GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA
KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
Oleh
SAFII NIM 1206532
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN
CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
Oleh
SAFII
Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah saru syarat
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan
pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© SAFII 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Karya Tulis Ilmiah ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan
GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA
KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
Oleh
Safii, Suci Tuty Putri1, Tirta Adikusuma2
Prodi DIII Keperawatan
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Tuberkulosis masih menjadi salah satu pembunuh utama bagi manusia, jika tidak diobati dengan baik maka penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada hampir setengah kasus selama 5 tahun setelah menderita penyakit ini. Kepatuhan rata-rata pasien pada pengobatan jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan merupakan masalah kesehatan yang serius dan sering terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, seperti pada penyakit Tuberkulosis Paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung. Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 21 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien Tuberkulosis Paru memiliki kepatuhan terhadap regimen terapeutik yaitu diperoleh 16 orang (76%), yang tidak patuh diperoleh 5 orang (24%). Alasan yang paling banyak diungkapkan oleh responden yang patuh adalah karena ingin cepat sembuh dari penyakitnya, bisa beraktivitas kembali seperti biasa sebelum sakit, dukungan dari keluarga responden dan informasi yang didapatkan dari petugas puskesmas sangat baik sehingga termotivasi untuk patuh meminum obat. Diharapkan semua pihak diantaranya keluarga pasien, pemerintah dan tenaga kesehatan untuk lebih memotivasi pasien Tuberkulosis Paru untuk kepatuhan berobat dan melakukan pendidikan kesehatan terhadap pasien Tuberkulosis Paru untuk meningkatkan keberhasilan terapi pengobatan.
Kata kunci : Kepatuhan, Regimen Terapeutik dan Tuberkulosis Paru.
1Penulis Penanggungjawab 2
COMPLIANCE PICTURE TUBERCULOSIS PATIENT THERAPEUTIC REGIMENS IN LUNG AGAINST PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN
CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
SAFII
Prodi Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia
Email : Safii@student.upi.edu
ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease that can cause death, disease is spread through droplet of people who have been infected with the tuberculosis bacillus. Tuberculosis is one of the major killer of humans at this time, the disease can cause death in almost half of cases for 5 years after the disease. The average patient compliance in long-term treatment of chronic diseases in developed countries is only 50%, while in developing countries the number is lower. Noncompliance of patients in the treatment of a serious health problem and often occurs in patients with chronic diseases, such as Tuberculosis disease. This study aims to determine the compliance of pulmonary Tuberculosis patients in sub-district Puskesmas Padasuka Cibeunying Bandung Kidul. Design of this research is quantitative descriptive. Data were collected using questionnaires and accidental sampling with a sample of 21 people. The results showed that the majority of patients with pulmonary tuberculosis have adherence to therapeutic regimens is obtained by 16 people (76%), which do not comply obtained 5 people (24%). The most reason expressed by respondents who are obedient because they want toget well from his illness, can do aktivity before ill, the support of family respondents and the information obtained from health center personnel very good so motivated to obey taking drugs. It is hoped all parties including the patient's family, the government and health professionals to better motivate patients for pulmonary Tuberculosis treatment compliance and conduct health education for patients with pulmonary Tuberculosis to increase the therapeutic efficacy of treatment.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar Pernyataan... iii
Kata Pengantar ... iv
Ucapan Terimakasih... v
Abstrak ... vii
Abstract ... viii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel ... xi
Daftar Bagan ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Pengertian Perilaku ... 6
B. Bentuk Perilaku ... 6
C. Perilaku Kesehatan ... 6
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia ... 8
E. Kepatuhan Pasien ... 9
F. Penyakit Tuberkulosis ... 11
G. Regimen Terapeutik ... 21
H. Kerangka Pemikiran ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Desain Penelitian ... 28
B. Partisipan ... 28
C. Populasi dan Sampel ... 28
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
E. Instrument Penelitian ... 29
F. Definisi Operasional... 30
H. Etika Penelitian ... 33
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Temuan ... 35
B. Pembahasan ... 36
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 39
A. Simpulan ... 39
B. Implikasi ... 39
C. Rekomendasi ... 39
D. Keterbatasan Penelitian ... 40
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa
menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang
telah terinfeksi basil tuberkulosis (Depkes RI, 2013). Masalah Tuberkulosis
didunia diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien
Tb baru dan 3 juta kematian akibat Tb diseluruh dunia. Diperkirakan 95%
kasus Tb dan 98% kematian akibat Tb didunia, terjadi pada negara-negara
berkembang. Demikian juga kematian wanita akibat Tb lebih banyak dari
pada kematian karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Depkes RI, 2011).
