• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA

KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh

SAFII NIM 1206532

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN

CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

Oleh

SAFII

Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah saru syarat

memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan

pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© SAFII 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Karya Tulis Ilmiah ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan

(3)
(4)

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA

KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

Oleh

Safii, Suci Tuty Putri1, Tirta Adikusuma2

Prodi DIII Keperawatan

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Tuberkulosis merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Tuberkulosis masih menjadi salah satu pembunuh utama bagi manusia, jika tidak diobati dengan baik maka penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada hampir setengah kasus selama 5 tahun setelah menderita penyakit ini. Kepatuhan rata-rata pasien pada pengobatan jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan merupakan masalah kesehatan yang serius dan sering terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, seperti pada penyakit Tuberkulosis Paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung. Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 21 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien Tuberkulosis Paru memiliki kepatuhan terhadap regimen terapeutik yaitu diperoleh 16 orang (76%), yang tidak patuh diperoleh 5 orang (24%). Alasan yang paling banyak diungkapkan oleh responden yang patuh adalah karena ingin cepat sembuh dari penyakitnya, bisa beraktivitas kembali seperti biasa sebelum sakit, dukungan dari keluarga responden dan informasi yang didapatkan dari petugas puskesmas sangat baik sehingga termotivasi untuk patuh meminum obat. Diharapkan semua pihak diantaranya keluarga pasien, pemerintah dan tenaga kesehatan untuk lebih memotivasi pasien Tuberkulosis Paru untuk kepatuhan berobat dan melakukan pendidikan kesehatan terhadap pasien Tuberkulosis Paru untuk meningkatkan keberhasilan terapi pengobatan.

Kata kunci : Kepatuhan, Regimen Terapeutik dan Tuberkulosis Paru.

1Penulis Penanggungjawab 2

(5)

COMPLIANCE PICTURE TUBERCULOSIS PATIENT THERAPEUTIC REGIMENS IN LUNG AGAINST PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN

CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII

Prodi Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia

Email : Safii@student.upi.edu

ABSTRACT

Tuberculosis is an infectious disease that can cause death, disease is spread through droplet of people who have been infected with the tuberculosis bacillus. Tuberculosis is one of the major killer of humans at this time, the disease can cause death in almost half of cases for 5 years after the disease. The average patient compliance in long-term treatment of chronic diseases in developed countries is only 50%, while in developing countries the number is lower. Noncompliance of patients in the treatment of a serious health problem and often occurs in patients with chronic diseases, such as Tuberculosis disease. This study aims to determine the compliance of pulmonary Tuberculosis patients in sub-district Puskesmas Padasuka Cibeunying Bandung Kidul. Design of this research is quantitative descriptive. Data were collected using questionnaires and accidental sampling with a sample of 21 people. The results showed that the majority of patients with pulmonary tuberculosis have adherence to therapeutic regimens is obtained by 16 people (76%), which do not comply obtained 5 people (24%). The most reason expressed by respondents who are obedient because they want toget well from his illness, can do aktivity before ill, the support of family respondents and the information obtained from health center personnel very good so motivated to obey taking drugs. It is hoped all parties including the patient's family, the government and health professionals to better motivate patients for pulmonary Tuberculosis treatment compliance and conduct health education for patients with pulmonary Tuberculosis to increase the therapeutic efficacy of treatment.

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pernyataan... iii

Kata Pengantar ... iv

Ucapan Terimakasih... v

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Bagan ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Perilaku ... 6

B. Bentuk Perilaku ... 6

C. Perilaku Kesehatan ... 6

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia ... 8

E. Kepatuhan Pasien ... 9

F. Penyakit Tuberkulosis ... 11

G. Regimen Terapeutik ... 21

H. Kerangka Pemikiran ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Partisipan ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

E. Instrument Penelitian ... 29

F. Definisi Operasional... 30

(7)

H. Etika Penelitian ... 33

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Temuan ... 35

B. Pembahasan ... 36

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 39

A. Simpulan ... 39

B. Implikasi ... 39

C. Rekomendasi ... 39

D. Keterbatasan Penelitian ... 40

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa

menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang

telah terinfeksi basil tuberkulosis (Depkes RI, 2013). Masalah Tuberkulosis

didunia diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien

Tb baru dan 3 juta kematian akibat Tb diseluruh dunia. Diperkirakan 95%

kasus Tb dan 98% kematian akibat Tb didunia, terjadi pada negara-negara

berkembang. Demikian juga kematian wanita akibat Tb lebih banyak dari

pada kematian karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Depkes RI, 2011).

