitu 8,67 % dan 24,63 %. Demikian juga, jika dibandingkan dengan
hijauan pakan lain, limbah pasar berupa sayur memiliki kandungan nutrisi
relatif baik (Tabel 1). Oleh karena itu secara kualitas limbah pasar memiliki
kandungan nutrisi yang baik dan dapat digunakan sebagai pakan ternak
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Limbah Sayuran dan Hijauan Pakan
11
Kadar air yang tinggi menyebabkan proporsi BK rendah (18%) dan kapasitas
buffer (Kb) tinggi. Menurut Miron dkk. (2006), ensilasi hijauan dengan BK
rendah tidak akan menghasilkan fermentasi yang baik dan menyebabkan
kehilangan nutrient tinggi. Selain itu kapasitas buffer tinggi akan menyebabkan
tingginya proteolisis protein (Hassanat dkk., 2007). Bahan kering yang rendah
dan kapasitas buffer yang tinggi akan menyebabkan koefisien fermentasi yang
menggambarkan kualitas silase menjadi rendah (Weissbach dan Honig, 1996).
Kadar BK kurang dari 20% menyebabkan resiko pembusukan dan ehilangan BK
selama ensilase menjadi tinggi.
Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan silase limbah sayuran yang digunakan
Nama Bahan
Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak UNILA (2015)
Proses pembuatan silase (ensilage) akan berjalan optimal apabila pada saat
proses ensilase diberi penambahan akselerator. Akselerator dapat berupa
inokulum bakteri asam laktat ataupun karbohidrat mudah larut. Fungsi dari
penambahan akselerator adalah untuk menambahkan bahan kering untuk
mengurangi kadar air silase, membuat suasana asam pada silase, mempercepat
proses ensilase, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur,
merangsang produksi asam laktat dan untuk meningkatkan kandungan nutrien
12
D. Jenis dan Kandungan Nutrisi Akselerator
Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai akselerator antara lain dedak padi,
tepung gaplek dan molasses. Molases adalah hasil ikutan dari limbah perkebunan
tebu yang berwarna hitam kecoklatan kandungan gizi yang cukup baik
didalamnya sangat baik digunakan sebagai bahan tambahan pakan ternak, selain
itu molases juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang
penting bagi ternak seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng.
Molases memiliki kelemahan yakni kadar kaliumnya yang tinggi dapat
menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak. Keuntungan penggunaan
molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60% sebagai
gula), kadar mineral cukup dan disukai ternak (Yudith, 2010).
Tabel 3. Kandungan nutrisi akselerator yang digunakan
Nama Bahan
Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak UNILA (2015)
Penambahan akselerator tepung gaplek dan molases menghasilkan silase yang
baik dari segi bau yaitu asam seperti khas tape, hal ini dikarenakan tepung
gaplek mengandung pati. Safarina (2009) menyatakan selama proses ensilase
pati yang terkandung di dalam tepung gaplek diubah menjadi gula melalui proses
sakarisasi sebelum proses fermentasi, sedangkan molases mengandung
karbohidrat (sukrosa) yang merupakan golongan disakarida sehingga mudah
13
memproduksi asam laktat dan menyebabkan penurunan pH yang menghasilkan
silase berbau asam.
Penambahan dedak padi sebagai sumber karbohidrat diharapkan dapat mudah
larut dan dapat dengan cepat dimanfaatkan oleh BAL sebagai nutrisi untuk
pertumbuhannya (Hartadi dkk., 1993). Silase batang pisang yang ditambah
dedak padi menghasilkan bau silase yang tidak berbau. Hal ini dikarenakan
karbohidrat yang terdapat pada dedak padi (pati dan selulosa), serta SK 11,6%
dan BETN 48,3% yang menyebabkan penguraian karbohidrat oleh bakteri
asam laktat (BAL) untuk memproduksi asam laktat tercapainya lambat
sehingga pH yang dihasilkan diatas empat (McDonald, 1981).