Tuberkulosis merupakan masalah global dimana World Health
Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun masih terdapat sekitar
sembilan juta penderita Tb paru baru dengan kematian sekitar 1,1 sampai 1,6
juta orang termasuk kasus Tb dengan HIV positif. Penyakit Tb masih menjadi
pembunuh nomor dua didunia dari seluruh penyakit infeksi setelah HIV yang
diperkirakan telah membunuh 1,8 juta tahun 2008 (Depkes RI, 2009).
Tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi tantangan dalam masalah
kesehatan masyarakat baik global maupun nasional. Berdasarkan Global
Tuberculosis Control WHO Report tahun 2007, Indonesia berada di peringkat
ketiga jumlah kasus tuberkulosis terbesar di dunia (528.000 kasus) setelah
India dan Cina. Dalam laporan serupa tahun 2009, Indonesia mengalami
kemajuan menjadi peringkat kelima (429.730 kasus) setelah India, Cina,
Afrika Selatan dan Nigeria (Depkes RI, 2011).
Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Kasus baru Batang Tahan Asam positif (BTA) ditiga provinsi tersebut hampir
sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. Pravelensi Tb
berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain,
2
didiagnosis kasus Tb oleh tenaga kesehatan. Penyakit Tb paru ditanyakan
pada responden untuk kurun waktu < 1 tahun berdasarkan diagnosis yang
ditegakkan oleh tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto thoraks
atau keduanya. Hasil Riskesdas 2013 tersebut tidak berbeda dengan Riskesdas
2007 yang menghasilkan angka prevelensi Tb paru 0,4% (Riskesdas, 2013).
Pada tahun 2012 dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Kotouki,
2012) di Puskesmas Ciomas kabupaten Bogor lebih dari separuh responden
pasien tuberkulosis berumur 45 tahun 57,7%. Setengah dari separuh tidak tahu
dahak dapat menular 23,9%. Setengah dari separuh tidak patuh minum obat
25,4%. Lebih dari separuh buang dahak sembarang 52,1% (Kotouki, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 76 total responden di Puskesmas
Kecamatan Pancoran Mas Depok, ditemukan bahwa jumlah responden yang
patuh terhadap pengobatan Tb paru lebih besar dibandingkan dengan
responden yang tidak patuh. Responden yang patuh berjumlah 43 responden
(56,58%) sedangkan responden yang tidak patuh berjumlah 33 (43,42%)
(Hayati, 2011).
Hasil laporan Dinas Kesehatan Kota Bandung 2011, dari puskesmas
yang ada di Kota Bandung pada tahun 2011 ditemukan penderita Tuberkulosis
secara klinis dan laboratoris sebanyak 2.482 kasus. Bila dibandingkan dengan
tahun lalu, penemuan kasus Tb sebesar 2.506 kasus, sehingga berarti terjadi
penurunan penemuan kasus sebesar 124 kasus. Penderita Tuberkulosis
dengan Tb BTA (+) sebanyak 1.137 bila dibandingkan dengan tahun lalu
terdapat peningkatan yaitu 69 kasus. Penderita Tb BTA (+) sebanyak 1.137
penderita tersebut yang 1.075 (94,54 %) diantaranya telah diobati (Dinkes
Kota Bandung, 2011).
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tb (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama
adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala
tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
3
Tuberkulosis masih menjadi salah satu pembunuh utama bagi manusia,
jika tidak diobati dengan baik maka penyakit ini dapat menyebabkan kematian
pada hampir setengah kasus selama 5 tahun setelah menderita penyakit ini.