Tuberkulosis merupakan masalah global dimana World Health

Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun masih terdapat sekitar

sembilan juta penderita Tb paru baru dengan kematian sekitar 1,1 sampai 1,6

juta orang termasuk kasus Tb dengan HIV positif. Penyakit Tb masih menjadi

pembunuh nomor dua didunia dari seluruh penyakit infeksi setelah HIV yang

diperkirakan telah membunuh 1,8 juta tahun 2008 (Depkes RI, 2009).

Tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi tantangan dalam masalah

kesehatan masyarakat baik global maupun nasional. Berdasarkan Global

Tuberculosis Control WHO Report tahun 2007, Indonesia berada di peringkat

ketiga jumlah kasus tuberkulosis terbesar di dunia (528.000 kasus) setelah

India dan Cina. Dalam laporan serupa tahun 2009, Indonesia mengalami

kemajuan menjadi peringkat kelima (429.730 kasus) setelah India, Cina,

Afrika Selatan dan Nigeria (Depkes RI, 2011).

Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan

jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Kasus baru Batang Tahan Asam positif (BTA) ditiga provinsi tersebut hampir

sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. Pravelensi Tb

berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain,

(9)

2

didiagnosis kasus Tb oleh tenaga kesehatan. Penyakit Tb paru ditanyakan

pada responden untuk kurun waktu < 1 tahun berdasarkan diagnosis yang

ditegakkan oleh tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto thoraks

atau keduanya. Hasil Riskesdas 2013 tersebut tidak berbeda dengan Riskesdas

2007 yang menghasilkan angka prevelensi Tb paru 0,4% (Riskesdas, 2013).

Pada tahun 2012 dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Kotouki,

2012) di Puskesmas Ciomas kabupaten Bogor lebih dari separuh responden

pasien tuberkulosis berumur 45 tahun 57,7%. Setengah dari separuh tidak tahu

dahak dapat menular 23,9%. Setengah dari separuh tidak patuh minum obat

25,4%. Lebih dari separuh buang dahak sembarang 52,1% (Kotouki, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 76 total responden di Puskesmas

Kecamatan Pancoran Mas Depok, ditemukan bahwa jumlah responden yang

patuh terhadap pengobatan Tb paru lebih besar dibandingkan dengan

responden yang tidak patuh. Responden yang patuh berjumlah 43 responden

(56,58%) sedangkan responden yang tidak patuh berjumlah 33 (43,42%)

(Hayati, 2011).

Hasil laporan Dinas Kesehatan Kota Bandung 2011, dari puskesmas

yang ada di Kota Bandung pada tahun 2011 ditemukan penderita Tuberkulosis

secara klinis dan laboratoris sebanyak 2.482 kasus. Bila dibandingkan dengan

tahun lalu, penemuan kasus Tb sebesar 2.506 kasus, sehingga berarti terjadi

penurunan penemuan kasus sebesar 124 kasus. Penderita Tuberkulosis

dengan Tb BTA (+) sebanyak 1.137 bila dibandingkan dengan tahun lalu

terdapat peningkatan yaitu 69 kasus. Penderita Tb BTA (+) sebanyak 1.137

penderita tersebut yang 1.075 (94,54 %) diantaranya telah diobati (Dinkes

Kota Bandung, 2011).

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman Tb (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala

tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas,

nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari

(10)

3

Tuberkulosis masih menjadi salah satu pembunuh utama bagi manusia,

jika tidak diobati dengan baik maka penyakit ini dapat menyebabkan kematian

pada hampir setengah kasus selama 5 tahun setelah menderita penyakit ini.

Adanya kontak dengan Batang Tahan Asam (BTA) positif dapat menjadi

sumber penularan yang berbahaya karena berdasarkan penelitian akan

menularkan sekitar 65% orang disekitarnya. Sumber penularan adalah pasien

Tb Paru dengan BTA positif terutama pada waktu batuk atau bersin, dimana

pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet

nuclei) jika tidak segera diobati maka dalam jangka waktu satu tahun akan

menular ke 10- 15 orang (Depkes RI, 2008).