E. Pengaruh penambahan karbohidrat terhadap nutrisi silase
Fungsi bahan tambahan yang mengandung karbohidrat fermentable adalah
sebagai bahan bagi terbentuknya asam laktat, sehingga dapat mempercepat
terbentuknya suasana asam dengan derajat keasaman optimal. Oksigen yang
tersisa dalam awal proses ensilase dapat memengaruhi proses dan hasil yang
diperoleh. Proses respirasi tanaman akan tetap berlangsung selama masih tersedia
oksigen. Respirasi dapat meningkatkan kehilangan bahan kering, mengganggu
proses ensilase, menurunkan nilai nutrisi dan kestabilan silase. Produksi asam
laktat oleh BAL menurunkan pH (menurunkan keasaman) silase dan menjadi
kunci stablitas dan pengawetan silase (Surono dkk. 2006)
Penambahan sumber karbohidrat dilakukan untuk menjaga kestabilan kandungan
nutrisi silase dengan menjadi substrat utama bagi bakteri penghasil asam laktat
14
Fathul dkk (1997) menyatakan bahwa protein bentukan baru pada pengawetan
hijauan pakan ternak secara fermentasi tersusun dari penggabungan antara N
bebas dari bangkai bakteri dan senyawa sisa asam lemak volatile (campuran asam
asetat, propionat dan butirat) yang telah kehilangan ion O, N dan H. Terbebasnya
O, N dan H tersebut disebabkan oleh peningkatan suhu selama proses fermentasi.
Masuda dkk.,(2000) menyatakan bahwa penambahan bahan yang kaya akan
karbohidrat fermentable dapat mempercepat penurunan pH, karena karbohidrat
fermentable merupakan energi bagi pertumbuhan bakteri pembentuk asam laktat
dan asam laktat yang dihasilkan bereaksi dengan NH3. Selain itu bakteri juga
dapat memfiksasi NH3 sebagai sumber N untuk perkembangbiakannya, sehingga
mengurangi jumlah amonia (NH3) yang terlepas ke atmosfer. Unsur N yang
terdapat pada amonia (NH3) akan digunakan oleh mikroba untuk melakukan
sintetis protein sehingga penggunaan NH3 yang optimal dapat meningkatkan
kandungan nutrien (protein kasar).
Prihatini (2007) menyatakan bahwa degradasi bahan organik dengan teknologi
fermentasi dalam pembentukan NH3akan banyak digunakan dalam sintesis protein
mikroba rumen. Hubungan produksi NH3dengan sintesis protein mikroba adalah
berbanding terbalik dimana penurunan konsentrasi NH3diiringi dengan
meningkatnya aktivitas sintesis protein mikroba.
Keberadaan serat kasar dalam tanaman diakibatkan oleh adanya kandungan lignin
yang melingkupi selulosa dan hemiselulosa pada dinding sel tanaman. Pada
fermentasi pakan hijauan harus mempertimbangkan perubahan kandungan serat
15
hemiselulosa merupakan suatu karbohidrat, pada waktu hijauan pakan ternak
difermentasi, bakteri berkembang biak dengan cepat dan memfermentasi
karbohidrat menjadi asam organik terutama asam laktat (Darmono, 1993).
Fermentasi dapat dipercepat dengan penambahan bahan aditif, sehingga aktivitas
mikroorganisme dalam menguraikan lignin dari selulosa dan hemiselulosa yang
ada dalam hijauan juga semakin cepat dan dapat memengaruhi kadar serat kasar
pada akhir proses ensilase.
Peningkatan aktivitas bakteri akan terjadi selama fermentasi. Aktivitas bakteri pada
proses fermentasi dengan sendirinya akan meningkatkan kandungan lemak karna
hasil fermentasi umunya memiliki kandungan asam lemak yang cukup tinggi
(Suparmo,1989). Adanya pemanfaatan bahan organik oleh bakteri untuk
membentuk selnya selama proses fermentasi dapat meningkatan kadar protein pada
pembuatan silase (Jenie dkk., 1995)
Penurunan kadar BETN dan serat kasar pada proses fermentasi dapat disebabkan
oleh berbagai hal. Menurut Tilman dkk. (1998) penurunan kadar serat kasar dapat
diakibatkan komponen serat kasar seperti selulosa dan hemiselulosa dan
lignoselulosa yang mengalami degradasi enzimatik oleh bakteri menjadi gula-gula
sederhana. Kondisi ini pula yang menyebabkan adanya peningkatan kadar BETN
16
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014--Januari 2015 di Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan limbah sayuran yang diperoleh dari Pasar Gintung
yang terdiri atas kol, sawi putih, klobot jagung, dan buncis. Sumber karbohidrat
yang digunakan yakni dedak, tepung gaplek, dan molases. Imbangan sayur yang
digunakan sesuai dengan. Tabel 4. Selain itu, diperlukan bahan-bahan
laboratorium berupa petroleum ether, kertas saring biasa, H2SO4 0,25 N, NaOH
0,313 N, aseton, air suling hangat, kertas suling whatman ashless, kertas lakmus.