Adanya kontak dengan Batang Tahan Asam (BTA) positif dapat menjadi
sumber penularan yang berbahaya karena berdasarkan penelitian akan
menularkan sekitar 65% orang disekitarnya. Sumber penularan adalah pasien
Tb Paru dengan BTA positif terutama pada waktu batuk atau bersin, dimana
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei) jika tidak segera diobati maka dalam jangka waktu satu tahun akan
menular ke 10- 15 orang (Depkes RI, 2008).
Kepatuhan rata-rata pasien pada pengobatan jangka panjang terhadap
penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara
berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Ketidakpatuhan pasien
dalam pengobatan merupakan masalah kesehatan yang serius dan sering
terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, seperti pada penyakit tuberkulosis
paru. Banyak faktor yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap terapi Tb
paru, termasuk karakteristik pasien, hubungan antara petugas pelayanan
kesehatan dan pasien, regimen terapi dan sistem penyelenggara pelayanan
kesehatan (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 9 Mei
2015 lalu di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota
Bandung, dengan melakukan wawancara mengenai kepatuhan minum obat
terhadap 4 orang pasien Tb paru yang sedang melakukan pengobatan rutin
setiap satu minggu sekali. Diketahui bahwa 2 dari 4 pasien Tb paru
mengatakan masih tidak patuh minum obat dengan sesuai jadwal yang sudah
ditentukan oleh tenaga medis. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti lebih
lanjut mengenai gambaran kepatuhan pasien Tb paru terhadap regimen
terapeutik di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota
4
B. Rumusan Masalah
Jumlah kasus Tb tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pravelensi Tb berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk.
Dengan kata lain , rata-rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400
orang yang didiagnosis kasus Tb oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar
belakang di atas dapat di rumuskan masalah pada penelitian ini adalah
“Bagaimanakah gambaran kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru terhadap
regimen terapeutik di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul
Kota Bandung?”.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru
terhadap regimen terapeutik di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying
Kidul Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pengembangan ilmu keperawatan dan dapat memperluas ilmu lebih
khususnya mengenai kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru terhadap
regimen terapeutik.
2. Manfaat Praktis
a. Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung
Hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi pihak
puskesmas terkait dalam pemberian pendidikan kesehatan
mengenai gambaran kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru terhadap
regimen terapeutik di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying
5
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan
pendidikan kesehatan mengenai gambaran kepatuhan pasien
Tuberkulosis Paru terhadap regimen terapeutik khususnya pasien
Tuberkulosis Paru.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai data dasar dan referensi bagi
penelitian terkait dengan gambaran kepatuhan pasien Tuberkulosis
paru terhadap regimen terapeutik.
E. Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah
Untuk mempermudah dalam penyusunan selanjutnya, maka penulis
memberikan rancangan isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan. Merupakan uraian tentang latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Pustaka. Merupakan landasan teori pengertian perilaku,
bentuk perilaku, perilaku kesehatan, faktor faktor yang mempengaruhi
perilaku manusia, kepatuhan pasien, penyakit tuberkulosis, pengobatan
tuberkulosis.
BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan desain penelitian,
partisipan, populasi dan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian,
prosedur penelitian, pengolahan dan analisis data, dan etika penelitian.
BAB IV Temuan dan Pembahasan. Pada bab ini membahas mengenai
pengolahan atau analisis data serta pembahasan temuan.
BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Bab ini membahas
mengenai hasil analisis temuan. Selain itu, pada bab ini juga dibahas
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif. Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan
kerangka acuan bagi peneliti untuk mengkaji hubungan antar variabel dalam
suatu penelitian (Riyanto, 2011). Penelitian deskriptif didefinisikan suatu
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi didalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
B. Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah warga yang
bertempat tinggal di Kecamatan Cibeunying Kidul dan merupakan pasien Tb
paru yang rutin melakukan pengobatan dan pemeriksaan di Puskesmas
Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh pasien
Tb paru yang kontrol dan berobat di Puskesmas Padasuka, Kecamatan
Cibeunying Kidul, Kota Bandung Jawa Barat yang melakukan pengobatan
setiap satu kali dalam seminggu mencakup kunjungan baru dan lama
dengan jumlah 60 pasien.