Kepatuhan rata-rata pasien pada pengobatan jangka panjang terhadap

penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara

berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Ketidakpatuhan pasien

dalam pengobatan merupakan masalah kesehatan yang serius dan sering

terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, seperti pada penyakit tuberkulosis

paru. Banyak faktor yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap terapi Tb

paru, termasuk karakteristik pasien, hubungan antara petugas pelayanan

kesehatan dan pasien, regimen terapi dan sistem penyelenggara pelayanan

kesehatan (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 9 Mei

2015 lalu di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota

Bandung, dengan melakukan wawancara mengenai kepatuhan minum obat

terhadap 4 orang pasien Tb paru yang sedang melakukan pengobatan rutin

setiap satu minggu sekali. Diketahui bahwa 2 dari 4 pasien Tb paru

mengatakan masih tidak patuh minum obat dengan sesuai jadwal yang sudah

ditentukan oleh tenaga medis. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti lebih

lanjut mengenai gambaran kepatuhan pasien Tb paru terhadap regimen

terapeutik di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota

(11)

4

B. Rumusan Masalah

Jumlah kasus Tb tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan

jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pravelensi Tb berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk.

Dengan kata lain , rata-rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400

orang yang didiagnosis kasus Tb oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar

belakang di atas dapat di rumuskan masalah pada penelitian ini adalah

“Bagaimanakah gambaran kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru terhadap

regimen terapeutik di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul

Kota Bandung?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru

terhadap regimen terapeutik di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying

Kidul Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pengembangan ilmu keperawatan dan dapat memperluas ilmu lebih

khususnya mengenai kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru terhadap

regimen terapeutik.

2. Manfaat Praktis

a. Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung

Hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi pihak

puskesmas terkait dalam pemberian pendidikan kesehatan

mengenai gambaran kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru terhadap

regimen terapeutik di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying

(12)

5

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan

pendidikan kesehatan mengenai gambaran kepatuhan pasien

Tuberkulosis Paru terhadap regimen terapeutik khususnya pasien

Tuberkulosis Paru.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar dan referensi bagi

penelitian terkait dengan gambaran kepatuhan pasien Tuberkulosis

paru terhadap regimen terapeutik.

E. Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah

Untuk mempermudah dalam penyusunan selanjutnya, maka penulis

memberikan rancangan isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan. Merupakan uraian tentang latar belakang penelitian,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Kajian Pustaka. Merupakan landasan teori pengertian perilaku,

bentuk perilaku, perilaku kesehatan, faktor faktor yang mempengaruhi

perilaku manusia, kepatuhan pasien, penyakit tuberkulosis, pengobatan

tuberkulosis.

BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan desain penelitian,

partisipan, populasi dan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian,

prosedur penelitian, pengolahan dan analisis data, dan etika penelitian.

BAB IV Temuan dan Pembahasan. Pada bab ini membahas mengenai

pengolahan atau analisis data serta pembahasan temuan.

BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Bab ini membahas

mengenai hasil analisis temuan. Selain itu, pada bab ini juga dibahas

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kuantitatif. Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan

kerangka acuan bagi peneliti untuk mengkaji hubungan antar variabel dalam

suatu penelitian (Riyanto, 2011). Penelitian deskriptif didefinisikan suatu

penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi didalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

B. Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah warga yang

bertempat tinggal di Kecamatan Cibeunying Kidul dan merupakan pasien Tb

paru yang rutin melakukan pengobatan dan pemeriksaan di Puskesmas

Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh pasien

Tb paru yang kontrol dan berobat di Puskesmas Padasuka, Kecamatan

Cibeunying Kidul, Kota Bandung Jawa Barat yang melakukan pengobatan

setiap satu kali dalam seminggu mencakup kunjungan baru dan lama

dengan jumlah 60 pasien.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan

adalah metode non-probability sampling dan pemilihan sampel yang

diambil ditentukan dengan teknik accidental sampling yaitu teknik

penentuan sampel secara kebetulan, yaitu pasien Tb paru yang kontrol dan

berobat di Puskesmas Padasuka, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota

(14)

29

pada tanggal 26 Mei 2015 dan 09 Juni 2015 dengan jumlah sampel yang

diperoleh 21 responden.

D. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Padasuka,

Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung Jawa Barat.