Tabel 4. Komposisi limbah sayuran yang digunakan dalam % bahan kering :
Jenis sayuran Imbangan
Kol 25%
Sawi putih 25%
Buncis 25%
17
2. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yakni kantung plastik, pisau,
nampan, terpal plastik, timbangan anlitik, oven, erlenmeyer, soxhlet apparatus,
pH paper universal, crude fiber apparatus, kain linen, dan beaker glass.
C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan
sebagai berikut.
P0 = limbah sayuran tanpa akselerator
P1 = limbah sayuran + dedak (10 % berat silase )
P2 = limbah sayuran + tepung gaplek (10% berat silase)
P3 = limbah sayuran + molasses (10% dari berat silase ).
Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga jumlah satuan percobaan ada
12 unit. Data dianalisis dengan analisis ragam dengan taraf nyata 5 % dan atau 1
%. Apabila diperoleh hasil yang nyata pada taraf nyata 5% maka akan dilanjutkan
pada Uji Beda Nyata Terkecil. Tata letak perlakuan yang digunakan yakni:
Tabel 5. Tata letak perlakuan RAL :
P2U2 P2U1 P1U3 P3U1
P3U2 P0U3 P1U2 P3U3
18
D. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan silase limbah sayuran:
a. mengumpulkan limbah sayuran dalam bentuk segar dengan jumlah
menurut kadar air masing-masing bahan (penghitungan bahan segar tertera
pada lampiran)
b. pemotongan limbah sayuran dengan ukuran 2--3 cm kemudian
melayukannya di bawah sinar matahari selama hingga mencapai kadar air
65%;
c. setelah layu limbah sayuran di campur dengan formulasi yang terdiri dari
imbangan 25% kol, 25% sawi putih, 25% buncis dan 25% kulit jagung dan
dicampur hingga homogen;
d. membagi sayuran menjadi 12 perlakuan dengan berat masing-masing 1 kg;
menambahkan 10% dedak padi;
menambahkan 10% tepung gaplek;
menambahkan 10% molases;
e. mengemas masing-masing perlakuan dengan plasik dan menali erat-erat.
f. menyimpan silase selama 21 hari secara anaerob
g. silase yang telah disimpan kemudian di analisis proksimat untuk
mengetahui kadar lemak kasar, serat kasar, protein kasar, bahan ekstrak
tanpa nitrogen dan pH.
E. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi pemeriksaan kualitas nutrisi
(LK, SK,PK dan BETN) limbah sayuran.
19
a. memanaskan kertas saring biasa (6x6 cm3) di dalam oven selama 6 jam,
kemudian mendinginkannya di dalam desikator selama 15 menit,
b. menimbang bobot kertas saring tersebut (A),
c. menambahkan sampel analisis ± 0,1 gram kemudian menimbang bobot
kertas sampel yang sudah ditambahkan sampel analisis (B),
d. melipat kertas saring tersebut,
e. memanasakan di dalam oven 1050 selama 6 jam, kemudian
mendinginkannya di dalam desikator selama 15 menit. lalu menimbang
bobotnya (C),
f. memasukan kertas saring ke dalam soxhlet (ekstraktor)
g. menghubungkan soxhlet dengan labu didih,
h. memasukan 300 ml petroleum ether atau chloroform ke dalam soxhlet,
i. menghubungkan soxhlet dengan kondensor,
j. mendidihkan selama 6 jam (dihitung mulai dari mendidih),
k. menghentikan alat pemanas, lalu menghentikan aliran air,
l. mengambil lipatan kertas saring yang berisi residu dan memanaskannya di
dalam oven 105o selama 6 jam kemudian mendinginkannya di dalam
desikator selama 15 menit,
m. menimbang bobotnya (D),
n. menghitung kadar lemak dengan rumus :
Kadar LK (%) =
Keterangan : Kadar LK = Banyaknya lemak (gram)
Kadar BK = kadar bahan kering (%)
20
B = bobot kertas saring berisi sampel sebelum
dipanaskan (gram)
D = bobot kertas saring berisi residu sesudah
dipanaskan (gram)
2. Kadar serat kasar:
a. menimbang kertas saring (A),
b. memasukan sampel analisis ±0,1 gram lalu menimbang bobot kertas saring
yang berisis sampel (B),
c. menimbang sampel analisis ke dalam erlenmeyer,
d. menambahakan 200 ml H2SO4 0,25 N dengan menghubungkan gelas
erlenmeyer dengan kondensor,
e. memanaskan selama 30 menit (terhitung sejak mendidih),
f. menyaring dengan corong kaca beralas kain linen,
g. membilas dengan air suling panas dengan botol semprot sampai bebas
asam,
h. melakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas asam (kertas lakmus
tidak menjadi warna merah)
i. memasukan kembali kertas residu ke dalam gelas erlenmeyer,
j. menambahakan 200 ml NaOH 0,313 N. menghubungkan gelas
erlenmeyer, dengan kondensor,
k. memanaskan selama 30 menit (terhitung sejak mendidih),
l. menyaring dengan corong kaca beralas kertas saring whatman ashless no.