2. Sampel
Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah metode non-probability sampling dan pemilihan sampel yang
diambil ditentukan dengan teknik accidental sampling yaitu teknik
penentuan sampel secara kebetulan, yaitu pasien Tb paru yang kontrol dan
berobat di Puskesmas Padasuka, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota
29
pada tanggal 26 Mei 2015 dan 09 Juni 2015 dengan jumlah sampel yang
diperoleh 21 responden.
D. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Padasuka,
Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung Jawa Barat.
2. Waktu penelitian
Pengambilan data dilakukan 2 minggu pada tanggal 26 Mei 2015
dan 09 Juni 2015 di Puskesmas Padasuka, Kecamatan Cibeunying Kidul
Kota Bandung pada pasien Tb Paru.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner tertutup.
Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang disusun dengan menyediakan pilihan
jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban
yang dipilih (Risal, 2011). Kuisioner ini digunakan untuk mengukur gambaran
kepatuhan pasien Tb Paru terhadap regimen terapeutik. Dalam kuisioner ini
menggunakan pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”. Apabila memilih
jawaban “YA” maka mendapat skor 0 dan apabila memilih jawaban “TIDAK” mendapat skor 1.
Penelitian ini menggunakan kuesioner kepatuhan berobat pasien Tb
paru sebelumnya yang dilakukan oleh (Hayati, 2011). hasil uji validitas
kuesioner tersebut menunjukan korelasi positif dan memberikan nilai rhitung
(pearson correlation) yang lebih besar dibandingkan dengan rtabel (0,444).
Oleh karena itu, kuesioner dapat dinyatakan valid. Sementara itu, uji
reabilitasnya memberikan hasil bahwa nilai cronbach’s alpha yaitu 0,718.
30
F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang
lingkup atau pengertian variabel–variabel yang diamati atau diteliti
[image:15.595.147.517.191.457.2](Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
G. Prosedur Penelitian
Langkah – langkah penelitian berguna untuk mempermudah dalam
menyelesaikan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Setelah seminar proposal peneliti melakukan revisi serta
bimbingan kembali pada dosen pembimbing. Peneliti juga melakukan
persiapan perijinan seperti menyiapkan surat-surat yang diperlukan
untuk melakukan penelitian di Puskesmas Padasuka.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Padasuka Jalan
Padasuka No. 3, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung.
Penelitian akan dilaksanakan selama 2 minggu mulai tanggal 26 Mei
dan 9 Juni 2015.
Variabel Definisi Cara Pengukuran
Alat
Ukur Kategori
Skala Ukur Kepatu han minum obat pasien Tb paru. Kepatuhan minum obat yaitu pasien minum obat tepat waktu dan minum sesuai dengan anjuran petugas kesehatan yang telah ditentukan. Responden mengisi kuesioner atau wawancara.
Kuesioner 1. Patuh, jika responden mendapatkan total skor 8. 2. Tidak patuh, jika responden mendapatkan total skor < 8.
31
Setelah melakukan proses perizinan dengan pihak Puskesmas
Padasuka, proses pengumpulan data selanjutnya adalah memberikan
informed concent kepada responden, setelah itu peneliti memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini, setelah
responden mengerti dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini, peneliti membagikan lembar kuesioner kepada para responden dan
responden diberikan kesempatan bertanya jika ada hal yang kurang
jelas. Setelah para responden selesai mengisi kuesioner, peneliti
melakukan pengecekan kelengkapan isi kuesioner, responden
dipersilakan untuk kembali ke ruang tunggu perawatan.
3. Pengolahan dan Analisa Data
a. Pengolahan data hasil tes
Adapun proses pengolahan data yang dilakukan dalam
menganalisa data yang diperoleh adalah sebagai berikut: (Aedi,
2010).
1) Pengeditan Data (Editing)
Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data
yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena
kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak
memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan.
Pengeditan data dilakukan untuk melengkapi kekurangan
atau menghilangkan kesalahan yang terdapat pada data
mentah. Kekurangan dapat dilengkapi dengan
mengulangi pengumpulan data atau dengan cara
penyisipan (interpolasi) data. Kesalahan data dapat
dihilangkan dengan membuang data yang tidak
memenuhi syarat untuk dianalisis.
2) Coding dan Tranformasi Data
Coding (pengkodean) data adalah pemberian
kode-kode tertentu pada tiap-tiap data termasuk
memberikan kategori untuk jenis data yang sama. Kode
32
untuk memberikan identitas data. Kode yang diberikan
dapat memiliki makna sebagai data kuantitatif (berbentuk
skor).
3) Tabulasi Data
Tabulasi adalah proses menempatkan data dalam
bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan
data sesuai dengan kebutuhan analisis.
b. Menganalisis data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalasi (Sugiyono, 2014). Data analisis
secara diskriptif ini nantinya menghasilkan distribusi dan persentase
dari setiap variabel, dan disajikan dalam bentuk narasi,tabel dan
diagram. Untuk mengetahui gambaran kepatuhan pasien Tb paru
terhadap regimen terapeutik diperoleh pengisian kuesioner. Selain itu,
penelitian ini menggunakan software statistik di komputer.
Rumus yang dipakai untuk menghitung persentase adalah sebagai
berikut :
x = x 100%
Keterangan :
x : hasil persentase
f : hasil pencapaian/ jumlah jawaban benar
n : hasil pencapaian maksimal/ jumlah total pernyataan
100% : bilangan konstanta tetap
Selanjutnya hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan
kedalam 2 kategori, yaitu:
a. Patuh : 100%
33
H. Etika Penelitian
Pada penelitian ilmu keperawatan, hampir 90 persen subjek penelitian
yang digunakan adalah manusia. Oleh karena itu, peneliti harus
memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika
dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip
keadilan (Nursalam, 2008).
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari Penderitaan
Perlakuan pada penelitian ini dilaksanakan tanpa
mengakibatkan kerugian kepada subjek. Peneliti hanya memberikan
kuesioner pada responden tanpa adanya perlakuan ke responden.
b. Bebas dari Eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian tidak merugikan dalam
bentuk apapun bagi pihak manapun. Peneliti mengutamakan privasi
subjek dengan menggunakan ruangan khsusu selama pengisian
kuesioner, sehingga dapat diminimalisir kemungkinan eksploitasi
dalam pengisian kuesioner.
c. Risiko (Benefits ratio)
Penelitian ini sudah dipertimbangkan, bahwa tidak ada risiko
yang berakibat pada subjek setiap dilakukan pengumpulan data.
Penelitian ini tidak menimbulkan risiko karena sudah
dipertimbangkan isi dari tiap kuesioner untuk pengumpulan data.
2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect human dignity)
a. Hak untuk Ikut/Tidak Menjadi Responden (Right to self
determination)
Penelitian ini memperlakukan subjek secara manusiawi.
Subjek mempunyai hak kesediaan untuk menjadi subjek maupun
tidak, tanpa adanya sanksi atau paksaan dalam bentuk apapun.
Peneliti mengantisipasi dengan adanya pemberian inform consent
sebelum pengisian kuesioner.
34
Peneliti dalam hal ini memberikan penjelasan secara rinci
mengenai prosedur pengisian kuesioner, dalam pengisian kuesioner
ini semua subjek terjamin kerahasiaannya. Selain itu, peneliti juga
menjelaskan tujuan, manfaat dan kerugian yang dialami subjek
dalam pengisian kuesioner.
c. Informed consent
Subjek mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak responden. Pada informed consent
tercantum bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan
untuk pengembangan ilmu keperawatan.
3. Prinsip Keadilan (Right to justice)
a. Hak untuk Mendapatkan Perlakuan yang Adil (Right in fair
treathment)
Subjek penelitian dalam hal ini dilakukan secara adil dan baik
sebelum, selama dan sesudahn keikutsertaannya dalam penelitian
tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia.
Subjek diperlakukan secara adil dengan mengisi kuesioner yang
sama.
b. Hak Atas Kerahasiaannya (Right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dijaga kerahasiaannya, sehingga perlu adanya tanpa
nama (anonymity) dan rahasia (confidentially) dengan cara
menuliskan kode pada lembar observasi tanpa keterangan nama
lengkap dan alamat. Kerahasiaannya subjek terjamin karena dalam
pengisian kuesioner subjek tidak perlu mencantumkan nama, namun
peneliti hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner dan jika
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa dari total responden sebanyak 21 orang dapat
ditemukan responden yang patuh sebanyak 16 orang (76%), namun masih
ditemukan responden yang tidak patuh sebanyak 5 orang (24%).
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa implikasi yang dapat
digunakan untuk peningkatan dalam bidang keperawatan, khususnya:
1. Pelayanan Keperawatan
Pelayanan kesehatan yang baik akan menentukan keberhasilan
dalam program pengobatan pada pasien Tb paru, upaya selanjutnya
melakukan pengawasan dalam pengobatan dan menerapkan strategi
pendidikan kesehatan terhadap pasien Tb paru di Puskesmas Padasuka
Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung.
2. Pendidikan Keperawatan
Kepatuhan pasien Tb paru yang tidak patuh untuk menjalankan
pengobatannya berdampak pada pendidikan keperawatan sehingga
perlu mengkaji lebih dalam mengenai kepatuhan pasien Tb paru
terhadap regimen terapeutik.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang diajukan yaitu:
1. Bagi Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota
Bandung
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
untuk mengidentifikasi gambaran kepatuhan pasien Tb paru terhadap
regimen terapeutik dan diharapkan pihak puskesmas lebih memotivasi
pasien Tb untuk kepatuhan berobat dan melakukan pendidikan
40
2. Penelitian selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya
dengan suatu penelitian yang berkaitan dengan kepatuhan berobat dan
presentasi kesembuhan pasien Tb paru.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitin ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun
dengan demikian masih memiliki keterbatasan yaitu keterbatasan waktu yang
41
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ( 2008). Pedoman penaggulangan nasional TBC. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ( 2011). Pedoman penanggulangan nasional TBC. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ( 2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Pusat penelitian pengembangan kesehatan.
DEPKES. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari
http://depkes.go.id/download/riskesdas2013/hasil%20Riskesdas%202013. pdf diakses pada 12 maret 2015.
Dinas Kota Bandung. (2011). Profil Kesehatan Kota Bandung. Bandung.
Badan POM. (2006). Kepatuhan Pasien faktor penting dalam keberhasilan terapi. Jakarta: Badan POM Republik Indonesia.
Aditama, T. Y. Tuberkulosis paru masalah dan penanggulangannya. UI Press, Jakarta.
Hayati, A. (2011). Evaluasi kepatuhan berobat penderita tuberculosis paru tahun2010-2011 dipuskesmas pancoran mas depok.(skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Indonesia, Jakarta.
Hidayat.(2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Analisis Data. Jakarta :Salemba Medika.
Kementerian kesehatan RI (2014). Pusat Data dan Informasi. Jakarta selatan.
Kotouki, A. (2012). Gambaran perilaku penderita dan resiko tuberkulosis BTA positif dengan kepatuhan minum obat dan kebiasaan membuang dahak di wilayah puskesmas ciomas kabupaten bogor provinsi jawa barat.( skripsi). Sekolah Sarjana, Univeritas Indonesia, Jakarta.
Notoadmodjo, S. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi Ketiga.). Jakarta: Salemba Medika.
42
Risal, M. (2011). Kumpulan Artikel Bagus. (online). Tersedia di:
http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes-kuesioner-questionair.html. Diakses : 15 Maret 2015.
Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudoyo, A.W. dkk. (2006) Ilmu penyakit dalam. Jakarta : Depertemen ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas Indonesia.
Somantri, I. (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta : Salemba medika.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Tahan P. Hutapea. (2006) Pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat anti tuberkulosis RSUD Dr. saiful anwar malang. http://jurnalrespilogi.org/jurnal/april09/dukungan%20keluarga.pdf diakses pada tanggal 12 juni 2015.
World Health Organization. (2003). Adherance to long-term therapis evidence for action. Genewa: World Health Organization.