2. Waktu penelitian

Pengambilan data dilakukan 2 minggu pada tanggal 26 Mei 2015

dan 09 Juni 2015 di Puskesmas Padasuka, Kecamatan Cibeunying Kidul

Kota Bandung pada pasien Tb Paru.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner tertutup.

Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang disusun dengan menyediakan pilihan

jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban

yang dipilih (Risal, 2011). Kuisioner ini digunakan untuk mengukur gambaran

kepatuhan pasien Tb Paru terhadap regimen terapeutik. Dalam kuisioner ini

menggunakan pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”. Apabila memilih

jawaban “YA” maka mendapat skor 0 dan apabila memilih jawaban “TIDAK” mendapat skor 1.

Penelitian ini menggunakan kuesioner kepatuhan berobat pasien Tb

paru sebelumnya yang dilakukan oleh (Hayati, 2011). hasil uji validitas

kuesioner tersebut menunjukan korelasi positif dan memberikan nilai rhitung

(pearson correlation) yang lebih besar dibandingkan dengan rtabel (0,444).

Oleh karena itu, kuesioner dapat dinyatakan valid. Sementara itu, uji

reabilitasnya memberikan hasil bahwa nilai cronbach’s alpha yaitu 0,718.

(15)

30

F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang

lingkup atau pengertian variabel–variabel yang diamati atau diteliti

[image:15.595.147.517.191.457.2]

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

G. Prosedur Penelitian

Langkah – langkah penelitian berguna untuk mempermudah dalam

menyelesaikan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Setelah seminar proposal peneliti melakukan revisi serta

bimbingan kembali pada dosen pembimbing. Peneliti juga melakukan

persiapan perijinan seperti menyiapkan surat-surat yang diperlukan

untuk melakukan penelitian di Puskesmas Padasuka.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Padasuka Jalan

Padasuka No. 3, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung.

Penelitian akan dilaksanakan selama 2 minggu mulai tanggal 26 Mei

dan 9 Juni 2015.

Variabel Definisi Cara Pengukuran

Alat

Ukur Kategori

Skala Ukur Kepatu han minum obat pasien Tb paru. Kepatuhan minum obat yaitu pasien minum obat tepat waktu dan minum sesuai dengan anjuran petugas kesehatan yang telah ditentukan. Responden mengisi kuesioner atau wawancara.

Kuesioner 1. Patuh, jika responden mendapatkan total skor 8. 2. Tidak patuh, jika responden mendapatkan total skor < 8.

(16)

31

Setelah melakukan proses perizinan dengan pihak Puskesmas

Padasuka, proses pengumpulan data selanjutnya adalah memberikan

informed concent kepada responden, setelah itu peneliti memberikan

penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini, setelah

responden mengerti dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini, peneliti membagikan lembar kuesioner kepada para responden dan

responden diberikan kesempatan bertanya jika ada hal yang kurang

jelas. Setelah para responden selesai mengisi kuesioner, peneliti

melakukan pengecekan kelengkapan isi kuesioner, responden

dipersilakan untuk kembali ke ruang tunggu perawatan.

3. Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan data hasil tes

Adapun proses pengolahan data yang dilakukan dalam

menganalisa data yang diperoleh adalah sebagai berikut: (Aedi,

2010).

1) Pengeditan Data (Editing)

Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data

yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena

kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak

memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan.

Pengeditan data dilakukan untuk melengkapi kekurangan

atau menghilangkan kesalahan yang terdapat pada data

mentah. Kekurangan dapat dilengkapi dengan

mengulangi pengumpulan data atau dengan cara

penyisipan (interpolasi) data. Kesalahan data dapat

dihilangkan dengan membuang data yang tidak

memenuhi syarat untuk dianalisis.

2) Coding dan Tranformasi Data

Coding (pengkodean) data adalah pemberian

kode-kode tertentu pada tiap-tiap data termasuk

memberikan kategori untuk jenis data yang sama. Kode

(17)

32

untuk memberikan identitas data. Kode yang diberikan

dapat memiliki makna sebagai data kuantitatif (berbentuk

skor).

3) Tabulasi Data

Tabulasi adalah proses menempatkan data dalam

bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan

data sesuai dengan kebutuhan analisis.

b. Menganalisis data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalasi (Sugiyono, 2014). Data analisis

secara diskriptif ini nantinya menghasilkan distribusi dan persentase

dari setiap variabel, dan disajikan dalam bentuk narasi,tabel dan

diagram. Untuk mengetahui gambaran kepatuhan pasien Tb paru

terhadap regimen terapeutik diperoleh pengisian kuesioner. Selain itu,

penelitian ini menggunakan software statistik di komputer.

Rumus yang dipakai untuk menghitung persentase adalah sebagai

berikut :

x = x 100%

Keterangan :

x : hasil persentase

f : hasil pencapaian/ jumlah jawaban benar

n : hasil pencapaian maksimal/ jumlah total pernyataan

100% : bilangan konstanta tetap

Selanjutnya hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan

kedalam 2 kategori, yaitu:

a. Patuh : 100%

(18)

33

H. Etika Penelitian

Pada penelitian ilmu keperawatan, hampir 90 persen subjek penelitian

yang digunakan adalah manusia. Oleh karena itu, peneliti harus

memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika

dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian,

yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip

keadilan (Nursalam, 2008).

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari Penderitaan

Perlakuan pada penelitian ini dilaksanakan tanpa

mengakibatkan kerugian kepada subjek. Peneliti hanya memberikan

kuesioner pada responden tanpa adanya perlakuan ke responden.

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian tidak merugikan dalam

bentuk apapun bagi pihak manapun. Peneliti mengutamakan privasi

subjek dengan menggunakan ruangan khsusu selama pengisian

kuesioner, sehingga dapat diminimalisir kemungkinan eksploitasi

dalam pengisian kuesioner.

c. Risiko (Benefits ratio)

Penelitian ini sudah dipertimbangkan, bahwa tidak ada risiko

yang berakibat pada subjek setiap dilakukan pengumpulan data.

Penelitian ini tidak menimbulkan risiko karena sudah

dipertimbangkan isi dari tiap kuesioner untuk pengumpulan data.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect human dignity)

a. Hak untuk Ikut/Tidak Menjadi Responden (Right to self

determination)

Penelitian ini memperlakukan subjek secara manusiawi.

Subjek mempunyai hak kesediaan untuk menjadi subjek maupun

tidak, tanpa adanya sanksi atau paksaan dalam bentuk apapun.

Peneliti mengantisipasi dengan adanya pemberian inform consent

sebelum pengisian kuesioner.

(19)

34

Peneliti dalam hal ini memberikan penjelasan secara rinci

mengenai prosedur pengisian kuesioner, dalam pengisian kuesioner

ini semua subjek terjamin kerahasiaannya. Selain itu, peneliti juga

menjelaskan tujuan, manfaat dan kerugian yang dialami subjek

dalam pengisian kuesioner.

c. Informed consent

Subjek mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak responden. Pada informed consent

tercantum bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan

untuk pengembangan ilmu keperawatan.

3. Prinsip Keadilan (Right to justice)

a. Hak untuk Mendapatkan Perlakuan yang Adil (Right in fair

treathment)

Subjek penelitian dalam hal ini dilakukan secara adil dan baik

sebelum, selama dan sesudahn keikutsertaannya dalam penelitian

tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia.

Subjek diperlakukan secara adil dengan mengisi kuesioner yang

sama.

b. Hak Atas Kerahasiaannya (Right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dijaga kerahasiaannya, sehingga perlu adanya tanpa

nama (anonymity) dan rahasia (confidentially) dengan cara

menuliskan kode pada lembar observasi tanpa keterangan nama

lengkap dan alamat. Kerahasiaannya subjek terjamin karena dalam

pengisian kuesioner subjek tidak perlu mencantumkan nama, namun

peneliti hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner dan jika

(20)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa dari total responden sebanyak 21 orang dapat

ditemukan responden yang patuh sebanyak 16 orang (76%), namun masih

ditemukan responden yang tidak patuh sebanyak 5 orang (24%).

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa implikasi yang dapat

digunakan untuk peningkatan dalam bidang keperawatan, khususnya:

1. Pelayanan Keperawatan

Pelayanan kesehatan yang baik akan menentukan keberhasilan

dalam program pengobatan pada pasien Tb paru, upaya selanjutnya

melakukan pengawasan dalam pengobatan dan menerapkan strategi

pendidikan kesehatan terhadap pasien Tb paru di Puskesmas Padasuka

Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung.

2. Pendidikan Keperawatan

Kepatuhan pasien Tb paru yang tidak patuh untuk menjalankan

pengobatannya berdampak pada pendidikan keperawatan sehingga

perlu mengkaji lebih dalam mengenai kepatuhan pasien Tb paru

terhadap regimen terapeutik.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang diajukan yaitu:

1. Bagi Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota

Bandung

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi

untuk mengidentifikasi gambaran kepatuhan pasien Tb paru terhadap

regimen terapeutik dan diharapkan pihak puskesmas lebih memotivasi

pasien Tb untuk kepatuhan berobat dan melakukan pendidikan

(21)

40

2. Penelitian selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya

dengan suatu penelitian yang berkaitan dengan kepatuhan berobat dan

presentasi kesembuhan pasien Tb paru.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitin ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun

dengan demikian masih memiliki keterbatasan yaitu keterbatasan waktu yang

(22)

41

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ( 2008). Pedoman penaggulangan nasional TBC. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ( 2011). Pedoman penanggulangan nasional TBC. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ( 2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Pusat penelitian pengembangan kesehatan.

DEPKES. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari

http://depkes.go.id/download/riskesdas2013/hasil%20Riskesdas%202013. pdf diakses pada 12 maret 2015.

Dinas Kota Bandung. (2011). Profil Kesehatan Kota Bandung. Bandung.

Badan POM. (2006). Kepatuhan Pasien faktor penting dalam keberhasilan terapi. Jakarta: Badan POM Republik Indonesia.

Aditama, T. Y. Tuberkulosis paru masalah dan penanggulangannya. UI Press, Jakarta.

Hayati, A. (2011). Evaluasi kepatuhan berobat penderita tuberculosis paru tahun2010-2011 dipuskesmas pancoran mas depok.(skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Indonesia, Jakarta.

Hidayat.(2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Analisis Data. Jakarta :Salemba Medika.

Kementerian kesehatan RI (2014). Pusat Data dan Informasi. Jakarta selatan.

Kotouki, A. (2012). Gambaran perilaku penderita dan resiko tuberkulosis BTA positif dengan kepatuhan minum obat dan kebiasaan membuang dahak di wilayah puskesmas ciomas kabupaten bogor provinsi jawa barat.( skripsi). Sekolah Sarjana, Univeritas Indonesia, Jakarta.

Notoadmodjo, S. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi Ketiga.). Jakarta: Salemba Medika.

(23)

42

Risal, M. (2011). Kumpulan Artikel Bagus. (online). Tersedia di:

http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes-kuesioner-questionair.html. Diakses : 15 Maret 2015.

Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudoyo, A.W. dkk. (2006) Ilmu penyakit dalam. Jakarta : Depertemen ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas Indonesia.

Somantri, I. (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta : Salemba medika.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.

Tahan P. Hutapea. (2006) Pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat anti tuberkulosis RSUD Dr. saiful anwar malang. http://jurnalrespilogi.org/jurnal/april09/dukungan%20keluarga.pdf diakses pada tanggal 12 juni 2015.

World Health Organization. (2003). Adherance to long-term therapis evidence for action. Genewa: World Health Organization.

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

[r]

So, based on the data analysis, in which the researcher combined the result of the speaking test, the questionnaire, as well as the interview, it was revealed that there were

Setelah semua rangkaian encoder desimal ke biner tersusun, berikan input masukan dengan input berbeda.. Amati hasilnya dan cocokkan

An Analys is of the Eleventh Grade Students‟ Speaking Performance based on Krashen‟s (1982) Monitor Hypothesis at SMAN 4 Jember, Jember; Moh Rofid Fikroni, 110210401010; 2015; 100

Dengan mengikuti perkuliahan praktek, diharapkan mahasiswa memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan dapat berinteraksi dengan dosen dan mahasiswa lain dalam

Identifikasi Masalah merupakan uraian lengkap tidak mendalam tentang hubungan antara konsep yang dikandung judul dengan masalah pokok penelitiannya.. Identifikasi Masalah

Bahwa dalam rangka pembinaan dan pengembangan karier Hakim serta pengisian formasi pimpinan dan Hakim di lingkungan Peradilan Militer dibutuhkan adanya suatu rumusan

Bila pada waktu yang ditentukan Saudara tidak dapat memenuhi undangan pembuktian Kualifikasi ini maka perusahaan Saudara dinyatakan “GUGUR”. Demikian Kami sampaikan atas