541 dengan diameter 12 cm yang sudah diketahui bobotnya (C),
21
n. melakukan uji kertas lakmusuntuk mengetahui bebas asam (kertas lakmus
tidak menjadi warna biru),
o. membilas dengan aseton,
p. memanaskan di dalam oven 1350 selama 3 jam lalu mendinginkannya di
dalam desikator selama 15 menit,
q. menimbang bobotnya (D),
r. meletakkan ke dalam cawan porselen yang sudah diketahui bobotnya (E),
s. mengabukan di dalam tanur 6000 selama 2 jam,
t. mematikan tanur lalu mendiamkan selama 2 jam sampai warna merah
membara pada cawan tidak lagi nampak,
u. mendinginkan di dalam desikator sampai mencapai suhu ruang kemudian
timbang (F),
v. menghitung kadar serat kasar dengan rumus berikut :
Kadar SK (%) =
Keterangan : Kadar SK = kadar serat kasar (%)
A = bobot kertas saring (gram)
B = bobot kertas saring berisi sampel (gram)
C = bobot kertas saring whatman ashless
D = bobot kertas saring whatman ashless berisi residu (gram)
E = bobot cawan porselen (gram)
F = bobot cawan porselen berisi abu (gram)
w. melakukan anlisis secara duplo dan menghitung nilai rata-rata kadar serat
22
3. Kadar protein kasar
a. menimbang kertas saring(A);
b. memasukan sampel analisis sebanyak ± 0,1 gram lalu menimbang kertas
saring yang berisi sampel;
c. melipat kertas saring
d. memasukan kertas saring ke dalam labu kjeldahl lalu menambahkan 5 ml
H2SO4 pekat
e. menambahkan 0,2 gram atau secukupnya katalisator
f. menyalakan alat destruksi, lalu memulai proses destruksi;
g. mematikan alat destruksi jika sampel berubah menjadi jernih kehijauan;
h. mendiamkan di ruang asam dan menambahkan 200 ml aquades
i. menyiapkan H3BO3 pada erlenmeyer, lalu meneteskan 2 tetes indikator.
Memasukan ajung kondensor ke Erlenmeyer dalam posisi terendam lalu
menyalakan alat destilasi;
j. menambahkan 50 ml NaOH 45% ke labu kjeldahl (jangan sampai
terkocok)
k. mengamati larutan pada erlenmeyer (berubah menjadi hijau)
l. mengangkat ujung alat kondensor yang terendam apabila larutan menjadi
50cc dari gelas tersebut lalu mematikan alat destilasi;
m. menyiapkan alat titrasi lalu mengamati larutan pada Erlenmeyer;
n. menghentikan titrasi jika larutan menjadi ungu
o. mengamati buret dan membaca angkanya (L2) dan menghitung jumlah
NaOH (L1-L2)
p. melakukan kembali langkah langkah tersebut tanpa menggunakan
23
q. menghitung presentase nitrogen;
r. menghitung kadar protein dengan rumus :
Kadar PK = N x fp
Kadar PK = kadar protein kasar (%)
N = kandungan nitrogen (%)
Fp = angka faktor protein (nabati 6,25 ; hewani 5,56 )
s. melakukan percobaan secar duplo lalu menghitung nilai rata rata
kandungan kadar protein sampel.
t. Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen
4. Kandungan BETN
Perhitungan kadar BETN adalah sebagai berikut :
Kadar BETN = 100% - (Kadar Air+Kadar Abu+Kadar PK+Kadar
LK+Kadar SK)
Keterangan : Kadar BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen
KadarAir = kadar air (%)
Kadar Abu = kadar abu (%)
Kadar PK = kadar protein (%)
Kadar LK = kadar lemak (%)
32
V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penambahan sumber karbohidrat yang berbeda berpengaruh sangat nyata
terhadap kandungan lemak kasar, protein kasar, dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar serat kasar di dalam
silase limbah sayuran;
2. Penambahan sumber karbohidrat terbaik dalam meningkatkan kandungan
nutrisi dalam silase (protein kasar dan lemak kasar) adalah dengan
penambahan dedak padi sebanyak 10%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian
36
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cullison, A. E. 1975. Feed And Feding. University Of George Reston Publishing Company Inc. Virginia.
Darmono. 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta
Elferink, S. J. W. H. O., F. Driehuis, J. C. GoĴschal and S. F.Spoelstra. 2000. Silage fermentation processes and their manipulation. In: Mannetje, L.T. Silage making in the tropics with particular emphasis on smallholders. Proceedings of the FAO electronic conference on tropical silage 1September to 15 December 1999.
Fardiaz, Srikandi. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1992.
Fathul, F., N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas Lampung. Lampung
Gunawan, B. Tangendaja, D. Zainuddin, J.Darma dan A. Thalib. 1988. Silase. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan Ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Hasni. 2009. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Silase dari Rumput Gajah (Pennisetum purpureum, Schumacher & Thonn) yang Diberi Pupuk Organik pada Berbagai Umur Pemotongan. Skripsi Sarjana, Makassar: Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Hassanat, F., A. F. Mustafa, and P. Seguin. 2007. Effects of in-oculation on ensiling characteristics chemical composition and aerobic stability of regular and brown midrib milled silages. Anim. Feed Sci. Technol. 139: 125 – 140.
37
Kalbande, V.H. dan C.T. Thomas. 2001. Effect of feeding bypass on rumen fermentation profile of crossbred cows. Asian-Aust. J. Anim. Science. 14:
974-978.
Kalsum, U dan O. Sjofjan. 2008. Pengaruh waktu inkubasi campuran ampas tahu dan onggok yang difermentasi dengan Neurosporasitophila terhadap
kandungan zat makanan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Bogor, 11 – 12 Nopember 2008. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 226 – 232.
Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak. Yayasan Dian Grahita. Jakarta
Laboratorium Nutrisi dan Makan Ternak. 2015. Hasil Analisis Proksimat Silase Limbah Sayuran. Universitas Lampung. Lampung
Masuda, Y., Yunus, M., Onba, N., Shimojo, M., and Furuse, M., 2000. Effect of Urea Molases on Napiergrass Silage Quality. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 13 (11) : 1542-1547
McDonald, P. 1981. Biochemistry of Silage. John Wiley and Sons. New York
McDonald, P., R.A. Edward and J.F.D. Greenhalgh. 1994. Animal Nutrition 4thED.
ELBS Longman. London.
Miron, J., R. Solomon, G. Adin, U. Nir, M. Nikbachat, E. Yosef, A. Carmi, Z.G. Weinberg, T. Kipnis, E. Zuckerman, and D. B. Ghedalia. 2006. Effect of harvest stage and re-growth on yield, composition, ensilage and in vitro digestibility of new forage sorghum varieties. Journal Scinece Food Agriculture 86: 140–147
Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan hlm 14-55. IPB Press. Bogor
Muktiani, A., J. Achmadi, dan B.I.M. Tampubolon. 2005. Teknologi Pengolahan Sampah sebagai Pakan Ruminansia serta Upaya Detoksifikasi Logam Berat melalui suplementasi Alginat dan Mineral Organik. Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. (Laporan Penelitian).
. 2006a. Potensi Sampah Organik sebagai Pengganti Rumput Ditinjau dari Parameter Metabolisme Rumen Secara In Vitro dan Kandungan Logam Berat Timbal (Pb). Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan : 108—114. Fakultas Peternakan. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto
38
Hibah Bersaing XIII Tahun Ke-2. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang
. 2007. Fermentabilitas Rumen
Secara In Vitro Terhadap Sampah Sayur yang Diolah. Jurnal
Pengembangan Peternakan Tropis 32 (1) : 44—50 Universitas Diponegoro. Semarang
Muwakhid, B. 2005. Isolasi, Seleksi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Isolat Sampah Organik Pasar. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana. Universitas Brawijaya. Malang
Nishino, N., H. Harada., and E. Sakaguchi. 2003. Evaluation of fermentation and
aerobic stability of wet brewers’ grains ensiled alone or in combination with
various feeds as a total mixed ration. Journal Science Food Agriculture 883: 557 – 563
Ohmomo, S., O. Tanaka, H.K. Kitamoto and Y. Cai. 2002. Silage and Microbial Performance, OldStory but New Problems. J. JARQ 36 (2) 59 –71
Ohshima, M., E. Kimura., dan Y, Hiroshi. 1997. Method of Making Good Quality Silage from Direct Cut Alfalfa by Spraying Previously Fermented Juice. Anim. Feed Sci. Technol 66: 129–137
Preston and J. A. Leng, 1987. Drought Feeding Strategies Theory and Fractice. Feel Valley Printery, New South Wales.
Prihartini, Indah., S Chuzaemi dan O. Sofjan. 2007. Parameter Fermentasi Rumen dan Produksi Gas in vitro Jerami Padi Hasil Fermentasi Inokulum
Lignolitik. Jurnal Protein (15) 1: 23-34
Purbowati, E., E. Baliarti, dan S. P. S. Budhi. 2003. Kondisi cairan rumen domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan dasar dan aras konsentrat berbeda. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 28 :134 – 140
Safarina. 2009. Optimalisasi Kualitas Silase Daun Rami (Boehmeria nivea, L.
GAUD) Melalui Penambahan Beberapa Zat Aditif. Skripsi. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sandi, S., E. Laconi, A. Sudarman, K.G. Wiryawan, dan D. Mangundjaja. 2010. Kualitas Nutrisi Silase Berbahan Baku Singkong yang Diberi Enzim Cairan Rumen Sapi dan Leuconostoc mesenteroides. Media Peternakan 33 (1) :
25—30
39
Suparmo. 1989. Aspek Nutrisi Makanan Hasil Fermentasi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Surono, M. Soejono, dan S.P.S. Budhi. 2006. Kehilangan Bahan Kering dan Bahan Organik Silase Rumput Gajah pada Umur Potong dan Level Aditif yang Berbeda. J.Indon. Trop. Anim. Agric. 31 (1) : 62—67
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawiro Kusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Utomo, R dan Soedjono, M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Van Dervoorde, L., Van Dewoestyne, B. Bruyneel, H. Christiaeus and W. Verstraete. 1994. Critical Factor Governing the Competive Behaveor of Lactic Acid Bacteria in Mixed Cultures. In the Lactic Acid Bacteria. Vol. I. The Lactic Acid Bacteria in Health and Disease. Brian, J and N.V. Wood (Eds). Lactic Academic and Proffessional pp 356 – 367. London
Van Soest and Peter J. 1982. Nutrient Ecology of The Ruminant. Ruminant Metabolism, Nutritional Strategies, The Cellulolytic Fermentation and Chemistry of Forages and Plant Fiber. Cornell University. New York
. 1994. Nutrient Ecology of The Ruminant. Ruminant Metabolism, Nutritional Strategies, The Cellulolytic Fermentation and Chemistry of Forages and Plant Fiber 2nd Edition. Cornell University. New York
Weissbach, F., and H. Honig. 1996. Über die Vorhersage und Steuerung des Garungsverlaufs bei der Silierung von Grunfutter aus extensivem Anbau. Landbauforschung Volkenrode, 1: 10—17. Germany
Wickes, R .B . 1983 . Feeding Experiments with Dairy Cattle . h .70-73 . Dalam Penyunting Ternouth, J .H. Dairy Cattle Research Techniques . Department of Primary Industries . Queensland
Yudith Taringan A., 2010. Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase